Dokumen tersebut membahas tentang pengkajian sistem endokrin, termasuk anatomi dan fisiologi kelenjar endokrin utama seperti hipofisis, tiroid, dan adrenal serta pengukuran parameter laboratorium untuk diagnosis gangguan sistem endokrin seperti hipertiroid dan hipotiroid.
2. TIK
Fisiologi sistem endokrin
Pengkajian sistem endokrrin
Asuhan keperawatan klien gangguan
sistem endokrin
Asuhan keperawatan klien dengan
hipertiroid
Asuhan keperawatan klien dengan
hipotiroid
3. Sistem tubuh manusia yang rumit dan adanya
kekhususan sel dan jaringan memelukan
komunikasi internal yang bisa mengatur
berbagai proses dalam tubuh
Sistem endokrin dan persarafan adalah 2 unit
yang bekerja sama untuk mengkoordinasi
fungsi tubuh shg tubuh dapat berespon
terhadap perubahan lingkungan
Walaupun hipotalamus adalah bagian kecil
otak, tetapi hipotalamus menjadi pengendali
global untuk semua sistem endokrin
4. KELENJAR :
EKSOKRIN
Melepaskan sekresinya ke dalam duktus
pada permukaan tubuh,
seperti kulit atau organ internal
ENDOKRIN
Langsung melepaskan sekresinya kedalam
darah
5. Suatu sistem yg melibatkan hormon dan
sistem sirkulasi dalam tugasnya.
KELENJAR
HORMON SIRKULASI
ENDOKRIN
TARGET ORGAN
8. HORMON
Suatu zat yang disekresikan oleh kelenjar endokrin untuk membantu
mengatur fungsi organ bekerja secara terkoordinasi dengan sistem
saraf
Klasifikasi :
1. Air : Polipeptida
(Insulin, Glukagon, ACTH, Katekolamin)
2. Lemak : Steroid
( Estrogenn, Progesteron, Glukokortikod, Aldosteron)
Karakteristik :
Diurnal : Pola naik turun dalam periode 24 jam (Kortisol)
Pulsatif dan Siklik : Pola naik turun sepanjang waktu
Variabel : Pola naik turun tergantung pada kadar
substratnya (Paratiroid)
9. REGULASI KELENJAR
PERAN HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS
Anatomi Fisiologi
•Berbobot 0,5 gram
•Ukuran 10 x 13 x 6 mm
NEUROHIPOFISIS
Perkembangan hipofisis:
10. EMBRIOLOGI HIPOFISIS
1. ECTODERMAL.
Dari primitive mout diverticulum.ADENO-HYPOPHYSE.
2. NEURO ECTODERMAL
Dari diencephalon evaginasi. NEURO-HYPOPHYSE
11. PERANAN HIPOTALAMUS…
Menghubungkan sistem saraf dengan endokrin
Hipotalamus mengeluarkan hormon realising dan
inhibiting yg bekerja untuk sel –sel spesifik dalam
kelenjar pituitari untuk mengatur pembentukan dan
sekresi hormon hipofisis
SISTEM UMPAN BALIK
bila kadar hormon dalam darah telah
mencukupi, untuk menghasilkan efek yang
dimaksud, makan kenaikan hormon lebih jauh
dicegah dengan umpan balik negatif (Negative
Feedback control).
