SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 14
TUBERKOLOSIS PARU




PENGERTIAN :
       Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru
yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkulosis.


ETIOLOGI :
       Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan
lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai
daerah yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi
kandunagn oksiginnya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada
penyakit Tuberkulosis


PATOFISIOLOGI :
       Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor
(makrofag), sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini
biasanya melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan
limfokin, respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas ( lambat). Basil Tuberkel
yang mencapai permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu unit (1-3 basil),
gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang besar
bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang berada dialveolus dibagian bawah
lobus atas paru basil tuberkel ini membuat peradangan.
       Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit,
namun tidak membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh makrofag,
alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut.
Pneumoni selluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan terus,
dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar
melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis bagian sentral lesi memberikan
gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis kaseosa) . Daerah yang
mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas
akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibroblas membentuk
jaringan parut dan ahirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel..


TANDA & GEJALA
Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak adalah :
       1. Demam : subfebril, febril ( 40-41derajat C) hilang timbul.
       2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk
           membuang /mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
           sampai batuk purulenta (menghasilkan sputum)
       3. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
           paru.
       4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai
           ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
       5. Malaise : ditemukan beripa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun,
           sakir kepala, nyeri otot, keringat diwaktu malam hari
Pada Atelektasis terdapat gejala manifestasi klinik yaitu: Sianosis, Sesak nafas,
Kolaps. Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong
kesisi yang sakit. Pada Foto Torax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan
diagfragma menonjol keatas.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
Pemeriksaan fisik :
       •   Pada tahap dini sulit diketahui.
       •   Ronchi basah, kasar dan nyaring.
       •   Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
           memberi suara umforik.
       •   Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
       •   Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara
           pekak)




Pemeriksaan Radiologi :
       •   Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan
           batas tidak jelas.
       •   Pada kavitas bayangan berupa cincin.
       •   Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas
           tinggi


Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus
                atau kerusakan paru karena TB.
Laboratorium :
       •   Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
•   Sputum : pada kultur ditemukan BTA
    •   Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)


PENATALAKSANAAN :
    •   Penyuluhan
    •   Pencegahan
    •   Pemberian obat-obatan :
            1. OAT (obat anti tuberkulosa) :
            2. Bronchodilatator
            3. Expektoran
            4. OBH
            5. Vitamin
    •   Fisioterapi dan rehabilitasi
    •   Konsultasi secara teratur
ASUHAN KEPERAWATAN



PENGKAJIAN
a. Pola aktifitas dan istirahat :
        Fatique, Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur, Berkeringat
        pada malam hari
b. Pola Nutrisi :
        Anorexia, Mual, tidak enak diperut, BB menurun
c. Respirasi :
        Batuk produktif (pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada.
d. Riwayat Keluarga :
        Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama
        (penyakit yang sama)
e. Riwayat lingkungan :
        Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah
        yang kurang, jumlah anggauta keluarga yang banyak.
f. Aspek Psikososial :
        •   Merasa dikucilkan
        •   Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
        •   Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
        •   Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu
            yang lama dan biaya yang bayak.
        •   Masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien.
        •   Tidak bersemangat, putus harapan.
g. Riwayat Penyakit sebelumnya :
        •   Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh sembuh.
        •   Pernah berobat, tetapi tidak sembuh.
        •   Pernah berobat tetapi tidak teratur (drop out).




DIAGNOSA PERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL :
1. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan adanya faktor resiko :
        •   Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis.
        •   Kerusakan membran alveolar kapiler.
        •   Sekret yang kental
        •   Edema Bronchial.
2. Potensial infeksi dan penyebaran infeksi sehubungan dengan :
        •   Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap.
        •   Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar.
        •   Daya tahan/ resistensi terhadap infeksi rendah
        •   Malnutrisi
        •   Terkontaminasi oleh lingkungan.
        •   Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan:
Kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dyspnoe, anorexia, penurunan
finansial /biaya.
4. Pembersihan jalan nafas yang tidak efektif sehubungan dengan :
Sekresi yang kental, lengket dan berdarah, lelah dan usaha batuk yang kurang, Edema
trachea/larink.
5. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan Hygiene), tentang kondisi, pengobatan,
    pencegahan, sehubungan dengan :
Tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, terbatas pengetahuan/kognisi,
tidak akurat, tidak lengkap imformasi yang didapat.


