SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
1
Measurement Theory
(Tugas ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Teori Akuntansi)
KELAS : A
KELOMPOK 5 :
Resky Dhaifullah R. (110810301098)
Dimas Noviyanto (110810301136)
Kresna Teta Wijaya (110810301138)
Erlinda Putri A. (110810301147)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan akuntansi yang dipraktekan dalam suatu negara maupun
entitas memiliki tujuan yang mengarah kepada suatu pemeliharaan hubungan
antar entitas bisnis maupun individual, berdasarkan interpretasi informasi
keuangan yang disajikan oleh akuntansi. Penekanan pengakuntansian lebih kepada
satuan kuantitatif (postulat unit moneter) yang dapat dinyatakan secara moneter
daripada unsur kualitatif yang sulit diukur seperti informasi terkait kemampuan
pegawai, produktivitas penyelesaian tugas, pengetahuannya, dan lain-lain. Oleh
karena itu suatu sistem pengukuran akuntansi harus dibuat dan diimplementasikan
agar informasi akuntansi benar-benar menunjukkan aturan semantiknya dan
meminimalisir kelemahannya.
Pengukuran (measurement) merupakan bagian yang sangat penting dalam
suatu penyelidikan ilmiah. Tujuan pengukuran tersebut adalah untuk menjadikan
data yang dihasilkan lebih informative dan menjadi lebih bermanfaat. Pengukuran
dipakai dalam berbagai disiplin pengetahuan ataupun bidang pekerjaan dan
profesi termasuk bidang akuntansi. Sebagai penyedia informasi akuntansi
memerlukan pengukuran karena data kuantitatif merupakan bagian dominan dari
informasi akuntansi. Dalam akuntansi pengukuran pada umumnya dikaitkan
dengan satuan pengukur berupa unit moneter. Maksudnya agar pengukuran
tersebut menunjukkan makna ekonomik dan karenanya pengukuran yang
demikian disebut penilaian (valuation). Penilaian adalah prses penentuan jumlah
rupiah suatu obyek untuk menentukan makna ekonomik objek tersebut di masa
lalu, sekarang atau yang akan datang.
Suwardjono (2010:3) menekankan pentingnya pemahaman akan suatu teori,
khususnya teori akuntansi, beliau berpendapat bahwa teori akuntansi merupakan
obor yang menerangi praktik akuntansi dengan prinsip-prinsip yang masuk akal.
Penulis berpendapat berdasarkan pernyataan Suwardjono, bahwa salah satu
praktek akuntansi tersebut yaitu terkait aspek pengukuran terhadap struktur
3
laporan keuangan, aset, kewajiban maupun unsur pembentuk ekuitasnya. Maka
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut dan urgensi operasi pengukuran
dalam akuntansi serta sebagai persyaratan penyelesaian tugas matakuliah teori
akuntansi, penulis menyusun makalah dengan judul ‘’Measurement Theory’’.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.Apa arti penting dari pengukuran?
1.2.2.Apa yang dimaksud dengan skala?
1.2.3.Ada berapa macam dari tipe pengukuran?
1.2.4.Apa yang dimaksud dengan keandalan dan keakuratan?
1.2.5.Pelaksanaan pengukuran dalam akuntansi?
1.2.6.Apa saja isu pengukuran terhadap auditor?
1.3. Tujuan
Berdasarkan latar belakang penulisan makalah yang telah dijelaskan, maka
tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.3.1.Memberikan pemahaman mengenai arti penting dari pengukuran.
1.3.2.Menjelaskan mengenai tipe pengukuran dan skala yang digunakan dalam
pengukuran.
1.3.3.Menjelaskan tipe-tipe pengukuran untuk merepresentasikan suatu sifat.
1.3.4.Memberikan pemahaman atas keandalan dan keakuratan
1.3.5.Memberikan pemahaman terkait implementasi pengukuran dalam akuntansi
1.3.6.Menjelaskan mengenai pengukuran dalam akuntansi dan pengukuran
terhadap auditor.
4
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Pentingnya PengukuranSkala Pengukuran
A. Campbell mendefiniskan pengukuran adalah : “the assignment of
numerals to represent properties of material systems other than numbers, in virtue
of the laws governing these properties” Sedangkan menurut Stevens: “assignment
of numerals to objects or events according to the rules” Dalam pengertian
Campbell, “The System” sama dengan “object or events” dalam pengertian
Steven. Dalam hal ini contohnya adalah : meja, manusia, aset, atau jarak
perjalanan. “Properties” yaitu spesifikasi atau karakteristik dari “The System”
dalam perngertian Campbell. Dalam hal ini maka Teori Pengukuran menurut
Campbell lebih tepat. Ketika kita melihat hubungan antara pernyataan secara
matematika yang berkolerasi dengan hubungan dari objek atau kejadian, maka
pengukuran atas objek atau kejadian tersebut telah terjadi.
Dalam Akuntansi, kita mengukur laba dengan langkah pertama yaitu
menghitung atau menilai modal dan kemudian mengkalkulasikan laba sebagai
pertukaran dalam modal selama periode akuntansi untuk semua kejadian ekonomi
yang mempengaruhi perusahaan (Godfrey, dkk. 2010). Pengukuran adalah proses
pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan
atribut-atribut konsep Atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu objek yang
menggambarkan sifat atau cirri yang dikandung objek tersebut (Suwardjono,
2010).
Dalam setiap aktivitas manusia, pengukuran senantiasa terjadi. Dapat
berupa penilaian subyektif, misalnya persepsi seseorang tentang orang lain, yang
dapat menentukan bentuk hubungan antar keduanya pada masa mendatang, dapat
pula berupa pengukuran yang lebih obyektif ataupun data statistik. Saat transaksi
jual-beli, merupakan situasi yang tepat sebagai contoh tentang pengukuran.
