1. LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALIT
REAGEN
Kelompok : XI A
Anggota
:
1. M. Reinaldo Ongky Billy Anando 2313 030 003
2. Clasrissa Amalia
2313 030 015
3. Faiz Riskullah
2313 030 027
Tanggal Percobaan
Dosen Pembimbing
Asisten Laboratorium
: 24 Oktober 2013
: Ir. Elly Agustiani, M.Eng.
: Evika Dwi Rohmatin
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
2. ABSTRAKSI
Tujuan dari praktikum ini adalah membuat reagen CaCl2.2H2O dalam 100 ml
aquades.
Prosedur percobaan adalah menghitung massa padatan CaCl2.2H2O. Lalu menimbang
padatan CaCl2.2H2O sebanyak 2,2053 gram dan menyiapkan 20 ml aquades yang
kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml. Selanjutnya memasukkan padatan
CaCl2.2H2O kedalam labu ukur menggunakan corong beserta penambahan aquades secara
perlahan dan pengocokan sampai batas tera labu ukur 100 ml.
Dari praktikum ini terbentuk reagen CaCl2.2H2O 0,3 N 100 ml berwarna bening
yang homogen dan tercampur secara sempurna. Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk
mendapatkan hasil yang maksimal diperlukan proses pencampuran dan pengocokan yang
tepat sehingga reagen menjadi homogen dan tidak dapat dilihat oleh kasat mata antara zat
terlarut dan pelarutnya.
Kata kunci: Reagen, normalitas, dan volume.
i
3. DAFTAR ISI
ABSTRAKS .................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................................................................. I-1
I.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... I-1
I.3 Tujuan Percobaan ....................................................................................................... I-1
I.4 Manfaat Percobaan ..................................................................................................... I-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori ................................................................................................................. II-1
II.2 Jurnal Aplikasi Industri ............................................................................................. IIBAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ................................................................................................... III-1
III.2 Alat dan Bahan Percobaan...................................................................................... III-1
III.3 Prosedur Percobaan ................................................................................................. III-1
III.4 Diagram Alir Percobaan........................................................................................... III-2
III.5 Gambar Alat Percobaan .......................................................................................... III-3
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan ......................................................................................................... IV-1
IV.2 Pembahasan ............................................................................................................... IV-2
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................................... V-1
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... v
DAFTAR NOTASI .......................................................................................................................... vi
APPENDIKS ................................................................................................................................... vii
LAMPIRAN
- Laporan Sementara
- Gambar Percobaan
- Jurnal
- Literatur
- Lembar Revisi
ii
4. DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1.1. Reagen Elektrofilik (Elektrofil) Pada Senyawa Organik .............................. II-5
Gambar II.1.2. Molekul CaCl2.2H2O...............................................................................II-7
Gambar II.1.3. Molekul H2O...........................................................................................II-8
Gambar II.1.4. Teknik Pelarutan Secara Kuantitatif ............................................................... II-9
Gambar III.1. Gambar Alat Percobaan ................................................................................... III-2
iii
5. DAFTAR TABEL
Tabel II.1.1. Jenis Elektrofil ........................................................................................................ II-4
Tabel II.1.2. Perbandingan reduksi dalam reduktor Jones dan reduktor perak ................. II-7
Tabel II.1.3. Teknik Pembuatan Larutan Menggunakan Teknik Pelarutan......................... II-9
Tabel IV.1 Hasil Percobaan...................................................................................................... IV-1
iv
6. BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis
Ada dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute) dan pelarut
(solvent) (HAM, 2005).
Pereaksi kimia, reaktan, atau reagen (reactant atau reagent) adalah bahan yang
menyebabkan atau zat yang digunakan dalam suatu reaksi kimia. Sebagai contoh, asam
klorida adalah sebuah pereaksi yang bereaksi dengan logam seng menghasilkan
hidrogen, atau bereaksi dengan kalsium karbonat menghasilkan karbon dioksida.
(Wikipedia, 2013)
Istilah reagen juga digunakan untuk menunjuk pada zat kimia dengan
kemurnian yang cukup untuk sebuah analisis atau percobaan. Sebagai contoh, sebuah
reagen air tidak boleh mengandung banyak ketidakmurnian seperti ion natrium,
klorida, atau bakteri, dan juga memiliki tahanan listrik yang tinggi (Wikipedia, 2013).
Larutan CaCl2.2H2O dapat didefinisikan sebagai percampuran antara padatan
CaCl2.2H2O dan aquadest. Pada reaksi pencampuran Padatan CaCl2.2H2O dan aquadest
terjadi reaksi eksoterm dimana labu ukur yang digunakan dalam pembuatan larutan
KOH menjadi panas. Larutan CaCl2.2H2O dapat bercampur sempurna dan berwana
bening. Selain itu larutan CaCl2.2H2O merupakan larutan garam.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuatan reagen CaCl2.2H2O 0,3 N 100 ml?
2. Bagaimana sifat fisik dan kimia dari CaCl2.2H2O?
3. Apa pengaplikasian reagen CaCl2.2H2O di dunia industri?
I.3 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui cara membuat reagen CaCl2.2H2O 0,3 N 100 ml.
2. Mengetahui sifat fisik dan kimia dari CaCl2.2H2O.
3. Mengetahui pengaplikasian reagen CaCl2.2H2O di dunia industri.
I.4 Manfaat Percobaan
1. Dapat mengetahui cara pembuatan reagen CaCl2.2H2O 0,3 N 100 ml.
2. Dapat mengetahui sifat fisik dan kimia dari CaCl2.2H2O.
3. Dapat mengetahui pengaplikasian reagen CaCl2.2H2O di dunia industri.
I-1
7. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Dasar Teori
II.1.1. Pengertian Reagen
Reagen disebut juga pereaktan dalam bahasa inggris disebut (reactant atau
reagent). Salah satu contoh reagen yaitu asam klorida. Dimana asam klorida adalah
sebuah reagen yang bereaksi dengan logam seng menghasilkan hidrogen, atau
bereaksi dengan kalsium karbonat menghasilkan karbondioksida(Wikipedia, 2013).
