SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 9
Baixar para ler offline
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
                    UNDANG-
                          NOMOR 36 TAHUN 1953

                                    TENTANG

                              BANK TABUNGAN POS


                   DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

                         PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang :     a. bahwa Postpaarbank orodnnantie (Sataatblad 1934 No. 653) yang
                   telah dirubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang
                   Darurat No. 9 tahun 1950 (Lembaran Negara No. 12 tahun 1950)
                   dalam beberapa hal tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tata-
                   negara Republik Indonesia;
                b. bahwa berhubung degan itu perlu Undang-undang ini dicabut dan
                   diganti dengan Undang-undang baru;

Mengingat :     pasal 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;

                               Dengan persetujuan :
                   Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;

                                   Memutuskan:
                                   Memutuskan
A. Mencabut:      Mencabut Postspaarbank-ordonnantie (Staatsblad 1934 No. 653)
                  yang diubah terakhir dengan Undang-undang Darurat No. 9 tahun
                  1950 (Lembaran Negara No. 12 tahun 1950);

B. Menetapkan: UNDANG-UNDANG BANK TABUNGAN POS yang berbunyi sebagai
               berikut :

                                      Pasal 1.

                       Tentang tempat kedudukan dan nama.

(1) Dalam Negara Republik Indonesia ada Bank Tabungan Pos yang berkedudukan di
    Jakarta.
(2) Bank Tabungan Pos itu adalah badan hukum dan mempunyai cabang-cabang.

                                      Pasal 2

                               Tentang penguasaan.

(1) Bank Tabungan Pos dikuasai oleh seorang direktur.
(2) Kecuali sebagaimana yang ditetapkan dalam ayat 3, direktur mewakili Bank
    Tabungan Pos di dalam dan di luar hukum. Perwakilan ini mengandung hak
    substitusi.
(3) Jikalau kepentingan Bank Tabungan Pos bertentangan dengan kepentingan
    direktur, maka bank itu diwakili oleh ketua Dewan Pengawas, tersebut dalam pasal
    3.
(4) Direktur dibantu oleh seorang direktur muda, yang bertugas pula untuk
    menggantikan direktur, jika ia berhalangan menjalankan pekerjaannya, di luar
    tempat kedudukannya atau jabatan itu terluang, kecuali dalam hal tersebut dalam
    ayat 3.
(5) Apabila direktur dan direktur muda kedua-duanya berhalangan menjalankan
    pekerjaannya, di luar tempat kedudukannya atau kedua-dua jabatan itu terluang,
    maka Menteri, sesudah mendengar pendapat Dewan Pengawas, menunjuk
pengganti sementara untuk menjalankan pekerjaan mereka itu. Keputusan ini
      diumumkan dalam Berita Negara.
(6)   Direktur bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan, akan tetapi dalam hal
      keuangan hanya kepada Dewan Pengawas, tersebut dalam pasal 3.
(7)   Persetujuan Dewan Pengawas atas neraca yang tiap-tiap tahun dimajukan oleh
      direktur, tentang penerimaan dan pengeluaran uang Bank ini, beserta penjelasan
      perhitungan yang bersangkutan berhubung dengan penguasaan dalam tahun yang
      baru lalu itu, membebaskan direktur dari tanggung jawabnya, demikian ini jika
      persetujuan itu ternyata dalam naskah-naskah tersebut.
(8)   Peraturan-peraturan jabatan untuk direktur dan direktur muda, ditetapkan oleh
      Menteri Perhubungan, sesudah didengar pendapat Dewan Pengawas.
(9)   Direktur dan semua pegawai-pegawai lainnya, yang bekerja pada Bank Tabungan
      Pos, berhubung dengan gaji, pensiun dan kedudukan hukum mereka selanjutnya,
      dianggap pegawai sipil dalam dinas Negeri dan dibayar dari Kas Negara.

                                        Pasal 3

                         Tentang Pengawasan atas Penguasaan

(1) Penguasaan Bank Tabungan Pos ada di bawah pengawasan suatu Dewan.
(2) Dewan Pengawas itu terdiri dari paling sedikit tiga dan paling banyak tujuh orang
    anggota, yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri
    Perhubungan.
(3) Salah seorang anggota ditunjuk oleh Presiden menjadi ketua atas usul Menteri
    Perhubungan.
(4) Anggota-anggota itu berturut-turut, menurut daftar yang sengaja dibuat untuk itu,
    seorang demi seorang tiap-tiap tahun berhenti. Anggota yang berhenti itu dapat
    diangkat lagi.
(5) Menteri Perhubungan, sesudah mendengar pendapat Dewan Pengawas,
    menetapkan peraturan tentang pekerjaan Dewan tersebut.
(6) Menteri Perhubungan dapat menentukan pemberian uang kehormatan kepada
    ketua dan anggota-anggota lainnya.
(7) Di masing-masing tempat dimana ada kantor cabang, kecuali di Jakarta, Dewan
    Pengawas boleh menunjuk seorang wakil untuk melakukan pekerjaan pengawasan,
    sebagai tersebut dalam ayat 1 pasal ini, menurut peraturan yang ditetapkan oleh
    Dewan tersebut. Penunjukan ini, diberitahukan kepada Menteri Perhubungan,
    sedang salinan peraturan tersebut harus disampaikan juga padanya.



                                        Pasal 4

                          Tentang mengatur cara menabung.

Cara menabung dan mengambil uang tabungan diatur oleh Menteri Perhubungan.

                                        Pasal 5

                          Tentang Tabungan pada umumnya.

(1) Tabungan boleh dilakukan atas nama orang yang melakukannya sendiri atau atas
    nama orang lain.
(2) Yang dipandang sebagai penabung ialah orang yang atas namanya tabungan itu
    dilakukan.
(3) Pada waktu dilakukan penabungan yang pertama kali diberikan buku tabungan
    atas nama penabung.
(4) Orang yang menaruh tabungan atas nama orang lain, - kalau hal ini terjadi pada
    buku tabungan baru - boleh membuat syarat-syarat mengenai pembayaran
    kembali sebagian atau segenap jumlah yang tertabung, menurut penetapan
    Menteri Perhubungan.
Pasal 6

                 Tentang Tabungan atas nama Perempuan bersuami.

Perempuan bersuami, yang dikuasai oleh aturan-aturan yang berlaku bagi orang
Eropa, boleh memperoleh buku-buku tabungan dan dengan buku-buku itu
memasukkan uang dan menerima pembayaran kembali sebagian atau segenap
jumlah, yang tertulis atas namanya dalam buku-buku Bank Tabungan Pos, dengan tidak
usah dibantu oleh suaminya.

                                       Pasal 7

                      Tentang Tahungan atas nama Anak-anak.

(1) Anak-anak yang belum dewasa, tidak usah dengan perantaraan orang tuanya atau
    walinya, dapat juga mengambil buku-buku tabungan dengan buku itu memasukkan
    uang dan menerima sendiri pembayaran kembali uang tabungan yang tertulis atas
    namanya di dalam tata usaha Bank Tabungan Pos.
(2) Akan tetapi pembayaran kembali itu tidak dapat dilakukan, jikalau orang tuanya
    atau walinya memajukan keberatannya.
(3) Dengan tidak mengurangi yang ditetapkan dalam ayat 4 Pasal 5 Undang-undang
    ini, pemegang kekuasaan ibu bapak atau wali atas anak yang belum dewasa, boleh
    meminta juga pembayaran kembali dari tabungan atas nama anak itu tetapi jika
    anak itu telah berumur 16 tahun, pembayaran kembali ini hanya boleh dilakukan
    setelah mendapat kuasa dari Pengadilan Negeri. Kuasa ini tidak akan diberikan,
    bilamana uang itu tidak akan digunakan untuk keperluan yang tak dapat dielakkan.
    jika pengadilan menganggap perlu, maka dipanggillah sanak-saudara anak itu
    untuk didengar pendapatnya, akan tetapi bila mereka tidak datang menghadap,
    syarat ini tidak usah diindahkan lagi, asal saja panggilan mereka dilakukan secara
    semestinya.
(4) Baik bapa maupun ibu penabung yang belum dewasa tidak dapat memungut hasil
    atas tabungan yang tercabut atas nama anak itu di dalam buku-buku Bank
    Tabungan Pos.