Sekantung gula yang kita beli, mungkin berukuran satu kilogram, atau setengah
kilogram, itulah pengukuran yang nyata sehari-hari. Sedangkan dalam akuntansi
contoh pengukuran yang dilakukan adalah ketika kita mengukur keuntungan
5
dengan terlebih dahulu menetapkan nilai terhadap modal dan kemudian
menghitung keuntungan sebagai perubahan modal selama periode setelah
memperhitungkan semua peristiwa ekonomi yang mempengaruhi kekayaan
perusahaan.
Seluruh pengukuran dalam kehidupan itu memiliki tujuan-tujuan khusus
untuk menentukan langkah berikutnya. Pengukuran sangat penting dilakukan
karena dengan mengukur suatu objek, maka kita dapat mengetahui nilai suatu
objek sehingga dapat menjadi acuan untuk dapat menentukan kebijakan yang
berkaitan dengan objek tersebut. Untuk memudahkan kita melakukan suatu
pengukuran sehingga memperoleh suatu hasil yang akurat dan dapat diandalkan
maka kita dapat menggunakan skala dan memilih tipe pengukuran yang sesuai
dengan karakteristik objek yang kita ukur.
Suwardjono (2010:260) menyatakan bahwa pengukuran lebih kepada
kriteria pengakuan aset daripada suatu kriteria untuk mendefinisi aset. Beliau juga
menambahkan bahwa aliran fisis suatu objek harus direpresentasikan dalam
jumlah rupiah sehingga hubungan antarobjek bermakna sebagai informasi dan kos
merupakan representasi kuantitatif suatu objek. Beliau menambahkan bahwa
sebagai aliran informasi, kos juga mengalami tiga tahap perlakuan akuntansi
sebagai berikut (Suwardjono,2010:260).
(1) Pengukuran, pengakuan, dan klasifikasi pertama kali pada saat
terjadinya. Selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut
sebagai pengukuran.
(2) Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa
alokasi, distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan
internal/manajerial atau untuk kepentingan pengkosan produk. Seluruh
kegiatan dalam tahap ini disebut penelusuran.
(3) Pembebanan ke pendapatan perioda berjalan atau perioda-perioda yang
akan dating. Kos yang belum menjadi beban pendapatan (biaya) akan
tetap melekat pada objek menjadi aset badan usaha. Untuk selanjutnya
seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pembebanan ke pendapatan.
6
Godfrey et al (2010:134) menjelaskan bahwa data kuantitatif dapat
memberikan informasi yang berdampak lebih besar daripada data kualitatif dalam
banyak hal karena pengukuran atribut yang dilaporkan dalam akuntansi adalah
fungi penting dalam akuntansi. Definisi atribut (makna) ini menurut Suwardjono
(2010:274) antara lain berupa nilai, luas, berat, volume, tinggi, umur, indeks
prestasi, dan sebagainya. Menurut Campbell dalam Godfrey et al (2010:134),
yaitu salah satu orang pertama yang mendalami masalah pengukuran, pengukuran
didefinisikan sebagai penetapan angka untuk merepresentasikan properti selain
angka,. Sistem dalam definisi campbell adalah mencakup rumah, meja, orang,aset
atau jarak tempuh. Properti adalah aspek-aspek tertentu atau karakteristik dari
sistem seperti berat, lebar, panjang, atau warna. Godfrey berpendapat lebih
memilih untuk mengukur sifat (properti) dan bukan sistem itu sendiri dan beliau
juga menyatakan bahwa definisi pengukuran menurut Campbell merupakan yang
paling tepat.
2.2. Skala Pengukuran
Godfrey et al (2010:134) menjelaskan bahwa setiap pengukuran dapat
dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran. Skala ini dibuat ketika aturan
semantik digunakan untuk menghubungkan peryataan matematik dengan obyek
atau peristiwa. Skala menunjukan informasi data yang diwakili dengan angka-
angka dan jenis-jenisnya adalah sebagai berikut (Godfrey et al,2010:134-135).
2.2.1. Skala Nominal
Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuauh label.
Contohnya adalah penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak
sependapat dengan skala nominal. Torgerson menyatakan: “Dalam pengukuran,
nomor yang digunakan menunjuk kepada jumlah atau tingkat kepemilikan dari
suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu sendiri. Sedangkan dalam
skala nominal, nomor menunjukkan kepada objek atau kelompok dari objek.”
(Godfrey, dkk. 2010).
Skala nominal secara sederhana menunjukan klasifikasi, dimana tidak ada
pengukuran yang diperhitungkan dalam penggunaan istilah. Sifat utama yang
7
dimiliki angka tesebut digunakan untuk mengidentifikasi pemain atau obyek.
Menurut Godfrey et al (2010:135) skala ini dapat dilihat dalam sistem akuntansi,
contoh yang mendekati adalah klasifikasi dari asset dan kewajiban. Menurut
penulis hal ini juga dapat kita lihat dari penomoran kelas aset tetap, dengan header
akun dan detail akun yang dirancang dalam sistem. Penomoran tersebut untuk
menunjukkan klasifikasi kelas aset tetap menurut masa manfaatnya (biasanya
dimulai dengan tanah karena non depreciable asset, lalu gedung dan aset tetap
lain yang berumur lebih pendek)
2.2.2. Skala Ordinal
Skala urutan dibuat ketika peringkat operasi dari obyek dipertanyakan
mengenai sifat yang dihasilkan (Godfrey et al,2010:135). Penulis member contoh,
misalnya terkait keputusan pengadaan aset tetap berupa mesin yang diurutkan
berdasarkan tingkat produktivitasnya, yaitu mesin I, II, dan III. Disini menurut
Godfrey telah menunjukan adanya skala urutan, yaitu dalam pengaturan
penomeran yang terkait dalam alternatif dalam pemilihan investasi modal. Nomer-