Istilah reagen juga digunakan untuk menunjuk pada zat kimia dengan kemurnian
yang cukup untuk sebuah analisis atau percobaan. Sebagai contoh, sebuah reagen air
tidak boleh mengandung banyak ketidakmurnian seperti ion natrium, klorida, atau
bakteri, dan juga memiliki tahanan listrik yang tinggi (Wikipedia, 2013).
Kata-kata, "reagen" dan "reaktan" dapat digunakan secara bergantian. Reaksi kimia
terjadi ketika dua atau lebih reaktan digabungkan bersama-sama. Reaktan harus
hadir untuk menciptakan reaksi kimia, tanpa adanya reaktan tidak akan ada reaksi.
(Wikipedia, 2013)
II.1.2. Penggolongan Reagen
Reagen digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Reagen padat
Reagen yang berbentuk padatan atau serbuk.
Contoh: Kalsium Karbonat.
2. Reagen cair
Reagen yang berbentuk cairan, baik encer maupun kental.
Contoh : Hydrochloric Acid.
(Wikipedia, 2013)
Menurut cara pembuatan reagen, reagen di bagi menjadi :
1. Reagen buatan sendiri.
2. Reagen jadi (komersial).
(Anonymous, 2011)
Menurut tingkat kemurniannya reagen di bagi menjadi :
1. Reagen tingkat analitis (Analitical Reagent)
Reagen tingkat analitis adalah reagen yang terdiri atas zat-zat kimia yang
mempunyai kemurnian yang sangat tinggi. Kemurnian zat-zat tersebut dianalisis
dan dicantumkan pada botol atau wadahnya.
2. Reagen tingkat lain
Zat kimia lain tersedia dalam tingkatan dan penggunaan yang berbeda yaitu:
1. Tingkat kemurnian kimiawi (Chemically Pure Grade).
2. Tingkat praktis (Practical Grade).
3. Tingkat komersial (Commercial Grade).
4. Tingkat teknis (Technical Grade).
(Anonymous, 2011)
II.1.3. Contoh Reagen Alami
Berikut adalah contoh-contoh reagen alami yaitu:
1. Fenton
Reagen-reagen yang gaya analitisnya dimanfaatkan untuk membasmi tertentu
alami dan organik bahan kimia seperti tetrakloroetilena (PCE) dan trichloroethylene
(TCE) (Wikipedia, 2013).
II-1
8. II-2
Reagen
2. Grignard
Reaksi Grignard adalah reaksi kimia organologam dimana-alkil atau arilmagnesium halida (pereaksi Grignard) ditambahkan ke dalam grup karbonil dalam
aldehida atau keton. Reaksi ini merupakan perangkat yang penting untuk
pembentukan ikatan karbon-karbon (Wikipedia, 2013).
3. Collins
Reagen-reagen ini digunakan untuk membantu beberapa zat-zat yang kompleks
dan alkohol untuk mengoksidasi (Wikipedia, 2013).
4. Fehling
Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus
untuk mengenali aldehida. Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A
dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO 4, sedangkan Fehling B merupakan
campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan
mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang
berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks.
Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu2+
direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai
Cu2O. Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan
berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer
misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan.
(Riska, 2011)
5. Millon
Reagen Millon adalah larutan asam nitrat yang mangandung raksa (I) nitrat dan
raksa (II) nitrat. Reagen adalah zat yang digunakan untuk mendeteksi larut protein.
(cimox, 2012)
6. Reagen sebagai komponen dasar biologi molekuler
Beberapa reagen juga digunakan sebagai komponen dasar dalam biologi
molekuler yang spesifik jenis aplikasi yang klien dikembangkan dalam program
penelitian ilmiah. Beberapa reagen juga digunakan dalam kit dan tes yang
digunakan untuk mendeteksi organisme yang lain sulit untuk menemukan di bawah
pencitraan perangkat yang biasa. Reagen dan bahan-bahan lain yang digunakan
sebagai kunci produk dalam menciptakan alat untuk diagnosis. Reagen biasanya
dimaksudkan untuk tujuan penelitian, bahan baku dalam biologi molekuler,
penggunaan forensik, ayah tes, tes darah atau serologi, gram pengujian, imunologi,
dan farmasi (Anonymous, Blogger, 2011).
II.1.4. Contoh–contoh reagen yang digunakan dalam uji makanan
Berikut adalah contoh-contoh reagen yang digunakan dalam proses pengujian
makanan diantaranya:
1. Reagen Lugol
Lugol pertama kali dibuat pada tahun 1829, merupakan larutan dari unsur
iodium dan iodida kalium dalam air, yaitu setelah dokter Prancis JGA Lugol. Larutan
iodium lugol sering digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan untuk desinfeksi
darurat air minum, dan sebagai reagen untuk deteksi pati di laboratorium dan tes
medis (Rahayu Asih, 2012).
Telah digunakan lebih jarang untuk mengisi kekurangan iodium. Namun, Iodida
kalium murni, mengandung ion iodida relatif jinak tanpa unsur iodium lebih toksik,
lebih disukai untuk tujuan ini. Larutan lugol terdiri dari 5 gram yodium (I2) dan 10
gram kalium iodida (KI) dicampur dengan air suling yang cukup untuk membuat
larutan coklat dengan total volume 100ml dan kadar iodium total 150 mg/ml
(Rahayu Asih, 2012).
Nama lain untuk solusi lugol adalah I 2KI (iodine-potassium iodide), Markodine,
solusi Strong (sistemik), dan berair iodium solusi (BCP). Lugol didapat dari ahli kimia
LABORATORIUM KIMIA ANALIT
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
9. II-3
Reagen
dan apoteker yang berlisensi untuk mempersiapkan dan mengeluarkan reagen.
Indikator ini, juga disebut noda, digunakan di berbagai bidang. Reagen ini
digunakan sebagai tes indikator keberadaan pati dalam senyawa organik, dengan
yang bereaksi dengan memutar sebuah dark-blue atau black (Rahayu Asih, 2012).
Lugol digunakan untuk menguji apakah suatu makanan mengandung
karbohidrat (amilum) atau tidak. Bila makanan yang kita tetesi lugol menghitam,
maka makanan tersebut mengandung karbohidrat. Semakin hitam berarti makanan
tersebut banyak kandungan karbohidratnya (Rahayu Asih, 2012).