13. STRUKTUR DAN FUNGI HIPOTALAMUS
Terletak di batang otak (dienchepalon) dekat ventrikulus
tertius
Mrp pusat tertinggi sistem kelenjar endokrin
Menjalankan fungsi melalui humoral dan saraf
Hormon yang dihasilkan disebut faktor R dan I
mengontrol sintesa dan sekresi hormon
15. STRUKTUR DAN FUNGSI HIPOFISE
Terletak di sella turika, lekukan os spenoidalis basis cranii
Berbentuk oval dengan diameter 1 cm yang terbagi atas
lobus anterior dan posterior
– Lobus anterior :
•2/3 bagian hipofise
•disebut juga Adenihipofise
– Lobus posterior
•1/3 bagian hipofise
•Disebut juga neurohipofise
•Hipofese stalk (struktur saraf) menghubungkan lobus
posterior dengan hipotalamus
– Lobus intermedia (pars intermedia)
•Antara area anterior dan posterior
•Diduga menghasilkan MSH
16. Terletak pada leher bagian depan, dibawah
kartilago krikoid, disamping kiri dan kanan
trakhea
Terbagi 2 lobus (kiri dan kanan) dengan
ketebalan 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjang 4 cm
Disuplai oleh arteri tiroidea superior dan arteri
tiroidea inferior (lobus kanan lebih besar
disuplai)
Hormon T3, T4 danTirokalsitonin
17. Menempel pada bagian anterior dan posterior
kedua lobus kelenjar tiroid
Berjumlah 4 buah
Terdiri dari 2 jeni sel :
- Chief cells
- Oxyphill cells
18.
19.
20. DATA DEMOGRAFI
• Usia dan jenis kelamin
Beberapa gangguan endokrin baru jelas dirasakan pada usia
tertentu meskipun proses patologis sudah berlangsung sejak
lama
• Tempat tinggal
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Mengkaji kemungkinan kelainan pada anggota keluarga
lain seperti yang dialami oleh pasien.
Gangguan hormonal yang berhubungan langsung :
Obesitas
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Kelainan pada kelenjar tiroid
Infertilitas
21. Mengkaji kondisi yang pernah dialami oleh
klien diluar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan gangguan yang
mungkin sudah berlangsung lama walaupun
tidak ada keluhan, seperti :
• Tanda-tanda seks sekunder yang tidak
berkembang
• Berat badan tidak sesuai dengan usia
• Gangguan psikologis ; mudah marah, sulit
bergaul, tidak konsentrasi
• Hospitalisasi
22. RIWAYAT DIIT
Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
Penurunan atau penambahan berat badan yang
drastis
Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan
Pola makan dan minum sehari-hari
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat
menggangu fungsi endokrin ; bersifat Goiterogenik
STATUS SOSIAL EKONOMI
Bagaimana klien dan keluarga memperoleh makanan
yang sehat dan bergizi
Upaya yang dilakukan dalam mendapatkan
pengobatan bila klien dan keluarga membutuhkan
Kurangi salah penafsiran
23. MASALAH KESEHATAN SEKARANG
Apa yang dirasakan klien ?
Apakah masalah atau gejala yang dirasakan
terjadi secara tiba-tiba atau perlahan dan
sejak kapan dirasakan ?
Bagaimana gejala mempengaruhi aktivitas
hidup sehari-hari ?
Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun
urine?
Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi ?
Apakah ada perubahan fisik tertentu yang
sangat mengganggu klien ?
24. Selain alasan klien datang ke RS, juga perlu diidentifikasi hal-
hal yang berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum
seperti :
• Tingkat energi
Perawat mengkaji
Bagaimana kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
Apakah mandiri atau dibantu atau kepayahan
Asupan makanan berlebihan atau kurang
• Pola eliminasi dan keseimbangan cairan
Perawat mengkaji
Pola berkemih dan volume urine out put
Apakah klien sering bangun tengah malam untuk
berkemih
Apakah klien kekurangan cairan atau kelebihan cairan
25. Pertumbuhan dan perkembangan
Secara langsung dibawah pengaruh
hormon GH, Thyroid, Gonadotropic.
Gangguan pertumbuhan dapat terjadi
sejak masa kandungan hingga bayi
dilahirkan, maka perlu dikaji :
Tubuh ; kerdil/ besar
Tingkat inteligensi
Kemampuan berkomunikasi
Inisiatif dan rasa tanggung jawab
Apakah perubahan fisik mempengaruhi
kejiwaan klien
26. Seks dan reproduksi
Kaji :
Siklus menstruasi ; mencakup
lama, volume, frekuensi, perubahan
fisik termasuk sensasi nyeri atau
kramp abdomen, usia haid pertama
Pernah hamil dan melahirkan
Kemampuan ereksi dan orgasme
Ukuran dan bentuk alat genitalia
27. Pemeriksaan Fisik:
◦ Inspeksi
◦ Palpasi
◦ auskultasi
Pengkajian Psikososial:
Hal yang perlu dikaji:
Keterampilan koping
Dukungan keluarga, teman
Keyakinan
Kemampuan keluarga dalam
merawat dan penggunaan obat
28. PENGKAJIAN DIAGNOSTIK SISTEM
ENDOKRIN
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA
KELENJAR HIPOFISE
Foto tengkorak (Kranium)
Untuk melihat kondisi sella turika ; tumor/
atropi Pend. Kes penting !!!