Pengobatan:
1. Nama obat : INH
  Dosis             : 1 x 400 mg
   Farmakokinetik:
        •   Diabsorbsi : dari saluran pencernaan, makanan mengurangi kecepatan dan
            tingkat absorbsi
        •   Puncak          : 1 - 2 jam
        •   Distribusi        :    Keseluruh jaringan tubuh dan cairan termasuk CNS,
            melewati plasenta
        •   Metabolisme : Tidak diaktifkan oleh acetylation di dalam hati
        •   Eliminasi : waktu paruh 1 - 4 jam, 75 - 96% diekresikan dalam urin dalam
            24 jam, diekskresikan dalam air susu
Efek samping : biasanya dihubungkan dengan dosis
CNS :     parestesias, perifeal neuropaty, nyeri kepala, kelemahan, tinitus, pusing,
vertigo, ataxia, somnolen, insomnia, amnesia,euphoria, toxis psikosis, perubahan
tingkah laku, depresi, kerusakan memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi, otot
kejang, mimpi yang berlebihan , menstruasi
Mata : Penglihatan kabur, terganggunya penglihatan, optik neuritis, atropi
GI : Mual , muntah , epigastrium distress, mulut kering, konstipasi
Hematologi : Agranulositosis, hemolitik atau anemia aplastik, trombositopenia,
eosinophilia, methemoglobinemia
Hepatotoksisitas: panas dingin, kulit yang melepuh (mosbiliform, macula papular,
purpura, urticaria) limpadenitis, vaskulitis
Metabolik endokrin : Penurunan absorbsi vitamin B12, defisiensi pridoksin (vitamin
B6),    pellagra,     gynecomastia,      hyperglikemia,     glikosuria,   hyperkalemia,
hipophosphathemia, hipokalsemia, acetonia, asidosis metabolik, proteinemia
Lain-lain : dyspnea, retensi urine, demam yangdisebabkan obat-obat, rematik, lupus
erythromatosus syndrome, iritasi di tempat bekas injeksi.
Implikasi perawatan :
Pengelolaan :
•   Obat oral INH lebih baik diberikan sebelum makan 1 - 2 jam sebelum makanan
    diabsorbsi, jika terjadi iritasi GI, obat boleh diberikan bersama makanan
•   Isoniazid dalam bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal dan disimpan dalam
    temperatur yang rendah. Jika hal ini terjadi obat disimpan ditempat yang hangat
    atau dalam temperatur ruangan.
•   Nyeri lokal sementara setelah injeksi IM, massage daerah injeksi dengan cara
    memutar daerah injeksi
•   Obat disimpan harus ditutup rapat, temperatur 15 - 30 C kecuali diberikan secara
    sebaliknya
Pengkajian /efek obat :
•   Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum pemberian therapy untuk mendeteksi
    kemungkinan bakteri yang resisten
•   Efek therapetik biasanya menjadi jelas dalam 2 - 3 minggu pertama pemberian
    therapi. Lebih dari 90% pasien yang diberikan therapi mempunyai sputum yang
    berkurang setelah 6 bulan
•   Pemeriksaan mata
•   Monitor Tekanan darah selama pemberian obat
•   Pasien seharusnya secara hati-hati dengan interview dan diperiksa dalam interval
    bulanan untuk mendeteksi dini dari tanda dan gejala hepatotoksisitas
•   Therapi INH yang kontinyu setelah onset dari disfungsi hepatik meningkatkan
    resiko kerusakan hati yang lebih berat
•   Isoniazid hepatitis (kadang-kadang fatal) biasanya berkembang selama 3 - 6 bulan
    pertama, tetapi mungkin terjadi setiap waktu selama pemberian therapi, hal ini
    lebih banyak frekwensinya pada pasien dengan umur 35 tahun atau lebih atau
    terutama yang meminum alkohol setiap hari
•   Cek berat badan 2 kali seminggu, di bawah kondisi standart
•   Pasien DM seharusnya diabsorbsi untuk hilangnya kontrol diabetes antara
    glikosuria yang nyata dan tes benedik positif; yang palsu segera dilaporkan
•   Neuritis peripheral lebih banyak menimbulkan afek toksik seringkali didahului
    oleh parestesikaki dan tangan. Pasien yang bebas kerentanan meliputi (termasuk)
    alkoholik atau pasien denga penyakit liver, malnutrisi, diabetik, inaktivator lambat,
    wanita hamil dan kekuatan.
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dan pasien
•   Memeperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung tyramine (keju,
    ikan) yang menjadi penyebab dari palpitasi, peningktan tekanan darah.
•   Instruksi pasien untuk melapor kepada medis bila ada tanda dan gejala dari
    perkembangan hepatotoksik
•   Memperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung histamin (ikan tuna)
    yang bisa menjadi penyebab dari palpitasi memperbesar respon obat (nyeri kepala,
    hipotensi,palpitasi,berkeringat, diare)
•   Umumnya therapi INH diberikan 6 bulan - 2 tahun untuk pengobatan TBC yang
    aktif, bila digunakan untuk terapi preventif, INH diberikan 12 bulan.
2. Nama obat : Ethambutol hydrochloride
       Dosis: Dewasa 15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai dengan 25
       mg kg/BB/hari atau 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kgBB/hr
       Anak: : 6 - 12 tahun: 10 - 15 mg/kgBB/hari
Farmakokinetik:
       •   Absorbsi : 70% - 80% diabsorbsi di saluran pencernaan
       •   Puncak 2 - 4 jam
       •   Distribusi: diodistribusi ke seluruh jaringan tubuh, konsentrasi tertinggi
           dalam eritrosit, ginjal, paru-paru, saliva, melalui plasenta, didistribusi
           kedalam air susu.
       •   Metabolisme: dimetabolisme dalam hati
Eliminasi : waktu paruh 3 - 4 jam, 50% diekresikan dalam urin selama 24 jam, 20 - 22
           % dikeluarkan dalam feses
Efek samping :
       •   CNS : Nyeri kepala , pening/pusing, kebingungan, halusinasi, parestesia,
           neuritis peripheral, nyeri tulang sendi, kelemahan pada ekstremitas bagian
           bawah
       •   Mata : Toksisitas bola mata : neuritis retrabulbar optik, kemungkinan
           neuritis anterior optik dengan penurunan dalam ketajaman penglihatan,
           menyempitnya luas lapang pandang, kebutaan pada warna merah-hijau,
           skotoma pada bagian pusat dan periferal, mata nyeri, fotophobia,
           perdarahan dan edema retina.
       •   Saluran pencernaan : anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen
       •   Hypersensitifitas : pruritis , dermatitis, anafilaktis
       •   Hyperuresemia, demam , malaise, leukopenia (jarang), sputum yang
           mengandung darah, gangguan sementara dalam fungsi liver (kemungkinan
           hepatotoksisitas), nefrotoksisitas, gout artritis akut, abnormalitas EKG,
           pengeluaran keringat
Implikasi Perawatan
       •   Ethambutol mungkin diberikan            setelah makan jika iritasi saluran
           pencernaan terjadi. Absorpsi tidak begitu dipengaruhi oleh makanan dalam
           perut.
       •   Lindungi ethambutol dari cahaya, kelembaman dan panas. Letakan dalam
           kemasan yang tertutup rapat-rapat pada suhu 15 - 30 C kecuali kalau
           diberikan langsung .
Pengkajian dan efek obat
       •   Kultur dan tes kerentanan seharusnya seharusnya ditentukan sebelum
           dimulainya tindakan/dan pengulangan secara periodik pada terapi secara
           keseluruhan .
       •   Toksisitas okuli secara umum kelihatan dalam 1 - 7 bulan setelah
           dimulainya tyerapi. Gejala biasanya tidak tampak selama beberapa minggu
           sampai beberapa bulan setelah obat tidak dilanjutkan
       •   Uji opthalmoskopik meliputi tes luas lapang pandang , tes untuk ketajaman
           penglihatan menggunakan kertas mata, dan tes untuk penggolongan
           diskriminasi warna seharusnya ditentukan lebih dulu untuk memulai therapi
           dan dalam interval bulanan selama therapi. Mata seharusnya dites secara
           terpisah sama baiknya secara bersama-sama
       •   Monitor rasio input dan output pada pasien dengan kerusakan ginjal .
           Laporkan adanya oliguria atau perubahan yang penting pada ratio atau
dalam laporan laboratorium tentang fungsi ginjal. Akumulasi sistemik
               dengan toksisitas dapat dihasilkan dari ekresi obat-obat yang lambat
         •     Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung sel darah dan determinan serum asam