2. Reagen Biuret
Biuret adalah reagen yang digunakan untuk menguji kandungan protein.
senyawa kimia dengan rumus kimia H2-NC-(O)-NHC-(O)-NH2. Reagen biuret
adalah hasil dari kondensasi dua molekul urea dan merupakan kotoran yang
bermasalah di berbasis pupuk urea. Putih solid ini larut dalam air panas. Istilah
biuret juga menggambarkan keluarga senyawa organik dengan gugus fungsional
(HN-CO)2N. Jadi biuret dimetil adalah CH3HN-CO-NR'-CO-NHCH3. Berbagai
turunan organik yang mungkin. uji biuret sebuah uji kimia untuk protein dan
polipeptida (Rahayu Asih, 2012).
Hal ini didasarkan pada reagen biuret, larutan biru yang mengubah violet pada
kontak dengan protein, atau zat-zat dengan ikatan peptida. Bila bahan makanan itu
mengandung protein maka setelah bereaksi dengan biuret akan menghasilkan warna
ungu atau warna lembayung(Rahayu Asih, 2012).
3. Reagen Benedict
Benedict adalah bahan kimia reagen bernama setelah seorang kimiawan
Amerika, Stanley Rossiter Benediktus. Benedict's reagent digunakan sebagai ujian
bagi kehadiran mengurangi gula. Hal ini termasuk semua monosakarida, disakarida,
laktosa dan maltosa. Bahkan lebih umum, kita coba Benediktus akan mendeteksi
kehadiran aldehid (kecuali yang aromatik), dan alpha-hydroxy-keton, termasuk
yang terjadi di ketoses tertentu. Jadi, meskipun ketose fruktosa tidak sepenuhnya
mengurangi gula, itu adalah alpha-hydroxy-keton, dan memberikan tes positif
karena dikonversi ke aldoses glukosa dan mannose oleh dasar dalam reagen. Reagen
Benedict biru mengandung tembaga (II) ion (Cu2+) yang berkurang menjadi
tembaga (I) (Cu+). Endapan Ini diendapkan sebagai merah tembaga (I) oksida yang
tidak larut dalam air (Rahayu Asih, 2012).
Ketika reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan dengan glukosa, dimana
glukosa memiliki elektron untuk diberikan, tembaga (salah satu kandungan di
reagen benedict) akan menerima elektron tersebut dan mengalami reduksi sehingga
terjadilah perubahan warna. Selama proses ini Cu2+ tereduksi menjadi Cu+. Ketika
Cu mengalami reduksi, glukosa memberikan salah satu elektronnya dan dioksidasi.
Karena glukosa mampu mereduksi Cu pada benedict, maka glukosa disebut sebagai
gula pereduksi (Rahayu Asih, 2012).
4. Reagen Naftol dalam Alkohol
Larutan naftol dalam alkohol merupakan reagen yang digunakan dalam uji
molisch, dimana uji merupakan cara yang paling umum untuk melakukan uji
karbohidrat dalam suatu sampel. Apabila suatu sampel tersebut mengandung
karbohidrat maka larutan tersebut akan berubah menjadi warna merah ungu. Uji ini
didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin
furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin
ungu di permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Prinsip dari uji ini
ialah kondensasi dari hidroksi metal furfural (heksosa) atau furfural (pentosa)
dengan alfa-naftol membentuk suatu cincin berwarna ungu. Alfa-naftol berfungsi
sebagai indikator warna, sedangkan H₂SO₄ berfungsi untuk menghidrolisis glukosa
(heksosa) menjadi hidroksimetil fufural atau arabinosa (pentosa). Reaksi Molisch ini
LABORATORIUM KIMIA ANALIT
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
10. II-4
Reagen
positif untuk semua karbohidrat. Uji ini dilakukan terhadap larutan glukosa 1%,
fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltose 1%, dan pati 1% (Rahayu Asih, 2012).
5. Reagen Selliwanoff
Proses pengujian dengan reagen ini adalah suatu pengujian untuk
mengidentifikasi adanya gugus keton pada suatu sakarida. Reagen selliwanof terdiri
atas 0,5% resorsinol dan 5N HCl. Reaksi positif apabila terbentuk warna merah. HCl
akan mengubah heksosa menjadi hidroksi metal furfural yang kemudian akan
bereaksi dengan resorsinol membentuk kompleks yang berwarna merah.
Kereaktifan aldosa dan ketosa sangatlah berbeda. Aldosa untuk terhidrolisis
membutuhkan asam pekat sedangkan ketosa membutuhkan asam encer sehingga
hidroksi metal furfural dari aldosa sedikit, sedangkan untuk ketosa hidroksi metal
furfural yang terbentuk banyak, karena itulah reaksi ini spesifik untuk fruktosa
yang termasuk ketoheksos (Rahayu Asih, 2012).
6. Reagen Barfoed
Uji Barfoed untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan
mengontrol kondisi pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi
Cu2+ menjadi Cu+. Reagen Barfoed mengandung senyawa tembaga asetat.
(Rahayu Asih, 2012)
II.1.5. Penggunaan Reagen di Laboratorium
Zat kimia atau reagen yang digunakan di laboratorium kesehatan ialah zat kimia
atau reagen tingkat analitis atau beberapa bahan kimia organik pada tingkat kimiawi
murni yang telah melewati tahap pengujian sebelum dipakai rutin.
(Drs. Mulyono HAM, 2005)
II.1.6. Reagen Elektrofilik (Elektrofil) pada Senyawa Organik
Reagen elektrofilik adalah reagen yang kekurangan elektron sehingga afinitas
elektronnya menjadi berkurang. Reagen elektrofilik dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu
elektrofil positif dan elektrofil negatif. Contoh elektrofil positif adalah proton, kation,
dan karbon radikal yang mempunyai muatan seperti ion karbonium (Organik, 2011).
Meskipun elektrofil negatif kekurangan elektron, namun tidak mempunyai muatan.
Contoh elektrofil negatif adalah AlCl3, ZnCl2, dikiorokarbena, dan radikal karbon yang
mempunyai enam elektron pada kulit terluarnya yang dikenal dengan nama karbena.
