SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 23
DRAFT LAPORAN KIMIA PANGAN
ACARA IV
ISOLASI ENZIM AMILASE DARI KECAMBAH BIJI
DAN REAKSI PENCOKLATAN ENZIMATIS

Kelompok 2:
Andy Imam

(H0912012)

Agatha Arissa

(H0912003)

Deanda Putri

(H0912033)

Dwi Astuti

(H0912043)

Endah Palupi

(H0912045)

Fransiska Putri

(H0912056)

Irma Puspita E.

(H0912067)
BAB IV
ISOLASI ENZIM AMILASE DARI KECAMBAH BIJI
DAN REAKSI PENCOKLATAN ENZIMATIS
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara IV. Isolasi Enzim Amilase Dari Kecambah Biji
dan Reaksi Pencoklatan Enzimatis adalah:
1. Untuk mengetahui aktivitas enzim amilase selama perkecambahan biji.
2. Untuk mengetahui pepngaruh perlakuan yang berbeda terhadap reaksi
pencoklatan enzimatik pada permukaan potongan buah.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Teori
Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh kegiatan enzim. Dalam pencernaan,
enzim amilase memecah pati menjadi maltosa. Amilase terdapat pada tepung
dan biji yang berkecambah (Gaman, 1992 Suarni dkk, 2001). Enzim amilase
terdapat pada tanaman, mamalia dan mikroba. Kacang hijau dalam bentuk
kecambah mengandung enzim α-amilase (Winarno, 1983 dalam Suarni dkk,
2001). Sumber enzim dapat diperoleh dari tanaman, hewan dan mikroorganisme.
Salah satu enzim pemecah pati adalah enzim α-amilase (α-1,4-glukanglukanodidrolase; EC.3.2.1.1.), enzim ini sangat berperan dalam industri
pembuatan roti dan sirup. Enzim α-amilase banyak terdapat pada kecambah
kacang-kacangan. Enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal
perkecambahan oleh asam giberilik. Asam giberilik adalah suatu senyawa
organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena
bersifat sebagai pengontrol perkecambahan tersebut (Suarni dkk, 2007).
Aktivitas α-amilase ditentukan dengan mengukur hasil degradasi pati,
biasanya dari penurunan kadar pati yang larut atau dari kadar amilosa bereaksi
dengan iodium akan berwarna coklat. Selain itu keaktivan α-amilase dapat
dinyatakan dengan cara pengukuran viskositas dan jumlah pereduksi yang
terbentuk. Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati atau
glukogen. Senyawa ini banyak terdapat pada tanaman dan hewan. Amilase dapat
dikelompokkan menjadi 3 golongan enzim yaitu: (1) α-amilase yang memeecah
pati secara acak dari tengah atau dari bagian dalam molekul, sehingga disebut
Endoamilase, (2) β-amilase yang menghidrolisis unit-unit gula dari ujung
molekul pati, sehingga disebut Ekomilase, (3) Glukoamilase yang dapat
memisahkan

glukosa

dari

terminal

gula

non-prreduksi

substrat

pati

(Winarno, 1995 dalam Risnoyatiningsih, 2011).
Amilase adalah enzim yang Endopeptidase Pati molekul memberikan
beragam produk termasuk dextrins dan polimer kecil yang terdiri dari unit
glukosa (Windish dan Mhatre, 1965 dalam Irfan, 2011). Enzim yang sangat
penting dalam bioteknologi kini dengan aplikasi mulai dari makanan, fermentasi
dan tekstil untuk industri kertas (Pandey et al, 2000 dalam Irfan, 2011). Di
antara berbagai enzim ekstraseluler, a-amilase peringkat pertama dalam hal
eksploitasi komersial (Babu dan Satyanarayana, 1993 dalam Irfan, 2011).
Keuntungan utama menggunakan mikroorganisme untuk produksi amylases
dalam kapasitas produksi ekonomis curah dan mikroba juga mudah untuk
memanipulasi untuk mendapatkan enzim karakteristik yang diinginkan
(Lonsane dan Ramesh 1990 dalam Irfan dkk, 2011).
Berdasarkan kemampuan hidrolitiknya, enzim amilase dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar yaitu α-amilase yang mampu menghidrolisis ikatan
α-1,4-glikosidik dan glukoamilase yang menghidrolisis ikatan α- 1,6-glikosidik.
Berdasarkan tempat pemotongan ikatannya, amilase dikelompokkan menjadi
tiga,

yaitu

exospliting,

endospliting,

dan

debranching

(Pandey dkk., 2000; Moo-Young, 1985 dalam Sukandar dkk, 2011).
Enzim yang digunakan untuk merombak protein adalah enzim protease,
perombakan lemak adalah enzim lipase dan pati memerlukan enzim amilase.
Enzim-enzim tersebut secara bersamaan dihasilkan tumbuhan selama proses
perkecambahan (Bahri, 2012). Suarni dkk (2006) berhasil melakukan modifikasi
pati jagung menggunakan enzim α-amilase dari kecambah kacang hijau, tanpa
memisahkan enzim amilase dari kecambah (tidak dilakukan ekstraksi enzim αamilase). Potensi kecambah kacang hijau sebagai sumber enzim α-amilase juga
dilaporkan oleh Suarni dan Patong (2007). Hal yang sama juga dilakukan oleh
Jamilatun dkk (2004) yang menggunakan kecambah jagung dalam hidrolisis pati
biji nangka untuk produksi glukosa. Darmajana dkk (2008) menggunakan enzim
α-amilase komersial dalam pembuatan tepung pisang instan. Selain berasal dari
kecambah biji-bijian, enzim amilase yang berasal dari tanaman juga telah
digunakan dalam proses hidrolisis pati. Rinawati dkk (2009) melakukan isolasi
enzim amilase dari temulawak dan menggunakannya dalam produksi gula
glukosa dari pati (Bahri dkk, 2012).
Enzim α-amilase (endo-α-1,4-glucan glucanohydrolase, EC. 3.2.1.1)
merupakan enzim amilase endospliting yang memutuskan ikatan glikosidik pada
bagian dalam rantai pati secara acak. Enzim α-amilase hanya spesifik untuk
memutuskan atau menghidrolisis ikatan α-1,4-glikosidik tetapi mampu melewati
titik percabangan (ikatan α- 1,6-glikosidik) untuk memutuskan ikatan ikatan
α-1,4-glikosidik di seberangnya sehingga menghasilkan isomaltase. Hasil
hidrolisis pati dan glikogen oleh α-amilase adalah oligosakarida (maltodekstrin),
maltosa, dan sejumlah kecil glukosa yang mempunyai konfigurasi gula α, seperti
substrat awal (Sivaramakrishnan dkk., 2006; Kunamneni dkk., 2005 dalam
Sukandar, 2011). Dari seluruh konsumsi enzim di dunia, enzim penghidrolisis
pati digunakan sebanyak 30% (Maarel et al., 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja enzim amilase Aktivitas atau
kinerja enzim dipengaruhi oleh banyak faktor. Terdapat lima faktor utama yang
mempengaruhi aktivitas enzim yaitu; pH, temperatur, konsentrasi enzim,
konsentrasi substrat, dan konsentrasi kofaktor (Sukandar, 2011). Enzim amilase
yang digunakan dalam proses hidrolisis pembuatan dekstrin dapat diperoleh dari
mikroorganisme. enzim amilase dapat digunakan sebagai katalis dalam hidrolisis
pati ubi kayu (Zusfahair, 2012).
Α-amilase adalah salah satu enzim yang paling penting dan banyak
digunakan dalam bioteknologi sekarang ini. Enzim yang bersumber dari
mikroorganisme secara umum banyak diminati oleh industri. Spektruk
pemakaian enzim amilase secara luas digunakan di berbagai bidang seperti
medis, kimia analisis, industri tekstil, industri