                                       Pasal 8

                            Tentang Pembayaran Kembali

(1) Kecuali yang ditetapkan dalam Pasal 7 ayat 3 pembayaran kembali hanya boleh
    dilakukan kepada penabung sendiri, atau kepada orang yang dikuasakan oleh
    penabung itu.
(2) Tetapi jikalau penabung itu kehilangan hak mengurus harta bendanya sendiri,
    maka hanya pengganti yang syah berhak meminta dan menerima pembayaran
    kembali; ia tidak usah mendapat kuasa dari hakim.

                                       Pasal 9

                              Tentang Buku Tabungan.

(1) Buku-buku tabungan diberikan dengan cuma-cuma.
(2) Menteri Perhubungan menentukan dalam hal mana dan dengan syarat-syarat apa
    buku tabungan pengganti boleh diberikan.
(3) Untuk pemberian buku tabungan pengganti itu dapat dipungut biaya, yang
    jumlahnya ditetapkan oleh Menteri Perhubungan.

                                      Pasal 10

                       Tentang Jaminan dan Pengaruh waktu.

(1) Negara menjamin penabung-penabung sepenuhnya akan dapatnya kembali uang
    tabungan mereka dan pembayaran bunganya.
(2) Jika penabung di Bank Tabungan Pos selama 30 tahun tidak memasukkan uang
    tabungan lagi, atau tidak meminta pembayaran kembali, baik dari uang modal,
    ataupun dari bunganya, juga tidak meminta supaya bunganya dibubuhkan dalam
    buku itu, maka uang itu dimasukkan ke dalam dana cadangan, yang dimaksud
    dalam Pasal 15.

                                       Paal 11.

                             Tentang Pemberian Bunga.

(1) Kepada penabung diberikan bunga atas uang tabungannya 2.64% setahun, jika
    uang ini berjumlah Rp. 5.000,- atau kurang.
(2) Uang yang ditabung itu mendapat bunga, terhitung mulai hari pertama dalam bulan
    setelah penabung itu dilakukan.
(3) Atas uang tabungan pada Bank Tabungan Pos yang penabungnya dalam masa 5
    tahun tidak menambah atau meminta pembayaran kembali akan uang tabungan itu,
    ataupun minta dibubuhkannya bunga ke dalam buku tabungan, maka mulai tahun
    sesudah masa 5 tahun itu tidak diberikan bunga lagi.
(4) Jika seorang penabung melakukan lagi salah satu dari perbuatan-perbuatan
    sebagai tersebut dalam ayat 3 itu, maka bunga itu dihitung pula, mulai dari tanggal
    1 bulan berikutnya perbuatan itu dilakukan.
(5) Bunga yang tiap-tiap tahun pada tanggal 31 Desember menjadi hak penabung,
    ditambahkan pada uang tabungannya dengan jalan mencatat jumlah bunga itu
    direkening courant, dimana saldo si penabung dibubuhkan dan demikian
    menghasilkan bunga lagi sejak hari pertama dalam tahun berikutnya.
(6) Atas uang tabungan yang diminta kembali hanya diberikan bunga sampai
    penghabisan bulan sebelum pembayaran kembali itu terjadi, atau dianggap
    sebagai terjadi menurut penetapan yang dibuat atau yang kemudian akan dibuat
    oleh Menteri perhubungan.
(7) Jumlah-jumlah yang kurang dari satu rupiah tiada menghasilkan bunga.
(8) Untuk menetapkan bunga, jumlah yang kurang dari satu sen tidak dihitung.
(9) Untuk menghitung bunga, satu bulan dhitung 30 hari.

                                       Pasal 12

                 Tentang Tabungan yang tiada menghasilkan Bunga.

(1) Uang tabungan dalam Bank Tabungan pos atas nama seorang penabung, yang
    jumlahnya melebihi Rp. 5.000,- maka lebihnya dari Rp. 5.000,- itu tidak
    menghasilkan bunga.
(2) Batas ini tidak berlaku bagi tabungan, yang terjadi berdasarkan penetapan umum
    atau khusus oleh Menteri Perhubungan.

                                       Pasal 13

                          Tentang memperbungakan Modal

(1) Dengan mengingat syarat, bahwa uang yang ditabung pada Bank Tabungan Pos
    sebanyak mungkin harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan kredit dalam
    negeri, dan selanjutnya dengan memperhatikan syarat-syarat, teristimewa untuk
    menyelamatkan terjaminnya penabungan, dan kalau perlu memudahkan
    pergunaan cepat, maka uang tabungan pada Bank Tabungan Pos yang tersedia itu
    diperbungakan:
    a. pada surat-surat utang yang menjadi beban Negara atau yang menjadi beban
       daerah-daerah otonoom yang mempunyai keuangan sendiri, yang langsung
       dan mutlak ditanggung pembayaran bunganya dan cicilannya oleh Negara;
    b. pada surat-surat utang, yang dikeluarkan oleh perseroan-perseroan, yang
       berdirinya menurut peraturan-peraturan hukum Republik Indonesia, dan yang
       tugasnya tidak lain hanya meminjamkan uang kepada atau atas jaminan daerah-
       daerah otonoom yang mempunyai keuangan sendiri;
c. pada surat-surat utang dari bank hypotheek - yang didirikan menurut peraturan
        hukum Republik Indonesia, yang bekerja hanya dalam lingkungan Republik
        Indonesia;
    d. pada surat-surat utang yang dikeluarkan dalam mata uang Indonesia oleh
        perseroan-perseoran terbatas yang mempunyai atau mengusahakan jalan
        kereta api (spoor dan trem);
    e. pada surat-surat utang yang dikeluarkan dalam mata uang Indonesia oleh
        perusahaan berguna untuk kepentingan umum, yang bekerja hanya dalam
        lingkungan Republik Indonesia;
    f. pada deposito, yang boleh diambil dengan waktu pemberian tahu akan itu tidak
        lebih lama daripada setahun, pada bank-bank, yang bekerja di Indonesia, dan
        jika bank-bank itu berkedudukan di luar Indonesia, di sini mempunyai wakil
        yang sah;
    g. pada pinjaman selama tiga bulan atau kurang dengan jaminan gadai, terdiri
        dari fonds-fonds termaksud di atas, dan fonds yang sebagai demikian diterima
        baik oleh Bank Indonesia;
    h. pada aksep-aksep lelang. Perbungaan kepada surat hutang, termaksud dalam
        ayat a, b, c, d dan e hanya boleh dilakukan, jikalau surat utang itu tercatat
        dengan resmi di pasar uang (beurs) di Jakarta, sedangkan perbungaan kepada
        surat utang termaksud dalam ayat b, d dan e, boleh dilakukan hanya sebagai
        tindakan luar biasa atas pertimbangan direktur, dan tiap-tiap kali sesudah
        didapat persetujuan Dewan Pengawas. Dalam arti perbungaan kepada surat-
        surat utang termaksud juga pengoperan pinjaman, baik segenapnya maupun
        sebagian saja.
(2) Perbungaan, demikian juga penjualan surat berharga (effect) dan pemberitahuan
    akan penyelesaian penggadaian, dilakukan sesudah dirunding dengan, dan
    disetujui oleh Dewan Pengawas, dan surat berharga (waarden) kepunyaan Bank
    Tabungan Pos ataupun yang digadaikan kepadanya, dimasukkan ke dalam
    penitipan Bank Indonesia.
(3) Jikalau timbul keadaan istimewa mengenai fonds-fonds atau surat-surat berharga,
    yang merupakan perbungaan uang Bank Tabungan Pos, dan oleh karenanya perlu
    atau lebih baik mengganti fonds-fonds atau surat-surat berharga lain, yang tidak
    memenuhi syarat-syarat yang dimaksudkan dalam ayat 1 pasal ini, maka hal itu
    hanya boleh dilakukan sesudah mendapat persetujuan Dewan Pengawas.
(4) Tentang penggantian fonds atau surat berharga tersebut pada ayat 3 segera
    diberitahukan kepada Menteri Perhubungan.