               urat seharusnya ditentukan dalam interval yang teratur pada terapi secara
               menyeluruh.
    1.       Pendidikan pasien dan keluarga
         •     Secara umum, therapi dapat berlanjut selama 1-2 terapi lebih lama,
               meskipun teraturnya pengobatan yang lebih pendek bisa digunakan dengan
               baik
         •     Jika pasien hamil, selama pengobatan sarankan untuk melaporkan pada
               dokter dengan segera . Obat seharusnya tersendiri.
         •     Sarankan pasien untuk melaporkan dengan tepat pada dokter tentang
               kejadian   mengaburnya         pandangan   ,   perubahan   persepsi   warna,
               mengecilnya luas lapang pandang , beberapa gejala penglihatan lainnya.
               Pasien seharusnya secara periodik ditanyakan tentang matanya
         •     Jika dideteksi secara dini, defek visual secara umum tidak kelihatan lebih
               dari beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada beberapa instansi
               (jarang), pemulihan mungkin lambat. Selama setahun atau lebih atau defek
               mungkin irreversibel.
3. Nama obat : Rifampisin
         •     Dosis : 1 x 450 mg
Farmakokinetik:
         •     Absorbsi: Dengan mudah diabsorbsi di saluran pencernaan
         •     Puncak: 2 - 4 jam
         •     Distribusi : didistribusikan kemana-mana meliputi CSF, melalui plasenta,
               didistribusikan ke dalam air susu
         •     Metabolisme: Dimetabolisme dalam liver untuk metabolisme aktif dan
               inaktif siklus enterohepatik
Eliminasi : Waktu paruh 3 jam. Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% - 65%
               dalam feses
Efek samping :
         •     CNS: fatigue, drowsiness, nyeri kepala, ataxia, kebingungan, pusing,
               ketidak mampuan berkonsentrasi, mati rasa secara umum, nyeri pada
               ekstremitas, kelemahan otot, gangguan penglihatan , konjungtivitis,
               hilangnya pendengaran frekuensi rendah, secara sementara.
         •     GI : heart burn, distress epigastrium, mual, muntah, anoreksia, flaturens,
kram, diare, kolitis pseudomembran
Hematologi : Trombositopenia, leukopeni sementara, anemia, meliputi (termasuk)
anemia hemolitik
Hypersensitivitas : panas, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada mulut dan
lidah, eosinophilia, hemolisis
Ginjal : hemoglobinuria, hematuria, Akut Renal Failure
Lain-lain: hemoptisis, light-chain proteinuria, sindrom “flulike”, gangguan menstruasi,
sindroma hepatorenal (dengan terapi intermitten). Peningkatan sementara pada tes
fungsi hati (bilirubin, BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST), pankreatitis
Overdosis: Gejala GI, meningkatnya lethargi, pembesaran liver            dan pengerasan,
jaundice, berkeringat, saliva, air mata, feces
Implikasi Perawatan
       •   Kapsul bisa dibuka diisi dan diminum/diteguk dengan air atau dicampur
           dengan makanan
       •   Suspensi oral dapat disiapkan dari kapsul untuk digunakan pada pasien
           pediatri
       •   Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Puncak dari tingkat
           serum diperlambat dan mungkin agak rendah ketika diberikan dengan
           makanan
       •   Pengawetan seharusnya dijaga dalam kapsul yang dikemas dalam botol ,
           dapat menjadi tidak stabil dalam keadaan lembab
Pengkajian dan efek obat
       •   Tes serologi dan kerentanan seharusnya ditentukan paling utama selama
           dan dalam keadaan / waktu kultur positif
       •   Disarankan tes fungsi hepatik secara periodik . Pasien dengan penyakit
           hepar harus dimonitor secara tertutup (closely)
       •   Jika pasien juga mendapat anti koagulan , waktu protrombin seharusnya
           ditentukan secara harian atau seringkali untuk membuat dan menjaga
           aktifitas antikoagulan
Pendidikan kepada pasien dan keluarga
       •   Informasikan kepada pasien bahwa obat bisa memberi warna pada urin
           merah -oranye, feces, sputum, keringat dan air mata. Terutama yang
           menggunakan kontak lensa atau kaca berwarna lainnya yang permanen
       •   Pasien dengan kontrasepsi oral, seharusnya mempertimbangkan alternatif
           metode-metode kontrasepsi. Hal-hal yang sama menggunakan Rimfapisin
           dan kontrasepsi oral menurunkan keefektifan dari kontrasepsi dan untuk
           gangguan menstruasi (spotting, perdarahan)
•    Perhatikan pasien agar menjaga obat dari jangkauan anak-anak
4. Nama obat : Pyrazinamide
    Dosis : 2 x 500 mg
Farmakokinetik :
       •    Absorbsi : Langsung diabsorpsi dari saluran pencernaan
       •    Puncak : 2 jam
       •    Distribusi : Melewati barier darah otak
       •    Metabolisme : di metabolisme di hati
       •    Eliminasi : waktu paruh 9 - 10 jam, diekresikan secara perlahan-lahan di
            dalam urin
Efek samping :
Astralgia, aktif gout, kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria, skin
rash (jarang), anemia hemolitik, splenomegali, limphadenopathy, hemoptisis, peptik
ulser, uric asid dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal, penurunan
plasma protrombin.
Implikasi perawatan
       •    Obat seharusnya tidak dilanjutkan jika ada reaksi hepar (jaundice,pruritis,
            sklera ikterik, yellow skin) atau hyperursemia dan akut gout
       •    Tempatkan dalam tempat tertutup (suhu 15 - 13 C)
Efek obat
       •    Pasien harus diobservasi dan mendapat petunjuk dari supervisi medis
       •    Pasien harus diperiksa secara teratur , dan kemungkinan adanya tanda
            toksik: pembesaran hepar, jaundice, kerusakan integritas vaskuler
            (echymosis, ptekie, perdarahan abnormal)
       •    Reaksi hepar lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan dosis tinggi
       •    Tes fungsi liver (AST, ALT, serum bilirubin) harus diperiksa 2-4 minggu
            selama terapi
Pendidikan kesehatan kepada pasien dalam keluarga
       •    Laporkan adanya kesulitan dalam pengosongan
       •    Pasien seharusnya berkeinginan untuk intake cairan 2000 ml/hari jika
            memungkinkan
       •    Pasien dengan diabetes melitus seharusnya terbuka untuk memonitor dan
            meminta saran terhadap kemungkinan kehilangan kontrol glikemia
5. Nama obat : Aldactone
    Dosis : 2 x 100 mg
    Farmakokinetik :
•   Absorbsi : 73% disaluran pencernaan, onset : perlahan-lahan.
       •   Puncak : 2-3 hari , max. efeknya 2 minggu.
       •   Durasi : 2-3 hari atau lebih.
       •   Distribusi : melalui placenta, didistribusikan melalui air susu.
       •   Metabolisme : di hati dan di ginjal.
       •   Eliminasi : Waktu paruh : 1,3 - 2,4 Jam parent kompound, 18 - 32 jam
           dimetabolisme, 40 - 57% di ekskresikan didalam urin , 35 - 40% di dalam
           empedu.
 Efek samping :
       •   Letargi, Fatique(penurunan BB yang cepat), nyeri kepala dan ataksia.
       •   Endokrin :       genekomastik, ketidakmampuan             untuk mempertahankan
           ereksi , efek endogenik (ketidakteraturan mens, hersutisme, suara dalam) ,
           berubahnya para tyroid, menurunnya glukosetoleransi .
       •   GI : Kram abdominal, nausea, muntah, anoreksia, diare.
       •   Kulit : Makulopapular, erythematosus rash, urtikaria.
       •   Lain-lain:   Ketidakseimbangan      cairan     dan       elektrolit   (hiperkalemia,
           hiponatremia),     peningkatan    BUN,       asidosis,     agranulasitosis,   SLE,
           hipertensi(post sympatectomi) , hiperurecemia, Gout.
Implikasi perawatan :
 Pengelolaan :
       •   Berikan dengan makanan untuk mempertinggi absorbsi makanan.
       •   Haluskan tablet sebelum diberikan dengan cairan yang dipilih oleh pasien.
       •   Obat disimpan dalam tempat tertutup, dalam kemasan tahan cahaya, dalam
           bentuk suspensi lebih tahan dalam waktu I bulan dibawah refrigeration.


