SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 14
PENGERTIAN WACANA, KOHESI, DAN KOHERENSI


                   PENGERTIAN WACANA, KOHESI, DAN KOHERENSI
             Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa
                             Pengampu: AG. Djoko Widodo, M.Pd




                                  Disusun 6 D, kelompok 10:
1. Eka Budi Yuliani               ( 09410158)
2. Endhi Pujiana                          ( 09410160)
3. Nurhadi                                      ( 09410176)
4. Silvia Ariani                          ( 09410182)


                   JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
                      FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
                                   IKIP PGRI SEMARANG
                                                2011
                                     KATA PENGANTAR




          Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
   sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan baik. Shalawat serta salam
   tak luput pula kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita
   nantikan syafaatnya di zaumul akhir.
Adapun tujuan pembuatan makalah tersebut yakni untuk memenuhi tugas wajib mata
   kuliah Kapita Selekta Sastra yang berjumlah 2 sks dan sekaligus sebagai mahasiswa IKIP
   PGRI Semarang tahun 2012.
          Penyelesaian makalah ini membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
   kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
   penyelesaian makalah. Seperti peribahasa “ Tak ada gading yang tak retak” maka dari itu
   kritik serta saran kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah yang telah kami susun.
          Semoga makalah yang berjudul Pengertian Wacana, Kohesi, dan Koherensi dapat
   memenuhi tugas wajib kami mata kuliah Kapita Selekta Bahasa dengan sempurna dan
   mendapatkan nilai yang memuaskan. Selain itu juga dapat menambah pengetahuan bagi
   pembaca, serta dapat dijadikan acuan pembaca dalam pembuatan laporan pada tahun
   berikutnya.




                                                  Semarang, 6 Juni 2012




                                             BAB 1
                                       PENDAHULUAN


1. Latar Belakang
   Suatu wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh
   komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan. Organisasi inilah
   yang disebut sebagai struktur wacana. Sebagai sebuah organisasi, struktur wacana dapat
   diurai atau dideskripsikan bagian-bagiannya.
        Keutuhan struktur wacana lebih dekat maknanya sebagai kesatuan maknawi ( semantis)
   ketimbang sebagai kesatuan bentuk ( sintaksis) ( lihat Halliday dan Hassan, 1976 : 2). Suatu
   rangkaian kalimat dikatakan menjadi struktur wacana bial di dalamnya terdapat hubungan
   emosional antar bagian yang satu dengan bagian lainnya. Sebaliknya, suatu rangkaian kalimat
belum tentu bisa disebut sebagai wacana apabila tiap-tiap kalimat dalam rangkaian itu
         memiliki makna sendiri-sendiri dan tidak berkaitan secara semantic.


       2. Rumusan Masalah
         a. Bagaimanakah wacana itu?
         b. Seperti apakah kohesi itu?
       c. Seperti apakah koherensi itu?


       3. Manfaat
       a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Bahasa
       b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca
       c. Sebagai panduan atau referensi Kegiatan Belajar Mengajar




                                                DAFTAR ISI


         Halaman Judul
         Kata Pengantar
         BAB I PENDAHULUAN
I.        Latar Belakang
II.       Rumusan Masalah
III.      Manfaat