Meskipun mempunyai enam elektron pada kulit terluarnya, tetapi karbena tetap stabil.
Dalam hal ini karbena dikatakan sebagai reagen yang mencari elektron(Organik, 2011).
Beberapa elektrofil dalam senyawa organik disajikan dalam tabel berikut:
Elektrofil Positif
Elektrofil Negatif
proton H
aluminium tetrakiorida
ion kioronium
boron trifluorida
ion bromonium
zink klorida
ion nitronium
sulfur trioksida
ion nitrosonium
klorida asam
ion karbonium
Karbena
ion hidroksonium
ion diazonium
Tabel II.1.1 Jenis Elektrofil
LABORATORIUM KIMIA ANALIT
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
11. II-5
Reagen
Contoh Reaksi :
Gambar II.1.1. Reagen Elektrofilik (Elektrofil) Pada Senyawa Organik
II.1.7. Reagen – reagen yang Dipergunakan untuk Reaksi Redoks
Dalam banyak prosedur analitis, analitnya memiliki lebih dari satu kondisi oksidasi
sehingga harus dikonversi menjadi satu kondisi oksidasi tunggal sebelum titrasi.
Sebuah contoh yang sering kita jumpai dalam suatu bijih besi. Begitu bijih besi tersebut
dilarutkan, besi akan hadir baik dalam keadaan oksidasi +2 maupun keadaan oksidasi
+3. Besi tersebut harus direduksi seluruhnya ke kondisi +2 sebelum penitrasian dalam
sebuah larutan standar dari sebuah larutan standar dari sebuah agen pengoksidasi.
Reagen redoks yang dipergunakan dalam langkah pendahuluan ini harus dapat
mengkonversi analit dengan cepat dan sempurna ke dalam kondisi yang diinginkan.
Kelebihan dari ragen ini biasanya ditambahkan, dan kita harus dapat membuang
kelebihan tersebut sehingga kelebihan tersebut tidak bereaksi dengan titrannya dalam
titrasi selanjutnya (Yensi, 2010).
Berikut ini adalah beberapa jenis reagen yang dapat dipergunakan dalam langkahlangkah pendahuluan:
II.1.7.1. Agen-agen Pengoksidasian
1. Natrium dan Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida adalah sebuah agen pengoksidasian yang baik dengan
potensial standar positif yang besar:
H2O2 + 2H+ + 2e ↔ 2H2O
Eo = +177 V
Dalam larutan yang bersifat asam, agen in akan mengoksidasi Fe(II) menjadi
Fe(III). Dalam larutan alkalin agen ini akan mengoksidasi Cr(III) menjadi CrO 42dan Mn(II) menjadi MnO2. Kelebihan reagen ini dengan mudah dapat
dikeluarkan dengan mendidihkan larutan selama beberapa menit.
(Underwood, 2001)
2. Kalium dan Amonium Peroksodisulfat
Ion Peroksodisulfat adalah sebuah agen pengoksidasi yang kuat dalam
larutan yang bersifat asam:
S2O82- + 2e ↔ 2SO42Eo = +2,01 V
Agen ini akan mengoksidasi Cr(III) menjadi Cr2O72-, Ce(III) menjadi Ce (IV),
dan Mn(II) menjadi MnO4-. Reaksi biasanya dikatalis oleh sejumlah kecil ion
perak (I). Setelah oksidasi selesai kelebihan reagen dapat dihilangkan dengan
mendidihkan larutan:
2S2O82- + 2H2O → 4SO42- + O2(g) + 4H+
(Underwood, 2001)
3. Natrium Bismutat
Rumus dari senyawa ini tidak diketahui secara pasti namun biasanya ditulis
NaBiO3. Senyawa ini merupakan agen pengoksidasi yang kuat, mengoksidasi
Mn(II) menjadi MnO4-, Cr(III) menjadi Cr2O72- dan Ce(III) menjadi Ce(IV).
Bismut direduksi menjadi Bi(III). Senyawa ini dapat larut sedikit dan larutan dari
LABORATORIUM KIMIA ANALIT
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
12. II-6
Reagen
subtansi yang akan dioksidasi dipanaskan dengan zat padat yang berlebihan.
Setelah reaksinya selesai, kelebihan bismutat dibuah melalui filtrasi.
(Underwood, 2001)
II.1.7.2. Agen-agen Pereduksi
1. Timah(II) Klorida
Reagen ini dipergunakan hampr selalu untuk mereduksi Fe(III) menjadi Fe(II)
dalam sampel-sampel yang telah dilarutkan dalam asam klorida.
(Underwood, 2001).
2. Metal dan Alloy
Sejumlah metal dapat dipergunakan sebagai agen pereduksi. Beberapa metal
khususnya perak, seng, kadmium, aluminium, nikel, tembaga, dan raksa, telah
banyak dipergunakan dalam prosedur-prosedur analitis. Terkadang metal
tersebut dapat dipergunakan dalam bentuk sebuah batang atau gulungan kawat
dan dimasukkan langsung ke dalam larutan analitnya (Underwood, 2001).
Ketika reduksi selesai, metal yang tidak dipergunakan dipindahkan dari
larutan dan dibuang seluruhnya. Sebuah prosedur alternatif yang memastikan
terjadinya kontak yang lebih menyeluruh antara larutan dan metalnya, adalah
dengan menyiapkan sebuah reduktor, sebuah kolom gelas yang mengandung
butiran-butiran dari metal yang dipergunakan sebagai reduktan. Larutan yang
akan direduksi dituang melalui kolom tersebut dan diampung di dalam labu
titrasi (Underwood, 2001).
Metal–metal yang amat aktif, seperti seng, kadmium, dan aluminium, tidak
hanya mereduksi analit tetapi juga larut di dalam larutan-larutan yang bersifat
asam dengan adanya evolusi dari hidrogen. Reaksi sampingan ini tidak
diinginkan, karena reaksi ini mengkonsumsi metal dalam jumlah yang besar dan
mengakibatkan masuknya banyak ion metalik ke dalam larutan sampel.
(Underwood, 2001)
Reaksi ini dapat segera dicegah dengan memadukan metal tersebut dengan
raksa (dialloykan). Seng yang dialloykan dipergunakan dalam reduktor Jones.
