3. Sejarah
• Setelah 1 dekade, gerakan perempuan
menemui titik buntu, bersama dgn
perjuangan sosialis yang juga buntu.
• Sosialisme tidak berhasil
menumbangkan kapitalisme, feminisme
tidak berhasil menggoyahkan patriakhi.
• Sehingga, gerakan perempuan
mengarahkan haluan baru, untuk
merefleksikan diri sebagai the second
sex.
4. • Aliran Feminisme psiko-analisis ini
berangkat dari kerangka analisis Freud
tentang seksualitas. Ia menyebutkan
bahwa seksualitas adalah unsur yang
krusial dalam rangka mengembangkan
relasi gender, meskipun secara seksualitas
laki-laki dan perempaun memang
berbeda.
• Akhirnya, para penganut aliran
ini, menanggap bahwa manusia memiliki
yang disebut pra-oedipus kompleks.
5. • Dalam pengertian hasrat seksual
yang dapat menjadi insting (alam
bawah sadar) untuk mencari
pasangan yang berbeda jenis
kelamin dengan dia.
• Asumsinya, bahwa manusia
mengalami tahap psikoseksual, yang berbeda.
6. Pengertian
• Feminis psiko-analisa ialah pendekatan
yang memandang relasi gender sebagai
akibat bentukan psiko-seksual, yang
menjadi psiko-sosial.
• Sehingga, psiko-sosial seksualitas
menyebabkan relasi seksual dan gender
mengalami ketimpangan= Laki-laki lebih
superior dan perempuan lebih imperior.
7. • Akar superioritas , secara psikologi merupakan
dorongan biologis penetrasi, yang berkaitan
dengan penguasaan dan
superioritas, berkaitan dengan penerimaan.
• Teori psikoanalisis ortodoks (Freudian)
menyatakan bahwa “anatomy is destiny”
tubuh dan jenis kelamin adalah takdir):
menentukan psikologi dari seseorang, tidak
ada kehendak bebas; laki-laki, secara otomatis
akan menjadi pengambil
kekuasaan, perempuan, menerima sebagai
pelaku peran domestik dalam keluarga.
8. Pendekatan
• Kate Millet dalam gelombang kedua mencoba
untuk mengkririsinyapemahaman Freud.
Bahwa seksualitas manusia itu juga memilliki
unsur ciptaan.
• Bahwa perempuan pasif dan laki-laki agresif
itu memiliki relasi dengan pemahaman sosialbudaya= genderisasi seksualitas.
• Misalnya cantration complex, (dorongan
seksual pada laki-laki yang tidak dapat
ditahan) sebenarnya bukan merupakan
sebuah tahap yang tidak bisa dihindari oleh
kaum laki-laki.
9. • Menolak bentuk eksploitasi seksualitas
perempuan, baik secara fisik, visual
maupun verbal= sebuah bentuk
pelecehan
• Bentuk pelecehan menyebabkan
penindasan dan kekerasan terhadap
seksualitas perempuan= seksualitas
perempuan akhirnya dapat
diperjualbelikan demi kepentingan
pemuasan hasrat seksual kaum laki-laki.
10. • Feminisme psikoanalisis menyatakan
bahwa penindasan perempuan berawal
dari keinginan dan penguasaan
maskulin terhadap seksualitas
perempuan= obyek seksual.
• Feminisme psiko-analisis menganggap
bahwa seksualitas dan maskulinitas
adalah dua kekuatan yang dapat
membentuk eskploitasi seksual
terhadap perempuan.
11. Gerakan yang dihasilkan
• Cara yang diupayakan =memerangi setiap
jenis traffiking (penjualan perempuan)
dan juga peredaran visualisasi seksualitas
perempuan yang diperjualbelikan,
misalnya seperti VCD porno.
• Menolak setiap jenis pemanjaan
terhadap seksualitas maskulin yang
menindas perempuan, seperti panti pijat
plus plus ataupun eksploitasi media masa
terhadap perempuan.
13. Sejarah
• Feminisme psiko-analisa boleh jadi dikatakan
merupakan gelombang ke tiga feminisme.
• Eko-feminisme feminisme kultural,
merupakan kritik trhdp feminisme
sebelumnya.
• Kritik yang dilontarkan menyangkut kualitas
feminisme yang harus dibuang= jika
feminisme terbuang maka maskulinisasi justru
akan meneguhkan hirarkinya atas
perempuan=maskulinisasi terhadap
perempuan.
14. • Gejala ini terlihat dalam gejala misalnya
perempuan harus mengorbankan fungsi
reproduksinya atau bahkan menolak untuk
memakai feminitasnya demi kepentingan
kapitalisme.
• Munculnya gerakan feminisme ini
menyusul perkembangan baru dalam
filasafat yang menjadikan lingkungan
sebagai rujukan.
15. Pengertian
• Aliran ini, bermaksud untuk menempatkan
individu (perempuan) secara komprehensif
sebagai mahluk yang terikat dan
berinteraksi dengan lingkungan.
• Eko-feminisme mengedepankan relasi
individu dengan lingkungannya sebagai
sebuah sistem.
• Ekofeminis menempatkan perempuan
sebagai “simbol” alam semesta yang
dirusak, dieskploitasi dan dikuasi.
16. • Ketika eko-sistem manusia telah dirusak
oleh dirinya sendiri (oleh gaya dan
semangat maskulinitas), maka
feminisasi perlu dilakukan sebagai jalan
pembebasan dunia terhadap prinsifprinsif yang destruktif yang dibawa oleh
maskulinitas.
17. Kritik terhadap Eco-Fem
• Janet Biehl mengatakan ekofem berfokus
terlalu banyak pada koneksi mistis antara
perempuan dan alam dan tidak cukup pada
kondisi aktual perempuan.
• Rosemary Radford Ruether berpendapat
bahwa spiritualitas dan aktivisme dapat
dikombinasikan secara efektif dalam
ekofeminisme, tidak terlampau banyak
korelasi mistis.
18. Pendekatan yang Dikembangkan
• Eko-feminisme mengajukan kritik kpd ptek
yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip
kemanusiaan.
• Pengembangan industri dan Iptek
mengeluarkan perempuan dan prinsip
feminisasi terhadap “dunia”.
• Manusia sebenarnya sangat terikat dan
bergantung pada alam, baik humanis
maupun yang non-humanis dan alam
semesta bukan hanya memiliki prinsip fisik
tetapi juga spriritual.
19. • Kapitaslisme merubah alam menjadi sekedar
fisik (keterikatan materi saja dengan
manusia)= eskploitasi, penguasaan dan
pengerukan kekayaan alam.
• Ekofeminisme melihat bahwa dalam
kapitalisme terdapat maskulinitas yang
mengabaikan aspek feminitas yang lebih
bersifat memeliharan dan mengasuh.
• Oleh sebab itu, perempuan harus menjadi
agen dalam pemelihara alam dan
lingkungan.
20. Gerakan yang dihasilkan
• Aliran sejalan dengan prinsip postmodernis tentang alam sebaga
simbolisasi transenden=memiliki makna
spiritualitas
• Agenda perjuangan yakni mengurangi
dan mengapus ekspoitasi terhadap
lingkungan dan alam semesta = prinsip :
alam dirusak, sama dengan merusak
perempuan= simbol dari alam.
21. • Aliran ini banyak bergerak dalam NGO
(LSM) yang bergerak dan perduli
terhadap lingkungan. Misalnya seperti
yayasan PIKUL di NTT yang bergerak
dalam kalangan petani dan
penambang emas perempuan.