         BAB II PEMBAHASAN


         BAB III PENUTUP


I.        Simpulan
II.       Saran


         DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN
1) Pengertian Wacana
a.   Istilah “wacana” berasal dari bahasa Sansekerta wac/ wak/ vak, artinya berkata, berucap (
     Douglas, 1967:266). Bila dilihat dari jenisnya, kata wac dalam morfologi bahasa Sansekerta,
     termasuk kata kerja golongan III parasmaepada (m) yang bersifat aktif, yaitu „melakukan
     tindakan ujar‟. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana. Bentuk ana
     yang muncul di belakang adalah sufiks ( akhiran). yang bermakna membedakan (
     nominalisasi). Jadi, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan.
b. Menurut Anton M. Moelino ( 1998:334) mengatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat
     yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya dalam
     kesatuan makna.
c.    Menurut Harimurti Kridalaksana mengatakan bahwa wacana                berarti satuan bahasa
     terlengkap, yang dalam hirarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal tertinggi, dan
     terbesar. Wacana juga dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraph, atau
     karangan utuh ( buku) yang membawa amanat lengkap.
d.   Menurut Henry Guntur Tarigan, wacana adalah satuan bahasa ynag paling lengkap, lebih
     tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal
     dan akhir yang jelas berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara tertulis maupun lisan.
e.    Menurut Samsuri mengemukakan bahwa wacana ialah rekaman kalimat yang berkaitan
     sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat itu.
f.   Menurut Eko Wardono, wacana adalah satuan tuturan yang mempunyai satu pokok gagasan (
     topic).
g.    Menurut Soeseno Kartomiharjo, wacana adalah cabang ilmu yang dikembangkan untuk
     menganalisis suatu unit bahasa yang leih besar daripada kalimat. Unit yang dimaksud dapat
     berupa paragraph, teks bacaan, undangan, percakapan.
h. Menurut Tim Penyusun KBBI, wacana berarti kelas kata benda ( nominal) yang mempunyai
     arti sebagai berikut: 1. ucapan, perkataan, tuturan 2. keseluruan tutur yang merupakan suatu
     kesatuan 3. satuan bahasa terlengkap.
i.   Yayat Sudarjat mengatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dari rentetan
     kaliamat yang kontinuitas, kohesif, dan koheren.
2) Kohesi
               Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara structural
     membentuk ikatan sintaktikal. Anton M. Moelino ( 1988:34) menyatakan bahwa wacana
yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Konsep kohesif sebenarnya
     mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang
     digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh.
     Menurut Anton M. Moelino, dkk ( 1987:96) untuk memperoleh wacana yang baik dan utuh,
     maka kalimat-kalimatnya harus kohesif. Hanya dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu
     unsur dalam wacana dapat di interpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan
     unsure-unsur lainnya. Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan
     kohesi leksikal.
     Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa. Kohesi leksikal
     artinya kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
     Kohesi gramatikal meliputi:
A. Referensi (pengacuan)
     Referensi merupakan pengacuan satuan lingual tertentu terhadap satuan lainnya. Di lihat dari
     acuannya, referensi terbagi atas:
1. Referensi eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks wacana. Contoh:
     Itu matahari, kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu “benda
     berpijar yang menerangi alam ini”.
2. Referensi endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks wacana.
     Referensi endofora terbagi atas:
a.   Referensi anaphora yaitu pengacuan satual lingual yang disebutkan terlebih dahulu, mengacu
     yang sebelah kiri.
     Contoh: Peringatan HUT ke-66 Indonesia ini akan di ramaikan dengan pagelaran pesta
     kembang api.
b.   Referensi katafora yaitu pengacuan satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu
     yang sebelah kanan.
     Contoh: Kamu harus pergi! Ayo, cici cepatlah!
     Di lihat dari klasifikasinya, referensi terbagi atas:
1. Referensi persona yaitu pengacuan satual lingual berupa pronomina atau kata ganti orang.
                                               Tunggal                 Jamak
                 Persona pertama               Aku, saya               Kami, kita
                 Persona kedua                 Kamu, engkau, anda      Kalian, kami sekalian
                 Persona ketiga                Dia, ia, beliau         Mereka
Contoh: Firdaus, kamu harus mandi.
2.    Referensi demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk.
     Biasanya menggunakan kata : kini, sekarang, saat ini, di sini, di situ, ini, itu, dan sebagainya.
     Contoh: Pohon-pohon kelapa itu, tumbuh di tanah lereng diantara pepohonan lain yang rapat
     dan rimbun.
3. Referensi interogatif yaitu pengacuan satuan lingual berupa kata tanya.
     contoh: Kamu mau kemana?
4.   Referensi komparatif yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk membandingkan
     satual lingual lain.
     contoh: Tidak berbeda jauh dengan ibunya, Nita orangnya cantik, ramah, dan lemah
     lembut.
B. Substitusi ( penggantian)
         Substitusi diartikan sebagai penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain dalam
     wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Substitusi dilihat dari satuan lingualnya dapat
     dibedakan atas:
1. Substitusi nominal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa
     kata benda.
     Contoh: Memang Soni mencintai gadis itu. Wanita itu berasal dari Surakarta. Pacarnya itu
     memang cantik, halus budi bahasanya, dan bersifat keibuan.
2.   Substitusi verbal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa
     kata kerja.
     Contoh: Soni berusaha menyembuhkan penyakitnya dengan berobat ke dokter kemarin sore.
     Ternyata dia di vonis menderita penyakit kanker. Selain berusaha ke dokter, dia juga tidak
     lupa berdoa dan selalu berikhtiar pada allah.
3.   Substitusi frasa yaitu penggantisn satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang
     berupa frasa.
     Contoh: Hari ini hari minggu. Mumpung hari libur aku manfaatkan saja untuk menengok
     Nenek di desa.
4. Substitusi klausal yaitu penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang
     berupa klausa.
     Contoh:
     Nida    : jika perubahan yang dialami oleh azam tidak bisa diterima dengan baik oleh orang-
     orang di sekitarnya, mungkin hal itu dikarenakan oleh kenyataan bahwa orang –orang tesebut
     banyak yang tidak sukses seperti azam.
Barik : tampaknya memang begitu!
C. Elipsis atau pelesapan
     Elipsis adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya. Adapun
     fungsi dari elipsis yaitu:
1. Untuk efektifitas kalimat
2. Untuk mencapai nilai ekkonomis dalam pemakaian bahasa
3. Untuk mencapai aspek kepaduan wacana
4.   Untuk mengaktifkan pikiran pendengar atau pembaca terhadap sesuatu yang di ungkapkan
     dalam satuan kata.
     Contoh: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat
     yang menentuksn dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih.
     Kalimat kedua yang berbunyi terima kasih merupakan elipsis. Unsur yang hilang adalah
     subjek dan predikat. Kalimat tersebut selengkapnya berbunyi: Tuhan selalu memberikan
     kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan
     skripsi ini. Saya mengucapkan terima kasih.
     Kakak: Kapan adik datang?
     Adik : tadi siang.