Foto tulang (Osteo)
untuk melihat kondisi tulang (Gigantisme) ;
ukuran tulang bertambah
CT scan otak
Untuk melihat kemungkinan adanya tumor
hipofise atau hipotalamus. Pend. Kes
penting !!!
29. Pemeriksaan darah dan urine
Kadar Growth Hormone
Nilai normal 10 μg/ml (anak-anak dan
dewasa)
Spesimen adalah darah vena 5 cc
Kadar TSH
Nilai normal 6 – 10 μg/ml, untuk
mentukan gangguan tiroid primer atau
sekunder Spesimen adalah darah vena
5 cc
30. KadarACTH
dilakukan dengan test supresi
dekametason spesimen darah vena 5 cc
dan urine 24 ja
Persiapan
Tidak ada pembatasan makanan dan
minuman
Bila klien menggunakan obat-obatan
seperti korisol atau
antagonisnya, dihentikan lebih dahulu 24
jam sebelumnya
Bila obat-obatan harus
diberikan, lampirkan jenis obat dan
dosisnya pada lembaran pengiriman
31. Pelaksanaan
Klien diberi deksametason 4 x 0,5 ml/
hari selama 2 hari , Besok paginya darah
vena diambil 5 cc
Urine ditampung selama 24 jam,
Kirim spesimen ke lab.
Hasil
Normal bila :
ACTH menurun kadarnya dalam darah.
Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl
17-Hydroxi-Cortico-Steroid (17-OHCS)
dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg
32. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA
KELENJAR TIROID
UP TAKE RADIOAKTIF (RA)
Untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam
menangkap iodida
Persiapan :
Klien puasa 6 – 8 jam
Jelaskan tujuan prosedur
Pelaksanaan :
Klien diberi radioaktif Iodium (I) oral sebanyak 50
microcuri
Ukur radioaktif yang tertahan dengan alat
pengukurdiatas kelenjar tiroid
Dapat juga diukur dengan clearence (I) melalui ginjal
dengan mengumpulkan urine 24 jam
34. T3 DAN T4 SERUM
Persiapan fisik secara khusus (-
), spesimen darah vena 5 – 10 cc
Nilai normal dewasa :
Iodium bebas : 0,1 – 0,3 mg/dl
T3 : 0,2 – 0,3 mg/dl
T4 : 6 – 12 mg/dl
Nilai normal bayi/ anak anak :
T3 : 180 – 240
mg/dl
35. UP TAKE T3 RESIN
Untuk mengukur jumlah hormon tiroid
(T3) atau tiroid binding globulin (TBG)
tdk jenuh
Spesimen darah vena 5 cc
Klien puasa 6 – 8 jam
Nilai normal :
Dewasa : 25 – 35 %
Anak-anak : ( - )
36. PROTEIN BOUND IODINE (PBI)
Untuk mengukur iodium yang terikat
dengan
protein plasma
Spesimen darah vena 5 – 10 cc
Klien puasa 6 – 8 jam
Nilai normal : 4 – 8 mg % dalam 100 ml
darah
37. LAJU METABOLISME BASAL (BMR)
Untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen
yang dibutuhkan tubuh dibawah kondisi basal selama
beberapa waktu
Persiapan :
Klien puasa sekitar 12 jam
Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan
stress
Klien harus tidur minimal 8 jam
Tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedatif
Jelaskan prosedur
Tidak boleh bangun dri tempat tidur sampai
pememriksaan dilakukan
Pelakanaan :
Segera setelah bangun, lakukan pengukuran TD dan
Nadi
Dihitung dengan rumus : BMR (0,7 x Pulse) + (0,7 x TD)
– 72
Nilai normal : 10 – 15 %
38. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA KELENJAR
PARATIOROID
I. Percobaan Sulkowitch
Untuk memeriksa perubahan jumlah kalium dalam
urine, sehingga diketahui aktivitas kelenjar paratioroid
Persiapan
Urine 24 jam ditampung
Makanan rendah kalsium 2 hari berurut-turut
Pelaksanaan
Masukkan urine 3 ml kedalam tabung (2 tabung)
Masukkan reagen Sulkowitch 3 ml pada tabung I
Tabung II sebagai kontrol
39. Hasil
Negatif ( - ) : tidak terjadi kekeruhan
Positif ( + ) : terjadi kekeruhan yang halus
Positif ( ++ ) : kekeruhan sedang
Positif ( +++ ) : kekeruhan banyak ; < 20 detik
Positif ( ++++ ) : kekeruhan hebat ; seketika
40.