 Pengkajian dan efek otot :
       •   Cek tekanan darah sebelum diberikan terapi.
       •   Serum elektrolit harus dimonitor, terutama selama permulaan terapi dan
           siapkan bila ada tanda-tanda ketidak seimbangan elektrolit.
       •   Monitor intake dan output setiap hari dan cek adanya edema, laporkan
           kekurangan respon diuretik atau perkembangan odem.
       •   Laporkan bila ada efek perubahan mental, letargi, stupor pada pasien
           dengan penyakit hati.
       •   Reaksi yang merugikan, terjadi reversibel yang umum dengan tidak
           dilanjutkan obat. Ginekomastik yang dihubungkan dengan dosis dan durasi
terapi. Ini semua dilakukan walaupun obat telah dihentikan.


Pendidikan pasien dan keluarga :
    •   Informasikan pada pasien dan keluarga efek obat deuretik yang maksimal
        mungkin tidak terjadi sampai 3 hari pemberian terapi. Dan deuretik
        kontinue untuk 2-3 hari setelah obat dihentikan.
    •   Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari hiponatremi, yang lebih
        sering terjadi pada pasien dengan serosis berat.
    •   Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang belebihan dari
        makanan yang tinggi potasium dan garam.
DAFTAR PUSTAKA


1. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI,
   Jakarta, 1987.
2. Donna D, Marilyn. V, Medical Sugical Nursing, WB Sounders, Philadelpia 1991.
3. Doenges E Marilynn, F.A Davis Company Philadelphia Edition 3 , 1989
4. RSUD Dr. Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Therapi, Lab UPF Ilmu Penyakit
5. Paru, Surabaya (1994)

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados (20)

Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah tb 2
Makalah tb 2Makalah tb 2
Makalah tb 2
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Makalah isk
Makalah iskMakalah isk
Makalah isk
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Lp askep bronkupneumonia
Lp askep bronkupneumoniaLp askep bronkupneumonia
Lp askep bronkupneumonia
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Faringitis dan tonsilitis AKPER PEMKAB MUNA
Faringitis dan tonsilitis AKPER PEMKAB MUNAFaringitis dan tonsilitis AKPER PEMKAB MUNA
Faringitis dan tonsilitis AKPER PEMKAB MUNA
 
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
 
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Infeksi saluran kemih dan genitalia
Infeksi saluran kemih dan genitaliaInfeksi saluran kemih dan genitalia
Infeksi saluran kemih dan genitalia
 
Appendiks kmb
Appendiks kmbAppendiks kmb
Appendiks kmb
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitis
 
PBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASIPBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASI
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitis
 
Rencana askep
Rencana askepRencana askep
Rencana askep
 
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA
 
Tuberkulosis
TuberkulosisTuberkulosis
Tuberkulosis
 
Lp faringitis
Lp faringitisLp faringitis
Lp faringitis
 

Destaque

Kelompok 13 super kelas mamalia
Kelompok 13 super kelas mamaliaKelompok 13 super kelas mamalia
Kelompok 13 super kelas mamaliaf' yagami
 
Ej electr electronica_alumnos
Ej electr electronica_alumnosEj electr electronica_alumnos
Ej electr electronica_alumnosRocío de Pablo
 
Calentamiento Global
Calentamiento GlobalCalentamiento Global
Calentamiento Global930809
 
Pertemuan 2 (perkecambahan)
Pertemuan 2 (perkecambahan)Pertemuan 2 (perkecambahan)
Pertemuan 2 (perkecambahan)f' yagami
 
02 sejarah-teori-sel-jenis-sel (ikip)
02 sejarah-teori-sel-jenis-sel (ikip)02 sejarah-teori-sel-jenis-sel (ikip)
02 sejarah-teori-sel-jenis-sel (ikip)f' yagami
 
Kelompok 10 super kelas amphibi
Kelompok 10  super kelas amphibiKelompok 10  super kelas amphibi
Kelompok 10 super kelas amphibif' yagami
 

Destaque (8)

Kelompok 13 super kelas mamalia
Kelompok 13 super kelas mamaliaKelompok 13 super kelas mamalia
Kelompok 13 super kelas mamalia
 
Ej electr electronica_alumnos
Ej electr electronica_alumnosEj electr electronica_alumnos
Ej electr electronica_alumnos
 
La Figura Del Community Manager
La Figura Del Community ManagerLa Figura Del Community Manager
La Figura Del Community Manager
 
Calentamiento Global
Calentamiento GlobalCalentamiento Global
Calentamiento Global
 
A Felicidade Pode Demorar
A Felicidade Pode DemorarA Felicidade Pode Demorar
A Felicidade Pode Demorar
 
Pertemuan 2 (perkecambahan)
Pertemuan 2 (perkecambahan)Pertemuan 2 (perkecambahan)
Pertemuan 2 (perkecambahan)
 
02 sejarah-teori-sel-jenis-sel (ikip)
02 sejarah-teori-sel-jenis-sel (ikip)02 sejarah-teori-sel-jenis-sel (ikip)
02 sejarah-teori-sel-jenis-sel (ikip)
 