makanan, dan industri

penyulingan (Pandey et al., 2000).
Bila sel-sel apel, kentang, dan beberapa sayuran serta buah-buahan yang
lain dipotong dan dibiarkan terkena udara, enzim yang terdapat dalam sel
menimbulkan reaksi oksidasi, senyawa yang tidak berwarna diubah menjadi
senyawa yang berwarna coklat. Peristiwa ini serupa dengan perubahan yang
terjadi selama pengeringan daun teh tetapi dalam hal ini perubahan tersebut
tidak dikehendaki. Pencoklatan tidak dapat terjadi pada sayuran dan buahbuahan yang dimasak karena enzim rusak oleh panas (Gaman, 1992).
Proses pencoklatan atau browning sering terjadi pada buah-buahan
seperti pisang, peach, salak, pala, dan apel, buah yang memar juga mengalami
proses pencoklatan. Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu proses pencoklatan enzimatik dan yang nonenzimatik.
Pencoklatan enzimatik terjadi pada buah-buahan yang banyak mengandung
substrat senyawa fenolik. Ada banyak sekali senyawa fenolik yang dapat
bertindak sebagai substrat dalam proses penccoklatan enzimatik pada buahbuahan dan sayuran. Di samping katekin dan turunannya seperti tirosin, asam
kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosianin dapat menjadi substrat proses
pencoklatan. Enzim-enzim yang dapat mengkatalisis oksidasi dalam proses
pencoklatan dikenal dengan berbagai nama, yaitu fenol oksidase, polifenol
oksidase, fenolase, atau polifenolase, masing-masing bekerja secara spesifik
untuk substrat tertentu (Winarno, 2004).
Reaksi pencoklatan nonenzimatik belum diketahui atau dimengerti
penuh. Tetapi pada umumnya ada tiga macam teaksi pencoklatan nonenzimatik
yaitu karamelisasi, reaksi Maillard, dan pencoklatan akibat vitamin C. Proses
yang pertama adalah karamelisasi. Bila suatu larutan sukrosa diuapkan maka
konsennetrasinya akan meningkat, demikian juga titik didihnya. Keadaan ini
akan terus berlangsung sehingga seluruh air menguap semua. Bila keadaan
tersebut telah tercapai dan pemanasan diteruskan, maka cairan yang ada bukan
lagi terdiri dari air tetapi cairan sukrosa yang lebur. Titik lebur sukrosa adalah
1600C. Bila gula yang telah mencair tersebut dipanaskan terus sehingga suhunya
melampaui titik leburnya, misalnya pada suhu 1700C, maka mulailah terjadi
karamelisasi sukrosa (Winarno, 2004).
Proses yang kedua yaitu reaksi Maillard. Reaksi Maillard berlangsung
melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1) suatu aldosa bereaksi bolak balik
dengan asam amino atau dengan suatu gugus amino dari protein sehingga
menghasilkan basa Schiff. (2) perubahan terjadi menurut reaksi Amadori
sehingga menjadi amino kerosa. (3) dehidrasi dari hasil reaksi Amadori
membentuk turunan-turunan fulfuraldehida, misalnya dari heksisa diperoleh
hidroksimetol furfural. (4) proses dehidrasi selanjutnya menghasilkan hasil
antara metil α-dikarboksil yang diikuti penguraian menghasilkan reduktorreduktor dan α-dikarboksil seperti metilglioksal, asetol, dan diasetil. (5)
aldehida-aldehida aktif dari 3 dan 4 terpolimerisasi tanpa mengikutsertakan
gugus amino (hal ini disebut kondensasi aldol) atau dengan gugusan amino
membentuk senyawa berwarna coklat yang disebut melanoidin (Winarno, 2004).
Reaksi yang ketiga adalah pencoklatan akibat vitamin C. Vitamin C
(asam askorbat) merupakan suatu senyawa reduktor dan juga dapat bertindak
sebagai precursor untuk pembentukan awarna coklat nonenzimatik. Asam-asam
askorbat berada dalam keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam
suasana asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai secara irreversible
dengan membentuk suatu senyawa diketogulonat, dan kemudian berlangsunglah
reaksi Maillard dan proses pencoklatan (Winarno, 2004).
Blansir biasanya dilakukan dengan tujuan menghambat terjadinya
pencoklatan. Blansir pada dasarnya adalah pemanasan dan dapat dilakukan
dengan air panas, selama blansir terjadi inaktifasi enzim polifenolase yang dapat
menyebabkan pencoklatan. Perendaman dalam larutan sulfit, vitamin C, asam
sitrat, garam atau hidrogen peroksida terutama ditujukan untuk memperbaiki
atau mengurangi terjadinya pencoklatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya
penghambatan reaksi antara enzim polifenolase, oksigen dan senyawa polifenol.
Terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis memerlukan adanya polifenolase,
oksigen dan senyawa polifenol (Muchtadi, et.al, 2010).
Fenolase disebut fenolase kompleks yang terdiri atas tirosinase dan
fenoloksidase. Dapat merubah tirosin menjadi dihidroksofenilalanin (dopa),
kemudian difenol ini dioksidasikan menjadi kinon dan akhirnya terbentuklah
melanin. Fenolase dan tirosinase terdapat banyak sekali dalam tumbuhan, seperti
dalam pisang, kentang, mangga, dsb. Jika dipotong atau diiris oleh pisau, maka
bagian irisan itu timbul warna hitam-coklat. Begitu juga dengan insekta,
pembentukan melanin adalah amat penting berhubung selalu memberikan warna
coklat sebagai pengeras kutikulanya (Kusnawidjaja, 1983).
2. Tinjauan Bahan
Komposisi kimia kedelai bervariasi tergantung pada varietas dan kondisi
pertumbuhannya. Melalui pemuliaan tanaman, sangat mungkin akan diperoleh
biji kedelai dengan kadar protein sekitar 40-45% dan kadar lemak sekitar 1820%. Umumnya untuk setiap 1% kenaikan kadar protein, akan diikuti oleh
penurunan sekitar 0,5% kaadar lemak (korelasi negatif) (Winarno, 2004).
Pada umumnya perkecambahan taoge berlangsung selama lima hari,
aktivitas enzim α-amilase dapat ditentukan dengan mengukur hasil degradasi
pati yang biasanya diukur dengan penurunan kadar pati yang larut atau dari
kadar maltosa yang dihasilkan. Enzim α-amilase dapat memecah pati secara
acak dari tengah atau dari bagian dalam molekul, oleh karena itu disebut
endoamilase (Winarno, 1983 dalam Suarni, 2001).
Sutarman (1998) dalam Suarni (2001) menyatakan bahwa kuantitas dan
kualitas dipengaruhi oleh varietas kacang hijau yang digunakan. Mutu taoge
dapat dilihat dari panjang hipokotil, warna dan rasa. Untuk dikonsumsi dalam
bentuk segar, konsumen lebih memilih taoge yang berwarna putih, hipokotil
pendek dan rasa manis. Umur kecambah sangat berpengaruh pada panjang
hipokotil taoge. Taoge hanya tahan disimpan selama 12 jam pada suhu ruang,
setelah itu mulai layu ditandai dengan perubahan warna pada akar menjadi
kecoklatan.
Kedelai merupakan bahan pangan dari jenis kacang-kacangan yang dapat
digunakan sebagai sumber protein utama. Banyak peneliti yang telah menguji
kandungan gizi dalam kedelai baik bijinya maupun bentuk olahannya dan
diperoleh hasil bahwa kedelai memiliki kandungan protein yang besar sekitar
40% selain itu juga mengandung zat-zat yang menyehatkan, misalnya zat anti
kanker. Sebagai sumber protein kacang kedelai sangat berarti, terutama di
negara

yang

pengkonsumsi

protein

hewaninya

masih

rendah

(Sarwono, 2010 dalam Purba, dkk, 2013).
Pemilihan kacang hijau sebagai sumber enzim α-amilase karena dalam
bentuk kecambah mengandung tokoferol (pro vitamin E) 936,4 ppm, fenolik
11,3 ppm. Senyawa tersebut merupakan antioksidan yang sangat penting
terhadap kesehatan terutama balita. Senyawa fenolik dengan antioksidan lainnya
pada konsentrasi rendah dapat melindungi bahan pangan tersebut dari kerusakan
oksidatif. Selain itu, kacang hijau memiliki kelebihan dari segi ekonomis dan
agronomis dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan lainnya. Ekstrak
enzim α-amilase yang terkandung dalam kecambah kacang hijau tersebut dapat
dimanfaatkan

pada

modifikasi

pati

pemanfaatan

enzim

tersebut

dengan

atau

tepung-tepungan.

bahan

sumbernya.

Sebaiknya
Berdasarkan

pertimbangan lebih ekonomis, karena tidak perlu mengekstrak enzimnya. Selain
itu, kecambah kacang hijau pada hari ketiga mengandung nutrisi tinggi terutama
senyawaan antioksidan seperti tokoferol (pro vitamin E) 936,4 ppm, fenolik 11,3
ppm. Senyawa fenolik dengan antioksidan lainnya pada konsentrasi rendah
dapat melindungi bahan pangan tersebut dari kerusakan oksidatif. Menggunakan
enzim α-amilase dalam pengolahan bahan pangan sangat menguntungkan,
karena lebih aman dan adanya tambahan nutrisi dari bahan tersebut. Misalnya
pada bahan sumber karbohidrat yang mengandung pati beramilosa tinggi dalam
serealia (Suarni, 2007).
Buah pisang merupakan hasil tanaman pertanian dari kelompok
hortikultura dan termasuk salah satu tanaman pangan penting di Indonesia.
Produksi buah pisang rata-rata 25.216 ton per tahun. Sebagai komoditi hasil
pertanian buah pisang merupakan produk yang bersifat mudah rusak. Sedangkan
umur simpannya juga sangat terbatas, sehingga diperlukan penggunaan
teknologi yang tepat guna untuk mengolah buah pisang menjadi produk
makanan

yang

lebih

meningkat

nilai

(Suprapto, 2006).
C. METODOLOGI
1. Alat
a.

Beaker glass

b.

Pipet Volume

c.

Pipet tetes

d.

Kertas filter Whatman

e.

Pemanas air

f.

Pisau

2. Bahan
a.

Biji kacang tolo

b.

Biji kacang kedelai hitam

c.

Biji kacang merah

d.

Biji kacang hijau

e.

Larutan NaCl 0,1 N 25 ml

f.

Larutan pati 4% (DE: 15-20)

g.

Larutan iod

h.

Buah apel segar

i.

Buah pisang tua /setengah matang

j.

Larutan Asam Askorbat (Vitamin C) 0,5 %

k.

Larutan Na-Bisulfit/ NaHSO3 0,8 %

l.

Larutan gula pasir (sukrosa) 5%

m. Akuades

tambah

dan

daya

tahannya
3. Cara Kerja
a. Isolasi Enzim Amilase dari Kecambah Biji
•

Persiapan Bahan
Biji kacang kedelai hitam, kacang hijau,
kacang merah, dan kacang tolo

Diberi 3 perlakuan: direndam semalam (12 jam),
dikecambahkan 12 jam, dan dikecambahkan 24 jam

•

Ekstraksi Enzim
5 gram biji yang telah diberi 3 perlakuan

Dihancurkan dan ditambah dengan

larutan 0,1 N NaCl sebanyak 25 ml

Campuran dibiarkan 30 menit sambil diaduk

Disaring dengan kertas Whatman sampai didapatkan filtrat.
Filtrat yang didapatkan merupakan larutan enzim
•

Uji Aktivitas Amilase secara kualitatif
1 ml substrat (larutan pati 4%) (DE: 15-20)

Ditambah dengan

Larutan enzim 0,5 ml

Larutan iod 3 tetes

Diamati pada suhu kamar dengan pengamatan tiap 10 menit
selama 60 menit

Diamati perubahan warnanya

b. Reaksi Pencoklatan Enzimatik
•

Persiapan Bahan
Apel segar
Dibelah menjadi 4 dan dibuang bagian tengahnya lalu
dipotong setebal 8-10 mm (10 potong)

Buah pisang tua/setengah matang
Dikupas, dipotong-potong melintang setebal 8- 10 mm (10
potong)
•

