SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 73
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Dalam perkembangan dunia perbankan dan dunia usaha sekarang ini 
timbul lembaga keuangan seperti lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan 
tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang 
menjalankan kegiatan di bidang perekonomian (keuangan, industri, dan 
perdagangan), yang dilakukan secara terus menerus atau teratur (regelmatig), 
terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau 
laba.1 
Dalam Pasal 1 huruf (b) UU Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib 
Daftar Perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan adalah setiap bentuk usaha 
yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan 
yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Republik Indonesia, 
untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. 
Sedangkan, pengertian dari Perusahaan Pembiayaan diatur dalam 
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan 
Pembiayaan, dalam Pasal 1 huruf (b) dikatakan bahwa Perusahaan Pembiayaan 
adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang 
khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha 
Lembaga Pembiayaan. Lembaga pembiayaan yang berkembang pada saat ini 
seperti: 
1 Abdul R Saliman, SH, MM, dkk, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan Contoh 
Kasus), Kencana Renada Media Group, Jakarta 2005. hlm. 100.
2 
1. Lembaga pembiayaan proyek (project finance) 
2. Lembaga pembiayaan Modal ventura (ventura capital) 
3. Lembaga pembiayaan sewa guna usaha (leasing) 
4. Lembaga pembiayaan anjak piutang (factoring) 
5. Lembaga pembiayaan konsumen (consumer finance) 
6. Lembaga pembiayaan kartu kredit (credit card) 
7. Lembaga pembiayaan usaha kecil. 
Secara ketentuan hukum lembaga pembiayaan diatur dalam Peraturan 
Presiden Nomor 9 Tahun 2009. Dalam perpres ini yang dimaksud lembaga 
Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam 
bentuk penyediaan dana atau barang modal.2 Sedangkan yang dimaksud dengan 
perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk 
melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau 
usaha Kartu Kredit.3 Jadi dalam pelaksanaan suatu pembiayaan haruslah 
mempunyai legalitas baik berbentuk badan usaha maupun badan hukum. Legalitas 
suatu perusahaan atau badan usaha adalah merupakan unsur yang terpenting, 
karena legalitas merupakan jati diri yang melegalkan atau mengesahkan suatu 
badan usaha sehingga diakui oleh masyarakat.4 
Perusahaan Pembiayaan merupakan badan usaha yang melaksanakan 
kegiatan usaha dari lembaga pembiayaan. Selain Perusahaan Pembiayaan, bank 
dan lembaga keuangan bukan bank juga merupakan badan hukum yang 
melaksanakan aktivitas dari lembaga pembiayaan yaitu : 
2 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 1 ayat (1) 
3 Ibid Pasal 1 ayat (2) 
4 Zaeni asyhadie, Hukum Bisnis, PT. Raja Grafindo, Jakarta 2005. hlm 83
3 
a. Sewa Guna Usaha; 
b. Modal Ventura; 
c. Perdagangan Surat Berharga; 
d. Anjak Piutang; 
e. Usaha Kartu Kredit; 
f. Pembiayaan Konsumen 
Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan 
untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran 
secara angsuran.5 Kegiatan Pembiayaan Konsumen dilakukan dalam bentuk 
penyediaan dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen 
dengan pembayaran secara angsuran. Kebutuhan konsumen yang dimaksud 
meliputi antara lain : 
1) Pembiayaan kendaraan bermotor 
2) Pembiayaan alat-alat rumah tangga 
3) Pembiayaan barang-barang elektronik 
4) Pembiayaan perumahan 
Pembiayaan konsumen dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah 
consumer finance. Pembiayaan konsumen ini pada hakikatnya sama saja dengan 
kredit konsumen (consumer credit). Bedanya hanya terletak pada lembaga yang 
membiayainya. Pembiayaan konsumen biaya diberikan oleh perusahaan 
5 Op.Cit, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 
1 ayat (7).
pembiayaan (financing company). Sedangkan kredit konsumen (consumer credit) 
4 
biayanya diberikan oleh bank.6 
Dalam pembiayaan yang menjadi dasar pembuatan perjanjian pembiayaan 
konsumen ada 2 (dua) sumber hukum perdata untuk kegiatan perjanjian 
pembiayaan konsumen, yaitu asas kebebasan berkontrak dan perundang-undangan 
di bidang hukum perdata. 
Dalam asas kebebasan berkontrak hubungan hukum yang terjadi dalam 
kegiatan pembiayaan konsumen selalu dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai 
dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum (legal certainty). 
Perjanjian pembiayaan konsumen ini dibuat berdasarkan atas asas kebebasan 
berkontrak para pihak yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban 
dari perusahaan pembiayaan konsumen sebagai pihak penyedia dana (fund 
lender), dan konsumen sebagai pihak pengguna dana (fund user). 
Perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance agreement) 
merupakan dokumen hukum utama (main legal document) yang dibuat secara sah 
dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH 
Perdata. Akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah, maka akan berlaku 
sebagai undang-undang bagi pihak-pihak yaitu perusahaan pembiayaan konsumen 
dan konsumen (Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Konsekuensi yuridis 
selanjutnya, perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik (in good 
faith) dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak (unilateral unvoidable). 
6 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta : sinar garafika. 2009), hlm. 95
Perjanjian pembiayaan konsumen berfungsi sebagai dokumen bukti yang sah bagi 
5 
perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen.7 
Perundang-undangan di bidang hukum perdata, perjanjian pembiayaan 
konsumen merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang tunduk pada 
ketentuan Buku III KUH Perdata. Di Indonesia, lembaga pembiayaan ini 
merupakan salah satu lembaga formal yang masih relatif baru. Sumber hukum 
utama pembiayaan konsumen adalah ketentuan mengenai perjanjian pinjam pakai 
habis dan perjanjian jual beli bersyarat yang diatur dalam KUH Perdata. Kedua 
sumber hukum utama tersebut dibahas dalam konteksnya dengan pembiayaan 
konsumen. 
Perjanjian pembiayaan konsumen yang terjadi antara perusahaan 
pembiayaan kosumen dan konsumen digolongkan dalam perjanjian pinjam pakai 
habis yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUH Perdata. Pasal 1754 KUH Perdata 
menyatakan bahwa “pinjam pakai habis adalah perjanjian, dengan mana pemberi 
pinjaman menyerahkan sejumlah barang pakai habis kepada pihak peminjam 
dengan syarat bahwa peminjam akan mengembalikan barang tersebut kepada 
pemberi pinjaman dalam jumlah dan keadaan yang sama”.8 
Perbedaan mendasar dapat kita telaah pada pembiayaan konsumen pada 
leasing, yakni Lessor akan membayar kepada supplier barang modal yang 
dibutuhkan lesse, dan lesse akan membayar secara berkala kepada lessor. 
Waktunya sesuai perjanjian lesse dan lessor. Dan objek leasing adalah benda - 
benda yang diperlukan dan digunakan untuk menjalankan perusahaan. 
7 Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan 
Pembiayaan, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hlm 256 
8 KUHPerdata Pasal 1754 (pinjam pakai habis)
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perjanjian 
pembiayaan konsumen tergolong perjanjian khusus yang objeknya adalah barang 
habis pakai yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUH Perdata. Dengan demikian 
ketentuan pasal-pasal tersebut berlaku terhadap perjanjian pembiayaan konsumen 
dan sudah relevan, kecuali apabila dalam perjanjian diatur secara khusus 
6 
menyimpang.9 
PT. Federal International Finance Cabang Siak, merupakan salah satu 
perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang 
pembiayaan konsumen (consumer finance), yang berfokus pada pembiayaan 
sepeda motor dan pembiayaan barang-barang elektronik serta furniture. Kegiatan 
pembiayaan dilakukan melalui sistempem berian kredit yang pembayarannya oleh 
konsumen dilakukan secara angsuran atau berkala. 
Dalam memberikan debitur pembiayaan konsumen tersebut lembaga 
pembiayaan harus bersifat hati-hati dalam menilai konsumen. Sebelum 
mendapatkan fasilitas tersebut konsumen diharuskan mengikuti dan memenuhi 
segala syarat dan prosedur yang telah ditentukan oleh lembaga pembiayaan 
tersebut yaitu PT. Federal International Finance Cabang Siak. 
Hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada 
masyarakat untuk membuat perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak 
melanggar dari syarat yang telah diatur dan ditetapkan oleh undang-undang. 
Namun pada kenyataannya, kedudukan Kreditur lebih tinggi daripada 
kedudukan konsumen. Karena pihak konsumen hanya menerima dan menyetujui 
9 Sunaryo., Loc.cit., hlm. 99
isi perjanjian yang telah ditetapkan oleh Kreditur yang dalam hal ini yaitu PT. 
Federal International Finance Cabang Siak. Dapat diketahui, berdasarkan azas 
kebebasan berkontrak bahwa isi perjanjian itu dibuat dan ditentukan oleh kedua 
belah pihak sehingga dapat dikatakan pada kenyataannya azas kebebasan 
7 
berkontrak tersebut tidak berjalan. 
Pada perjanjian pembiayaan konsumen ini, pihak debitur hanya 
mempunyai hak pakai atas barang yang menjadi objek perjanjian dan selanjutnya 
setelah angsuran dan cicilan terakhir dilunasi, barulah hak milik atas barang 
berpindah kepada si debitur 
Jadi, selama jangka waktu pembiayaan konsumen dan harga yang telah 
diperjanjikan itu belum dibayar lunas, maka si pembeli menjadi penyewa terlebih 
dahulu dari barang yang diinginkannya tersebut. Dan harga tersebut merupakan 
angsuran dari harga barang. 
Dalam kedudukannya sebagai penyewa, pembeli mempunyai kewajiban 
untuk membayar angsuran atau cicilan yang telah ditentukan tanpa harus melalui 
teguran terlebih dahulu dari sipenjual barang tersebut. 
Namun seringkali ketentuan-ketentuan atau aturan yang telah dibuat dan 
disepakati oleh kedua belah pihak di dalam prakteknya tidak memenuhi dan tidak 
sesuai dengan isi perjanjian tersebut, baik hal itu disengaja karena kelalaian si 
pelakana isi perjanjian, di mana perjanjian yang dilaksanakan itu tidak sesuai 
sebagaimana yang dikehendakinya atau juga oleh si pembuat isi perjanjian itu 
sendiri. Selain itu ada juga faktor yang dikarenakan konsumen tidak mengetahui 
peraturan baku yang telah dibuat oleh pihak Kreditur, karena mereka justru lebih
mementingkan barang yang mereka ambil daripada mernperhatikan peraturan 
ydng ditetapkan dalam perjanjian tersebut, sehingga terjadi wanprestasi dalam 
pelaksanaan perjanjian tersebut. Selanjutnya sering kali ketentuan ketentuan yang 
8 
dibuat di dalam perjanjian tersebut luput dari perhatian para debitur. 
Permasalahan tersebut di atas juga penulis temukan pada PT PT. Federal 
International Finance Cabang Siak. Di mana pihak debitur tersebut tidak 
melaksanakan prestasinya, atau dengan kata lain pembayaran angsuran yang harus 
dilakukan oleh debitur setiap bulannya mengalami kemacetan hingga lebih dari 
batas waktu yang telah ditentukan yang mengakibatkan barang yang menjadi 
objek pembiayaan tersebut ditarik kembali oleh pihak Kreditur, sedangkan uang 
angsuran yang telah dibayar oleh pembeli sewa sebelumnya tidak dapat ditarik 
kembali karena pembayaran angsuran yang telah dilakukan sebelumnya dianggap 
sebagai uang sewa atas barang tersebut. 
Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, oleh karena itu 
penulis tertarik melakukan penelitian terhadap permasalahan ini dengan judul 
“PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA 
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT. FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE 
CABANG SIAK” 
B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, 
maka oleh karena itu penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas
dalam penelitian skripsi ini nantinya. Permasalahan yang akan diangkat adalah 
9 
sebagai berikut : 
1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen oleh PT. 
Federal International Finance Cabang Siak?. 
2. Bagaimana penyelesaian hukum yang dapat dilakukan apabila terjadi 
wanprestasi oleh para pihak terhadap pembiayaan konsumen tersebut?. 
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 
1. Tujuan Penelitian 
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini oleh penulis akan memuat 
tentang hal-hal yang dicapai dari kegiatan penelitian antara lain : 
a. Untuk mengetahui prosedur pembuatan dan pelaksanaan perjanjian 
pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor oleh PT. Federal 
International Finance Cabang Siak. 
b. Untuk mengetahui tindakan hukum yang dilakukan bila terjadi wanprestasi 
dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen atas kendaraan 
bermotor oleh PT. Federal International Finance Cabang Siak. 
2. Kegunaan Penelitian 
Adapun manfaat yang akan diharapkan dalam penelitian ini adalah : 
a. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada setiap perguruan tinggi yaitu 
untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Hukum 
b. Untuk menerapkan sebagian pengetahuan yang diperoleh selama dibangku 
kuliah sehingga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan orang lain.
c. Dapat sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti berikutnya, 
khususnya yang melakukan penelitian dalam masalah yang sama sehingga 
10 
dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. 
d. Untuk menambah bahan bacaan diperpustakaan dan sebagai sumbangsih 
penulis terhadap almamater. 
D. Kerangka Teori 
1. Kerangka Teoritis 
Penyusunan teori-teori merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam 
suatu penelitian terutama dalam meletakkan dasar-dasar tentang masalah yang 
akan diteliti, pentingnya suatu konsep teoritis mempunyai hubungan timbal balik 
yang sangat erat antara teori dengan kegiatan, pengumpulan, pengolahan, analisis 
dan konsumsi data. 
a. Teori Lembaga Pembiayaan 
Menurut Pasal 1320 KUHPerdata perjanjian harus memenuhi 4 (empat) 
syarat agar dapat memiliki kekuatan hukum dan mengikat para pihak yang 
membuatnya, hal tersebut adalah : 
1) Kesepakatan para pihak 
2) Kecakapan untuk membuat Perjanjian (misalnya : cukup umur, tidak 
dibawah pengampuan dll) 
3) Menyangkut hal tertentu 
4) Adanya kausa yang halal
Dua hal yang pertama disebut sebagai syarat subyektif dan dua hal 
terakhir disebut syarat objektif. Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada 
syarat subjektif akan memiliki konsekuensi untuk dapat dibatalkan 
11 
(vernietigbaar). 
a) Kesepakatan para pihak 
“Sepakat maksudnya adalah bahwa dua belah pihak yang mengadakan 
perjanjian setuju atau seia sekata mengenai hal-hal pokok dari perjanjian, dengan 
kata lain mereka saling menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik”10 
Adanya kemauan dan kehendak kedua belah pihak yang membuat 
perjanjian, jadi tidak boleh hanya karena kemauan satu pihak saja, ataupun 
terjadinya kesepakatan oleh karena tekanan salah satu pihak yang mengakibatkan 
adanya cacat bagi perwujudan kehendak. 
Dalam hal suatu kesepakatan, ada beberapa teori yang menyatakan kapan 
kesepakatan itu terjadi antara lain yaitu Teori Pengetahuan (veernemingstheorie) 
mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan seharusnya sudah mengetahui 
bahwa tawarannya diterima dan Teori Kepercayaan (vetrowenstheorie) 
mengajarkan bahwa kesepakatan itu terjadi pada saat pernyataan kehendak 
dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan.11 
b) Kecakapan untuk membuat perjanjian 
10 R.Subekti, Hukum Perjanjian, cetakan ke IV, PT Intermasa, Jakarta, 1976, hlm, 17 
11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-PRESS, Jakarta, 1984, hlm. 120
“Untuk sahnya suatu perjanjian memerlukan kecakapan dari subyek yang 
mengadakan perjanjian. Dengan kata lain setiap orang yang sudah dewasa 
12 
,waras akal budinya adalah cakap menurut hukum”.12 
Pasal 1330 KUH Perdata menentukan bahwa yang tidak cakap membuat 
suatu perjanjian adalah : 
1) Orang yang belum dewasa 
2) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan 
3) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang- 
Undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang 
telah melarang membuat persetujuan-persetujuan tertentu. 
4) Orang yang belum dewasa yang dimaksud dalam hal ini adalah seperti 
yang ditunjuk oleh pasal 330 KUHPerdata yakni mereka yang belum 
mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu kawin. 
Pasal 433 KUHPerdata menentukan mereka yang ditaruh di bawah 
pengampuan adalah setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan 
dungu, sakit otak atau mata gelap atau terlalu boros sehingga tidak mampu 
bertanggung jawab atas kepentingan sendiri karena itu dalam melakukan suatu 
perbuatan hukum mereka diwakili oleh pengampunya (curator). 
c) Suatu Hal tertentu 
”Didalam berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi objek 
perjanjian adalah prestasi. Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan 
apa yang menjadi hak Kreditur.”13 
12 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, 
Bandung, 2001, hlm.73
Dalam hal ini undang-undang menentukan bahwa objek yang 
diperjanjikan haruslah dapat ditentukan, paling tidak jenisnya. Lebih lanjut Pasal 
1333 KUH Perdata menjelaskan bahwa tidaklah menjadi halangan jumlah barang 
yang belum tentu, asal saja jumlah itu pada kemudian dapat ditentukan atau 
13 
dihitung. 
Menurut M.Yahya tentang objek/prestasi perjanjian harus dapat 
ditentukan adalah suatu yang logis atau praktis. Tak akan ada arti dari perjanjian 
jika undang-undang tidak menentukan hal demikian.”14 
Dengan demikian dapat dimengerti, agar perjanjian itu memenuhi 
kekuatan hukum yang sah, bernilai dan mempunyai kekuatan yang mengikat, 
prestasi yang menjadi objek perjanjian harus tertentu sekurang-kurangnya jenis 
objek itu harus 
tertentu.”15 
d) Suatu Sebab Yang Halal 
Untuk sah nya suatu perjanjian, undang-undang mensyaratkan adanya 
kausa yang halal. Undang-undang tidak memberikan penjelasan tentang kausa, 
yang dimaksud dengan kausa bukan hubungan sebab akibat, tetapi isi atau maksud 
dari perjanjian. 
”Isi dari perjanjian pada hakikatnya mencerminkan tujuan atau maksud 
yang akan dicapai oleh para pihak. Maksud atau tujuan ini merupakan tafsir dari 
sebab (klausa).”16 
13 A.Qiram Syamsuddin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Liberty, Yogyakarta,, 
1985, hlm.10 
14 M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 10 
15 Wiryono Projodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bandung, 1989, hlm.40
Menurut Subekti, yang dimaksud dengan sebab atau kausa dari suatu 
14 
perjanjian adalah isi perjanjian itu sendiri.”17 
Dalam bahasa yang praktis dapat dikatakan, menurut undang-undang suatu 
sebab yang halal itu apabila tidak bertentangan dengan ketertiban umum, tidak 
bertentangan dengan kesusilaan. Dengan kata lain sebab atau kausa yang 
melahirkan perjanjian adalah suatu sebab atau kausa yang sah dan halal. 
Pengertian hubungan sewa menyewa diatur dalam Pasal 1548 Kitab 
Undang-Undang Hukum Perdata yaitu : Sewa menyewa ialah suatu persetujuan 
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada 
pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan 
dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu 
disanggupi pembayarannya. 
Dalam hubungan sewa menyewa yang menyewakan memberi hak 
pemakaian saja kepada penyewa dan bukan hak milik. Perjanjian sewa menyewa 
tidak memberikan suatu hak kebendaan, tetapi hanya memberi suatu hak 
perseorangan, terhadap yang menyewakan ada hak “persoonlijk” terhadap 
pemilik, akan tetapi hak orang yang menyewakan ini mengenai juga suatu benda, 
yaitu suatu barang yang disewakan 
Dari defenisi pasal 1548 Kitab Undang- undang Hukum Perdata dapat 
dilihat bahwa ada tiga unsur yang melekat, yaitu : 
1) Barang 
2) Jangka waktu 
16 Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit, hlm .27 
17 Wiryono Prodjodikoro, Op.Cit hlm.28
15 
3) Pembayaran 
Untuk menunjukan bahwa itu merupakan perjanjian sewa menyewa, maka 
penyewa yang diserahi barang yang dipakai, diwajibkan membayar harga sewa 
atau uang sewa kepada pemilik barang. Pada hakekatnya sewa menyewa tidak 
dimaksud berlangsung terus menerus, melainkan pada saat tertentu pemakaian 
dari barang tersebut akan berakhir dan barang akan dikembalikan lagi kepada 
pemilik semula, mengingat hak milik atas barang tersebut tetap berada dalam 
tangan pemilik semula. 
Walaupun dalam Pasal 1548 KUHPerdata dikatakan bahwa sewa 
menyewa itu berlangsung selama waktu tertentu, yang berarti bahwa dalam 
perjanjian sewa menyewa harus selalu ditentukan tenggang waktu tertentu, tetapi 
dalam perjanjian sewa menyewa itu dapat juga tidak ditetapkan suatu jangka 
waktu tertentu, asal sudah disetujui harga sewa untuk satu jam, satu hari, satu 
bulan, dan lain-lain. Jadi para pihak bebas untuk menentukan berapa lama waktu 
tersebut. Dalam praktek pada umumnya perjanjian sewa menyewa ini diadakan 
untuk jangka waktu tertentu, sebab para pihak menginginkan adanya suatu 
kepastian hukum. 
b. Asas Kebebasan Berkontrak 
Hubungan hukum yang terjadi dalam kegiataan pembiayaan konsumen 
selalu dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen yang menjadi dasar 
kepastian hukum(legal certanty). Perjanjian pembiayaan konsumen ini dibuat 
berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak para pihak yang membuat rumusan 
kehendak berupa hak dan kewajiban dari perusahaan pembiayaan konsumen
sebagai pihak penyedia dana (fund lender), dan konsumen sebagai pihak 
16 
pengguna dana(fund user). 
Perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance agreement) 
merupakan dokumen hukum utama yang dibuat secara sah dengan memenuhi 
syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Akibat 
hukum perjanjian yang dibuat secara sah, maka akan berlaku sebagai undang-undang 
bagi pihak-pihak, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen 
(Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata). 
Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak dalam membuat perjanjian, 
dalam pasal 1338 KUHPerdata dikatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat sah 
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.18 Selanjutnya, 
dapat disimpulkan perjanjian tersebut menganut sistem terbuka dan mengandung 
azas kebebasan membuat perjanjian. 
Sistem terbuka dari hukum perjanjian itu juga mengandung suatu 
pengertian, bahwa perjanjian-perjanjian khusus yang diatur dalam Undang- 
Undang hanyalah perjanjian yang terkenal di masyarakat saja, pada waktu KUHP 
dibentuk. Misalnya, undang-undang hanya mengatur perjanjian-perjanjian sewa 
menyewa dan jual beli, tetapi dalam prakteknya timbul suatu macam perjanjian 
yang dinamakan perjanjian pembiayaan konsumen yang pada prinsipnya hampir 
sama dengan perjanjian sewa-beli. 
Perjanjian pembiayaan konsumen diadakan oleh karena pihak konsumen 
tidak mampu membayar harga barang secara sekaligus, maka diadakanlah 
18 R. Subekti dan R. Tirtosudibyo, Op.Cit, hlm 342
perjanjian pembiayaan konsumen tersebut. Dimana pihak konsumen boleh 
mencicil harga barang itu dalam beberapa kali angsuran, esdangkan hak milik 
(meskipun barangnya sudah berada didalam kekuasaan konsumen) baru berpindah 
kepada si Konsumen apabila angsuran yang penghabisan telah dibayar lunas. 
Selama harga itu belum dibayar lunas, barangnya disewa oleh pihak konsumen. 
Dengan demikian terciptalah suatu perjanjian yang dinamakan perjanjian 
17 
pembiayaan konsumen. 
Perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan secara angsuran disebut 
dengan conditional sale atau jual beli bersyarat, dimana penjuan dapat menggugat 
untuk mengusai kembali barang itu jika pembeli lalai sebelum hak milik 
berpindah kepadanya.19 
Dalam hal si berhutang (debitur) tidka melakukan apa yang diperjanjikan 
maka ia dikatakan melakukan wanprestasi, kelalaian atau kealpaan. Menurut R. 
Subekti, kealpaan seorang debitur dapat berupa : 
1. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya 
2. melaksanakan apa yang sijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana 
dijanjikan 
3. melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat 
4. melakukan seseatu menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.20 
Akibat wanprestasi yang dilakukan oleh pihak yang berhutang sebagai 
pihak yang diwajibkan melakukan sesuatu, maka akan diancamkan beberapa 
sanksi yaitu : 
19 S.B Marsh and J. Soulsby, alih bahasa : Absul Kadir Muhammad, Hukum perjanjian, 
Alumni, Cetakan ke 3, 2006, hlm 297 
20 R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Cet 19, 2002, hlm 45
a. membayar kerugian yang diterima oleh Kreditur atau dengan singkat 
18 
dinamakan ganti rugi 
b. pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian 
c. membayar biaya perkara, kalau sampai diperkirakan pemecahan 
perjanjian. 
Karena wanpresitasi (kelalaian) mempunyia akibat-akibat yang begitu 
penting, maka harus ditetapkan lebih dahulu apakah siberhutang melakukan 
wanprestasi atau lalai, dan kalau hal itu disangkal olehnya, harus dibuktikan 
dimuka hakim. Kadang-kadang juga tidak mudah untuk mengatakan seorang lalai 
karena kali juga tidak dijanjikan dengan tepat waktu karena seirng kali juga tidak 
tidak dijanjikan dengan tepat kapan sesuatu pihak diwajibkan melakukan prestasi 
yang dijanjikan. 
Tentang bagaimana memperingatkan seseorang debitur jika ia tidak 
memenuhi prestasinya dan dapat dikatakan lalai, bila ia dengan surat perintah atau 
dengan sebuah akata yang sejenis itu telah dinyatakan lalai dengan lwatnya wajut 
yang telah ditentukan. 
Pelaksanaan perjanjian kredit kendaraan bermotor oleh PT Federal 
International Finance cabang Siak disertai dengan hak dan keajibannya serta 
upaya hukum yang dapat dilakukan apabila terjadi wanprestasi dari pihak yang 
terhutang dalam memenuhi kewajibannya.
19 
E. Kerangka Konseptual 
1. Perjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan antara 
perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual beli antara 
pemasok dan konsumen, perjanjian ini didukung oleh dokumen-dokumen. 
2. Pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman atau kredit yang diberikan 
oleh suatu perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa 
yang akan langsung dikonsumsikan oelh konsumen, dan bukan untuk 
tujuan produksi atau distribusi. Perusahaan yang memberikan pembiayaan 
diatas, disebut perusahaan pembiayaan konsumen (Customer Finance 
Company).21 
3. Perusahaan pembiayaan adalah Perusahaan pembiayaan lembaga keuangan 
non bank yang melakukan kegiatan penyediaan dana kepada masyarakat 
untuk keperluan pembelian barang kebutuhan ataupun barang modal. 
F. Metode Penelitian 
Metode dalam sebuah penelitian sangatlah penting guna menentukan 
keberhasilan suatu penelitian tersebut, baik dalam memberikan jawaban terhadap 
permasalahan yang diajukan, maupun tujuan serta manfaat dalam penelitian. 
Oleh karena itu, sesuai dengan masalah pokok yang dirumuskan, maka 
penulis menyusun metode penelitian sebagai berikut: 
21 http://zonaekis.com/pengertian-pembiayaan-konsumen/
20 
1. Jenis penelitian 
Jenis penelitian ini memakai metode pendekatan yuridis empiris yang 
artinya meninjau keadaan permasalahan yang ada di lapangan dikaitkan dengan 
aspek hukum yang berlaku dan yang mengatur permasalahan tersebut. Jika dilihat 
dari sifatnya maka penelitian ini tergolong kepada deskriptif, maksudnya 
penelitian ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan pembiayaan konsumen itu 
pada PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang Siak, bagaimanakah 
penyelesaian masalah jika terjadi wanprestasi oleh debitur dalam pelaksanaan 
pembiayaan konsumen pada PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang 
Siak. 
2. Lokasi Penelitian 
Lokasi dilakukannya penelitian adalah pada PT. Federal International 
Finance (F.I.F) Cabang Siak. 
3. Populasi dan Sampel 
a. Populasi 
Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau 
karakteristik yang sama.22 Dalam penelitian ini populasi yang akan dijadikan 
sumber data adalah Manajer PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang 
Siak dan nasabah PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang Siak. 
22 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta: 2007, hlm. 172.
21 
b. Sampel 
Sampel (Sub-populasi) adalah sejumlah manusia atau unit yang menjadi 
bagian dari populasi yang akan dijadikan sumber data.23 Hingga saat ini belum 
ada kesepakatan para pakar penelitian dibidang ilmu-ilmu sosial mengenai 
besarnya sampel penelitian di satu sisi, dan di sisi lain sampel harus 
menggeneralisir dan kepada seluruh populasi.24 
Metode penarikan sampel pada penelitian ini adalah metode Purposive 
Sampling, yaitu menetapkan sejumlah sampel yang akan mewakili jumlah 
populasi yang ada, yang kategori sampelnya itu ditetapkan sendiri oleh 
penulisnya.25 
Untuk lebih jelasnya gambaran antara populasi dengan sampel tersebut 
dilihat pada tabel berikut dibawah ini: 
Tabel I.1 
Populasi dan Sampel 
N 
No 
Responden 
Populasi 
Sampel 
Persentase 
1M anajer PT. Federal 
International Finance 
1 
1 
100% 
2N asabah PT. Federal 
International Finance yang 
melakukan peminjaman dana 
220 
22 
10% 
Sumber : Data Olahan Bulan April 2012-April 2013 
23 Ibid. 
24 Sudarwan Danim, Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku, Bumi Aksara, 
Jakarta:2000, hlm.90. 
25 Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial: Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan 
Sosial dan Ilmu Sosial lainnya, PT Remaja Rosdakarya Offset, bandung: 2002, hlm. 35.
22 
4. Sumber data 
a. Data Primer 
Data primer adalah data yang akan diperoleh secara langsung di 
lapangan (sumber pertama) yang diperoleh dari hasil kuesioner (angket) 
yang dikembalikan responden dan dari dokumen-dokumen serta berkas-berkas 
data mengenai nasabah yang melakukan perjanjian dengan 
Lembaga Pembiayaan konsumen. 
b. Data Sekunder 
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui penelitian 
perpustakaan antara lain berasal dari: 
1) Bahan Hukum Primer 
Yaitu bahan-bahan penelitian yang berasal dari peraturan-peraturan dan 
ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan judul dan permasalahan yang 
dirumuskan. Bahan hukum ini berasal dari perundang-undangan, KUH Perdata, 
Perpres Nomor 09 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, dan lainnya yang 
berkaitan dengan masalah penelitian. 
2) Bahan Hukum Sekunder 
Yaitu bahan-bahan penelitian yang berasal dari literatur atau hasil 
penulisan para sarjana yang berupa buku-buku yang berkaitan dengan pokok 
pembahasan.
23 
c. Data Tersier 
Yaitu bahan-bahan penelitian yang diperoleh dari ensiklopedia dan 
sejenisnya yang berfungsi mendukung data primer dan data sekunder seperti 
Kamus Bahasa Indonesia dan Internet. 
5. Teknik Pengumpulan Data 
a. Observasi 
Observasi dilakukan pada PT Federal International Finance cabang Siak 
b. Kuesioner 
Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara membuat daftar-daftar 
pertanyaan yang memiliki korelasi dengan permasalahan yang diteliti, yang 
pada umumnya dalam daftar pertanyaan itu telah disediakan jawaban-jawaban 
(pertanyaan terstruktur), yang disebarkan secara khusus kepada sebagian 
masyarakat yang pernah melakukan perjanjian. 
c. Wawancara 
Wawancara yaitu dengan bertanya langsung kepada Manajer, Karyawan, 
dan Nasabah pada PT. Federal International Finance (F.I.F) maupun dengan 
sebagian masyarakat yang pernah melakukan perjanjian. 
d. Studi Pustaka 
Studi pustaka yang dilakukan yaitu berupa mengumpulkan teori-teori dan 
data berupa bahan hukum yang terdapat pada buku-buku dan bahan pustaka 
lainnya yang relevan dengan masalah yang terjadi.
24 
6. Analisis Data 
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah kualitatif yang 
tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan 
responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata yang diteliti dan dipelajari 
sebagai sesuatu yang utuh.26 Kualitatif menggunakan data yang diperoleh dengan 
kalimat serta penajaman pada logika sehingga dapat dimengerti semua pihak. 
Setelah semua data berhasil dikumpul, kemudian data tersebut disajikan dalam 
bentuk uraian yang terang dan rinci.27 Selanjutnya dianalisis dengan cara 
membandingkan dengan teori-teori dan pendapat para ahli. Kemudian penulis 
menarik suatu kesimpulan yang bersifat deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari 
hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus.28 
26 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta: 
1996, hlm 45. 
27 Ibid. 
28 Ibid.
25 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
A. Lembaga Pembiayaan Konsumen dan Pengaturannya 
1. Pengertian Pembiayaan Konsumen 
Pembiayaan konsumen merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang 
dilakukan oleh suatu perusahaan finansial (consumer finance company). 
Perusahaan pembiayaan konsumen adalah badan usaha yang melakukan kegiatan 
pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan 
sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen.29 
Target pasar dari mode pembiayaan ini konsumen ini sudah jelas adalah 
konsumen, suatu istilah yang dipakai sebagai lawan dari kata produsen. Mengacu 
pada ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UU No.8 Tahun 1999), 
konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam 
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun 
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.30 
Pranata hukum “Pembiayaan Konsumen” di pakai sebagai terjemahan dari 
istilah “Consumer Finance”, pembiayaan konsumen ini tidak lain dari sejenis 
kredit konsumsi (consumer credit). Hanya saja, jika pembiayaan konsumen 
dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, sementara kredit konsumsi diberikan 
oleh Bank.31 
29 Sentosa Sembiring, 2001, Hukum Dagang, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 114. 
30 Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT, Grasindo, Jakarta, 
hlm. 1. 
31 Munir Fuady, Op. Cit, hlm. 162
Fasilitas kredit untuk pembelian sepeda motor adalah termasuk kredit 
konsumsi dengan tujuan penggunaannya untuk memiliki sepeda motor oleh 
konsumen.32 Namun demikian, pengertian kredit konsumsi sebenarnya secara 
substansial sama saja dengan pembiayaan konsumen, yaitu : Kredit yang 
diberikan kepada konsumen-konsumen guna pembelian barang-barang konsumsi 
dan jasa-jasa seperti yang dibedakan dari pinjaman-pinjaman yang digunakan 
untuk tujuan-tujuan produktif atau dagang. Kredit yang demikian itu dapat 
mengandung risiko yang lebih besar daripada kredit dagang biasa, dan maka dari 
itu, biasanya kredit tersebut diberikan dengan tingkat suku bunga yang lebih 
26 
tinggi.33 
Keputusan Menteri Keuangan RI No.448/KMK.017/2000 Tentang 
Perusahaan Pembiayaan, memberikan pengertian lembaga pembiayaan konsumen 
sebagai suatu kegiatan pembiayaan yang dilakukan dalam bentuk penyediaan dana 
bagi konsumen untuk pembelian barang yang pembayarannya dilakukan secara 
angsuran atau berkala oleh konsumen. 
Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya 
antara kredit konsumsi dengan pembiayaan konsumen sama saja. Hanya pihak 
pemberi kreditnya yang berbeda. Pembiayaan konsumen sebagai salah satu 
lembaga pembiayaan lebih banyak diminati oleh konsumen ketika mereka 
memerlukan barang yang pembayarannya dilakukan secara angsuran/cicilan. 
32 Johannes Ibrahim, 2004, Mengupas Tuntas Kredit Komersial dan Konsumtif Dalam 
Perjanjian Kredit Bank (Perspektif Hukum dan Ekonomi ), Mandar Maju, Bandung, hal. 270. 
33 Munir Fuady I, Loc. Cit.
Barang yang menjadi obyek pembiayaan konsumen umumnya adalah 
barang-barang seperti, alat-alat elektronik, sepeda motor, komputer dan alat-alat 
kepentingan rumah tangga yang menjadi kebutuhan konsumen. Besarnya 
pembiayaan yang diberikan kepada konsumen umumnya relatif kecil, sehingga 
kandungan risiko yang mesti dipikul oleh perusahaan pembiayaan konsumen juga 
27 
relatif kecil. 
B. Dasar Perjanjian Pembiayaan Konsumen Oleh PT. Federal International 
Finance Cabang Siak 
Yang dimaksud dengan dasar perjanjian disini adalah menyangkut 
pengaturan dari lembaga pembiayaan konsumen. Dasar hukum dari lembaga 
pembiayaan konsumen diklasifikasikan, menjadi dasar hukum substantif dan 
dasar hukum administratif. 
1. Dasar Perjanjian Substansif 
Adapun yang merupakan dasar hukum substansif eksistensi pembiayaan 
konsumen adalah perjanjian di antara para pihak berdasarkan asas “kebebasan 
berkontrak”. Yaitu perjanjian antara pihak perusahaan finansial sebagai Kreditur 
dan pihak konsumen sebagai debitur. Sejauh yang tidak bertentangan dengan 
prinsip-prinsip hukum yang berlaku, maka perjanjian seperti itu sah dan mengikat 
secara penuh. 
Hal ini dilandasi pada ketentuan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata 
yang menyatakan bahwa suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai 
undang-undang bagi yang membuatnya.
Dasar dari pembiayaan konsumen adalah perjanjian. Berdasarkan azas 
kebebasan berkontrak, setiap orang bebas untuk membuat perjanjian tentang apa 
saja asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban 
umum. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang 
28 
bagi mereka yang membuatnya.34 
Azas atau prinsip kebebasan berkontrak menjadi landasan/dasar hukum 
dari pembiayaan konsumen. Asas ini mengandung makna bahwa setiap orang 
mempunyai kebebasan untuk membuat kontrak/ perjanjian dengan siapa saja yang 
dikehendakinya. Selain itu, para pihak juga bebas untuk menentukan isi 
perjanjian dan syarat-syaratnya dengan pembatasan bahwa perjanjian tersebut 
tidak boleh bertentangan dengan ketentuan undang-undang yang bersifat 
memaksa, ketertiban umum dan kesusilaan.35 
2. Dasar Perjanjian Administratif 
Seperti juga terhadap kegiatan lembaga pembiayaan lainnya, maka 
pembiayaan konsumen ini mendapat dasar dan momentumnya dengan 
dikeluarkannya Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang “Lembaga Pembiayaan” 
yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 
1251/KMK.013/1988 tentang “Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga 
Pembiayaan”. Dimana ditentukan bahwa salah satu kegiatan dari lembaga 
pembiayaan tersebut adalah menyalurkan dana dengan sistem yang disebut 
“Pembiayaan Konsumen”. Meskipun dalam praktek operasional pembiayaan 
34 H. Salim HS, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUH Perdata, PT. Raja 
Grafindo Persada, Jakarta, hlm 48. 
35 J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Citra Aditya 
Bakti, Bandung, hlm. 74.
konsumen ini mirip dengan kredit konsumsi yang sering dilakukan oleh bank, 
hakikat dan keberadaan perusahaan finansial yang sama sekali berbeda dengan 
bank, sehingga secara substantif yuridis tidak layak diberlakukan peraturan 
perbankan kepadanya. Secara yuridis formal, karena perusahaan pembiayaan 
tersebut bukan bank, maka kegiatannya tidak mungkin tunduk kepada peraturan 
perbankan. Sungguhpun peraturan perbankan tersebut dalam bentuk undang-undang 
sekalipun. Kecuali undang-undang menentukan sebaliknya yang dalam 
29 
hal ini tidak kita ketemukan perkecualian tersebut. 
Perkembangan lembaga pembiayaan, khususnya pembiayaan konsumen 
memang belum ditopang oleh perangkat hukum yang memadai, sehingga 
karenanya diperlukan adanya perangkat hukum dalam bentuk Undang-Undang 
agar ada jaminan kepastian hukum terkait dengan operasional pembiayaan 
konsumen tersebut. Kepastian hukum dimaksud menjadi tuntutan para pelaku 
ekonomi dalam melakukan aktivitasnya dibidang ekonomi, termasuk di bidang 
kegiatan pembiayaan. 
Sektor hukum memang harus dapat mengikuti perkembangan ekonomi 
yang sedang berlangsung. Selama ini kelemahan utama bidang hukum yang sering 
dihadapi oleh pelaku ekonomi di Indonesia adalah masalah ketidakpastian 
hukum. Padahal kepastian hukum juga dibutuhkan untuk memperhitungkan atau 
mengantisipasi resiko.36 
Begitu juga menyangkut risiko dari seluruh aktivitas pembiayaan 
konsumen yang memang tidak mungkin terhindar dari perihal resiko tersebut. 
36 Adi Sulistiyono dan Muhammad Rustamaji, 2009, Hukum Ekonomi Sebagai Panglima, 
Mas Media Buana Pustaka, Sidoarjo, hlm 21-22.
Agar hukum mampu memainkan perannya untuk memberikan kepastian hukum 
pada pelaku ekonomi, maka pemerintah bertanggung jawab membentuk hukum 
(peraturan) yang dibutuhkan dan menjadikan hukum sebagai dasar untuk 
30 
menyelesaikan berbagai permasalahan hukum yang terjadi. 
Hukum diharapkan mampu memainkan perannya sebagai faktor pemandu, 
pembimbing dan menciptakan iklim yang kondusif pada bidang ekonomi, 
termasuk bidang aktivitas lembaga pembiayaan. 
a. Pihak-pihak Dalam Pembiayaan Konsumen. 
Bila seseorang membutuhkan barang-barang seperti TV, Mobil, Lemari 
Es, Tempat Tidur, Sofa dan sebagainya sementara penghasilannya tidak cukup 
membayar secara tunai, maka yang bersangkutan dapat menghubungi suatu 
lembaga pembiayaan (consumers finance) yang dapat membantu mendapatkan 
barangbarang konsumsi tersebut melalui supplier. Lembaga pembiayaan ini yang 
akan membayar secara tunai kepada supplier, dan selanjutnya konsumen 
membayar harga barang tersebut kepada lembaga pembiayaan secara angsuran 
sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan. 
Para pihak yang terlibat dalam transaksi pembiayaan konsumen adalah : 
1. Pihak Perusahaan Pembiayaan 
Pihak perusahaan pembiayaan adalah pihak yang menyediakan dana 
bagi kepentingan konsumen. 
2. Pihak Dealer/Supplier 
Pihak dealer/supplier adalah pihak penyedia barang yang dibutuhkan 
konsumen.
31 
3. Pihak Konsumen 
Pihak konsumen adalah pihak yang membutuhkan barang. 
Guna memahami prinsip dasar dari transaksi pembiayaan konsumen, maka 
dapat dilihat dari hubungan hukum pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi 
pembiayaan konsumen tersebut, yang lebih jelas dapat dilihat dalam bentuk 
skema sebagai berikut : 
b. Para Pihak Dalam Pembiayaan Konsumen 
1. Hubungan Pihak Perusahaan Pembiayaan dengan konsumen. Hubungan 
antara perusahaan pembiayaan dengan konsumen adalah hubungan 
kontraktual, dalam hal ini kontrak pembiayaan. Pihak perusahaan 
pembiayaan berkewajiban untuk memberikan sejumlah dana (uang) 
untuk pembelian suatu barang konsumsi. Sementara pihak konsumen 
berkewajiban untuk membayar kembali uang tersebut secara angsuran 
(cicilan) kepada pihak perusahaan pembiayaan. 
2. Jadi hubungan kontraktual antara pihak penyediaan dengan konsumen 
adalah sejenis perjanjian kredit.37 Secara yuridis apabila kontrak 
pembiayaan tersebut sudah ditandatangani oleh para pihak dan dana 
sudah dicairkan serta barang sudah diserahkan oleh supplier kepada 
konsumen, maka barang tersebut sudah langsung menjadi hak milik 
konsumen, meskipun harganya belum dibayar lunas. 
3. Dalam hal ini berbeda dengan kontrak leasing, dimana secara yuridis 
barang leasing tetap menjadi milik lessor, terkecuali pihak lessee 
37 Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 209.
menggunakan hak pilih (opsinya) untuk memiliki barang tersebut pada 
32 
akhir kontrak. 
4. Hubungan pihak konsumen dengan supplier 
5. Antara pihak konsumen dengan pihak supplier terdapat suatu hubungan 
jual beli, dalam hal ini jual beli bersyarat, dimana pihak supplier selaku 
penjual menjual barang kepada pihak konsumen selaku pembeli, 
dengan syarat bahwa harga akan dibayar oleh pihak ketiga, yaitu pihak 
perusahaan pembiayaan. Syarat tersebut mempunyai arti bahwa apabila 
pihak perusahaan pembiayaan tidak jadi (batal) memberikan dana, 
maka jual beli antara supplier dengan konsumen menjadi batal pula. 
6. Hubungan Perusahaan Pembiayaan dengan Supplier. 
7. Antara pihak perusahaan pembiayaan dengan suppler tidak mempunyai 
hubungan hukum yang khusus, kecuali pihak perusahaan pembiayaan 
hanya pihak ketiga yang disyaratkan, yaitu disyaratkan untuk 
menyediakan dana untuk dipergunakan dalam perjanjian jual beli antara 
pihak supplier dengan pihak konsumen. Karena itu, jika perusahaan 
pembiayaan wanpresiasi (ingkar janji) dalam menyediakan dananya, 
sementara kotrak jual beli maupun kontrak pembiayaan sudah selesai 
dibuat, maka jual beli bersyarat antara supplier dengan konsumen itu 
akan batal. 
Selanjutnya di dalam pengaturan Menteri keungan tersebut terdapat juga 
lembaga pembiayaan yang dinamakan dengan lembaga pembiayaan konsumen 
yang juaga merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dalam bentuk
penyediaan barang sama halnya dengan Lembaga pembiayaan lainya yang diatur 
didalam Keputusan Presiden RI No.61 tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan. 
Lembaga pembiayaan konsurnen ( Consumer Finance ) adalah merupakan 
kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen 
33 
dengan pembayaran secara angsuran. 
Perusahaan yang memberikan pembiayaan di atas disebut perusahaan 
pembiayaan konsumen atau consumer finance company. 
Perusahaan pembiayaan konsumen yang berbentuk lembaga keuangan 
bukan Bank dapat didirikan oleh suatu institusi Non-Bank maupun oleh sebuah 
Bank. Tetapi, pada dasasrnya antara Bank yang mendirikan dengan perusahaan 
pembiayaan konsumen yang didirikan merupakan suatu badan usaha yang 
terpisahsatu dengan yang lainnya. 
Kegiatan pembiayaan konsumen dilakukan dalam bentuk penyediaan dana 
untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan 
pembayaran secara angsuran.38 
Kebutuhan konsumen sebagai mana dimaksud di atas tadi, antara lain 
meliputi: 
1) Pembiayaan kendaraan bermotor 
2) Pembiayaan alat-alat rumah tangga 
3) Pembiayaan barang-barang elektronik 
4) Pembiayaan perumahan 
38 Sentosa sembiring, Op.Cit , hlm l0
Lembaga pembiayaan konsumen didirikan dalam bentuk badan hukurm 
Perseroan Terbatas. Saham perusahaan pembiayaan yang berbentuk Perseroan 
Terbatas (PT) dapat dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan atau Badan 
Hukurn Indonesia dan juga dapat dimiliki oleh Badan Usaha Asing dan Warga 
34 
Negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia (Usaha Patungan ). 
Lembaga pembiayaan konsumen pada prinsipnya memiliki persamaan 
dengn sewa beli karena sama-sama membayar barang konsumen dengan cara 
angsuran. Hanya perbedaannya dalam sewa beli tidak ada pihak ketiga yang ikut 
serta dalam perjanjian pembiayaan tersebut. 
C. Tinjauan Pustaka PT. FIF (Federal International Finance) 
PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak, merupakan salah 
satu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang 
pembiayaan konsumen (consumer finance), yang berfokus pada pembiayaan 
sepeda motor dan pembiayaan barang-barang elektronik serta furniture. Kegiatan 
pembiayaan dilakukan melalui sistem pemberian kredit yang pembayarannya oleh 
konsumen dilakukan secara angsuran atau berkala. 
Dalam memberikan fasilitas pembiayaan konsumen tersebut lembaga 
pembiayaan harus bersifat hati-hati dalam menilai konsumen. Sebelum 
mendapatkan fasilitas tersebut konsumen diharuskan mengikuti dan memenuhi 
segata syarat dan prosedur yang telah ditentukan oleh lembaga pembiayaan 
tersebut yaitu PT. Federal International Finance Cabang Siak.
Dengan mengutamakan pada kepuasan pelanggan, Semesta Finance 
menawarkan pembiayaan yang aman, cepat, responsive dan handal yang didukung 
35 
oleh : 
1. Tenaga-tenaga profesional yang memiliki pengalaman lebih dari l0 
tahun di bidang pembiayaan sepeda motor. 
2. Sistem komputer yang terintegrasi,"online" dengan seluruh cabang 
sehingga dapat menghasilkan laporan yang handal dan tepat waktu, 
3. Struktur pembiayaan yang menarik dengan uang muka dan angsuran 
yang terjangkau serta struktur kredit khusus untuk pelanggan 
perusahaan (group sales), 
4. Jaringan pemasaran yang tersebar secara geografis di kota-kota besar. 
5. Didukung oleh bank-bank ternama seperti Bank Mandiri, BNI , BCA, 
Bank Danamon dan Bank Bumiputera. 
Adapun persyaratan bagi pelanggan yang ingin mendapatkan fasilitas 
kredit & dari PT. Federal International Finance Cabang Siak sebagai berikut : 
a. FC KTP pemohon dan suami/istri 
b. FC Kartu Keluarga 
c. FC PBB dan/atau Rekening Listrik 
d. Slip Gaji dan/atau Surat Keterangan Penghasilan 
e. Surat Kuasa Pemotongan Gaji kepada HRD 
f. Surat Pemyataan Pemotongan Gaji dari HRD 
Dengan mengutamakan kepuasan pada pelanggan, PT. Federal 
International Finance Cabang Siak memberikan penawaran fasilitas kepemilikan
sepeda motor untuk para karyawan dan karyawati perusahaan secara aman, 
36 
mudah, dan terjangkau: 
1) Fasilitas kepernilikan sepeda motor yang diberikan adalah untuk jenis 
sepeda motor roda dua. 
2) Uang muka yang relatif ringan dengan bunga krediiyang menarik, 
3) Jangka waktu angsuran yang relatif fleksibel, 
4) Mekanisme pembayaran angsuran yang relatif mudah melalui 
pemotongan gaji karyawan, 
5) Dukungan operasional yang kuat dan hati-hati, yang memberikan 
keamanan dan kenyamanan bagi pengambil fasilitas. 
Adapun Visi dan Misi PT. Federal International Finance Cabang Siak 
sebagai berikut: 
VISI 
Menjadi lembaga pembiayaan kendaraan bermotor roda dua yang terbaik 
dengan kualitas pelayanan melebihi harapan konsumen. 
MISI 
1. Membantu masyarakat merniliki alat transportasi melalui fasilitas 
pembiayaan 
2. Memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada keditur, pemegang 
saham dan karyawan 
Perusahaan PT. Federal International Finance Cabang Siak di dalam 
menjalankan perusahaan mempunyai struktur organisasi, dengan tujuan agar para
personil dapat melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan tugas masing-masing. 
Setelah itu pihak konsumen harus melengkapi data-data yang harus 
37 
dilampirkan, yaitu : 
a) Foto copy KTP pemohon dan suami/istri 
b) Foto copy kartu keluarga 
c) Foto copy PBB. dan/atau rekening listrik 
d) Slip gaji dan/atau surat keterangan penghasilan 
e) Surat kuasa pemotongan gaji kepada HRD 
f) Surat pernyataan pemotongan gaji dari HRD 
Mengenai bentuk perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh 
PT. Federal International Finance Cabang Siak dengan pihak konsumen dapat 
dilihat dari pertanyaan penulis yaitu: Bagaimanakah bentuk pelaksanaan 
perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh PT. Federal International 
Finance Cabang Siak dengan pihak konsumen. 
Dengan adanya bentuk perjanjian secara tertulis akan kepastian hukum 
bagi kedua belah pihak bila ada gugatan dikemudian Berdasarkan wawancara 
penulis dengan CMO menyatakan bahwa: 
"Perjanjian yang dibuat dalam pembiayaan konsumen kendaraan bermotor 
antara perusahaan dengan konsumen dilakukan secara tertulis, hal ini 
dilakukan agar perjanjian yang telah dibuat dan ditandaiangani menjadi 
pegangan bagi kedua belah pihak sebagai bukti bila ada gugatan 
dikemudian hari.selama ini belum ada perjanjian yang'dibuat kedua belah 
pihak yang dilakukan secara lisan”.
Tentang prosedur dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen 
yang dilakukan penulis dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang 
38 
Siak, bahwa prosedur perjanjian pembiayaan konsumen yaitu: 
"Dalam rnelaksanakan pembelian kendaraan bermotor pihak perusahaan 
berusaha untuk memberikan kemudahan dan pelayanan yang uait kepada 
para pihak konsumen. Dengan cara seperti ini calon konsumen iidak 
merasa dipersulit dan secara tidak langsung dapat memberikan keuntungan 
bagi perusahaan.39 
Hal-hal yang menjadi hak Kreditur pada perjanjian pembiayaan konsumen 
sekaligus merupakan kewajiban bagi debitur, karena itu untuk melihat apa yang 
menjadi hak dan kewajiban dari masing-masing pihak (cukup dengan melihat apa 
yang menjadi hak dari masing-masing pihak. Hal ini disebabkan karena hak 
debitur merupakan kewajiban bagi debitur, sebaliknya hak Kreditur merupakan 
kewajiban bagi debitur, hal ini dalam hukum perjanjian dikenal dengan unsur 
pasif dan unsur aktif.40 
Dalam konsep ini debitur adalah pihak yang pasif atau pihak yang 
berutang berkewajiban melaksanakan sesuatu sedangkan kerditur adalah pihak 
yang aktif atau pihak yang berpiutang yang berhak atas sesuatu. 
Dalam penjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor yang telah 
disetujui dan di tanda tangani oleh kedua belah pihak terhadap hak maupun 
kewajiban antara kedua belah pihak yang telah dilakukan diketahui bahwa 
perjanjian ini berbentuk baku dalam arti perjanjian telah terlebih dahulu 
disediakan formulir perjanjian, meskipun terdapat pihak yang tidak 
39Wawancara dengan Didi Arianto (CMO PT. Federal International Finance Cabang 
Siak), 15 September 2011. 
40A. Qirom Syamsuddin Meliala, Pokok -Pokok Hukum Perjanjian'Beserta 
perkembangannya,Liberty, Yogyakart4 1985, hlm 14
mengetahuinya maupun setengah yang mengetahui secara umum ia harus tunduk 
39 
kepada perjanjian yang telah ditandatangani.
40 
BAB III 
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 
A. Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Atas Kendaraan 
Bermotor Oleh PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak 
1. Prosedur pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen atas 
kendaraan bermotor oleh PT. Federal International Finance Cabang 
Siak 
Sebelum perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor antara PT. 
PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen 
dilaksanakan, para pihak terlebih dahulu menempuh beberapa proses awalnya 
calon konsumen kendaraan bermotor datang ke distributor dan menyatakan 
keinginannya untuk membeli kendaraan bermotor sesuai dengan merek kendaraan 
bermotor yang diinginkannya, khususnya kendaraan bermotor roda dua, serta 
melihat dan menentukan pilihannya setelah calon konsumen menunjuk sepeda 
motor yang diinginkannya, kemudian pihak Kreditur memberikan petunjuk 
tentang prosedur sewa beli tersebut yaitu dengan menyerahkan formulir 
permohonan kredit yang harus diisi oleh calon konsumen, formulir tersebut 
berisikan tentang: 
a. Nama lengkap 
b. Umur 
b. Jenis kelamin 
c. Pekerjaan
41 
d. Alamat 
Setelah itu pihak konsumen harus melengkapi data-data yang harus 
dilampirkan, yaitu : 
1. Foto copy KTP pemohon dan suami/istri 
2. Foto copy kartu keluarga 
3. Foto copy PBB dan/atau rekening listrik 
4. Slip gaji dan/atau surat keterangan penghasilan 
5. Surat kuasa pemotongan gaji kepada HRD 
6. Surat pernyataan pemotongan gaji dari HRD 
Bentuk perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor antara PT. 
FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen adalah 
baku artinya perjanjian tersebut sudah disediakan, dan calon pembeli hanya 
membaca serta menandatangani perjanjian yang sudah disediakan tersebut. 
Adapun ciri-ciri perjanjian baku adalah: 
1) Isinya ditetapkan secara sepihak oleh Kreditur yang posisinya relatif 
kuat dari debitur, 
2) Pihak yang satu (debitur) sama sekali tidak ikut bersama-sama 
menentukan isi perjanjian itu, 
3) Terdorong oleh ketentuan debitur, maka terpaksa menerima perjaniian 
tersebut, 
4) Bentuknya tertulis,
42 
5) Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.41 
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Didi Arianto selaku 
CMO PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak, sebagai berikut : 
"Para calon pembeli yang berkeinginan membeli sepeda motor, perusahaan 
telah menyediakan perjanjiannya dan calon pembeli hanya membacanya 
dan apabila disetujui maka perjanjian tersebut baru ditandatangani oleh 
kedua belah pihak."42 
Mengenai bentuk perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh 
PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen 
dapat dilihat dari pertanyaan penulis yaitu :Bagaimanakah bentuk perjanjian 
pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh PT. FIF (Federal International 
Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen?. Berdasarkan penelitian yang 
penulis lakukan terhadap l6 orang konsumen yang dijadikan sampel dari 
kuesioner yang diberikan kepada mereka mengenai bentuk perjanjian pembiyaan 
konsumen pada PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dapat 
diperoleh data seperti terlihat pada tabel berikut ini : 
Tabel III.1 
Jawaban Responden Tentang Bentuk 
Perjanjian Pembiyaan Konsumen 
Bentuk Perjanjian Jawaban % 
1 
2 
Tertulis 
Lisan 
22 
0 
100 
0 
Jumlah 22 100 
Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2011 
41 Mariam Darus Badruzaman, Perjanjian Baku Perkembangannya Di lndonesia, Alumni 
Bandung, 1988, hlm 17 
42 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang 
Siak, 15 September 2011
Dari tabel III.I di atas dapat penulis tegaskan bahwa bentuk perjanjian 
pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor pada PT. FIF (Federal 
International Finance) Cabang Siak adalah berbentuk tertulis, terbukti dari 22 
responden (l00%) seluruhnya mengatakan bahwa perjanjian pembiayaan 
konsumen tersebut adalah tertulis. Dengan adanya bentuk perjanjian secara 
tertulis akan memberikan kepastian hukum bagi kedua beklah pihak bila ada 
43 
gugatan dikemudian hari. 
Berdasarkan wawancara penulis dengan CMO menyatakan bahwa : 
“Perjanjian yang dibuat dalam pembiayaan konsurnen kendaraan bermotor 
antara perusahaan dengan konsumen dilakukan secara tertulis, hal ini 
dilakukan agar perjanjian yang telah dibuat dan ditandatangani menjadi 
pegangan bagi kedua belah pihak sebagai bukti bila ada gugatan 
dikemudian hari, selama ini belum ada perjanjian yang dibuat kedua belah 
pihak yang dilakukan secara lisan”43 
Tentang prosedur dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen 
yang dilakukan dapat dilihat dari jawaban responden atas penanyaan penulis 
yaitu, bagaimanakah prosedur dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan 
konsumen yang dilakukan oleh konsumen?. Hal ini dapat dilihat dari tabel 
berikut: 
43 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang 
Siak, 15 September 2011
44 
Tabel III.2 
Jawaban Responden Tentang Prosedur 
Pembelian Kendaraan Bermotor Pada 
PT Federal International Finance Cabang Siak 
Prosedur Jawaban % 
1 
2 
3 
Cukup Mudah 
Berbelit 
Membingungkan 
14 
3 
5 
63.6 
13.6 
22.7 
Jumlah 22 100 
Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2011 
Dari tabel III.2 setelah diolah Tahun 2011 diatas dapat ditegaskan bahwa 
prosedur perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. Federal International Finance 
Cabang Siak cukup mudah, hal ini berdasarkan dari jawaban responden yaitu 
sebanyak 8 orang (63.6%) prosedurnya cukup mudah sehingga memberikan 
kemudahan bagi pihak konsumen dalam melaksanakan perjanjian pembiayaan 
konsumen ini, akan tetapi juga adanya keluhan secara langsung sebanyak 5 orang 
(22.7%) yang disampaikan oleh Debitur terkait sulitnya memahami tata cara yang 
diajukan pihak Kreditur, dan sebanyak 3 orang (13.6%) menyatakan berbelit 
karena tingkat atau kemampuan daya serap Debitur yang notebene nya 
berpendidikan rendah, sehingga setiap proses yang diajukan Kreditur dalam 
Pembelian Kendaraan Bermotor mengalami kendala yang cukup berarti. 
Berdasarkan wawancara penulis dengan CMO PT. Federal International Finance 
Cabang Siak tentang prosedur perjanjian pembiayaan konsumen dapat dilihat di 
bawah ini: 
"Dalam melaksanakan pembelian kendaraan bermotor pihak perusahaan 
berusaha untuk memberikan kemudahan dan pelayanan yang baik kepada 
para pihak konsumen. Dengan cara seperti ini calon konsumen tidak
merasa dipersulit dan secara tidak langsung dapat memberikan keuntungan 
bagi perusahaan."44 
Hal-hal yang menjadi hak Kreditur pada perjanjian pembiayaan konsumen 
sekaligus merupakan kewajiban bagi debitur, karena itu untuk melihat apa yang 
menjadi hak dan kewajiban dari masing-rnasing pihak, cukup dengan melihat apa 
yang menjadi hak dari masing-masing pihak. Hal ini disebabkan karena hak 
debitur merupakan kewajiban bagi debitur, sebaliknya hak Kreditur merupakan 
kewajiban bagi debitur, hal ini dalam hukum perjanjian dikenal dengan unsur 
45 
pasif dan unsur aktif.45 
Dalam konsep ini debitur adalah pihak yang pasif atau pihak yang 
berutang berkewajiban melaksanakan sesuatu sedangkan Kreditur adalah pihak 
yang aktif atau pihak yang berpiutang yang berhak atas sesuatu. 
Dalam perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor yang telah 
disetujui dan ditandatangani oleh kedua belah pihak terdapat hak-hak maupun 
kewajiban antara kedua belah pihak. 
Untuk mengetahui apakah responden mengetahui hak maupun 
kewajibannya dalam perjanjian pembiayaan konsumen, dapat dilihat pada tabel 
berikut. 
44 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang 
Siak, 15 September 2011 
45A. Qirom Syamsuddin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta 
Perkembangannya, Liberty, Yogyakarla, 1985, hlm 14
46 
Tabel III.3 
Jawaban Responden Tentang 
Pengetahuan Mengenai Isi Perjanjian 
No Pengetahuan Responden Jawaban % 
1 
2 
3 
Mengetahui 
Setengah Mengetahui 
Tidak Mengetahui 
12 
4 
6 
54,5 
18.3 
27.2 
Jumlah 22 100 
Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2011 
Berdasarkan tabel III.3 di atas menunjukan bahwa sebagian besar 
responden temyata mengetahui isi perjanjian pembiayaan tersebut, yaitu sebanyak 
12 orang (54,5%) dan 4 orang responden (18,3%) hanya mengetahui setengah dari 
perjanjian itu dan sebanyak 6 orang (27.2%) tidak mengetahui perjanjian yang 
telah ditandatangani. 
Oleh karena perjanjian ini berbentuk baku dalam pengartian bahwa telah 
terlebih dahulu disediakan formulir perjanjian, meskipun terdapat pihak yang 
tidak mengetahuinya maupun setengah yang mengetahui secara umum ia harus 
tunduk kepada perjanjian yang telah ditandatangani. 
Setelah mengetahui prosedur dari perjanjian tersebut, maka dalam 
pelaksanaannya juga terdapat hak dan kewajiban dari parapihak yang melakukan 
perjanjian. Menurut penulis ada baiknya sebelum perjanjian itu ditandatangani, 
pihak PT Federal International Finance Cabang Siak sebagai pihak Kreditur 
terlebih dahulu menjelaskan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak. Didalam 
formulir surat perjanjian pembiayaan konsumen itu memuat hak dan kewajiban 
kedua belah pihak.
47 
a. Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Kreditur 
Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut dari hasil wawancara penulis 
dengan Wawancara dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak 
diketahui bahwa hak dan kewajiban dari Kreditur adalah sebagai berikut dalam 
Perjanjian Pembiayaan Konsumen : 
1. Hak Kreditur yaitu : 
a) Berhak untuk mendapatkan pembayaran uang muka, (pasal 3 ayat 
1) 
b) Berhak untuk mendapatkan angsuran setiap bulan serta denda atas 
keterlambatan, (pasal 3 ayat 4) 
c) Menarik sepeda motor bila pihak konsumen lalai memenuhi 
perjanjian, (pasal 4 ayat 3) 
2. Kewajiban Kreditur yaitu : 
a) Berkewajiban untuk menyerahkan barang jaminan (sepeda motor) 
setelah uang muka di bayar, (pasal 4 ayat 1) 
Mengenai cara penyerahan kendaraan bermotor yang menjadi objek 
fasilitas pembiayaan konsumen yang dilakukan Kreditur kepada Debitur 
(konsumen), penulis mengajukan pertanyaan sebagai berikut : bagaimanakah cara 
penyerahan kendaraan bermotor yang menjadi objek perjanjian pembiayaan 
konsumen yang dilakukan oleh pihak Kreditur kepada pihak Kreditur 
pembiayaan?. Jawaban responden dapat dilihat pada :
48 
Tabel III.4 
Jawaban Responden Mengenai 
Penyerahan Kendaraan Bermotor 
Saat Penyerahan Jawaban % 
1 
Pada Saat Perjanjian ditanda Tangani 
Setelah Ditanda Tangani 
0 
22 
0 
100 
Jumlah 22 100 
Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2012 
Berdasarkan data yang tersaji pada tabel III.4, diketahui bahwa seluruh 
responden yaitu sebanyak 22 orang (100%) menjawab bahwa penyerahan barang 
dilakukan pada saat setelah di tandatanganinya surat perjanjian. Berdasarkan hasil 
wawancara yang dilakukan penulis dengan CMO PT. Federal International 
Finance Cabang Siak menyatakan bahwa pihak konsumen langsung dapat 
membawa pulang kendaraan bermotor yang mereka beli setelah perjanjian 
ditandatangani. 
Menurut Pasal 1257 KUHPerdata, disebutkan bahwa semua syarat harus 
terpenuhi secara yang mungkin dikehendaki dan dimaksudkah oleh kedua belah 
pihak. Menurut pasal ini dalam perjanjian sedapat mungkin kewajiban dari 
Kreditur agar dapat memenuhi semua ketentuan dari perjanjian yang telah 
ada'untuk dapat meneruskan perjanjian tersebut. Jadi, dalam perjanjian 
yangterdapat pada PT. Federal International Finance Cabang Siak telah 
didasarkan pada pasal tersebut. Namun di sini ada perbedaan di mana perjanjian 
yang terdapat pada PT. Federal International Finance Cabang Siak adalah 
perjanjian baku. Sehingga tidak ada kemungkinan pihak Kreditur tidak 
menyetujui salah satu dari syarat-syarat yang telah ditentukan, di sini apabita
pihak konsumen telah menandatangani perjanjian yang telah ada tersebut maka 
49 
pihak konsumen tersebut telah menyetujui semua isi dari perjanjian itu. 
Penyerahan barang merupakan kewajiban dari penjual pada saat lahirnya 
perjanjian telah langsung dikuasai oleh pembeli, namun penguasaan disini bukan 
berstatus sebagai pemilik barang melainkan sebagai penyewa saja. pembeli tidak 
