SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
MK. Klimatologi Terapan                   Hari/Tanggal: Rabu/ 17 Desember 2011
Dosen : Prof.Dr.Ir. Rizaldi Boer




      ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA
               TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)


                                   Disusun oleh:
                               Hanifah Nurhayati
                                   (G24080013)




                                                                            1
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
                         INSTITUT PERTANIAN BOGOR
                                              2011
                BAB I                                        Rumusan masalah yang digunakan
            PENDAHULUAN                               untuk mempermudah analasis mengenai
                                                      hama ulat bawang pada tanaman bawang
                                                      merah, diantaranya:
1.1. Latar Belakang
                                                     1.3.1 Bagaimana kondisi secara umum
     Bawang      merah    (Allium     cepa)                tentang     hama     ulat   bawang
merupakan salah satu komoditas hortikultura                (Spodoptera exigua) pada tanaman
yang sangat dibutuhkan oleh manusia.                       bawang merah (Allium cepa)?
Dalam budidaya bawang, masalah yang
                                                     1.3.2 Bagaimana pengaruh hama ulat
sering dihadapi yaitu cara budidaya,
                                                           bawang (Spodoptera exigua) pada
serangan hama dan penyakit, kekurangan
                                                           tanaman bawang merah (Allium
unsur mikro, dan lain sebagainya yang
                                                           cepa)?
menyebabkan produksi menurun.
                                                     1.3.3 Bagaimana pengaruh faktor iklim
     Jenis hama yang sering dijumpai pada
                                                           terhadap penyebaran dan kehidupan
bawang merah yaitu ulat bawang
                                                           hama ulat bawang (Spodoptera
(Spodoptera exigua). Bawang merah
                                                           exigua)?
merupakan inang utama Spodoptera exigua.
Kehilangan hasil akibat serangan hama ini            1.3.4 Bagaimana pengaruh faktor manusia
bisa mencapai 57% karena terjadi sejak fase                dan organisme lain sebagai upaya
pertumbuhan awal sampai dengan fase                        pengendalian hama ulat bawang
pematangan      umbi,      bahkan      bisa                (Spodoptera exigua)?
mengakibatkan gagal panen terutama di
musim kemarau apabila pengendalian tidak                            BAB II
dilakukan sesegera mungkin.
                                                               TINJAUAN UMUM

1.2. Tujuan
                                                     2.1 Tanaman Bawang Merah (Allium
         Tujuan    dilakukannya   analisis           cepa)
 mengenai hama ulat bawang pada tanaman
                                                           Bawang merah, yang lebih dikenal
 bawang merah, diantaranya:
1.2.1 Untuk mengetahui secara umum
       tentang    hama     ulat   bawang
       (Spodoptera exigua) pada tanaman
       bawang merah (Allium cepa)
1.2.2 Untuk mengetahui pengaruh hama ulat
       bawang (Spodoptera exigua) pada
       tanaman bawang merah (Allium cepa)
1.2.3 Untuk mengetahui pengaruh faktor
       iklim terhadap penyebaran dan
       kehidupan hama ulat bawang
       (Spodoptera exigua)                           dengan nama brambang (Jawa) dan bawang
                                                     beureum (Sunda), sedangkan dalam bahasa
1.2.4 Untuk mengetahui pengaruh faktor
                                                     Inggris disebut shallot. Bawang merah
       manusia dan organisme lain sebagai
                                                     berasal dari Asia/Mediterania. Bawang
       upaya pengendalian hama ulat
                                                     merah dibedakan atas bawang merah,
       bawang (Spodoptera exigua)
                                                     bawang merah shallot, dan bawang bakung.
                                                     Ketiga macam bawang merah ini berasal
1.3. Rumusan Masalah                                 dari daerah tropika di Asia. Bentuk umbi



                                                                                           2
bawang merah shallot (brambang) lebih          pembuluh darah dan maag) karena
kecil dari bawang merah yang lain.             kandungan senyawa allin dan allisin yang
        Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan     bersifat bakterisida (Rahayu,Estu. 2008).
daerah sentra produksi dan pengembangan                  Adapun teknik budidaya bawang
bawang merah dataran rendah. Sentra            merah menurut Singgih Wobowo (2008)
penanaman di Jawa Timur antara lain:           yaitu harus memperhatikan hal-hal berikut
Malang, Nganjuk, Probolinggo, dan Kediri.      ini:
Di Jawa Tengah antara lain: Tegal, Brebes      1) Syarat Tumbuh Bawang Merah
dan Wates. Sedangkan di Jawa Barat antara
                                                         Bawang merah dapat tumbuh pada
lain: Majalengka, Kuningan dan Cirebon.
                                               tanah sawah atau tegalan, berstruktur remah,
Daerah di luar Jawa yang merupakan sentra
                                               dan bertekstur sedang sampai liat. Jenis
bawang merah adalah Samosir( Sumatra
                                               tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH
utara) dan Lombok Timur.
                                               5.6 - 6.5. Tanaman bawang merah
          Gambar 1. Bawang Merah               memerlukan         udara      hangat    untuk
                                               pertumbuhannya (25 s/d 320C), curah hujan
Kingdom            : Plantae (Tumbuhan)        300 sampai 2500 mm pertahun, ketinggian
                                               0-400 mdpl, dan kelembaban 50-70 %.
Subkingdom         : Tracheobionta
                                               2) Pengolahan Tanah
Super Divisi       : Spermatophyta
                                                         Pengolahan tanah dilakukan dengan
Divisi             : Magnoliophyta
                                               tujuan untuk menciptakan lapisan tanah
Kelas              : Liliopsida (berkeping     yang gembur, memperbaiki drainase dan
satu / monokotil)                              aerasi tanah, meratakan permukaan tanah,
Sub Kelas          : Liliidae                  dan mengendalikan gulma. Tanah dibajak
Ordo               : Liliales                  atau dicangkul dengan kedalaman 20 cm,
                                               kemudian dibuat bedengan selebar 120 - 175
Famili             : Liliaceae (suku bawang-
                                               cm, tinggi 25 - 30 cm, serta panjang sesuai
bawangan)
                                               disesuaikan dengan kondisi lahan. Saluran
Genus              : Allium                    drainase dibuat dengan lebar 40 - 50 cm dan
Spesies : Allium cepa                          kedalaman 50 - 60 cm. Apabila pH tanah
         Tanaman bawang merah (Allium          kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5
ascalonicum L.) merupakan salah satu           ton/ha disebarkan di atas bedengan dan
komoditas sayuran dataran rendah, berasal      diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2
dari Syria dan telah dibudidayakan semenjak    minggu. Untuk mencegah serangan penyakit
5.000 tahun yang lalu. Bawang merah            layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus
merupakan tanaman semusim yang memiliki        GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang
umbi yang berlapis, berakar serabut, dengan    matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan
daun berbentuk silinder berongga. Umbi         merata di atas bedengan.
bawang merah terbentuk dari pangkal daun       3) Penyediaan Bibit
yang bersatu dan membentuk batang yang                   Pada      umumnya       perbanyakan
berubah bentuk dan fungsi, membesar dan        bawang       merah       dilakukan     dengan
membentuk umbi. Umbi terbentuk dari            menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas
lapisan-lapisan daun yang membesar dan         umbi bibit merupakan salah satu faktor yang
bersatu. Tanaman ini dapat ditanam di          menentukan tinggi rendahnya hasil produksi
daratan rendah sampai daratan tinggi yang      bawang merah. Umbi yang baik untuk bibit
tidak lebih dari 1200 m dpl. Di daratan        harus berasal dari tanaman yang cukup tua
tinggi umbinya lebih kecil dibanding daratan   yaitu berumur 70 - 80 hari setelah tanam,
rendah.                                        dengan ukuran sedang (beratnya 5 - 10
         Kegunaan utama bawang merah           gram, diameter 1,5 - 1,8 cm). Umbi bibit
adalah sebagai bumbu masak. Meskipun           tersebut harus terlihat segar dan sehat, tidak
bukan merupakan kebutuhan pokok, bawang        keriput, dan warnanya cerah. Umbi bibit
merah cenderung selalu dibutuhkan sebagai      telah siap tanam apabila telah disimpan 2 - 4
pelengkap bumbu masak sehari-hari.             bulan sejak dipanen dan tunasnya sudah
Kegunaan lainnya adalah sebagai obat           sampai ke ujung umbi.
tradisional (sebagai kompres penurun panas,
diabetes, penurun kadar gula dan kolesterol
darah, mencegah penebalan dan pengerasan