Kelompok 10 super kelas amphibi
Kelompok 10  super kelas amphibiKelompok 10  super kelas amphibi
Kelompok 10 super kelas amphibi
 

Semelhante a TUBERKULOSIS PARU

Pneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptxPneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptxSitiMutia15
 
KEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX.pptx
KEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX.pptxKEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX.pptx
KEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX.pptxThoriqfahranulsafiah
 
KEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX (1).pptx
KEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX (1).pptxKEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX (1).pptx
KEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX (1).pptxThoriqfahranulsafiah
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi PleuraAsuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi PleuraNola Hastuti
 
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptxAsuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptxThoriqfahranulsafiah
 
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptxasuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptxdionziel
 
Adult Respiratory Distress Syndrome
Adult Respiratory Distress SyndromeAdult Respiratory Distress Syndrome
Adult Respiratory Distress SyndromeArif WR
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptTriUmiana1
 
Askep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbcAskep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbcArdian Putra
 
Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Egla Aliu
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...Operator Warnet Vast Raha
 
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babiiJtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babiiRyan Martins
 
Askep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitisAskep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitisSumadin1112
 
Pbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batukPbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batukAi Coryde
 
Asuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteriAsuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteriocto zulkarnain
 

Semelhante a TUBERKULOSIS PARU (20)

PERTUSIS.pptx
PERTUSIS.pptxPERTUSIS.pptx
PERTUSIS.pptx
 
Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paruTuberkulosis paru
Tuberkulosis paru
 
Pneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptxPneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptx
 
KEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX.pptx
KEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX.pptxKEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX.pptx
KEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX.pptx
 
KEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX (1).pptx
KEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX (1).pptxKEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX (1).pptx
KEL 4 - ASKEP TBC PADA ANAK FIX (1).pptx
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi PleuraAsuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
 
pertusis.pptx
pertusis.pptxpertusis.pptx
pertusis.pptx
 
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptxAsuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_dengan_TB.pptx
 
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptxasuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
 
Adult Respiratory Distress Syndrome
Adult Respiratory Distress SyndromeAdult Respiratory Distress Syndrome
Adult Respiratory Distress Syndrome
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
 
Askep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbcAskep ggn pernafasan_tbc
Askep ggn pernafasan_tbc
 
Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
 
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babiiJtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
 
Askep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitisAskep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitis
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batukPbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batuk
 
Asuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteriAsuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteri
 

Mais de f' yagami

Peranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianPeranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianf' yagami
 
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik LengkapPengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkapf' yagami
 
Tanaman Transgenik
Tanaman TransgenikTanaman Transgenik
Tanaman Transgenikf' yagami
 
Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)
Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)
Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)f' yagami
 
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbions
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbionsJamur bersifat saprofit, parasit, simbions
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbionsf' yagami
 
Reproduksi Fungi
Reproduksi FungiReproduksi Fungi
Reproduksi Fungif' yagami
 
Materi kuliah microteaching
Materi kuliah microteachingMateri kuliah microteaching
Materi kuliah microteachingf' yagami
 
Askep hernia inguinalis
Askep hernia inguinalisAskep hernia inguinalis
Askep hernia inguinalisf' yagami
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anakf' yagami
 
Askep trauma thorax
Askep trauma thoraxAskep trauma thorax
Askep trauma thoraxf' yagami
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritisf' yagami
 
Askep hemorhoid
Askep hemorhoidAskep hemorhoid
Askep hemorhoidf' yagami
 
sistem alat gerak
sistem alat geraksistem alat gerak
sistem alat gerakf' yagami
 
Contoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktsp
Contoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktspContoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktsp
Contoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktspf' yagami
 
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolitLarutan elektrolit dan larutan non elektrolit
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolitf' yagami
 
Sistem reproduksi vertebrata
Sistem reproduksi vertebrataSistem reproduksi vertebrata
Sistem reproduksi vertebrataf' yagami
 
Tutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplay
Tutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplayTutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplay
Tutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplayf' yagami
 
Reproduksi pada hewan vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrataReproduksi pada hewan vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrataf' yagami
 

Mais de f' yagami (20)

Jamur
JamurJamur
Jamur
 
Peranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianPeranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanian
 
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik LengkapPengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
 
Tanaman Transgenik
Tanaman TransgenikTanaman Transgenik
Tanaman Transgenik
 
Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)
Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)
Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)
 
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbions
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbionsJamur bersifat saprofit, parasit, simbions
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbions
 
Reproduksi Fungi
Reproduksi FungiReproduksi Fungi
Reproduksi Fungi
 
Materi kuliah microteaching
Materi kuliah microteachingMateri kuliah microteaching
Materi kuliah microteaching
 
Askep hernia inguinalis
Askep hernia inguinalisAskep hernia inguinalis
Askep hernia inguinalis
 
Askep tbc
Askep tbcAskep tbc
Askep tbc
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anak
 
Askep trauma thorax
Askep trauma thoraxAskep trauma thorax
Askep trauma thorax
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Askep hemorhoid
Askep hemorhoidAskep hemorhoid
Askep hemorhoid
 
sistem alat gerak
sistem alat geraksistem alat gerak
sistem alat gerak
 
Contoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktsp
Contoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktspContoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktsp
Contoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktsp
 
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolitLarutan elektrolit dan larutan non elektrolit
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
 
Sistem reproduksi vertebrata
Sistem reproduksi vertebrataSistem reproduksi vertebrata
Sistem reproduksi vertebrata
 
Tutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplay
Tutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplayTutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplay
Tutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplay
 
Reproduksi pada hewan vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrataReproduksi pada hewan vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrata
 

Último

Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Último (20)

Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

TUBERKULOSIS PARU

  • 1. TUBERKOLOSIS PARU PENGERTIAN : Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkulosis. ETIOLOGI : Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandunagn oksiginnya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit Tuberkulosis PATOFISIOLOGI : Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor (makrofag), sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas ( lambat). Basil Tuberkel yang mencapai permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu unit (1-3 basil), gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang berada dialveolus dibagian bawah lobus atas paru basil tuberkel ini membuat peradangan. Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit, namun tidak membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni selluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis kaseosa) . Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibroblas membentuk jaringan parut dan ahirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel.. TANDA & GEJALA
  • 2. Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak adalah : 1. Demam : subfebril, febril ( 40-41derajat C) hilang timbul. 2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang /mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulenta (menghasilkan sputum) 3. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru. 4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. 5. Malaise : ditemukan beripa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun, sakir kepala, nyeri otot, keringat diwaktu malam hari Pada Atelektasis terdapat gejala manifestasi klinik yaitu: Sianosis, Sesak nafas, Kolaps. Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong kesisi yang sakit. Pada Foto Torax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK: Pemeriksaan fisik : • Pada tahap dini sulit diketahui. • Ronchi basah, kasar dan nyaring. • Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik. • Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis. • Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak) Pemeriksaan Radiologi : • Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas. • Pada kavitas bayangan berupa cincin. • Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB. Laboratorium : • Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
  • 3. Sputum : pada kultur ditemukan BTA • Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm) PENATALAKSANAAN : • Penyuluhan • Pencegahan • Pemberian obat-obatan : 1. OAT (obat anti tuberkulosa) : 2. Bronchodilatator 3. Expektoran 4. OBH 5. Vitamin • Fisioterapi dan rehabilitasi • Konsultasi secara teratur
  • 4. ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN a. Pola aktifitas dan istirahat : Fatique, Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur, Berkeringat pada malam hari b. Pola Nutrisi : Anorexia, Mual, tidak enak diperut, BB menurun c. Respirasi : Batuk produktif (pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada. d. Riwayat Keluarga : Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama (penyakit yang sama) e. Riwayat lingkungan : Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggauta keluarga yang banyak. f. Aspek Psikososial : • Merasa dikucilkan • Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri. • Biasanya pada keluarga yang kurang mampu. • Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang bayak. • Masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien. • Tidak bersemangat, putus harapan. g. Riwayat Penyakit sebelumnya : • Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh sembuh. • Pernah berobat, tetapi tidak sembuh. • Pernah berobat tetapi tidak teratur (drop out). DIAGNOSA PERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL :
  • 5. 1. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan adanya faktor resiko : • Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis. • Kerusakan membran alveolar kapiler. • Sekret yang kental • Edema Bronchial. 2. Potensial infeksi dan penyebaran infeksi sehubungan dengan : • Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap. • Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar. • Daya tahan/ resistensi terhadap infeksi rendah • Malnutrisi • Terkontaminasi oleh lingkungan. • Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman. 3. Gangguan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan: Kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dyspnoe, anorexia, penurunan finansial /biaya. 4. Pembersihan jalan nafas yang tidak efektif sehubungan dengan : Sekresi yang kental, lengket dan berdarah, lelah dan usaha batuk yang kurang, Edema trachea/larink. 5. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan Hygiene), tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, sehubungan dengan : Tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, terbatas pengetahuan/kognisi, tidak akurat, tidak lengkap imformasi yang didapat. Pengobatan: 1. Nama obat : INH Dosis : 1 x 400 mg Farmakokinetik: • Diabsorbsi : dari saluran pencernaan, makanan mengurangi kecepatan dan tingkat absorbsi • Puncak : 1 - 2 jam • Distribusi : Keseluruh jaringan tubuh dan cairan termasuk CNS, melewati plasenta • Metabolisme : Tidak diaktifkan oleh acetylation di dalam hati • Eliminasi : waktu paruh 1 - 4 jam, 75 - 96% diekresikan dalam urin dalam 24 jam, diekskresikan dalam air susu
  • 6. Efek samping : biasanya dihubungkan dengan dosis CNS : parestesias, perifeal neuropaty, nyeri kepala, kelemahan, tinitus, pusing, vertigo, ataxia, somnolen, insomnia, amnesia,euphoria, toxis psikosis, perubahan tingkah laku, depresi, kerusakan memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi, otot kejang, mimpi yang berlebihan , menstruasi Mata : Penglihatan kabur, terganggunya penglihatan, optik neuritis, atropi GI : Mual , muntah , epigastrium distress, mulut kering, konstipasi Hematologi : Agranulositosis, hemolitik atau anemia aplastik, trombositopenia, eosinophilia, methemoglobinemia Hepatotoksisitas: panas dingin, kulit yang melepuh (mosbiliform, macula papular, purpura, urticaria) limpadenitis, vaskulitis Metabolik endokrin : Penurunan absorbsi vitamin B12, defisiensi pridoksin (vitamin B6), pellagra, gynecomastia, hyperglikemia, glikosuria, hyperkalemia, hipophosphathemia, hipokalsemia, acetonia, asidosis metabolik, proteinemia Lain-lain : dyspnea, retensi urine, demam yangdisebabkan obat-obat, rematik, lupus erythromatosus syndrome, iritasi di tempat bekas injeksi. Implikasi perawatan : Pengelolaan : • Obat oral INH lebih baik diberikan sebelum makan 1 - 2 jam sebelum makanan diabsorbsi, jika terjadi iritasi GI, obat boleh diberikan bersama makanan • Isoniazid dalam bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal dan disimpan dalam temperatur yang rendah. Jika hal ini terjadi obat disimpan ditempat yang hangat atau dalam temperatur ruangan. • Nyeri lokal sementara setelah injeksi IM, massage daerah injeksi dengan cara memutar daerah injeksi • Obat disimpan harus ditutup rapat, temperatur 15 - 30 C kecuali diberikan secara sebaliknya Pengkajian /efek obat : • Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum pemberian therapy untuk mendeteksi kemungkinan bakteri yang resisten • Efek therapetik biasanya menjadi jelas dalam 2 - 3 minggu pertama pemberian therapi. Lebih dari 90% pasien yang diberikan therapi mempunyai sputum yang berkurang setelah 6 bulan • Pemeriksaan mata • Monitor Tekanan darah selama pemberian obat • Pasien seharusnya secara hati-hati dengan interview dan diperiksa dalam interval bulanan untuk mendeteksi dini dari tanda dan gejala hepatotoksisitas