41. II. Percobaan Ellwort – Howard
berdasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh
parathormon
Pelaksanaan :
Klien disuntik dengan parathormon IV
Urine ditampung dan diukur kadar pospornya
Hasil :
5 – 6 x nilai normal : Hipotiroid
III. Percobaan Kalsium IV
berdasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar
serum kalsium akan menekan pembentukan Parathormon
Hasil :
Normal : pospor serum >> dan pospor diuresi <<
Hipoparatiroid : pospor diuresis >>>>
42. IV. Pemeriksaan Radiologi
Persiapan khusus ( - )
Untuk melihat kemungkinan adanya kalsifikasi
tulang, penipisan dan osteoporosis
Hasil :
Hipotiroid : dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar
tengkorak
Hipertiroid : tulang menipis, terbentuk kista dalam
tulang serta tuberculae pada tulang
43. V. Pemeriksaan Elektrocardiogram (ECG)
Untuk mengidentifikasi kelainan gambaran kadar
kalsium serum terhadap otot jantung
Hasil :
Hiperparatiroid: Interval Q-T memanjang
Hipoparatiroid : Interval Q-T normal
VI. Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)
Untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot
akibat perubahan kadar kalsium serum
44. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA KELENJAR
PANKREAS
Pemeriksaan Glukosa
Untuk menilai kadar gula darah puasa selama 8-
10 jam
Nilai normal :
• Dewasa : 70-110 mg/dl
• Anak-anak : 60-100 mg/dl
• Bayi : 50-80 mg/dl
45. Persiapan
• Klien puasa
• Jelaskan tujuan prosedur
Pelakanaan :
• Spesimen darah vena 5 – 10 cc
• Gunakan anti koagulan bila tidak segera
diperiksa
• Hentikan sementara insulin
• Setelah pengambilan sample darah, klien diberi
makan dan minum serta obat sesuai program
46. Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal :
Dewasa wanita : 37 – 47 %
Dewasa pria : 45 – 54 %
Anak-anak : 31 – 40 %
Bayi : 30 – 40 %
Neonatal : 44 – 62 %
Spesimen darah perifer
48. Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)
Bertujuan untuk mengukur katekolamin
dalam urine.
Spesimen urin 24 jam
Nilai normal : 1 – 5 mg
Stimulasi Test
Untuk mengevaluasi dan mendeteksi
hipofungsi adrenal.
Pemberian ACTH untuk kortisol
Pemberian Sodium untuk aldosteron
50. Pendahuluan
Terjadi akibat produksi berlebihan hormon
paratiroid.
Ditandai dengan dekalsifikasi tulang, dan
terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium.
Terbagi atas:
Hiperparatirodisme primer
Hiperparatiroidisme sekunder.