                                                                                           3
4) Penanaman dan Pemberian Pupuk                 umur 60-70 hari setelah tanam. Tanaman
      Dasar                                      bawang merah dipanen setelah terlihat
         Setelah tanah selesai diolah
selanjutnya dilakukan kegiatan pemupukan.
Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk
organik yang sudah matang seperti pupuk
kandang sapi dengan dosis 10-20 ton/ha atau
pupuk kandang ayam dengan dosis 5-6
ton/ha, atau kompos dengan dosis 4-5
ton/ha. Selain itu pupuk P (SP-36) dengan
dosis 200-250 kg/ha diberikan 2-3 hari           tanda-tanda 60-70% daun telah rebah atau
sebelum penanaman.                               leher batang lunak, sedangkan untuk bibit
                                                 kerebahan daun lebih dari 90%. Panen
         Umbi bibit ditanam dengan jarak 10      dilakukan waktu udara cerah. Pada waktu
cm x 20 cm atau 15 cm x 15 cm. Lobang            panen, bawang merah diikat dalam ikatan-
tanaman dibuat setinggi umbi dengan              ikatan kecil (1-1.5 kg/ikat), kemudian
menggunakan alat penugal. Umbi bawang            dijemur selama 5-7 hari). Setelah kering
merah dimasukkan ke dalam lobang                 (penjemuran 5-7 hari), 3-4 ikatan bawang
tanaman dengan gerakan seperti memutar           merah diikat menjadi satu, kemudian
sekrup, hingga ujung umbi tampak rata            bawang dijemur dengan posisi penjemuran
dengan permukaan tanah. Setelah tanam            bagian umbi di atas selama 3-4 hari. Pada
dilakukan penyiraman dengan menggunakan          penjemuran      tahap    kedua     dilakukan
embrat yang halus.                               pembersihan umbi bawang dari tanah dan
5) Pemupukan Susulan                             kotoran. Bila sudah cukup kering (kadar air
         Pemupukan susulan dilakukan pada        kurang lebih 85 %), umbi bawang merah
umur 10-15 hari dan umur 30-35 hari setelah      siap dipasarkan atau disimpan di gudang.
tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan      10) Kriteria Kualitas Bawang Merah
adalah : Urea 75-100 kg/ha, ZA 150-250                    Kriteria kualitas bawang merah
kg/ha, Kcl 75-100 kg/ha. Pupuk diaduk rata       yang dikehendaki oleh konsumen rumah
dan diberikan di sepanjang garitan tanaman.      tangga adalah : umbi berukuran besar,
6) Pengairan                                     bentuk umbi bulat, warna kulit merah
         Tanaman bawang membutuhkan air          keunguan, dan umbi kering askip.
yang cukup dalam pertumbuhannya.                 Sedangkan konsumen luar (untuk ekspor)
Penyiraman pada musim kemarau dilakukan          yang dikehendaki adalah : umbi berukuran
1 kali dalam sehari pada pagi hari atau sore,    besar, bentuk umbi bulat, wana kulit merah
sejak tanam sampai menjelang panen.              muda, dan umbi kering lokal.
7) Menyiangan dan Pembumbunan
         Menyiang dilakukan sesuai dengan        2.2 Hama Ulat Bawang (Spodoptera
kondisi gulma, minimal dilakukan dua             exigua)
kali/musim, yaitu menjelang dilakukannya                 Gambar 2. Ulat Bawang
pemupukan susulan. Kegiatan membumbun
dilakukan saat tanaman umur 30 dan 45 hari
setelah tanam atau disesuaikan dengan            Ulat Bawang : Spodoptera exigua Hbn.
kondisi umbi sampai muncul ke permukaan          Famili    : Noctuidae
tanah.                                           Ordo      : Lepidoptera
8) Pengendalian Hama dan Penyakit
         Hama dan penyakit yang sering                    Rentangan       sayap     ngengat
menyerang tanaman bawang merah adalah            panjangnya antara 25 – 30 mm. Sayap
ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun,   depan berwarna coklat tua dengan garis-
nematoda akar, bercak ungu alternaria,           garis yang kurang tegas dan terdapat pula
embun tepung, busuk leher batang, otomatis/      bintik-bintik hitam.      Sayap belakang
antraknose, busuk Umbi, layu fusarium dan        berwarna keputih-putihan dan tepinya
busuk basah.                                     bergaris-garis hitam. Ngengat betina mulai
9) Panen dan Pasca Panen                         bertelur pada umur 2 – 10 hari.
         Bawang merah dipanen apabila                     Telur berbentuk bulat sampai bulat
umurnya sudah cukup tua, biasanya pada           panjang, diletakkan oleh induknya dalam

                                                                                           4
bentuk kelompok pada permukaan daun atau        Perbedaan tingkat kesesuaian dapat terjadi
batang dan tertutup oleh bulu-bulu atau sisik   baik pada tanaman yang sama maupun pada
dari induknya. Tiap kelompok telur              tanaman      yang     berbeda      spesiesnya
maksimum terdapat 80 butir. Jumlah telur        (Fadruddind, 1980).
yang dihasilkan oleh seekor ngengat betina             Tanaman bawang merah merupakan
sekitar 500 – 600 butir. Setelah 2 hari telur   salah satu inang utama S. exigua. Tanaman
menetas menjadi larva.                          inang lainnya adalah tanaman padi, terutama
         Larva atau ulat muda berwarna          yang di tanam pada dataran tinggi
hijau dengan garis-garis hitam pada             (Kalshoven, 1981). Selain itu S.exiqua juga
punggungnya.      Ulat tua mempunyai            dapat meyerang tanaman tomat, lombok,
beberapa variasi warna, yaitu hijau, coklat     tembakau, orok-orok, kapri, jagung dan
muda dan hitam kecoklatan. Ulat yang            sayuran lainnya (Sunarjono dan Soedomo,
hidup di dataran tinggi umumnya berwarna        1983).
coklat.                                                Ulat grayak (Spodoptera spp).
         Stadium ulat terdiri dari 5 instar.    dikenal sebagai hama yang polifag dan
Instar pertama panjangnya sekitar 1,2 – 1,5     banyak jenisnya. Hama ini disebut sebagai
mm, instar kedua sampai instar terakhir         ulat grayak karena serangannya mendadak
antara 1,5 – 19 mm. Setelah instar terakhir     atau secara tiba-tiba dan menyerang dalam
ulat merayap atau menjatuhkan diri ke tanah     jumlah yang banyak. Spodoptera exigua
untuk berkepompong. Ulat lebih aktif pada       merupakan salah satu jenis ulat grayak yang
malam hari. Stadium larva berlangsung           menjadi kendala utama dalam budidaya
selama 8 – 10 hari.                             bawang merah ( Sutarya, 1996). Menurut
         Pupa berwarna coklat muda dengan       Sastrosiswojo dan Rubiati ( 2001) ulat
panjang 9 – 11 mm, tanpa rumah pupa.            grayak ( S.exigua ) dan thrips ( Thrips tabact
Pupa berada di dalam tanah dengan               Lind) seringkali berstatus sebagai hama
kedalaman + 1 cm, dan sering dijumpai juga      utama pada tanaman bawang merah. Biaya
pada pangkal batang, terlindung di bawah        yang dikeluarkan untuk pengendalian hama
daun kering, atau di bawah partikel tanah.      dan penyakit mencapai 30-50 % dari total
Pupa memerlukan waktu 5 hari untuk              biaya produksi dan setengahnya untuk
berkembang menjadi ngengat.                     pembelian pestisida ( Moekasan, 2002).
         Hama       ulat bawang tersebut                 Serangan S. exigua dijumpai
menyebar di daerah sentra produksi bawang       hampir disetiap fase pertumbuhan tanaman
merah di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara          bawang merah. Pada fase awal pertumbuhan
Barat dan Irian.                                biasanya dijumpai kelompok telur dan stadia
                                                awal. Populasinya akan terus meningkat
                                                mulai umur tanaman dua minggu dan
                BAB IV                          mencapai puncaknya pada tanaman umur 4-
             PEMBAHASAN                         7 minggu ( Sutarya, 1996). Moekasan (1996)
                                                menyatakan populasi hama S. exigua
                                                meningkat pada minggu kedua setelah tanam
4.1    Pengaruh Hama Ulat Bawang
                                                dan mencapai puncaknya pada minggu
      (Spodoptera exigua) Pada Tanaman
                                                keempat atau kelima setelah tanam.
      Bawang Merah (Allium cepa)
                                                         Ngengat S. exigua meletakkan telur
        Tanaman inang adalah tanaman yang
                                                secara berkelompok pada malam hari. Telur
dapat memenuhi kebutuhan serangga baik
                                                ditutupi oleh rambut dan sisik-sisik halus
yang berhubungan dengan perilaku maupun
                                                yang        berasal      dari       tubuhnya
dengan kebutuhan gizi serangga. Hubungan
                                                Gejala serangan :
antara tanaman inang dan serangga
merupakan serangkaian proses interaksi          • Dimulai dari ujung daun, ulat memakan
antara lain mekanisme pemilihan tanaman         jaringan tanaman bagian dalam sehingga
inang. Pemanfaatan tanaman tersebut             yang tertinggal hanya jaringan epidermis
sebagai sumber makanan serta tempat             saja.
berlinung dan tempat bertelur. Serangga         • Daun akan berwarna kecoklatan dan pada
berkembang biak lebih cepat pada tanaman        tahap selanjutnya daun akan mati dan
inang yang sesuai dan sebaliknya                akhirnya tanaman juga akan mati.
perkembangan serangga menjadi lambat                     Kerugian yang ditimbulkan akibat
pada tanaman inang yang kurang sesuai.          serangan S. exigua pada bawang merah