  • 7. Therapi INH yang kontinyu setelah onset dari disfungsi hepatik meningkatkan resiko kerusakan hati yang lebih berat • Isoniazid hepatitis (kadang-kadang fatal) biasanya berkembang selama 3 - 6 bulan pertama, tetapi mungkin terjadi setiap waktu selama pemberian therapi, hal ini lebih banyak frekwensinya pada pasien dengan umur 35 tahun atau lebih atau terutama yang meminum alkohol setiap hari • Cek berat badan 2 kali seminggu, di bawah kondisi standart • Pasien DM seharusnya diabsorbsi untuk hilangnya kontrol diabetes antara glikosuria yang nyata dan tes benedik positif; yang palsu segera dilaporkan • Neuritis peripheral lebih banyak menimbulkan afek toksik seringkali didahului oleh parestesikaki dan tangan. Pasien yang bebas kerentanan meliputi (termasuk) alkoholik atau pasien denga penyakit liver, malnutrisi, diabetik, inaktivator lambat, wanita hamil dan kekuatan. Pendidikan kesehatan kepada keluarga dan pasien • Memeperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung tyramine (keju, ikan) yang menjadi penyebab dari palpitasi, peningktan tekanan darah. • Instruksi pasien untuk melapor kepada medis bila ada tanda dan gejala dari perkembangan hepatotoksik • Memperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung histamin (ikan tuna) yang bisa menjadi penyebab dari palpitasi memperbesar respon obat (nyeri kepala, hipotensi,palpitasi,berkeringat, diare) • Umumnya therapi INH diberikan 6 bulan - 2 tahun untuk pengobatan TBC yang aktif, bila digunakan untuk terapi preventif, INH diberikan 12 bulan. 2. Nama obat : Ethambutol hydrochloride Dosis: Dewasa 15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg kg/BB/hari atau 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kgBB/hr Anak: : 6 - 12 tahun: 10 - 15 mg/kgBB/hari Farmakokinetik: • Absorbsi : 70% - 80% diabsorbsi di saluran pencernaan • Puncak 2 - 4 jam • Distribusi: diodistribusi ke seluruh jaringan tubuh, konsentrasi tertinggi dalam eritrosit, ginjal, paru-paru, saliva, melalui plasenta, didistribusi kedalam air susu. • Metabolisme: dimetabolisme dalam hati Eliminasi : waktu paruh 3 - 4 jam, 50% diekresikan dalam urin selama 24 jam, 20 - 22 % dikeluarkan dalam feses
  • 8. Efek samping : • CNS : Nyeri kepala , pening/pusing, kebingungan, halusinasi, parestesia, neuritis peripheral, nyeri tulang sendi, kelemahan pada ekstremitas bagian bawah • Mata : Toksisitas bola mata : neuritis retrabulbar optik, kemungkinan neuritis anterior optik dengan penurunan dalam ketajaman penglihatan, menyempitnya luas lapang pandang, kebutaan pada warna merah-hijau, skotoma pada bagian pusat dan periferal, mata nyeri, fotophobia, perdarahan dan edema retina. • Saluran pencernaan : anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen • Hypersensitifitas : pruritis , dermatitis, anafilaktis • Hyperuresemia, demam , malaise, leukopenia (jarang), sputum yang mengandung darah, gangguan sementara dalam fungsi liver (kemungkinan hepatotoksisitas), nefrotoksisitas, gout artritis akut, abnormalitas EKG, pengeluaran keringat Implikasi Perawatan • Ethambutol mungkin diberikan setelah makan jika iritasi saluran pencernaan terjadi. Absorpsi tidak begitu dipengaruhi oleh makanan dalam perut. • Lindungi ethambutol dari cahaya, kelembaman dan panas. Letakan dalam kemasan yang tertutup rapat-rapat pada suhu 15 - 30 C kecuali kalau diberikan langsung . Pengkajian dan efek obat • Kultur dan tes kerentanan seharusnya seharusnya ditentukan sebelum dimulainya tindakan/dan pengulangan secara periodik pada terapi secara keseluruhan . • Toksisitas okuli secara umum kelihatan dalam 1 - 7 bulan setelah dimulainya tyerapi. Gejala biasanya tidak tampak selama beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah obat tidak dilanjutkan • Uji opthalmoskopik meliputi tes luas lapang pandang , tes untuk ketajaman penglihatan menggunakan kertas mata, dan tes untuk penggolongan diskriminasi warna seharusnya ditentukan lebih dulu untuk memulai therapi dan dalam interval bulanan selama therapi. Mata seharusnya dites secara terpisah sama baiknya secara bersama-sama • Monitor rasio input dan output pada pasien dengan kerusakan ginjal . Laporkan adanya oliguria atau perubahan yang penting pada ratio atau
  • 9. dalam laporan laboratorium tentang fungsi ginjal. Akumulasi sistemik dengan toksisitas dapat dihasilkan dari ekresi obat-obat yang lambat • Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung sel darah dan determinan serum asam urat seharusnya ditentukan dalam interval yang teratur pada terapi secara menyeluruh. 1. Pendidikan pasien dan keluarga • Secara umum, therapi dapat berlanjut selama 1-2 terapi lebih lama, meskipun teraturnya pengobatan yang lebih pendek bisa digunakan dengan baik • Jika pasien hamil, selama pengobatan sarankan untuk melaporkan pada dokter dengan segera . Obat seharusnya tersendiri. • Sarankan pasien untuk melaporkan dengan tepat pada dokter tentang kejadian mengaburnya pandangan , perubahan persepsi warna, mengecilnya luas lapang pandang , beberapa gejala penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara periodik ditanyakan tentang matanya • Jika dideteksi secara dini, defek visual secara umum tidak kelihatan lebih dari beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada beberapa instansi (jarang), pemulihan mungkin lambat. Selama setahun atau lebih atau defek mungkin irreversibel. 3. Nama obat : Rifampisin • Dosis : 1 x 450 mg Farmakokinetik: • Absorbsi: Dengan mudah diabsorbsi di saluran pencernaan • Puncak: 2 - 4 jam • Distribusi : didistribusikan kemana-mana meliputi CSF, melalui plasenta, didistribusikan ke dalam air susu • Metabolisme: Dimetabolisme dalam liver untuk metabolisme aktif dan inaktif siklus enterohepatik Eliminasi : Waktu paruh 3 jam. Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% - 65% dalam feses Efek samping : • CNS: fatigue, drowsiness, nyeri kepala, ataxia, kebingungan, pusing, ketidak mampuan berkonsentrasi, mati rasa secara umum, nyeri pada ekstremitas, kelemahan otot, gangguan penglihatan , konjungtivitis, hilangnya pendengaran frekuensi rendah, secara sementara. • GI : heart burn, distress epigastrium, mual, muntah, anoreksia, flaturens,