     Pernyataan adik tersebut merupakan pelesapan subjek dan predikat. Kalimat tersebut
     selengkapnya berbunyi: Saya datang tadi siang.
D. Konjungsi (perangkaian)
     Konjungsi adalah kohesi gramatikal yang dilakukan dengan menghubungkan unsure yang
     satu dengan unsure yang lain. Unsur yang dirangkai berupa kata, frasa, klausa, dan paragraf.
     Macam-macam konjungsi sebagai berikut:
1. Sebab-akibat
     Hubungan sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi menunjukkan penyebab terjadinya
     suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya. Konjungsi yang digunakan
     antara lain: karena, sebab, makanya, sehingga, oleh karena itu, dengan demikian dan
     sebagainya.
     Contoh: Adik sakit sehingga tidak masuk sekolah.
2. Pertentangan
     Hubungan pertentangan terjadi apabila ada dua ide atau proposisi yang menunjukkan
     kebalikan atau kekontrasan. Konjungsi yang digunakan yaitu tetapi dan namun.
     Contoh: Nyamuk berseliweran, pengemis, pelacur, pencoleng, dan gelandangan berkeliaran.
     Namun, di kampung kumuh tersebut sedang dibangun sekolah mewah.
3. Kelebihan atau eksesif
   Hubungan eksesif digunakan untuk menyatakan kelebihan, ditandai dengan konjungsi malah.
   Contoh: Karena tadi malam kurang istirahat, dia tertidur di dalam kelas. Malah tugasnya
   belum dikerjakan pula.
4. Perkecualian atau eksepsif
   Hubungan eksepsif digunakan untuk menyatakan pengecualian, ditandai dengan konjungsi
   kecuali.
   Contoh: Anda tidak boleh mengkonsumsi obat tersebut kecuali dengan persetujuan dokter.
5. Tujuan
   Hubungan tujuan terjadi sebagai pewujudan untuk menyatakan tujuan yang ingin dicapai.
   Konjungsi yang digunakan yaitu: agar dan sehingga.
   Contoh: Agar naik kelas, kamu harus rajin belajar.
6. Penambahan atau aditif
   Penambahan berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat menambahkan informasi
   dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih. Konjungsi yang
   digunakan yaitu: dan, juga, serta, selain itu.
   Contoh: Tingkah lakunya menawan. Tutur katanya sopan. Murah senyum, jarang marah, dan
   tidak pernah berbohong. Juga tidak mau mempercakapkan orang lain. Selain itu, ia suka
   menolong sesama teman. Dan dia penyabar.
7. Pilihan atau alternatif
   Pilihan digunakan menyatakan pilihan antara dua hal. Konjungsi yang digunakan yaitu atau
   dan apa.
   Contoh: Pelajaran apa yang lebih kamu suka IPA atau IPS?
8. Harapan atau optatif
   Konjungsi harapan digunakan untuk menyatakan harapan yang ingin dicapai. Konjungsi yang
   digunakan yaitu semoga, moga-moga.
   Contoh: Semoga, dia lulus dengan nilai terbaik.
9. Urutan atau sekuential
   Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan kesejajaran atau urutan waktu.
   Konjungsi yang digunakan yaitu setelah itu, lalu, kemudian, terus, mula-mula.
   Contoh: Intan bangun tidur pukul 05.00, kemudian ambil air wudlu. Setelah itu dia
   menunaikan sholat subuh dengan khusyuk. Lalu tak lupa ia mengaji
10. Syarat
Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan syarat. Konjungsi yang digunakan
   yaitu: apabila dan jika.
   Contoh: Jika bulan ini aku bisa bekerja lebih giat maka gajiku akan bertambah.
11. Cara
   Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan cara.
   Konjungsi yang digunakan yaitu: dengan cara.
   Contoh: Mungkin dengan cara seperti ini, aku membantu beban keluarga.
   Yang selanjutnya adalah kohesi leksikal. Kohesi leksikal yaitu perpaduan bentuk dalam
   struktur kata. Kohesi leksikal meliputi:
A. Pengulangan atau repetisi
   Repetisi merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan konsesif antar kalimat.
   Hubungan ini dibentuk dengan mengulang satuan lingual.
   Contoh: Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum
   kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui
   dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini.
B. Sinonimi
   Sinonimi merupakan persamaan makna kata.
   Contoh: Hari pahlawan diperingati tiap 10 November. Mereka adalah pejuang bangsa yang
   rela mengorbankan jiwa raga demi kesatuan Negara Republik Indonesia. Jasa mereka selalu
   dikenang sepanjang masa.
C. Antonim
   Antonim merupakan perlawanan kata.
   Contoh:
   Dalam rangka menyambut peringatan kemerdekaan Republic Indonesia, warga setempat
   mengadakan kerja bakti. Bagi yang putri sebagian besar membawa sapu, sedangkan yang
   putra membawa sabit. Tak ketinggalan pula nenek maupun kakek ikut serta meramaikan
   peringatan tersebut.
D. Hiponim
   Hiponim merupakan sebuah pernyataan yang berpola umum-khusus
   Contoh: Setiap hari Anita menyiram bunga di taman. Bermacam-macam bunga diantaranya
   mawar, melati, dahlia, dan anggrek.
E. Kolokasi
   Kolokasi merupakan sebuah pernyataan yang berpola khusus-umum.
Contoh: Bermula dari goresan bolpoin pada selembar kertas namanya sekarang tenar. Dari
     lembaran-lembaran kertas tersebut di gabung dalam satu buku. Buku tersebut menjadi
     perbincangan banyak orang karena banyak dimuat dalam majalah, koran, televisi. Berkat
     media massa, namanya menjadi terkenal.
F. Ekuivalensi
     Ekuivalensi merupakan kesejajaran dalam sebuah kalimat.
     Contoh: Setiap hari aku belajar dengan rajin. Bu Narti sebagai guruku selain mengajarkan
     mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, beliau juga mengajarkan pendidikan moral.
     Pada kondisi tertentu, unsure-unsur kohesi menjadi contributor penting bagi terbentuknya
     wacana yang koheren ( Halliday dan Hassan, 1976; Gunawan Budi Santosa, 1998:28).
     Namun demikian pelu disadari bahwa unsur-unsur kohesi tersebut tidak selalu menjamin
     terbentuknya wacana yang uth dan koheren. Alasannya, pemakaian alat-alat kohesif dalam
     suatu teks tidak langsung menghasilkan wacana yang koheren ( Anton M. Moeliono, dkk,
     1988: 322). Dengan kata lain, srtuktur wacana yang baik dan utuh harus memiliki syarat-
     syatar kohesi sekaligus koherensi.
3) Koherensi
     Koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu
     untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya (Wohl, 1978 : 25).
     Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya
     sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh.
     Yang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:
1.   Penambahan
            Sarana penghubung yang berupa penambahan itu antara lain: dan, juga, lagi pula,
     selanjutnya, seperti tertera pada contoh berikut:
            Laki-laki dan perempuan, tua dan muda, juga para tamu turut bekerja bergotong-
     royong menumpas hama tikus di sawah-sawah di desa kami. Selain daripada menyelamatkan
     tanaman, juga upaya itu akan meningkatkan hasil panen. Selanjutnya upaya itu akan
     meningkatkan pendapatan masyarakat. Lagi pula upaya ini telah lama dianjurkan oleh
     pemerintah kita.
2.   Repetisi
            Penggunaan repetisi atau pengulangan kata sebagai sarana koherensi wacana, terlihat
     pada contoh di bawah ini.
            Dia mengatakan kepada saya bahwa kasih sayang itu berada dalam jiwa dan raga sang
     ibu. Saya menerima kebenaran ucapan itu. Betapa tidak. Kasih sayang pertama saya peroleh
dari ibu saya. Ibu melahirkan saya. Ibu mengasuh saya. Ibu menyusui saya. Ibu
     memandikan saya. Ibu menyuapi saya. Ibu meninabobokan saya. Ibu mencintai dan
     mengasihi saya. Saya tidak bisa melupakan jasa dan kasih sayang ibu saya seumur hidup.
     Semoga ibu panjang umur dan dilindungi Tuhan.
3.   Pronomina
            Sarana penghubung yang berupa kata ganti orang, terlihat pada contoh berikut ini:
            Rumah Lani dan rumah Mina di seberang sana. Mereka bertetangga. Lani membeli
     rumah itu dengan harga lima juta rupiah. Harganya agak murah. Dia memang bernasib baik.