                                                                                            5
neragam. Koestomi dan Sastrowardojo            untuk tanaman bawang merah adalah 800-
(1991     dalam     Moekasan,     1994    )    1000 m dpl. Ketinggian suatu daerah
menyebabkan kehilangan hasil panen             berkaitan erat dengan suhu udara. Semakin
bawang merah akibat S. exigua berkisar 45-     tinggi letak suatu daerah dari permukaan
47 %. Menurut Setiawati (1996 dalam            laut, suhu udara makin rendah. Sementara
Moekasan, 2002) kepadatan tiga dan lima        itu, seperti dengan ulat bawang pertumbuhan
larva S. exigua perrumpun tanaman bawang       tanaman juga dipengaruhi oleh suhu udara.
merah dapat menyebabkan kehilangan hasil       Bawang merah sangat cocok ditanam di
msing-masing sebesar 32 dan 42 %. Pada         daerah dengan suhu udara yang hangat-
tanaman bawang merah yang berumur 49           hangat panas, kering dan cerah. Bawang
hari, serangannya dapat mencapai 62,98%        merah yang ditanam di daerah dengan suhu
dengan rata-rata populasi larva 11,52 ekor/    udara rendah dan dingin pertumbuhannya
rumpun ( Sutarya, 1996) dengan demikian        terhambat. Suhu udara yang ideal untuk
kehilangan hasil berkisar antara 46,56 –       tanaman bawang merah antara 25-30 derajat
56,94% (Dibyantoro,1996 dalam Sutarya          C dan suhu ideal untuk tanaman bawang
1996) jika tanaman bawang merah mendapat       merah ini juga merupakan suhu optomum
serangan yang relative berat pada awal fase    untuk pertumbuhan ualat bawang, sehingga
pemebentukan umbi, maka resiko kegagalan       ulat bawang mengalami pertumbuhan dan
panen akan lebih besar ( moekasan, 1994)       kehidupan yang baik karena didukung faktor
                                               iklim dan makanan yang baik.
4.2 Pengaruh Faktor Iklim Terhadap             Angin
     Penyebaran Dan Kehidupan Hama                       Angin merupakan faktor iklim yang
     Ulat Bawang (Spodoptera exigua)           juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ulat
         Lingkungan merupakan faktor yang      bawang . Penyebaran telur-telur ulat bawang
paling dominan dalam menetukan kehidupan       juga dilakukan oleh angin.
suatu makhluk hidup. Kondisi lingkungan        Curah Hujan
khususnya     iklim    yang     mendukung                Fase kehidupan ulat bawang sangat
pertumbuhan dan perkembangan ulat              rentan terhadap curah hujan tinggi. Curah
bawang (Spodoptera exigua) tentunya tidak      hujan yang sesuai untuk pertumbuhan ulat
berbeda jauh dengan tanaman inangnya           bawang adalah antara 300-2500 mm/tahun.
yaitu bawang merah. Kehidupan serangga
                                               Intensitas Sinar Matahari
sangat erat hubungan dengan keadaan
lingkungan dan serangga memiliki cara                    Intensitas sinar matahari penuh
hidup tersendiri berbeda-beda menurut          lebih dari 14 jam/hari. Ulat bawang yang
jenisnya. Menurut Smith (1987 dalam            hidup di daerah yang tidak cukup
Sutarya 1996), bahwa lamanya daur hidup        mendapatkan sinar matahari, tempat yang
ulat bawang ini sangat tergantung dari         teduh, sering berkabut atau terlindung
temperature. Temperatur yang tinggi akan       pepohonan akan memperpendek stadium
memperpendek stadium larva, pupa dan           larva, pupa dan imago. Dengan demikian,
imago. Dengan demikian, daur hidup ulat        daur hidup ulat bawang ini di tempat yang
bawang ini di dataran tinggi memerlukan        tidak cukup sinar matahari memerlukan
waktu yang relative lama di bandingkan         waktu yang relative.
dataran rendah. Suhu optimum yang di           Kelembaban udara
butuhkan oleh serangga ini adalah 28°C                   Kelembaban udara (nisbi). Untuk
(HILL, 1983). Faktor iklim yang berperan       dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
dalam berbagai aspek kehidupan ulat            untuk ulat bawang yaitu kalembaban udara
bawang antara lain suhu dan ketinggian         nisbi antara 80-90 prosen.
tempat, angin, curah hujan, Intensitas sinar
matahari, dan kelembaban.
Suhu dan Ketinggian Tempat                     4.3 Pengaruh Faktor Organisme Lain dan
                                                   manusia Sebagai Upaya Pengendalian
         Oleh karena itu, dataran rendah           Hama Ulat Bawang (Spodoptera
yang meiliki merupakan tempat cocok untuk          exigua)
membudidayakan        tanaman       bawang
merah/brambang (shallot) merupakan tempat             Prinsip pengendalian hama tanaman
yang cocok juga untuk pertumbuhan hama         yang di kembangkan oleh manusia dewasa
ulat bawang . Ketinggian tempat terbaik        ini adalah menekan jumlah populasi hama
                                               yang menyerang tanaman sampai pada

                                                                                        6
tingkat populasi yang tidak merugikan.           mulliksisida untuk mengendalikan molluska
Komponen pengendalian hama yang dapat            atau siput, akarisida untuk mengendalikan
di terapkan untuk mencapai sasaran tersebut      akarina atau tungau, herbisida untuk
antara     lain      pengendalian      hayati,   mengendalikan gulma dan bakterisida untuk
pengendalian secara fisik dan mekanik,           mengendalikan bakteri (Rukmana dan
pengendalian secara kultur teknis dan            Sugandi, 2002). Insektisida yang di izinkan
pengendalian secara kimiawi.                     untuk pengendalian hama pada tanaman
Pengendalian Hayati                              bawang merah yaitu Atabron 50 EC, Buldok
                                                 25 EC, Curacron 500 EC, Larvin 375 AS,
         Suatu teknik pengendalian hama
                                                 Larvin 75 WP, Matador 25 EC, Lannate 25
secara biologi yaitu dengan memanfaatkan
                                                 WP, Decis 2,5 EC, Drusband 20 EC, Metal
musuh alami seperti prodator, parasitoid dan
                                                 30 EC (Anonim, 2004).
pathogen. Keuntungan pengendalian hayati
ini adalah aman, tidak menimbulkan                      Insektisida Pratenofos 500 g/l dengan
pencemaran       lingkungan      dan     tidak   nama dagang Curacron 500 EC merupakan
menyebabkan resistensi (Jumar, 2000).            racun kontak dan racun lambung den
Beberapa spesies predator dari S. litura         termasuk dalam golongan organofosfat,
adalah Solenopsis sp, Paedorus sp,               Decis 2,5 EC berbahan aktif Deltametrin 25
Euberellia sp, Lycosa sp, dan laba-laba.         g/l dan termasuk golongan piretroid yang
                                                 bersifat racun kontak dan racun lambung
Pengendalian Secara Kultur Teknis
                                                 serta Dursband 200 EC barbahan aktif
       Pengendalian serangga hama dengan         klorpiritos 200 g/l dan termasuk golongan
memodifikasi kegiatan pertanian agar             organotostak yang bersifat racun kontak dan
lingkungan      pertanian     menjadi    tidak   lambung
menguntungkan bagi perkembangan hama.
Usaha-usaha tersebut mencakup sanitasi,
pengolahan tanah, pergiliran tanaman,                          KESIMPULAN
pemupukan berimbang, penggunaan mulsa,
penggunaan tanaman perangkap (Endah dan                   Tanaman         bawang        merah
Novisan, 2003).                                  merupakan salah satu inang utama
Pengendalian Kimiawi                             Spodoptera exigua. Ulat bawang dikenal
       Usaha mengendalikan hama dengan           sebagai hama yang polifag dan banyak
menggunakan bahan kimia pestisida yang           jenisnya. Hama ini disebut sebagai ulat
mempunyai daya racun terhadap serangga           grayak karena serangannya mendadak atau
hama yang di sebut Insektisida. Insektisida      secara tiba-tiba dan menyerang dalam
dapat bersifat racun perut, racub konkak, dan    jumlah yang banyak.
racun pernapasan. Insektisida yang dapat                  Lingkungan merupakan faktor yang
bersifat racun perut seperti : Curacron          paling dominan dalam menetukan kehidupan
500EC dan Decis 2,5 EC (Anonim, 1994).           suatu makhluk hidup. Kehidupan serangga
       Pengendalian ulat bawang pada             sangat erat hubungan dengan keadaan
tanaman bawang merah hingga saat ini             lingkungan dan serangga memiliki cara
masih       mengandalkan          penggunaan     hidup tersendiri berbeda-beda menurut
insektisida secara intensik baik dengan          jenisnya. Faktor iklim yang berperan dalam
meningkatkan dosis maupun dengan                 berbagai aspek kehidupan ulat bawang
meningkatkan interval waktu penyemprotan         antara lain suhu dan ketinggian tempat,
dengan system kelender (Moeksan dan              angin, curah hujan, Intensitas sinar matahari,
Supriyadi, 1993).                                dan kelembaban.
       Pestisida adalah semua zat campuran              Prinsip pengendalian hama tanaman
zat yang khusus di gunakan untuk                 yang di kembangkan oleh manusia dewasa
mengendalikan,       mencegah       gangguan     ini adalah menekan jumlah populasi hama
serangga, binatang mengerat, nematode,           yang menyerang tanaman sampai pada
gulma, virus, bakteri, jasad renik yang di       tingkat populasi yang tidak merugikan.
anggap hama. Pestisida dapat di golongkan        Komponen pengendalian hama yang dapat
berdasarkan sasaran yaitu insektisida untuk      di terapkan untuk mencapai sasaran tersebut
mengendalikan serangga hama, fungisida           antara     lain     pengendalian       hayati,
untuk mengendalikan cendawan, rodentisida        pengendalian secara fisik dan mekanik,
untuk mengendalikan binatang pengerat,           pengendalian secara kultur teknis dan
nematisida untuk mengendalikan nematode,         pengendalian secara kimiawi.