Butiran-butiran seng diolah dengan sebuah larutan encer raksa(II) klorida, dan
raksa tergeser dari tempatnya semula membentuk sebuah lapisan alloy pada
permukaannya:
Zn + Hg2+ ↔ Zn2+ + Hg
Hidrogen agak sulit digeser oleh seng pada permukaan yang dialloykan
tersebut karena overvoltase hidrogen yang tinggi pada raksa. Seng yang
dialloykan dapat dipergunakan dalam larutan-larutan yang amat asam dan
sangat tepat untuk membungkus suatu reduktor (Yensi, 2010).
Metal perak dengan kehadiran asam klorida disekitarnya banyak digunakan
sebagai pembungkus pada sebuah reduktor metal. Perak adalah agen pereduksi
yang buruk, namun dengan kehadiran asam klorida daya reduksinya
meningkatkan:
Ag(s) + Cl- ↔ AgCl(s) + e
Karena perak bukanlah reduktor yang sekuat seng yang dialloykan, perak
agak lebih selektif daripada seng (Yensi, 2010).
Reduktor Jones dan reduktor perak adalah dua reduktor yang paling luas
dipergunakan dalam prosedur analitis. Tabel II.1.2 memuat beberapa aplikasi dari
kedua reduktor ini.
LABORATORIUM KIMIA ANALIT
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
13. II-7
Reagen
HASIL REDUKSI
Ion Metal
Reduktor Perak
Reduktor Jones
Titanium(IV)
Tak tereduksi
Titanium(II)
Vanadium(V)
Vanadium(IV)
Vanadium(II)
Kromium(III)
Tak tereduksi
Kromium(II)
Molibdenum(VI)
Molibdenum(V)
Molybdenum(III)
Besi(III)
Besi(II)
Besi(II)
Tembaga(II)
Tembaga(I)
Tembaga (0)
Uranium(VI)
Uranium(IV)
Uranium (IV dan III)
Tabel II.1.2 Perbandingan antara produk-produk reduksi dalam reduktor
Jones dan reduktor perak.
(Underwood, 2001)
II.1.8. Larutan CaCl2.2H2O
Kalsium Klorida (CaCl2.2H2O) Cairan kalsium klorida (CaCl2) adalah senyawa
ionik yang terdiri dari unsure kalsium (logam alkali tanah) dan klorin. Ia tidak berbau,
tidak berwarna, solusi tidak beracun, yang digunakan secara ekstensif di berbagai
industri dan aplikasi di seluruh dunia. Berlaku sebagai ion halida yang khas dan padat
pada suhu kamar (Wikipedia, 2003).
Gambar II.1.2. Molekul CaCl2.2H2O
II.1.8.1. Sifat Fisika
1. Rumus Molekul
2. Berat Molekul
3. Bentuk
4. Warna
5. Titik Lebur
6. pH
7. Kerapatan Relatif
: CaCl2.2H2O
: 147,02
: Padat
: Putih
: 176oC
: 4,5 – 8,5 (pada 50gram/ liter 20oC)
: 1,85 gr atau cm3
II.1.8.2. Sifat Kimia
1. Kelarutan
2. Kereaktifan
: 1000 gr/l
: Tidak mudah terbakar
II.1.8.3. Kegunaan
Dalam bidang farmasi, kalsium klorida dihidrat cocok untuk digunakan sebagai
bahan farmasi aktif, lalu juga digunakan sebagai pengering pada suatu wadah atau
pun benda (Wikipedia, 2003).
LABORATORIUM KIMIA ANALIT
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
14. II-8
Reagen
Kalsium klorida juga digunakan sebagai bahan masakan tambahan makanan
yang diizinkan ketika larut dalam air atau alkohol, atau jika larutan diberikan
asam, akan terjadi reaksi eksoterm (Wikipedia, 2003).
II.1.9. Aqudest
Aqudestilata (aquadest) adalah air hasil penyulingan (diuapkan dan disejukkan
kembali) dan memiliki kandungan murni H2O, sedangkan air mineral tidak murni
H2O (Wikipedia, 2007).
Air suling juga memiliki rumus kimia pada air umumnya yaitu H 2O yang berarti
dalam 1 molekul terdapat 2 atom hidrogen kovalen dan atom oksigen tunggal. Steril
adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang pathogen
(menimbulkan penyakit) maupun yang non pathogen (tidak menimbulkan penyakit).
Baik dalam bentuk vegetative maupun bentuk spora (Wikipedia, 2007).
Aquadest paling sering digunakan untuk membuat sebuah larutan
atau
mengencerkan larutan. Air ini dipilih karena sangat murni dan ber pH 7 (netral)
sehingga hasil larutan nantinya akan akurat (Wikipedia, 2007).
Gambar II.1.3. Molekul Air
II.1.10. Teknik Pelarutan
Pelarutan zat padat untuk menghasilkan larutannya sering dilakukan dalam
keseharian. Caranya, sejumlah zat padat dituangi pelarut atau pelarut dimasukkan
sejumlah zat padat, biasanya diikuti dengan pengadukan. Pembuatan larutan dari zat
padat sebagai pereaksi umum alau pereaksi khusus tidaklah sesederhana itu apalagi
bila pereaksi itu untuk tujuan analisa kuantitatif atau untuk tujuan tertentu lainnya
(HAM, 2009).
Pembuatnya harus melakukan perencanaan (termasuk perhitungan) sesuai
dengan kebutuhan atau sifat analisis yang diterapkan (kualitatif atau kuantitatif).
Bila terjadi kesalahan, akibatnya adalah pemborosan zat kimia yang mahal, tenaga dan
waktu hilang, data pengamatan yang tidak jelas, serta hasil analisis yang tidak tepat
(salah) (HAM, 2009).
Beberapa hal dan langkah tentang pembuatan larutan dari padatan dan teknik
pelarutannya yang harus diperhatikan adalah:
No.
1.
Sifat analisis
Hal
Langkah
Tetapkan: kulitatif alau kuantitatif
(sesuaikan dengan tujuan analisis)
2.
Kuantitas larutan (volume, konsentrasi)
3.