4.   Sinonimi
            Pada contoh berikut ini terlihat penggunaan sarana koherensi wacana yang berupa
     sinonimi atau padanan kata (pengulangan makna).
            Memang dia mencintai gadis itu. Wanita itu berasal dari Solo. Pacarnya itu memang
     cantik, halus budi bahasa, dan bersifat keibuan sejati. Tak salah dia memilih kekasih, buah
     hati yang pantas kelak dijadikan istri, teman hidup selama hayat dikandung badan.
5.   Totalitas Bagian
            Kadang-kadang, pembicaraan kita mulai dari keseluruhan, baru kemudian kita beralih
     atau memperkenalkan bagian-bagiannya. Penggunaan sarana koherensif seperti yang
     dimaksudkan, terlihat pada contoh berikut ini. Totalitas bagian bisa diartikan pernyataan yang
     berpola umum-khusus.
            Saya membeli buku baru. Buku itu terdiri dari tujuh bab. Setiap bab terdiri pula dari
     sejumlah pasal. Setiap pasal tersusun dari beberapa paragraf. Seterusnya setiap paragraf
     terdiri dari beberapa kalimat. Selanjutnya kalimat terdiri atas beberapa kata. Semua itu harus
     dipahami dari sudut pengajaran wacana.
6.   Komparasi
            Komparasi     atau   perbandingan    pun   dapat   menambah      serta   meningkatkan
     kekoherensifan wacana. Komparasi digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda,
     seperti dalam contoh berikut ini.
            Sama halnya dengan Paman Lukas, kita pun harus segera mendirikan rumah di atas
     tanah yang baru kita beli itu. Sekarang rumah Paman Lukas itu hampir selesai. Mengapa kita
     tidak membuat hal yang serupa selekas mungkin? Kita juga sanggup berbuat hal yang
     sama, takkan lebih dari itu. Tetapi, tidak seperti rumah Paman Lukas yang bertingkat, kita
     akan membangun rumah yang besar dan luas. Kita tidak perlu mendirikan rumah bertingkat
     karena tanah kita cukup luas.
7.   Penekanan
            Dengan sarana penekanan pun kita dapat pula menambah tingkat kekoherensifan
     wacana. Penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap penting, seperti terlihat
     pada contoh berikut ini.
            Bekerja bergotong-royong itu bukan pekerjaan sia-sia. Nyatalah kini hasilnya.
     Jembatan sepanjang tujuh kilometer yang menghubungkan kampung kita ini dengan
     kampung di seberang ini telah selesai kita kerjakan. Jelaslah hubungan antara kedua
     kampung, berjalan lebih lancar. Sudah tentu hal ini memberi dampak positif bagi
     masyarakat kedua kampung.
8.   Kontras
            Juga dengan kontras atau pertentangan para penulis dapat menambah kekoherensifan
     karyanya. Contoh penggunaan sarana seperti ini terlihat pada berikut ini.
            Aneh tapi nyata. Ada teman saya seangkatan, namanya Joni. Dia rajin sekali belajar,
     tetapi setiap ujian selalu tidak lulus. Namun demikian, dia tidak pernah putus asa. Dia
     tenang saja. Tidak pernah mengeluh. Bahkan sebaliknya, dia semakin rajin belajar.
9.   Simpulan
            Dengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun, kita dapat juga
     meningkatkan kekoherensifan wacana. Penggunaan sarana seperti itu dapat dilihat pada
     contoh berikut ini.
            Pepohonan telah menghijau di setiap pekarangan rumah dan ruangan kuliah di
     kampus kami. Burung-burung beterbangan dari dahan ke dahan sambil bernyanyi-nyanyi.
     Udara segar dan sejuk nyaman. Jadi penghijauan di kampus itu telah berhasil. Demikianlah
     kini keadaan kampus kami, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu, para
     sivitas akademika merasa bangga atas kampus itu.
10. Contoh
               Dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat pula menciptakan
     kekoherensifan wacana, seperti terlihat pada contoh berikut ini.
               Halaman rumah kami telah berubah menjadi warung hidup. Di pekarangan itu
     ditanami kebutuhan dapur sehari-hari, umpamanya: bayam, tomat, cabai, talas, singkong,
     dan lain-lain. Ada juga pekarangan rumah yang berupa apotek hidup. Betapa tidak. Di
     pekarangan itu ditanami bahan obat-obatan tradisional, misalnya: kumis kucing, lengkuas,
     jahe, kunyit, sirih, dan lain-lain. Kelebihan kebutuhan sehari-hari dari warung dan apotek
     hidup itu dapat pula dijual ke pasar, sebagai contoh: bayam, cabai, jahe, dan sirih.
11. Paralelisme
Pada contoh berikut ini terlihat penggunaan kesejajaran atau paralelisme klausa
         sebagai sarana kekoherensifan wacana. Kesejajaran tersebut dinyatakan dalam satu kalimat.
         Kesejajaran tersebut bisa berupa subjek predikat, subjek predikat objek, atau yang lain.
                  Waktu dia datang, memang saya sedang asik membaca, saya sedang tekun
         mempelajari buku baru mengenai wacana. Karena asiknya, saya tidak mengetahui, saya
         tidak mendengar bahwa dia telah duduk di kursi mengamati saya.
      12. Waktu
                  Kata-kata yang mengacu pada tempat dan waktu pun dapat meningkatkan
         kekoherensifan wacana, seperti terlihat pada contoh berikut ini.
                  Sementara itu tamu-tamu sudah mulai berdatangan. Ruangan terasa kian sempit.
         Tidak lama kemudian, anak saya mengangkat barang itu dan menaruhnya di atas lemari.