51. Hipertiroidisme Primer
Hiperparatiroidisme primer ditandai dengan
peningkatan kadar hormon hiperparatiroid
serum, peningkatan kalsium serum dan penurunan
fosfat serum
Hiperparatiroidisme didiagnosis ketika tes
menunjukkan tingginya level kalsium dalam darah
disebabkan tingginya kadar hormone paratiroid
Hipertiroidisme Sekunder
Produksi hormon paratiroid yang berlebihan karena
rangsangan produksi yang tidak normal.
Secara khusus, kelainan ini berkitan dengan gagal ginjal
akut.
Penyebab umum lainnya karena kekurangan vitamin D.
52. Manifestasi Klinik Manifestasi Psikologi:
Apatis Mudah tersinggung
Keluhan mudah lelah. Neurosis
Kelemahan otot Psikosis (efek langsung
Mual dan muntah Kalsium pada otak serta
Konstipasi
sistem saraf)
Hipertensi
Peningkatan kadar
kalsium akan menurunkan
Aritmia jantung
potensial eksitasi jaringan
peningkatan kadar saraf dan otot.
kalsium dalam darah.
53. Patofisiologi
Kelebihan Sekresi PTH Hipertirodisme
Hiperkalsemia
Efek Reseptor
Tulang Traktus Digestinal Ginjal
Reabsorpsi Ca >>
Absorpsi Usus >>>
Hiperkalsiuria
Nefrolithiasis
Penurunan Klearens
dan Gagal Ginjal
55. Evaluasi Diagnostik
o Laboratorium:
1. Kalsium serum meninggi
2. Fosfat serum rendah
3. Fosfatase alkali meninggi
4. Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah
5. Foto Rontgen:
1. Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi
2. Cystic-cystic dalam tulang
3. Trabeculae di tulang
PA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus
bertambah
56. Evaluasi Diagnostik
Radioimmunoassay:
Membedakan hiperparatiroidisme primer untuk Parathormon.
Sinar X (pemindai tulang):
Mendeteksi adanya perubahan tulang.
Antibodi ganda hormon paratiroid
Untuk membedakan hiperparatiroidisme priimer dengan
keganasan.
USG, MRI, Pemindai Thalium, Biopsi Jarum Halus:
Untuk mengevaluasi fungsi paratiroid dan untuk menentukan
lokasi kista, adenoma, serta hiperplasia pada kelenjar tiroid.
57. Penatalaksanaan
Tindakan bedah untuk mengangkat jaringan
paratiroid yang abnormal.
Hidrasi (konsumsi cairan 2000 ml dan jus buah
asam)
Mobilitas yang banyak
Diet dan obat-obatan
58. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Riwayat kesehatan klien.
Riwayat penyakit dalam keluarga.
Keluhan utama, antara lain :
Sakitkepala, kelemahan, lethargi dan kelelahan otot
Gangguan pencernaan seperti
mual, muntah, anorexia, obstipasi, dan nyeri
lambung yang akan disertai penurunan berat badan
Depresi
Nyeri tulang dan sendi.
59. Pengkajian (2)
Riwayat trauma/fraktur tulang.
Riwayat radiasi daerah leher dan kepala.
Pemeriksaan fisik yang mencakup :
Observasi dan palpasi adanya deformitas tulang.
Amati warna kulit, apakah tampak pucat.
Perubahan tingkat kesadaran.
Bila kadar kalsium tetap tinggi, maka akan tampak
tanda psikosis organik seperti bingung bahkan
koma dan bila tidak ditangani kematian akan
mengancam.
60. Pengkajian (3)
Pemeriksaan diagnostik, termasuk :
Pemeriksaan laboratorium :
dilakukan untuk menentukan kadar kalsium dalam
plasma yang merupakan pemeriksaan terpenting dalam
menegakkan kondisi hiperparatiroidisme.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada
hiperparatiroidisme primer akan ditemukan
peningkatan kadar kalsium serum; kadar serum posfat
anorganik menurun sementara kadar kalsium dan
posfat urine meningkat.
Pemeriksaan radiologi, akan tampak penipisan
tulang dan terbentuk kista dan trabekula pada
tulang.
61. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko terhadap cidera b/d demineralisasi tulang
yang mengakibatkan fraktur patologi.