Kuantitas zat padat (rumus, kelarutan, Tetapkan: rumus zat padat (kristal),
massa)
daya larut, dan massa padatan yang
akan dilarutkan (dihitung).
LABORATORIUM KIMIA ANALIT
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
Tetapkan: sesuai dengan
kebutuhan.
15. II-9
Reagen
4.
Sifat zat padat
Tetapkan: stabil, higroskopis, atau
bereaksikah dengan air.
5.
Alat ukur massa (neraca)
(Jika kualitatif), gunakan: neraca T
atau SA,
(Jika kuantitatif): neraca Teknis dan
neraca Analitik.
6.
Alat ukur volume
(Jika kualitatif), gunakan: gelas
ukur yang sesuai atau mendekati
volume cairan yang akan diukur.
(Jika kuantitatif), gunakan: labu
takar.
7.
Pelarutan
a. Peralatan pendukung
b. Pelaksanaan
Siapkan: gelas kimia, batang
pengaduk, botol timbang, corong,
pipet tetes, botol semprot, botol
kemasan pereaksi.
(Jika kualitatif): pindahkan padatan
ke gelas kimia dan larutkan dengan
aquadest
secukupnya,
lalu
pindahkan ke gelas ukur, dan
tuangi aquadest sampai tanda batas.
(Jika kuantitatif) : pindahkan dulu
seluruh padatan ke gelas kimia dan
larutkan
dengan
aquadest
secukupnya,
lalu
pindahkan
seluruhnya (secara kuantitatif) ke
labu
takar
lewat
corong,
tambahkan aquadest sedemikian,
keringkan bagian atas skala, lalu
terakhir secara tetes per tetes
sampai tanda batas volum, tutup
labunya, dan homogenkan.
c. Pengemasan
Bilasi botol pereaksi bersih atau
kering dengan sedikit larutan di
atas, dan pindahkan seluruh
larutan ke botol ini, lalu ditutup,
dan beri label dengan jelas.
Tabel II.1.3. Teknik Pembuatan Larutan Menggunakan Teknik Pelarutan
Gambar II.1.4. Teknik Pelarutan Secara Kuantitatif
LABORATORIUM KIMIA ANALIT
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
16. II-10
Reagen
II.1.11. Teknik Pengenceran
Pada umumnya asam-asam anorganik berupa cairan pekat, ada yang berasap atau
bersifat korosif. Zat cair organik umumnya bersifat mudah menguap dan mudah
terbakar. Asam-asam anorganik dan beberapa cairan organik sering harus disiapkan
sebagai sediaan berupa larutannya yang lebih encer dalam suatu pelarut.
(HAM, 2009)
Teknik pengenceran cairan pekat asam anorganik dan cairan pekat organik pada
dasarnya tidak begitu berbeda. Teknik pengenceran melibatkan teknik pengukuran
volum dan teknik pelarutan (teknik pencampuran). Tentang kedua teknik ini,
beberapa hal harus diperhatikan seperti diuraikan berikut ini.
(HAM, 2009)
II.1.11.1. Teknik Pengenceran dari Cairan Pekat
1. Pra Pengenceran.
Hitung volum cairan pekat dan volum aquadest yang akan diukur. Ukur
volum aquadest tersebut dan siapkan di dalam gelas kimia(HAM, 2009).
2. Teknik pengukuran volum cairan pekat.
Mengingat sifat zat cair pekat, maka pengukuran volumnya harus
dilakukan di ruang asam dan pembacaan skala volumnya harus sesegera mungkin.
Jika tidak ada ruang asam, lakukan di tempat terbuka, dekat dengan bak atau keran
air (siap alir), dan hadapkan muka searah dengan arah angin. Sebaiknya
menggunakan masker, jika asam pekatnya berasap(HAM, 2009).
3. Pencampuran atau pelarutan.
Segera alirkan perlahan cairan pekat lewat batang pengaduk ke dalam
gelas kimia berisi aquadest di atas. Hitung balik, konsentrasi cairan hasil
pengenceran, sesuai dengan kekurangan aquadestt (HAM, 2009).
II.1.11.2. Teknik Pengenceran dari Cairan Kurang Pekat
Teknik pengenceran dari larutan agak pekat menjadi larutan yang lebih
encer (misal dari 3 M ke 1 M) lebih mudah dilakukan dan tidak perlu di ruang
asam (HAM, 2009).
Caranya ukur aquadestt (hasil hitung) dengan gelas ukur (berukuran
sesuai dengan volum akhir larutan), kemudian tuangkan larutan lebih pekatnya ke
dalam gelas ukur tersebut sampai volumnya mendekati tanda batas, lanjutkan
penambahan tetes per tetes sampai tanda batas volum akhir yang diharapkan. Tidak
lupa pula gunakan pipet tetes (bersih dan kering)(HAM, 2009).
II.1.11.3. Perhitungan volum dan konsentrasi cairan
Sebelum melakukan perhitungan volum cairan, catatlah harga kadar atau
konsentrasi cairan yang akan diencerkan dari label kemasannya, dan tetapkan
besarnya volum larutan encer yang hendak dibuat. Asam pekat yang
diperdagangkan, pada labelnya ditemukan harga dari molar, persen (b/b), dan
massa-jenisnya, sementara cairan oraganik, harga dari persen (v/v) dan massajenisnya. Berikut ini disajikan hubungan matematis atau diagram hubungan
pengenceran termasuk beberapa contoh perhitungan untuk kadar atau konsentrasi
dalam satuan molar (M) dan persen (%) yang sering dijumpai pada sediaan larutan
atau pereaksi (HAM, 2009).