                                                      BAB III
                                                     PENUTUP


I.        Simpulan
              Koherensi dan kohesi merupakan unsure wacana yang penting. Kedua unsur itu
         digunakan untuk membangun teks yang baik. Wacana yang baik ditandai dengan adanya
         hubungan semantic antar unsure bagian dalam wacana. Hubungan tersebut disebut hubungan
         koherensi. Hubungan koherensi dapat diciptakan dengan menggunakan hubungan kohesi.
         Hubungan kohesi dapat dilihat dengan penggunaan piranti kohesi. Piranti kohesi ada
         bermacam-macam. Piranti kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.
II.       Saran
                  Setelah menguraikan permasalahan tersebut semoga makalah yang berjudul
         “Pengertian Wacana, Kohesi, dan Koherensi” dapat berguna bagi semua pihak. Tidak hanya
         berguna bagi kami selaku pembuat makalah tetapi juga berguna bagi pembaca. Pembaca
         dapat mempergunakannya untuk menambah wawasan dan pengetahuan.




         DAFTAR PUSTAKA


         Mulyana, 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana
Rani, Abdul. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang:
Bayumedia Publishing.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Kutipan, Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka
Kutipan, Sistem Rujukan dan Daftar PustakaKutipan, Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka
Kutipan, Sistem Rujukan dan Daftar PustakaBonadea Visakha
 
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIArief Kurniatama
 
Menerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Menerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi SosialMenerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Menerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosialatone_lotus
 
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaMakalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaSeptiana Farikha
 
Pentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benar
Pentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benarPentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benar
Pentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benarLutfi Ramadani
 
PENULISAN KARYA ILMIAH - Konsep Dasar, Pengertian, Kegunaan, Jenis
PENULISAN KARYA ILMIAH - Konsep Dasar, Pengertian, Kegunaan, JenisPENULISAN KARYA ILMIAH - Konsep Dasar, Pengertian, Kegunaan, Jenis
PENULISAN KARYA ILMIAH - Konsep Dasar, Pengertian, Kegunaan, JenisDiana Amelia Bagti
 
Makalah manajemen pembiayaan
Makalah manajemen pembiayaanMakalah manajemen pembiayaan
Makalah manajemen pembiayaandesmitaratriana1
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifWarnet Raha
 

Mais procurados (20)

Kutipan, Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka
Kutipan, Sistem Rujukan dan Daftar PustakaKutipan, Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka
Kutipan, Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka
 
Materi wacana
Materi wacanaMateri wacana
Materi wacana
 
Karakteristik bahasa ilmiah (2)
Karakteristik bahasa ilmiah (2)Karakteristik bahasa ilmiah (2)
Karakteristik bahasa ilmiah (2)
 
Paragraf (Powerpoint tentang paragraf)
Paragraf (Powerpoint tentang paragraf)Paragraf (Powerpoint tentang paragraf)
Paragraf (Powerpoint tentang paragraf)
 
Ppt sejarah sastra
Ppt sejarah sastraPpt sejarah sastra
Ppt sejarah sastra
 
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
 
Pembentukan paragraf
Pembentukan paragrafPembentukan paragraf
Pembentukan paragraf
 
Ragam Bahasa
Ragam BahasaRagam Bahasa
Ragam Bahasa
 
Menerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Menerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi SosialMenerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Menerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
 
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaMakalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
 
Pengembangan Paragraf
Pengembangan ParagrafPengembangan Paragraf
Pengembangan Paragraf
 
Pentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benar
Pentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benarPentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benar
Pentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benar
 
Analisis Wacana
Analisis WacanaAnalisis Wacana
Analisis Wacana
 
PENULISAN KARYA ILMIAH - Konsep Dasar, Pengertian, Kegunaan, Jenis
PENULISAN KARYA ILMIAH - Konsep Dasar, Pengertian, Kegunaan, JenisPENULISAN KARYA ILMIAH - Konsep Dasar, Pengertian, Kegunaan, Jenis
PENULISAN KARYA ILMIAH - Konsep Dasar, Pengertian, Kegunaan, Jenis
 
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronikLinguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
 
Wacana
WacanaWacana
Wacana
 
Makalah manajemen pembiayaan
Makalah manajemen pembiayaanMakalah manajemen pembiayaan
Makalah manajemen pembiayaan
 
Contoh RPP Bahasa Indonesia K13
Contoh RPP Bahasa Indonesia K13Contoh RPP Bahasa Indonesia K13
Contoh RPP Bahasa Indonesia K13
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
 
Puisi
Puisi Puisi
Puisi
 

Destaque

Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana Eman Syukur
 
Paragraf dan wacana
Paragraf dan wacanaParagraf dan wacana
Paragraf dan wacanaAntis Art's
 
Wujud dan Jenis Wacana Bahasa
Wujud dan Jenis Wacana BahasaWujud dan Jenis Wacana Bahasa
Wujud dan Jenis Wacana BahasaYudha Fadillah
 
Rpp pengantar administrasi perkantoran kd 4 pertemuan 13
Rpp pengantar administrasi perkantoran kd 4 pertemuan 13Rpp pengantar administrasi perkantoran kd 4 pertemuan 13
Rpp pengantar administrasi perkantoran kd 4 pertemuan 13Arjuna Ahmadi
 
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaContoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaAi Roudatul
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Oktari Aneliya
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individutaufiq99
 