                                      Pasal 14

            Tentang Pembelian Surat Utang untuk kepentingan Penabung.

(1) Penabung dalam Bank Tabungan Pos, dapat dengan perantaraan Bank ini membeli
    surat utang yang menghasilkan bunga dan yang menjadi beban Negara atau
    daerah-daerah otonoom di Indonesia.
(2) Hak akan pembelian tersebut dalam ayat 1 itu, hanya dapat dilaksanakan, jika
    penabung pada permohonan membeli dimajukan, menurut pertimbangan Bank
    Tabungan Pos, mempunyai uang tabungan sedikit-dikitnya lima ratus rupiah lebih
    daripada yang diperlukan untuk pembelian surat utang ditambah dengan biaya
    komisi dan ongkos lain-lain, yang akan disebut lebih lanjut, sedang uang tabungan
    itu selama tiga bulan sebelum waktu tersebut, harus berjumlah paling sedikit tiga
    perempat harga nominaal surat utang yang dikehendakinya.
(3) Kumpulan jumlah harga pembelian, biaya komisi dan ongkos-ongkos selanjutnya,
    dicatat dalam buku tabungan yang berkepentingan, sebagai pengeluaran pada
    tanggal pembelian itu terjadi, sedang surat utang yang telah dibeli, pada saat itu
    juga diterimakan kepada penyimpan dan penerimaan itu dianggap sebagai
    pembayaran kembali.
(4) Penabung dalam Bank Tabungan Pos, selama ia masih tetap menjadi penabung,
    atas permintaan sendiri, boleh menitipkan terbuka pada Bank Tabungan Pos, surat
    utang, yang dibelinya dengan perantaraan bank itu, dengan membayar upah
    penitipan, komisi dan ongkos-ongkos selanjutnya.
(5) Pengguntingan dan penunaian tanda-tanda bunga (coupon) dan penunaian surat-
    surat utang yang telah tiba waktu pembayarannya yang menurut ayat 4 dititipkan
pada Bank Tabungan Pos, selama waktu penitipan, dilakukan oleh Bank Tabungan
     Pos, dengan memungut komisi dan ongkos-ongkos selanjutnya tersebut dibawah
     ini.
(6) Pendapatan karena tanda-tanda bunga (coupon) dan surat utang yang telah dapat
     ditunaikan, setelah dikurangi dengan ongkos-ongkos yang masih harus dibayar
     karena komisi, upah penitipan dan lain-lain, oleh Bank Tabungan Pos ditulis
     sebagai tabungan biasa di dalam buku tabungan atas nama penabung.
(7) Surat-surat utang yang menurut bunyi pasal ini dititpkan pada Bank Tabungan Pos,
     oleh Bank ini dititipkan lagi dengan erbuka pada Bank Indonesia dengan
     membayar upah penitipan ang ditetapkan oleh Bank itu. Surat utang itu, jikalau
     diminta leh penabung diberikan lagi kepadanya atau kepada orang lain ang
     sengaja untuk itu ditunjuk olehnya dengan surat. Penyerahan kembali ini hanya
     dapat dilaksanakan, sesudah, enurut pertimbangan dan kepuasan Bank Tabungan
     Pos, ibayar kepada Bank itu jumlah yang harus dibayarnya karena omisi, upah
     penitipan dan ongkos lain-lain.
(8) Penabung dalam Bank Tabungan Pos yang telah memergunakan kesempatan
     untuk menitipkan surat utang pada Tabungan Pos sebagai tersebut di atas, dapat
     meminta perantaraan Bank Tabungan Pos untuk menjual surat utang itu.
(9) Pendapatan penjualan surat utang menurut ketentuan- ketentuan dalam pasal ini,
     sesudah dikurangi komisi dan lain- lain ongkos, oleh Bank Tabungan Pos ditulis
     sebagai tabungan biasa di dalam buku tabungan atas nama penabung.
(10) Menteri Perhubungan menentukan peraturan tentang cara menjalankan
     perantaraan Bank Tabungan Pos tersebut dalam pasal ini, dan pula menetapkan
     jumlah-jumlah komisi, upah penitipan dan ongkos-ongkos lain yang dapat diminta
     oleh Bank Tabungan kepada yang memperunakan kesempatan tersebut dalam
     pasal ini.

                                      Pasal 15

     Tentang Biaya menjalankan usaha Bank Tabungan Pos dan Dana cadangan.

(1) Segala pengeluaran uang yang dibutuhkan untuk menjalan-kan usaha Bank
    Tabungan Pos dibiayai dengan sisa perbedaan antara bunga yang didapat dan
    bunga yang dibayar kepada penabung. Jikalau masih ada sisa lagi, maka dari uang
    itu didirikan dana cadangan, yang, kecuali dalam hal tersebut dalam ayat 3 pasal
    ini, diperbungakan kepada fonds-fonds termaksud di bawah a sampai dengan e
    Pasal 13, ayat pertama.
(2) Dalam biaya-biaya yang disebut dalam ayat pertama pasal ini termaksud juga
    jumlah, yang berdasar atas imbangan gaji para pegawai, menurut petunjuk Menteri
    Perhubungan, akan ditetapkan untuk uang tunggu, biaya cuti, gaji pegawai yang
    non- aktip dan pensiun.
(3) Untuk menjalankan pekerjaannya, Bank Tabungan Pos, boleh membeli barang tak
    bergerak atau memperolehnya dengan jalan lain. Hak atas barang tak bergerak itu,
    yang dianggap termasuk dalam dana cadangan, ditulis atau dipindah atas nama
    Bank Tabungan Pos, dalam daftar umum, yang sengaja diadakan untuk itu.
(4) Pengeluaran uang untuk keperluan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 itu,
    termaksud juga pembaruan atau perluasan bangunan-bangunan, dilakukan oleh
    direktur, sesudah hal ini dirundingkan dengan dan disetujui oleh Dewan Pengawas.

                                      Pasal 16

                         Tentang maksud Dana cadangan.

(1) Dana cadangan tersebut dalam Pasal 15 ayat 1 disediakan untuk:a.menutup
    kerugian yang mungkin diderita dalam menyelenggarakan pekerjaan oleh Bank
    Tabungan Pos,
    b.melakukan pembayaran kembali kepada penabung, bilamana kekayaan lainnya
    Bank Tabungan Pos tidak mencukupi untuk keperluan itu.
(2) Jikalau dana cadangan itu telah terpakai sama sekali, dan Pemerintah memberi
    persekot kepada Bank Tabungan Pos, sesuai dengan jaminan Pemerintah, tersebut
    dalam Pasal 10, maka uang yang kemudian akan dapat dipisahkan untuk dana
    cadangan itu, harus terlebih dahulu dipakai untuk membayar kembali persekot itu.
Pasal 17

                             Tentang Anggaran belanja.

(1) Segala biaya Bank Tabungan Pos dibebankan atas anggaran belanja Negara.
(2) Pengembalian biaya tersebut dipertanggungkan di bawah bab quot;penerimaanquot;
    anggaran belanja Negara.

                                      Pasal 18.

                           Tentang Bea Pengiriman Surat.

(1) Bank Tabungan Pos dibebaskan membayar bea pengiriman surat dan naskah lain-
    lain yang mengenai jabatan.
(2) Sebagai perimbangan dengan pembebasan ongkos kirim surat, maka Bank
    Tabungan Pos harus membayar kepada Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon
    sejumlah uang, yang tiap-tiap tahun ditetapkan oleh Menteri Perhubungan. Uang ini
    diambil dari sisa tersebut dalam Pasal 15 ayat pertama.