                                                                                             7
DAFTAR PUSTAKA

Limbongan j dan Maskar, 2003. Potensi
         Pengembanagan dan Ketersediaan
         Tehnologi Bawang Merah Palu di
         Sulawesi Tengah. J Litbang
         Pertanian 22 (3) 103-108
Moekasan,TK 1994. Pengujian Ambang
         Pengendalian Hama Spedoptera
         exigua      Berdasarkan      Umur
         Tanaman dan Intensitas Kerusakan
         Tanaman Bawang Merah di
         Dataran Rendah. Pros Seminar
         Hasil     Penelitian     Pendukung
         Pengendalian      Hama     Terpadu.
         Lembang
Moekasan,TK 2002. Efikasi dan Formulasi
         seNPV Terhadap Larva Spedoptera
         exigua pada Tanaman Bawang
         Merah di Rumah Kasa. J.Hort 12
Rahayu, Estu. 2008. Bawang Merah.
         Jakarta: Penebar Swadaya
Sastrosiswojo dan Rubiati. 2001. Pengaruh
         Aplikasi Insektisida Kloropirifos
         Dan Deltamentrin Pada Tanaman
         Bawang        Merah       Terhadap
         Resurgensi Spedoptera exigua. J
         Hort 11
Sutarya, 1996. Hama Ulat Spedoptera
         exigua Pada Bawang Merah Dan
         Strategi    Pengendaliannya.      J
         Litbang Pertanian.
Wibowo, Singgih. 2006. Budi Daya Bawang
         Putih, Merah, dan Bombay. Jakarta:
         Penebar Swadaya.




                                               8

More Related Content

What's hot

Pedoman pengendalian hama terpadu
Pedoman pengendalian hama terpaduPedoman pengendalian hama terpadu
Pedoman pengendalian hama terpaduSatrianinadhifa
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...Moh Masnur
 
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asliVanyWardani
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
Analisis agroekosistem
Analisis agroekosistemAnalisis agroekosistem
Analisis agroekosistemmuditateach
 
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)Wahyu Setyawan
 
Teknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatTeknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatYosep Setiawan
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENJosua Sitorus
 
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)Trisna Monalia
 
Tatacara pelepasan varietas tanaman (permentan no. 61 tahun 2011)
Tatacara pelepasan varietas tanaman (permentan no. 61 tahun 2011)Tatacara pelepasan varietas tanaman (permentan no. 61 tahun 2011)
Tatacara pelepasan varietas tanaman (permentan no. 61 tahun 2011)Hari Prasetyo
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduPurwandaru Widyasunu
 
Kul 5. sosper. lembaga, kelompok & organisasi sosial pertanian
Kul 5. sosper. lembaga, kelompok & organisasi sosial pertanianKul 5. sosper. lembaga, kelompok & organisasi sosial pertanian
Kul 5. sosper. lembaga, kelompok & organisasi sosial pertaniansodikin ali
 
Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaTidar University
 
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Novayanti Simamora
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surutsobarputra
 

What's hot (20)

Seleksi Bibit Kelapa Sawit dembibitan
Seleksi Bibit Kelapa Sawit dembibitanSeleksi Bibit Kelapa Sawit dembibitan
Seleksi Bibit Kelapa Sawit dembibitan
 
Pedoman pengendalian hama terpadu
Pedoman pengendalian hama terpaduPedoman pengendalian hama terpadu
Pedoman pengendalian hama terpadu
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
Budidaya padi lebak
Budidaya padi lebakBudidaya padi lebak
Budidaya padi lebak
 
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
 
Analisis agroekosistem
Analisis agroekosistemAnalisis agroekosistem
Analisis agroekosistem
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
 
Teknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatTeknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomat
 
9. produksi benih
9. produksi benih9. produksi benih
9. produksi benih
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
 
Metode kimia
Metode kimiaMetode kimia
Metode kimia
 
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
 
Tatacara pelepasan varietas tanaman (permentan no. 61 tahun 2011)
Tatacara pelepasan varietas tanaman (permentan no. 61 tahun 2011)Tatacara pelepasan varietas tanaman (permentan no. 61 tahun 2011)
Tatacara pelepasan varietas tanaman (permentan no. 61 tahun 2011)
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
 
Kul 5. sosper. lembaga, kelompok & organisasi sosial pertanian
Kul 5. sosper. lembaga, kelompok & organisasi sosial pertanianKul 5. sosper. lembaga, kelompok & organisasi sosial pertanian
Kul 5. sosper. lembaga, kelompok & organisasi sosial pertanian
 
Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulma
 
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 

Viewers also liked

Monitoring hama dan musuh alami pada tanaman bawang
Monitoring hama dan musuh alami pada tanaman bawangMonitoring hama dan musuh alami pada tanaman bawang
Monitoring hama dan musuh alami pada tanaman bawangArif nor fauzi
 
Manfaat bawang merah sebagai pembuat pestisida alami
Manfaat bawang merah sebagai pembuat pestisida alamiManfaat bawang merah sebagai pembuat pestisida alami
Manfaat bawang merah sebagai pembuat pestisida alamiWidya Saraswati
 
Cara efektif pengendalian hama dan penyakit tanaman cabe
Cara efektif pengendalian hama dan penyakit  tanaman cabeCara efektif pengendalian hama dan penyakit  tanaman cabe
Cara efektif pengendalian hama dan penyakit tanaman cabeJoni Herman Ritonga
 
6 nurjanani-identifikasi-bawang merah
6 nurjanani-identifikasi-bawang merah6 nurjanani-identifikasi-bawang merah
6 nurjanani-identifikasi-bawang merahxie_yeuw_jack
 
Pedoman Perenc. Teknis Sarana Permukiman Transmigrasi
Pedoman Perenc. Teknis Sarana Permukiman TransmigrasiPedoman Perenc. Teknis Sarana Permukiman Transmigrasi
Pedoman Perenc. Teknis Sarana Permukiman TransmigrasiFitri Indra Wardhono
 
TENAGA PENDAMPING PERMUKIMAN TRANSMIGRASI" TAHUN 2016 = Tkpmp
TENAGA PENDAMPING PERMUKIMAN TRANSMIGRASI" TAHUN 2016 = TkpmpTENAGA PENDAMPING PERMUKIMAN TRANSMIGRASI" TAHUN 2016 = Tkpmp
TENAGA PENDAMPING PERMUKIMAN TRANSMIGRASI" TAHUN 2016 = TkpmpBobby Denil Lesmana
 
Model Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
Model Konservasi Tanah dan Air oleh HelmasModel Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
Model Konservasi Tanah dan Air oleh HelmasHelmas Tanjung
 
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompokTumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompokWahono Syahida
 
Kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi
Kebijakan pembangunan kawasan transmigrasiKebijakan pembangunan kawasan transmigrasi
Kebijakan pembangunan kawasan transmigrasipdatarawa
 
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alamiPetunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alamiMuhammad Saifuddin
 
Desain Mesin Penyiram Bawang Merah
Desain Mesin Penyiram Bawang MerahDesain Mesin Penyiram Bawang Merah
Desain Mesin Penyiram Bawang MerahBambang Sujanarko
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiJosua Sitorus
 
Proposal yayasan al muhajirin
Proposal yayasan al muhajirinProposal yayasan al muhajirin
Proposal yayasan al muhajirinKang Dadan
 

Viewers also liked (20)

Monitoring hama dan musuh alami pada tanaman bawang
Monitoring hama dan musuh alami pada tanaman bawangMonitoring hama dan musuh alami pada tanaman bawang
Monitoring hama dan musuh alami pada tanaman bawang
 