2. Perubahan eliminasi urine b/d keterlibatan ginjal
sekunder terhadap hiperkalsemia dan
hiperfosfatemia.
3. Perubahan nutrisi b/d anorexia dan mual.
4. Konstipasi b/d efek merugikan dari
hiperparatiroidisme pada saluran gastrointestinal.
62. Rencana Keperawatan
DX 1
Tujuan : Klien tidak akan menderita cidera, seperti yang
ditunjukkan oleh tidak terdapatnya fraktur patologi.
Intervensi Keperawatan :
Lindungi klien dari kecelakaan jatuh, karena klien rentan
untuk mengalami fraktur patologis bahkan oleh benturan
ringan sekalipun. Bila klien mengalami penurunan
kesadaran pasanglah tirali tempat tidurnya.
Hindarkan klien dari satu posisi yang menetap, ubah
posisi klien dengan hati-hati.
Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari selama
terjadi kelemahan fisik.
63. Intervensi Keperawatan :
Atur aktivitas yang tidak melelahkan klien.
Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik
seperti cara mengubah posisi tubuh, dan cara
berjalan serta menghindari perubahan posisi
yang tiba-tiba.
Ajarkan klien cara menggunakan alat bantu
berjalan bila dibutuhkan. Anjurkan klien agar
berjalan secara perlahan-lahan.
64. DX2
Tujuan : Klien akan kembali pada haluaran urine normal, seperti
yang ditunjukkan oleh tidak terbentuknya batu dan haluaran urine
30 sampai 60 ml/jam.
Intervensi Keperawatan :
Perbanyak asupan klien sampai 2500 ml cairan per hari. Dehidrasi
merupakan hal yang berbahaya bagi klien dengan
hiperparatiroidisme karena akan meningkatkan kadar kalisum
serum dan memudahkan terbentuknya batu ginjal.
Berikan sari buah untuk membantu agar urine lebih bersifat asam.
Keasaman urine yang tinggi membantu mencegah pembentukkan
batu ginjal, karena kalsium lebih mudah larut dalam urine yang
asam ketimbang urine yang basa.
65. DX 3
Tujuan : Klien akan mendapat masukan makanan yang
mencukupi, seperti yang dibuktikan oleh tidak adanya mual dan
kembali pada atau dapat mempertahankan berat badan ideal.
Intervensi Keperawatan :
Berikan dorongan pada klien untuk mengkonsumsi diet
rendah kalsium untuk memperbaiki hiperkalsemia.
Jelaskan pada klien bahwa tidak mengkonsumsi susu dan
produk susu dapat menghilangkan sebagian manifestasi
gastrointestinal yang tidak menyenangkan.
Bantu klien untuk mengembangkan diet yang mencakup
tinggi kalori tanpa produk yang mengandung susu.
Rujuk klien ke ahli gizi untuk membantu perencanaan diet
klien
66. DX 4
Tujuan : Klien akan mempertahankan BAB normal, seperti pada yang
dibuktikan oleh BAB setiap hari (sesuai dengan kebiasaan klien).
Intervensi Keperawatan :
Upayakan tindakan yang dapat mencegah konstipasi dan pengerasan
fekal yang diakibatkan oleh hiperkalsemia.
Bantu klien untuk tetap dapat aktif sesuai dengan kondisi yang
memungkinkan.
Tingkatkan asupan cairan dan serat dalam diet. Klien harus minum
sedikitnya enam sampai delapan gelas per hari kecuali bila ada kontra
indikasi.
Jika konstipasi menetak meski sudah dilakukan tindakan, mintakan
pada dokter pelunak feses atau laksatif.
67.
68. Peningkatan dari hormon tiroid dalam darah.
Suatu keadaan hiperaktivitas kelenjar tiroid
sehingga menyebabkan sintesis (produksi)
hormon tiroid berlebihan dan peningkatan
metabolisme dalam jaringan tubuh.