menguasai secara mutlak sebelum angsuran terkhir dibayar lunas. 
b) Menyerahkan hak milik atas sepeda motor setelah angsuran 
terakhir selesai. 
Pertanggung jawaban terhadap sepeda motor yang rusak atau hilang di luar 
kemauannya, pembeli sewa diharuskan untuk mengganti.46 
Hal ini dapat dipedomani dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 1444 
KUH Perdata yang menyatakan : 
“jika barang tertentu menjadi bahn persetujuan musnah dan tak lagi dapat 
diperdagangkan atau hilang sedemikian hingga sekali tak diketahui apakah 
barang itu masih ada maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah 
atau hilang diluar salahnya si berhutang, dan sebelum ia lalai 
menyerahkannya”47 
Berdasarkan ketentuan pasal di atas maka si berutang bebas dari segala 
kewajiban asal musnah atau hilangnya barang tersebut diluar kesalahannya. 
Namun demikian jika dilihat dari surat perjanjian pembiayaan kendaran bermotor 
antara PT. Federal International Finance Cabang Siak dengan pihak konsumen, 
menyatakan : 
46 Wawancara dengan Didi Arianto ( CMO PT. Federal International Finance Cabang 
Siak), 15 September 2011 
47 R, Subekli clan Tjitro Sudibyo, KitabUndang-Undang Hukum Perdata, Jakarta, Pratya 
Pramita.l986 , hlm. 302
"Kreditur dengan ini menegaskan bahwa segala kejadian yang terjadi atas 
sepeda motor tersebut adalah menjadi tanggung jawab Kreditur 
sepenuhnya dan tidak menjadi alasan untuk penundaan pembayaran uang 
sewa yang telah ditetapkan pada Pasal III ayat I ( Surat perjanjian, Pasal 
VI ayat III )" 
50 
Berdasarkan ketentuan dari surat perjanjian di atas pihak konsumen tetap 
harus menanggung segala kewajiban walaupun hilang atau musnahnya 
barang (kendaraan bermotor) di luar kesalahannya. Namun, rnesti diingat bahwa 
kesemuanya itu adalah semata-mata tergantung kepada isi perjanjian yang dibuat 
dengan mengingat azas kebebasan berkontrak. 
b. Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Debitur. 
Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut dapat diketahui bahwasanya hak 
dan kewajiban dari penerima fasiiitas adalah. sebagai berikut : 
1. Hak konsumen atau Kreditur yaitu : 
a) Berhak untuk mendapatkan barang setelah uang muka dibayar 
b) Berhak untuk mendapatkan penyerahan hak milik atas objek 
perjanjian setelah angsuran lunas. 
2. Kewajiban Debitur yaitu : 
a) Membayar uang muka beserta angsurannya kepada pemilik 
b) Membayar keterlambatan 2 % (permil) perhari terhitung mulai 
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran tersebut. 
c) Membayar biaya penarikan sebesar Rp.50.000 setiap keterlambatan 
pembayaran angsuran.48 
48 Wawancara dengan Didi Arianto ( CMO PT. Federal International Finance Cabang 
Siak), l5 September 2011.
Kreditur dan debitur, secara bersama-sama selanjutnya disebut dengan 
“para pihak”, sepakat dan saling mengikatkan diri dalam perjanjian pembiayaan 
dengan terlebih dahulu menerangkan hal hal yang menjadi dasar dari perjanjian 
51 
pembiayaan ini, yaitu : 
1. Fasilitas pembiayaan konsumen 
Kreditur sepakat untuk memberikan fasilitas pembiayaan konsumen 
kepada Kreditur guna pembelian barang berupa kendaraan bermotor. 
2. Struktur pembiayaan konsumen 
Fasilitas pembiayaan konsumen diberikan kepada Kreditur oleh 
Kreditur dengan struktur pembiayaan konsumenyang disepakati. 
3. Debitur pembiayaan konsumen 
Dengan ditandatanganinya perjanjian pembiayaan ini oleh para pihak, 
maka para pihak telah sah saling mengikatkan diri dalam perjanjian 
pembiayaan, karenanya dengan demikian: 
a. Debitur sah menerima fasilitas pembiayaan dan menyetujui fasilitas 
pembiayaan tersebut langsung dibayarkan kepada dealer oleh 
Kreditur. Atas penerimaan fasilitas pembiayaan konsumen tersebut, 
perjanjian pembiayaan ini berlaku sebagai kwitansi/tanda bukti 
penerimaan yang sah. 
b. Kreditur dengan ini menyatakan sah berhutang kepada Kreditur dan 
Kreditur mempunyai piutang kepada Kreditur atas hutang 
pembiayaan sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian pembiayaan 
ini.
52 
c. Debitur telah menerima barang yang dibiayai Kreditur dari dealer. 
4. Pembayaran angsuran 
a. Debitur wajib membayar angsuran selambat-lambatnya pada saat 
jatuh tempo secara tertib dan peraturan tanpa terlebih dahulu 
dilakukan penagihan/ pemberitahuan oleh Kreditur dengan cara 
apapun. 
b. Jika jatuh tempo bertepatan dengan hari libur nasional, maka 
Kreditur wajib membayar angsuran selambat-lambatnya pada 1(satu) 
hari kerja sebelumnya. 
c. Pembayaran angsuran dianggap sah dan diterima apabila telah dapat 
diuangkan dan/atau tercatat pada rekening pemebri fasilitas 
sebagaimana mestinya. 
d. Kreditur sepakat dalam hal melakukan pelunasan dipercepat 
mengikuti persyaratan Kreditur termasuk tetapi tidak terbatas 
membayar administrasi pelunasan sebesar prosentase tertentu dari 
sisa pokok pembiayaan. 
5. Bunga, denda dan biaya 
a. Kreditur membebankan bunga atas pokok pembiayaan kepada 
Krediturdan wajib dibayar kepada Kreditur dalam angsuran. 
b. Kreditur wajib membayar denda atas setiap keterlambatan 
pembayaran angsuran yang dihitung per hari dari jumlah angsuran 
yang terhutang sejak saat jatuh temponya hingga terbayarkannya 
angsuran tersebut ditambah biaya tagih.
c. Kreditur menanggung setiap beban pajak atas barang dan biaya-biaya 
53 
lain yang timbul sehubungan dengan fasilitas pembiayaan ini. 
6. Hak dan kewajiban atas barang 
a. Kreditur bukanlah penjual barang, karenanya tidak bertanggung 
jawab atas penyerahan, kualitas atau kondisi barang, baik yang 
terjadi pada saat penyerahan barang dari dealer atau pada saat 
pemakaian oleh Kreditur. 
b. Kreditur wajib untuk memelihara dan menjaga keutuhan barang 
tersebut sebaik-baiknya dan memperbaiki segala kerusakan atas 
biaya Kreditur sendiri hingga setiap saat dan dari waktu kewaktu 
barang dapat digunakan sebagaimana mestinya. 
c. Kreditur sepakat untuk setiap waktu mengizinkan/ memperbolehkan 
Kreditur dan/atau memeriksa kondisi/keadaan barang dimanapun 
barang tersebut berada, termasuk memasuki ruangan apapun bukan 
sebagai tindakan memasuki ruangan orang lain tanpa izin. 
d. Kreditur dilarang mengalihkan dengan cara apapun termasuk tetapi 
tidak terbatas pada menggadaikan, menjaminkan, menyewakan atau 
menjual barang, baik seluruhnya ataupun sebagian kepada pihak lain 
kecuali dengan persetujuan tertulis dari Kreditur sebelumnya. 
e. Untuk menjamin pelunasan setiap dan seluruh kewajiban Kreditur 
berdasarkan perjanjian pembiayaan ini, Kreditur setuju dan sepakat 
mengikatkan diri kepada Kreditur untuk menyerahkan dokumen 
barang, yaitu Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) kepada
Kreditur terhitung sejak diterbitkan BPKB (bagi kendaraan baru) 
atau sejak ditandatanganinya perjanjian pembiayaan ini (bagi 
kendaraan bekas pakai) hingga seluruh kewajiban Kreditur terhadap 
54 
Kreditur berdasarkan perjanjian ini lunas. 
7. Asuransi 
a. Segala resiko rusak, hilang atau musnahnya barang karena sebab 
apapun juga sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kreditur, sehingga 
dengan rusak, hilang atau musnahnya barang tidak meniadakan, 
mengurangi atau menunda pemenuhan kewajiban Kreditur terhadap 
Kreditur. 
b. Kreditur wajib untuk mengasuransikan barang termasuk membayar 
biaya premi yang dibayarkannya melalui Kreditur. 
c. Jika barang yang berada di bawah penguasaan Kreditur hilang atau 
rusak, apabila klaim/ tuntutan penggantian asuransi dapat dicairkan, 
maka Kreditur berhak sebagaimana Kreditur setuju untuk menerima 
penggantian asuransi dan memperhitungkannya dengan seluruh/sisa 
hutang pembiayaan yang masih ada setelah dikurangi dengan biaya 
dan/atau ongkos-ongkos yang dikeluarkan oleh Kreditur untuk 
mengajukan atau menyelesaikan klaim/tuntutan penggantian 
asuransi. 
d. Apapun penggantian asuransi tidak mencukupi untuk pelunasan 
seluruh/sisa hutang pembiayaan, maka Kreditur berjanji dan 
mengikatkan diri untuk melunasinya demikian sebaliknya.
55 
8. Cidera janji 
a. Kreditur dinyatakan telah melakukan cidera janji yang dengan 
lewatnya waktu telah cukup membuktikan dan tidak perlu dibuktikan 
lagi dengan suatu surat atau apapun akan tetapi cukup dengan 
terjadinya salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut: 
1) Kreditur lalai dan/atau tidak dan/atau gagal memenuhi satu atau 
lebih kewajiban sebagaimana ditentukan dalam perjanjian 
pembiayaan ini. 
2) Kreditur lalai atau gagal melakukan pembayaran angsuran 
selambat-lambatnya pada saat jatuh tempo. 
b. Dalam hal terjadi cidera janji, maka: 
1) Kreditur berhak menuntut pelunasan kepada Kreditur 
sebagaimana Kreditur sepakat untuk melakukan pelunasan atas 
seluruh/sisa kewajiban Kreditur yang masih ada, untuk seketika 
dan sekaligus lunas. 
2) Apabila Kreditur tidak dapat melunasi seluruh/sisa kewajibannya 
terhadap Kreditur maka Kreditur setuju dan sepakat mengikatkan 
diri untuk menyerahkan barang kepada Kreditur sebagaimana 
Kreditur berhak mengambil atau menerima penyerahan barang 
berikut setiap dokumennya yang terkait, termasuk surat Tanda 
Nomor Kendaraan (STNK) untuk dijualkan dengan cara yang 
dianggap baik oleh Kreditur atau melalui institusi yang 
berwenang untuk menjualkan barang guna pelunasan seluruh/sisa
kewajiban Kreditur yang masih terhutang setelah dikurangi biaya-biaya 
56 
yang dikeluarkan oleh Kreditur. 
9. Berakhirnya perjanjian, perjanjian pembiayaan ini berkahir apabila 
Kreditur telah melunasi setiap dan seluruh kewajibannya berdasarkan 
perjanjian pembiayaan ini kepada Kreditur. 
10. Penyelesaian perselisihan, segala perselisihan yang mungkin timbul 
dari pelaksanaan perjanjian pembiayaan ini, para pihak setuju memilih 
domisili hukum yang tetap dan seumumnya di kantor panitera 
pengadilan pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi kantor 
cabang Kreditur atau ditempat lainnya yang ditunjuk oleh Kreditur. 
Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut dapat diketatrui bahwasanya hak 
dan kewajiban dari Kreditur adalah sebagai berikut : 
1. Hak konsumen atau Kreditur yaitu : 
a. Berhak untuk mendapatkan barang setelah uang muka di bayar 
b. Berhak untuk mendapatkan penyerahan hak milik atas sepeda motor 
setelah angsuran lunas. 
2. Kewajiban konsumen yaitu : 
a. Membayar uang muka beserta angsurannya kepada pemilik. 
b. Membayar keterlambatan atau 2% (permil) perhari terhitung mulai 
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran tersebut.
c. Membayar biaya penarikan sebesar Rp. 50.000 bila terjadi 
57 
keterlambatan pembayaran angsuran.49 
Mengenai cara penyerahan kendaraan bermotor yang menjadi objek 
fasilitas pembiayaan konsumen yang dilakukan Kreditur kepada Kreditur 
(konsumen), penulis mengajukan pertanyaan sebagai berikut : bagaimanakah cara 
penyerahan kendaraan bermotor yang menjadi objek perjanjian pembiayaan 
konsumen yang dilakukan oleh pihak Kreditur kepada pihak debitur. 
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan CMO P PT. 
Federal International Finance Cabang Siak menyatakan bahwa pihak konsumen 
langsung dapat membawa pulang kendaraan bermotor yang mereka beli setelah 
perjanjian ditandatangani. 
Menurut Pasal 1257 KUHPerdata, disebutkan bahwa semua syarat harus 
terpenuhi secara yang mungkin dikehendaki dan dimaksudkan oleh kedua belah-pihak. 
Menurut pasal ini dalam perjanjian sedapat mungkin kewajiban dari 
Kreditur agar dapat memenuhi semua ketentuan dari perjanjian yan telah ada 
untuk dapat meneruskan perjanjian tersebut. Jadi, dalam perjanjian yang terdapat 
pada PT. Federal International Finance Cabang Siak telah didasarkan pada pasal 
tersebut. Namun di sini ada perbedaan,di mana perjanjian yang terdapat pada PT. 
Federal International Finance Cabang Siak adalah perjanjian baku. Sehingga tidak 
ada kemungkinan pihak Kreditur tidak menyetujui salah satu dari syarat-syarat 
yang telah ditentukan, di sini apabila pihak konsumen telah menandatangani 
49 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak, 
15 September 2011
perjanjian yang telah ada tersebut maka, pihak konsumen tersebut telah 
58 
menyetujui semua isi dari perjanjian itu. 
Penyerahan barang merupakan kewajiban dari Kreditur saat lahirnya 
perjanjian, telah langsung dikuasai oleh pembeli, namun penguasaan disini bukan 
berstatus sebagai pemilik barang melainkan sebagai penyewa saja. Pembeli tidak 
menguasai secara mutlak sebelum angsuran terkhir di bayar lunas. 
Mengenai surat-surat kepemilikan kendaraan bermotor maupun surat-surat 
lainnya seperti BPKB, STNK di urus oleh pihak perusahaan. Hal ini 
berdasarkan wawancara penulis dengan CMO PT. Federal International Finance 
Cabang Siak sebagai berikut : 
"Surat-surat kepemilikan kendaraan bennotor maupun surat-surat lainnya 
akan di urus oleh perusahaan, namun surat-surat kendaraan seperti BPKB, 
akan dipegang oleh perusahaan, hal ini dilakukan adalah sebagai jaminan 
dari kendaraan tersebut."50 
Menurut wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa mengenai surat-surat 
kendaraan bermotor tersebut merupakan tanggung jawab dari perusahaan penjual 
kendaraan bermotor untuk memprosesnya, apabila surat-surat dari kendaraan 
bermotor telah selesai maka surat-surat tersebut akan diserahkan kepada 
konsumen, namun ada pengecualian terhadap BPKB. Untuk BPKB akan dipegang 
oleh perusahaan Kreditur yaitu PT. Federal International Finance Cabang Siak, 
hal ini dilakukan sebagai jaminan dari debitur kepada Kreditur agar terhindar dari 
wanprestasi' 
50 Wawancara dengan Didi Arianto (CMO PT. Federal International Finance Cabang 
Siak), l5 September 2011.
Mengenai surat-surat kepemilikan kendaraan bermotor maupun surat-surat 
lainnya seperti BPKB, STNK di urus oleh pihak perusahaan. Hal ini 
berdasarkan wawancara penulis dengan CMO PT. Federal International Finance 
59 
Cabang Siak sebagai berikut : 
"Surat-surat kepemilikan kendaraan bermotor maupun surat-surat lainnya 
akan di urus oleh perusahaan, namun surat-surat kendaraan seperti BPKB, 
akan dipegang oleh perusahaan, hal ini dilakukan adalah sebagai jaminan 
dari kendaraan tersebut." 
Menurut wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa mengenai surat-surat 
tersebut mengenai kendaraan bermotor tersebut merupakan tanggung jawab 
dari perusahaan penjual kendaraan bermotor untuk memprosesnya, apabila surat-surat 
dari kendaraan bermotor telah selesai maka surat-surat tersebut akan 
diserahkan kepada konsumen, namun ada pengecualian terhadap BPKB. Untuk 
BPKB akan dipegang oleh perusahaan Kreditur yaitu PT.Federal International 
Finance Cabang Siak, hal ini dilakukan sebagai jaminan dari Kreditur kepada 
pemberi fasilitas agar terhindar dari wanprestasi. 
B. Akibat Hukum Apabila Terjadi Wanprestasi Dalam Perjanjian 
Pembiayaan Konsumen. 
Dalam hal perjanjian juga sering terjadi kelalaian dari pihak Kreditur 
yang disebut dengan istilah wanprestasi atau tidak memenuhi prestasinya. Dalarn 
hal ini terdapat ketentuan yang mengetur untuk menjamin hak-hak dari para pihak 
yang membuat perjanjian.
Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban 
sebagaimana yang ditentukan dalam pedanjian yang dibuat antara keditur dan 
60 
debitur.51 
Berkenaan dengan Kelalaian (wanprestasi) yang dilakukan oleh pihak 
pembeli sewa dalam bayar angsuran tiap bulan yang telah ditentukan, dalam hal 
pembelian kendaraan bermotor pada PT. Federal International Finance Cabang 
Siak maka akan timbul akibat atau resiko yang harus dipikul. 
Menurut Pasal 1267 KUHPerdata yang menyatakan bahwa : 
"Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia" 
jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk 
memenuhi perjanjian, atau ia akan menuntut pembatalan perjanjian, 
disertai pengantian biaya kerugian dan bunga.52 
Dari bunyi Pasal tersebut di atas, bagi pihak yang merasa dirugikan dapat 
menuntut prestasi disertai ganti rugi kepada pihak yang telah merugikan. 
Berikut penulis paparkan jawaban responden pada tabel berikut ini : 
Tabel.III 5 
Jawaban Responden Ada Atau Tidaknya 
Teguran Dari Pihak PT. Federal International Finance Cabang Siak 
N Saat penyerahan Jawaban % 
1 
Ya 
18 
2 
Tidak 
4 
81,8 
18,2 
Jumlah 22 100 
Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2012 
Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 
18 orang (81,8%) menyatakan bahwa pihak PT. Federal International Finance 
51 Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak , Sinar Grafika, 
2003. hlm. 98 
52 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Perdata, Pratnya Pramita, hlm 
329
Cabang Siak terlebih dahulu memberikan teguran, dan sebanyak 4 orang (18,2%) 
memberikan jawaban bahwa tidak ada teguran dari pihak PT. Federal 
International Finance Cabang Siak. Menurut penulis, ada baiknya pihak 
perusahaan terlebih dahulu mernberikan teguran kepada pihak konsumen, 
sehingga pihak konsumen ingat akan kewajibannya. Tentang bagaimana caranya 
memperingatkan seorang debitur, jika ia tidak memenuhi teguran itu dapat 
dikatakan lalai, diberikan petunjuk oleh Pasal 1238 Kitab Undang-Undang 
Hukum Perdata. Pasal itu berbunyi sebagai berikut : si berutang adalah lalai, bila 
ia dengan surat perintah atau sebuah akta sejenis dikatan lalai, atau demi 
perikataannya sendiri menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap lalai 
61 
dengan lewatnya waktu yang ditentukan. 
Apabila kendaraan bermotor yang telah ditarik atau ditahan oleh pihak 
Kreditur, ia masih memberikan tenggang waktu selama 14 hari terhitung sejak 
tanggal penarikan kendaraan bermotor termaksud kepada Kreditur untuk 
menyelesaikan pembayaran seluruh uang sewa baik yang telah tertunggak 
maupun yang belum jatuh tempo. Berikut denda administrasi sebesar Rp. 50.000 
kepada si Kreditur apabila sampai akhir waktu tersebut si penerirna fasilitas masih 
belum atau tidak menyelesaikan pembayaran tersebut maka surat perjanjian 
pembiayaan konsumen ini menjadi batal dengan sendirinya. Dalam arti seluruh 
uang sewa dan uang muka yang telah dibayar kepada pemilik serta sepeda motor 
termaksud menjadi milik Kreditur sepenuhnya. Berdasarkan wawancara yang 
telah dilakukan penulis dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang 
Siak, menyatakan sebagai berikut:
Apabila kendaraan bermotor telah ditarik dalam hal terjadinya 
penunggakan pembayaran angsuran maka seluruh uang muka dan menurut yang 
telah dibayar menjadi hilang." Hal ini dilakukan karena kondisi kendaraan 
bermotor tersebut telah berkurang selama dipakai oleh Kreditur, dan uang 
62 
angsuran yang telah dibayar dianggap sebagi uang sewa. 
Dalam hal terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak maka 60% 
terlebih dahulu diselesaikan secara musyawarah, jika tidak berhasil diselesaikan 
lewat pengadilan. Selama ini belum pernah terjadi perselisihan yang diselesaikan 
lewat Pengadilan Negeri, karena perusahaan lebih mengutamakan musyawarah.53 
Menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang diatur atas, Kreditur selalu 
berhak untuk membayar sekaligus beberapa uang sewa sebelum jatuh tempo 
pembayaran seperti yang telah ditetapkan di atas, dan pemilik akan memberikan 
potongan uang sewa sebesar 1,5% perbulan dari jumlah angsuran yang telah 
dipercepat pembayaran tersebut. Hal ini dilakukan agar pihak Kreditur lebih 
termotivasi untuk melakukan pembayaran lebih cepat sebelum jatuh tempo 
pembayaran sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi terjadinya 
keterlambatan atau penunggakan pembayaran. 
Menurut Salim H.S.,ada empat akibat yang terjadi karena adanya 
wanprestasi, yaitu sebagai berikut : 
1. Perikatan tetap ada, 
2. Debitur harus membayar ganti rugi kepada Kreditur, 
53 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak, 
15 September 2011
3. Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul 
setelah wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan besar 
63 
dari pihak Kreditur. 
4. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbat balik, Kreditur dapat 
membebaskan diri dari kewajibannya. 
Kontra prestasi yang timbul dari akibat wanprestasi dapat dijadikan acuan 
Pasal 1266 KUHPerdata yang menyatakan bahwa syarat batal dianggap selalu 
dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan yang bertimbal balik, manakala salah 
satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian persetujuan 
tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim. 
Permintaan ini juga harus dilakukan. Meskipun syarat batal mengenaitidak 
dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam perjanjian. Jika syarat batal tidak 
dinyatakan dalam persetujuan. Hakim leluasa untuk menurut keadaan atas 
perrmintaan si tergugat memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga 
memenuhi kewajiban, jangka waktu mana namun itu tidak boleh lebih dari satu 
bulan. 
Dalam hal pelaksanaan pembiayaan konsumen kendaraan bermotor pada 
PT. Federal International Finance Cabang Siak terdapat beberapa masalah sebagai 
akibat tidak dipenuhinya perjanjian yang telah dilakukan dan disetujui oleh kedua 
belah pihak diantaranya mengenai penunggakan pembayaran angsuran. Masalah 
penunggakan angsuran ini yang sering terjadi dalam perjanjian pembiayaan 
konsumen kendaraan bermotor pada PT. Federal International Finance Cabang 
Siak. Hal ini terlihat dari daftar kuesioner yang penulis sebarkan kepada 16 orang
responden, yang penulis tanyakan apakah mereka menemui hambatan dalam 
64 
melaksanakan angsuran setiap bulannya. 
Mengenai wanprestasi dapat terjadi dalam beberapa hal : 
l. Debitur sama sekali tidak melakukan prestasi 
2. Melaksanakan prestasi tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan 
3. Terlambat melaksanakan prestasi 
4. Melakukan perbuatan bertentangan dengan apa yang diperjanjikan.54 
Dan dalam kenyataan dimasyarakat, wanprestasi yang terjadi sering 
diakibatkan oleh ketidakmampuan konsumen dalam memenuhi kewajibannya. 
Berdasarkan jumlah tersebut diperoleh data sebagaimana terlihat pada 
tabel berikut: 
Tabel.III.6 
Jawaban Responden Ada Atau Tidaknya Hambatan 
Yang Ditemui Untuk Memenuhi Angsuran Tiap Bulan 
N Saat penyerahan Jawaban % 
1 
2 
Ya 
Tidak 
10 
12 
45.4 
54.5 
Jumlah 22 100 
Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2011 
Dari data tabel III.6 diatas dapat dilihat bahwa 4 orang responden (18,2 
%) menemui hambatan dalam membayar angsuran tiap bulannya. Sedangkan 18 
orang (81,8%) tidak menemui hambatan untuk membayar angsuran tiap bulannya. 
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa sebagian besar dari responden tidak 
memenuhi hambatan dalam memenuhi angsuran tiap bulannya. 
54 R. Subekli, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 2002
Dalam hal penunggakan pembayaran, si Kreditur yang lebih aktif 
bertindak untuk menyelesaikan masalah yang, terjadi. Pada Pasal 3 ayat 4 dari 
surat perjanjian sewa beli dikemukakan apabila Kreditur lalai membayar uang 
sewa atau terlambat dari tanggal jatuh tempo pembayaran uang sewa, Kreditur 
dikenakan denda administrasi 20% (dua permil) perhari dari jumlah angsuran 
yang jatuh tempo. Sehari terhitung mulai tanggal jatuh tempo pembayaran uang 
sewa iersebut sampai dengan tanggal uang sewa yang bersangkutan dibayar lunas. 
Hal ini juga telah sesuai dengan Pasal 1243 KUHPerdata yang 
menyebutkan, penggantian biaya rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu 
perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai 
memenuhi perikatannya, atau jika sesuatu yang diberikan atau dibuatnya hanya 
65 
dapat dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya. 
Sedangkan tentang jumlahnya terdapat pada Pasal 1249, KUHPerdata 
yang menyebutkan jika dalam suatu perikatan ditentukannya, bahwa si yang lalai 
memenuhinya, sebagai ganti ganti rugi harus bayar suatu jumlah uang tertentu, 
maka kepada pihak yarrg lain tidak boleh diberikan suatu jumlah yang lebih 
maupun yang kurang dari pada jumlah itu. Sesuai dengan pasal ini sudah jelas 
bahwasanya ketentuan jumlah tidak boleh kurang atau lebih darijumlah yang 
ditentukan. Atas pertanyaan yang penulis ajukan pada responden mengenai 
apakah mereka dikenakan denda atas keterlambatan dalam membayar angsuran 
tiap bulannya?. Jawaban responden tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
66 
Tabel III.7 
Jawaban Responden Ada Atau Tidaknya Dikenakan Denda 
Atas Keterlambatan Angsuran 
N Saat penyerahan Jawaban % 
1 
2 
Ada 
Tidak 
22 
0 
100 
0 
Jumlah 22 100 
Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2012 
Berdasarkan data tersebut bahwa seluruh responden menyatakan bahwa 
jika mereka terlambat dalam membayar angsuran tiap bulannya akan dikenakan 
bunga atas keterlambatan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang 
penulis lakukan dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak, 
sebagai berikut : 
"Berdasarkan surat perjanjian yang telah ditandatangani oleh Kreditur 
mereka akan dikenakan bunga jika terlambat dalam memenuhi angsuran 
tiap bulannya, hal ini dilakukan oleh perusahaan agar Kreditur tidak 
mengulur-ngulur waktu, yang bisa membawa kerugian bagi perusahaan.”55 
Pada bagian kedua dari Pasal 11 perjanjian pembiayaan konsumen pada 
PT. Federal International Finance Cabang Siak tersebut pemilik atau orang yang 
ditunjuk oleh pemilik jika perlu dengan bantuan alat Negara atau pihak yang 
berwajiban berhak mengambil kembali atau menarik barang atau menguasai 
kembali kendaraan bermotor tersebut berikut peralatan dan perlengkapannya 
tanpa perlu melalui pengadilan negeri atau surat teguran juru sita apabila penyewa 
dua kali berurut-turut tidak membayar uang angsuran atau salah satu uang 
angsuran bulanan tertunggak lebih dari jangka waktu yang telah ditentukan. 
55 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak, 
15 September 2011
Menurut Pasal 5 dari Perjanjian Pembiayaan Konsumen disebutkan 
bahwa Kreditur setuju dan mengikatkan diri kepada Kreditur mengenai terjadinya 
keadaan wanprestasi yang dengan lewat waktu telah cukup membuktikan, untuk 
mana hal tersebut tidak perlu dibuktikan lagi, akan tetapi cukup dengan terjadinya 
67 
salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut : 
l. Kreditur lalai dan/atau tidak dan/atau gagal memenuhi satu atau lebih 
kewajiban sebagairnana ditentukan dalam perjanjian ini; 
2. Kreditur tidak lalai melakukan pembayaran angsuran hutang 
pembiayaan pada tanggal jatuh tempo angsuran; 
3. barang jaminan yang berada di bawah penguasaan Kreditur hilang atau 
musnah; 
4. barang jaminan disita atau terancan oleh suatu tindakan penyitaan oleh 
pihak lain atau siapapun juga dan karena sebab apapun; 
5. Kreditur dinyatakan pailit, diletakkan di bawah pengampuan, meninggal 
dunia atau mengajukan penundaan pembayaran hutang.56 
Dapat dilihat pada tabel berikut : 
Tabel III.8 
Jawaban Responden Terhadap Debitur yang Wanprestasi 
N Debitur yang Wanprestasi Jawaban % 
1 
2 
Ada 
Tidak 
10 
12 
45.4 
54.5 
Jumlah 22 100 
Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2012 
56 Perjanjian Pembiayaan Konsumen PT. Federal International Finance Cabang Siak, 
Pasal 5.
Berdasarkan data tersebut bahwa seluruh responden dinyatakan bahwa 
terdapat 10 (45,4 %) orang Debitur yang wanprestasi terhadapa perjanjian yang 
telah disepakati. Sehingga pihak Kreditur dapat melakukan haknya sebagaimana 
yang tertuang dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen yang telah disepakati oleh 
68 
kedua belah pihak.
69 
BAB IV 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab 
sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 
1. Pelaksanaan pembiayaan konsumen terjadi tidak sebagaimana mestinya.. 
Dimana pada kondisi ini pihak Kreditur tidak melakukan pelaksanaan 
ketentuan yang telah ditetapkan, karena hanya mengharapkan tercapainya 
target penjualan untuk Kreditur dengan mengeyampingkan prinsip kehati-hatian 
terhadap calon debitur yang akan melaksnakan perjanjian. Begitu 
juga sebaliknya, debitur dianggap lalai dalam melaksanakan perjanjian 
pembiayaan konsumen, karena tidak memperhatikan secara seksama isi 
dari perjanjian yang disepakati, sehingga apabila dalam hal terjadinya 
wanprestasi debitur akan berada pada posisi yang dirugikan. 
Dimana semestinya, perjanjian pembiayaan konsumen ini tunduk pada 
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata secara umumnya dan belum ada 
Undang-Undang khusus yang mengaturnya, namun ada Keputusan 
Menteri Keuangan No 1251/KMK.031/1988 tanggal 20 Desember 1988 
Keputusan Menteri Keuangan NO.468/I/KMK.017/1995 tentang ketentuan 
dan Tata Cara Pelaksanaan Pembiayaan yang menjadi acuannya. 
2. Mengenai wanprestasi yang terjadi pada perjanjian pembiayaan konsumen 
atas kendaraan bermotor antara pihak Kreditur dengan PT. Federal 
International Finance Cabang Siak adalah keterlambatan tunggakan
angsuran setiap bulannya yang tidak sesuai dengan apa yang telah 
diperjanjiakan sebelumnya. Apabila tunggakan tersebut masih berlanjut 
selama lebih dari 60 hari sejak tanggal jatuh temponya maka Kreditur 
berhak untuk menarik objek yang diperjanjikan, dan Kreditur masih diberi 
kesempatan selama 14 hari untuk melunasi pembayaran tunggakan 
angsuran beserta denda, jika tidak juga dilaksanakan maka kendaraan 
bermotor tersebut tetap ditarik oleh pihak Kreditur dan uang muka serta 
70 
angsuran yang telah dibayar di anggap hilang. 
B. Saran 
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah uraikan, saran penulis adalah 
sebagai berikut : 
l. Perusahaan pembiayaan hendaknya lebih selektif dalam menentukan pihak 
penerima pembiayaan yang layak dari segi ekonomi untuk menghindari 
terjadinya keterlambatan atau tunggakan angsuran yang dapat merugikan 
perusahaan. Dan Penerima pembiayaan (konsumen) sebaiknya lebih teliti 
dalam memahami isi dari perjanjian pembiayaan yang diajukan oleh 
perusahaan pembiayaan untuk mengetahui hak dan kewajibannya sebagai 
penerima pembiayaan. 
2. Pemerintah hendaknya lebih mempertegas peraturan mengenai perjanjian 
pembiayaan konsumen dimana nantinya bagi para pelaku pelanggaran 
pembiayaan konsumen diberikan sanksi yang tegas. Dan sebaiknya lebih 
berhati-hati dalam menentukan siapa calon kensumennya sehingga
pelanggaran-pelanggaran pembiayaan konsumen yang serius tidak terjadi 
dikemudian hari. Bagi konsumen yang memperoleh pembiayaan 
konsumen pada perusahaan pembiayaan hendaknya mempergunakan 
fasilitas pembiayaan tersebut dengan sebaik- baiknya dan tidak 
menyalahgunakan pembiayaan konsumen tersebut, sehingga tidak 
71 
merugikan pihak kreditur
72 
DAFTAR PUSTAKA 
Buku-buku : 
A. Qirom Syamsuddin Meliala, 1985, Pokok-Pokok Hukum 
Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta 
Abdulkadir Muhamad, Rilda Mumiati, 2004, Lembaga Keuangan , Citra 
Aditya Bakti, Bandung,. 
Dahlan, 1999, Manajemen Lembaga Keuangan edisi IV, Fakultas Ekonomi 
Indonesia. 
Eddy Soeka, 1990, Mekanisme Leasing, Ghalia, Indonesia. 
Hadari Nawawi, 2003, Metode Penyusunan Penulisan Skripsi, Padang. 
Husein Umar, 2003, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT 
Raja Grafindo Persada, Jakarta. 
Komar Andasasmita, 1983, Suplemen Leasing (Teori dan Praktek), Ikatan 
Notaris Indonesia, Bandung. 
Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilosi Hukum Perikatan, PT. 
Aditya Bakti, Bandung 
Masri Singarimbun, Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survei, 
LP3ES, Jakarta. 
Munir Fuady, 2002, Hukum tentang Pembiayaan (dalam teori dan 
praktek), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. 
M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni Bandung. 
Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Granit, 
Jakarta
73 
R. Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta 
R. Subekti, SH dan R.T Tirtosudibiyo, 1992, Kitab Undang-Undang 
Hukum Perdata, Pratnya Pramita, Jakarta 
Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak Di Indonesia, Sinar 
Grafika, Jakarta. 
Sentosa Sembiring, 2002, Lembaga Pembiayaan, Nuansa Aulia, Bandung, 
Sudaryatmo, 2001, Hukum dan Advokat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. 
S.B. Marsh and J. Soulsby, alih bahasa; Abdul Kadir Muhammad, 2006, 
"Hukum Perjanjian", alumni, Cet.3, Sinar Grafika, Jakarta. 
Soerjono Soekanto, I986, Pengantar Penelitian Hukum, Ul-Press, Jakarta. 
Zaeni Asyhadie, SH, 2005, Hukum Bisnis Prinsip Dan Pelaksanaanya di 
Indonesia, Rajawali Pers, Bandung.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Contoh akta pengalihan hak (cessie)
Contoh akta pengalihan hak (cessie)Contoh akta pengalihan hak (cessie)
Contoh akta pengalihan hak (cessie)Manunggal Amethyst
 