Pencoklatan enzimatik
2 potong masing- masing buah

Perlakuan 1: Dibiarkan di suhu kamar selama 75 menit
Perlakuan 2: Direndam dalam larutan asam askorbat 0,5%
selama 30 detik lalu dibiarkan terbuka selama 75 menit
Perlakuan 3: Direndam dalam larutan Na-Bisulfit 0,8%
selama 30 detik lalu dibiarkan terbuka selama 75 menit
Perlakuan 4: Direndam dalam larutan gula 5% selama 30
detik lalu dibiarkan terbuka selama 75 menit
Perlakuan 5: Diblancing dengan dicelup pada air mendidih
yang 1 selama 30 detik dan yang lain selama 3 menit lalu
dibiarkan terbuka pada suhu kamar selama 75 menit
Setelah 75 menit, sampel diamati perubahan warnanya
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati atau glikogen.
Amilase dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan enzim yaitu α-amilase yang
memecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian dalam molekul sehingga
disebut endoamilase, β-amilase yang menghidrolisis unit-unit gula dari ujung
molekul pati sehingga disebut ekomilase, dan glukoamilase yang dapat
memisahkan glukosa dari terminal gula non-pereduksi substrat pati.
Sumber enzim dapat diperoleh dari tanaman, hewan dan mikroorganisme.
Enzim amilase terdapat pada tanaman, mamalia dan mikroba. Contoh tanaman yang
menghasilkan enzim amilase adalah kacang hijau terutama dalam bentuk
kecambah. Enzim α-amilase sangat berperan dalam industri pembuatan roti dan
sirup. Enzim α-amilase banyak terdapat pada kecambah kacang-kacangan. Enzim
α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik
dimana asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang sangat penting dalam
proses perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan
tersebut.
Pada praktikum ini, enzim amilase didapatkan dari ekstrak kacang kedelai
hitam, kacang tolo, kacang hijau, dan kacang merah. Masing masing sampel
tersebut diberi 3 perlakuan yaitu dikecambahkan selama 12 jam, dikecambahkan
selama 24 jam, dan direndam selama 12 jam. Masing-masing sampel yang telah
diberi perlakuan tersebut diambil sebanyak 5 gram dan kemudian dihancurkan dan
ditambahkan dengan larutan NaCl 0,1 N sebanyak 25 ml yang berfungsi untuk
mengeluarkan enzim yang terdapat pada kacang. Setelah itu sampel dibiarkan
selama 30 menit sambil diaduk dan kemudian disaring dengan kertas Whatman.
Ekstrak enzim yang telah didapatkan kemudian ditambahkan larutan pati 1%
sebagai substratnya. Digunakan larutan pati karena enzim amilosa berfungsi
menghidrolisis pati menjadi maltosa. Selanjutnya ditambahkan larutan iodin yang
berfungsi sebagai penanda terhidrolisisnya larutan pati. Jika iod membentuk warna
biru maka hal itu menandakan bahwa enzim menghidrolisis pati menjadi gula
sederhana. Naiola (2008) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa warna biru
terbentuk akibat reaksi amilum dengan iodium. Winarno (1984) mengatakan bahwa
aktivitas α-amilase ditentukan dengan mengukur hasil degradasi pati, biasanya dari
penurunan kadar pati yang larut atau kadar dekstrinnya dengan menggunakan
substrat jenuh. Hilangnya substrat dapat diukur dengan pengurangan derajat
pewarnaan iodium. Pati yang mengandung amilosa bereaksi dengan iodium
menghasilkan warna biru, sedangkan dekstrin bila bereaksi dengan iodium
berwarna coklat. Keaktifan α-amilase juga dinyatakan dengan pengukuran
viskositas danb jumlah produksi yang terbentuk. Laju hidrolisis akan meningkat
bila tingkat polimerisasi menurun dan laju hidrolisis akan lebih cepat pada rantai
lurus. Amilosa mempunyai struktur rantai lurus. Tahap selanjutnya yaitu diinkubasi
selama 60 menit pada suhu kamar untuk diamati aktivitas enzim amilasenya.
Pengamatan dilakukan setiap 10 menit terhadap perubahan warna yang terjadi.
Inkubasi ini dilakukan agar enzim dan substratnya bereaksi terlebih dahulu
sehingga dapat diketahui aktivitas amilasenya.
Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
proses pencoklatan enzimatik dan yang nonenzimatik. Pencoklatan enzimatik
terjadi pada buah-buahan yang banyak mengandung substrat senyawa fenolik. Ada
banyak sekali senyawa fenolik yang dapat bertindak sebagai substrat dalam proses
pencoklatan enzimatik pada buah-buahan dan sayuran. Di samping katekin dan
turunannya seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosianin
dapat menjadi substrat proses pencoklatan. Enzim-enzim yang dapat mengkatalisis
oksidasi dalam proses pencoklatan dikenal dengan berbagai nama, yaitu fenol
oksidase, polifenol oksidase, fenolase, atau polifenolase, masing-masing bekerja
secara spesifik untuk substrat tertentu.
Salah satu reaksi pencoklatan adalah pencoklatan akibat vitamin C.
Vitamin C (asam askorbat) merupakan suatu senyawa reduktor dan juga dapat
bertindak sebagai precursor untuk pembentukan warna coklat nonenzimatik. Asamasam askorbat berada dalam keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam
suasana asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai secara irreversible
dengan membentuk suatu senyawa diketogulonat. Blansir pada dasarnya adalah
pemanasan dan dapat dilakukan dengan air panas yang dilakukan dengan tujuan
menghambat terjadinya pencoklatan, selama blansir terjadi inaktifasi enzim
polifenolase yang dapat menyebabkan pencoklatan.
Tabel 4.1.1Data Hasil Pengamatan Aktivitas Enzim Amilase pada Kacang Kedelai
Hitam
Waktu
Perlakuan
0
10
20
30
40
50
60
Perkecambahan 12 jam ++++ ++++ ++++ ++++ ++++
Perkecambahan 24 jam ++++ ++++ ++++
Perendaman 12 jam
+
++
++
++
Sumber: Laporan sementara
Keterangan :
-

: belum terjadi perubahan (warna tetap)

+

: mulai tampak perubahan

++

: perubahan lebih jelas

+++

: warna merah coklat

++++

: warna lebih terang
Berdasarkan hasil analisa pada kacang kedelai hitam untuk biji yang

dikecambahkan selama 12 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) belum tampak
adanya perubahan warna, begitu pula pada menit ke -10. Tampak adanya
perubahan warna menjadi lebih terang pada menit ke-20 dan seterusnya. Pada
kacang kedelai hitam yang dikecambahkan selama 24 jam, sebelum diinkubasi
(menit ke-0) belum tampak adanya perubahan warna hingga pada menit ke-30.
Pada menit ke-40 hingga ke-60 tampak adanya perubahan warna lebih terang. Pada
kacang kedelai hitam yang direndam selama 12 jam, sebelum diinkubasi (menit
ke-0) belum tampak adanya perubahan warna sampai menit ke-20. Pada menit ke30 mulai tampak adanya perubahan warna. Pada menit ke-40 terjadi perubahan
warna menjadi lebih jelas hingga menit ke-60.
Tabel 4.1.2 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Enzim Amilase pada Kacang Tolo
Waktu
Perlakuan
0
10
20
30
40
50
60
Perkecambahan 12 jam +
++
++
++
Perkecambahan 24 jam +
+
Perendaman 12 jam
+
+
Sumber: Laporan sementara
Berdasarkan hasil analisa pada kacang tolo untuk biji yang dikecambahkan
selama 12 jam, pada diinkubasi menit ke-0 belum tampak adanya perubahan warna
hingga menit ke-20. Pada menit ke-30 hingga menit ke-60 tampak adanya
perubahan warna yang lebih terang. Pada biji kacang tolo yang dikecambahkan
selama 24 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) mulai tampak adanya perubahan
warna hingga menit ke-40. Perubahan warna kembali terjadi pada menit ke-50 dan
menit ke-60. Pada biji kacang tolo yang direndam selama 12 jam, sebelum inkubasi
(menit ke-0) belum tampak adanya perubahan warna hingga menit ke-40. Pada
menit ke-50 mulai terjadi perubahan warna hingga menit ke-60.
Tabel 4.1.3 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Enzim Amilase pada Kacang Hijau
Waktu
Perlakuan
0
10
20
30
40
50
60
Perkecambahan 12 jam +
+
+
+
Perkecambahan 24 jam +
+
+
Perendaman 12 jam
+
++
++
Sumber: Laporan sementara
Berdasarkan hasil analisa pada kacang hijau untuk biji yang dikecambahkan
selama 12 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) mulai terjadi perubahan warna
hingga menit ke-20. Pada menit ke-30 hingga menit ke-60 mulai terjadi perubahan
warna. Pada biji kacang hijau yang dikecambahkan selama 24 jam, sebelum
diinkubasi (menit ke-0) mulai terjadi perubahan warna hingga menit ke-30. Pada
menit ke-40 hingga menit ke-60 mulai terjadi perubahan warna. Pada biji kacang
hijau yang direndam selama 12 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) hingga menit
ke-30 tidak menunjukkan adanya perubahan warna. Pada menit ke-40 mulai terjadi
perubahan warna. Pada menit ke-50 dan menit ke-60 terjadi perubahan warna yang
lebih jelas.
Tabel 4.1.4 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Enzim Amilase pada Kacang Merah
Waktu
Perlakuan
0
10
20
30
40
50
60
Perkecambahan 12 jam +
+
+
+
Perkecambahan 24 jam +
+
+
+
+
+
Perendaman 12 jam
+
+
+
++
Sumber: Laporan sementara
Berdasarkan

hasil

analisa

pada

kacang

merah

untuk

biji

yang

dikecambahkan selama 12 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) hingga menit ke-20
belum tampak adanya perubahan warna. Pada menit ke-30 hingga menit ke-60 mulai
terjadi perubahan warna. Pada biji kacang merah yang dikecambahkan selama 24
jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) belum tampak adanya perubahan warna. Pada
menit ke-10 hingga menit ke-60 mulai terjadi perubahan warna. Pada biji kacang
merah yang direndam selama 12 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) belum terjadi
perubahan warna hingga menit ke-20. Pada menit ke-30 hingga menit ke-60 mulai
terjadi perubahan warna.
Berdasarkan data hasil percobaan di atas, kacang yang mempunyai aktivitas
enzim amilase paling tinggi adalah kacang kedelai hitam karena menunjukkan
perubahan warna yang sangat jelas. Perubahan warna menunjukkan adanya
aktivitas enzim amilase pada bahan yang diuji. Menurut Suarni (2007), enzim αamilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik
dimana asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang sangat penting dalam
proses perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan
tersebut. Hasil praktikum menunjukkan aktivitas enzim amilase pada biji yang
dikecambahkan lebih tinggi dibandingkan dengan biji yang direndam karena
adanya enzim giberilik dalam biji yang sedang berkecambah. Urutan aktivitas
amilase dari kacang berdasarkan praktikum dari yang paling tinggi yaitu kacang
kedelai hitam, kacang tolo, kacang hijau, kemudian kacang merah.
Tabel 4.2 Reaksi Pencoklatan Enzimatik
Kel Sampel
Perlakuan
.
Kontrol
Na.
Larutan
As.
bisulfit
gula
askorbat
0,8 %
0,5 %
1 Apel
++++
+++
++
2 Pisang
++++
+++
++
3 Apel
++++
+++
++
4 Pisang
++++
+++
++
5 Apel
++++
++
+++
6 Pisang
++++
++
+++
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
-