nomer tersebut mengindikasikan urutan dari ukuran produktivitas mesin-mesin
tersebut dari yang terproduktif ke yang tidak produktif (Godfrey et al,2010:135).
Kelemahan dari skala urutan adalah adanya selang antara nomer (1 ke 2, 2
ke 3, dan 1 ke 3) yang tidak dapat menginformasikan apa-apa mengenai
perbedaan kuantitas dari sifat yang ditampilkan (Godfrey, 2010:135). Penulis
memberi contoh terkait aset tetap, misal Mesin I, II, dan III masing-masing
ternyata memiliki tingkat produktivitas per tahunnya, 2000 ton, 1500 ton, dan 300
ton. Sebagai contoh, dalam tahap pengukuran aspek produktivitas, pilihan nomer
2 sangat dekat dengan pilihan pada nomer 1 (selisih 500 ton), dan pilhan pada
nomer 3 ternyata jauh lebih kecil daripada pilihan nomer 2 (selisih sampai 1200
ton). Kelemahan yang lainnya menurut Godfrey et al (2010:135) adalah nomer-
nomer tersebut tidak memperlihatkan seberapa besar proses yang disebabkan dari
obyek tersebut. Penulis dapat melihatnya dari urutan rangking mesin I, II, dan III
yang mana angka tersebut tida memperlihatkan seberapa besar proses yang
disebabkan dari mesin tersebut (karena hanya angka rangking)
8
Torgerson dalam Godfrey et al (2010:135) berpendapat bahwa beberapa
skala urutan memiliki sifat asal yakni nilai alami 0, Nilai alami 0 dapat menjadi
titik netral dimana dalam satu arahan telah mencakup alternatif prediksi
keuntungan dan dalam perintah lainnya telah diprediksikan kerugian yang
mungkin timbul. Nomer-nomer tersebut menjadi alternatif pilihan pada titik 0
yang nantinya akan menjadi pertanda posotif ataupun pertanda negatif.
2.2.3. Skala Interval
Skala interval menberikan informasi yang lebih daripada informasi yang
diberikan pada skala ordinal. Tidak hanya dalam penentuan peringkat obyek yang
telah diketahui mengenai sifat yang diberikan tapi juga rentangan jarak antara
interval pada skala yang sama. Pemilihan titik 0 juga ada dalam skala. Sebagai
contoh adalah skala Celcius dalam suhu. Kesamaan interval pada suhu dikenal
dari kesamaan volume pemuaian dengan kesepakatan keputusan dari titik 0 untuk
skala. Perbedaan suhu dibagi menjadi titik beku dan titik didih yaitu 100 ,
sedangkan titik beku sendiri berada pada suhu 0 . Jika suhu pada dua kamar yang
berbeda diukur dengan thermometer Cecius menunjukan 22 dan 30 , maka dapat
disimpulkan bahwa ruangan yang kedua lebih panas, karena suhu pada kamar
yang kedua 8 derajat lebih tinggi daripada di kamar yang pertama. Perbedaan
antara angka-angka tersebut dapat diterjemahkan secara langsung untuk
menunjukan perbedaan karakteristik dari obyek (Godfrey et al, 2010:135-136).
Kelemahan dari skala interval ini adalah titik 0 diputuskan secara pasti.
Sebagai contoh, bagaimana kalau kita mengukur tinggi badan sekelompok pria
pada skala interval dan digunakan angka untuk setiap berat badan guna
mengetahui berat badan rata-rata pada kelompok tersebut.Rata-rata tersebut
menunjukan titik 0 pada skala. Jika A 3cm lebih tinggi dari rata-rata kemudian
kita menandainya dengan +3 dan jika B 5cm lebih rendah dari rata-rata,maka kita
menandainya dengan -5. Pada skala ini, kita tidak tahu berapa tinggi A dan B
secara pasti. B mungkin orang terpendek dalam kelompok itu, tapi kelompok itu
bisa jadi terdiri dari para pemain basket yang tinggi-tinggi.
9
Penulis memberikan contoh skala interval ini terkait akuntansi piutang
dagang, seperti pengukuran beban kerugian piutang untuk perusahaan yang
menggunakan allowance method dengan jumlah cadangan ditentukan berdasarkan
analisis umur piutang. Kita bisa melihat interval waktu jatuh tempo (belum jatuh
tempo, 1-30 hari, 31-60 hari, 61-90 hari, dan lain-lain) untuk mengukur beban
kerugian piutang dan cadangannya, Walaupun penetapan umur tersebut lebih
bersifat arbiter manajemen.
2.2.4. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala yang:
 Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian
 Interval antar objek diketahui dan sama
 Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek
terakhir diketahui.
Contohnya adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter dan
panjang B adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10 meter lebih
panjang dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjan dari A. Invarian dalam skala
berarti bahwa apapun metode pengukuran yang digunakan, maka sistem
pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari variabel-variabel yang
digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga.
Tapi hal ini tidak berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan
berbeda juga variable-variabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang
berbeda akan menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode-metode
pengukuran yang berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama.
2.3. Tipe-Tipe Pengukuran
Menurut Godfrey et al (2010:138) Harus ada aturan untuk menetapkan
angka-angka sebelum pengukuran dapat dilakukan. Aturan ini biasanya berbentuk
seperangkat operasi yang harus diciptakan untuk suatu tugas yang diberikan.
Perumusan aturan menimbulkan skala. Pengukuran dapat dilakukan hanya pada
skala-skala (Godfrey et al, 2010:138)
10
Campbell dalam Godfrey et al (2010:138) telah menyebutkan dua jenis
pengukuran, yaitu: pengukuran dasar (fundamental) dan turunan (derived