Manfaat bawang merah sebagai pembuat pestisida alami
Manfaat bawang merah sebagai pembuat pestisida alamiManfaat bawang merah sebagai pembuat pestisida alami
Manfaat bawang merah sebagai pembuat pestisida alami
 
Makalah Bawang Merah
Makalah Bawang MerahMakalah Bawang Merah
Makalah Bawang Merah
 
Proposal singkong
Proposal singkongProposal singkong
Proposal singkong
 
Budidaya Bawang Daun
Budidaya Bawang DaunBudidaya Bawang Daun
Budidaya Bawang Daun
 
Cara efektif pengendalian hama dan penyakit tanaman cabe
Cara efektif pengendalian hama dan penyakit  tanaman cabeCara efektif pengendalian hama dan penyakit  tanaman cabe
Cara efektif pengendalian hama dan penyakit tanaman cabe
 
6 nurjanani-identifikasi-bawang merah
6 nurjanani-identifikasi-bawang merah6 nurjanani-identifikasi-bawang merah
6 nurjanani-identifikasi-bawang merah
 
Bab II
Bab IIBab II
Bab II
 
Pedoman Perenc. Teknis Sarana Permukiman Transmigrasi
Pedoman Perenc. Teknis Sarana Permukiman TransmigrasiPedoman Perenc. Teknis Sarana Permukiman Transmigrasi
Pedoman Perenc. Teknis Sarana Permukiman Transmigrasi
 
TENAGA PENDAMPING PERMUKIMAN TRANSMIGRASI" TAHUN 2016 = Tkpmp
TENAGA PENDAMPING PERMUKIMAN TRANSMIGRASI" TAHUN 2016 = TkpmpTENAGA PENDAMPING PERMUKIMAN TRANSMIGRASI" TAHUN 2016 = Tkpmp
TENAGA PENDAMPING PERMUKIMAN TRANSMIGRASI" TAHUN 2016 = Tkpmp
 
Model Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
Model Konservasi Tanah dan Air oleh HelmasModel Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
Model Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
 
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompokTumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok
 
Kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi
Kebijakan pembangunan kawasan transmigrasiKebijakan pembangunan kawasan transmigrasi
Kebijakan pembangunan kawasan transmigrasi
 
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alamiPetunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
 
Desain Mesin Penyiram Bawang Merah
Desain Mesin Penyiram Bawang MerahDesain Mesin Penyiram Bawang Merah
Desain Mesin Penyiram Bawang Merah
 
Proposal pembangunan pondok pesantren
Proposal pembangunan pondok pesantrenProposal pembangunan pondok pesantren
Proposal pembangunan pondok pesantren
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
 
Budidaya bawang daun
Budidaya bawang daunBudidaya bawang daun
Budidaya bawang daun
 
Proposal yayasan al muhajirin
Proposal yayasan al muhajirinProposal yayasan al muhajirin
Proposal yayasan al muhajirin
 
proposal-rehab
 proposal-rehab proposal-rehab
proposal-rehab
 

Similar to MK Klimatologi Terapan Analisis Hama Ulat Bawang

69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdfssuser37d4f01
 
Makalah nirtanah - Jamur Tiram
Makalah nirtanah - Jamur TiramMakalah nirtanah - Jamur Tiram
Makalah nirtanah - Jamur TiramSarah Kartika
 
struktur tumbuhan.pptx
struktur tumbuhan.pptxstruktur tumbuhan.pptx
struktur tumbuhan.pptxMayaFadhillah3
 
Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)annisaroshi
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumuloanisasptiany
 
Pera- pengaruh peningkatan konsentrasi yeast dan pemotongan ujung bawang terh...
Pera- pengaruh peningkatan konsentrasi yeast dan pemotongan ujung bawang terh...Pera- pengaruh peningkatan konsentrasi yeast dan pemotongan ujung bawang terh...
Pera- pengaruh peningkatan konsentrasi yeast dan pemotongan ujung bawang terh...Yan PeRa
 
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfL1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfMngtad
 
8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putihxie_yeuw_jack
 
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedediana novitasari
 
Bab i va 1 diagnosis penyakit biotik
Bab i va 1 diagnosis penyakit biotikBab i va 1 diagnosis penyakit biotik
Bab i va 1 diagnosis penyakit biotikKustam Ktm
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAlfian Nopara Saifudin
 

Similar to MK Klimatologi Terapan Analisis Hama Ulat Bawang (20)

Rpp ujian
Rpp ujian Rpp ujian
Rpp ujian
 
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
 
Makalah nirtanah - Jamur Tiram
Makalah nirtanah - Jamur TiramMakalah nirtanah - Jamur Tiram
Makalah nirtanah - Jamur Tiram
 
Slide 2 kapita hortikultuta
Slide 2 kapita hortikultutaSlide 2 kapita hortikultuta
Slide 2 kapita hortikultuta
 
struktur tumbuhan.pptx
struktur tumbuhan.pptxstruktur tumbuhan.pptx
struktur tumbuhan.pptx
 
struktur tumbuhan.pdf
struktur tumbuhan.pdfstruktur tumbuhan.pdf
struktur tumbuhan.pdf
 
Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)
 
Makalah hortikultura
Makalah hortikulturaMakalah hortikultura
Makalah hortikultura
 
Amali biologi
Amali biologiAmali biologi
Amali biologi
 
OPT Bw.Merah.pptx
OPT Bw.Merah.pptxOPT Bw.Merah.pptx
OPT Bw.Merah.pptx
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
 
Pera- pengaruh peningkatan konsentrasi yeast dan pemotongan ujung bawang terh...
Pera- pengaruh peningkatan konsentrasi yeast dan pemotongan ujung bawang terh...Pera- pengaruh peningkatan konsentrasi yeast dan pemotongan ujung bawang terh...
Pera- pengaruh peningkatan konsentrasi yeast dan pemotongan ujung bawang terh...
 
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfL1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
 
8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih
 
Penelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutanPenelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutan
 
Penelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutanPenelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutan
 
Penelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutanPenelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutan
 
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
 
Bab i va 1 diagnosis penyakit biotik
Bab i va 1 diagnosis penyakit biotikBab i va 1 diagnosis penyakit biotik
Bab i va 1 diagnosis penyakit biotik
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 

More from Hanifah Nurhayati

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...Hanifah Nurhayati
 
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...Hanifah Nurhayati
 
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIMSISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIMHanifah Nurhayati
 
PPT PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
PPT PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...PPT PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
PPT PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...Hanifah Nurhayati
 
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...Hanifah Nurhayati
 
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SSTPELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SSTHanifah Nurhayati
 
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIRIDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIRHanifah Nurhayati
 
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)Hanifah Nurhayati
 
Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)
Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)
Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)Hanifah Nurhayati
 
Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...
Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...
Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...Hanifah Nurhayati
 
Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)
Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)
Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)Hanifah Nurhayati
 

More from Hanifah Nurhayati (20)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
 
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
PPT ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Stu...
 
GFM 45
GFM 45GFM 45
GFM 45
 
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIMSISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
SISTEM ASURANSI INDEKS IKLIM
 
KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA
KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARAKONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA
KONTRIBUTOR PENCEMAR UDARA
 
PPT PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
PPT PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...PPT PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
PPT PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DA...
 
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
 
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SSTPELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
PELUANG HOTSPOT BERDASARKAN ANOMALI SST
 
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIRIDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
IDENTIFIKASI CLIMATE TRESHOLD UNTUK KEJADIAN BANJIR
 
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
 
Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)
Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)
Praktikum 5 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 1)
 
Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...
Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...
Praktikum 4 anhid (ANALISIS KURVA DEPTH DURATION FREQUENCY (DDF) DAN INTENSIT...
 