Ekonomi Powerpoint Lembaga Pembiyaan
Ekonomi Powerpoint Lembaga PembiyaanEkonomi Powerpoint Lembaga Pembiyaan
Ekonomi Powerpoint Lembaga PembiyaanFathanAjja
 
skripsi penjaminan kredit daerah
skripsi penjaminan kredit daerahskripsi penjaminan kredit daerah
skripsi penjaminan kredit daerahsri wahyuni
 
Lembaga keuangan lain
Lembaga keuangan lainLembaga keuangan lain
Lembaga keuangan lainyy rahmat
 
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG  (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG  (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...GLC
 
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...GLC
 
HBL4. Muhammad Rizal Ramadhan, Hapzi Ali, hbl slide pp moratorium hutang (pkp...
HBL4. Muhammad Rizal Ramadhan, Hapzi Ali, hbl slide pp moratorium hutang (pkp...HBL4. Muhammad Rizal Ramadhan, Hapzi Ali, hbl slide pp moratorium hutang (pkp...
HBL4. Muhammad Rizal Ramadhan, Hapzi Ali, hbl slide pp moratorium hutang (pkp...Muhammad Ramadhan
 
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...rifaaa_092
 
Materi Perbankan SMK
Materi Perbankan SMKMateri Perbankan SMK
Materi Perbankan SMKYUdha Pratama
 
Multifinance
MultifinanceMultifinance
Multifinancemlnsaeful
 
5. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 2018
5. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 20185. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 2018
5. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 2018Novi Siti
 
Contoh surat-perjanjian-kredit-fh-uii
Contoh surat-perjanjian-kredit-fh-uiiContoh surat-perjanjian-kredit-fh-uii
Contoh surat-perjanjian-kredit-fh-uiiZarra Zavinca Pane
 
Perjanjian pinjaman Loan agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Perjanjian pinjaman Loan agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))Perjanjian pinjaman Loan agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Perjanjian pinjaman Loan agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))GLC
 
Perjanjian restrukturisasi hutang glc
Perjanjian restrukturisasi hutang  glcPerjanjian restrukturisasi hutang  glc
Perjanjian restrukturisasi hutang glcGLC
 
CONTOH PERJANJIAN RESTRUKTURISASI HUTANG (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (...
CONTOH PERJANJIAN RESTRUKTURISASI HUTANG (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (...CONTOH PERJANJIAN RESTRUKTURISASI HUTANG (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (...
CONTOH PERJANJIAN RESTRUKTURISASI HUTANG (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (...GLC
 

Mais procurados (20)

Contoh akta pengalihan hak (cessie)
Contoh akta pengalihan hak (cessie)Contoh akta pengalihan hak (cessie)
Contoh akta pengalihan hak (cessie)
 
KREDIT TANPA AGUNAN
KREDIT TANPA AGUNANKREDIT TANPA AGUNAN
KREDIT TANPA AGUNAN
 
Ekonomi Powerpoint Lembaga Pembiyaan
Ekonomi Powerpoint Lembaga PembiyaanEkonomi Powerpoint Lembaga Pembiyaan
Ekonomi Powerpoint Lembaga Pembiyaan
 
skripsi penjaminan kredit daerah
skripsi penjaminan kredit daerahskripsi penjaminan kredit daerah
skripsi penjaminan kredit daerah
 
Lembaga keuangan lain
Lembaga keuangan lainLembaga keuangan lain
Lembaga keuangan lain
 
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG  (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG  (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
CONTOH PERJANJIAN ANJAK-PIUTANG (FACTORING AGREEMENT)(Beli Perjanjian, Hub: ...
 