measurement). Campbell menambahkan pernyataan bahwa angka tersebut
ditetapkan sesuai dengan 'hukum' yang mengatur terkait dengan properti (atribut,
bila mengacu pada definisi Suwardjono) dan pengukuran hanya dapat dilakukan
ketika terdapat teori empiris yang telah dikonfirmasi (hukum) untuk mendukung
pengukuran.
Torgerson dalam Godfrey et al (2010:138) menambah satu lagi jenis
pengukuran disamping fundamental dan turunan. Jenis selanjutnya, yaitu
pengukuran fiat, disebut-sebut beliau sebagai tambahan untuk pengukuran
fundamental dan turunan yang telah dibahas oleh Campbell. Penjelasan terkait
ketiga jenis pengukuran tersebut adalah sebagai berikut.
2.3.1. Pengukuran-pengukuran Fundamental
Sebuah pengukuran mendasar adalah di mana angka ditetapkan ke properti
dengan mengacu pada hukum alam dan yang tidak tergantung pada pengukuran
atas variabel lain. Sifat seperti panjang, hambatan listrik, jumlah dan volume
secara fundamental terukur. Sebuah skala rasio dapat dirumuskan untuk masing-
masing properti berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan ukuran
yang berbeda (jumlah) dari harta yang diberikan. Penafsiran angka tergantung
pada teori empiris yang telah dikonfirmasi yang mengatur operasi pengukuran
(Godfrey et al,2010:138). Berdasarkan definisi diatas, penulis dapat melihat
karakteristik pengukuran fundamental adalah:
1) Penetapan angka ke atribut berdasarkan pada hukum alam atas atribut
tersebut.
2) Penetapan angka tidak didasarkan pada pengukuran variable lain.
3) Penafsiran angka tergantung pada teori empiris yang telah dikonfirmasi
(confirmed empirical theory) yang mengatur operasi pengukuran.
Godfrey et al (2010:138) menyatakan bahwa ternyata sifat fundamental
adalah bersifat saling menambah dan operasi aritmatika dapat dilakukan secara
mudah dengan pemantauan secara fisik.
11
2.3.2. Pengukuran-pengukuran Turunan
Menurut Campbell dalam Godfrey et al (2010:139), pengukuran turunan
berasal dari salah satu yang tergantung pada pengukuran atas dua atau lebih
besaran lainnya. Pengukuran kepadatan adalah sebuah contoh. Hal ini tergantung
pada baik pengukuran massa dan volume. Operasi pengukuran terderivasi
tergantung pada hubungan yang diketahui atas sifat-sifat dasar suatu properti.
Mereka didasarkan pada teori empiris yang telah dikonfirmasi terkait properti
diberikan untuk memperoleh properti lainnya. Operasi matematika dapat
dilakukan pada angka-angka dari pengukuran terderivasi (Godfrey et al,
2010:139).
Berdasarkan definisi terkait pengukuran turunan diatas, penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa jenis pengukuran ini merupakan pengukuran
kepada atribut secara tidak langsung. Sebagai contoh untuk pengukuran
kepadatan diatas. Kita tidak dapat mengukur tingkat kepadatan suatu benda secara
langsung, tetapi kesimpulan terkait kepadatan akan terbentuk bila kita mengukur
massa dan volume benda tersebut. Juga sama seperti akuntansi, kita dapat
mengetahui berapa ukuran profit perusahaan pada suatu periode hanya dengan
melakukan pengukuran terhadap atribut-atribut lain yang membentuknya, yaitu
melalui operasi penambahan pendapatan dan pengurangan beban (Godfrey et al,
2010:139). Disini menurut Godfrey et al, hubungan yang diketahui di antara sifat-
sifat fisik dapat mempermudah pengukuran malalui beberapa sifat-sifat dasar
atribut (Godfrey et al,2010:139).
2.3.3. Pengukuran Fiat
Godfrey et al (2010:139) berpendapat bahwa hal ini khas dalam ilmu-ilmu
sosial, dan dalam akuntansi, untuk menggunakan definisi yang dibangun secara
arbiter untuk menghubungkan properti-properti tertentu yang diamati (variabel) ke
suatu konsep tertentu, tanpa memiliki suatu teori yang telah dikonfirmasi untuk
mendukung hubungan ini. Godfrey et al (2010:139) memberi penjelasan terkait
jenis pengukuran ini.
………..dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana mengukur konsep
profit secara langsung. Sebaliknya, kita mengasumsikan bahwa
12
variabel pendapatan, keuntungan, biaya, dan kerugian berkaitan
dengan konsep laba dan karena itu dapat digunakan untuk
memberikan ukuran tidak langsung dari profit. Kita menggunakan
definisi yang arbiter untuk menghubungkan variabel ke konsep
tersebut. Dalam hal ini, kita mempertimbangkan jumlah aljabar dari
pengukuran variabel yang menjadi ukuran profit.
Torgerson dalam Godfrey et al (2010:139) berpendapat bahwa salah satu
kategori lain dari pengukuran harus ditambahkan ke daftar Campbell tentang
pengukuran dengan fiat. (Fiat berarti dekrit, dekrit) untuk membenarkan sebagian
besar pengukuran dalam ilmu sosial. Pengukuran tersebut akan mencakup yang
didasarkan pada definisi secara arbiter (misalnya pengukuran laba akuntansi).
Penulis melihat bahwa definisi secara arbiter ini merupakan definisi yang
ditetapkan dalam accounting regulation dan mungkin saja tidak berdasarkan suatu
teori empiris yang telah dikonfirmasi, karena ukuran laba adalah ukuran yang sulit
untuk dijelaskan secara tepat, karena laba akuntansi merupakan laba akrual
(secara riil laba sulit dijelaskan).
Torgerson dalam Godfrey et al (2010:139) menunjukkan bahwa masalah
utama dengan pengukuran dengan fiat adalah berbagai skala pengukuran dapat
dibangun akibat tidak didasarkan pada teori yang telah dikonfirmasi. Torgerson
menambahkan, dalam akuntansi, misalnya, berbagai dewan standar akuntansi