: tidak terjadi pencoklatan

+

: sedikit mencoklat

Blancing
30 detik

Blancing
30 menit

+
+
+
+
+
+

+
++

: coklat

+++

: lebih coklat

++++

: sangat coklat
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui proses pencoklatan secara

enzimatik yang dapat terjadi pada buah. Untuk sampel digunakan dua jenis buah
yaitu apel dan pisang. Apel dan pisang mula-mula dipotong menjadi 10 bagian dan
diberikan 6 perlakuan yang sama. Perlakuan yang pertama yaitu dibiarkan pada
suhu kamar, setelah dibiarkan selama 75 menit warna pisang yang awalnya kuning
berubah menjadi coklat dan pada apel yang warna awalnya putih berubah menjadi
coklat. Perlakuan ke dua dengan mencelupkan sampel ke dalam larutan Na.bisulfit
0,8% selama 30 detik, warna pisang menjadi tampak cerah dan tidak ada warna
coklatnya sedangkan apel berwarna putih. Pada perlakuan ke tiga yaitu dicelupkan
ke dalam larutan gula 5%., warna pisang menjadi coklat dan sama halnya dengan
apel. Larutan gula mampu memberi stabilitas mikroorganisme pda suatu produk
makanan jika diberikan pada konsetrasi yang cukup (di atas 70% padatan terlarut),
sehingga gula dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pencegahan reaksi
pencoklatan enzimatis. Pada perlakuan ke empat dengan pencelupan ke dalam
larutan asam askorbat 0,5% didapatkan warna pisang menjadi agak coklat dan apel
menjadi agak kecoklatan juga. Untuk perlakuan ke lima, sampel diblancing selama
30 detik didapatkan warna pisang tetap kuning namun ada garis-garis dan pada apel
didapatkan warna putih dengan sedikit coklat di bagian tengah. Perlakuan yang ke
enam sampel di blancing selama 30 menit, pisang tidak mengalami perubahan
warna yang terlalu banyak hanya terdapat garis-garis coklat dan warna apel menjadi
putih pucat.
Perlakuan yang dilakukan dalam percobaan ini seharusnya dapat mencegah
proses enzimtis yang terjadi pada buah. Namun, saat percobaan ada beberapa
perlakuan yang menghasilkan pencoklatan yang lebih dibandingkan kontrolnya.
Perlakuan yang paling efektif dilakukan untuk menghambat reaksi pencoklatan
enzimatis terhadap pisang dan apel adalah perlakuan dengan perendaman sampel
didalam larutan Na.Bisulfit 0,8%. Hal ini dikarenakan larutan Na.Bisulfit bersifat
antioksidan. Kanopa (2012) menyatakan bahwa antioksidan adalah senyawa yang
dapat mencegah oksidasi. Senyawa fenolik juga merupakan senyawa yang dapat
mencegah oksidasi yang banyak terkandung dalam sayuran dan buah-buahan.
Penghambatan reaksi pencoklatan pada buah dilakukan dengan 5 macam
perlakuan. Masing-masing sampel dimasukkan ke dalam larutan Na. Bisulfit 0,8%;
larutan gula 5%; larutan As.askorbat selama 30 detik. Sampel yang lainnya di
blancing selama 30 detik dan 3 menit. Blancing yang dilakukan yaitu perendaman
bahan ke dalam air mendidih selama 30 detik dan 3 menit. Blancing dapat
menghambat proses pencoklatan enzimatis karena suhu yang tinggi dapat membuat
enzim mati karena suhu optimal enzim yaitu sekitar 40 oC, sedangkan suhu air
mendidih yaitu 100oC. oleh karena itu, enzim peliphenolase tidak dapat bekerja
sehingga terjadi pengahambatan proses pencoklatan enzimatis.Sisanya dibiarkan
pada suhu kamar. Setelah semua perlakuan itu sampel dibiarkan selama 75 menit.
Urutan hasil perlakuan yang paling efektif untuk penghambatan pencoklatan pada
buah pisang dan apel yang dilakukan dalam praktikum adalah perlakuan dengan
larutan Na.bisulfit 0,8%; perlakuan dengan blancing selama 3 detik; perlakuan
dengan as. Askorbat; perlakuan dengan larutan gula 5%; perlakuan dengan blancing
3 menit dan perlakuan yang paling tidak efektif dalam dengan membiarkan sampel
di suhu kamar.
Javdani (2013) mengatakan bahwa banyak senyawa dapat digunakan untuk
mengurangi polifenol oksidase (PPO) kecoklatan dalam makanan. Salah satu
senyawa yang paling banyak digunakan adalah asam askorbat, karena sangat efektif
dalam mengurangi kecoklatan, umumnya diakui sebagai aman, murah dan
konsumen yang ramah. Asam askorbat dapat mengurangi O-quinones, diproduksi
oleh katalis PPO oksidasi polifenol, kembali ke dihydroxy polifenol dan telah
banyak digunakan sebagai agen antibrowning untuk pemrosesan buah-buahan dan
sayuran. Namun, efek asam askorbat sementara, karena setelah itu ditambahkan, itu
benar-benar dioksidasi dan O-quinones dapat menumpuk, yang menyebabkan untuk
kecoklatan pembentukan pigmen.
E. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil percobaan pada praktikum Kimia
Pangan acara 4 antara lain :
• Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati atau glikogen.
• Enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh
asam giberilik.
• Penambahan larutan NaCl 0,1 N sebanyak 25 ml berfungsi untuk mengeluarkan
enzim yang terdapat pada kacang.
• Penambahan larutan iodin berfungsi sebagai penanda terhidrolisisnya larutan
pati. Jika iod membentuk warna biru maka hal itu menandakan bahwa enzim
menghidrolisis pati menjadi gula sederhana.
• Urutan aktivitas enzim amilase pada kacang dari yang paling tinggi hingga
rendah berdasarkan praktikum dari yang paling tinggi yaitu kacang kedelai
hitam, kacang merah, kacang hijau, kacang tolo.
• Pencoklatan terjadi akibat enzim yang berada pada buah menimbulkan oksidasi
dan menyebabkan sampel yang tidak berwarna menjadi berwarna coklat
• Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu proses
pencoklatan enzimatik dan yang nonenzimatik.
• Perlakuan yang paling efektif untuk penghambatan pencoklatan adalah dengan
perendaman dalam larutan Na.Bisulfit 0,8%.
• Urutan hasil perlakuan yang paling efektif untuk penghambatan pencoklatan
pada buah pisang dan apel yang dilakukan dalam praktikum adalah perlakuan
dengan larutan Na.bisulfit 0,8% ; perlakuan dengan blancing selama 3 detik ;
perlakuan dengan as. Askorbat ; perlakuan dengan larutan gula 5% ; perlakuan
dengan blancing 3 menit ; kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Syaiful, Moh. Mirzan, Dan Moh. Hasan. 2012. Karakterisasi Enzim Amilase
Dari Kecambah Biji Jagung Ketan (Zea Mays Ceratina L.). Jurnal Natural
Science Desember 2012 Vol. 1, Hal 132-143.
Gaman and Sherrington. 1992. Ilmu Pangan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Irfan, Muhammad, Muhammad Nadeem, Quratual Ain Syed, dan Shahjahan Baig.
2011. Production of Thermostable α-amylase from Bacillus Sp. In Solid State
Fermentation. Journal of Applied Sciences Research, 7(5): 607-617, 2011.
Kusnawidjaja, Kurnia. 1983. Biokimia. Alumni. Bandung
Maarel, Marc J.E.C. Van Der, Bart Van Der Veen, Joost C.M. Uitdehaag, Hans
Leemhuis, Dan L. Dijkhuizen. 2002. Properties And Applications Of StarchConverting Enzymes Of The Α-Amylase Family. Journal Of Biotechnology 94
(2002) 137–155.
Muchtadi, Tien, et.al. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung
Naiola, Elidar . 2008. Isolasi Dan Seleksi Mikroba Amilolitik Dari Makanan
Fermentasi/Ragi Tapai Gambut Di Kalimantan Selatan. Berk. Penel. Hayati: 13
(109–114), 2008.
Pandey, Ashok, Poonam Nigam, Carlos R. Soccol, Vanete T. Soccol, Dalel Singh, and
Radjiskumar Mohan. 2000. Advances in microbial amylases. Journal Biotechnol.
Appl. Biochem. (2000) 31, 135–152.
Purba, Lely Sefryda, Sentosa Ginting, Dan Mimi Nurminah. 2013. Perbandingan Berat
Kacang Kedelai Bergerminasi Dan Biji Nangka Dan Konsentrasi Laru Pada
Pembuatan Tempe. J.Rekayasa Pangan Dan Pert., Vol. I, No. 2, Th. 2013.
Risnoyatiningsih, Sri. 2011. Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning Menjadi Glukosa Secara
Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia Vol.5, N0.2, April 2011.
Suarni dan Rauf Patong. 2007. Potensi Kecambah Kacang Hijau Sebagai Sumber
Enzim Α-Amilase. Indo. J. Chem., 2007, 7 (3), 332-336.
Suarni, Umar Ubbe, Ambo Upe, Dan Tjodi Harlim. 2011. Modifikasi Tepung Jagung
Dengan Enzim (Α - Amilase) Dari Kecambah Kacang Hijau. Balai Penelitian
Tanaman Serealia Universitas Hasanuddin Makassar.
Sukandar, Ukan , Achmad Ali Syamsuriputra, Lindawati, Dan Yadi Trusmiyadi. 2011.
Sakarifikasi Pati Ubi Kayu Menggunakan Amilase Aspergilus Niger Itb Cc L74.
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 10 No. 1 April 2011, 1-8.
Suprapto, Hadi. 2006. Pemgaruh Perendaman Pisang Kepok (Musa acuminax
balbisiana Calla) dalam Larutan Garam Terhadap Mutu Tepung yang
Dihasilkan. Jurnal Teknologi Pertanian 1 (2) : 74-80. Samarinda
Winaro, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka. Jakarta
Zusfahair Dan Dian Riana Ningsih. 2012. Pembuatan Dekstrin Dari Pati Ubi Kayu
Menggunakan Katalis Amilase Hasil Fraksinasi Dari Azospirillum Sp. Jg3.
Jurnal Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 9 – 19.
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaLaporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaRia Rohmawati
 
Uji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakUji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakErnalia Rosita
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimFransiska Puteri
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airTidar University
 
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikrobaLaporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikrobaMifta Rahmat
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringTidar University
 
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Pujiati Puu
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidratalvi lmp
 

Mais procurados (20)

Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaLaporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
 
Laporan praktikum media
Laporan praktikum mediaLaporan praktikum media
Laporan praktikum media
 
Uji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakUji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan Lemak
 
Uji safonifikasi
Uji safonifikasiUji safonifikasi
Uji safonifikasi
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
Uji barfoed
Uji barfoedUji barfoed
Uji barfoed
 
Uji Biuret
Uji BiuretUji Biuret
Uji Biuret
 
Uji Millon
Uji MillonUji Millon
Uji Millon
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar air
 
Laporan biokima bab 4
Laporan biokima bab 4Laporan biokima bab 4
Laporan biokima bab 4
 
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikrobaLaporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
 
Uji Ninhydrin
Uji NinhydrinUji Ninhydrin
Uji Ninhydrin
 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abu
 
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
 
Enzim
EnzimEnzim
Enzim
 
Uji Phenylhidrazine
Uji PhenylhidrazineUji Phenylhidrazine
Uji Phenylhidrazine
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
 
Uji Moore
Uji MooreUji Moore
Uji Moore
 
Laporan hidrolisis sukrosa
Laporan hidrolisis sukrosaLaporan hidrolisis sukrosa
Laporan hidrolisis sukrosa
 

Destaque

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYAFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANFransiska Puteri
 
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaFransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratFransiska Puteri
 
Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Raden Saputra
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen value
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen valueITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen value
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen valueFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikFransiska Puteri
 

Destaque (20)

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
 
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
 
laporan pkl
laporan pkllaporan pkl
laporan pkl
 
Biokimia enzim lipid
Biokimia   enzim lipidBiokimia   enzim lipid
Biokimia enzim lipid
 