Aditya hadi s
Aditya hadi sAditya hadi s
Aditya hadi staufiq99
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaSTMIK Sumedang
 
Presentasi Diksi
Presentasi DiksiPresentasi Diksi
Presentasi DiksiAry Hidayat
 
Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysisMerdina Ziraluo
 
2 contoh karangan deskripsi tentang sekolah (terbaru) kakak pintar
2 contoh karangan deskripsi tentang sekolah (terbaru)   kakak pintar2 contoh karangan deskripsi tentang sekolah (terbaru)   kakak pintar
2 contoh karangan deskripsi tentang sekolah (terbaru) kakak pintarSunaji Aji
 
Makalah Bahasa Indonesia Menulis Alinea
Makalah Bahasa Indonesia Menulis AlineaMakalah Bahasa Indonesia Menulis Alinea
Makalah Bahasa Indonesia Menulis AlineaFAJAR MENTARI
 
Makalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugiMakalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugipipit rantika
 

Destaque (20)

Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
 
Makalah wacana
Makalah wacanaMakalah wacana
Makalah wacana
 
Paragraf dan wacana
Paragraf dan wacanaParagraf dan wacana
Paragraf dan wacana
 
Wujud dan Jenis Wacana Bahasa
Wujud dan Jenis Wacana BahasaWujud dan Jenis Wacana Bahasa
Wujud dan Jenis Wacana Bahasa
 
Wacana
WacanaWacana
Wacana
 
Rpp pengantar administrasi perkantoran kd 4 pertemuan 13
Rpp pengantar administrasi perkantoran kd 4 pertemuan 13Rpp pengantar administrasi perkantoran kd 4 pertemuan 13
Rpp pengantar administrasi perkantoran kd 4 pertemuan 13
 
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaContoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
 
Disain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian KebahasaanDisain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian Kebahasaan
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
 
Aditya hadi s
Aditya hadi sAditya hadi s
Aditya hadi s
 
Nila
NilaNila
Nila
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Presentasi Diksi
Presentasi DiksiPresentasi Diksi
Presentasi Diksi
 
Makalah jenis paragraf dan contohnya
Makalah jenis paragraf dan contohnyaMakalah jenis paragraf dan contohnya
Makalah jenis paragraf dan contohnya
 
Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysis
 
2 contoh karangan deskripsi tentang sekolah (terbaru) kakak pintar
2 contoh karangan deskripsi tentang sekolah (terbaru)   kakak pintar2 contoh karangan deskripsi tentang sekolah (terbaru)   kakak pintar
2 contoh karangan deskripsi tentang sekolah (terbaru) kakak pintar
 
Makalah Bahasa Indonesia Menulis Alinea
Makalah Bahasa Indonesia Menulis AlineaMakalah Bahasa Indonesia Menulis Alinea
Makalah Bahasa Indonesia Menulis Alinea
 
Diksi
DiksiDiksi
Diksi
 
Makalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugiMakalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugi
 

Semelhante a Wacana Kohesi Koherensi

Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docx
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docxPengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docx
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docxZukét Printing
 
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdf
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdfPengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdf
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdfZukét Printing
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaAhyaniyani
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaAhyaniyani
 
Makalah sintaksis 1 rahmad juni
Makalah sintaksis 1 rahmad juniMakalah sintaksis 1 rahmad juni
Makalah sintaksis 1 rahmad juniMara Sutan Siregar
 
Morfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaMorfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaDarwis Maulana
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaSTMIK Sumedang
 
semantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesiasemantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesiaNUR DIANA
 
1 fungsi bahasa dan penggunaan huruf
1 fungsi bahasa dan penggunaan huruf1 fungsi bahasa dan penggunaan huruf
1 fungsi bahasa dan penggunaan hurufSimon Patabang
 
Makalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
Makalah Fonologi Fonetik dan FonemikMakalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
Makalah Fonologi Fonetik dan FonemikShelaOktavia
 
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporanbusitisahara
 
Teori Analisis Kalimat.pdf
Teori Analisis Kalimat.pdfTeori Analisis Kalimat.pdf
Teori Analisis Kalimat.pdfZukét Printing
 
Teori Analisis Kalimat.docx
Teori Analisis Kalimat.docxTeori Analisis Kalimat.docx
Teori Analisis Kalimat.docxZukét Printing
 
Makalah Hubungan Kalimat Tunggal dan Majemuk
Makalah Hubungan Kalimat Tunggal dan MajemukMakalah Hubungan Kalimat Tunggal dan Majemuk
Makalah Hubungan Kalimat Tunggal dan Majemukdwikar92
 

Semelhante a Wacana Kohesi Koherensi (20)

Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docx
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docxPengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docx
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.docx
 
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdf
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdfPengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdf
Pengertian Kalimat dan Klasifikasi Kalimat.pdf
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacana
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacana
 
Makalah Sintaksis Bahasa Indonesia
Makalah Sintaksis Bahasa IndonesiaMakalah Sintaksis Bahasa Indonesia
Makalah Sintaksis Bahasa Indonesia
 
Makalah sintaksis 1 rahmad juni
Makalah sintaksis 1 rahmad juniMakalah sintaksis 1 rahmad juni
Makalah sintaksis 1 rahmad juni
 
Morfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaMorfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa Indonesia
 
Tugas bindo
Tugas bindoTugas bindo
Tugas bindo
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
semantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesiasemantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesia
 
Majas.pdf
Majas.pdfMajas.pdf
Majas.pdf
 
Majas.docx
Majas.docxMajas.docx
Majas.docx
 
1 fungsi bahasa dan penggunaan huruf
1 fungsi bahasa dan penggunaan huruf1 fungsi bahasa dan penggunaan huruf
1 fungsi bahasa dan penggunaan huruf
 
Analisis Puisi Sebutir Debu Karya Kahlil Gibran
Analisis Puisi Sebutir Debu Karya Kahlil Gibran Analisis Puisi Sebutir Debu Karya Kahlil Gibran
Analisis Puisi Sebutir Debu Karya Kahlil Gibran
 
Makalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
Makalah Fonologi Fonetik dan FonemikMakalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
Makalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
 
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
 
Teori Analisis Kalimat.pdf
Teori Analisis Kalimat.pdfTeori Analisis Kalimat.pdf
Teori Analisis Kalimat.pdf
 
Teori Analisis Kalimat.docx
Teori Analisis Kalimat.docxTeori Analisis Kalimat.docx
Teori Analisis Kalimat.docx
 
Makalah Hubungan Kalimat Tunggal dan Majemuk
Makalah Hubungan Kalimat Tunggal dan MajemukMakalah Hubungan Kalimat Tunggal dan Majemuk
Makalah Hubungan Kalimat Tunggal dan Majemuk
 
Makalah Bahasa Indonesia
Makalah Bahasa IndonesiaMakalah Bahasa Indonesia
Makalah Bahasa Indonesia
 