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
 
HBL4. Muhammad Rizal Ramadhan, Hapzi Ali, hbl slide pp moratorium hutang (pkp...
HBL4. Muhammad Rizal Ramadhan, Hapzi Ali, hbl slide pp moratorium hutang (pkp...HBL4. Muhammad Rizal Ramadhan, Hapzi Ali, hbl slide pp moratorium hutang (pkp...
HBL4. Muhammad Rizal Ramadhan, Hapzi Ali, hbl slide pp moratorium hutang (pkp...
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Nama kelompok 66
Nama kelompok 66Nama kelompok 66
Nama kelompok 66
 
Perusahaan Pembiayaan
Perusahaan PembiayaanPerusahaan Pembiayaan
Perusahaan Pembiayaan
 
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
 
Materi Perbankan SMK
Materi Perbankan SMKMateri Perbankan SMK
Materi Perbankan SMK
 
Multifinance
MultifinanceMultifinance
Multifinance
 
5. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 2018
5. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 20185. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 2018
5. hbl, novi siti , hapzi ali, aspek hukum lembaga pembiayaan, 2018
 
Contoh surat-perjanjian-kredit-fh-uii
Contoh surat-perjanjian-kredit-fh-uiiContoh surat-perjanjian-kredit-fh-uii
Contoh surat-perjanjian-kredit-fh-uii
 
Perjanjian pinjaman Loan agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Perjanjian pinjaman Loan agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))Perjanjian pinjaman Loan agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Perjanjian pinjaman Loan agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
 
Makalah sania dasopang
Makalah sania dasopangMakalah sania dasopang
Makalah sania dasopang
 
Perjanjian restrukturisasi hutang glc
Perjanjian restrukturisasi hutang  glcPerjanjian restrukturisasi hutang  glc
Perjanjian restrukturisasi hutang glc
 
CONTOH PERJANJIAN RESTRUKTURISASI HUTANG (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (...
CONTOH PERJANJIAN RESTRUKTURISASI HUTANG (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (...CONTOH PERJANJIAN RESTRUKTURISASI HUTANG (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (...
CONTOH PERJANJIAN RESTRUKTURISASI HUTANG (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (...
 

Semelhante a PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu bua...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu bua...Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu bua...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu bua...adeayularassati
 
5,Giri Yogo,Hapzi Ali,Aspek hukum lembaga pembiayaan,Universitas Mercu Buana,...
5,Giri Yogo,Hapzi Ali,Aspek hukum lembaga pembiayaan,Universitas Mercu Buana,...5,Giri Yogo,Hapzi Ali,Aspek hukum lembaga pembiayaan,Universitas Mercu Buana,...
5,Giri Yogo,Hapzi Ali,Aspek hukum lembaga pembiayaan,Universitas Mercu Buana,...Giriyogodwis
 
5, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, aspek huku...
5, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, aspek huku...5, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, aspek huku...
5, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, aspek huku...angelaregife
 
2086719.pdf.pdf
2086719.pdf.pdf2086719.pdf.pdf
2086719.pdf.pdfAlifImam3
 
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu buan...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu buan...Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu buan...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu buan...ramadhanti syifa
 
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali,jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali,jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya...Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali,jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali,jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya...megiirianti083
 
4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan ...
4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan ...4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan ...
4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan ...Jihan Nabilah
 
5.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan,...
5.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan,...5.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan,...
5.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan,...Jihan Nabilah
 
Hbl 5, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali , Aspek Hukum Lembaga ,Universita...
Hbl 5, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali , Aspek Hukum Lembaga ,Universita...Hbl 5, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali , Aspek Hukum Lembaga ,Universita...
Hbl 5, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali , Aspek Hukum Lembaga ,Universita...Rinytrianas21
 
Hbl 12, risna dwi cahyani, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universit...
Hbl 12, risna dwi cahyani, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universit...Hbl 12, risna dwi cahyani, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universit...
Hbl 12, risna dwi cahyani, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universit...risnadica
 
4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Prof.dr.Hapzi Ali, CMA , Aspek Hukum Lemba...
4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Prof.dr.Hapzi Ali, CMA , Aspek Hukum Lemba...4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Prof.dr.Hapzi Ali, CMA , Aspek Hukum Lemba...
4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Prof.dr.Hapzi Ali, CMA , Aspek Hukum Lemba...Jihan Nabilah
 
Hbl 4, santi rizki amalia, prof hapzi ali, definisi dan jenis lemhaga pembiay...
Hbl 4, santi rizki amalia, prof hapzi ali, definisi dan jenis lemhaga pembiay...Hbl 4, santi rizki amalia, prof hapzi ali, definisi dan jenis lemhaga pembiay...
Hbl 4, santi rizki amalia, prof hapzi ali, definisi dan jenis lemhaga pembiay...Santirzkamalia
 
5. hbl, clara monalisa, hapzi a li, lembaga pembiayaan dan konsekuensi hukum ...
5. hbl, clara monalisa, hapzi a li, lembaga pembiayaan dan konsekuensi hukum ...5. hbl, clara monalisa, hapzi a li, lembaga pembiayaan dan konsekuensi hukum ...
5. hbl, clara monalisa, hapzi a li, lembaga pembiayaan dan konsekuensi hukum ...claramonalisa09
 
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya, unive...
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya, unive...Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya, unive...
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya, unive...Hayyu Safitri
 
sisi hukum dalam pengkreditan - 3.pdf
sisi hukum dalam pengkreditan - 3.pdfsisi hukum dalam pengkreditan - 3.pdf
sisi hukum dalam pengkreditan - 3.pdfAnggaMuhammadFarhan
 
12. hbl,clara monalisa,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...
12. hbl,clara monalisa,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...12. hbl,clara monalisa,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...
12. hbl,clara monalisa,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...claramonalisa09
 
5. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,aspek hukum lembaga,universitas mercu...
5. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,aspek hukum lembaga,universitas mercu...5. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,aspek hukum lembaga,universitas mercu...
5. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,aspek hukum lembaga,universitas mercu...Maghfira Arsyfa Ganivy
 

Semelhante a PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK (20)

Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu bua...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu bua...Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu bua...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu bua...
 
5,Giri Yogo,Hapzi Ali,Aspek hukum lembaga pembiayaan,Universitas Mercu Buana,...
5,Giri Yogo,Hapzi Ali,Aspek hukum lembaga pembiayaan,Universitas Mercu Buana,...5,Giri Yogo,Hapzi Ali,Aspek hukum lembaga pembiayaan,Universitas Mercu Buana,...
5,Giri Yogo,Hapzi Ali,Aspek hukum lembaga pembiayaan,Universitas Mercu Buana,...
 
5, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, aspek huku...
5, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, aspek huku...5, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, aspek huku...
5, hbl, angela regife laksmy situmorang, prof. dr. hapzi ali, cma, aspek huku...
 
2086719.pdf.pdf
2086719.pdf.pdf2086719.pdf.pdf
2086719.pdf.pdf
 
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu buan...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu buan...Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu buan...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu buan...
 
Bab 14 sei
Bab 14 seiBab 14 sei
Bab 14 sei
 
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali,jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali,jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya...Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali,jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali,jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya...
 
4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan ...
4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan ...4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan ...
4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan ...
 
5.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan,...
5.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan,...5.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan,...
5.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Hapzi Ali, Aspek Hukum Lembaga Pembiayaan,...
 
Hbl 5, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali , Aspek Hukum Lembaga ,Universita...
Hbl 5, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali , Aspek Hukum Lembaga ,Universita...Hbl 5, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali , Aspek Hukum Lembaga ,Universita...
Hbl 5, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali , Aspek Hukum Lembaga ,Universita...
 
Hbl 12, risna dwi cahyani, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universit...
Hbl 12, risna dwi cahyani, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universit...Hbl 12, risna dwi cahyani, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universit...
Hbl 12, risna dwi cahyani, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universit...
 
4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Prof.dr.Hapzi Ali, CMA , Aspek Hukum Lemba...
4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Prof.dr.Hapzi Ali, CMA , Aspek Hukum Lemba...4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Prof.dr.Hapzi Ali, CMA , Aspek Hukum Lemba...
4.HBL,Jihan Nabilah Ekayono Putri, Prof.dr.Hapzi Ali, CMA , Aspek Hukum Lemba...
 
Pembiayaan
PembiayaanPembiayaan
Pembiayaan
 
Hbl 4, santi rizki amalia, prof hapzi ali, definisi dan jenis lemhaga pembiay...
Hbl 4, santi rizki amalia, prof hapzi ali, definisi dan jenis lemhaga pembiay...Hbl 4, santi rizki amalia, prof hapzi ali, definisi dan jenis lemhaga pembiay...
Hbl 4, santi rizki amalia, prof hapzi ali, definisi dan jenis lemhaga pembiay...
 
5. hbl, clara monalisa, hapzi a li, lembaga pembiayaan dan konsekuensi hukum ...
5. hbl, clara monalisa, hapzi a li, lembaga pembiayaan dan konsekuensi hukum ...5. hbl, clara monalisa, hapzi a li, lembaga pembiayaan dan konsekuensi hukum ...
5. hbl, clara monalisa, hapzi a li, lembaga pembiayaan dan konsekuensi hukum ...
 
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya, unive...
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya, unive...Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya, unive...
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya, unive...
 
sisi hukum dalam pengkreditan - 3.pdf
sisi hukum dalam pengkreditan - 3.pdfsisi hukum dalam pengkreditan - 3.pdf
sisi hukum dalam pengkreditan - 3.pdf
 
Urgensi Hukum Jaminan Syariah dalam Transaksi Akad Murabahah pada perbankan s...
Urgensi Hukum Jaminan Syariah dalam Transaksi Akad Murabahah pada perbankan s...Urgensi Hukum Jaminan Syariah dalam Transaksi Akad Murabahah pada perbankan s...
Urgensi Hukum Jaminan Syariah dalam Transaksi Akad Murabahah pada perbankan s...
 
12. hbl,clara monalisa,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...
12. hbl,clara monalisa,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...12. hbl,clara monalisa,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...
12. hbl,clara monalisa,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...
 
5. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,aspek hukum lembaga,universitas mercu...
5. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,aspek hukum lembaga,universitas mercu...5. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,aspek hukum lembaga,universitas mercu...
5. Hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali,aspek hukum lembaga,universitas mercu...
 