menentukan skala akuntansi dengan fiat, bukan dengan mengacu pada teori
pengukuran yang telah dikonfirmasi. Godfrey et al (2010:139) memberikan
penjelasan terkait keterbatasan pengukuran ini dengan pernyataan ‘’apakah kita
tahu, misalnya, bahwa cara tertentu yang kita gunakan untuk mengukur profit
adalah valid?, hal ini mungkin saja salah satu dari ratusan cara untuk mengukur
profit sepanjang cara tersebut berdasarkan teori yang telah dikonfirmasi, disini
juga tidak ada alasan yang baik untuk yakin dengan hasilnya’’.
2.4. Keandalan dan Keakuratan
Apa yang dimaksud dengan keandalan dan ketepatan dari kegiatan
pengukuran? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan
terlebih dahulu bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali
13
perhitungan. Kita bisa mengukur jumlah kursi di ruangan tertentu dan dengan
benar. Untuk semua pengukuran mengandung kesalahan atau eror.
Menurut Suwardjono (2010:171), Keterandalan adalah kemampuan
informasi untuk memberi keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid.
Beliau juga menambahkan bahwa keterandalan sangat erat kaitannya dengan
sumber informasi dan cara merepresentasi, mendeskripsi atau menyimbolkannya.
Sedangkan Godfrey et al (2010:140) berpendapat terkait dengan apa yang
dimaksud keandalan dalam pengukuran atau ke akuratan pengukuran. Beliau juga
menambahkan bahwa semua pengukuran tidak bebas dari error, kecuali dalah hal
menghitung dan semua pengukuran melibatkan error.
Sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran menurut Godfrey et al
(2010:140) adalah sebagai berikut.
1) Operasi pengukuran dinyatakan secara tidak tepat.
Aturan untuk menetapkan angka atas atribut yang diberikan biasanya
terdiri dari serangkaian operasi. Sebuah aset operasi bisa saja dinyatakan secara
tidak tepat dan bisa diinterpretasikan dengan salah oleh pihak yang mengukur.
Sebagai contoh perhitungan keuntungan melibatkan beberapa operasi, seperti
klasifikasi biaya dan alokasi antara aset-aset dan biaya –biaya yang sering
diinterpretasikan secara berbeda oleh Akuntan yang berbeda (Godfrey et
al,2010:140).
2) Pengukur.
Pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, bias, atau menerapkan atau
membaca instrumen secara tidak benar. Satu perhatian dalam akuntansi adalah
bahwa manajer memiliki bias tertentu untuk meningkatkan laba tercatat atau aset
dan kemudian manajer ini melakukan tekanan pada akuntan untuk membiaskan
akun-akun terkait (Godfrey et al,2010:140).
3) Instrumen
Banyak operasi pengukuran meminta penggunaan instrumen fisik, seperti
penggaris atau termometer atau barometer, yang mungkin cacat. Ada potensi
14
untuk kesalahan bahkan ketika instrumen tersebut bukan alat fisik tetapi ,
misalnya, grafik, tabel, tabel angka atau indeks harga.misalnya (Godfrey et
al,2010:140)
4) Lingkungan.
Keadaan di mana pengukuran dilakukan dapat mempengaruhi
hasil.Sebagai contoh kondisi cuaca dapat mempengaruhi instrumen atau
pengukuran, kebisingan dapat mengalihkan perhatian pengukuran atau, dalam
akuntansi ,tekanan dari manajemen dapat mempengaruhi keputusan akuntan,
tekanan (misalnya dari beban kerja yang berat) menyebabkan penyimpangan
konsentrasi dan gangguan, sumber kesalahan dapat diberi label’
lingkungan’.Kesalahan acak biasanya disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor
lain adalah lingkungan dimana manajemen perusahaan beroperasi (Godfrey et
al,2010:140).
5) Atribut tidak jelas.
Apa yang diukur mungkin tidak jelas khususnya jika pengukuran
melibatkan sebuah konsep yang tidak dapat diukur secara langsung..Masalah
ketidak jelasan atribut tidak jarang di akuntansi. Berapa nilai dari aktiva tidak
lancar? Apakah nilai sekarang, biaya akuisisi, biaya saat ini atau harga jual?
mengingat bahwa tujuan utama akuntansi adalah untuk mencerminkan nilai,
penting untuk secara jelas mendefinisikan nilai Apakah nilai pakai, nilai tukar,
atau beberapa atribut lain yang akuntan harus mengukur? Masalahnya terletak
dalam menetukan atribut yang akan diukur (Godfrey et al,2010:140-141).
6) Risiko dan ketidakpastian.
Hal ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset nyata. Misalya,
keuntungan masa mendatang pada aset berwujud seperti gedung adalah beresiko
tetapi mereka homogen(lebih kurang) dan harganya dapat diamati. Yaitu ketika
harga satu aset mungkin dibawah atau overestimate jumlah pengembalian yang
belum pasti (Godfrey et al,2010:141).
15
2.5. Pengukuran dalam Akuntansi
Rerangka pengukuran dan pengakuan sebagaimana telah dimuat dalam
SFAC No.5 telah dikembangkan dan dilengkapi dengan SFAC No. 7 tentang
penggunaan informasi aliran kas dan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi.
Sebagai komponen rerangka konseptual, SFAC No. 7 memberi pedoman yang
berisi: (Suwardjono,2010:196)
a) Tujuan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi
b) Prinsip-prinsip umum yang melandasi pengggunaan niai sekarang,
terutama bila jumlah rupiah aliran kas masa datang, saat terjadinya
(timing), atau keduanya tidak pasti.
Saat pengukuran akuntansi terdiri dari pengukuran saat pengakuan mula-
mula, dan pengukuran baru mulai (Suwardjono,2010:196). Pengukuran saat
pengakuan mula-mula adalah pengukuran pada suatu elemen atau pos timbul dan
dicatat pertama kali akibat transasksi, kejadian, atau keadaan
(Suwardjono,2010:196). Penulis memberi contoh yaitu saat pengakuan awal aset