Wacana Kohesi Koherensi

  • 1. PENGERTIAN WACANA, KOHESI, DAN KOHERENSI PENGERTIAN WACANA, KOHESI, DAN KOHERENSI Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Pengampu: AG. Djoko Widodo, M.Pd Disusun 6 D, kelompok 10: 1. Eka Budi Yuliani ( 09410158) 2. Endhi Pujiana ( 09410160) 3. Nurhadi ( 09410176) 4. Silvia Ariani ( 09410182) JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI IKIP PGRI SEMARANG 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan baik. Shalawat serta salam tak luput pula kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di zaumul akhir.
  • 2. Adapun tujuan pembuatan makalah tersebut yakni untuk memenuhi tugas wajib mata kuliah Kapita Selekta Sastra yang berjumlah 2 sks dan sekaligus sebagai mahasiswa IKIP PGRI Semarang tahun 2012. Penyelesaian makalah ini membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah. Seperti peribahasa “ Tak ada gading yang tak retak” maka dari itu kritik serta saran kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah yang telah kami susun. Semoga makalah yang berjudul Pengertian Wacana, Kohesi, dan Koherensi dapat memenuhi tugas wajib kami mata kuliah Kapita Selekta Bahasa dengan sempurna dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Selain itu juga dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, serta dapat dijadikan acuan pembaca dalam pembuatan laporan pada tahun berikutnya. Semarang, 6 Juni 2012 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Suatu wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan. Organisasi inilah yang disebut sebagai struktur wacana. Sebagai sebuah organisasi, struktur wacana dapat diurai atau dideskripsikan bagian-bagiannya. Keutuhan struktur wacana lebih dekat maknanya sebagai kesatuan maknawi ( semantis) ketimbang sebagai kesatuan bentuk ( sintaksis) ( lihat Halliday dan Hassan, 1976 : 2). Suatu rangkaian kalimat dikatakan menjadi struktur wacana bial di dalamnya terdapat hubungan emosional antar bagian yang satu dengan bagian lainnya. Sebaliknya, suatu rangkaian kalimat
  • 3. belum tentu bisa disebut sebagai wacana apabila tiap-tiap kalimat dalam rangkaian itu memiliki makna sendiri-sendiri dan tidak berkaitan secara semantic. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimanakah wacana itu? b. Seperti apakah kohesi itu? c. Seperti apakah koherensi itu? 3. Manfaat a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Bahasa b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca c. Sebagai panduan atau referensi Kegiatan Belajar Mengajar DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Rumusan Masalah III. Manfaat BAB II PEMBAHASAN BAB III PENUTUP I. Simpulan II. Saran DAFTAR PUSTAKA
  • 4. PEMBAHASAN 1) Pengertian Wacana a. Istilah “wacana” berasal dari bahasa Sansekerta wac/ wak/ vak, artinya berkata, berucap ( Douglas, 1967:266). Bila dilihat dari jenisnya, kata wac dalam morfologi bahasa Sansekerta, termasuk kata kerja golongan III parasmaepada (m) yang bersifat aktif, yaitu „melakukan tindakan ujar‟. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana. Bentuk ana yang muncul di belakang adalah sufiks ( akhiran). yang bermakna membedakan ( nominalisasi). Jadi, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. b. Menurut Anton M. Moelino ( 1998:334) mengatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya dalam kesatuan makna. c. Menurut Harimurti Kridalaksana mengatakan bahwa wacana berarti satuan bahasa terlengkap, yang dalam hirarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal tertinggi, dan terbesar. Wacana juga dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraph, atau karangan utuh ( buku) yang membawa amanat lengkap. d. Menurut Henry Guntur Tarigan, wacana adalah satuan bahasa ynag paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara tertulis maupun lisan. e. Menurut Samsuri mengemukakan bahwa wacana ialah rekaman kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat itu. f. Menurut Eko Wardono, wacana adalah satuan tuturan yang mempunyai satu pokok gagasan ( topic). g. Menurut Soeseno Kartomiharjo, wacana adalah cabang ilmu yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang leih besar daripada kalimat. Unit yang dimaksud dapat berupa paragraph, teks bacaan, undangan, percakapan. h. Menurut Tim Penyusun KBBI, wacana berarti kelas kata benda ( nominal) yang mempunyai arti sebagai berikut: 1. ucapan, perkataan, tuturan 2. keseluruan tutur yang merupakan suatu kesatuan 3. satuan bahasa terlengkap. i. Yayat Sudarjat mengatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dari rentetan kaliamat yang kontinuitas, kohesif, dan koheren. 2) Kohesi Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara structural membentuk ikatan sintaktikal. Anton M. Moelino ( 1988:34) menyatakan bahwa wacana
  • 5. yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Konsep kohesif sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Menurut Anton M. Moelino, dkk ( 1987:96) untuk memperoleh wacana yang baik dan utuh, maka kalimat-kalimatnya harus kohesif. Hanya dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu unsur dalam wacana dapat di interpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan unsure-unsur lainnya. Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa. Kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan kata. Kohesi gramatikal meliputi: A. Referensi (pengacuan) Referensi merupakan pengacuan satuan lingual tertentu terhadap satuan lainnya. Di lihat dari acuannya, referensi terbagi atas: 1. Referensi eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks wacana. Contoh: Itu matahari, kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu “benda berpijar yang menerangi alam ini”. 2. Referensi endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks wacana. Referensi endofora terbagi atas: a. Referensi anaphora yaitu pengacuan satual lingual yang disebutkan terlebih dahulu, mengacu yang sebelah kiri. Contoh: Peringatan HUT ke-66 Indonesia ini akan di ramaikan dengan pagelaran pesta kembang api. b. Referensi katafora yaitu pengacuan satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu yang sebelah kanan. Contoh: Kamu harus pergi! Ayo, cici cepatlah! Di lihat dari klasifikasinya, referensi terbagi atas: 1. Referensi persona yaitu pengacuan satual lingual berupa pronomina atau kata ganti orang. Tunggal Jamak Persona pertama Aku, saya Kami, kita Persona kedua Kamu, engkau, anda Kalian, kami sekalian Persona ketiga Dia, ia, beliau Mereka
  • 6. Contoh: Firdaus, kamu harus mandi. 2. Referensi demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk. Biasanya menggunakan kata : kini, sekarang, saat ini, di sini, di situ, ini, itu, dan sebagainya. Contoh: Pohon-pohon kelapa itu, tumbuh di tanah lereng diantara pepohonan lain yang rapat dan rimbun. 3. Referensi interogatif yaitu pengacuan satuan lingual berupa kata tanya. contoh: Kamu mau kemana? 4. Referensi komparatif yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk membandingkan satual lingual lain. contoh: Tidak berbeda jauh dengan ibunya, Nita orangnya cantik, ramah, dan lemah lembut. B. Substitusi ( penggantian) Substitusi diartikan sebagai penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Substitusi dilihat dari satuan lingualnya dapat dibedakan atas: 1. Substitusi nominal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata benda. Contoh: Memang Soni mencintai gadis itu. Wanita itu berasal dari Surakarta. Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasanya, dan bersifat keibuan. 2. Substitusi verbal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata kerja. Contoh: Soni berusaha menyembuhkan penyakitnya dengan berobat ke dokter kemarin sore. Ternyata dia di vonis menderita penyakit kanker. Selain berusaha ke dokter, dia juga tidak lupa berdoa dan selalu berikhtiar pada allah. 3. Substitusi frasa yaitu penggantisn satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa frasa. Contoh: Hari ini hari minggu. Mumpung hari libur aku manfaatkan saja untuk menengok Nenek di desa. 4. Substitusi klausal yaitu penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa klausa. Contoh: Nida : jika perubahan yang dialami oleh azam tidak bisa diterima dengan baik oleh orang- orang di sekitarnya, mungkin hal itu dikarenakan oleh kenyataan bahwa orang –orang tesebut banyak yang tidak sukses seperti azam.
  • 7. Barik : tampaknya memang begitu! C. Elipsis atau pelesapan Elipsis adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya. Adapun fungsi dari elipsis yaitu: 1. Untuk efektifitas kalimat 2. Untuk mencapai nilai ekkonomis dalam pemakaian bahasa 3. Untuk mencapai aspek kepaduan wacana 4. Untuk mengaktifkan pikiran pendengar atau pembaca terhadap sesuatu yang di ungkapkan dalam satuan kata. Contoh: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentuksn dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih. Kalimat kedua yang berbunyi terima kasih merupakan elipsis. Unsur yang hilang adalah subjek dan predikat. Kalimat tersebut selengkapnya berbunyi: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. Saya mengucapkan terima kasih. Kakak: Kapan adik datang? Adik : tadi siang. Pernyataan adik tersebut merupakan pelesapan subjek dan predikat. Kalimat tersebut selengkapnya berbunyi: Saya datang tadi siang. D. Konjungsi (perangkaian) Konjungsi adalah kohesi gramatikal yang dilakukan dengan menghubungkan unsure yang satu dengan unsure yang lain. Unsur yang dirangkai berupa kata, frasa, klausa, dan paragraf. Macam-macam konjungsi sebagai berikut: 1. Sebab-akibat Hubungan sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi menunjukkan penyebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya. Konjungsi yang digunakan antara lain: karena, sebab, makanya, sehingga, oleh karena itu, dengan demikian dan sebagainya. Contoh: Adik sakit sehingga tidak masuk sekolah. 2. Pertentangan Hubungan pertentangan terjadi apabila ada dua ide atau proposisi yang menunjukkan kebalikan atau kekontrasan. Konjungsi yang digunakan yaitu tetapi dan namun. Contoh: Nyamuk berseliweran, pengemis, pelacur, pencoleng, dan gelandangan berkeliaran. Namun, di kampung kumuh tersebut sedang dibangun sekolah mewah.