LABORATORIUM KIMIA ANALIT
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
17. II-11
Reagen
II.2. Jurnal Aplikasi Industri
Pengolahan Air Limbah Pewarna Sintetis
dengan Menggunakan Reagen Fenton
Pencemaran lingkungan akibat limbah industri sudah sangat memprihatinkan. Hal
tersebut terjadi karena perkembangan industri kecil dan menengah yang sangat pesat
dewasa ini. Salah satu limbah yang sangat mengganggu kelestarian lingkungan adalah
air limbah yang mengandung pewarna sintetis yang dihasilkan oleh industri tekstil
skala besar maupun menengah hingga skala kecil. Air limbah tersebut dapat membuat
perubahan warna dan derajat keasaman pada air sungai. Penurunan kualitas air,
diantaranya ditunjukkan dengan meningkatnya kekeruhan air yang disebabkan
adanya polusi zat warna, akan menghalangi masuknya cahaya matahari ke dasar
perairan dan mengganggu keseimbangan proses fotosistesis, ditambah lagi adanya
efek mutagenik dan karsinogen dari zat warna tersebut, membuatnya menjadi
masalah yang serius. Selain itu air limbah pabrik tekstil di indonesia rata-rata
mengandung 750 mg/l padatan tersuspensi, 500 mg/l BOD, dan 750-1500 mg/l
COD.
Air limbah tersebut dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun). Salah satu alternatif untuk menangani air limbah dari pewarna sintetis
tekstil adalah dengan menggunakan metode proses oksidasi lanjutan. Proses oksidasi
lanjutan ini adalah kombinasi dari beberapa proses untuk menghasilkan hidroksi
radikal. Dalam proses pengolahan limbah pewarna sintetis ini digunakan reagen
fenton yang merupakan suatu senyawa hidrogen peroksida dengan katalis besi, yang
merupakan slaha satu dari metode proses oksidasi lanjutan. Reagen ini dibuat dengan
menggunaka hidrogen peroksida 0,08 M dan FeSO4.7H2O 0,004 M. Semua bahan
yang dimasukkan dalam bahan Jar Test lalu diaduk dengan kecepatan 100-250 rpm
selama 30 menit. Proses pengadukan ini membuat konsentrasi zat pewarna turun
hingga 5% dalam tempo 30 menit karena terjadi perpindahan massa sehingga terjadi
degradai warna yang menyebabkan konsentrasi zat pewarna berkurang. Dengan
demikian pada putaran pengaduk yang sama, penggunaan konsentrasi zat pewarna
pewarna sintesis yang semakin kecil akan mengakibatkan persen degradasi warna
yang semakin besar. Atau dengan kata lain semakin besar konsentrasi warna yang
digunakan, semakin kecil persen degradasi warna yang dicapai. Hal yang disebabkan
banyak sedangkan jumlah reagen pereaksi tetap, sehingga kemampuan
mendegradasikan warna akan turun.
Perlakuan jenis bahan, konsentrasi zat pewarna sintetis pada air limbah dan
reagen, kecepatan serta lama pengadukan sangat berpengaruh terhadap proses
pengolahan air limbah pewarna sintetis. Hasil paling maksimal diperoleh pada
kecepatan pengadukan 200 rpm selama 30 menit. Pengolahan air limbah
menggunakan reagen fenton sangat efektif sehingga dpat diterapkan untuk mengolah
air limbah pewarna sintetis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menggunakan puturan pengaduk 200 rpm dan konsentrasi zat warna sintetis masingmasing 150 gr/l, didapatkan penurunan zat wana procion blue MR sebesar 89% dan
procion red MR sebesar 98%, dalam waktu 30 menit. Dari penelitian dapat
disimpulkan bahwa reagen fenton dapat diterapkan untuk mengolah air limbah
pewarna sintetis. Semakin kecil konsentrasi zat warna maka persen degradasi warna
akan semakin besar. Metode ini dapat diterapkan pada air limbah kain jumputan,
dimana dicapai penurunan COD sebesar 38% dan persen degradasi warna 10% dalam
waktu 30 menit.
LABORATORIUM KIMIA ANALIT
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
18. BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
Reagen CaCl2.2H2O 0,3 N 100 ml
III.2 Alat dan Bahan Percobaan
Alat Percobaan
1. Beaker glass 250 ml
2. Corong 90 mm
3. Gelas ukur 10 ml
4. Kaca arloji
5. Labu ukur 100 ml
6. Neraca Analitik
7. Pengaduk
8. Pipet Tetes
Bahan Percobaan
1. Aquadest
2. Padatan CaCl2.2H2O
III. 3 Prosedur Percobaan:
1. Menghitung massa CaCl2.2H2O.
2. Menimbang 2,2053 gram padatan CaCl2.2H2O sesuai dengan perhitungan.
3. Memasukkan 20 ml aquadest kedalam labu ukur 100 ml.
4. Memasukkan 2,2053 gram CaCl2.2H2O ke labu ukur 100 ml dengan
menggunakan corong beserta penambahan air secara perlahan dan pengocokan
sampai batas 100 ml.
III-1
19. III-2
Reagen
III. 4 Diagram Alir
Mulai
Menghitung massa CaCl2.2H2O.
Menimbang 2,2053 gram padatan CaCl2.2H2O sesuai dengan perhitungan.
Memasukkan 20 ml aquadest kedalam labu ukur 100 ml.
Memasukkan 2,2053 gram CaCl2.2H2O ke labu ukur 100 ml dengan menggunakan
corong beserta penambahan air secara perlahan dan pengocokan sampai batas 100
ml.
Selesai
LABORATORIUM KIMIA ANALIT
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
20. III-3
Reagen
III. 5. Gambar Alat :
Corong
Beaker Glass
Gelas Ukur
Pipet Tetes
LABORATORIUM KIMIA ANALIT
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI-ITS
Kaca Arloji
Labu Ukur
Pengaduk
22. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. Hasil Percobaan
IV. 1 Hasil Pengamatan
V Aquadest
(ml)
100 ml
Mr
CaCl2.2H2O
Ekuivalen
Massa
CaCl2.2H2O
(gr)
147,02
2
2,2053
Tabel IV.1 Hasil Percobaan
Warna
Bening
IV. 2 Pembahasan
Reagen atau dikenal juga dengan Reaktan merupakan istilah yang sering
digunakan didunia kimia. Reagen memiliki banyak kegunaan dan sebagian besar
melibatkan menyelamatkan nyawa aplikasi. Zat atau dua zat membuat, mengukur
atau membangun keberadaan reaksi kimia dengan bantuan reagen. Kimia organik
mungkin juga menetapkan reagen sebagai campuran atau zat-zat yang berbeda yang
akan membuat perubahan pada substrat pada kondisi tertentu (HAM, 2009).