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia perbankan dan dunia usaha sekarang ini timbul lembaga keuangan seperti lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang menjalankan kegiatan di bidang perekonomian (keuangan, industri, dan perdagangan), yang dilakukan secara terus menerus atau teratur (regelmatig), terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba.1 Dalam Pasal 1 huruf (b) UU Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Sedangkan, pengertian dari Perusahaan Pembiayaan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, dalam Pasal 1 huruf (b) dikatakan bahwa Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan. Lembaga pembiayaan yang berkembang pada saat ini seperti: 1 Abdul R Saliman, SH, MM, dkk, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan Contoh Kasus), Kencana Renada Media Group, Jakarta 2005. hlm. 100.
  • 2. 2 1. Lembaga pembiayaan proyek (project finance) 2. Lembaga pembiayaan Modal ventura (ventura capital) 3. Lembaga pembiayaan sewa guna usaha (leasing) 4. Lembaga pembiayaan anjak piutang (factoring) 5. Lembaga pembiayaan konsumen (consumer finance) 6. Lembaga pembiayaan kartu kredit (credit card) 7. Lembaga pembiayaan usaha kecil. Secara ketentuan hukum lembaga pembiayaan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009. Dalam perpres ini yang dimaksud lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.2 Sedangkan yang dimaksud dengan perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit.3 Jadi dalam pelaksanaan suatu pembiayaan haruslah mempunyai legalitas baik berbentuk badan usaha maupun badan hukum. Legalitas suatu perusahaan atau badan usaha adalah merupakan unsur yang terpenting, karena legalitas merupakan jati diri yang melegalkan atau mengesahkan suatu badan usaha sehingga diakui oleh masyarakat.4 Perusahaan Pembiayaan merupakan badan usaha yang melaksanakan kegiatan usaha dari lembaga pembiayaan. Selain Perusahaan Pembiayaan, bank dan lembaga keuangan bukan bank juga merupakan badan hukum yang melaksanakan aktivitas dari lembaga pembiayaan yaitu : 2 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 1 ayat (1) 3 Ibid Pasal 1 ayat (2) 4 Zaeni asyhadie, Hukum Bisnis, PT. Raja Grafindo, Jakarta 2005. hlm 83
  • 3. 3 a. Sewa Guna Usaha; b. Modal Ventura; c. Perdagangan Surat Berharga; d. Anjak Piutang; e. Usaha Kartu Kredit; f. Pembiayaan Konsumen Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.5 Kegiatan Pembiayaan Konsumen dilakukan dalam bentuk penyediaan dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Kebutuhan konsumen yang dimaksud meliputi antara lain : 1) Pembiayaan kendaraan bermotor 2) Pembiayaan alat-alat rumah tangga 3) Pembiayaan barang-barang elektronik 4) Pembiayaan perumahan Pembiayaan konsumen dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah consumer finance. Pembiayaan konsumen ini pada hakikatnya sama saja dengan kredit konsumen (consumer credit). Bedanya hanya terletak pada lembaga yang membiayainya. Pembiayaan konsumen biaya diberikan oleh perusahaan 5 Op.Cit, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 1 ayat (7).
  • 4. pembiayaan (financing company). Sedangkan kredit konsumen (consumer credit) 4 biayanya diberikan oleh bank.6 Dalam pembiayaan yang menjadi dasar pembuatan perjanjian pembiayaan konsumen ada 2 (dua) sumber hukum perdata untuk kegiatan perjanjian pembiayaan konsumen, yaitu asas kebebasan berkontrak dan perundang-undangan di bidang hukum perdata. Dalam asas kebebasan berkontrak hubungan hukum yang terjadi dalam kegiatan pembiayaan konsumen selalu dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum (legal certainty). Perjanjian pembiayaan konsumen ini dibuat berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak para pihak yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban dari perusahaan pembiayaan konsumen sebagai pihak penyedia dana (fund lender), dan konsumen sebagai pihak pengguna dana (fund user). Perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance agreement) merupakan dokumen hukum utama (main legal document) yang dibuat secara sah dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah, maka akan berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak yaitu perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen (Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Konsekuensi yuridis selanjutnya, perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik (in good faith) dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak (unilateral unvoidable). 6 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta : sinar garafika. 2009), hlm. 95
  • 5. Perjanjian pembiayaan konsumen berfungsi sebagai dokumen bukti yang sah bagi 5 perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen.7 Perundang-undangan di bidang hukum perdata, perjanjian pembiayaan konsumen merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang tunduk pada ketentuan Buku III KUH Perdata. Di Indonesia, lembaga pembiayaan ini merupakan salah satu lembaga formal yang masih relatif baru. Sumber hukum utama pembiayaan konsumen adalah ketentuan mengenai perjanjian pinjam pakai habis dan perjanjian jual beli bersyarat yang diatur dalam KUH Perdata. Kedua sumber hukum utama tersebut dibahas dalam konteksnya dengan pembiayaan konsumen. Perjanjian pembiayaan konsumen yang terjadi antara perusahaan pembiayaan kosumen dan konsumen digolongkan dalam perjanjian pinjam pakai habis yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUH Perdata. Pasal 1754 KUH Perdata menyatakan bahwa “pinjam pakai habis adalah perjanjian, dengan mana pemberi pinjaman menyerahkan sejumlah barang pakai habis kepada pihak peminjam dengan syarat bahwa peminjam akan mengembalikan barang tersebut kepada pemberi pinjaman dalam jumlah dan keadaan yang sama”.8 Perbedaan mendasar dapat kita telaah pada pembiayaan konsumen pada leasing, yakni Lessor akan membayar kepada supplier barang modal yang dibutuhkan lesse, dan lesse akan membayar secara berkala kepada lessor. Waktunya sesuai perjanjian lesse dan lessor. Dan objek leasing adalah benda - benda yang diperlukan dan digunakan untuk menjalankan perusahaan. 7 Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hlm 256 8 KUHPerdata Pasal 1754 (pinjam pakai habis)
  • 6. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perjanjian pembiayaan konsumen tergolong perjanjian khusus yang objeknya adalah barang habis pakai yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUH Perdata. Dengan demikian ketentuan pasal-pasal tersebut berlaku terhadap perjanjian pembiayaan konsumen dan sudah relevan, kecuali apabila dalam perjanjian diatur secara khusus 6 menyimpang.9 PT. Federal International Finance Cabang Siak, merupakan salah satu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang pembiayaan konsumen (consumer finance), yang berfokus pada pembiayaan sepeda motor dan pembiayaan barang-barang elektronik serta furniture. Kegiatan pembiayaan dilakukan melalui sistempem berian kredit yang pembayarannya oleh konsumen dilakukan secara angsuran atau berkala. Dalam memberikan debitur pembiayaan konsumen tersebut lembaga pembiayaan harus bersifat hati-hati dalam menilai konsumen. Sebelum mendapatkan fasilitas tersebut konsumen diharuskan mengikuti dan memenuhi segala syarat dan prosedur yang telah ditentukan oleh lembaga pembiayaan tersebut yaitu PT. Federal International Finance Cabang Siak. Hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk membuat perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar dari syarat yang telah diatur dan ditetapkan oleh undang-undang. Namun pada kenyataannya, kedudukan Kreditur lebih tinggi daripada kedudukan konsumen. Karena pihak konsumen hanya menerima dan menyetujui 9 Sunaryo., Loc.cit., hlm. 99
  • 7. isi perjanjian yang telah ditetapkan oleh Kreditur yang dalam hal ini yaitu PT. Federal International Finance Cabang Siak. Dapat diketahui, berdasarkan azas kebebasan berkontrak bahwa isi perjanjian itu dibuat dan ditentukan oleh kedua belah pihak sehingga dapat dikatakan pada kenyataannya azas kebebasan 7 berkontrak tersebut tidak berjalan. Pada perjanjian pembiayaan konsumen ini, pihak debitur hanya mempunyai hak pakai atas barang yang menjadi objek perjanjian dan selanjutnya setelah angsuran dan cicilan terakhir dilunasi, barulah hak milik atas barang berpindah kepada si debitur Jadi, selama jangka waktu pembiayaan konsumen dan harga yang telah diperjanjikan itu belum dibayar lunas, maka si pembeli menjadi penyewa terlebih dahulu dari barang yang diinginkannya tersebut. Dan harga tersebut merupakan angsuran dari harga barang. Dalam kedudukannya sebagai penyewa, pembeli mempunyai kewajiban untuk membayar angsuran atau cicilan yang telah ditentukan tanpa harus melalui teguran terlebih dahulu dari sipenjual barang tersebut. Namun seringkali ketentuan-ketentuan atau aturan yang telah dibuat dan disepakati oleh kedua belah pihak di dalam prakteknya tidak memenuhi dan tidak sesuai dengan isi perjanjian tersebut, baik hal itu disengaja karena kelalaian si pelakana isi perjanjian, di mana perjanjian yang dilaksanakan itu tidak sesuai sebagaimana yang dikehendakinya atau juga oleh si pembuat isi perjanjian itu sendiri. Selain itu ada juga faktor yang dikarenakan konsumen tidak mengetahui peraturan baku yang telah dibuat oleh pihak Kreditur, karena mereka justru lebih
  • 8. mementingkan barang yang mereka ambil daripada mernperhatikan peraturan ydng ditetapkan dalam perjanjian tersebut, sehingga terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian tersebut. Selanjutnya sering kali ketentuan ketentuan yang 8 dibuat di dalam perjanjian tersebut luput dari perhatian para debitur. Permasalahan tersebut di atas juga penulis temukan pada PT PT. Federal International Finance Cabang Siak. Di mana pihak debitur tersebut tidak melaksanakan prestasinya, atau dengan kata lain pembayaran angsuran yang harus dilakukan oleh debitur setiap bulannya mengalami kemacetan hingga lebih dari batas waktu yang telah ditentukan yang mengakibatkan barang yang menjadi objek pembiayaan tersebut ditarik kembali oleh pihak Kreditur, sedangkan uang angsuran yang telah dibayar oleh pembeli sewa sebelumnya tidak dapat ditarik kembali karena pembayaran angsuran yang telah dilakukan sebelumnya dianggap sebagai uang sewa atas barang tersebut. Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian terhadap permasalahan ini dengan judul “PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT. FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, maka oleh karena itu penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas
  • 9. dalam penelitian skripsi ini nantinya. Permasalahan yang akan diangkat adalah 9 sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen oleh PT. Federal International Finance Cabang Siak?. 2. Bagaimana penyelesaian hukum yang dapat dilakukan apabila terjadi wanprestasi oleh para pihak terhadap pembiayaan konsumen tersebut?. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini oleh penulis akan memuat tentang hal-hal yang dicapai dari kegiatan penelitian antara lain : a. Untuk mengetahui prosedur pembuatan dan pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor oleh PT. Federal International Finance Cabang Siak. b. Untuk mengetahui tindakan hukum yang dilakukan bila terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor oleh PT. Federal International Finance Cabang Siak. 2. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat yang akan diharapkan dalam penelitian ini adalah : a. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada setiap perguruan tinggi yaitu untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Hukum b. Untuk menerapkan sebagian pengetahuan yang diperoleh selama dibangku kuliah sehingga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan orang lain.
  • 10. c. Dapat sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti berikutnya, khususnya yang melakukan penelitian dalam masalah yang sama sehingga 10 dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. d. Untuk menambah bahan bacaan diperpustakaan dan sebagai sumbangsih penulis terhadap almamater. D. Kerangka Teori 1. Kerangka Teoritis Penyusunan teori-teori merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam suatu penelitian terutama dalam meletakkan dasar-dasar tentang masalah yang akan diteliti, pentingnya suatu konsep teoritis mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat antara teori dengan kegiatan, pengumpulan, pengolahan, analisis dan konsumsi data. a. Teori Lembaga Pembiayaan Menurut Pasal 1320 KUHPerdata perjanjian harus memenuhi 4 (empat) syarat agar dapat memiliki kekuatan hukum dan mengikat para pihak yang membuatnya, hal tersebut adalah : 1) Kesepakatan para pihak 2) Kecakapan untuk membuat Perjanjian (misalnya : cukup umur, tidak dibawah pengampuan dll) 3) Menyangkut hal tertentu 4) Adanya kausa yang halal
  • 11. Dua hal yang pertama disebut sebagai syarat subyektif dan dua hal terakhir disebut syarat objektif. Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada syarat subjektif akan memiliki konsekuensi untuk dapat dibatalkan 11 (vernietigbaar). a) Kesepakatan para pihak “Sepakat maksudnya adalah bahwa dua belah pihak yang mengadakan perjanjian setuju atau seia sekata mengenai hal-hal pokok dari perjanjian, dengan kata lain mereka saling menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik”10 Adanya kemauan dan kehendak kedua belah pihak yang membuat perjanjian, jadi tidak boleh hanya karena kemauan satu pihak saja, ataupun terjadinya kesepakatan oleh karena tekanan salah satu pihak yang mengakibatkan adanya cacat bagi perwujudan kehendak. Dalam hal suatu kesepakatan, ada beberapa teori yang menyatakan kapan kesepakatan itu terjadi antara lain yaitu Teori Pengetahuan (veernemingstheorie) mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima dan Teori Kepercayaan (vetrowenstheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan itu terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan.11 b) Kecakapan untuk membuat perjanjian 10 R.Subekti, Hukum Perjanjian, cetakan ke IV, PT Intermasa, Jakarta, 1976, hlm, 17 11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-PRESS, Jakarta, 1984, hlm. 120
  • 12. “Untuk sahnya suatu perjanjian memerlukan kecakapan dari subyek yang mengadakan perjanjian. Dengan kata lain setiap orang yang sudah dewasa 12 ,waras akal budinya adalah cakap menurut hukum”.12 Pasal 1330 KUH Perdata menentukan bahwa yang tidak cakap membuat suatu perjanjian adalah : 1) Orang yang belum dewasa 2) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan 3) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang- Undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat persetujuan-persetujuan tertentu. 4) Orang yang belum dewasa yang dimaksud dalam hal ini adalah seperti yang ditunjuk oleh pasal 330 KUHPerdata yakni mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu kawin. Pasal 433 KUHPerdata menentukan mereka yang ditaruh di bawah pengampuan adalah setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap atau terlalu boros sehingga tidak mampu bertanggung jawab atas kepentingan sendiri karena itu dalam melakukan suatu perbuatan hukum mereka diwakili oleh pengampunya (curator). c) Suatu Hal tertentu ”Didalam berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi objek perjanjian adalah prestasi. Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak Kreditur.”13 12 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm.73
  • 13. Dalam hal ini undang-undang menentukan bahwa objek yang diperjanjikan haruslah dapat ditentukan, paling tidak jenisnya. Lebih lanjut Pasal 1333 KUH Perdata menjelaskan bahwa tidaklah menjadi halangan jumlah barang yang belum tentu, asal saja jumlah itu pada kemudian dapat ditentukan atau 13 dihitung. Menurut M.Yahya tentang objek/prestasi perjanjian harus dapat ditentukan adalah suatu yang logis atau praktis. Tak akan ada arti dari perjanjian jika undang-undang tidak menentukan hal demikian.”14 Dengan demikian dapat dimengerti, agar perjanjian itu memenuhi kekuatan hukum yang sah, bernilai dan mempunyai kekuatan yang mengikat, prestasi yang menjadi objek perjanjian harus tertentu sekurang-kurangnya jenis objek itu harus tertentu.”15 d) Suatu Sebab Yang Halal Untuk sah nya suatu perjanjian, undang-undang mensyaratkan adanya kausa yang halal. Undang-undang tidak memberikan penjelasan tentang kausa, yang dimaksud dengan kausa bukan hubungan sebab akibat, tetapi isi atau maksud dari perjanjian. ”Isi dari perjanjian pada hakikatnya mencerminkan tujuan atau maksud yang akan dicapai oleh para pihak. Maksud atau tujuan ini merupakan tafsir dari sebab (klausa).”16 13 A.Qiram Syamsuddin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Liberty, Yogyakarta,, 1985, hlm.10 14 M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 10 15 Wiryono Projodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bandung, 1989, hlm.40
  • 14. Menurut Subekti, yang dimaksud dengan sebab atau kausa dari suatu 14 perjanjian adalah isi perjanjian itu sendiri.”17 Dalam bahasa yang praktis dapat dikatakan, menurut undang-undang suatu sebab yang halal itu apabila tidak bertentangan dengan ketertiban umum, tidak bertentangan dengan kesusilaan. Dengan kata lain sebab atau kausa yang melahirkan perjanjian adalah suatu sebab atau kausa yang sah dan halal. Pengertian hubungan sewa menyewa diatur dalam Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu : Sewa menyewa ialah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya. Dalam hubungan sewa menyewa yang menyewakan memberi hak pemakaian saja kepada penyewa dan bukan hak milik. Perjanjian sewa menyewa tidak memberikan suatu hak kebendaan, tetapi hanya memberi suatu hak perseorangan, terhadap yang menyewakan ada hak “persoonlijk” terhadap pemilik, akan tetapi hak orang yang menyewakan ini mengenai juga suatu benda, yaitu suatu barang yang disewakan Dari defenisi pasal 1548 Kitab Undang- undang Hukum Perdata dapat dilihat bahwa ada tiga unsur yang melekat, yaitu : 1) Barang 2) Jangka waktu 16 Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit, hlm .27 17 Wiryono Prodjodikoro, Op.Cit hlm.28
  • 15. 15 3) Pembayaran Untuk menunjukan bahwa itu merupakan perjanjian sewa menyewa, maka penyewa yang diserahi barang yang dipakai, diwajibkan membayar harga sewa atau uang sewa kepada pemilik barang. Pada hakekatnya sewa menyewa tidak dimaksud berlangsung terus menerus, melainkan pada saat tertentu pemakaian dari barang tersebut akan berakhir dan barang akan dikembalikan lagi kepada pemilik semula, mengingat hak milik atas barang tersebut tetap berada dalam tangan pemilik semula. Walaupun dalam Pasal 1548 KUHPerdata dikatakan bahwa sewa menyewa itu berlangsung selama waktu tertentu, yang berarti bahwa dalam perjanjian sewa menyewa harus selalu ditentukan tenggang waktu tertentu, tetapi dalam perjanjian sewa menyewa itu dapat juga tidak ditetapkan suatu jangka waktu tertentu, asal sudah disetujui harga sewa untuk satu jam, satu hari, satu bulan, dan lain-lain. Jadi para pihak bebas untuk menentukan berapa lama waktu tersebut. Dalam praktek pada umumnya perjanjian sewa menyewa ini diadakan untuk jangka waktu tertentu, sebab para pihak menginginkan adanya suatu kepastian hukum. b. Asas Kebebasan Berkontrak Hubungan hukum yang terjadi dalam kegiataan pembiayaan konsumen selalu dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen yang menjadi dasar kepastian hukum(legal certanty). Perjanjian pembiayaan konsumen ini dibuat berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak para pihak yang membuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban dari perusahaan pembiayaan konsumen
  • 16. sebagai pihak penyedia dana (fund lender), dan konsumen sebagai pihak 16 pengguna dana(fund user). Perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance agreement) merupakan dokumen hukum utama yang dibuat secara sah dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah, maka akan berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen (Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata). Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak dalam membuat perjanjian, dalam pasal 1338 KUHPerdata dikatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.18 Selanjutnya, dapat disimpulkan perjanjian tersebut menganut sistem terbuka dan mengandung azas kebebasan membuat perjanjian. Sistem terbuka dari hukum perjanjian itu juga mengandung suatu pengertian, bahwa perjanjian-perjanjian khusus yang diatur dalam Undang- Undang hanyalah perjanjian yang terkenal di masyarakat saja, pada waktu KUHP dibentuk. Misalnya, undang-undang hanya mengatur perjanjian-perjanjian sewa menyewa dan jual beli, tetapi dalam prakteknya timbul suatu macam perjanjian yang dinamakan perjanjian pembiayaan konsumen yang pada prinsipnya hampir sama dengan perjanjian sewa-beli. Perjanjian pembiayaan konsumen diadakan oleh karena pihak konsumen tidak mampu membayar harga barang secara sekaligus, maka diadakanlah 18 R. Subekti dan R. Tirtosudibyo, Op.Cit, hlm 342
  • 17. perjanjian pembiayaan konsumen tersebut. Dimana pihak konsumen boleh mencicil harga barang itu dalam beberapa kali angsuran, esdangkan hak milik (meskipun barangnya sudah berada didalam kekuasaan konsumen) baru berpindah kepada si Konsumen apabila angsuran yang penghabisan telah dibayar lunas. Selama harga itu belum dibayar lunas, barangnya disewa oleh pihak konsumen. Dengan demikian terciptalah suatu perjanjian yang dinamakan perjanjian 17 pembiayaan konsumen. Perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan secara angsuran disebut dengan conditional sale atau jual beli bersyarat, dimana penjuan dapat menggugat untuk mengusai kembali barang itu jika pembeli lalai sebelum hak milik berpindah kepadanya.19 Dalam hal si berhutang (debitur) tidka melakukan apa yang diperjanjikan maka ia dikatakan melakukan wanprestasi, kelalaian atau kealpaan. Menurut R. Subekti, kealpaan seorang debitur dapat berupa : 1. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya 2. melaksanakan apa yang sijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan 3. melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat 4. melakukan seseatu menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.20 Akibat wanprestasi yang dilakukan oleh pihak yang berhutang sebagai pihak yang diwajibkan melakukan sesuatu, maka akan diancamkan beberapa sanksi yaitu : 19 S.B Marsh and J. Soulsby, alih bahasa : Absul Kadir Muhammad, Hukum perjanjian, Alumni, Cetakan ke 3, 2006, hlm 297 20 R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Cet 19, 2002, hlm 45
  • 18. a. membayar kerugian yang diterima oleh Kreditur atau dengan singkat 18 dinamakan ganti rugi b. pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian c. membayar biaya perkara, kalau sampai diperkirakan pemecahan perjanjian. Karena wanpresitasi (kelalaian) mempunyia akibat-akibat yang begitu penting, maka harus ditetapkan lebih dahulu apakah siberhutang melakukan wanprestasi atau lalai, dan kalau hal itu disangkal olehnya, harus dibuktikan dimuka hakim. Kadang-kadang juga tidak mudah untuk mengatakan seorang lalai karena kali juga tidak dijanjikan dengan tepat waktu karena seirng kali juga tidak tidak dijanjikan dengan tepat kapan sesuatu pihak diwajibkan melakukan prestasi yang dijanjikan. Tentang bagaimana memperingatkan seseorang debitur jika ia tidak memenuhi prestasinya dan dapat dikatakan lalai, bila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akata yang sejenis itu telah dinyatakan lalai dengan lwatnya wajut yang telah ditentukan. Pelaksanaan perjanjian kredit kendaraan bermotor oleh PT Federal International Finance cabang Siak disertai dengan hak dan keajibannya serta upaya hukum yang dapat dilakukan apabila terjadi wanprestasi dari pihak yang terhutang dalam memenuhi kewajibannya.
  • 19. 19 E. Kerangka Konseptual 1. Perjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual beli antara pemasok dan konsumen, perjanjian ini didukung oleh dokumen-dokumen. 2. Pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman atau kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan langsung dikonsumsikan oelh konsumen, dan bukan untuk tujuan produksi atau distribusi. Perusahaan yang memberikan pembiayaan diatas, disebut perusahaan pembiayaan konsumen (Customer Finance Company).21 3. Perusahaan pembiayaan adalah Perusahaan pembiayaan lembaga keuangan non bank yang melakukan kegiatan penyediaan dana kepada masyarakat untuk keperluan pembelian barang kebutuhan ataupun barang modal. F. Metode Penelitian Metode dalam sebuah penelitian sangatlah penting guna menentukan keberhasilan suatu penelitian tersebut, baik dalam memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diajukan, maupun tujuan serta manfaat dalam penelitian. Oleh karena itu, sesuai dengan masalah pokok yang dirumuskan, maka penulis menyusun metode penelitian sebagai berikut: 21 http://zonaekis.com/pengertian-pembiayaan-konsumen/
  • 20. 20 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini memakai metode pendekatan yuridis empiris yang artinya meninjau keadaan permasalahan yang ada di lapangan dikaitkan dengan aspek hukum yang berlaku dan yang mengatur permasalahan tersebut. Jika dilihat dari sifatnya maka penelitian ini tergolong kepada deskriptif, maksudnya penelitian ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan pembiayaan konsumen itu pada PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang Siak, bagaimanakah penyelesaian masalah jika terjadi wanprestasi oleh debitur dalam pelaksanaan pembiayaan konsumen pada PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang Siak. 2. Lokasi Penelitian Lokasi dilakukannya penelitian adalah pada PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang Siak. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang sama.22 Dalam penelitian ini populasi yang akan dijadikan sumber data adalah Manajer PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang Siak dan nasabah PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang Siak. 22 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta: 2007, hlm. 172.
  • 21. 21 b. Sampel Sampel (Sub-populasi) adalah sejumlah manusia atau unit yang menjadi bagian dari populasi yang akan dijadikan sumber data.23 Hingga saat ini belum ada kesepakatan para pakar penelitian dibidang ilmu-ilmu sosial mengenai besarnya sampel penelitian di satu sisi, dan di sisi lain sampel harus menggeneralisir dan kepada seluruh populasi.24 Metode penarikan sampel pada penelitian ini adalah metode Purposive Sampling, yaitu menetapkan sejumlah sampel yang akan mewakili jumlah populasi yang ada, yang kategori sampelnya itu ditetapkan sendiri oleh penulisnya.25 Untuk lebih jelasnya gambaran antara populasi dengan sampel tersebut dilihat pada tabel berikut dibawah ini: Tabel I.1 Populasi dan Sampel N No Responden Populasi Sampel Persentase 1M anajer PT. Federal International Finance 1 1 100% 2N asabah PT. Federal International Finance yang melakukan peminjaman dana 220 22 10% Sumber : Data Olahan Bulan April 2012-April 2013 23 Ibid. 24 Sudarwan Danim, Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku, Bumi Aksara, Jakarta:2000, hlm.90. 25 Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial: Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya, PT Remaja Rosdakarya Offset, bandung: 2002, hlm. 35.
  • 22. 22 4. Sumber data a. Data Primer Data primer adalah data yang akan diperoleh secara langsung di lapangan (sumber pertama) yang diperoleh dari hasil kuesioner (angket) yang dikembalikan responden dan dari dokumen-dokumen serta berkas-berkas data mengenai nasabah yang melakukan perjanjian dengan Lembaga Pembiayaan konsumen. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui penelitian perpustakaan antara lain berasal dari: 1) Bahan Hukum Primer Yaitu bahan-bahan penelitian yang berasal dari peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan judul dan permasalahan yang dirumuskan. Bahan hukum ini berasal dari perundang-undangan, KUH Perdata, Perpres Nomor 09 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, dan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian. 2) Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan-bahan penelitian yang berasal dari literatur atau hasil penulisan para sarjana yang berupa buku-buku yang berkaitan dengan pokok pembahasan.
  • 23. 23 c. Data Tersier Yaitu bahan-bahan penelitian yang diperoleh dari ensiklopedia dan sejenisnya yang berfungsi mendukung data primer dan data sekunder seperti Kamus Bahasa Indonesia dan Internet. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi dilakukan pada PT Federal International Finance cabang Siak b. Kuesioner Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara membuat daftar-daftar pertanyaan yang memiliki korelasi dengan permasalahan yang diteliti, yang pada umumnya dalam daftar pertanyaan itu telah disediakan jawaban-jawaban (pertanyaan terstruktur), yang disebarkan secara khusus kepada sebagian masyarakat yang pernah melakukan perjanjian. c. Wawancara Wawancara yaitu dengan bertanya langsung kepada Manajer, Karyawan, dan Nasabah pada PT. Federal International Finance (F.I.F) maupun dengan sebagian masyarakat yang pernah melakukan perjanjian. d. Studi Pustaka Studi pustaka yang dilakukan yaitu berupa mengumpulkan teori-teori dan data berupa bahan hukum yang terdapat pada buku-buku dan bahan pustaka lainnya yang relevan dengan masalah yang terjadi.
  • 24. 24 6. Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah kualitatif yang tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.26 Kualitatif menggunakan data yang diperoleh dengan kalimat serta penajaman pada logika sehingga dapat dimengerti semua pihak. Setelah semua data berhasil dikumpul, kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk uraian yang terang dan rinci.27 Selanjutnya dianalisis dengan cara membandingkan dengan teori-teori dan pendapat para ahli. Kemudian penulis menarik suatu kesimpulan yang bersifat deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus.28 26 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1996, hlm 45. 27 Ibid. 28 Ibid.
  • 25. 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Pembiayaan Konsumen dan Pengaturannya 1. Pengertian Pembiayaan Konsumen Pembiayaan konsumen merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan finansial (consumer finance company). Perusahaan pembiayaan konsumen adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen.29 Target pasar dari mode pembiayaan ini konsumen ini sudah jelas adalah konsumen, suatu istilah yang dipakai sebagai lawan dari kata produsen. Mengacu pada ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UU No.8 Tahun 1999), konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.30 Pranata hukum “Pembiayaan Konsumen” di pakai sebagai terjemahan dari istilah “Consumer Finance”, pembiayaan konsumen ini tidak lain dari sejenis kredit konsumsi (consumer credit). Hanya saja, jika pembiayaan konsumen dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, sementara kredit konsumsi diberikan oleh Bank.31 29 Sentosa Sembiring, 2001, Hukum Dagang, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 114. 30 Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT, Grasindo, Jakarta, hlm. 1. 31 Munir Fuady, Op. Cit, hlm. 162