69. Penyakit Graves
Toksik Nodular Goiter
Produksi TSH yang abnormal
Tiroiditis (radang kelenjar tiroid)
Konsumsi yodium berlebihan
70. Peningkatan selera Denyut nadi berkisar
makan dan konsumsi 90 -160 x/i
makanan
Tekanan darah sistolik
Penurunan berat badan akan meningkat
yang progresif
Dekompensasi jantung
Kelelahan otot yang
dalam bentuk
abnormal
kegagalan kongestif
Amenore
Osteoporosis & fraktur
Perubahan defikasi
(konstipasi atau diare)
71. Kegelisahan Tahan tidak panas
Terus berkeringat
Mudah terangsang secara tidak lazim
Kulit sering kemerahan
Iritabel & terus
Pasien yang berusia
merasa khawatir lanjut: kulit kering dan
pruritus yang
Palpitasi
menyebar
Denyut jantung Tremor pada tangan
abnormal: cepat Eksoftalmos (mata
menonjol
72. Kurus, makan banyak tetapi tidak bisa
gemuk
Mata besar (membelalak = exophthalmus)
Keluhan lain pada mata (nyeri, peka
cahaya, kelainan penglihatan dan
conjungtivitis)
Kelenjar gondok membesar (struma nodosa)
atau bisa juga tidak
Detak jantung cepat
Ujung jari gemetar
73. Tes darah : bila kadar Thyroxine
Stimulating Hormone (TSH) melebihi 20
mikro-unit per liter, berarti pasien
terkena hipertiroid (normal: 1-5 mikro-
unit per liter)
Ada atau tidaknya pembesaran di daerah
leher
74. Mengenai benjolan, perlu diperhatikan bagaimana
benjolannya, sebab pada penyakit gondok (hipotiroid), juga
terdapat benjolan. Hanya saja pembesaran disekitar leher pada
penyakit gondok tak merata, yaitu biasanya di bagian depan
leher, sedangkan pada hipertiroid, pembesaran yang terjadi
merata di sekitar leher sehingga kurang kelihatan.
75. 1. Mengobati gejala hipertiroid
2. Pemberian obat anti tiroid
3. Yodium radioaktif
4. Tindakan bedah
76.
77. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme;
peningkatan beban kerja jantung; perubahan dalam arus
balik vena dan tahan vaskuler sistemik; perubahan
frekuensi, irama dan konduksi jantung.
Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan
dengan gangguan kimia tubuhdi
Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolisme; mual
muntah, diare; kehilangan insulin yang relative
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b/d
perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan
penutupan kelopak mata/eksoftalmus
78. INTERVENSI RASIONAL
• Pantan tekanan darah pada posisi • Hipotensi umum dpt terjadi sbg akibat
vasodilatasi perifer yg berlebihan &
baring,duduk,&berdiri jika panurunan volome sirkulasi
memungkinkan • Memberikan ukuran volume sirkulasi
yg langsung & lebih akurat dan
• Pantau CVP jika klien mengukur fungsi jantung secara
menggunakannya langsung pula
• Merupakan tanda adanya peningkatan
• Periksa adanya nyeri dada a/ angina kebutuhan oksigen oleh otot jantung
yang dikeluhkan klien • S1 dan murmur yg menonjol b’hub dng
curah jantung meningkat pd keadaan
• Auskultasi suara jantung ,perhatikan hipermetabolikadanya S3 sbgai tanda
adanya bunti tambahan adanya irama adanya kemungkinan gagal jantung
• Tanda awal adanya kongesti paru yg
gollaps dan murmur sistolik berhub dgn timbulnya gagal jantung
•Auskultasi suara nafas
81. Folikel dalam tiroid menghasilkan tiroglobulin yang
kemudian akan dirubah menjadi hormon tiroksin
oleh adanya TSH dari pituitari anterior.
Tiroksin mengandung banyak iodium.
Sumber iodium terbesar adalah seafood, seperti:
kerang, udang, rumput laut dan aneka ikan.
82. FUNGSI TIROKSIN
Mengatur aktivitas berbagai organ
Mengontrol pertumbuhan
Membantu proses metabolisme
83. DEFINISI
Tingkat pengurangan hormon tiroid (tiroksin).
Suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif
dan menghasilkan sedikit tiroksin.
Menyebabkan fungsi metabolisme tubuh bekerja
sangat lambat.
Merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh
gejala-gejala kegagalan tiroid
84. TIPE
1. Hipotiroidisme primer atau tiroidal yang
mengacu pada disfungsi kelenjar tiroid itu
sendiri.
2. Hipotirodisme sekunder, jika sepenuhnya
disebabkan oleh kelainan hipofisis.
3. Hipotirodisme tertier: kelainan hipotalamus
yang mengakibatkan sekresi TSH tidak
adekuat.
85. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh
kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau
keduanya, dikenal dengan hipotiroidisme
sentral.
Kretinisme: defisiensi tiroid terjadi sejak lahir.
Pada keadaan ini, ibu mungkin juga
menderita defisiensi tiroid.
86. ETIOLOGI
Tiroiditis limfositik kronis (tiroiditis
Hashimoto), dikarenakan penyakit sistem
kekebalan tubuh atau tiroiditis otoimun.
Atrofi kelenjar tiroid yang menyertai proses
penuaan.
Terapi untuk hipertiroidisme: iodium
radioaktif, tiroidektomi.
87. ETIOLOGI
Obat-obatan: litium, senyawa iodium, obat-
obat antitiroid.
Radiasi pada kepala dan leher untuk
penanganan kanker kepala dan
leher, limfoma
Penyakit infiltratif pada tiroid
Defisiensi dan kelebihan iodium
88. MANIFESTASI KLINIS
Kelelahan yang ekstrim Suara kasar atau parau
Kerontokan rambut Menorhagia atau
Kuku yang rapuh amenore
Kulit kering Hilangnya libido
Parestesia pada jari-jari
tangan
89. MANIFESTASI KLINIK HIPOTIROIDISME BERAT
Suhu tubuh dan frekuensi nadi subnormal
Kenaikan berat badan
Kulit menjadi tebal
Rambut menipis dan rontok
Wajah tampak tanpa ekspresi
Mengeluh sering dingin walaupun dalam
lingkungan yang hangat
90. Demensia disertai perubahan kognitif
dan kepribadian khas.
Apnu saat tidur
Efusi pleura
Efusi perikardial
Kelemahan otot pernapasan
Kenaikan kolesterol serum
Aterosklerosis
CHF
Fungsi ventrikel kiri jelek
91. KOMA MIKSEDEMIA
Hipotermia
Tidak sadarkan diri
Peningkatan letargi menjadi stupor dan
kemudian koma.
92. PENATALAKSANAAN
Tujuan primer: memulihkan metabolisme dengan
mengganti hormon yang hilang
Levotiroksin sintetik merupakan preparat terpilih untuk
pengobatan
Untuk hipotiroidisme berat dan koma
miksedema, mencakup pemeliharaan vital sign
Gas darah arteri, membantu ventilasi untuk mengatasi
hipoventilasi
93. PENATALAKSANAAN
Penggunaan alat pulse oximetry membantu
memantau tingkat saturasi oksigen
Infus larutan glukosa pekat untuk memberikan
glukosa
Jika berlanjut ke koma miksedemia, diberikan
hormon tiroid secara intravena sampai kesadaran
pulih
Kemudian lanjutkan terapi hormon tiroid per oral
94. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Modifikasi aktivitas
Pemantauan yang berkelanjutan
Pengaturan suhu
Dukungan emosional
Pendidikan pasien dan pertimbangan
perawatan di rumah.
95. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas b/d kelelahan dan
penurunan proses kognitif
2. Perubahan suhu tubuh
3. Pola napas tidak efektif b/d depresi ventilasi
4. Konstipasi b/d penurunan fungsi
gastrointestinal
96. DIAGNOSA KEPERAWATAN
5. Perubahan proses pikir b/d gangguan
metabolisme dan perubahan status
kardiovaskuler serta pernapasan
6. Kurangnya pengetahuan tentang program
pengobatan untuk terapi penggantian tiroid
seumur hidup