                                      Pasal 19

                                Tentang Bea meterai.

Segala surat pembukti yang diperlukan untuk penabungan dan pembayaran kembali
akan uang Bank Tabungan Pos dibebaskan dari bea meterai, asal saja pada itu
disebutkan keperluannya. Juga dibebaskan dari bea meterai tanda-tanda yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk penitipan terbuka, menurut Pasal 13 ayat 2.

                                      Pasal 20

                             Tentang Meterai tabungan.

Menteri Perhubungan dapat memberi kuasa untuk mempergunakan meterai tabungan.

                                      Pasal 21

                                 Tentang likwidasi.

Bilamana Bank Tabungan Pos dilikwidir, maka segala harta benda, hak-hak dan
kewajibannya dengan sendirinya beralih kepada Negara.

                                      Pasal 22

                   Tentang nama Undang-undang dan berlakunya.

Undang-undang ini boleh disebut quot;Undang-undang Bank Tabungan Posquot; dan mulai
berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.

                                 Disahkan di Jakarta pada tanggal 18 Desember 1953.

                                                  PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

                                                                 ttd.

                                                             SUKARNO

                                                       MENTERI PERHUBUNGAN,
ttd.

                                             ROOSSENO

Diundangkan pada tanggal 28 Desember 1953,

  MENTERI KEHAKIMAN,

           ttd.

 DJODY GONDOKUSUMO
MEMORI PENJELASAN MENGENAI RANCANGAN UNDANG UNDANG TENTANG BANK
                         TABUNGAN POS.

   1. Umum.

Berhubung dengan pemulihan kedaulatan yang berakibat perubahan dalam ketaatan
negara khusunya dan perubahan dalam keadaan masyarakat umumnya, maka
quot;Postspaarbank-ordonnantiequot; yang dibikin untuk zaman penjajahan dalam beberapa
hal sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang dan oleh karena itu harus diganti
dengan Undang-undang baru. Perubahan yang dicantumkan dalam Undang-undang
baru ini pada hakekatnya hanya bersifat mengganti penguasa-penguasa dahulu
dengan penguasa sekarang misalnya Gubernur Jenderal diganti dengan Presiden dan
Menteri Perhubungan. Disamping itu ada beberapa pasal yang dahulu semata-mata
hanya mengingat kepentingan dan hukum Barat, hal mana pada waktu sekarang sudah
tidak lagi pada tempatnya.

   2. Pasal Demi Pasal

Penjelasan pasal demi pasal dipandang tidak perlu karena pasal-pasal itu sudah
dianggap cukup jelas, kecuali yang disebutkan dibawah ini.

Pasal 6

Dengan perubahan ini dinyatakan dengan tegas bahwa bantuan suami yang tidak
diperlukan itu hanya berlaku untuk orang-orang yang diliputi oleh hukum Eropa. Bagi
orang-orang Indonesia sudah terang bahwa isteri kawin itu selalu merdeka untuk
bertindak dalam lapangan hukum.

Pasal 7

quot;Raad van Justitiequot; diganti dengan Pengadilan Negeri.

Pasal 9 ayat 3.

Menurut aturan dahulu untuk pemberian buku pengganti itu dapat dipungut 25 sen.
Dianggap pada tempatnya dalam Undang-undang ini tidak ditetapkan jumlah yang
dipungut untuk keperluan itu, karena jumlah itu tergantung pada keadaan yang setiap
waktu dapat berubah. Maka lebih tepat kiranya jika jumlah itu ditetapkan oleh Menteri
Perhubungan.

Pasal 13

Dengan perubahan pasal ini, maka kemungkinan untuk memperbungakan uang pada
Bank Tabungan Pos di Nederland dan pada perusahaan-perusahaan yang melulu
berkedudukan di Nederland, dihapuskan.

Diketahui:

MENTERI KEHAKIMAN,



DJODY GONDOKUSUMO.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003khairu_zikri
 
Uu nomor-2-tahun-2014-ttg-perubahan-uu-no-30-tahun-2004-ttg-jabatan-notaris
Uu nomor-2-tahun-2014-ttg-perubahan-uu-no-30-tahun-2004-ttg-jabatan-notarisUu nomor-2-tahun-2014-ttg-perubahan-uu-no-30-tahun-2004-ttg-jabatan-notaris
Uu nomor-2-tahun-2014-ttg-perubahan-uu-no-30-tahun-2004-ttg-jabatan-notariswanmarsella
 
Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997khairu_zikri
 
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021CIkumparan
 
UU Nomor 2 Tahun 2014
UU Nomor 2 Tahun 2014UU Nomor 2 Tahun 2014
UU Nomor 2 Tahun 2014Parja Negara
 
Tinjauan Kerugian Negara dari Sudut Undang-Undang Keuangan Negara Dalam Penye...
Tinjauan Kerugian Negara dari Sudut Undang-Undang Keuangan Negara Dalam Penye...Tinjauan Kerugian Negara dari Sudut Undang-Undang Keuangan Negara Dalam Penye...
Tinjauan Kerugian Negara dari Sudut Undang-Undang Keuangan Negara Dalam Penye...Ahmad Abdul Haq
 
Peraturan bi no 16 15 2014 usaha valuta asing
Peraturan bi no 16 15 2014 usaha valuta asingPeraturan bi no 16 15 2014 usaha valuta asing
Peraturan bi no 16 15 2014 usaha valuta asingBeyly Dayanto
 
Hbl, agnes monica,hapzi ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...
Hbl, agnes monica,hapzi  ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...Hbl, agnes monica,hapzi  ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...
Hbl, agnes monica,hapzi ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...AgnesMonica14
 
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...rifaaa_092
 
Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...
Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...
Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...Universitas Kanjuruhan Malang
 
Uu 13 1985 bea materai
Uu 13 1985 bea materaiUu 13 1985 bea materai
Uu 13 1985 bea materaiInstansi
 

Mais procurados (19)

Undang undang meterai
Undang undang meteraiUndang undang meterai
Undang undang meterai
 
Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003
 
Uu nomor-2-tahun-2014-ttg-perubahan-uu-no-30-tahun-2004-ttg-jabatan-notaris
Uu nomor-2-tahun-2014-ttg-perubahan-uu-no-30-tahun-2004-ttg-jabatan-notarisUu nomor-2-tahun-2014-ttg-perubahan-uu-no-30-tahun-2004-ttg-jabatan-notaris
Uu nomor-2-tahun-2014-ttg-perubahan-uu-no-30-tahun-2004-ttg-jabatan-notaris
 
Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997
 
Uu 30 2004
Uu 30 2004Uu 30 2004
Uu 30 2004
 
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021
 
UU Nomor 2 Tahun 2014
UU Nomor 2 Tahun 2014UU Nomor 2 Tahun 2014
UU Nomor 2 Tahun 2014
 
Uu 20 1952
Uu 20 1952Uu 20 1952
Uu 20 1952
 
Uu 10 th 98
Uu 10 th 98Uu 10 th 98
Uu 10 th 98
 
UU Nomor 1 Tahun 2004
UU Nomor 1 Tahun 2004UU Nomor 1 Tahun 2004
UU Nomor 1 Tahun 2004
 
Pp 38 tahun 2016
Pp 38 tahun 2016Pp 38 tahun 2016
Pp 38 tahun 2016
 
Tinjauan Kerugian Negara dari Sudut Undang-Undang Keuangan Negara Dalam Penye...
Tinjauan Kerugian Negara dari Sudut Undang-Undang Keuangan Negara Dalam Penye...Tinjauan Kerugian Negara dari Sudut Undang-Undang Keuangan Negara Dalam Penye...
Tinjauan Kerugian Negara dari Sudut Undang-Undang Keuangan Negara Dalam Penye...
 