Praktikum 3 cover
Praktikum 3 coverPraktikum 3 cover
Praktikum 3 cover
 
Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)
Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)
Praktikum 2 anhid (MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI)
 
Praktikum 2 cover
Praktikum 2 coverPraktikum 2 cover
Praktikum 2 cover
 
Praktikum i cover
Praktikum i coverPraktikum i cover
Praktikum i cover
 
Analisis siklon tropis
Analisis siklon tropisAnalisis siklon tropis
Analisis siklon tropis
 
Praktikum i anhid
Praktikum i anhidPraktikum i anhid
Praktikum i anhid
 
Laporan front kelompok 4
Laporan front kelompok 4Laporan front kelompok 4
Laporan front kelompok 4
 
Meteo penerbangan
Meteo penerbanganMeteo penerbangan
Meteo penerbangan
 

MK Klimatologi Terapan Analisis Hama Ulat Bawang

  • 1. MK. Klimatologi Terapan Hari/Tanggal: Rabu/ 17 Desember 2011 Dosen : Prof.Dr.Ir. Rizaldi Boer ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) Disusun oleh: Hanifah Nurhayati (G24080013) 1
  • 2. DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 BAB I Rumusan masalah yang digunakan PENDAHULUAN untuk mempermudah analasis mengenai hama ulat bawang pada tanaman bawang merah, diantaranya: 1.1. Latar Belakang 1.3.1 Bagaimana kondisi secara umum Bawang merah (Allium cepa) tentang hama ulat bawang merupakan salah satu komoditas hortikultura (Spodoptera exigua) pada tanaman yang sangat dibutuhkan oleh manusia. bawang merah (Allium cepa)? Dalam budidaya bawang, masalah yang 1.3.2 Bagaimana pengaruh hama ulat sering dihadapi yaitu cara budidaya, bawang (Spodoptera exigua) pada serangan hama dan penyakit, kekurangan tanaman bawang merah (Allium unsur mikro, dan lain sebagainya yang cepa)? menyebabkan produksi menurun. 1.3.3 Bagaimana pengaruh faktor iklim Jenis hama yang sering dijumpai pada terhadap penyebaran dan kehidupan bawang merah yaitu ulat bawang hama ulat bawang (Spodoptera (Spodoptera exigua). Bawang merah exigua)? merupakan inang utama Spodoptera exigua. Kehilangan hasil akibat serangan hama ini 1.3.4 Bagaimana pengaruh faktor manusia bisa mencapai 57% karena terjadi sejak fase dan organisme lain sebagai upaya pertumbuhan awal sampai dengan fase pengendalian hama ulat bawang pematangan umbi, bahkan bisa (Spodoptera exigua)? mengakibatkan gagal panen terutama di musim kemarau apabila pengendalian tidak BAB II dilakukan sesegera mungkin. TINJAUAN UMUM 1.2. Tujuan 2.1 Tanaman Bawang Merah (Allium Tujuan dilakukannya analisis cepa) mengenai hama ulat bawang pada tanaman Bawang merah, yang lebih dikenal bawang merah, diantaranya: 1.2.1 Untuk mengetahui secara umum tentang hama ulat bawang (Spodoptera exigua) pada tanaman bawang merah (Allium cepa) 1.2.2 Untuk mengetahui pengaruh hama ulat bawang (Spodoptera exigua) pada tanaman bawang merah (Allium cepa) 1.2.3 Untuk mengetahui pengaruh faktor iklim terhadap penyebaran dan kehidupan hama ulat bawang (Spodoptera exigua) dengan nama brambang (Jawa) dan bawang beureum (Sunda), sedangkan dalam bahasa 1.2.4 Untuk mengetahui pengaruh faktor Inggris disebut shallot. Bawang merah manusia dan organisme lain sebagai berasal dari Asia/Mediterania. Bawang upaya pengendalian hama ulat merah dibedakan atas bawang merah, bawang (Spodoptera exigua) bawang merah shallot, dan bawang bakung. Ketiga macam bawang merah ini berasal 1.3. Rumusan Masalah dari daerah tropika di Asia. Bentuk umbi 2
  • 3. bawang merah shallot (brambang) lebih pembuluh darah dan maag) karena kecil dari bawang merah yang lain. kandungan senyawa allin dan allisin yang Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan bersifat bakterisida (Rahayu,Estu. 2008). daerah sentra produksi dan pengembangan Adapun teknik budidaya bawang bawang merah dataran rendah. Sentra merah menurut Singgih Wobowo (2008) penanaman di Jawa Timur antara lain: yaitu harus memperhatikan hal-hal berikut Malang, Nganjuk, Probolinggo, dan Kediri. ini: Di Jawa Tengah antara lain: Tegal, Brebes 1) Syarat Tumbuh Bawang Merah dan Wates. Sedangkan di Jawa Barat antara Bawang merah dapat tumbuh pada lain: Majalengka, Kuningan dan Cirebon. tanah sawah atau tegalan, berstruktur remah, Daerah di luar Jawa yang merupakan sentra dan bertekstur sedang sampai liat. Jenis bawang merah adalah Samosir( Sumatra tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH utara) dan Lombok Timur. 5.6 - 6.5. Tanaman bawang merah Gambar 1. Bawang Merah memerlukan udara hangat untuk pertumbuhannya (25 s/d 320C), curah hujan Kingdom : Plantae (Tumbuhan) 300 sampai 2500 mm pertahun, ketinggian 0-400 mdpl, dan kelembaban 50-70 %. Subkingdom : Tracheobionta 2) Pengolahan Tanah Super Divisi : Spermatophyta Pengolahan tanah dilakukan dengan Divisi : Magnoliophyta tujuan untuk menciptakan lapisan tanah Kelas : Liliopsida (berkeping yang gembur, memperbaiki drainase dan satu / monokotil) aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, Sub Kelas : Liliidae dan mengendalikan gulma. Tanah dibajak Ordo : Liliales atau dicangkul dengan kedalaman 20 cm, kemudian dibuat bedengan selebar 120 - 175 Famili : Liliaceae (suku bawang- cm, tinggi 25 - 30 cm, serta panjang sesuai bawangan) disesuaikan dengan kondisi lahan. Saluran Genus : Allium drainase dibuat dengan lebar 40 - 50 cm dan Spesies : Allium cepa kedalaman 50 - 60 cm. Apabila pH tanah Tanaman bawang merah (Allium kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ascalonicum L.) merupakan salah satu ton/ha disebarkan di atas bedengan dan komoditas sayuran dataran rendah, berasal diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 dari Syria dan telah dibudidayakan semenjak minggu. Untuk mencegah serangan penyakit 5.000 tahun yang lalu. Bawang merah layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus merupakan tanaman semusim yang memiliki GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang umbi yang berlapis, berakar serabut, dengan matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan daun berbentuk silinder berongga. Umbi merata di atas bedengan. bawang merah terbentuk dari pangkal daun 3) Penyediaan Bibit yang bersatu dan membentuk batang yang Pada umumnya perbanyakan berubah bentuk dan fungsi, membesar dan bawang merah dilakukan dengan membentuk umbi. Umbi terbentuk dari menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas lapisan-lapisan daun yang membesar dan umbi bibit merupakan salah satu faktor yang bersatu. Tanaman ini dapat ditanam di menentukan tinggi rendahnya hasil produksi daratan rendah sampai daratan tinggi yang bawang merah. Umbi yang baik untuk bibit tidak lebih dari 1200 m dpl. Di daratan harus berasal dari tanaman yang cukup tua tinggi umbinya lebih kecil dibanding daratan yaitu berumur 70 - 80 hari setelah tanam, rendah. dengan ukuran sedang (beratnya 5 - 10 Kegunaan utama bawang merah gram, diameter 1,5 - 1,8 cm). Umbi bibit adalah sebagai bumbu masak. Meskipun tersebut harus terlihat segar dan sehat, tidak bukan merupakan kebutuhan pokok, bawang keriput, dan warnanya cerah. Umbi bibit merah cenderung selalu dibutuhkan sebagai telah siap tanam apabila telah disimpan 2 - 4 pelengkap bumbu masak sehari-hari. bulan sejak dipanen dan tunasnya sudah Kegunaan lainnya adalah sebagai obat sampai ke ujung umbi. tradisional (sebagai kompres penurun panas, diabetes, penurun kadar gula dan kolesterol darah, mencegah penebalan dan pengerasan 3