tetap pada kos-nya saat terjadinya transaksi (accrual basis). Sedangkan
pengukuran baru mulai merupakan pengukuran dalam periode-periode setelah
pengakuan mula-mula untuk menentukan jumlah rupiah bawaan baru yang tidak
berkaitan dengan jumlah-jumlah rupiah sebelumnya (Suwardjono,2010:196),
contohnya seperti pengukuran nilai buku aset dan beban depresiasi yang
dibebankan pada perioda pelaporan.
Tujuan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi adalah untuk
menangkap/merefleksikan sedapat mungkin perbedaan ekonomik antara
sehimpunan aliran kas masa datang dan untuk mengestimasi nilai wajar
(Suwardjono,2010:199). Menurut SFAC No.7, paragraph 23 dalam Suwardjono
(2010:200), nilai sekarang dapat menamngkap perbedaan ekonomik antaraliran
kas jika unsur-unsur berikut dipertimbangkan.
1. Suatu estimasi aliran kas masa dating atau, dalam beberapa kasus yang
kompleks, serangkaian kas masa dating yang tiba pada saat berbeda
2. Harapan-harapan tentang variasi yang mungkin terjadi dalam jumlah
dan saat tibanya aliran kas tersebut.
16
3. Nilai waktu uang yang ditunjukkan dengan oleh bunga bebas resiko
4. Harga atau nilai penanggungan resiko atau ketidakpastian yang melekat
pada aset dan kewajiban.
5. Faktor-faktor lain termasuk ilikuiditas dan ketaksempurnaan pasar
Godfrey et al (2010:145) menjelaskan terkait pengukuran bahwa
pengukuran dalam akuntansi termasuk dalam kategori pengukuran yang
didasarkan pada modal dan keuntungan. Laba akuntansi, sesuai dengan standar
akuntansi Internasional, merupakan perubahan modal selama periode dari semua
kegiatan termasuk kenaikan dan penurunan nilai wajar aktiva bersih, tidak
termasuk transaksi dengan pemilik. Modal berasal dari pengukuran 'nilai wajar'
antara aktiva dan kewajiban. Hal itu berarti harus dilakukan pengukuran nilai
modal awal, jumlah penghasilan yang diterima, jumlah pemakaian modal, dan
perubahan nilai wajar aktiva bersih. Peningkatan modal selama periode kemudian
akan mengukur jumlah laba dari berbagai sumber termasuk operasi dan
pengukuran kembali (setelah disesuaikan dengan suntikan modal baru atau
pembayaran dividen). Nilai wajar aktiva bersih disajikan kembali dan kemudian
akan menjadi modal pembukuan pada periode berikutnya (Godfrey et
al,2010:145)
2.6. Permasalahan Pengukuran Bagi Auditor
Beberapa isu untuk auditor terkait pergeseran fokus pengukuran
keuntungan dari pendapatan dan beban untuk menilai perubahan atas nilai wajar
aktiva bersih. Ketika keuntungan ditentukan dengan cara mencocokan
pendapatan dan beban selama satu periode, auditor dapat berkonsentrasi pada
pengumpulan bukti bahwaterkait apakah transaksi tersebut telah ditangani dengan
tepat oleh sistem akuntansi klien. Namun ketika keuntungan berasal dari
perubahan nilai waja, pertanyaan yang lebih sulit muncul untuk auditor terkait
bukti pada perkiraan manajemen.Sebagai contoh, salah satu aspek untuk
mengukur keuntungan dengan menentukan status perubahan nilai wajar aktiva
bersih yang ditangani oleh akuntansi standar IAS 36/AASB 136. Standart ini
membutuhkan penurunan nilai aktiva diakui sebagai rugi penurunan
17
nilai. Manajemen diperlukan untuk menilai pada tanggal laporan apakah ada
indikasi bahwa aset mungkin terganggu. Jika kondisi tersebut terjadi, manajemen
akan mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva tersebut. Jika jumlah yang dapat
dipulihkan suatu aktiva kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aktiva harus
diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Pengurangan ini
merupakan kerugian penurunan (Godfrey, et al, 2010:150)
Pedoman standar audit internasional untuk kerugian penurunan nilai audit
dan perkiraan nilai wajar terkandung adalah ISA 540. Auditor diharuskan untuk
mengumpulkan bukti untuk menilai jika manajemen telah mengikuti standar
akuntansi yang tepat dan jika jumlah yang diakui sebagai kerugian penurunan
nilai wajar. Untuk melakukan hal ini, auditor harus menentukan apakah
manajemen telah memilih metode penilaian yang sesuai dan masuk akal dan
asumsi. Jika standar akuntansi tidak meresepkan metode penilaian untuk aset dan
kewajiban tertentu yang dipertimbangkan, auditor dapat menerima metode
penilaian yang wajar. Auditor harus mengumpulkan bukti bahwa metode ini
diterapkan secara konsisten, sehingga manajer tidak memilih dan memilih metode
dari tahun ke tahun tergantung pada hasil keuntungan yang diinginkan
mereka. Auditor juga harus menilai apakah nilai aktiva atau kewajiban dengan
benar ditentukan dari asumsi signifikan manajemen, model penilaian dan data
yang mendasari relevan. Data tersebut akan mencakup suku bunga yang
digunakan untuk mendiskontokan arus kas, nilai pasar digunakan oleh perusahaan
perbandingan, data royalti, dan sebagainya (Godfrey, et al, 2010:150)
Selain masalah yang berkaitan dengan penggunan nilai wajar dan masalah
terkait, auditor juga menghadapi masalah yang disebabkan oleh variabilitas dalam
tingkat keandalan dan keakuratan pengukuran kos historis. Misalnya standar biaya
manufaktur yang didasarkan pada kos historis. Dari berbagai asumsi tentang
pengolahan volume, metode serta pengalokasian biaya overhead produk. Semua
faktor tersebut mempengaruhi persediaan yang ada pada akhir periode dan juga
mempengaruhi biaya pokok penjualan selama periode tersebut.