  • 8. 3. Kelebihan atau eksesif Hubungan eksesif digunakan untuk menyatakan kelebihan, ditandai dengan konjungsi malah. Contoh: Karena tadi malam kurang istirahat, dia tertidur di dalam kelas. Malah tugasnya belum dikerjakan pula. 4. Perkecualian atau eksepsif Hubungan eksepsif digunakan untuk menyatakan pengecualian, ditandai dengan konjungsi kecuali. Contoh: Anda tidak boleh mengkonsumsi obat tersebut kecuali dengan persetujuan dokter. 5. Tujuan Hubungan tujuan terjadi sebagai pewujudan untuk menyatakan tujuan yang ingin dicapai. Konjungsi yang digunakan yaitu: agar dan sehingga. Contoh: Agar naik kelas, kamu harus rajin belajar. 6. Penambahan atau aditif Penambahan berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih. Konjungsi yang digunakan yaitu: dan, juga, serta, selain itu. Contoh: Tingkah lakunya menawan. Tutur katanya sopan. Murah senyum, jarang marah, dan tidak pernah berbohong. Juga tidak mau mempercakapkan orang lain. Selain itu, ia suka menolong sesama teman. Dan dia penyabar. 7. Pilihan atau alternatif Pilihan digunakan menyatakan pilihan antara dua hal. Konjungsi yang digunakan yaitu atau dan apa. Contoh: Pelajaran apa yang lebih kamu suka IPA atau IPS? 8. Harapan atau optatif Konjungsi harapan digunakan untuk menyatakan harapan yang ingin dicapai. Konjungsi yang digunakan yaitu semoga, moga-moga. Contoh: Semoga, dia lulus dengan nilai terbaik. 9. Urutan atau sekuential Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan kesejajaran atau urutan waktu. Konjungsi yang digunakan yaitu setelah itu, lalu, kemudian, terus, mula-mula. Contoh: Intan bangun tidur pukul 05.00, kemudian ambil air wudlu. Setelah itu dia menunaikan sholat subuh dengan khusyuk. Lalu tak lupa ia mengaji 10. Syarat
  • 9. Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan syarat. Konjungsi yang digunakan yaitu: apabila dan jika. Contoh: Jika bulan ini aku bisa bekerja lebih giat maka gajiku akan bertambah. 11. Cara Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan cara. Konjungsi yang digunakan yaitu: dengan cara. Contoh: Mungkin dengan cara seperti ini, aku membantu beban keluarga. Yang selanjutnya adalah kohesi leksikal. Kohesi leksikal yaitu perpaduan bentuk dalam struktur kata. Kohesi leksikal meliputi: A. Pengulangan atau repetisi Repetisi merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan konsesif antar kalimat. Hubungan ini dibentuk dengan mengulang satuan lingual. Contoh: Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. B. Sinonimi Sinonimi merupakan persamaan makna kata. Contoh: Hari pahlawan diperingati tiap 10 November. Mereka adalah pejuang bangsa yang rela mengorbankan jiwa raga demi kesatuan Negara Republik Indonesia. Jasa mereka selalu dikenang sepanjang masa. C. Antonim Antonim merupakan perlawanan kata. Contoh: Dalam rangka menyambut peringatan kemerdekaan Republic Indonesia, warga setempat mengadakan kerja bakti. Bagi yang putri sebagian besar membawa sapu, sedangkan yang putra membawa sabit. Tak ketinggalan pula nenek maupun kakek ikut serta meramaikan peringatan tersebut. D. Hiponim Hiponim merupakan sebuah pernyataan yang berpola umum-khusus Contoh: Setiap hari Anita menyiram bunga di taman. Bermacam-macam bunga diantaranya mawar, melati, dahlia, dan anggrek. E. Kolokasi Kolokasi merupakan sebuah pernyataan yang berpola khusus-umum.
  • 10. Contoh: Bermula dari goresan bolpoin pada selembar kertas namanya sekarang tenar. Dari lembaran-lembaran kertas tersebut di gabung dalam satu buku. Buku tersebut menjadi perbincangan banyak orang karena banyak dimuat dalam majalah, koran, televisi. Berkat media massa, namanya menjadi terkenal. F. Ekuivalensi Ekuivalensi merupakan kesejajaran dalam sebuah kalimat. Contoh: Setiap hari aku belajar dengan rajin. Bu Narti sebagai guruku selain mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, beliau juga mengajarkan pendidikan moral. Pada kondisi tertentu, unsure-unsur kohesi menjadi contributor penting bagi terbentuknya wacana yang koheren ( Halliday dan Hassan, 1976; Gunawan Budi Santosa, 1998:28). Namun demikian pelu disadari bahwa unsur-unsur kohesi tersebut tidak selalu menjamin terbentuknya wacana yang uth dan koheren. Alasannya, pemakaian alat-alat kohesif dalam suatu teks tidak langsung menghasilkan wacana yang koheren ( Anton M. Moeliono, dkk, 1988: 322). Dengan kata lain, srtuktur wacana yang baik dan utuh harus memiliki syarat- syatar kohesi sekaligus koherensi. 3) Koherensi Koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya (Wohl, 1978 : 25). Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh. Yang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi: 1. Penambahan Sarana penghubung yang berupa penambahan itu antara lain: dan, juga, lagi pula, selanjutnya, seperti tertera pada contoh berikut: Laki-laki dan perempuan, tua dan muda, juga para tamu turut bekerja bergotong- royong menumpas hama tikus di sawah-sawah di desa kami. Selain daripada menyelamatkan tanaman, juga upaya itu akan meningkatkan hasil panen. Selanjutnya upaya itu akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Lagi pula upaya ini telah lama dianjurkan oleh pemerintah kita. 2. Repetisi Penggunaan repetisi atau pengulangan kata sebagai sarana koherensi wacana, terlihat pada contoh di bawah ini. Dia mengatakan kepada saya bahwa kasih sayang itu berada dalam jiwa dan raga sang ibu. Saya menerima kebenaran ucapan itu. Betapa tidak. Kasih sayang pertama saya peroleh
  • 11. dari ibu saya. Ibu melahirkan saya. Ibu mengasuh saya. Ibu menyusui saya. Ibu memandikan saya. Ibu menyuapi saya. Ibu meninabobokan saya. Ibu mencintai dan mengasihi saya. Saya tidak bisa melupakan jasa dan kasih sayang ibu saya seumur hidup. Semoga ibu panjang umur dan dilindungi Tuhan. 3. Pronomina Sarana penghubung yang berupa kata ganti orang, terlihat pada contoh berikut ini: Rumah Lani dan rumah Mina di seberang sana. Mereka bertetangga. Lani membeli rumah itu dengan harga lima juta rupiah. Harganya agak murah. Dia memang bernasib baik. 4. Sinonimi Pada contoh berikut ini terlihat penggunaan sarana koherensi wacana yang berupa sinonimi atau padanan kata (pengulangan makna). Memang dia mencintai gadis itu. Wanita itu berasal dari Solo. Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasa, dan bersifat keibuan sejati. Tak salah dia memilih kekasih, buah hati yang pantas kelak dijadikan istri, teman hidup selama hayat dikandung badan. 5. Totalitas Bagian Kadang-kadang, pembicaraan kita mulai dari keseluruhan, baru kemudian kita beralih atau memperkenalkan bagian-bagiannya. Penggunaan sarana koherensif seperti yang dimaksudkan, terlihat pada contoh berikut ini. Totalitas bagian bisa diartikan pernyataan yang berpola umum-khusus. Saya membeli buku baru. Buku itu terdiri dari tujuh bab. Setiap bab terdiri pula dari sejumlah pasal. Setiap pasal tersusun dari beberapa paragraf. Seterusnya setiap paragraf terdiri dari beberapa kalimat. Selanjutnya kalimat terdiri atas beberapa kata. Semua itu harus dipahami dari sudut pengajaran wacana. 6. Komparasi Komparasi atau perbandingan pun dapat menambah serta meningkatkan kekoherensifan wacana. Komparasi digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda, seperti dalam contoh berikut ini. Sama halnya dengan Paman Lukas, kita pun harus segera mendirikan rumah di atas tanah yang baru kita beli itu. Sekarang rumah Paman Lukas itu hampir selesai. Mengapa kita tidak membuat hal yang serupa selekas mungkin? Kita juga sanggup berbuat hal yang sama, takkan lebih dari itu. Tetapi, tidak seperti rumah Paman Lukas yang bertingkat, kita akan membangun rumah yang besar dan luas. Kita tidak perlu mendirikan rumah bertingkat karena tanah kita cukup luas.
  • 12. 7. Penekanan Dengan sarana penekanan pun kita dapat pula menambah tingkat kekoherensifan wacana. Penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap penting, seperti terlihat pada contoh berikut ini. Bekerja bergotong-royong itu bukan pekerjaan sia-sia. Nyatalah kini hasilnya. Jembatan sepanjang tujuh kilometer yang menghubungkan kampung kita ini dengan kampung di seberang ini telah selesai kita kerjakan. Jelaslah hubungan antara kedua kampung, berjalan lebih lancar. Sudah tentu hal ini memberi dampak positif bagi masyarakat kedua kampung. 8. Kontras Juga dengan kontras atau pertentangan para penulis dapat menambah kekoherensifan karyanya. Contoh penggunaan sarana seperti ini terlihat pada berikut ini. Aneh tapi nyata. Ada teman saya seangkatan, namanya Joni. Dia rajin sekali belajar, tetapi setiap ujian selalu tidak lulus. Namun demikian, dia tidak pernah putus asa. Dia tenang saja. Tidak pernah mengeluh. Bahkan sebaliknya, dia semakin rajin belajar. 9. Simpulan Dengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun, kita dapat juga meningkatkan kekoherensifan wacana. Penggunaan sarana seperti itu dapat dilihat pada contoh berikut ini. Pepohonan telah menghijau di setiap pekarangan rumah dan ruangan kuliah di kampus kami. Burung-burung beterbangan dari dahan ke dahan sambil bernyanyi-nyanyi. Udara segar dan sejuk nyaman. Jadi penghijauan di kampus itu telah berhasil. Demikianlah kini keadaan kampus kami, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu, para sivitas akademika merasa bangga atas kampus itu. 10. Contoh Dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat pula menciptakan kekoherensifan wacana, seperti terlihat pada contoh berikut ini. Halaman rumah kami telah berubah menjadi warung hidup. Di pekarangan itu ditanami kebutuhan dapur sehari-hari, umpamanya: bayam, tomat, cabai, talas, singkong, dan lain-lain. Ada juga pekarangan rumah yang berupa apotek hidup. Betapa tidak. Di pekarangan itu ditanami bahan obat-obatan tradisional, misalnya: kumis kucing, lengkuas, jahe, kunyit, sirih, dan lain-lain. Kelebihan kebutuhan sehari-hari dari warung dan apotek hidup itu dapat pula dijual ke pasar, sebagai contoh: bayam, cabai, jahe, dan sirih. 11. Paralelisme
  • 13. Pada contoh berikut ini terlihat penggunaan kesejajaran atau paralelisme klausa sebagai sarana kekoherensifan wacana. Kesejajaran tersebut dinyatakan dalam satu kalimat. Kesejajaran tersebut bisa berupa subjek predikat, subjek predikat objek, atau yang lain. Waktu dia datang, memang saya sedang asik membaca, saya sedang tekun mempelajari buku baru mengenai wacana. Karena asiknya, saya tidak mengetahui, saya tidak mendengar bahwa dia telah duduk di kursi mengamati saya. 12. Waktu Kata-kata yang mengacu pada tempat dan waktu pun dapat meningkatkan kekoherensifan wacana, seperti terlihat pada contoh berikut ini. Sementara itu tamu-tamu sudah mulai berdatangan. Ruangan terasa kian sempit. Tidak lama kemudian, anak saya mengangkat barang itu dan menaruhnya di atas lemari. BAB III PENUTUP I. Simpulan Koherensi dan kohesi merupakan unsure wacana yang penting. Kedua unsur itu digunakan untuk membangun teks yang baik. Wacana yang baik ditandai dengan adanya hubungan semantic antar unsure bagian dalam wacana. Hubungan tersebut disebut hubungan koherensi. Hubungan koherensi dapat diciptakan dengan menggunakan hubungan kohesi. Hubungan kohesi dapat dilihat dengan penggunaan piranti kohesi. Piranti kohesi ada bermacam-macam. Piranti kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. II. Saran Setelah menguraikan permasalahan tersebut semoga makalah yang berjudul “Pengertian Wacana, Kohesi, dan Koherensi” dapat berguna bagi semua pihak. Tidak hanya berguna bagi kami selaku pembuat makalah tetapi juga berguna bagi pembaca. Pembaca dapat mempergunakannya untuk menambah wawasan dan pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Mulyana, 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana
  • 14. Rani, Abdul. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.