  • 26. Fasilitas kredit untuk pembelian sepeda motor adalah termasuk kredit konsumsi dengan tujuan penggunaannya untuk memiliki sepeda motor oleh konsumen.32 Namun demikian, pengertian kredit konsumsi sebenarnya secara substansial sama saja dengan pembiayaan konsumen, yaitu : Kredit yang diberikan kepada konsumen-konsumen guna pembelian barang-barang konsumsi dan jasa-jasa seperti yang dibedakan dari pinjaman-pinjaman yang digunakan untuk tujuan-tujuan produktif atau dagang. Kredit yang demikian itu dapat mengandung risiko yang lebih besar daripada kredit dagang biasa, dan maka dari itu, biasanya kredit tersebut diberikan dengan tingkat suku bunga yang lebih 26 tinggi.33 Keputusan Menteri Keuangan RI No.448/KMK.017/2000 Tentang Perusahaan Pembiayaan, memberikan pengertian lembaga pembiayaan konsumen sebagai suatu kegiatan pembiayaan yang dilakukan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian barang yang pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya antara kredit konsumsi dengan pembiayaan konsumen sama saja. Hanya pihak pemberi kreditnya yang berbeda. Pembiayaan konsumen sebagai salah satu lembaga pembiayaan lebih banyak diminati oleh konsumen ketika mereka memerlukan barang yang pembayarannya dilakukan secara angsuran/cicilan. 32 Johannes Ibrahim, 2004, Mengupas Tuntas Kredit Komersial dan Konsumtif Dalam Perjanjian Kredit Bank (Perspektif Hukum dan Ekonomi ), Mandar Maju, Bandung, hal. 270. 33 Munir Fuady I, Loc. Cit.
  • 27. Barang yang menjadi obyek pembiayaan konsumen umumnya adalah barang-barang seperti, alat-alat elektronik, sepeda motor, komputer dan alat-alat kepentingan rumah tangga yang menjadi kebutuhan konsumen. Besarnya pembiayaan yang diberikan kepada konsumen umumnya relatif kecil, sehingga kandungan risiko yang mesti dipikul oleh perusahaan pembiayaan konsumen juga 27 relatif kecil. B. Dasar Perjanjian Pembiayaan Konsumen Oleh PT. Federal International Finance Cabang Siak Yang dimaksud dengan dasar perjanjian disini adalah menyangkut pengaturan dari lembaga pembiayaan konsumen. Dasar hukum dari lembaga pembiayaan konsumen diklasifikasikan, menjadi dasar hukum substantif dan dasar hukum administratif. 1. Dasar Perjanjian Substansif Adapun yang merupakan dasar hukum substansif eksistensi pembiayaan konsumen adalah perjanjian di antara para pihak berdasarkan asas “kebebasan berkontrak”. Yaitu perjanjian antara pihak perusahaan finansial sebagai Kreditur dan pihak konsumen sebagai debitur. Sejauh yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku, maka perjanjian seperti itu sah dan mengikat secara penuh. Hal ini dilandasi pada ketentuan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.
  • 28. Dasar dari pembiayaan konsumen adalah perjanjian. Berdasarkan azas kebebasan berkontrak, setiap orang bebas untuk membuat perjanjian tentang apa saja asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang 28 bagi mereka yang membuatnya.34 Azas atau prinsip kebebasan berkontrak menjadi landasan/dasar hukum dari pembiayaan konsumen. Asas ini mengandung makna bahwa setiap orang mempunyai kebebasan untuk membuat kontrak/ perjanjian dengan siapa saja yang dikehendakinya. Selain itu, para pihak juga bebas untuk menentukan isi perjanjian dan syarat-syaratnya dengan pembatasan bahwa perjanjian tersebut tidak boleh bertentangan dengan ketentuan undang-undang yang bersifat memaksa, ketertiban umum dan kesusilaan.35 2. Dasar Perjanjian Administratif Seperti juga terhadap kegiatan lembaga pembiayaan lainnya, maka pembiayaan konsumen ini mendapat dasar dan momentumnya dengan dikeluarkannya Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang “Lembaga Pembiayaan” yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang “Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan”. Dimana ditentukan bahwa salah satu kegiatan dari lembaga pembiayaan tersebut adalah menyalurkan dana dengan sistem yang disebut “Pembiayaan Konsumen”. Meskipun dalam praktek operasional pembiayaan 34 H. Salim HS, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUH Perdata, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 48. 35 J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 74.
  • 29. konsumen ini mirip dengan kredit konsumsi yang sering dilakukan oleh bank, hakikat dan keberadaan perusahaan finansial yang sama sekali berbeda dengan bank, sehingga secara substantif yuridis tidak layak diberlakukan peraturan perbankan kepadanya. Secara yuridis formal, karena perusahaan pembiayaan tersebut bukan bank, maka kegiatannya tidak mungkin tunduk kepada peraturan perbankan. Sungguhpun peraturan perbankan tersebut dalam bentuk undang-undang sekalipun. Kecuali undang-undang menentukan sebaliknya yang dalam 29 hal ini tidak kita ketemukan perkecualian tersebut. Perkembangan lembaga pembiayaan, khususnya pembiayaan konsumen memang belum ditopang oleh perangkat hukum yang memadai, sehingga karenanya diperlukan adanya perangkat hukum dalam bentuk Undang-Undang agar ada jaminan kepastian hukum terkait dengan operasional pembiayaan konsumen tersebut. Kepastian hukum dimaksud menjadi tuntutan para pelaku ekonomi dalam melakukan aktivitasnya dibidang ekonomi, termasuk di bidang kegiatan pembiayaan. Sektor hukum memang harus dapat mengikuti perkembangan ekonomi yang sedang berlangsung. Selama ini kelemahan utama bidang hukum yang sering dihadapi oleh pelaku ekonomi di Indonesia adalah masalah ketidakpastian hukum. Padahal kepastian hukum juga dibutuhkan untuk memperhitungkan atau mengantisipasi resiko.36 Begitu juga menyangkut risiko dari seluruh aktivitas pembiayaan konsumen yang memang tidak mungkin terhindar dari perihal resiko tersebut. 36 Adi Sulistiyono dan Muhammad Rustamaji, 2009, Hukum Ekonomi Sebagai Panglima, Mas Media Buana Pustaka, Sidoarjo, hlm 21-22.
  • 30. Agar hukum mampu memainkan perannya untuk memberikan kepastian hukum pada pelaku ekonomi, maka pemerintah bertanggung jawab membentuk hukum (peraturan) yang dibutuhkan dan menjadikan hukum sebagai dasar untuk 30 menyelesaikan berbagai permasalahan hukum yang terjadi. Hukum diharapkan mampu memainkan perannya sebagai faktor pemandu, pembimbing dan menciptakan iklim yang kondusif pada bidang ekonomi, termasuk bidang aktivitas lembaga pembiayaan. a. Pihak-pihak Dalam Pembiayaan Konsumen. Bila seseorang membutuhkan barang-barang seperti TV, Mobil, Lemari Es, Tempat Tidur, Sofa dan sebagainya sementara penghasilannya tidak cukup membayar secara tunai, maka yang bersangkutan dapat menghubungi suatu lembaga pembiayaan (consumers finance) yang dapat membantu mendapatkan barangbarang konsumsi tersebut melalui supplier. Lembaga pembiayaan ini yang akan membayar secara tunai kepada supplier, dan selanjutnya konsumen membayar harga barang tersebut kepada lembaga pembiayaan secara angsuran sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan. Para pihak yang terlibat dalam transaksi pembiayaan konsumen adalah : 1. Pihak Perusahaan Pembiayaan Pihak perusahaan pembiayaan adalah pihak yang menyediakan dana bagi kepentingan konsumen. 2. Pihak Dealer/Supplier Pihak dealer/supplier adalah pihak penyedia barang yang dibutuhkan konsumen.
  • 31. 31 3. Pihak Konsumen Pihak konsumen adalah pihak yang membutuhkan barang. Guna memahami prinsip dasar dari transaksi pembiayaan konsumen, maka dapat dilihat dari hubungan hukum pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi pembiayaan konsumen tersebut, yang lebih jelas dapat dilihat dalam bentuk skema sebagai berikut : b. Para Pihak Dalam Pembiayaan Konsumen 1. Hubungan Pihak Perusahaan Pembiayaan dengan konsumen. Hubungan antara perusahaan pembiayaan dengan konsumen adalah hubungan kontraktual, dalam hal ini kontrak pembiayaan. Pihak perusahaan pembiayaan berkewajiban untuk memberikan sejumlah dana (uang) untuk pembelian suatu barang konsumsi. Sementara pihak konsumen berkewajiban untuk membayar kembali uang tersebut secara angsuran (cicilan) kepada pihak perusahaan pembiayaan. 2. Jadi hubungan kontraktual antara pihak penyediaan dengan konsumen adalah sejenis perjanjian kredit.37 Secara yuridis apabila kontrak pembiayaan tersebut sudah ditandatangani oleh para pihak dan dana sudah dicairkan serta barang sudah diserahkan oleh supplier kepada konsumen, maka barang tersebut sudah langsung menjadi hak milik konsumen, meskipun harganya belum dibayar lunas. 3. Dalam hal ini berbeda dengan kontrak leasing, dimana secara yuridis barang leasing tetap menjadi milik lessor, terkecuali pihak lessee 37 Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 209.
  • 32. menggunakan hak pilih (opsinya) untuk memiliki barang tersebut pada 32 akhir kontrak. 4. Hubungan pihak konsumen dengan supplier 5. Antara pihak konsumen dengan pihak supplier terdapat suatu hubungan jual beli, dalam hal ini jual beli bersyarat, dimana pihak supplier selaku penjual menjual barang kepada pihak konsumen selaku pembeli, dengan syarat bahwa harga akan dibayar oleh pihak ketiga, yaitu pihak perusahaan pembiayaan. Syarat tersebut mempunyai arti bahwa apabila pihak perusahaan pembiayaan tidak jadi (batal) memberikan dana, maka jual beli antara supplier dengan konsumen menjadi batal pula. 6. Hubungan Perusahaan Pembiayaan dengan Supplier. 7. Antara pihak perusahaan pembiayaan dengan suppler tidak mempunyai hubungan hukum yang khusus, kecuali pihak perusahaan pembiayaan hanya pihak ketiga yang disyaratkan, yaitu disyaratkan untuk menyediakan dana untuk dipergunakan dalam perjanjian jual beli antara pihak supplier dengan pihak konsumen. Karena itu, jika perusahaan pembiayaan wanpresiasi (ingkar janji) dalam menyediakan dananya, sementara kotrak jual beli maupun kontrak pembiayaan sudah selesai dibuat, maka jual beli bersyarat antara supplier dengan konsumen itu akan batal. Selanjutnya di dalam pengaturan Menteri keungan tersebut terdapat juga lembaga pembiayaan yang dinamakan dengan lembaga pembiayaan konsumen yang juaga merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dalam bentuk
  • 33. penyediaan barang sama halnya dengan Lembaga pembiayaan lainya yang diatur didalam Keputusan Presiden RI No.61 tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan. Lembaga pembiayaan konsurnen ( Consumer Finance ) adalah merupakan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen 33 dengan pembayaran secara angsuran. Perusahaan yang memberikan pembiayaan di atas disebut perusahaan pembiayaan konsumen atau consumer finance company. Perusahaan pembiayaan konsumen yang berbentuk lembaga keuangan bukan Bank dapat didirikan oleh suatu institusi Non-Bank maupun oleh sebuah Bank. Tetapi, pada dasasrnya antara Bank yang mendirikan dengan perusahaan pembiayaan konsumen yang didirikan merupakan suatu badan usaha yang terpisahsatu dengan yang lainnya. Kegiatan pembiayaan konsumen dilakukan dalam bentuk penyediaan dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.38 Kebutuhan konsumen sebagai mana dimaksud di atas tadi, antara lain meliputi: 1) Pembiayaan kendaraan bermotor 2) Pembiayaan alat-alat rumah tangga 3) Pembiayaan barang-barang elektronik 4) Pembiayaan perumahan 38 Sentosa sembiring, Op.Cit , hlm l0
  • 34. Lembaga pembiayaan konsumen didirikan dalam bentuk badan hukurm Perseroan Terbatas. Saham perusahaan pembiayaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dapat dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan atau Badan Hukurn Indonesia dan juga dapat dimiliki oleh Badan Usaha Asing dan Warga 34 Negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia (Usaha Patungan ). Lembaga pembiayaan konsumen pada prinsipnya memiliki persamaan dengn sewa beli karena sama-sama membayar barang konsumen dengan cara angsuran. Hanya perbedaannya dalam sewa beli tidak ada pihak ketiga yang ikut serta dalam perjanjian pembiayaan tersebut. C. Tinjauan Pustaka PT. FIF (Federal International Finance) PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak, merupakan salah satu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang pembiayaan konsumen (consumer finance), yang berfokus pada pembiayaan sepeda motor dan pembiayaan barang-barang elektronik serta furniture. Kegiatan pembiayaan dilakukan melalui sistem pemberian kredit yang pembayarannya oleh konsumen dilakukan secara angsuran atau berkala. Dalam memberikan fasilitas pembiayaan konsumen tersebut lembaga pembiayaan harus bersifat hati-hati dalam menilai konsumen. Sebelum mendapatkan fasilitas tersebut konsumen diharuskan mengikuti dan memenuhi segata syarat dan prosedur yang telah ditentukan oleh lembaga pembiayaan tersebut yaitu PT. Federal International Finance Cabang Siak.
  • 35. Dengan mengutamakan pada kepuasan pelanggan, Semesta Finance menawarkan pembiayaan yang aman, cepat, responsive dan handal yang didukung 35 oleh : 1. Tenaga-tenaga profesional yang memiliki pengalaman lebih dari l0 tahun di bidang pembiayaan sepeda motor. 2. Sistem komputer yang terintegrasi,"online" dengan seluruh cabang sehingga dapat menghasilkan laporan yang handal dan tepat waktu, 3. Struktur pembiayaan yang menarik dengan uang muka dan angsuran yang terjangkau serta struktur kredit khusus untuk pelanggan perusahaan (group sales), 4. Jaringan pemasaran yang tersebar secara geografis di kota-kota besar. 5. Didukung oleh bank-bank ternama seperti Bank Mandiri, BNI , BCA, Bank Danamon dan Bank Bumiputera. Adapun persyaratan bagi pelanggan yang ingin mendapatkan fasilitas kredit & dari PT. Federal International Finance Cabang Siak sebagai berikut : a. FC KTP pemohon dan suami/istri b. FC Kartu Keluarga c. FC PBB dan/atau Rekening Listrik d. Slip Gaji dan/atau Surat Keterangan Penghasilan e. Surat Kuasa Pemotongan Gaji kepada HRD f. Surat Pemyataan Pemotongan Gaji dari HRD Dengan mengutamakan kepuasan pada pelanggan, PT. Federal International Finance Cabang Siak memberikan penawaran fasilitas kepemilikan
  • 36. sepeda motor untuk para karyawan dan karyawati perusahaan secara aman, 36 mudah, dan terjangkau: 1) Fasilitas kepernilikan sepeda motor yang diberikan adalah untuk jenis sepeda motor roda dua. 2) Uang muka yang relatif ringan dengan bunga krediiyang menarik, 3) Jangka waktu angsuran yang relatif fleksibel, 4) Mekanisme pembayaran angsuran yang relatif mudah melalui pemotongan gaji karyawan, 5) Dukungan operasional yang kuat dan hati-hati, yang memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengambil fasilitas. Adapun Visi dan Misi PT. Federal International Finance Cabang Siak sebagai berikut: VISI Menjadi lembaga pembiayaan kendaraan bermotor roda dua yang terbaik dengan kualitas pelayanan melebihi harapan konsumen. MISI 1. Membantu masyarakat merniliki alat transportasi melalui fasilitas pembiayaan 2. Memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada keditur, pemegang saham dan karyawan Perusahaan PT. Federal International Finance Cabang Siak di dalam menjalankan perusahaan mempunyai struktur organisasi, dengan tujuan agar para
  • 37. personil dapat melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan tugas masing-masing. Setelah itu pihak konsumen harus melengkapi data-data yang harus 37 dilampirkan, yaitu : a) Foto copy KTP pemohon dan suami/istri b) Foto copy kartu keluarga c) Foto copy PBB. dan/atau rekening listrik d) Slip gaji dan/atau surat keterangan penghasilan e) Surat kuasa pemotongan gaji kepada HRD f) Surat pernyataan pemotongan gaji dari HRD Mengenai bentuk perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh PT. Federal International Finance Cabang Siak dengan pihak konsumen dapat dilihat dari pertanyaan penulis yaitu: Bagaimanakah bentuk pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh PT. Federal International Finance Cabang Siak dengan pihak konsumen. Dengan adanya bentuk perjanjian secara tertulis akan kepastian hukum bagi kedua belah pihak bila ada gugatan dikemudian Berdasarkan wawancara penulis dengan CMO menyatakan bahwa: "Perjanjian yang dibuat dalam pembiayaan konsumen kendaraan bermotor antara perusahaan dengan konsumen dilakukan secara tertulis, hal ini dilakukan agar perjanjian yang telah dibuat dan ditandaiangani menjadi pegangan bagi kedua belah pihak sebagai bukti bila ada gugatan dikemudian hari.selama ini belum ada perjanjian yang'dibuat kedua belah pihak yang dilakukan secara lisan”.
  • 38. Tentang prosedur dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan penulis dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang 38 Siak, bahwa prosedur perjanjian pembiayaan konsumen yaitu: "Dalam rnelaksanakan pembelian kendaraan bermotor pihak perusahaan berusaha untuk memberikan kemudahan dan pelayanan yang uait kepada para pihak konsumen. Dengan cara seperti ini calon konsumen iidak merasa dipersulit dan secara tidak langsung dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.39 Hal-hal yang menjadi hak Kreditur pada perjanjian pembiayaan konsumen sekaligus merupakan kewajiban bagi debitur, karena itu untuk melihat apa yang menjadi hak dan kewajiban dari masing-masing pihak (cukup dengan melihat apa yang menjadi hak dari masing-masing pihak. Hal ini disebabkan karena hak debitur merupakan kewajiban bagi debitur, sebaliknya hak Kreditur merupakan kewajiban bagi debitur, hal ini dalam hukum perjanjian dikenal dengan unsur pasif dan unsur aktif.40 Dalam konsep ini debitur adalah pihak yang pasif atau pihak yang berutang berkewajiban melaksanakan sesuatu sedangkan kerditur adalah pihak yang aktif atau pihak yang berpiutang yang berhak atas sesuatu. Dalam penjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor yang telah disetujui dan di tanda tangani oleh kedua belah pihak terhadap hak maupun kewajiban antara kedua belah pihak yang telah dilakukan diketahui bahwa perjanjian ini berbentuk baku dalam arti perjanjian telah terlebih dahulu disediakan formulir perjanjian, meskipun terdapat pihak yang tidak 39Wawancara dengan Didi Arianto (CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak), 15 September 2011. 40A. Qirom Syamsuddin Meliala, Pokok -Pokok Hukum Perjanjian'Beserta perkembangannya,Liberty, Yogyakart4 1985, hlm 14
  • 39. mengetahuinya maupun setengah yang mengetahui secara umum ia harus tunduk 39 kepada perjanjian yang telah ditandatangani.
  • 40. 40 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Atas Kendaraan Bermotor Oleh PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak 1. Prosedur pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor oleh PT. Federal International Finance Cabang Siak Sebelum perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor antara PT. PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen dilaksanakan, para pihak terlebih dahulu menempuh beberapa proses awalnya calon konsumen kendaraan bermotor datang ke distributor dan menyatakan keinginannya untuk membeli kendaraan bermotor sesuai dengan merek kendaraan bermotor yang diinginkannya, khususnya kendaraan bermotor roda dua, serta melihat dan menentukan pilihannya setelah calon konsumen menunjuk sepeda motor yang diinginkannya, kemudian pihak Kreditur memberikan petunjuk tentang prosedur sewa beli tersebut yaitu dengan menyerahkan formulir permohonan kredit yang harus diisi oleh calon konsumen, formulir tersebut berisikan tentang: a. Nama lengkap b. Umur b. Jenis kelamin c. Pekerjaan
  • 41. 41 d. Alamat Setelah itu pihak konsumen harus melengkapi data-data yang harus dilampirkan, yaitu : 1. Foto copy KTP pemohon dan suami/istri 2. Foto copy kartu keluarga 3. Foto copy PBB dan/atau rekening listrik 4. Slip gaji dan/atau surat keterangan penghasilan 5. Surat kuasa pemotongan gaji kepada HRD 6. Surat pernyataan pemotongan gaji dari HRD Bentuk perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor antara PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen adalah baku artinya perjanjian tersebut sudah disediakan, dan calon pembeli hanya membaca serta menandatangani perjanjian yang sudah disediakan tersebut. Adapun ciri-ciri perjanjian baku adalah: 1) Isinya ditetapkan secara sepihak oleh Kreditur yang posisinya relatif kuat dari debitur, 2) Pihak yang satu (debitur) sama sekali tidak ikut bersama-sama menentukan isi perjanjian itu, 3) Terdorong oleh ketentuan debitur, maka terpaksa menerima perjaniian tersebut, 4) Bentuknya tertulis,
  • 42. 42 5) Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.41 Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Didi Arianto selaku CMO PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak, sebagai berikut : "Para calon pembeli yang berkeinginan membeli sepeda motor, perusahaan telah menyediakan perjanjiannya dan calon pembeli hanya membacanya dan apabila disetujui maka perjanjian tersebut baru ditandatangani oleh kedua belah pihak."42 Mengenai bentuk perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen dapat dilihat dari pertanyaan penulis yaitu :Bagaimanakah bentuk perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen?. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap l6 orang konsumen yang dijadikan sampel dari kuesioner yang diberikan kepada mereka mengenai bentuk perjanjian pembiyaan konsumen pada PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dapat diperoleh data seperti terlihat pada tabel berikut ini : Tabel III.1 Jawaban Responden Tentang Bentuk Perjanjian Pembiyaan Konsumen Bentuk Perjanjian Jawaban % 1 2 Tertulis Lisan 22 0 100 0 Jumlah 22 100 Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2011 41 Mariam Darus Badruzaman, Perjanjian Baku Perkembangannya Di lndonesia, Alumni Bandung, 1988, hlm 17 42 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak, 15 September 2011
  • 43. Dari tabel III.I di atas dapat penulis tegaskan bahwa bentuk perjanjian pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor pada PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak adalah berbentuk tertulis, terbukti dari 22 responden (l00%) seluruhnya mengatakan bahwa perjanjian pembiayaan konsumen tersebut adalah tertulis. Dengan adanya bentuk perjanjian secara tertulis akan memberikan kepastian hukum bagi kedua beklah pihak bila ada 43 gugatan dikemudian hari. Berdasarkan wawancara penulis dengan CMO menyatakan bahwa : “Perjanjian yang dibuat dalam pembiayaan konsurnen kendaraan bermotor antara perusahaan dengan konsumen dilakukan secara tertulis, hal ini dilakukan agar perjanjian yang telah dibuat dan ditandatangani menjadi pegangan bagi kedua belah pihak sebagai bukti bila ada gugatan dikemudian hari, selama ini belum ada perjanjian yang dibuat kedua belah pihak yang dilakukan secara lisan”43 Tentang prosedur dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan dapat dilihat dari jawaban responden atas penanyaan penulis yaitu, bagaimanakah prosedur dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh konsumen?. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut: 43 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak, 15 September 2011
  • 44. 44 Tabel III.2 Jawaban Responden Tentang Prosedur Pembelian Kendaraan Bermotor Pada PT Federal International Finance Cabang Siak Prosedur Jawaban % 1 2 3 Cukup Mudah Berbelit Membingungkan 14 3 5 63.6 13.6 22.7 Jumlah 22 100 Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2011 Dari tabel III.2 setelah diolah Tahun 2011 diatas dapat ditegaskan bahwa prosedur perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. Federal International Finance Cabang Siak cukup mudah, hal ini berdasarkan dari jawaban responden yaitu sebanyak 8 orang (63.6%) prosedurnya cukup mudah sehingga memberikan kemudahan bagi pihak konsumen dalam melaksanakan perjanjian pembiayaan konsumen ini, akan tetapi juga adanya keluhan secara langsung sebanyak 5 orang (22.7%) yang disampaikan oleh Debitur terkait sulitnya memahami tata cara yang diajukan pihak Kreditur, dan sebanyak 3 orang (13.6%) menyatakan berbelit karena tingkat atau kemampuan daya serap Debitur yang notebene nya berpendidikan rendah, sehingga setiap proses yang diajukan Kreditur dalam Pembelian Kendaraan Bermotor mengalami kendala yang cukup berarti. Berdasarkan wawancara penulis dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak tentang prosedur perjanjian pembiayaan konsumen dapat dilihat di bawah ini: "Dalam melaksanakan pembelian kendaraan bermotor pihak perusahaan berusaha untuk memberikan kemudahan dan pelayanan yang baik kepada para pihak konsumen. Dengan cara seperti ini calon konsumen tidak
  • 45. merasa dipersulit dan secara tidak langsung dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan."44 Hal-hal yang menjadi hak Kreditur pada perjanjian pembiayaan konsumen sekaligus merupakan kewajiban bagi debitur, karena itu untuk melihat apa yang menjadi hak dan kewajiban dari masing-rnasing pihak, cukup dengan melihat apa yang menjadi hak dari masing-masing pihak. Hal ini disebabkan karena hak debitur merupakan kewajiban bagi debitur, sebaliknya hak Kreditur merupakan kewajiban bagi debitur, hal ini dalam hukum perjanjian dikenal dengan unsur 45 pasif dan unsur aktif.45 Dalam konsep ini debitur adalah pihak yang pasif atau pihak yang berutang berkewajiban melaksanakan sesuatu sedangkan Kreditur adalah pihak yang aktif atau pihak yang berpiutang yang berhak atas sesuatu. Dalam perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor yang telah disetujui dan ditandatangani oleh kedua belah pihak terdapat hak-hak maupun kewajiban antara kedua belah pihak. Untuk mengetahui apakah responden mengetahui hak maupun kewajibannya dalam perjanjian pembiayaan konsumen, dapat dilihat pada tabel berikut. 44 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak, 15 September 2011 45A. Qirom Syamsuddin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogyakarla, 1985, hlm 14
  • 46. 46 Tabel III.3 Jawaban Responden Tentang Pengetahuan Mengenai Isi Perjanjian No Pengetahuan Responden Jawaban % 1 2 3 Mengetahui Setengah Mengetahui Tidak Mengetahui 12 4 6 54,5 18.3 27.2 Jumlah 22 100 Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2011 Berdasarkan tabel III.3 di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden temyata mengetahui isi perjanjian pembiayaan tersebut, yaitu sebanyak 12 orang (54,5%) dan 4 orang responden (18,3%) hanya mengetahui setengah dari perjanjian itu dan sebanyak 6 orang (27.2%) tidak mengetahui perjanjian yang telah ditandatangani. Oleh karena perjanjian ini berbentuk baku dalam pengartian bahwa telah terlebih dahulu disediakan formulir perjanjian, meskipun terdapat pihak yang tidak mengetahuinya maupun setengah yang mengetahui secara umum ia harus tunduk kepada perjanjian yang telah ditandatangani. Setelah mengetahui prosedur dari perjanjian tersebut, maka dalam pelaksanaannya juga terdapat hak dan kewajiban dari parapihak yang melakukan perjanjian. Menurut penulis ada baiknya sebelum perjanjian itu ditandatangani, pihak PT Federal International Finance Cabang Siak sebagai pihak Kreditur terlebih dahulu menjelaskan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak. Didalam formulir surat perjanjian pembiayaan konsumen itu memuat hak dan kewajiban kedua belah pihak.
  • 47. 47 a. Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Kreditur Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut dari hasil wawancara penulis dengan Wawancara dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak diketahui bahwa hak dan kewajiban dari Kreditur adalah sebagai berikut dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen : 1. Hak Kreditur yaitu : a) Berhak untuk mendapatkan pembayaran uang muka, (pasal 3 ayat 1) b) Berhak untuk mendapatkan angsuran setiap bulan serta denda atas keterlambatan, (pasal 3 ayat 4) c) Menarik sepeda motor bila pihak konsumen lalai memenuhi perjanjian, (pasal 4 ayat 3) 2. Kewajiban Kreditur yaitu : a) Berkewajiban untuk menyerahkan barang jaminan (sepeda motor) setelah uang muka di bayar, (pasal 4 ayat 1) Mengenai cara penyerahan kendaraan bermotor yang menjadi objek fasilitas pembiayaan konsumen yang dilakukan Kreditur kepada Debitur (konsumen), penulis mengajukan pertanyaan sebagai berikut : bagaimanakah cara penyerahan kendaraan bermotor yang menjadi objek perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh pihak Kreditur kepada pihak Kreditur pembiayaan?. Jawaban responden dapat dilihat pada :
  • 48. 48 Tabel III.4 Jawaban Responden Mengenai Penyerahan Kendaraan Bermotor Saat Penyerahan Jawaban % 1 Pada Saat Perjanjian ditanda Tangani Setelah Ditanda Tangani 0 22 0 100 Jumlah 22 100 Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2012 Berdasarkan data yang tersaji pada tabel III.4, diketahui bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 22 orang (100%) menjawab bahwa penyerahan barang dilakukan pada saat setelah di tandatanganinya surat perjanjian. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak menyatakan bahwa pihak konsumen langsung dapat membawa pulang kendaraan bermotor yang mereka beli setelah perjanjian ditandatangani. Menurut Pasal 1257 KUHPerdata, disebutkan bahwa semua syarat harus terpenuhi secara yang mungkin dikehendaki dan dimaksudkah oleh kedua belah pihak. Menurut pasal ini dalam perjanjian sedapat mungkin kewajiban dari Kreditur agar dapat memenuhi semua ketentuan dari perjanjian yang telah ada'untuk dapat meneruskan perjanjian tersebut. Jadi, dalam perjanjian yangterdapat pada PT. Federal International Finance Cabang Siak telah didasarkan pada pasal tersebut. Namun di sini ada perbedaan di mana perjanjian yang terdapat pada PT. Federal International Finance Cabang Siak adalah perjanjian baku. Sehingga tidak ada kemungkinan pihak Kreditur tidak menyetujui salah satu dari syarat-syarat yang telah ditentukan, di sini apabita
  • 49. pihak konsumen telah menandatangani perjanjian yang telah ada tersebut maka 49 pihak konsumen tersebut telah menyetujui semua isi dari perjanjian itu. Penyerahan barang merupakan kewajiban dari penjual pada saat lahirnya perjanjian telah langsung dikuasai oleh pembeli, namun penguasaan disini bukan berstatus sebagai pemilik barang melainkan sebagai penyewa saja. pembeli tidak menguasai secara mutlak sebelum angsuran terkhir dibayar lunas. b) Menyerahkan hak milik atas sepeda motor setelah angsuran terakhir selesai. Pertanggung jawaban terhadap sepeda motor yang rusak atau hilang di luar kemauannya, pembeli sewa diharuskan untuk mengganti.46 Hal ini dapat dipedomani dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 1444 KUH Perdata yang menyatakan : “jika barang tertentu menjadi bahn persetujuan musnah dan tak lagi dapat diperdagangkan atau hilang sedemikian hingga sekali tak diketahui apakah barang itu masih ada maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang diluar salahnya si berhutang, dan sebelum ia lalai menyerahkannya”47 Berdasarkan ketentuan pasal di atas maka si berutang bebas dari segala kewajiban asal musnah atau hilangnya barang tersebut diluar kesalahannya. Namun demikian jika dilihat dari surat perjanjian pembiayaan kendaran bermotor antara PT. Federal International Finance Cabang Siak dengan pihak konsumen, menyatakan : 46 Wawancara dengan Didi Arianto ( CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak), 15 September 2011 47 R, Subekli clan Tjitro Sudibyo, KitabUndang-Undang Hukum Perdata, Jakarta, Pratya Pramita.l986 , hlm. 302