More Related Content

What's hot

Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2
Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2
Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2Jiantari Marthen
 
Konsep hutang dan ekuitas
Konsep hutang dan ekuitasKonsep hutang dan ekuitas
Konsep hutang dan ekuitasRose Meea
 
Dasar Akuntansi & Kerangka Konseptual
Dasar Akuntansi & Kerangka KonseptualDasar Akuntansi & Kerangka Konseptual
Dasar Akuntansi & Kerangka KonseptualFair Nurfachrizi
 
KERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASBKERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASBmas ijup
 
Akuntansi positif dan akuntansi normatif
Akuntansi positif dan akuntansi normatifAkuntansi positif dan akuntansi normatif
Akuntansi positif dan akuntansi normatifneeaem
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaNony Saraswati Gendis
 
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingPengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingAsep suryadi
 
Tanggung jawab auditor
Tanggung jawab auditorTanggung jawab auditor
Tanggung jawab auditorresa_putra
 
Perekayasaan pelaporan keuangan
Perekayasaan pelaporan keuanganPerekayasaan pelaporan keuangan
Perekayasaan pelaporan keuanganRatna Agnezious
 
TEORI AKUNTANSI (LABA) bab.10
TEORI AKUNTANSI (LABA) bab.10TEORI AKUNTANSI (LABA) bab.10
TEORI AKUNTANSI (LABA) bab.10Enchii Enchii
 
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 
Bab 17 audit siklus pembiayaan
Bab 17 audit siklus pembiayaanBab 17 audit siklus pembiayaan
Bab 17 audit siklus pembiayaanDhita Arum
 
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITASBab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITASAndiErwinGhozali
 
ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN
ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGANASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN
ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGANMandiri Sekuritas
 
rerangka konseptual akuntansi
rerangka konseptual akuntansirerangka konseptual akuntansi
rerangka konseptual akuntansiNadia Amelia
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti auditSyafdinal Ncap
 

What's hot (20)

Measurements Theory
Measurements TheoryMeasurements Theory
Measurements Theory
 
Quiz 4 the building blocks of auditing
Quiz 4   the building blocks of auditingQuiz 4   the building blocks of auditing
Quiz 4 the building blocks of auditing
 
Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2
Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2
Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2
 
Konsep hutang dan ekuitas
Konsep hutang dan ekuitasKonsep hutang dan ekuitas
Konsep hutang dan ekuitas
 
Dasar Akuntansi & Kerangka Konseptual
Dasar Akuntansi & Kerangka KonseptualDasar Akuntansi & Kerangka Konseptual
Dasar Akuntansi & Kerangka Konseptual
 
KERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASBKERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASB
 
Akuntansi positif dan akuntansi normatif
Akuntansi positif dan akuntansi normatifAkuntansi positif dan akuntansi normatif
Akuntansi positif dan akuntansi normatif
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
 
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingPengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
 
Tanggung jawab auditor
Tanggung jawab auditorTanggung jawab auditor
Tanggung jawab auditor
 
Auditing 1
Auditing 1Auditing 1
Auditing 1
 
Soal jawab akuntansi lanjutan 2
Soal jawab akuntansi lanjutan 2Soal jawab akuntansi lanjutan 2
Soal jawab akuntansi lanjutan 2
 
Perekayasaan pelaporan keuangan
Perekayasaan pelaporan keuanganPerekayasaan pelaporan keuangan
Perekayasaan pelaporan keuangan
 
TEORI AKUNTANSI (LABA) bab.10
TEORI AKUNTANSI (LABA) bab.10TEORI AKUNTANSI (LABA) bab.10
TEORI AKUNTANSI (LABA) bab.10
 
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
 
Bab 17 audit siklus pembiayaan
Bab 17 audit siklus pembiayaanBab 17 audit siklus pembiayaan
Bab 17 audit siklus pembiayaan
 