  • 4. 4) Penanaman dan Pemberian Pupuk umur 60-70 hari setelah tanam. Tanaman Dasar bawang merah dipanen setelah terlihat Setelah tanah selesai diolah selanjutnya dilakukan kegiatan pemupukan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah matang seperti pupuk kandang sapi dengan dosis 10-20 ton/ha atau pupuk kandang ayam dengan dosis 5-6 ton/ha, atau kompos dengan dosis 4-5 ton/ha. Selain itu pupuk P (SP-36) dengan dosis 200-250 kg/ha diberikan 2-3 hari tanda-tanda 60-70% daun telah rebah atau sebelum penanaman. leher batang lunak, sedangkan untuk bibit kerebahan daun lebih dari 90%. Panen Umbi bibit ditanam dengan jarak 10 dilakukan waktu udara cerah. Pada waktu cm x 20 cm atau 15 cm x 15 cm. Lobang panen, bawang merah diikat dalam ikatan- tanaman dibuat setinggi umbi dengan ikatan kecil (1-1.5 kg/ikat), kemudian menggunakan alat penugal. Umbi bawang dijemur selama 5-7 hari). Setelah kering merah dimasukkan ke dalam lobang (penjemuran 5-7 hari), 3-4 ikatan bawang tanaman dengan gerakan seperti memutar merah diikat menjadi satu, kemudian sekrup, hingga ujung umbi tampak rata bawang dijemur dengan posisi penjemuran dengan permukaan tanah. Setelah tanam bagian umbi di atas selama 3-4 hari. Pada dilakukan penyiraman dengan menggunakan penjemuran tahap kedua dilakukan embrat yang halus. pembersihan umbi bawang dari tanah dan 5) Pemupukan Susulan kotoran. Bila sudah cukup kering (kadar air Pemupukan susulan dilakukan pada kurang lebih 85 %), umbi bawang merah umur 10-15 hari dan umur 30-35 hari setelah siap dipasarkan atau disimpan di gudang. tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan 10) Kriteria Kualitas Bawang Merah adalah : Urea 75-100 kg/ha, ZA 150-250 Kriteria kualitas bawang merah kg/ha, Kcl 75-100 kg/ha. Pupuk diaduk rata yang dikehendaki oleh konsumen rumah dan diberikan di sepanjang garitan tanaman. tangga adalah : umbi berukuran besar, 6) Pengairan bentuk umbi bulat, warna kulit merah Tanaman bawang membutuhkan air keunguan, dan umbi kering askip. yang cukup dalam pertumbuhannya. Sedangkan konsumen luar (untuk ekspor) Penyiraman pada musim kemarau dilakukan yang dikehendaki adalah : umbi berukuran 1 kali dalam sehari pada pagi hari atau sore, besar, bentuk umbi bulat, wana kulit merah sejak tanam sampai menjelang panen. muda, dan umbi kering lokal. 7) Menyiangan dan Pembumbunan Menyiang dilakukan sesuai dengan 2.2 Hama Ulat Bawang (Spodoptera kondisi gulma, minimal dilakukan dua exigua) kali/musim, yaitu menjelang dilakukannya Gambar 2. Ulat Bawang pemupukan susulan. Kegiatan membumbun dilakukan saat tanaman umur 30 dan 45 hari setelah tanam atau disesuaikan dengan Ulat Bawang : Spodoptera exigua Hbn. kondisi umbi sampai muncul ke permukaan Famili : Noctuidae tanah. Ordo : Lepidoptera 8) Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit yang sering Rentangan sayap ngengat menyerang tanaman bawang merah adalah panjangnya antara 25 – 30 mm. Sayap ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun, depan berwarna coklat tua dengan garis- nematoda akar, bercak ungu alternaria, garis yang kurang tegas dan terdapat pula embun tepung, busuk leher batang, otomatis/ bintik-bintik hitam. Sayap belakang antraknose, busuk Umbi, layu fusarium dan berwarna keputih-putihan dan tepinya busuk basah. bergaris-garis hitam. Ngengat betina mulai 9) Panen dan Pasca Panen bertelur pada umur 2 – 10 hari. Bawang merah dipanen apabila Telur berbentuk bulat sampai bulat umurnya sudah cukup tua, biasanya pada panjang, diletakkan oleh induknya dalam 4
  • 5. bentuk kelompok pada permukaan daun atau Perbedaan tingkat kesesuaian dapat terjadi batang dan tertutup oleh bulu-bulu atau sisik baik pada tanaman yang sama maupun pada dari induknya. Tiap kelompok telur tanaman yang berbeda spesiesnya maksimum terdapat 80 butir. Jumlah telur (Fadruddind, 1980). yang dihasilkan oleh seekor ngengat betina Tanaman bawang merah merupakan sekitar 500 – 600 butir. Setelah 2 hari telur salah satu inang utama S. exigua. Tanaman menetas menjadi larva. inang lainnya adalah tanaman padi, terutama Larva atau ulat muda berwarna yang di tanam pada dataran tinggi hijau dengan garis-garis hitam pada (Kalshoven, 1981). Selain itu S.exiqua juga punggungnya. Ulat tua mempunyai dapat meyerang tanaman tomat, lombok, beberapa variasi warna, yaitu hijau, coklat tembakau, orok-orok, kapri, jagung dan muda dan hitam kecoklatan. Ulat yang sayuran lainnya (Sunarjono dan Soedomo, hidup di dataran tinggi umumnya berwarna 1983). coklat. Ulat grayak (Spodoptera spp). Stadium ulat terdiri dari 5 instar. dikenal sebagai hama yang polifag dan Instar pertama panjangnya sekitar 1,2 – 1,5 banyak jenisnya. Hama ini disebut sebagai mm, instar kedua sampai instar terakhir ulat grayak karena serangannya mendadak antara 1,5 – 19 mm. Setelah instar terakhir atau secara tiba-tiba dan menyerang dalam ulat merayap atau menjatuhkan diri ke tanah jumlah yang banyak. Spodoptera exigua untuk berkepompong. Ulat lebih aktif pada merupakan salah satu jenis ulat grayak yang malam hari. Stadium larva berlangsung menjadi kendala utama dalam budidaya selama 8 – 10 hari. bawang merah ( Sutarya, 1996). Menurut Pupa berwarna coklat muda dengan Sastrosiswojo dan Rubiati ( 2001) ulat panjang 9 – 11 mm, tanpa rumah pupa. grayak ( S.exigua ) dan thrips ( Thrips tabact Pupa berada di dalam tanah dengan Lind) seringkali berstatus sebagai hama kedalaman + 1 cm, dan sering dijumpai juga utama pada tanaman bawang merah. Biaya pada pangkal batang, terlindung di bawah yang dikeluarkan untuk pengendalian hama daun kering, atau di bawah partikel tanah. dan penyakit mencapai 30-50 % dari total Pupa memerlukan waktu 5 hari untuk biaya produksi dan setengahnya untuk berkembang menjadi ngengat. pembelian pestisida ( Moekasan, 2002). Hama ulat bawang tersebut Serangan S. exigua dijumpai menyebar di daerah sentra produksi bawang hampir disetiap fase pertumbuhan tanaman merah di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara bawang merah. Pada fase awal pertumbuhan Barat dan Irian. biasanya dijumpai kelompok telur dan stadia awal. Populasinya akan terus meningkat mulai umur tanaman dua minggu dan BAB IV mencapai puncaknya pada tanaman umur 4- PEMBAHASAN 7 minggu ( Sutarya, 1996). Moekasan (1996) menyatakan populasi hama S. exigua meningkat pada minggu kedua setelah tanam 4.1 Pengaruh Hama Ulat Bawang dan mencapai puncaknya pada minggu (Spodoptera exigua) Pada Tanaman keempat atau kelima setelah tanam. Bawang Merah (Allium cepa) Ngengat S. exigua meletakkan telur Tanaman inang adalah tanaman yang secara berkelompok pada malam hari. Telur dapat memenuhi kebutuhan serangga baik ditutupi oleh rambut dan sisik-sisik halus yang berhubungan dengan perilaku maupun yang berasal dari tubuhnya dengan kebutuhan gizi serangga. Hubungan Gejala serangan : antara tanaman inang dan serangga merupakan serangkaian proses interaksi • Dimulai dari ujung daun, ulat memakan antara lain mekanisme pemilihan tanaman jaringan tanaman bagian dalam sehingga inang. Pemanfaatan tanaman tersebut yang tertinggal hanya jaringan epidermis sebagai sumber makanan serta tempat saja. berlinung dan tempat bertelur. Serangga • Daun akan berwarna kecoklatan dan pada berkembang biak lebih cepat pada tanaman tahap selanjutnya daun akan mati dan inang yang sesuai dan sebaliknya akhirnya tanaman juga akan mati. perkembangan serangga menjadi lambat Kerugian yang ditimbulkan akibat pada tanaman inang yang kurang sesuai. serangan S. exigua pada bawang merah 5