Daftar pustaka pkl mupit
Daftar pustaka pkl mupitDaftar pustaka pkl mupit
Daftar pustaka pkl mupit
 
Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
 
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen value
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen valueITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen value
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen value
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
 
Orde2
Orde2Orde2
Orde2
 
Interpolasi
InterpolasiInterpolasi
Interpolasi
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
 
Orde1
Orde1Orde1
Orde1
 
Tabel lipid
Tabel lipidTabel lipid
Tabel lipid
 

Semelhante a Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase

Semelhante a Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase (20)

Acara 4 amilase
Acara 4 amilaseAcara 4 amilase
Acara 4 amilase
 
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati awri
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati awriAktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati awri
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati awri
 
Makalah amilosa
Makalah amilosaMakalah amilosa
Makalah amilosa
 
Makalah amilosa
Makalah amilosaMakalah amilosa
Makalah amilosa
 
Makalah amilosa
Makalah amilosaMakalah amilosa
Makalah amilosa
 
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari patiAktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati
Aktifitas amilolitik dan produksi alkohol dari pati
 
Makalah amilosa
Makalah amilosaMakalah amilosa
Makalah amilosa
 
Enzim dalam-industri-pangan 1
Enzim dalam-industri-pangan 1Enzim dalam-industri-pangan 1
Enzim dalam-industri-pangan 1
 
Makalah amilun
Makalah amilunMakalah amilun
Makalah amilun
 
Makalah amilun
Makalah amilunMakalah amilun
Makalah amilun
 
Makalah amilun
Makalah amilunMakalah amilun
Makalah amilun
 
Makalah amilun
Makalah amilunMakalah amilun
Makalah amilun
 
Tugas Project BIOTEKNOLOGI FARMASI: Kel-4/Kelas-5A | Dosen: Yayuk Putri Rahay...
Tugas Project BIOTEKNOLOGI FARMASI: Kel-4/Kelas-5A | Dosen: Yayuk Putri Rahay...Tugas Project BIOTEKNOLOGI FARMASI: Kel-4/Kelas-5A | Dosen: Yayuk Putri Rahay...
Tugas Project BIOTEKNOLOGI FARMASI: Kel-4/Kelas-5A | Dosen: Yayuk Putri Rahay...
 
Makalah etanol
Makalah etanol Makalah etanol
Makalah etanol
 
Per 1
Per 1Per 1
Per 1
 
Acara II Kadar Amilosa
Acara II Kadar AmilosaAcara II Kadar Amilosa
Acara II Kadar Amilosa
 
Kemanisan pencoklatan__karamelisasi_dan_reaksi_maillard
Kemanisan  pencoklatan__karamelisasi_dan_reaksi_maillardKemanisan  pencoklatan__karamelisasi_dan_reaksi_maillard
Kemanisan pencoklatan__karamelisasi_dan_reaksi_maillard
 
13 fermentasi
13 fermentasi13 fermentasi
13 fermentasi
 
Review jurnal kpli
Review jurnal kpliReview jurnal kpli
Review jurnal kpli
 
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1
 

Mais de Fransiska Puteri

Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipidaITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipidaFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PengeringanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PengeringanFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PendinginanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PendinginanFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausahaITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausahaFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diriITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diriFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diriITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diriFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluan
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluanITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluan
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluanFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnis
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnisITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnis
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnisFransiska Puteri
 

Mais de Fransiska Puteri (19)

Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipidaITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PengeringanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PendinginanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausahaITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diriITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diriITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluan
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluanITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluan
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluan
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnis
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnisITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnis
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnis
 

Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase

  • 1. DRAFT LAPORAN KIMIA PANGAN ACARA IV ISOLASI ENZIM AMILASE DARI KECAMBAH BIJI DAN REAKSI PENCOKLATAN ENZIMATIS Kelompok 2: Andy Imam (H0912012) Agatha Arissa (H0912003) Deanda Putri (H0912033) Dwi Astuti (H0912043) Endah Palupi (H0912045) Fransiska Putri (H0912056) Irma Puspita E. (H0912067)
  • 2. BAB IV ISOLASI ENZIM AMILASE DARI KECAMBAH BIJI DAN REAKSI PENCOKLATAN ENZIMATIS A. TUJUAN Tujuan dari praktikum acara IV. Isolasi Enzim Amilase Dari Kecambah Biji dan Reaksi Pencoklatan Enzimatis adalah: 1. Untuk mengetahui aktivitas enzim amilase selama perkecambahan biji. 2. Untuk mengetahui pepngaruh perlakuan yang berbeda terhadap reaksi pencoklatan enzimatik pada permukaan potongan buah. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Teori Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh kegiatan enzim. Dalam pencernaan, enzim amilase memecah pati menjadi maltosa. Amilase terdapat pada tepung dan biji yang berkecambah (Gaman, 1992 Suarni dkk, 2001). Enzim amilase terdapat pada tanaman, mamalia dan mikroba. Kacang hijau dalam bentuk kecambah mengandung enzim α-amilase (Winarno, 1983 dalam Suarni dkk, 2001). Sumber enzim dapat diperoleh dari tanaman, hewan dan mikroorganisme. Salah satu enzim pemecah pati adalah enzim α-amilase (α-1,4-glukanglukanodidrolase; EC.3.2.1.1.), enzim ini sangat berperan dalam industri pembuatan roti dan sirup. Enzim α-amilase banyak terdapat pada kecambah kacang-kacangan. Enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik. Asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan tersebut (Suarni dkk, 2007). Aktivitas α-amilase ditentukan dengan mengukur hasil degradasi pati, biasanya dari penurunan kadar pati yang larut atau dari kadar amilosa bereaksi dengan iodium akan berwarna coklat. Selain itu keaktivan α-amilase dapat dinyatakan dengan cara pengukuran viskositas dan jumlah pereduksi yang terbentuk. Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati atau
  • 3. glukogen. Senyawa ini banyak terdapat pada tanaman dan hewan. Amilase dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan enzim yaitu: (1) α-amilase yang memeecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian dalam molekul, sehingga disebut Endoamilase, (2) β-amilase yang menghidrolisis unit-unit gula dari ujung molekul pati, sehingga disebut Ekomilase, (3) Glukoamilase yang dapat memisahkan glukosa dari terminal gula non-prreduksi substrat pati (Winarno, 1995 dalam Risnoyatiningsih, 2011). Amilase adalah enzim yang Endopeptidase Pati molekul memberikan beragam produk termasuk dextrins dan polimer kecil yang terdiri dari unit glukosa (Windish dan Mhatre, 1965 dalam Irfan, 2011). Enzim yang sangat penting dalam bioteknologi kini dengan aplikasi mulai dari makanan, fermentasi dan tekstil untuk industri kertas (Pandey et al, 2000 dalam Irfan, 2011). Di antara berbagai enzim ekstraseluler, a-amilase peringkat pertama dalam hal eksploitasi komersial (Babu dan Satyanarayana, 1993 dalam Irfan, 2011). Keuntungan utama menggunakan mikroorganisme untuk produksi amylases dalam kapasitas produksi ekonomis curah dan mikroba juga mudah untuk memanipulasi untuk mendapatkan enzim karakteristik yang diinginkan (Lonsane dan Ramesh 1990 dalam Irfan dkk, 2011). Berdasarkan kemampuan hidrolitiknya, enzim amilase dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu α-amilase yang mampu menghidrolisis ikatan α-1,4-glikosidik dan glukoamilase yang menghidrolisis ikatan α- 1,6-glikosidik. Berdasarkan tempat pemotongan ikatannya, amilase dikelompokkan menjadi tiga, yaitu exospliting, endospliting, dan debranching (Pandey dkk., 2000; Moo-Young, 1985 dalam Sukandar dkk, 2011). Enzim yang digunakan untuk merombak protein adalah enzim protease, perombakan lemak adalah enzim lipase dan pati memerlukan enzim amilase. Enzim-enzim tersebut secara bersamaan dihasilkan tumbuhan selama proses perkecambahan (Bahri, 2012). Suarni dkk (2006) berhasil melakukan modifikasi pati jagung menggunakan enzim α-amilase dari kecambah kacang hijau, tanpa memisahkan enzim amilase dari kecambah (tidak dilakukan ekstraksi enzim αamilase). Potensi kecambah kacang hijau sebagai sumber enzim α-amilase juga
  • 4. dilaporkan oleh Suarni dan Patong (2007). Hal yang sama juga dilakukan oleh Jamilatun dkk (2004) yang menggunakan kecambah jagung dalam hidrolisis pati biji nangka untuk produksi glukosa. Darmajana dkk (2008) menggunakan enzim α-amilase komersial dalam pembuatan tepung pisang instan. Selain berasal dari kecambah biji-bijian, enzim amilase yang berasal dari tanaman juga telah digunakan dalam proses hidrolisis pati. Rinawati dkk (2009) melakukan isolasi enzim amilase dari temulawak dan menggunakannya dalam produksi gula glukosa dari pati (Bahri dkk, 2012). Enzim α-amilase (endo-α-1,4-glucan glucanohydrolase, EC. 3.2.1.1) merupakan enzim amilase endospliting yang memutuskan ikatan glikosidik pada bagian dalam rantai pati secara acak. Enzim α-amilase hanya spesifik untuk memutuskan atau menghidrolisis ikatan α-1,4-glikosidik tetapi mampu melewati titik percabangan (ikatan α- 1,6-glikosidik) untuk memutuskan ikatan ikatan α-1,4-glikosidik di seberangnya sehingga menghasilkan isomaltase. Hasil hidrolisis pati dan glikogen oleh α-amilase adalah oligosakarida (maltodekstrin), maltosa, dan sejumlah kecil glukosa yang mempunyai konfigurasi gula α, seperti substrat awal (Sivaramakrishnan dkk., 2006; Kunamneni dkk., 2005 dalam Sukandar, 2011). Dari seluruh konsumsi enzim di dunia, enzim penghidrolisis pati digunakan sebanyak 30% (Maarel et al., 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja enzim amilase Aktivitas atau kinerja enzim dipengaruhi oleh banyak faktor. Terdapat lima faktor utama yang mempengaruhi aktivitas enzim yaitu; pH, temperatur, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, dan konsentrasi kofaktor (Sukandar, 2011). Enzim amilase yang digunakan dalam proses hidrolisis pembuatan dekstrin dapat diperoleh dari mikroorganisme. enzim amilase dapat digunakan sebagai katalis dalam hidrolisis pati ubi kayu (Zusfahair, 2012). Α-amilase adalah salah satu enzim yang paling penting dan banyak digunakan dalam bioteknologi sekarang ini. Enzim yang bersumber dari mikroorganisme secara umum banyak diminati oleh industri. Spektruk pemakaian enzim amilase secara luas digunakan di berbagai bidang seperti
  • 5. medis, kimia analisis, industri tekstil, industri makanan, dan industri penyulingan (Pandey et al., 2000). Bila sel-sel apel, kentang, dan beberapa sayuran serta buah-buahan yang lain dipotong dan dibiarkan terkena udara, enzim yang terdapat dalam sel menimbulkan reaksi oksidasi, senyawa yang tidak berwarna diubah menjadi senyawa yang berwarna coklat. Peristiwa ini serupa dengan perubahan yang terjadi selama pengeringan daun teh tetapi dalam hal ini perubahan tersebut tidak dikehendaki. Pencoklatan tidak dapat terjadi pada sayuran dan buahbuahan yang dimasak karena enzim rusak oleh panas (Gaman, 1992). Proses pencoklatan atau browning sering terjadi pada buah-buahan seperti pisang, peach, salak, pala, dan apel, buah yang memar juga mengalami proses pencoklatan. Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu proses pencoklatan enzimatik dan yang nonenzimatik. Pencoklatan enzimatik terjadi pada buah-buahan yang banyak mengandung substrat senyawa fenolik. Ada banyak sekali senyawa fenolik yang dapat bertindak sebagai substrat dalam proses penccoklatan enzimatik pada buahbuahan dan sayuran. Di samping katekin dan turunannya seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosianin dapat menjadi substrat proses pencoklatan. Enzim-enzim yang dapat mengkatalisis oksidasi dalam proses pencoklatan dikenal dengan berbagai nama, yaitu fenol oksidase, polifenol oksidase, fenolase, atau polifenolase, masing-masing bekerja secara spesifik untuk substrat tertentu (Winarno, 2004). Reaksi pencoklatan nonenzimatik belum diketahui atau dimengerti penuh. Tetapi pada umumnya ada tiga macam teaksi pencoklatan nonenzimatik yaitu karamelisasi, reaksi Maillard, dan pencoklatan akibat vitamin C. Proses yang pertama adalah karamelisasi. Bila suatu larutan sukrosa diuapkan maka konsennetrasinya akan meningkat, demikian juga titik didihnya. Keadaan ini akan terus berlangsung sehingga seluruh air menguap semua. Bila keadaan tersebut telah tercapai dan pemanasan diteruskan, maka cairan yang ada bukan lagi terdiri dari air tetapi cairan sukrosa yang lebur. Titik lebur sukrosa adalah 1600C. Bila gula yang telah mencair tersebut dipanaskan terus sehingga suhunya
  • 6. melampaui titik leburnya, misalnya pada suhu 1700C, maka mulailah terjadi karamelisasi sukrosa (Winarno, 2004). Proses yang kedua yaitu reaksi Maillard. Reaksi Maillard berlangsung melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1) suatu aldosa bereaksi bolak balik dengan asam amino atau dengan suatu gugus amino dari protein sehingga menghasilkan basa Schiff. (2) perubahan terjadi menurut reaksi Amadori sehingga menjadi amino kerosa. (3) dehidrasi dari hasil reaksi Amadori membentuk turunan-turunan fulfuraldehida, misalnya dari heksisa diperoleh hidroksimetol furfural. (4) proses dehidrasi selanjutnya menghasilkan hasil antara metil α-dikarboksil yang diikuti penguraian menghasilkan reduktorreduktor dan α-dikarboksil seperti metilglioksal, asetol, dan diasetil. (5) aldehida-aldehida aktif dari 3 dan 4 terpolimerisasi tanpa mengikutsertakan gugus amino (hal ini disebut kondensasi aldol) atau dengan gugusan amino membentuk senyawa berwarna coklat yang disebut melanoidin (Winarno, 2004). Reaksi yang ketiga adalah pencoklatan akibat vitamin C. Vitamin C (asam askorbat) merupakan suatu senyawa reduktor dan juga dapat bertindak sebagai precursor untuk pembentukan awarna coklat nonenzimatik. Asam-asam askorbat berada dalam keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam suasana asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai secara irreversible dengan membentuk suatu senyawa diketogulonat, dan kemudian berlangsunglah reaksi Maillard dan proses pencoklatan (Winarno, 2004). Blansir biasanya dilakukan dengan tujuan menghambat terjadinya pencoklatan. Blansir pada dasarnya adalah pemanasan dan dapat dilakukan dengan air panas, selama blansir terjadi inaktifasi enzim polifenolase yang dapat menyebabkan pencoklatan. Perendaman dalam larutan sulfit, vitamin C, asam sitrat, garam atau hidrogen peroksida terutama ditujukan untuk memperbaiki atau mengurangi terjadinya pencoklatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya penghambatan reaksi antara enzim polifenolase, oksigen dan senyawa polifenol. Terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis memerlukan adanya polifenolase, oksigen dan senyawa polifenol (Muchtadi, et.al, 2010).
  • 7. Fenolase disebut fenolase kompleks yang terdiri atas tirosinase dan fenoloksidase. Dapat merubah tirosin menjadi dihidroksofenilalanin (dopa), kemudian difenol ini dioksidasikan menjadi kinon dan akhirnya terbentuklah melanin. Fenolase dan tirosinase terdapat banyak sekali dalam tumbuhan, seperti dalam pisang, kentang, mangga, dsb. Jika dipotong atau diiris oleh pisau, maka bagian irisan itu timbul warna hitam-coklat. Begitu juga dengan insekta, pembentukan melanin adalah amat penting berhubung selalu memberikan warna coklat sebagai pengeras kutikulanya (Kusnawidjaja, 1983). 2. Tinjauan Bahan Komposisi kimia kedelai bervariasi tergantung pada varietas dan kondisi pertumbuhannya. Melalui pemuliaan tanaman, sangat mungkin akan diperoleh biji kedelai dengan kadar protein sekitar 40-45% dan kadar lemak sekitar 1820%. Umumnya untuk setiap 1% kenaikan kadar protein, akan diikuti oleh penurunan sekitar 0,5% kaadar lemak (korelasi negatif) (Winarno, 2004). Pada umumnya perkecambahan taoge berlangsung selama lima hari, aktivitas enzim α-amilase dapat ditentukan dengan mengukur hasil degradasi pati yang biasanya diukur dengan penurunan kadar pati yang larut atau dari kadar maltosa yang dihasilkan. Enzim α-amilase dapat memecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian dalam molekul, oleh karena itu disebut endoamilase (Winarno, 1983 dalam Suarni, 2001). Sutarman (1998) dalam Suarni (2001) menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas dipengaruhi oleh varietas kacang hijau yang digunakan. Mutu taoge dapat dilihat dari panjang hipokotil, warna dan rasa. Untuk dikonsumsi dalam bentuk segar, konsumen lebih memilih taoge yang berwarna putih, hipokotil pendek dan rasa manis. Umur kecambah sangat berpengaruh pada panjang hipokotil taoge. Taoge hanya tahan disimpan selama 12 jam pada suhu ruang, setelah itu mulai layu ditandai dengan perubahan warna pada akar menjadi kecoklatan. Kedelai merupakan bahan pangan dari jenis kacang-kacangan yang dapat digunakan sebagai sumber protein utama. Banyak peneliti yang telah menguji kandungan gizi dalam kedelai baik bijinya maupun bentuk olahannya dan