Peraturan bi no 16 15 2014 usaha valuta asing
Peraturan bi no 16 15 2014 usaha valuta asingPeraturan bi no 16 15 2014 usaha valuta asing
Peraturan bi no 16 15 2014 usaha valuta asing
 
Hbl, agnes monica,hapzi ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...
Hbl, agnes monica,hapzi  ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...Hbl, agnes monica,hapzi  ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...
Hbl, agnes monica,hapzi ali,alternatif resolusi sengketa,universitas mercu b...
 
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
Hbl,arifatur rihadah, moratorium hutang (pkpu) dan bpr, universitas mercu bua...
 
UU 4 2016 TAPERA
UU 4 2016 TAPERAUU 4 2016 TAPERA
UU 4 2016 TAPERA
 
Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...
Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...
Permenkumham no.2 tahun 2016 ttg tata cara pengajuan permohonan pengesahan ba...
 
Uu 13 1985 bea materai
Uu 13 1985 bea materaiUu 13 1985 bea materai
Uu 13 1985 bea materai
 
Uudrt 16 1957
Uudrt 16 1957Uudrt 16 1957
Uudrt 16 1957
 

Destaque

Destaque (8)

The Economics of The Global Loss of Biological Diversity Brussels Workshop Ma...
The Economics of The Global Loss of Biological Diversity Brussels Workshop Ma...The Economics of The Global Loss of Biological Diversity Brussels Workshop Ma...
The Economics of The Global Loss of Biological Diversity Brussels Workshop Ma...
 
Ascensor 2
Ascensor 2Ascensor 2
Ascensor 2
 
2da Clase Realizada
2da Clase Realizada2da Clase Realizada
2da Clase Realizada
 
La PelíCana Y El Androide
La PelíCana Y El AndroideLa PelíCana Y El Androide
La PelíCana Y El Androide
 
Online Collaborative Activities
Online Collaborative ActivitiesOnline Collaborative Activities
Online Collaborative Activities
 
Blog 2v
Blog 2vBlog 2v
Blog 2v
 
Alypage
AlypageAlypage
Alypage
 
Matsuo Katsu
Matsuo KatsuMatsuo Katsu
Matsuo Katsu
 

Semelhante a Uu 36 1953

Nomor11 tahun1953
Nomor11 tahun1953Nomor11 tahun1953
Nomor11 tahun1953kpwbi
 
Uu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang
Uu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utangUu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang
Uu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utanganthonius karianga
 
Uu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU
Uu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPUUu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU
Uu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPUFERI S SAMAD
 
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5Ilham Mustafa
 
Nomor13 tahun1968
Nomor13 tahun1968Nomor13 tahun1968
Nomor13 tahun1968kpwbi
 
Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...
Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...
Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...Andy Susanto
 
Contoh akta pendirian dan anggaran dasar pt
Contoh akta pendirian dan anggaran dasar ptContoh akta pendirian dan anggaran dasar pt
Contoh akta pendirian dan anggaran dasar ptManunggal Amethyst
 

Semelhante a Uu 36 1953 (20)

Uu 02 1964
Uu 02 1964Uu 02 1964
Uu 02 1964
 
UU_1961_9.pdf
UU_1961_9.pdfUU_1961_9.pdf
UU_1961_9.pdf
 
Uu 11 1953
Uu 11 1953Uu 11 1953
Uu 11 1953
 
Nomor11 tahun1953
Nomor11 tahun1953Nomor11 tahun1953
Nomor11 tahun1953
 
Uu 04 1950
Uu 04 1950Uu 04 1950
Uu 04 1950
 
Uu 01 1953
Uu 01 1953Uu 01 1953
Uu 01 1953
 
Uu 28 2004
Uu 28 2004Uu 28 2004
Uu 28 2004
 
Uu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang
Uu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utangUu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang
Uu 37 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang
 
Uu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU
Uu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPUUu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU
Uu no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU
 
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5
 
Nomor13 tahun1968
Nomor13 tahun1968Nomor13 tahun1968
Nomor13 tahun1968
 
Uu 04 1959
Uu 04 1959Uu 04 1959
Uu 04 1959
 
Pp 25-2020
Pp 25-2020Pp 25-2020
Pp 25-2020
 
Uu 07 1953
Uu 07 1953Uu 07 1953
Uu 07 1953
 
Uu 15 1952
Uu 15 1952Uu 15 1952
Uu 15 1952
 
Uu 16 1961
Uu 16 1961Uu 16 1961
Uu 16 1961
 
Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...
Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...
Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...
 
Contoh akta pendirian dan anggaran dasar pt
Contoh akta pendirian dan anggaran dasar ptContoh akta pendirian dan anggaran dasar pt
Contoh akta pendirian dan anggaran dasar pt
 
Prosedur beracara di ptun
Prosedur beracara di ptunProsedur beracara di ptun
Prosedur beracara di ptun
 
Uu zakat 2011
Uu zakat 2011Uu zakat 2011
Uu zakat 2011
 

Mais de guest150909

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industriguest150909
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kamparguest150909
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaranguest150909
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4guest150909
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950guest150909
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950guest150909
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950guest150909
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950guest150909
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950guest150909
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950guest150909
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950guest150909
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950guest150909
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950guest150909
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasiguest150909
 

Mais de guest150909 (20)

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kampar
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4
 
Keppres 32 1990
Keppres 32 1990Keppres 32 1990
Keppres 32 1990
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950
 
Uu 08 1950
Uu 08 1950Uu 08 1950
Uu 08 1950
 
Uu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 UudsUu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 Uuds
 
Uu 06 1950
Uu 06 1950Uu 06 1950
Uu 06 1950
 
Uu 01 1950
Uu 01 1950Uu 01 1950
Uu 01 1950
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasi
 