  • 50. "Kreditur dengan ini menegaskan bahwa segala kejadian yang terjadi atas sepeda motor tersebut adalah menjadi tanggung jawab Kreditur sepenuhnya dan tidak menjadi alasan untuk penundaan pembayaran uang sewa yang telah ditetapkan pada Pasal III ayat I ( Surat perjanjian, Pasal VI ayat III )" 50 Berdasarkan ketentuan dari surat perjanjian di atas pihak konsumen tetap harus menanggung segala kewajiban walaupun hilang atau musnahnya barang (kendaraan bermotor) di luar kesalahannya. Namun, rnesti diingat bahwa kesemuanya itu adalah semata-mata tergantung kepada isi perjanjian yang dibuat dengan mengingat azas kebebasan berkontrak. b. Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Debitur. Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut dapat diketahui bahwasanya hak dan kewajiban dari penerima fasiiitas adalah. sebagai berikut : 1. Hak konsumen atau Kreditur yaitu : a) Berhak untuk mendapatkan barang setelah uang muka dibayar b) Berhak untuk mendapatkan penyerahan hak milik atas objek perjanjian setelah angsuran lunas. 2. Kewajiban Debitur yaitu : a) Membayar uang muka beserta angsurannya kepada pemilik b) Membayar keterlambatan 2 % (permil) perhari terhitung mulai tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran tersebut. c) Membayar biaya penarikan sebesar Rp.50.000 setiap keterlambatan pembayaran angsuran.48 48 Wawancara dengan Didi Arianto ( CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak), l5 September 2011.
  • 51. Kreditur dan debitur, secara bersama-sama selanjutnya disebut dengan “para pihak”, sepakat dan saling mengikatkan diri dalam perjanjian pembiayaan dengan terlebih dahulu menerangkan hal hal yang menjadi dasar dari perjanjian 51 pembiayaan ini, yaitu : 1. Fasilitas pembiayaan konsumen Kreditur sepakat untuk memberikan fasilitas pembiayaan konsumen kepada Kreditur guna pembelian barang berupa kendaraan bermotor. 2. Struktur pembiayaan konsumen Fasilitas pembiayaan konsumen diberikan kepada Kreditur oleh Kreditur dengan struktur pembiayaan konsumenyang disepakati. 3. Debitur pembiayaan konsumen Dengan ditandatanganinya perjanjian pembiayaan ini oleh para pihak, maka para pihak telah sah saling mengikatkan diri dalam perjanjian pembiayaan, karenanya dengan demikian: a. Debitur sah menerima fasilitas pembiayaan dan menyetujui fasilitas pembiayaan tersebut langsung dibayarkan kepada dealer oleh Kreditur. Atas penerimaan fasilitas pembiayaan konsumen tersebut, perjanjian pembiayaan ini berlaku sebagai kwitansi/tanda bukti penerimaan yang sah. b. Kreditur dengan ini menyatakan sah berhutang kepada Kreditur dan Kreditur mempunyai piutang kepada Kreditur atas hutang pembiayaan sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian pembiayaan ini.
  • 52. 52 c. Debitur telah menerima barang yang dibiayai Kreditur dari dealer. 4. Pembayaran angsuran a. Debitur wajib membayar angsuran selambat-lambatnya pada saat jatuh tempo secara tertib dan peraturan tanpa terlebih dahulu dilakukan penagihan/ pemberitahuan oleh Kreditur dengan cara apapun. b. Jika jatuh tempo bertepatan dengan hari libur nasional, maka Kreditur wajib membayar angsuran selambat-lambatnya pada 1(satu) hari kerja sebelumnya. c. Pembayaran angsuran dianggap sah dan diterima apabila telah dapat diuangkan dan/atau tercatat pada rekening pemebri fasilitas sebagaimana mestinya. d. Kreditur sepakat dalam hal melakukan pelunasan dipercepat mengikuti persyaratan Kreditur termasuk tetapi tidak terbatas membayar administrasi pelunasan sebesar prosentase tertentu dari sisa pokok pembiayaan. 5. Bunga, denda dan biaya a. Kreditur membebankan bunga atas pokok pembiayaan kepada Krediturdan wajib dibayar kepada Kreditur dalam angsuran. b. Kreditur wajib membayar denda atas setiap keterlambatan pembayaran angsuran yang dihitung per hari dari jumlah angsuran yang terhutang sejak saat jatuh temponya hingga terbayarkannya angsuran tersebut ditambah biaya tagih.
  • 53. c. Kreditur menanggung setiap beban pajak atas barang dan biaya-biaya 53 lain yang timbul sehubungan dengan fasilitas pembiayaan ini. 6. Hak dan kewajiban atas barang a. Kreditur bukanlah penjual barang, karenanya tidak bertanggung jawab atas penyerahan, kualitas atau kondisi barang, baik yang terjadi pada saat penyerahan barang dari dealer atau pada saat pemakaian oleh Kreditur. b. Kreditur wajib untuk memelihara dan menjaga keutuhan barang tersebut sebaik-baiknya dan memperbaiki segala kerusakan atas biaya Kreditur sendiri hingga setiap saat dan dari waktu kewaktu barang dapat digunakan sebagaimana mestinya. c. Kreditur sepakat untuk setiap waktu mengizinkan/ memperbolehkan Kreditur dan/atau memeriksa kondisi/keadaan barang dimanapun barang tersebut berada, termasuk memasuki ruangan apapun bukan sebagai tindakan memasuki ruangan orang lain tanpa izin. d. Kreditur dilarang mengalihkan dengan cara apapun termasuk tetapi tidak terbatas pada menggadaikan, menjaminkan, menyewakan atau menjual barang, baik seluruhnya ataupun sebagian kepada pihak lain kecuali dengan persetujuan tertulis dari Kreditur sebelumnya. e. Untuk menjamin pelunasan setiap dan seluruh kewajiban Kreditur berdasarkan perjanjian pembiayaan ini, Kreditur setuju dan sepakat mengikatkan diri kepada Kreditur untuk menyerahkan dokumen barang, yaitu Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) kepada
  • 54. Kreditur terhitung sejak diterbitkan BPKB (bagi kendaraan baru) atau sejak ditandatanganinya perjanjian pembiayaan ini (bagi kendaraan bekas pakai) hingga seluruh kewajiban Kreditur terhadap 54 Kreditur berdasarkan perjanjian ini lunas. 7. Asuransi a. Segala resiko rusak, hilang atau musnahnya barang karena sebab apapun juga sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kreditur, sehingga dengan rusak, hilang atau musnahnya barang tidak meniadakan, mengurangi atau menunda pemenuhan kewajiban Kreditur terhadap Kreditur. b. Kreditur wajib untuk mengasuransikan barang termasuk membayar biaya premi yang dibayarkannya melalui Kreditur. c. Jika barang yang berada di bawah penguasaan Kreditur hilang atau rusak, apabila klaim/ tuntutan penggantian asuransi dapat dicairkan, maka Kreditur berhak sebagaimana Kreditur setuju untuk menerima penggantian asuransi dan memperhitungkannya dengan seluruh/sisa hutang pembiayaan yang masih ada setelah dikurangi dengan biaya dan/atau ongkos-ongkos yang dikeluarkan oleh Kreditur untuk mengajukan atau menyelesaikan klaim/tuntutan penggantian asuransi. d. Apapun penggantian asuransi tidak mencukupi untuk pelunasan seluruh/sisa hutang pembiayaan, maka Kreditur berjanji dan mengikatkan diri untuk melunasinya demikian sebaliknya.
  • 55. 55 8. Cidera janji a. Kreditur dinyatakan telah melakukan cidera janji yang dengan lewatnya waktu telah cukup membuktikan dan tidak perlu dibuktikan lagi dengan suatu surat atau apapun akan tetapi cukup dengan terjadinya salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut: 1) Kreditur lalai dan/atau tidak dan/atau gagal memenuhi satu atau lebih kewajiban sebagaimana ditentukan dalam perjanjian pembiayaan ini. 2) Kreditur lalai atau gagal melakukan pembayaran angsuran selambat-lambatnya pada saat jatuh tempo. b. Dalam hal terjadi cidera janji, maka: 1) Kreditur berhak menuntut pelunasan kepada Kreditur sebagaimana Kreditur sepakat untuk melakukan pelunasan atas seluruh/sisa kewajiban Kreditur yang masih ada, untuk seketika dan sekaligus lunas. 2) Apabila Kreditur tidak dapat melunasi seluruh/sisa kewajibannya terhadap Kreditur maka Kreditur setuju dan sepakat mengikatkan diri untuk menyerahkan barang kepada Kreditur sebagaimana Kreditur berhak mengambil atau menerima penyerahan barang berikut setiap dokumennya yang terkait, termasuk surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) untuk dijualkan dengan cara yang dianggap baik oleh Kreditur atau melalui institusi yang berwenang untuk menjualkan barang guna pelunasan seluruh/sisa
  • 56. kewajiban Kreditur yang masih terhutang setelah dikurangi biaya-biaya 56 yang dikeluarkan oleh Kreditur. 9. Berakhirnya perjanjian, perjanjian pembiayaan ini berkahir apabila Kreditur telah melunasi setiap dan seluruh kewajibannya berdasarkan perjanjian pembiayaan ini kepada Kreditur. 10. Penyelesaian perselisihan, segala perselisihan yang mungkin timbul dari pelaksanaan perjanjian pembiayaan ini, para pihak setuju memilih domisili hukum yang tetap dan seumumnya di kantor panitera pengadilan pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi kantor cabang Kreditur atau ditempat lainnya yang ditunjuk oleh Kreditur. Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut dapat diketatrui bahwasanya hak dan kewajiban dari Kreditur adalah sebagai berikut : 1. Hak konsumen atau Kreditur yaitu : a. Berhak untuk mendapatkan barang setelah uang muka di bayar b. Berhak untuk mendapatkan penyerahan hak milik atas sepeda motor setelah angsuran lunas. 2. Kewajiban konsumen yaitu : a. Membayar uang muka beserta angsurannya kepada pemilik. b. Membayar keterlambatan atau 2% (permil) perhari terhitung mulai tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran tersebut.
  • 57. c. Membayar biaya penarikan sebesar Rp. 50.000 bila terjadi 57 keterlambatan pembayaran angsuran.49 Mengenai cara penyerahan kendaraan bermotor yang menjadi objek fasilitas pembiayaan konsumen yang dilakukan Kreditur kepada Kreditur (konsumen), penulis mengajukan pertanyaan sebagai berikut : bagaimanakah cara penyerahan kendaraan bermotor yang menjadi objek perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh pihak Kreditur kepada pihak debitur. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan CMO P PT. Federal International Finance Cabang Siak menyatakan bahwa pihak konsumen langsung dapat membawa pulang kendaraan bermotor yang mereka beli setelah perjanjian ditandatangani. Menurut Pasal 1257 KUHPerdata, disebutkan bahwa semua syarat harus terpenuhi secara yang mungkin dikehendaki dan dimaksudkan oleh kedua belah-pihak. Menurut pasal ini dalam perjanjian sedapat mungkin kewajiban dari Kreditur agar dapat memenuhi semua ketentuan dari perjanjian yan telah ada untuk dapat meneruskan perjanjian tersebut. Jadi, dalam perjanjian yang terdapat pada PT. Federal International Finance Cabang Siak telah didasarkan pada pasal tersebut. Namun di sini ada perbedaan,di mana perjanjian yang terdapat pada PT. Federal International Finance Cabang Siak adalah perjanjian baku. Sehingga tidak ada kemungkinan pihak Kreditur tidak menyetujui salah satu dari syarat-syarat yang telah ditentukan, di sini apabila pihak konsumen telah menandatangani 49 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak, 15 September 2011
  • 58. perjanjian yang telah ada tersebut maka, pihak konsumen tersebut telah 58 menyetujui semua isi dari perjanjian itu. Penyerahan barang merupakan kewajiban dari Kreditur saat lahirnya perjanjian, telah langsung dikuasai oleh pembeli, namun penguasaan disini bukan berstatus sebagai pemilik barang melainkan sebagai penyewa saja. Pembeli tidak menguasai secara mutlak sebelum angsuran terkhir di bayar lunas. Mengenai surat-surat kepemilikan kendaraan bermotor maupun surat-surat lainnya seperti BPKB, STNK di urus oleh pihak perusahaan. Hal ini berdasarkan wawancara penulis dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak sebagai berikut : "Surat-surat kepemilikan kendaraan bennotor maupun surat-surat lainnya akan di urus oleh perusahaan, namun surat-surat kendaraan seperti BPKB, akan dipegang oleh perusahaan, hal ini dilakukan adalah sebagai jaminan dari kendaraan tersebut."50 Menurut wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa mengenai surat-surat kendaraan bermotor tersebut merupakan tanggung jawab dari perusahaan penjual kendaraan bermotor untuk memprosesnya, apabila surat-surat dari kendaraan bermotor telah selesai maka surat-surat tersebut akan diserahkan kepada konsumen, namun ada pengecualian terhadap BPKB. Untuk BPKB akan dipegang oleh perusahaan Kreditur yaitu PT. Federal International Finance Cabang Siak, hal ini dilakukan sebagai jaminan dari debitur kepada Kreditur agar terhindar dari wanprestasi' 50 Wawancara dengan Didi Arianto (CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak), l5 September 2011.
  • 59. Mengenai surat-surat kepemilikan kendaraan bermotor maupun surat-surat lainnya seperti BPKB, STNK di urus oleh pihak perusahaan. Hal ini berdasarkan wawancara penulis dengan CMO PT. Federal International Finance 59 Cabang Siak sebagai berikut : "Surat-surat kepemilikan kendaraan bermotor maupun surat-surat lainnya akan di urus oleh perusahaan, namun surat-surat kendaraan seperti BPKB, akan dipegang oleh perusahaan, hal ini dilakukan adalah sebagai jaminan dari kendaraan tersebut." Menurut wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa mengenai surat-surat tersebut mengenai kendaraan bermotor tersebut merupakan tanggung jawab dari perusahaan penjual kendaraan bermotor untuk memprosesnya, apabila surat-surat dari kendaraan bermotor telah selesai maka surat-surat tersebut akan diserahkan kepada konsumen, namun ada pengecualian terhadap BPKB. Untuk BPKB akan dipegang oleh perusahaan Kreditur yaitu PT.Federal International Finance Cabang Siak, hal ini dilakukan sebagai jaminan dari Kreditur kepada pemberi fasilitas agar terhindar dari wanprestasi. B. Akibat Hukum Apabila Terjadi Wanprestasi Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen. Dalam hal perjanjian juga sering terjadi kelalaian dari pihak Kreditur yang disebut dengan istilah wanprestasi atau tidak memenuhi prestasinya. Dalarn hal ini terdapat ketentuan yang mengetur untuk menjamin hak-hak dari para pihak yang membuat perjanjian.
  • 60. Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam pedanjian yang dibuat antara keditur dan 60 debitur.51 Berkenaan dengan Kelalaian (wanprestasi) yang dilakukan oleh pihak pembeli sewa dalam bayar angsuran tiap bulan yang telah ditentukan, dalam hal pembelian kendaraan bermotor pada PT. Federal International Finance Cabang Siak maka akan timbul akibat atau resiko yang harus dipikul. Menurut Pasal 1267 KUHPerdata yang menyatakan bahwa : "Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia" jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, atau ia akan menuntut pembatalan perjanjian, disertai pengantian biaya kerugian dan bunga.52 Dari bunyi Pasal tersebut di atas, bagi pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut prestasi disertai ganti rugi kepada pihak yang telah merugikan. Berikut penulis paparkan jawaban responden pada tabel berikut ini : Tabel.III 5 Jawaban Responden Ada Atau Tidaknya Teguran Dari Pihak PT. Federal International Finance Cabang Siak N Saat penyerahan Jawaban % 1 Ya 18 2 Tidak 4 81,8 18,2 Jumlah 22 100 Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2012 Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 18 orang (81,8%) menyatakan bahwa pihak PT. Federal International Finance 51 Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak , Sinar Grafika, 2003. hlm. 98 52 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Perdata, Pratnya Pramita, hlm 329
  • 61. Cabang Siak terlebih dahulu memberikan teguran, dan sebanyak 4 orang (18,2%) memberikan jawaban bahwa tidak ada teguran dari pihak PT. Federal International Finance Cabang Siak. Menurut penulis, ada baiknya pihak perusahaan terlebih dahulu mernberikan teguran kepada pihak konsumen, sehingga pihak konsumen ingat akan kewajibannya. Tentang bagaimana caranya memperingatkan seorang debitur, jika ia tidak memenuhi teguran itu dapat dikatakan lalai, diberikan petunjuk oleh Pasal 1238 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal itu berbunyi sebagai berikut : si berutang adalah lalai, bila ia dengan surat perintah atau sebuah akta sejenis dikatan lalai, atau demi perikataannya sendiri menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap lalai 61 dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Apabila kendaraan bermotor yang telah ditarik atau ditahan oleh pihak Kreditur, ia masih memberikan tenggang waktu selama 14 hari terhitung sejak tanggal penarikan kendaraan bermotor termaksud kepada Kreditur untuk menyelesaikan pembayaran seluruh uang sewa baik yang telah tertunggak maupun yang belum jatuh tempo. Berikut denda administrasi sebesar Rp. 50.000 kepada si Kreditur apabila sampai akhir waktu tersebut si penerirna fasilitas masih belum atau tidak menyelesaikan pembayaran tersebut maka surat perjanjian pembiayaan konsumen ini menjadi batal dengan sendirinya. Dalam arti seluruh uang sewa dan uang muka yang telah dibayar kepada pemilik serta sepeda motor termaksud menjadi milik Kreditur sepenuhnya. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan penulis dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak, menyatakan sebagai berikut:
  • 62. Apabila kendaraan bermotor telah ditarik dalam hal terjadinya penunggakan pembayaran angsuran maka seluruh uang muka dan menurut yang telah dibayar menjadi hilang." Hal ini dilakukan karena kondisi kendaraan bermotor tersebut telah berkurang selama dipakai oleh Kreditur, dan uang 62 angsuran yang telah dibayar dianggap sebagi uang sewa. Dalam hal terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak maka 60% terlebih dahulu diselesaikan secara musyawarah, jika tidak berhasil diselesaikan lewat pengadilan. Selama ini belum pernah terjadi perselisihan yang diselesaikan lewat Pengadilan Negeri, karena perusahaan lebih mengutamakan musyawarah.53 Menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang diatur atas, Kreditur selalu berhak untuk membayar sekaligus beberapa uang sewa sebelum jatuh tempo pembayaran seperti yang telah ditetapkan di atas, dan pemilik akan memberikan potongan uang sewa sebesar 1,5% perbulan dari jumlah angsuran yang telah dipercepat pembayaran tersebut. Hal ini dilakukan agar pihak Kreditur lebih termotivasi untuk melakukan pembayaran lebih cepat sebelum jatuh tempo pembayaran sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi terjadinya keterlambatan atau penunggakan pembayaran. Menurut Salim H.S.,ada empat akibat yang terjadi karena adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut : 1. Perikatan tetap ada, 2. Debitur harus membayar ganti rugi kepada Kreditur, 53 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak, 15 September 2011
  • 63. 3. Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul setelah wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan besar 63 dari pihak Kreditur. 4. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbat balik, Kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya. Kontra prestasi yang timbul dari akibat wanprestasi dapat dijadikan acuan Pasal 1266 KUHPerdata yang menyatakan bahwa syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan yang bertimbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim. Permintaan ini juga harus dilakukan. Meskipun syarat batal mengenaitidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam perjanjian. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan. Hakim leluasa untuk menurut keadaan atas perrmintaan si tergugat memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajiban, jangka waktu mana namun itu tidak boleh lebih dari satu bulan. Dalam hal pelaksanaan pembiayaan konsumen kendaraan bermotor pada PT. Federal International Finance Cabang Siak terdapat beberapa masalah sebagai akibat tidak dipenuhinya perjanjian yang telah dilakukan dan disetujui oleh kedua belah pihak diantaranya mengenai penunggakan pembayaran angsuran. Masalah penunggakan angsuran ini yang sering terjadi dalam perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor pada PT. Federal International Finance Cabang Siak. Hal ini terlihat dari daftar kuesioner yang penulis sebarkan kepada 16 orang
  • 64. responden, yang penulis tanyakan apakah mereka menemui hambatan dalam 64 melaksanakan angsuran setiap bulannya. Mengenai wanprestasi dapat terjadi dalam beberapa hal : l. Debitur sama sekali tidak melakukan prestasi 2. Melaksanakan prestasi tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan 3. Terlambat melaksanakan prestasi 4. Melakukan perbuatan bertentangan dengan apa yang diperjanjikan.54 Dan dalam kenyataan dimasyarakat, wanprestasi yang terjadi sering diakibatkan oleh ketidakmampuan konsumen dalam memenuhi kewajibannya. Berdasarkan jumlah tersebut diperoleh data sebagaimana terlihat pada tabel berikut: Tabel.III.6 Jawaban Responden Ada Atau Tidaknya Hambatan Yang Ditemui Untuk Memenuhi Angsuran Tiap Bulan N Saat penyerahan Jawaban % 1 2 Ya Tidak 10 12 45.4 54.5 Jumlah 22 100 Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2011 Dari data tabel III.6 diatas dapat dilihat bahwa 4 orang responden (18,2 %) menemui hambatan dalam membayar angsuran tiap bulannya. Sedangkan 18 orang (81,8%) tidak menemui hambatan untuk membayar angsuran tiap bulannya. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa sebagian besar dari responden tidak memenuhi hambatan dalam memenuhi angsuran tiap bulannya. 54 R. Subekli, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 2002
  • 65. Dalam hal penunggakan pembayaran, si Kreditur yang lebih aktif bertindak untuk menyelesaikan masalah yang, terjadi. Pada Pasal 3 ayat 4 dari surat perjanjian sewa beli dikemukakan apabila Kreditur lalai membayar uang sewa atau terlambat dari tanggal jatuh tempo pembayaran uang sewa, Kreditur dikenakan denda administrasi 20% (dua permil) perhari dari jumlah angsuran yang jatuh tempo. Sehari terhitung mulai tanggal jatuh tempo pembayaran uang sewa iersebut sampai dengan tanggal uang sewa yang bersangkutan dibayar lunas. Hal ini juga telah sesuai dengan Pasal 1243 KUHPerdata yang menyebutkan, penggantian biaya rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, atau jika sesuatu yang diberikan atau dibuatnya hanya 65 dapat dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya. Sedangkan tentang jumlahnya terdapat pada Pasal 1249, KUHPerdata yang menyebutkan jika dalam suatu perikatan ditentukannya, bahwa si yang lalai memenuhinya, sebagai ganti ganti rugi harus bayar suatu jumlah uang tertentu, maka kepada pihak yarrg lain tidak boleh diberikan suatu jumlah yang lebih maupun yang kurang dari pada jumlah itu. Sesuai dengan pasal ini sudah jelas bahwasanya ketentuan jumlah tidak boleh kurang atau lebih darijumlah yang ditentukan. Atas pertanyaan yang penulis ajukan pada responden mengenai apakah mereka dikenakan denda atas keterlambatan dalam membayar angsuran tiap bulannya?. Jawaban responden tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
  • 66. 66 Tabel III.7 Jawaban Responden Ada Atau Tidaknya Dikenakan Denda Atas Keterlambatan Angsuran N Saat penyerahan Jawaban % 1 2 Ada Tidak 22 0 100 0 Jumlah 22 100 Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2012 Berdasarkan data tersebut bahwa seluruh responden menyatakan bahwa jika mereka terlambat dalam membayar angsuran tiap bulannya akan dikenakan bunga atas keterlambatan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak, sebagai berikut : "Berdasarkan surat perjanjian yang telah ditandatangani oleh Kreditur mereka akan dikenakan bunga jika terlambat dalam memenuhi angsuran tiap bulannya, hal ini dilakukan oleh perusahaan agar Kreditur tidak mengulur-ngulur waktu, yang bisa membawa kerugian bagi perusahaan.”55 Pada bagian kedua dari Pasal 11 perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. Federal International Finance Cabang Siak tersebut pemilik atau orang yang ditunjuk oleh pemilik jika perlu dengan bantuan alat Negara atau pihak yang berwajiban berhak mengambil kembali atau menarik barang atau menguasai kembali kendaraan bermotor tersebut berikut peralatan dan perlengkapannya tanpa perlu melalui pengadilan negeri atau surat teguran juru sita apabila penyewa dua kali berurut-turut tidak membayar uang angsuran atau salah satu uang angsuran bulanan tertunggak lebih dari jangka waktu yang telah ditentukan. 55 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak, 15 September 2011
  • 67. Menurut Pasal 5 dari Perjanjian Pembiayaan Konsumen disebutkan bahwa Kreditur setuju dan mengikatkan diri kepada Kreditur mengenai terjadinya keadaan wanprestasi yang dengan lewat waktu telah cukup membuktikan, untuk mana hal tersebut tidak perlu dibuktikan lagi, akan tetapi cukup dengan terjadinya 67 salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut : l. Kreditur lalai dan/atau tidak dan/atau gagal memenuhi satu atau lebih kewajiban sebagairnana ditentukan dalam perjanjian ini; 2. Kreditur tidak lalai melakukan pembayaran angsuran hutang pembiayaan pada tanggal jatuh tempo angsuran; 3. barang jaminan yang berada di bawah penguasaan Kreditur hilang atau musnah; 4. barang jaminan disita atau terancan oleh suatu tindakan penyitaan oleh pihak lain atau siapapun juga dan karena sebab apapun; 5. Kreditur dinyatakan pailit, diletakkan di bawah pengampuan, meninggal dunia atau mengajukan penundaan pembayaran hutang.56 Dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel III.8 Jawaban Responden Terhadap Debitur yang Wanprestasi N Debitur yang Wanprestasi Jawaban % 1 2 Ada Tidak 10 12 45.4 54.5 Jumlah 22 100 Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2012 56 Perjanjian Pembiayaan Konsumen PT. Federal International Finance Cabang Siak, Pasal 5.
  • 68. Berdasarkan data tersebut bahwa seluruh responden dinyatakan bahwa terdapat 10 (45,4 %) orang Debitur yang wanprestasi terhadapa perjanjian yang telah disepakati. Sehingga pihak Kreditur dapat melakukan haknya sebagaimana yang tertuang dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen yang telah disepakati oleh 68 kedua belah pihak.
  • 69. 69 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pembiayaan konsumen terjadi tidak sebagaimana mestinya.. Dimana pada kondisi ini pihak Kreditur tidak melakukan pelaksanaan ketentuan yang telah ditetapkan, karena hanya mengharapkan tercapainya target penjualan untuk Kreditur dengan mengeyampingkan prinsip kehati-hatian terhadap calon debitur yang akan melaksnakan perjanjian. Begitu juga sebaliknya, debitur dianggap lalai dalam melaksanakan perjanjian pembiayaan konsumen, karena tidak memperhatikan secara seksama isi dari perjanjian yang disepakati, sehingga apabila dalam hal terjadinya wanprestasi debitur akan berada pada posisi yang dirugikan. Dimana semestinya, perjanjian pembiayaan konsumen ini tunduk pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata secara umumnya dan belum ada Undang-Undang khusus yang mengaturnya, namun ada Keputusan Menteri Keuangan No 1251/KMK.031/1988 tanggal 20 Desember 1988 Keputusan Menteri Keuangan NO.468/I/KMK.017/1995 tentang ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pembiayaan yang menjadi acuannya. 2. Mengenai wanprestasi yang terjadi pada perjanjian pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor antara pihak Kreditur dengan PT. Federal International Finance Cabang Siak adalah keterlambatan tunggakan
  • 70. angsuran setiap bulannya yang tidak sesuai dengan apa yang telah diperjanjiakan sebelumnya. Apabila tunggakan tersebut masih berlanjut selama lebih dari 60 hari sejak tanggal jatuh temponya maka Kreditur berhak untuk menarik objek yang diperjanjikan, dan Kreditur masih diberi kesempatan selama 14 hari untuk melunasi pembayaran tunggakan angsuran beserta denda, jika tidak juga dilaksanakan maka kendaraan bermotor tersebut tetap ditarik oleh pihak Kreditur dan uang muka serta 70 angsuran yang telah dibayar di anggap hilang. B. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah uraikan, saran penulis adalah sebagai berikut : l. Perusahaan pembiayaan hendaknya lebih selektif dalam menentukan pihak penerima pembiayaan yang layak dari segi ekonomi untuk menghindari terjadinya keterlambatan atau tunggakan angsuran yang dapat merugikan perusahaan. Dan Penerima pembiayaan (konsumen) sebaiknya lebih teliti dalam memahami isi dari perjanjian pembiayaan yang diajukan oleh perusahaan pembiayaan untuk mengetahui hak dan kewajibannya sebagai penerima pembiayaan. 2. Pemerintah hendaknya lebih mempertegas peraturan mengenai perjanjian pembiayaan konsumen dimana nantinya bagi para pelaku pelanggaran pembiayaan konsumen diberikan sanksi yang tegas. Dan sebaiknya lebih berhati-hati dalam menentukan siapa calon kensumennya sehingga
  • 71. pelanggaran-pelanggaran pembiayaan konsumen yang serius tidak terjadi dikemudian hari. Bagi konsumen yang memperoleh pembiayaan konsumen pada perusahaan pembiayaan hendaknya mempergunakan fasilitas pembiayaan tersebut dengan sebaik- baiknya dan tidak menyalahgunakan pembiayaan konsumen tersebut, sehingga tidak 71 merugikan pihak kreditur
  • 72. 72 DAFTAR PUSTAKA Buku-buku : A. Qirom Syamsuddin Meliala, 1985, Pokok-Pokok Hukum Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta Abdulkadir Muhamad, Rilda Mumiati, 2004, Lembaga Keuangan , Citra Aditya Bakti, Bandung,. Dahlan, 1999, Manajemen Lembaga Keuangan edisi IV, Fakultas Ekonomi Indonesia. Eddy Soeka, 1990, Mekanisme Leasing, Ghalia, Indonesia. Hadari Nawawi, 2003, Metode Penyusunan Penulisan Skripsi, Padang. Husein Umar, 2003, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Komar Andasasmita, 1983, Suplemen Leasing (Teori dan Praktek), Ikatan Notaris Indonesia, Bandung. Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilosi Hukum Perikatan, PT. Aditya Bakti, Bandung Masri Singarimbun, Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta. Munir Fuady, 2002, Hukum tentang Pembiayaan (dalam teori dan praktek), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni Bandung. Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Granit, Jakarta
  • 73. 73 R. Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta R. Subekti, SH dan R.T Tirtosudibiyo, 1992, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pratnya Pramita, Jakarta Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Sentosa Sembiring, 2002, Lembaga Pembiayaan, Nuansa Aulia, Bandung, Sudaryatmo, 2001, Hukum dan Advokat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. S.B. Marsh and J. Soulsby, alih bahasa; Abdul Kadir Muhammad, 2006, "Hukum Perjanjian", alumni, Cet.3, Sinar Grafika, Jakarta. Soerjono Soekanto, I986, Pengantar Penelitian Hukum, Ul-Press, Jakarta. Zaeni Asyhadie, SH, 2005, Hukum Bisnis Prinsip Dan Pelaksanaanya di Indonesia, Rajawali Pers, Bandung.