  • 8. diperoleh hasil bahwa kedelai memiliki kandungan protein yang besar sekitar 40% selain itu juga mengandung zat-zat yang menyehatkan, misalnya zat anti kanker. Sebagai sumber protein kacang kedelai sangat berarti, terutama di negara yang pengkonsumsi protein hewaninya masih rendah (Sarwono, 2010 dalam Purba, dkk, 2013). Pemilihan kacang hijau sebagai sumber enzim α-amilase karena dalam bentuk kecambah mengandung tokoferol (pro vitamin E) 936,4 ppm, fenolik 11,3 ppm. Senyawa tersebut merupakan antioksidan yang sangat penting terhadap kesehatan terutama balita. Senyawa fenolik dengan antioksidan lainnya pada konsentrasi rendah dapat melindungi bahan pangan tersebut dari kerusakan oksidatif. Selain itu, kacang hijau memiliki kelebihan dari segi ekonomis dan agronomis dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan lainnya. Ekstrak enzim α-amilase yang terkandung dalam kecambah kacang hijau tersebut dapat dimanfaatkan pada modifikasi pati pemanfaatan enzim tersebut dengan atau tepung-tepungan. bahan sumbernya. Sebaiknya Berdasarkan pertimbangan lebih ekonomis, karena tidak perlu mengekstrak enzimnya. Selain itu, kecambah kacang hijau pada hari ketiga mengandung nutrisi tinggi terutama senyawaan antioksidan seperti tokoferol (pro vitamin E) 936,4 ppm, fenolik 11,3 ppm. Senyawa fenolik dengan antioksidan lainnya pada konsentrasi rendah dapat melindungi bahan pangan tersebut dari kerusakan oksidatif. Menggunakan enzim α-amilase dalam pengolahan bahan pangan sangat menguntungkan, karena lebih aman dan adanya tambahan nutrisi dari bahan tersebut. Misalnya pada bahan sumber karbohidrat yang mengandung pati beramilosa tinggi dalam serealia (Suarni, 2007). Buah pisang merupakan hasil tanaman pertanian dari kelompok hortikultura dan termasuk salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Produksi buah pisang rata-rata 25.216 ton per tahun. Sebagai komoditi hasil pertanian buah pisang merupakan produk yang bersifat mudah rusak. Sedangkan umur simpannya juga sangat terbatas, sehingga diperlukan penggunaan teknologi yang tepat guna untuk mengolah buah pisang menjadi produk
  • 9. makanan yang lebih meningkat nilai (Suprapto, 2006). C. METODOLOGI 1. Alat a. Beaker glass b. Pipet Volume c. Pipet tetes d. Kertas filter Whatman e. Pemanas air f. Pisau 2. Bahan a. Biji kacang tolo b. Biji kacang kedelai hitam c. Biji kacang merah d. Biji kacang hijau e. Larutan NaCl 0,1 N 25 ml f. Larutan pati 4% (DE: 15-20) g. Larutan iod h. Buah apel segar i. Buah pisang tua /setengah matang j. Larutan Asam Askorbat (Vitamin C) 0,5 % k. Larutan Na-Bisulfit/ NaHSO3 0,8 % l. Larutan gula pasir (sukrosa) 5% m. Akuades tambah dan daya tahannya
  • 10. 3. Cara Kerja a. Isolasi Enzim Amilase dari Kecambah Biji • Persiapan Bahan Biji kacang kedelai hitam, kacang hijau, kacang merah, dan kacang tolo Diberi 3 perlakuan: direndam semalam (12 jam), dikecambahkan 12 jam, dan dikecambahkan 24 jam • Ekstraksi Enzim 5 gram biji yang telah diberi 3 perlakuan Dihancurkan dan ditambah dengan larutan 0,1 N NaCl sebanyak 25 ml Campuran dibiarkan 30 menit sambil diaduk Disaring dengan kertas Whatman sampai didapatkan filtrat. Filtrat yang didapatkan merupakan larutan enzim
  • 11. • Uji Aktivitas Amilase secara kualitatif 1 ml substrat (larutan pati 4%) (DE: 15-20) Ditambah dengan Larutan enzim 0,5 ml Larutan iod 3 tetes Diamati pada suhu kamar dengan pengamatan tiap 10 menit selama 60 menit Diamati perubahan warnanya b. Reaksi Pencoklatan Enzimatik • Persiapan Bahan Apel segar Dibelah menjadi 4 dan dibuang bagian tengahnya lalu dipotong setebal 8-10 mm (10 potong) Buah pisang tua/setengah matang Dikupas, dipotong-potong melintang setebal 8- 10 mm (10 potong)
  • 12. • Pencoklatan enzimatik 2 potong masing- masing buah Perlakuan 1: Dibiarkan di suhu kamar selama 75 menit Perlakuan 2: Direndam dalam larutan asam askorbat 0,5% selama 30 detik lalu dibiarkan terbuka selama 75 menit Perlakuan 3: Direndam dalam larutan Na-Bisulfit 0,8% selama 30 detik lalu dibiarkan terbuka selama 75 menit Perlakuan 4: Direndam dalam larutan gula 5% selama 30 detik lalu dibiarkan terbuka selama 75 menit Perlakuan 5: Diblancing dengan dicelup pada air mendidih yang 1 selama 30 detik dan yang lain selama 3 menit lalu dibiarkan terbuka pada suhu kamar selama 75 menit Setelah 75 menit, sampel diamati perubahan warnanya
  • 13. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati atau glikogen. Amilase dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan enzim yaitu α-amilase yang memecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian dalam molekul sehingga disebut endoamilase, β-amilase yang menghidrolisis unit-unit gula dari ujung molekul pati sehingga disebut ekomilase, dan glukoamilase yang dapat memisahkan glukosa dari terminal gula non-pereduksi substrat pati. Sumber enzim dapat diperoleh dari tanaman, hewan dan mikroorganisme. Enzim amilase terdapat pada tanaman, mamalia dan mikroba. Contoh tanaman yang menghasilkan enzim amilase adalah kacang hijau terutama dalam bentuk kecambah. Enzim α-amilase sangat berperan dalam industri pembuatan roti dan sirup. Enzim α-amilase banyak terdapat pada kecambah kacang-kacangan. Enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik dimana asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan tersebut. Pada praktikum ini, enzim amilase didapatkan dari ekstrak kacang kedelai hitam, kacang tolo, kacang hijau, dan kacang merah. Masing masing sampel tersebut diberi 3 perlakuan yaitu dikecambahkan selama 12 jam, dikecambahkan selama 24 jam, dan direndam selama 12 jam. Masing-masing sampel yang telah diberi perlakuan tersebut diambil sebanyak 5 gram dan kemudian dihancurkan dan ditambahkan dengan larutan NaCl 0,1 N sebanyak 25 ml yang berfungsi untuk mengeluarkan enzim yang terdapat pada kacang. Setelah itu sampel dibiarkan selama 30 menit sambil diaduk dan kemudian disaring dengan kertas Whatman. Ekstrak enzim yang telah didapatkan kemudian ditambahkan larutan pati 1% sebagai substratnya. Digunakan larutan pati karena enzim amilosa berfungsi menghidrolisis pati menjadi maltosa. Selanjutnya ditambahkan larutan iodin yang berfungsi sebagai penanda terhidrolisisnya larutan pati. Jika iod membentuk warna biru maka hal itu menandakan bahwa enzim menghidrolisis pati menjadi gula sederhana. Naiola (2008) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa warna biru terbentuk akibat reaksi amilum dengan iodium. Winarno (1984) mengatakan bahwa
  • 14. aktivitas α-amilase ditentukan dengan mengukur hasil degradasi pati, biasanya dari penurunan kadar pati yang larut atau kadar dekstrinnya dengan menggunakan substrat jenuh. Hilangnya substrat dapat diukur dengan pengurangan derajat pewarnaan iodium. Pati yang mengandung amilosa bereaksi dengan iodium menghasilkan warna biru, sedangkan dekstrin bila bereaksi dengan iodium berwarna coklat. Keaktifan α-amilase juga dinyatakan dengan pengukuran viskositas danb jumlah produksi yang terbentuk. Laju hidrolisis akan meningkat bila tingkat polimerisasi menurun dan laju hidrolisis akan lebih cepat pada rantai lurus. Amilosa mempunyai struktur rantai lurus. Tahap selanjutnya yaitu diinkubasi selama 60 menit pada suhu kamar untuk diamati aktivitas enzim amilasenya. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit terhadap perubahan warna yang terjadi. Inkubasi ini dilakukan agar enzim dan substratnya bereaksi terlebih dahulu sehingga dapat diketahui aktivitas amilasenya. Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu proses pencoklatan enzimatik dan yang nonenzimatik. Pencoklatan enzimatik terjadi pada buah-buahan yang banyak mengandung substrat senyawa fenolik. Ada banyak sekali senyawa fenolik yang dapat bertindak sebagai substrat dalam proses pencoklatan enzimatik pada buah-buahan dan sayuran. Di samping katekin dan turunannya seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosianin dapat menjadi substrat proses pencoklatan. Enzim-enzim yang dapat mengkatalisis oksidasi dalam proses pencoklatan dikenal dengan berbagai nama, yaitu fenol oksidase, polifenol oksidase, fenolase, atau polifenolase, masing-masing bekerja secara spesifik untuk substrat tertentu. Salah satu reaksi pencoklatan adalah pencoklatan akibat vitamin C. Vitamin C (asam askorbat) merupakan suatu senyawa reduktor dan juga dapat bertindak sebagai precursor untuk pembentukan warna coklat nonenzimatik. Asamasam askorbat berada dalam keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam suasana asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai secara irreversible dengan membentuk suatu senyawa diketogulonat. Blansir pada dasarnya adalah pemanasan dan dapat dilakukan dengan air panas yang dilakukan dengan tujuan
  • 15. menghambat terjadinya pencoklatan, selama blansir terjadi inaktifasi enzim polifenolase yang dapat menyebabkan pencoklatan. Tabel 4.1.1Data Hasil Pengamatan Aktivitas Enzim Amilase pada Kacang Kedelai Hitam Waktu Perlakuan 0 10 20 30 40 50 60 Perkecambahan 12 jam ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ Perkecambahan 24 jam ++++ ++++ ++++ Perendaman 12 jam + ++ ++ ++ Sumber: Laporan sementara Keterangan : - : belum terjadi perubahan (warna tetap) + : mulai tampak perubahan ++ : perubahan lebih jelas +++ : warna merah coklat ++++ : warna lebih terang Berdasarkan hasil analisa pada kacang kedelai hitam untuk biji yang dikecambahkan selama 12 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) belum tampak adanya perubahan warna, begitu pula pada menit ke -10. Tampak adanya perubahan warna menjadi lebih terang pada menit ke-20 dan seterusnya. Pada kacang kedelai hitam yang dikecambahkan selama 24 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) belum tampak adanya perubahan warna hingga pada menit ke-30. Pada menit ke-40 hingga ke-60 tampak adanya perubahan warna lebih terang. Pada kacang kedelai hitam yang direndam selama 12 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) belum tampak adanya perubahan warna sampai menit ke-20. Pada menit ke30 mulai tampak adanya perubahan warna. Pada menit ke-40 terjadi perubahan warna menjadi lebih jelas hingga menit ke-60. Tabel 4.1.2 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Enzim Amilase pada Kacang Tolo Waktu Perlakuan 0 10 20 30 40 50 60 Perkecambahan 12 jam + ++ ++ ++ Perkecambahan 24 jam + + Perendaman 12 jam + + Sumber: Laporan sementara