Uu 02 1950
Uu 02 1950Uu 02 1950
Uu 02 1950
 

Uu 36 1953

  • 1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG- NOMOR 36 TAHUN 1953 TENTANG BANK TABUNGAN POS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Postpaarbank orodnnantie (Sataatblad 1934 No. 653) yang telah dirubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Darurat No. 9 tahun 1950 (Lembaran Negara No. 12 tahun 1950) dalam beberapa hal tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tata- negara Republik Indonesia; b. bahwa berhubung degan itu perlu Undang-undang ini dicabut dan diganti dengan Undang-undang baru; Mengingat : pasal 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; Dengan persetujuan : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; Memutuskan: Memutuskan A. Mencabut: Mencabut Postspaarbank-ordonnantie (Staatsblad 1934 No. 653) yang diubah terakhir dengan Undang-undang Darurat No. 9 tahun 1950 (Lembaran Negara No. 12 tahun 1950); B. Menetapkan: UNDANG-UNDANG BANK TABUNGAN POS yang berbunyi sebagai berikut : Pasal 1. Tentang tempat kedudukan dan nama. (1) Dalam Negara Republik Indonesia ada Bank Tabungan Pos yang berkedudukan di Jakarta. (2) Bank Tabungan Pos itu adalah badan hukum dan mempunyai cabang-cabang. Pasal 2 Tentang penguasaan. (1) Bank Tabungan Pos dikuasai oleh seorang direktur. (2) Kecuali sebagaimana yang ditetapkan dalam ayat 3, direktur mewakili Bank Tabungan Pos di dalam dan di luar hukum. Perwakilan ini mengandung hak substitusi. (3) Jikalau kepentingan Bank Tabungan Pos bertentangan dengan kepentingan direktur, maka bank itu diwakili oleh ketua Dewan Pengawas, tersebut dalam pasal 3. (4) Direktur dibantu oleh seorang direktur muda, yang bertugas pula untuk menggantikan direktur, jika ia berhalangan menjalankan pekerjaannya, di luar tempat kedudukannya atau jabatan itu terluang, kecuali dalam hal tersebut dalam ayat 3. (5) Apabila direktur dan direktur muda kedua-duanya berhalangan menjalankan pekerjaannya, di luar tempat kedudukannya atau kedua-dua jabatan itu terluang, maka Menteri, sesudah mendengar pendapat Dewan Pengawas, menunjuk
  • 2. pengganti sementara untuk menjalankan pekerjaan mereka itu. Keputusan ini diumumkan dalam Berita Negara. (6) Direktur bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan, akan tetapi dalam hal keuangan hanya kepada Dewan Pengawas, tersebut dalam pasal 3. (7) Persetujuan Dewan Pengawas atas neraca yang tiap-tiap tahun dimajukan oleh direktur, tentang penerimaan dan pengeluaran uang Bank ini, beserta penjelasan perhitungan yang bersangkutan berhubung dengan penguasaan dalam tahun yang baru lalu itu, membebaskan direktur dari tanggung jawabnya, demikian ini jika persetujuan itu ternyata dalam naskah-naskah tersebut. (8) Peraturan-peraturan jabatan untuk direktur dan direktur muda, ditetapkan oleh Menteri Perhubungan, sesudah didengar pendapat Dewan Pengawas. (9) Direktur dan semua pegawai-pegawai lainnya, yang bekerja pada Bank Tabungan Pos, berhubung dengan gaji, pensiun dan kedudukan hukum mereka selanjutnya, dianggap pegawai sipil dalam dinas Negeri dan dibayar dari Kas Negara. Pasal 3 Tentang Pengawasan atas Penguasaan (1) Penguasaan Bank Tabungan Pos ada di bawah pengawasan suatu Dewan. (2) Dewan Pengawas itu terdiri dari paling sedikit tiga dan paling banyak tujuh orang anggota, yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri Perhubungan. (3) Salah seorang anggota ditunjuk oleh Presiden menjadi ketua atas usul Menteri Perhubungan. (4) Anggota-anggota itu berturut-turut, menurut daftar yang sengaja dibuat untuk itu, seorang demi seorang tiap-tiap tahun berhenti. Anggota yang berhenti itu dapat diangkat lagi. (5) Menteri Perhubungan, sesudah mendengar pendapat Dewan Pengawas, menetapkan peraturan tentang pekerjaan Dewan tersebut. (6) Menteri Perhubungan dapat menentukan pemberian uang kehormatan kepada ketua dan anggota-anggota lainnya. (7) Di masing-masing tempat dimana ada kantor cabang, kecuali di Jakarta, Dewan Pengawas boleh menunjuk seorang wakil untuk melakukan pekerjaan pengawasan, sebagai tersebut dalam ayat 1 pasal ini, menurut peraturan yang ditetapkan oleh Dewan tersebut. Penunjukan ini, diberitahukan kepada Menteri Perhubungan, sedang salinan peraturan tersebut harus disampaikan juga padanya. Pasal 4 Tentang mengatur cara menabung. Cara menabung dan mengambil uang tabungan diatur oleh Menteri Perhubungan. Pasal 5 Tentang Tabungan pada umumnya. (1) Tabungan boleh dilakukan atas nama orang yang melakukannya sendiri atau atas nama orang lain. (2) Yang dipandang sebagai penabung ialah orang yang atas namanya tabungan itu dilakukan. (3) Pada waktu dilakukan penabungan yang pertama kali diberikan buku tabungan atas nama penabung. (4) Orang yang menaruh tabungan atas nama orang lain, - kalau hal ini terjadi pada buku tabungan baru - boleh membuat syarat-syarat mengenai pembayaran kembali sebagian atau segenap jumlah yang tertabung, menurut penetapan Menteri Perhubungan.
  • 3. Pasal 6 Tentang Tabungan atas nama Perempuan bersuami. Perempuan bersuami, yang dikuasai oleh aturan-aturan yang berlaku bagi orang Eropa, boleh memperoleh buku-buku tabungan dan dengan buku-buku itu memasukkan uang dan menerima pembayaran kembali sebagian atau segenap jumlah, yang tertulis atas namanya dalam buku-buku Bank Tabungan Pos, dengan tidak usah dibantu oleh suaminya. Pasal 7 Tentang Tahungan atas nama Anak-anak. (1) Anak-anak yang belum dewasa, tidak usah dengan perantaraan orang tuanya atau walinya, dapat juga mengambil buku-buku tabungan dengan buku itu memasukkan uang dan menerima sendiri pembayaran kembali uang tabungan yang tertulis atas namanya di dalam tata usaha Bank Tabungan Pos. (2) Akan tetapi pembayaran kembali itu tidak dapat dilakukan, jikalau orang tuanya atau walinya memajukan keberatannya. (3) Dengan tidak mengurangi yang ditetapkan dalam ayat 4 Pasal 5 Undang-undang ini, pemegang kekuasaan ibu bapak atau wali atas anak yang belum dewasa, boleh meminta juga pembayaran kembali dari tabungan atas nama anak itu tetapi jika anak itu telah berumur 16 tahun, pembayaran kembali ini hanya boleh dilakukan setelah mendapat kuasa dari Pengadilan Negeri. Kuasa ini tidak akan diberikan, bilamana uang itu tidak akan digunakan untuk keperluan yang tak dapat dielakkan. jika pengadilan menganggap perlu, maka dipanggillah sanak-saudara anak itu untuk didengar pendapatnya, akan tetapi bila mereka tidak datang menghadap, syarat ini tidak usah diindahkan lagi, asal saja panggilan mereka dilakukan secara semestinya. (4) Baik bapa maupun ibu penabung yang belum dewasa tidak dapat memungut hasil atas tabungan yang tercabut atas nama anak itu di dalam buku-buku Bank Tabungan Pos. Pasal 8 Tentang Pembayaran Kembali (1) Kecuali yang ditetapkan dalam Pasal 7 ayat 3 pembayaran kembali hanya boleh dilakukan kepada penabung sendiri, atau kepada orang yang dikuasakan oleh penabung itu. (2) Tetapi jikalau penabung itu kehilangan hak mengurus harta bendanya sendiri, maka hanya pengganti yang syah berhak meminta dan menerima pembayaran kembali; ia tidak usah mendapat kuasa dari hakim. Pasal 9 Tentang Buku Tabungan. (1) Buku-buku tabungan diberikan dengan cuma-cuma. (2) Menteri Perhubungan menentukan dalam hal mana dan dengan syarat-syarat apa buku tabungan pengganti boleh diberikan. (3) Untuk pemberian buku tabungan pengganti itu dapat dipungut biaya, yang jumlahnya ditetapkan oleh Menteri Perhubungan. Pasal 10 Tentang Jaminan dan Pengaruh waktu. (1) Negara menjamin penabung-penabung sepenuhnya akan dapatnya kembali uang tabungan mereka dan pembayaran bunganya.