  • 6. neragam. Koestomi dan Sastrowardojo untuk tanaman bawang merah adalah 800- (1991 dalam Moekasan, 1994 ) 1000 m dpl. Ketinggian suatu daerah menyebabkan kehilangan hasil panen berkaitan erat dengan suhu udara. Semakin bawang merah akibat S. exigua berkisar 45- tinggi letak suatu daerah dari permukaan 47 %. Menurut Setiawati (1996 dalam laut, suhu udara makin rendah. Sementara Moekasan, 2002) kepadatan tiga dan lima itu, seperti dengan ulat bawang pertumbuhan larva S. exigua perrumpun tanaman bawang tanaman juga dipengaruhi oleh suhu udara. merah dapat menyebabkan kehilangan hasil Bawang merah sangat cocok ditanam di msing-masing sebesar 32 dan 42 %. Pada daerah dengan suhu udara yang hangat- tanaman bawang merah yang berumur 49 hangat panas, kering dan cerah. Bawang hari, serangannya dapat mencapai 62,98% merah yang ditanam di daerah dengan suhu dengan rata-rata populasi larva 11,52 ekor/ udara rendah dan dingin pertumbuhannya rumpun ( Sutarya, 1996) dengan demikian terhambat. Suhu udara yang ideal untuk kehilangan hasil berkisar antara 46,56 – tanaman bawang merah antara 25-30 derajat 56,94% (Dibyantoro,1996 dalam Sutarya C dan suhu ideal untuk tanaman bawang 1996) jika tanaman bawang merah mendapat merah ini juga merupakan suhu optomum serangan yang relative berat pada awal fase untuk pertumbuhan ualat bawang, sehingga pemebentukan umbi, maka resiko kegagalan ulat bawang mengalami pertumbuhan dan panen akan lebih besar ( moekasan, 1994) kehidupan yang baik karena didukung faktor iklim dan makanan yang baik. 4.2 Pengaruh Faktor Iklim Terhadap Angin Penyebaran Dan Kehidupan Hama Angin merupakan faktor iklim yang Ulat Bawang (Spodoptera exigua) juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ulat Lingkungan merupakan faktor yang bawang . Penyebaran telur-telur ulat bawang paling dominan dalam menetukan kehidupan juga dilakukan oleh angin. suatu makhluk hidup. Kondisi lingkungan Curah Hujan khususnya iklim yang mendukung Fase kehidupan ulat bawang sangat pertumbuhan dan perkembangan ulat rentan terhadap curah hujan tinggi. Curah bawang (Spodoptera exigua) tentunya tidak hujan yang sesuai untuk pertumbuhan ulat berbeda jauh dengan tanaman inangnya bawang adalah antara 300-2500 mm/tahun. yaitu bawang merah. Kehidupan serangga Intensitas Sinar Matahari sangat erat hubungan dengan keadaan lingkungan dan serangga memiliki cara Intensitas sinar matahari penuh hidup tersendiri berbeda-beda menurut lebih dari 14 jam/hari. Ulat bawang yang jenisnya. Menurut Smith (1987 dalam hidup di daerah yang tidak cukup Sutarya 1996), bahwa lamanya daur hidup mendapatkan sinar matahari, tempat yang ulat bawang ini sangat tergantung dari teduh, sering berkabut atau terlindung temperature. Temperatur yang tinggi akan pepohonan akan memperpendek stadium memperpendek stadium larva, pupa dan larva, pupa dan imago. Dengan demikian, imago. Dengan demikian, daur hidup ulat daur hidup ulat bawang ini di tempat yang bawang ini di dataran tinggi memerlukan tidak cukup sinar matahari memerlukan waktu yang relative lama di bandingkan waktu yang relative. dataran rendah. Suhu optimum yang di Kelembaban udara butuhkan oleh serangga ini adalah 28°C Kelembaban udara (nisbi). Untuk (HILL, 1983). Faktor iklim yang berperan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam berbagai aspek kehidupan ulat untuk ulat bawang yaitu kalembaban udara bawang antara lain suhu dan ketinggian nisbi antara 80-90 prosen. tempat, angin, curah hujan, Intensitas sinar matahari, dan kelembaban. Suhu dan Ketinggian Tempat 4.3 Pengaruh Faktor Organisme Lain dan manusia Sebagai Upaya Pengendalian Oleh karena itu, dataran rendah Hama Ulat Bawang (Spodoptera yang meiliki merupakan tempat cocok untuk exigua) membudidayakan tanaman bawang merah/brambang (shallot) merupakan tempat Prinsip pengendalian hama tanaman yang cocok juga untuk pertumbuhan hama yang di kembangkan oleh manusia dewasa ulat bawang . Ketinggian tempat terbaik ini adalah menekan jumlah populasi hama yang menyerang tanaman sampai pada 6
  • 7. tingkat populasi yang tidak merugikan. mulliksisida untuk mengendalikan molluska Komponen pengendalian hama yang dapat atau siput, akarisida untuk mengendalikan di terapkan untuk mencapai sasaran tersebut akarina atau tungau, herbisida untuk antara lain pengendalian hayati, mengendalikan gulma dan bakterisida untuk pengendalian secara fisik dan mekanik, mengendalikan bakteri (Rukmana dan pengendalian secara kultur teknis dan Sugandi, 2002). Insektisida yang di izinkan pengendalian secara kimiawi. untuk pengendalian hama pada tanaman Pengendalian Hayati bawang merah yaitu Atabron 50 EC, Buldok 25 EC, Curacron 500 EC, Larvin 375 AS, Suatu teknik pengendalian hama Larvin 75 WP, Matador 25 EC, Lannate 25 secara biologi yaitu dengan memanfaatkan WP, Decis 2,5 EC, Drusband 20 EC, Metal musuh alami seperti prodator, parasitoid dan 30 EC (Anonim, 2004). pathogen. Keuntungan pengendalian hayati ini adalah aman, tidak menimbulkan Insektisida Pratenofos 500 g/l dengan pencemaran lingkungan dan tidak nama dagang Curacron 500 EC merupakan menyebabkan resistensi (Jumar, 2000). racun kontak dan racun lambung den Beberapa spesies predator dari S. litura termasuk dalam golongan organofosfat, adalah Solenopsis sp, Paedorus sp, Decis 2,5 EC berbahan aktif Deltametrin 25 Euberellia sp, Lycosa sp, dan laba-laba. g/l dan termasuk golongan piretroid yang bersifat racun kontak dan racun lambung Pengendalian Secara Kultur Teknis serta Dursband 200 EC barbahan aktif Pengendalian serangga hama dengan klorpiritos 200 g/l dan termasuk golongan memodifikasi kegiatan pertanian agar organotostak yang bersifat racun kontak dan lingkungan pertanian menjadi tidak lambung menguntungkan bagi perkembangan hama. Usaha-usaha tersebut mencakup sanitasi, pengolahan tanah, pergiliran tanaman, KESIMPULAN pemupukan berimbang, penggunaan mulsa, penggunaan tanaman perangkap (Endah dan Tanaman bawang merah Novisan, 2003). merupakan salah satu inang utama Pengendalian Kimiawi Spodoptera exigua. Ulat bawang dikenal Usaha mengendalikan hama dengan sebagai hama yang polifag dan banyak menggunakan bahan kimia pestisida yang jenisnya. Hama ini disebut sebagai ulat mempunyai daya racun terhadap serangga grayak karena serangannya mendadak atau hama yang di sebut Insektisida. Insektisida secara tiba-tiba dan menyerang dalam dapat bersifat racun perut, racub konkak, dan jumlah yang banyak. racun pernapasan. Insektisida yang dapat Lingkungan merupakan faktor yang bersifat racun perut seperti : Curacron paling dominan dalam menetukan kehidupan 500EC dan Decis 2,5 EC (Anonim, 1994). suatu makhluk hidup. Kehidupan serangga Pengendalian ulat bawang pada sangat erat hubungan dengan keadaan tanaman bawang merah hingga saat ini lingkungan dan serangga memiliki cara masih mengandalkan penggunaan hidup tersendiri berbeda-beda menurut insektisida secara intensik baik dengan jenisnya. Faktor iklim yang berperan dalam meningkatkan dosis maupun dengan berbagai aspek kehidupan ulat bawang meningkatkan interval waktu penyemprotan antara lain suhu dan ketinggian tempat, dengan system kelender (Moeksan dan angin, curah hujan, Intensitas sinar matahari, Supriyadi, 1993). dan kelembaban. Pestisida adalah semua zat campuran Prinsip pengendalian hama tanaman zat yang khusus di gunakan untuk yang di kembangkan oleh manusia dewasa mengendalikan, mencegah gangguan ini adalah menekan jumlah populasi hama serangga, binatang mengerat, nematode, yang menyerang tanaman sampai pada gulma, virus, bakteri, jasad renik yang di tingkat populasi yang tidak merugikan. anggap hama. Pestisida dapat di golongkan Komponen pengendalian hama yang dapat berdasarkan sasaran yaitu insektisida untuk di terapkan untuk mencapai sasaran tersebut mengendalikan serangga hama, fungisida antara lain pengendalian hayati, untuk mengendalikan cendawan, rodentisida pengendalian secara fisik dan mekanik, untuk mengendalikan binatang pengerat, pengendalian secara kultur teknis dan nematisida untuk mengendalikan nematode, pengendalian secara kimiawi. 7
  • 8. DAFTAR PUSTAKA Limbongan j dan Maskar, 2003. Potensi Pengembanagan dan Ketersediaan Tehnologi Bawang Merah Palu di Sulawesi Tengah. J Litbang Pertanian 22 (3) 103-108 Moekasan,TK 1994. Pengujian Ambang Pengendalian Hama Spedoptera exigua Berdasarkan Umur Tanaman dan Intensitas Kerusakan Tanaman Bawang Merah di Dataran Rendah. Pros Seminar Hasil Penelitian Pendukung Pengendalian Hama Terpadu. Lembang Moekasan,TK 2002. Efikasi dan Formulasi seNPV Terhadap Larva Spedoptera exigua pada Tanaman Bawang Merah di Rumah Kasa. J.Hort 12 Rahayu, Estu. 2008. Bawang Merah. Jakarta: Penebar Swadaya Sastrosiswojo dan Rubiati. 2001. Pengaruh Aplikasi Insektisida Kloropirifos Dan Deltamentrin Pada Tanaman Bawang Merah Terhadap Resurgensi Spedoptera exigua. J Hort 11 Sutarya, 1996. Hama Ulat Spedoptera exigua Pada Bawang Merah Dan Strategi Pengendaliannya. J Litbang Pertanian. Wibowo, Singgih. 2006. Budi Daya Bawang Putih, Merah, dan Bombay. Jakarta: Penebar Swadaya. 8