  • 10. kram, diare, kolitis pseudomembran Hematologi : Trombositopenia, leukopeni sementara, anemia, meliputi (termasuk) anemia hemolitik Hypersensitivitas : panas, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada mulut dan lidah, eosinophilia, hemolisis Ginjal : hemoglobinuria, hematuria, Akut Renal Failure Lain-lain: hemoptisis, light-chain proteinuria, sindrom “flulike”, gangguan menstruasi, sindroma hepatorenal (dengan terapi intermitten). Peningkatan sementara pada tes fungsi hati (bilirubin, BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST), pankreatitis Overdosis: Gejala GI, meningkatnya lethargi, pembesaran liver dan pengerasan, jaundice, berkeringat, saliva, air mata, feces Implikasi Perawatan • Kapsul bisa dibuka diisi dan diminum/diteguk dengan air atau dicampur dengan makanan • Suspensi oral dapat disiapkan dari kapsul untuk digunakan pada pasien pediatri • Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Puncak dari tingkat serum diperlambat dan mungkin agak rendah ketika diberikan dengan makanan • Pengawetan seharusnya dijaga dalam kapsul yang dikemas dalam botol , dapat menjadi tidak stabil dalam keadaan lembab Pengkajian dan efek obat • Tes serologi dan kerentanan seharusnya ditentukan paling utama selama dan dalam keadaan / waktu kultur positif • Disarankan tes fungsi hepatik secara periodik . Pasien dengan penyakit hepar harus dimonitor secara tertutup (closely) • Jika pasien juga mendapat anti koagulan , waktu protrombin seharusnya ditentukan secara harian atau seringkali untuk membuat dan menjaga aktifitas antikoagulan Pendidikan kepada pasien dan keluarga • Informasikan kepada pasien bahwa obat bisa memberi warna pada urin merah -oranye, feces, sputum, keringat dan air mata. Terutama yang menggunakan kontak lensa atau kaca berwarna lainnya yang permanen • Pasien dengan kontrasepsi oral, seharusnya mempertimbangkan alternatif metode-metode kontrasepsi. Hal-hal yang sama menggunakan Rimfapisin dan kontrasepsi oral menurunkan keefektifan dari kontrasepsi dan untuk gangguan menstruasi (spotting, perdarahan)
  • 11. Perhatikan pasien agar menjaga obat dari jangkauan anak-anak 4. Nama obat : Pyrazinamide Dosis : 2 x 500 mg Farmakokinetik : • Absorbsi : Langsung diabsorpsi dari saluran pencernaan • Puncak : 2 jam • Distribusi : Melewati barier darah otak • Metabolisme : di metabolisme di hati • Eliminasi : waktu paruh 9 - 10 jam, diekresikan secara perlahan-lahan di dalam urin Efek samping : Astralgia, aktif gout, kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria, skin rash (jarang), anemia hemolitik, splenomegali, limphadenopathy, hemoptisis, peptik ulser, uric asid dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal, penurunan plasma protrombin. Implikasi perawatan • Obat seharusnya tidak dilanjutkan jika ada reaksi hepar (jaundice,pruritis, sklera ikterik, yellow skin) atau hyperursemia dan akut gout • Tempatkan dalam tempat tertutup (suhu 15 - 13 C) Efek obat • Pasien harus diobservasi dan mendapat petunjuk dari supervisi medis • Pasien harus diperiksa secara teratur , dan kemungkinan adanya tanda toksik: pembesaran hepar, jaundice, kerusakan integritas vaskuler (echymosis, ptekie, perdarahan abnormal) • Reaksi hepar lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan dosis tinggi • Tes fungsi liver (AST, ALT, serum bilirubin) harus diperiksa 2-4 minggu selama terapi Pendidikan kesehatan kepada pasien dalam keluarga • Laporkan adanya kesulitan dalam pengosongan • Pasien seharusnya berkeinginan untuk intake cairan 2000 ml/hari jika memungkinkan • Pasien dengan diabetes melitus seharusnya terbuka untuk memonitor dan meminta saran terhadap kemungkinan kehilangan kontrol glikemia 5. Nama obat : Aldactone Dosis : 2 x 100 mg Farmakokinetik :
  • 12. Absorbsi : 73% disaluran pencernaan, onset : perlahan-lahan. • Puncak : 2-3 hari , max. efeknya 2 minggu. • Durasi : 2-3 hari atau lebih. • Distribusi : melalui placenta, didistribusikan melalui air susu. • Metabolisme : di hati dan di ginjal. • Eliminasi : Waktu paruh : 1,3 - 2,4 Jam parent kompound, 18 - 32 jam dimetabolisme, 40 - 57% di ekskresikan didalam urin , 35 - 40% di dalam empedu. Efek samping : • Letargi, Fatique(penurunan BB yang cepat), nyeri kepala dan ataksia. • Endokrin : genekomastik, ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi , efek endogenik (ketidakteraturan mens, hersutisme, suara dalam) , berubahnya para tyroid, menurunnya glukosetoleransi . • GI : Kram abdominal, nausea, muntah, anoreksia, diare. • Kulit : Makulopapular, erythematosus rash, urtikaria. • Lain-lain: Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia), peningkatan BUN, asidosis, agranulasitosis, SLE, hipertensi(post sympatectomi) , hiperurecemia, Gout. Implikasi perawatan : Pengelolaan : • Berikan dengan makanan untuk mempertinggi absorbsi makanan. • Haluskan tablet sebelum diberikan dengan cairan yang dipilih oleh pasien. • Obat disimpan dalam tempat tertutup, dalam kemasan tahan cahaya, dalam bentuk suspensi lebih tahan dalam waktu I bulan dibawah refrigeration. Pengkajian dan efek otot : • Cek tekanan darah sebelum diberikan terapi. • Serum elektrolit harus dimonitor, terutama selama permulaan terapi dan siapkan bila ada tanda-tanda ketidak seimbangan elektrolit. • Monitor intake dan output setiap hari dan cek adanya edema, laporkan kekurangan respon diuretik atau perkembangan odem. • Laporkan bila ada efek perubahan mental, letargi, stupor pada pasien dengan penyakit hati. • Reaksi yang merugikan, terjadi reversibel yang umum dengan tidak dilanjutkan obat. Ginekomastik yang dihubungkan dengan dosis dan durasi
  • 13. terapi. Ini semua dilakukan walaupun obat telah dihentikan. Pendidikan pasien dan keluarga : • Informasikan pada pasien dan keluarga efek obat deuretik yang maksimal mungkin tidak terjadi sampai 3 hari pemberian terapi. Dan deuretik kontinue untuk 2-3 hari setelah obat dihentikan. • Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari hiponatremi, yang lebih sering terjadi pada pasien dengan serosis berat. • Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang belebihan dari makanan yang tinggi potasium dan garam.
  • 14. DAFTAR PUSTAKA 1. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987. 2. Donna D, Marilyn. V, Medical Sugical Nursing, WB Sounders, Philadelpia 1991. 3. Doenges E Marilynn, F.A Davis Company Philadelphia Edition 3 , 1989 4. RSUD Dr. Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Therapi, Lab UPF Ilmu Penyakit 5. Paru, Surabaya (1994)