  • 4. (2) Jika penabung di Bank Tabungan Pos selama 30 tahun tidak memasukkan uang tabungan lagi, atau tidak meminta pembayaran kembali, baik dari uang modal, ataupun dari bunganya, juga tidak meminta supaya bunganya dibubuhkan dalam buku itu, maka uang itu dimasukkan ke dalam dana cadangan, yang dimaksud dalam Pasal 15. Paal 11. Tentang Pemberian Bunga. (1) Kepada penabung diberikan bunga atas uang tabungannya 2.64% setahun, jika uang ini berjumlah Rp. 5.000,- atau kurang. (2) Uang yang ditabung itu mendapat bunga, terhitung mulai hari pertama dalam bulan setelah penabung itu dilakukan. (3) Atas uang tabungan pada Bank Tabungan Pos yang penabungnya dalam masa 5 tahun tidak menambah atau meminta pembayaran kembali akan uang tabungan itu, ataupun minta dibubuhkannya bunga ke dalam buku tabungan, maka mulai tahun sesudah masa 5 tahun itu tidak diberikan bunga lagi. (4) Jika seorang penabung melakukan lagi salah satu dari perbuatan-perbuatan sebagai tersebut dalam ayat 3 itu, maka bunga itu dihitung pula, mulai dari tanggal 1 bulan berikutnya perbuatan itu dilakukan. (5) Bunga yang tiap-tiap tahun pada tanggal 31 Desember menjadi hak penabung, ditambahkan pada uang tabungannya dengan jalan mencatat jumlah bunga itu direkening courant, dimana saldo si penabung dibubuhkan dan demikian menghasilkan bunga lagi sejak hari pertama dalam tahun berikutnya. (6) Atas uang tabungan yang diminta kembali hanya diberikan bunga sampai penghabisan bulan sebelum pembayaran kembali itu terjadi, atau dianggap sebagai terjadi menurut penetapan yang dibuat atau yang kemudian akan dibuat oleh Menteri perhubungan. (7) Jumlah-jumlah yang kurang dari satu rupiah tiada menghasilkan bunga. (8) Untuk menetapkan bunga, jumlah yang kurang dari satu sen tidak dihitung. (9) Untuk menghitung bunga, satu bulan dhitung 30 hari. Pasal 12 Tentang Tabungan yang tiada menghasilkan Bunga. (1) Uang tabungan dalam Bank Tabungan pos atas nama seorang penabung, yang jumlahnya melebihi Rp. 5.000,- maka lebihnya dari Rp. 5.000,- itu tidak menghasilkan bunga. (2) Batas ini tidak berlaku bagi tabungan, yang terjadi berdasarkan penetapan umum atau khusus oleh Menteri Perhubungan. Pasal 13 Tentang memperbungakan Modal (1) Dengan mengingat syarat, bahwa uang yang ditabung pada Bank Tabungan Pos sebanyak mungkin harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan kredit dalam negeri, dan selanjutnya dengan memperhatikan syarat-syarat, teristimewa untuk menyelamatkan terjaminnya penabungan, dan kalau perlu memudahkan pergunaan cepat, maka uang tabungan pada Bank Tabungan Pos yang tersedia itu diperbungakan: a. pada surat-surat utang yang menjadi beban Negara atau yang menjadi beban daerah-daerah otonoom yang mempunyai keuangan sendiri, yang langsung dan mutlak ditanggung pembayaran bunganya dan cicilannya oleh Negara; b. pada surat-surat utang, yang dikeluarkan oleh perseroan-perseroan, yang berdirinya menurut peraturan-peraturan hukum Republik Indonesia, dan yang tugasnya tidak lain hanya meminjamkan uang kepada atau atas jaminan daerah- daerah otonoom yang mempunyai keuangan sendiri;
  • 5. c. pada surat-surat utang dari bank hypotheek - yang didirikan menurut peraturan hukum Republik Indonesia, yang bekerja hanya dalam lingkungan Republik Indonesia; d. pada surat-surat utang yang dikeluarkan dalam mata uang Indonesia oleh perseroan-perseoran terbatas yang mempunyai atau mengusahakan jalan kereta api (spoor dan trem); e. pada surat-surat utang yang dikeluarkan dalam mata uang Indonesia oleh perusahaan berguna untuk kepentingan umum, yang bekerja hanya dalam lingkungan Republik Indonesia; f. pada deposito, yang boleh diambil dengan waktu pemberian tahu akan itu tidak lebih lama daripada setahun, pada bank-bank, yang bekerja di Indonesia, dan jika bank-bank itu berkedudukan di luar Indonesia, di sini mempunyai wakil yang sah; g. pada pinjaman selama tiga bulan atau kurang dengan jaminan gadai, terdiri dari fonds-fonds termaksud di atas, dan fonds yang sebagai demikian diterima baik oleh Bank Indonesia; h. pada aksep-aksep lelang. Perbungaan kepada surat hutang, termaksud dalam ayat a, b, c, d dan e hanya boleh dilakukan, jikalau surat utang itu tercatat dengan resmi di pasar uang (beurs) di Jakarta, sedangkan perbungaan kepada surat utang termaksud dalam ayat b, d dan e, boleh dilakukan hanya sebagai tindakan luar biasa atas pertimbangan direktur, dan tiap-tiap kali sesudah didapat persetujuan Dewan Pengawas. Dalam arti perbungaan kepada surat- surat utang termaksud juga pengoperan pinjaman, baik segenapnya maupun sebagian saja. (2) Perbungaan, demikian juga penjualan surat berharga (effect) dan pemberitahuan akan penyelesaian penggadaian, dilakukan sesudah dirunding dengan, dan disetujui oleh Dewan Pengawas, dan surat berharga (waarden) kepunyaan Bank Tabungan Pos ataupun yang digadaikan kepadanya, dimasukkan ke dalam penitipan Bank Indonesia. (3) Jikalau timbul keadaan istimewa mengenai fonds-fonds atau surat-surat berharga, yang merupakan perbungaan uang Bank Tabungan Pos, dan oleh karenanya perlu atau lebih baik mengganti fonds-fonds atau surat-surat berharga lain, yang tidak memenuhi syarat-syarat yang dimaksudkan dalam ayat 1 pasal ini, maka hal itu hanya boleh dilakukan sesudah mendapat persetujuan Dewan Pengawas. (4) Tentang penggantian fonds atau surat berharga tersebut pada ayat 3 segera diberitahukan kepada Menteri Perhubungan. Pasal 14 Tentang Pembelian Surat Utang untuk kepentingan Penabung. (1) Penabung dalam Bank Tabungan Pos, dapat dengan perantaraan Bank ini membeli surat utang yang menghasilkan bunga dan yang menjadi beban Negara atau daerah-daerah otonoom di Indonesia. (2) Hak akan pembelian tersebut dalam ayat 1 itu, hanya dapat dilaksanakan, jika penabung pada permohonan membeli dimajukan, menurut pertimbangan Bank Tabungan Pos, mempunyai uang tabungan sedikit-dikitnya lima ratus rupiah lebih daripada yang diperlukan untuk pembelian surat utang ditambah dengan biaya komisi dan ongkos lain-lain, yang akan disebut lebih lanjut, sedang uang tabungan itu selama tiga bulan sebelum waktu tersebut, harus berjumlah paling sedikit tiga perempat harga nominaal surat utang yang dikehendakinya. (3) Kumpulan jumlah harga pembelian, biaya komisi dan ongkos-ongkos selanjutnya, dicatat dalam buku tabungan yang berkepentingan, sebagai pengeluaran pada tanggal pembelian itu terjadi, sedang surat utang yang telah dibeli, pada saat itu juga diterimakan kepada penyimpan dan penerimaan itu dianggap sebagai pembayaran kembali. (4) Penabung dalam Bank Tabungan Pos, selama ia masih tetap menjadi penabung, atas permintaan sendiri, boleh menitipkan terbuka pada Bank Tabungan Pos, surat utang, yang dibelinya dengan perantaraan bank itu, dengan membayar upah penitipan, komisi dan ongkos-ongkos selanjutnya. (5) Pengguntingan dan penunaian tanda-tanda bunga (coupon) dan penunaian surat- surat utang yang telah tiba waktu pembayarannya yang menurut ayat 4 dititipkan