  • 16. Berdasarkan hasil analisa pada kacang tolo untuk biji yang dikecambahkan selama 12 jam, pada diinkubasi menit ke-0 belum tampak adanya perubahan warna hingga menit ke-20. Pada menit ke-30 hingga menit ke-60 tampak adanya perubahan warna yang lebih terang. Pada biji kacang tolo yang dikecambahkan selama 24 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) mulai tampak adanya perubahan warna hingga menit ke-40. Perubahan warna kembali terjadi pada menit ke-50 dan menit ke-60. Pada biji kacang tolo yang direndam selama 12 jam, sebelum inkubasi (menit ke-0) belum tampak adanya perubahan warna hingga menit ke-40. Pada menit ke-50 mulai terjadi perubahan warna hingga menit ke-60. Tabel 4.1.3 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Enzim Amilase pada Kacang Hijau Waktu Perlakuan 0 10 20 30 40 50 60 Perkecambahan 12 jam + + + + Perkecambahan 24 jam + + + Perendaman 12 jam + ++ ++ Sumber: Laporan sementara Berdasarkan hasil analisa pada kacang hijau untuk biji yang dikecambahkan selama 12 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) mulai terjadi perubahan warna hingga menit ke-20. Pada menit ke-30 hingga menit ke-60 mulai terjadi perubahan warna. Pada biji kacang hijau yang dikecambahkan selama 24 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) mulai terjadi perubahan warna hingga menit ke-30. Pada menit ke-40 hingga menit ke-60 mulai terjadi perubahan warna. Pada biji kacang hijau yang direndam selama 12 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) hingga menit ke-30 tidak menunjukkan adanya perubahan warna. Pada menit ke-40 mulai terjadi perubahan warna. Pada menit ke-50 dan menit ke-60 terjadi perubahan warna yang lebih jelas. Tabel 4.1.4 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Enzim Amilase pada Kacang Merah Waktu Perlakuan 0 10 20 30 40 50 60 Perkecambahan 12 jam + + + + Perkecambahan 24 jam + + + + + + Perendaman 12 jam + + + ++ Sumber: Laporan sementara Berdasarkan hasil analisa pada kacang merah untuk biji yang dikecambahkan selama 12 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) hingga menit ke-20
  • 17. belum tampak adanya perubahan warna. Pada menit ke-30 hingga menit ke-60 mulai terjadi perubahan warna. Pada biji kacang merah yang dikecambahkan selama 24 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) belum tampak adanya perubahan warna. Pada menit ke-10 hingga menit ke-60 mulai terjadi perubahan warna. Pada biji kacang merah yang direndam selama 12 jam, sebelum diinkubasi (menit ke-0) belum terjadi perubahan warna hingga menit ke-20. Pada menit ke-30 hingga menit ke-60 mulai terjadi perubahan warna. Berdasarkan data hasil percobaan di atas, kacang yang mempunyai aktivitas enzim amilase paling tinggi adalah kacang kedelai hitam karena menunjukkan perubahan warna yang sangat jelas. Perubahan warna menunjukkan adanya aktivitas enzim amilase pada bahan yang diuji. Menurut Suarni (2007), enzim αamilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik dimana asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan tersebut. Hasil praktikum menunjukkan aktivitas enzim amilase pada biji yang dikecambahkan lebih tinggi dibandingkan dengan biji yang direndam karena adanya enzim giberilik dalam biji yang sedang berkecambah. Urutan aktivitas amilase dari kacang berdasarkan praktikum dari yang paling tinggi yaitu kacang kedelai hitam, kacang tolo, kacang hijau, kemudian kacang merah. Tabel 4.2 Reaksi Pencoklatan Enzimatik Kel Sampel Perlakuan . Kontrol Na. Larutan As. bisulfit gula askorbat 0,8 % 0,5 % 1 Apel ++++ +++ ++ 2 Pisang ++++ +++ ++ 3 Apel ++++ +++ ++ 4 Pisang ++++ +++ ++ 5 Apel ++++ ++ +++ 6 Pisang ++++ ++ +++ Sumber : Laporan Sementara Keterangan : - : tidak terjadi pencoklatan + : sedikit mencoklat Blancing 30 detik Blancing 30 menit + + + + + + +
  • 18. ++ : coklat +++ : lebih coklat ++++ : sangat coklat Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui proses pencoklatan secara enzimatik yang dapat terjadi pada buah. Untuk sampel digunakan dua jenis buah yaitu apel dan pisang. Apel dan pisang mula-mula dipotong menjadi 10 bagian dan diberikan 6 perlakuan yang sama. Perlakuan yang pertama yaitu dibiarkan pada suhu kamar, setelah dibiarkan selama 75 menit warna pisang yang awalnya kuning berubah menjadi coklat dan pada apel yang warna awalnya putih berubah menjadi coklat. Perlakuan ke dua dengan mencelupkan sampel ke dalam larutan Na.bisulfit 0,8% selama 30 detik, warna pisang menjadi tampak cerah dan tidak ada warna coklatnya sedangkan apel berwarna putih. Pada perlakuan ke tiga yaitu dicelupkan ke dalam larutan gula 5%., warna pisang menjadi coklat dan sama halnya dengan apel. Larutan gula mampu memberi stabilitas mikroorganisme pda suatu produk makanan jika diberikan pada konsetrasi yang cukup (di atas 70% padatan terlarut), sehingga gula dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pencegahan reaksi pencoklatan enzimatis. Pada perlakuan ke empat dengan pencelupan ke dalam larutan asam askorbat 0,5% didapatkan warna pisang menjadi agak coklat dan apel menjadi agak kecoklatan juga. Untuk perlakuan ke lima, sampel diblancing selama 30 detik didapatkan warna pisang tetap kuning namun ada garis-garis dan pada apel didapatkan warna putih dengan sedikit coklat di bagian tengah. Perlakuan yang ke enam sampel di blancing selama 30 menit, pisang tidak mengalami perubahan warna yang terlalu banyak hanya terdapat garis-garis coklat dan warna apel menjadi putih pucat. Perlakuan yang dilakukan dalam percobaan ini seharusnya dapat mencegah proses enzimtis yang terjadi pada buah. Namun, saat percobaan ada beberapa perlakuan yang menghasilkan pencoklatan yang lebih dibandingkan kontrolnya. Perlakuan yang paling efektif dilakukan untuk menghambat reaksi pencoklatan enzimatis terhadap pisang dan apel adalah perlakuan dengan perendaman sampel didalam larutan Na.Bisulfit 0,8%. Hal ini dikarenakan larutan Na.Bisulfit bersifat antioksidan. Kanopa (2012) menyatakan bahwa antioksidan adalah senyawa yang
  • 19. dapat mencegah oksidasi. Senyawa fenolik juga merupakan senyawa yang dapat mencegah oksidasi yang banyak terkandung dalam sayuran dan buah-buahan. Penghambatan reaksi pencoklatan pada buah dilakukan dengan 5 macam perlakuan. Masing-masing sampel dimasukkan ke dalam larutan Na. Bisulfit 0,8%; larutan gula 5%; larutan As.askorbat selama 30 detik. Sampel yang lainnya di blancing selama 30 detik dan 3 menit. Blancing yang dilakukan yaitu perendaman bahan ke dalam air mendidih selama 30 detik dan 3 menit. Blancing dapat menghambat proses pencoklatan enzimatis karena suhu yang tinggi dapat membuat enzim mati karena suhu optimal enzim yaitu sekitar 40 oC, sedangkan suhu air mendidih yaitu 100oC. oleh karena itu, enzim peliphenolase tidak dapat bekerja sehingga terjadi pengahambatan proses pencoklatan enzimatis.Sisanya dibiarkan pada suhu kamar. Setelah semua perlakuan itu sampel dibiarkan selama 75 menit. Urutan hasil perlakuan yang paling efektif untuk penghambatan pencoklatan pada buah pisang dan apel yang dilakukan dalam praktikum adalah perlakuan dengan larutan Na.bisulfit 0,8%; perlakuan dengan blancing selama 3 detik; perlakuan dengan as. Askorbat; perlakuan dengan larutan gula 5%; perlakuan dengan blancing 3 menit dan perlakuan yang paling tidak efektif dalam dengan membiarkan sampel di suhu kamar. Javdani (2013) mengatakan bahwa banyak senyawa dapat digunakan untuk mengurangi polifenol oksidase (PPO) kecoklatan dalam makanan. Salah satu senyawa yang paling banyak digunakan adalah asam askorbat, karena sangat efektif dalam mengurangi kecoklatan, umumnya diakui sebagai aman, murah dan konsumen yang ramah. Asam askorbat dapat mengurangi O-quinones, diproduksi oleh katalis PPO oksidasi polifenol, kembali ke dihydroxy polifenol dan telah banyak digunakan sebagai agen antibrowning untuk pemrosesan buah-buahan dan sayuran. Namun, efek asam askorbat sementara, karena setelah itu ditambahkan, itu benar-benar dioksidasi dan O-quinones dapat menumpuk, yang menyebabkan untuk kecoklatan pembentukan pigmen.
  • 20. E. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapatkan dari hasil percobaan pada praktikum Kimia Pangan acara 4 antara lain : • Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati atau glikogen. • Enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik. • Penambahan larutan NaCl 0,1 N sebanyak 25 ml berfungsi untuk mengeluarkan enzim yang terdapat pada kacang. • Penambahan larutan iodin berfungsi sebagai penanda terhidrolisisnya larutan pati. Jika iod membentuk warna biru maka hal itu menandakan bahwa enzim menghidrolisis pati menjadi gula sederhana. • Urutan aktivitas enzim amilase pada kacang dari yang paling tinggi hingga rendah berdasarkan praktikum dari yang paling tinggi yaitu kacang kedelai hitam, kacang merah, kacang hijau, kacang tolo. • Pencoklatan terjadi akibat enzim yang berada pada buah menimbulkan oksidasi dan menyebabkan sampel yang tidak berwarna menjadi berwarna coklat • Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu proses pencoklatan enzimatik dan yang nonenzimatik. • Perlakuan yang paling efektif untuk penghambatan pencoklatan adalah dengan perendaman dalam larutan Na.Bisulfit 0,8%. • Urutan hasil perlakuan yang paling efektif untuk penghambatan pencoklatan pada buah pisang dan apel yang dilakukan dalam praktikum adalah perlakuan dengan larutan Na.bisulfit 0,8% ; perlakuan dengan blancing selama 3 detik ; perlakuan dengan as. Askorbat ; perlakuan dengan larutan gula 5% ; perlakuan dengan blancing 3 menit ; kontrol.
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Bahri, Syaiful, Moh. Mirzan, Dan Moh. Hasan. 2012. Karakterisasi Enzim Amilase Dari Kecambah Biji Jagung Ketan (Zea Mays Ceratina L.). Jurnal Natural Science Desember 2012 Vol. 1, Hal 132-143. Gaman and Sherrington. 1992. Ilmu Pangan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Irfan, Muhammad, Muhammad Nadeem, Quratual Ain Syed, dan Shahjahan Baig. 2011. Production of Thermostable α-amylase from Bacillus Sp. In Solid State Fermentation. Journal of Applied Sciences Research, 7(5): 607-617, 2011. Kusnawidjaja, Kurnia. 1983. Biokimia. Alumni. Bandung Maarel, Marc J.E.C. Van Der, Bart Van Der Veen, Joost C.M. Uitdehaag, Hans Leemhuis, Dan L. Dijkhuizen. 2002. Properties And Applications Of StarchConverting Enzymes Of The Α-Amylase Family. Journal Of Biotechnology 94 (2002) 137–155. Muchtadi, Tien, et.al. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung Naiola, Elidar . 2008. Isolasi Dan Seleksi Mikroba Amilolitik Dari Makanan Fermentasi/Ragi Tapai Gambut Di Kalimantan Selatan. Berk. Penel. Hayati: 13 (109–114), 2008. Pandey, Ashok, Poonam Nigam, Carlos R. Soccol, Vanete T. Soccol, Dalel Singh, and Radjiskumar Mohan. 2000. Advances in microbial amylases. Journal Biotechnol. Appl. Biochem. (2000) 31, 135–152. Purba, Lely Sefryda, Sentosa Ginting, Dan Mimi Nurminah. 2013. Perbandingan Berat Kacang Kedelai Bergerminasi Dan Biji Nangka Dan Konsentrasi Laru Pada Pembuatan Tempe. J.Rekayasa Pangan Dan Pert., Vol. I, No. 2, Th. 2013. Risnoyatiningsih, Sri. 2011. Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning Menjadi Glukosa Secara Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia Vol.5, N0.2, April 2011. Suarni dan Rauf Patong. 2007. Potensi Kecambah Kacang Hijau Sebagai Sumber Enzim Α-Amilase. Indo. J. Chem., 2007, 7 (3), 332-336. Suarni, Umar Ubbe, Ambo Upe, Dan Tjodi Harlim. 2011. Modifikasi Tepung Jagung Dengan Enzim (Α - Amilase) Dari Kecambah Kacang Hijau. Balai Penelitian Tanaman Serealia Universitas Hasanuddin Makassar. Sukandar, Ukan , Achmad Ali Syamsuriputra, Lindawati, Dan Yadi Trusmiyadi. 2011. Sakarifikasi Pati Ubi Kayu Menggunakan Amilase Aspergilus Niger Itb Cc L74. Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 10 No. 1 April 2011, 1-8. Suprapto, Hadi. 2006. Pemgaruh Perendaman Pisang Kepok (Musa acuminax balbisiana Calla) dalam Larutan Garam Terhadap Mutu Tepung yang Dihasilkan. Jurnal Teknologi Pertanian 1 (2) : 74-80. Samarinda
  • 22. Winaro, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka. Jakarta Zusfahair Dan Dian Riana Ningsih. 2012. Pembuatan Dekstrin Dari Pati Ubi Kayu Menggunakan Katalis Amilase Hasil Fraksinasi Dari Azospirillum Sp. Jg3. Jurnal Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 9 – 19.