Prosedur percobaan adalah Menghitung massa CaCl2.2H2O. Menimbang
padatan CaCl2.2H2O sebanyak 2,2053 gram dan memasukkannya kedalam labu ukur
beserta penambahan 20 ml aquadest. Selanjutnya memasukkan padatan CaCl2.2H2O
kedalam labu ukur menggunakan corong beserta penambahan aquadest secara
perlajan dan pengocokan sampai batas tera labu ukur 100 ml.
Hasil dari percobaan pembuatan larutan CaCl2.2H2O diperoleh 2,2053 gram
massa CaCl2.2H2O yang dibutuhkan dalam pembuatan larutan reagen yang didapat
dari perhitungan yang telah dilakukan. Diketahui volume CaCl2.2H2O 0,3 N yang
diinginkan adalah 100 ml dengan Mr CaCl2.2H2O adalah 147,02 gram/mol.
Ketelitian dalam perhitungan sangat diperlukan karena kesalahan dalam perhitungan
dapat menyebabkan kesalahan dalam pembuatan larutan reagen. Pengaruh
pengocokan terhadap pembuatan larutan terdapat pada waktu pengocokanya itu
semakin lama waktu yang digunakan dalam pengocokan pembuatan larutan
CaCl2.2H2O maka semakin homogen larutan CaCl2.2H2O yang terbentuk. Pengaruh
penambahan aquadest terhadap pembuatan larutan CaCl2.2H2O yaitu penambahan
aquadest yang dilakukan secara bertahap hingga 100 ml akan menghasilkan larutan
yang lebih homogen daripada larutan yang dibuat dengan penambahan aquadest
secara langsung. Larutan reagen yang dihasilkan pada percobaan ini adalah larutan
homogen dengan warna bening. Tetapi, karena kesalahan prosedur yang dilakukan
yaitu menggunakan air ber-pH 6 dan bukan aquadest maka praktikum membuat
reagen kali ini dinyatakan gagal. Karena seharusnya digunakan aquadest murni
dengan pH 7. Penggunaan zat pelarut sangat lah penting kesalahan penggunaan air
keran sebagi pelarut dapat mempengaruhi larutan yang akan dibuat hal ini
dikarenakan adanya ion-ion yang mungkin dapat bereaksi dengan zat terlarut
sehingga larutan yang dihasilkan tidaklah sempurna berbeda dengan pengunaan
aquadest yang merupakan air dari hasil penyulingan yang murni dan tidak
mengandung mineral ataupun ion-ion yang dapat bereaksi dengan zat terlarut.
IV-1
23. BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Membuat larutan CaCl2.2H2O 0,3N dalam 100 ml aquadest memerlukan padatan
CaCl2.2H2O sebesar 2,2053 gram.
2. Hasilnya adalah larutan CaCl2.2H2O yang homogen dan berwarna bening.
3. Dalam dunia industri CaCl2.2H2O dapat digunakan untuk berbagai macam hal,
seperti reagen, antara lain sebagai pelebur es di jalan raya pada musim dingin,
untuk menurunkan titik beku pada mesin pendingin, sebagai pengenyal dan
pengawet makanan.
V-1
24. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. (2011, Januari 30). Blogger. Retrieved Nopember 1, 2013, from Blogger
Website: (http://latihanaplikom.blogspot.com/2011/01/macam-jenis-reagen-reagenmenurut.html).
Anonymous. (2013, Januari 11). Blogger. Retrieved Nopember 2, 2013, from Blogger Web
site: http://indokeluarga.blogspot.com/
cimox, m. (2012, Juni 6). Blogger. Retrieved Nopember 1, 2013, from Blogger:
http://merlinsarliyanti.blogspot.com/2012/06/uji-millon.html
HAM, D. M. (2009). Membuat Reagen Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.
Organik, K. (2011, Januari 22). Senyawa Organik. Retrieved Nopember 2, 2013, from
Senyawa Organik Web site: http://www.senyawaorganik.com/2013/05/reagenelektrofilik-elektrofil-pada.html
Riska, M. (2011, Maret 4). Blogger. Retrieved Nopember 1, 2013, from Blogger:
http://mayayellow.blogspot.com/2011/03/pereaksi-fehling.html
Underwood, A. (2001). Analisis Kimia Kuantitatif. Surabaya: Erlangga.
Wikipedia. (2013, April 5). Wikipedia. Retrieved Nopember 1, 2013, from Wikipedia
Website: http://id.wikipedia.org/wiki/Pereaksi_kimia
Wikipedia. (2013, Oktober 4). Wikipedia. Retrieved Nopember 2, 2013, from Wikipedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Fenton's_reagent
Yensi, P. (2010, Februari 23). Blogger. Retrieved Nopember 2, 2013, from Blogger Web site:
http://pyenzagronomi.blogspot.com/2009/12/reduksi.html
v
26. APPENDIKS
1. Membuat reagen CaCl2.2H2O 0,3 N dalam 100 ml
Diketahui : Mr CaCl2.2H2O
= 147,02 gram/ mol
Volume
= 100 ml
Normalitas CaCl2.2H2O
= 0,3N
Ditanya
: Massa padatan CaCl2.2H2O?
Jawab
:
N
=Mxe
0,3
=Mx2
M
=
0,15
=
Mol
=
0,015
=
n
v
mol
0,1
m
mol= 0,015
Mr
m (CaCl2.2H2O )
147 ,02
m (CaCl2.2H2O) = 2,2053 gram
2. Cara Membuat Reagen CaCl2.2H2O 0,3 N dalam 100 ml
1. Menghitung banyaknya CaCl2.2H2O (padat) yang digunakan untuk membuat 0,3 N
100 ml.
2. Mengambil CaCl2.2H2O (kristal) dan menimbangnya sebanyak 2,2053 gram.
3. Memasukkan 2,2053 gram CaCl2.2H2O ke dalam labu ukur 100 ml menggunakan
corong.
4. Menambahkan aquades hingga batas tera 100 ml.
5. Mengocok CaCl2.2H2O yang telah ditambahkan aquadest hingga larutan menjadi
homogen.
6. Mengamati hasil reagen, warna apa dan terdapat endapan atau tidak.
7. Memasukkan reagen yang telah dibuat ke dalam botol berwarna gelap.
vii