  • 6. pada Bank Tabungan Pos, selama waktu penitipan, dilakukan oleh Bank Tabungan Pos, dengan memungut komisi dan ongkos-ongkos selanjutnya tersebut dibawah ini. (6) Pendapatan karena tanda-tanda bunga (coupon) dan surat utang yang telah dapat ditunaikan, setelah dikurangi dengan ongkos-ongkos yang masih harus dibayar karena komisi, upah penitipan dan lain-lain, oleh Bank Tabungan Pos ditulis sebagai tabungan biasa di dalam buku tabungan atas nama penabung. (7) Surat-surat utang yang menurut bunyi pasal ini dititpkan pada Bank Tabungan Pos, oleh Bank ini dititipkan lagi dengan erbuka pada Bank Indonesia dengan membayar upah penitipan ang ditetapkan oleh Bank itu. Surat utang itu, jikalau diminta leh penabung diberikan lagi kepadanya atau kepada orang lain ang sengaja untuk itu ditunjuk olehnya dengan surat. Penyerahan kembali ini hanya dapat dilaksanakan, sesudah, enurut pertimbangan dan kepuasan Bank Tabungan Pos, ibayar kepada Bank itu jumlah yang harus dibayarnya karena omisi, upah penitipan dan ongkos lain-lain. (8) Penabung dalam Bank Tabungan Pos yang telah memergunakan kesempatan untuk menitipkan surat utang pada Tabungan Pos sebagai tersebut di atas, dapat meminta perantaraan Bank Tabungan Pos untuk menjual surat utang itu. (9) Pendapatan penjualan surat utang menurut ketentuan- ketentuan dalam pasal ini, sesudah dikurangi komisi dan lain- lain ongkos, oleh Bank Tabungan Pos ditulis sebagai tabungan biasa di dalam buku tabungan atas nama penabung. (10) Menteri Perhubungan menentukan peraturan tentang cara menjalankan perantaraan Bank Tabungan Pos tersebut dalam pasal ini, dan pula menetapkan jumlah-jumlah komisi, upah penitipan dan ongkos-ongkos lain yang dapat diminta oleh Bank Tabungan kepada yang memperunakan kesempatan tersebut dalam pasal ini. Pasal 15 Tentang Biaya menjalankan usaha Bank Tabungan Pos dan Dana cadangan. (1) Segala pengeluaran uang yang dibutuhkan untuk menjalan-kan usaha Bank Tabungan Pos dibiayai dengan sisa perbedaan antara bunga yang didapat dan bunga yang dibayar kepada penabung. Jikalau masih ada sisa lagi, maka dari uang itu didirikan dana cadangan, yang, kecuali dalam hal tersebut dalam ayat 3 pasal ini, diperbungakan kepada fonds-fonds termaksud di bawah a sampai dengan e Pasal 13, ayat pertama. (2) Dalam biaya-biaya yang disebut dalam ayat pertama pasal ini termaksud juga jumlah, yang berdasar atas imbangan gaji para pegawai, menurut petunjuk Menteri Perhubungan, akan ditetapkan untuk uang tunggu, biaya cuti, gaji pegawai yang non- aktip dan pensiun. (3) Untuk menjalankan pekerjaannya, Bank Tabungan Pos, boleh membeli barang tak bergerak atau memperolehnya dengan jalan lain. Hak atas barang tak bergerak itu, yang dianggap termasuk dalam dana cadangan, ditulis atau dipindah atas nama Bank Tabungan Pos, dalam daftar umum, yang sengaja diadakan untuk itu. (4) Pengeluaran uang untuk keperluan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 itu, termaksud juga pembaruan atau perluasan bangunan-bangunan, dilakukan oleh direktur, sesudah hal ini dirundingkan dengan dan disetujui oleh Dewan Pengawas. Pasal 16 Tentang maksud Dana cadangan. (1) Dana cadangan tersebut dalam Pasal 15 ayat 1 disediakan untuk:a.menutup kerugian yang mungkin diderita dalam menyelenggarakan pekerjaan oleh Bank Tabungan Pos, b.melakukan pembayaran kembali kepada penabung, bilamana kekayaan lainnya Bank Tabungan Pos tidak mencukupi untuk keperluan itu. (2) Jikalau dana cadangan itu telah terpakai sama sekali, dan Pemerintah memberi persekot kepada Bank Tabungan Pos, sesuai dengan jaminan Pemerintah, tersebut dalam Pasal 10, maka uang yang kemudian akan dapat dipisahkan untuk dana cadangan itu, harus terlebih dahulu dipakai untuk membayar kembali persekot itu.
  • 7. Pasal 17 Tentang Anggaran belanja. (1) Segala biaya Bank Tabungan Pos dibebankan atas anggaran belanja Negara. (2) Pengembalian biaya tersebut dipertanggungkan di bawah bab quot;penerimaanquot; anggaran belanja Negara. Pasal 18. Tentang Bea Pengiriman Surat. (1) Bank Tabungan Pos dibebaskan membayar bea pengiriman surat dan naskah lain- lain yang mengenai jabatan. (2) Sebagai perimbangan dengan pembebasan ongkos kirim surat, maka Bank Tabungan Pos harus membayar kepada Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon sejumlah uang, yang tiap-tiap tahun ditetapkan oleh Menteri Perhubungan. Uang ini diambil dari sisa tersebut dalam Pasal 15 ayat pertama. Pasal 19 Tentang Bea meterai. Segala surat pembukti yang diperlukan untuk penabungan dan pembayaran kembali akan uang Bank Tabungan Pos dibebaskan dari bea meterai, asal saja pada itu disebutkan keperluannya. Juga dibebaskan dari bea meterai tanda-tanda yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk penitipan terbuka, menurut Pasal 13 ayat 2. Pasal 20 Tentang Meterai tabungan. Menteri Perhubungan dapat memberi kuasa untuk mempergunakan meterai tabungan. Pasal 21 Tentang likwidasi. Bilamana Bank Tabungan Pos dilikwidir, maka segala harta benda, hak-hak dan kewajibannya dengan sendirinya beralih kepada Negara. Pasal 22 Tentang nama Undang-undang dan berlakunya. Undang-undang ini boleh disebut quot;Undang-undang Bank Tabungan Posquot; dan mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 18 Desember 1953. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUKARNO MENTERI PERHUBUNGAN,
  • 8. ttd. ROOSSENO Diundangkan pada tanggal 28 Desember 1953, MENTERI KEHAKIMAN, ttd. DJODY GONDOKUSUMO
  • 9. MEMORI PENJELASAN MENGENAI RANCANGAN UNDANG UNDANG TENTANG BANK TABUNGAN POS. 1. Umum. Berhubung dengan pemulihan kedaulatan yang berakibat perubahan dalam ketaatan negara khusunya dan perubahan dalam keadaan masyarakat umumnya, maka quot;Postspaarbank-ordonnantiequot; yang dibikin untuk zaman penjajahan dalam beberapa hal sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang dan oleh karena itu harus diganti dengan Undang-undang baru. Perubahan yang dicantumkan dalam Undang-undang baru ini pada hakekatnya hanya bersifat mengganti penguasa-penguasa dahulu dengan penguasa sekarang misalnya Gubernur Jenderal diganti dengan Presiden dan Menteri Perhubungan. Disamping itu ada beberapa pasal yang dahulu semata-mata hanya mengingat kepentingan dan hukum Barat, hal mana pada waktu sekarang sudah tidak lagi pada tempatnya. 2. Pasal Demi Pasal Penjelasan pasal demi pasal dipandang tidak perlu karena pasal-pasal itu sudah dianggap cukup jelas, kecuali yang disebutkan dibawah ini. Pasal 6 Dengan perubahan ini dinyatakan dengan tegas bahwa bantuan suami yang tidak diperlukan itu hanya berlaku untuk orang-orang yang diliputi oleh hukum Eropa. Bagi orang-orang Indonesia sudah terang bahwa isteri kawin itu selalu merdeka untuk bertindak dalam lapangan hukum. Pasal 7 quot;Raad van Justitiequot; diganti dengan Pengadilan Negeri. Pasal 9 ayat 3. Menurut aturan dahulu untuk pemberian buku pengganti itu dapat dipungut 25 sen. Dianggap pada tempatnya dalam Undang-undang ini tidak ditetapkan jumlah yang dipungut untuk keperluan itu, karena jumlah itu tergantung pada keadaan yang setiap waktu dapat berubah. Maka lebih tepat kiranya jika jumlah itu ditetapkan oleh Menteri Perhubungan. Pasal 13 Dengan perubahan pasal ini, maka kemungkinan untuk memperbungakan uang pada Bank Tabungan Pos di Nederland dan pada perusahaan-perusahaan yang melulu berkedudukan di Nederland, dihapuskan. Diketahui: MENTERI KEHAKIMAN, DJODY GONDOKUSUMO.