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITASBab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
 
ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN
ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGANASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN
ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN
 
rerangka konseptual akuntansi
rerangka konseptual akuntansirerangka konseptual akuntansi
rerangka konseptual akuntansi
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
 

Viewers also liked

Correlation of subjects in school (b.ed notes)
Correlation of subjects in school (b.ed notes)Correlation of subjects in school (b.ed notes)
Correlation of subjects in school (b.ed notes)Namrata Saxena
 
The nature and scope of research
The nature and scope of researchThe nature and scope of research
The nature and scope of researchfacilitatorcarlos
 
The nature and purpose of the research
The nature and purpose of the researchThe nature and purpose of the research
The nature and purpose of the researchDeighton Gooden
 
Research methodology theory chapt. 1- kotthari
Research methodology theory  chapt. 1- kotthariResearch methodology theory  chapt. 1- kotthari
Research methodology theory chapt. 1- kotthariRubia Bhatia
 
Ethics In Research
Ethics In ResearchEthics In Research
Ethics In ResearchGrant Heller
 
Ethics in research
Ethics in researchEthics in research
Ethics in researchMira K Desai
 
Ethics in research ppt by jiya
Ethics in research ppt by jiyaEthics in research ppt by jiya
Ethics in research ppt by jiyapanthanalil
 
Definition and types of research
Definition and types of researchDefinition and types of research
Definition and types of researchfadifm
 

Viewers also liked (13)

Measurement theory
Measurement theoryMeasurement theory
Measurement theory
 
Correlation of subjects in school (b.ed notes)
Correlation of subjects in school (b.ed notes)Correlation of subjects in school (b.ed notes)
Correlation of subjects in school (b.ed notes)
 
The nature and scope of research
The nature and scope of researchThe nature and scope of research
The nature and scope of research
 
The nature and purpose of the research
The nature and purpose of the researchThe nature and purpose of the research
The nature and purpose of the research
 
Research methodology theory chapt. 1- kotthari
Research methodology theory  chapt. 1- kotthariResearch methodology theory  chapt. 1- kotthari
Research methodology theory chapt. 1- kotthari
 
Research ethics
Research ethicsResearch ethics
Research ethics
 
Correlation and Simple Regression
Correlation  and Simple RegressionCorrelation  and Simple Regression
Correlation and Simple Regression
 
Ethics In Research
Ethics In ResearchEthics In Research
Ethics In Research
 
Ethics in research
Ethics in researchEthics in research
Ethics in research
 
Ethics in research ppt by jiya
Ethics in research ppt by jiyaEthics in research ppt by jiya
Ethics in research ppt by jiya
 
Introduction to Research Ethics
Introduction to Research EthicsIntroduction to Research Ethics
Introduction to Research Ethics
 
Correlation ppt...
Correlation ppt...Correlation ppt...
Correlation ppt...
 
Definition and types of research
Definition and types of researchDefinition and types of research
Definition and types of research
 

Similar to MEASUREMENT THEORY

DIAH PUTRI MAWAR SARI-43221120037-TM02.pdf
DIAH PUTRI MAWAR SARI-43221120037-TM02.pdfDIAH PUTRI MAWAR SARI-43221120037-TM02.pdf
DIAH PUTRI MAWAR SARI-43221120037-TM02.pdfDIAHPUTRIMAWARSARI
 
MAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docx
MAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docxMAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docx
MAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docxNiluhEkaMurniati1
 
Ppt ta
Ppt taPpt ta
Ppt taulfamg
 
Ringkasan materi teori_akuntansi_komplit
Ringkasan materi teori_akuntansi_komplitRingkasan materi teori_akuntansi_komplit
Ringkasan materi teori_akuntansi_komplitekosukabumi
 
Penilaian kinerja dan imbalan
Penilaian kinerja dan imbalanPenilaian kinerja dan imbalan
Penilaian kinerja dan imbalanIsnan Rahmanto
 
Laporan proyek 4
Laporan proyek 4Laporan proyek 4
Laporan proyek 4Nur Laili
 
Pengertian akuntansi
Pengertian akuntansiPengertian akuntansi
Pengertian akuntansiRina Sintia
 
Pengenalan teori Akuntansi
Pengenalan teori AkuntansiPengenalan teori Akuntansi
Pengenalan teori AkuntansiEkal Kurniawan
 
Tugas bisnis kelompok 10 kelas E(SI)
Tugas bisnis kelompok 10 kelas E(SI)Tugas bisnis kelompok 10 kelas E(SI)
Tugas bisnis kelompok 10 kelas E(SI)erma wati
 
Bab5-Metode dan Instrumen Pengumpulan Data.ppt
Bab5-Metode dan Instrumen Pengumpulan Data.pptBab5-Metode dan Instrumen Pengumpulan Data.ppt
Bab5-Metode dan Instrumen Pengumpulan Data.pptAlleriaWarmane
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluanliethy
 
Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...
Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...
Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...www.didiarsandi.com
 
Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis Kinerja
Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis KinerjaPenyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis Kinerja
Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis KinerjaDadang Solihin
 
Capital Market Research
Capital Market ResearchCapital Market Research
Capital Market ResearchErlinda Putri
 
RPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas X
RPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas XRPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas X
RPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas XDiva Pendidikan
 
Pengukuran Kinerja Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Wilayah Kawasan Timur...
Pengukuran Kinerja Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Wilayah Kawasan Timur...Pengukuran Kinerja Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Wilayah Kawasan Timur...
Pengukuran Kinerja Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Wilayah Kawasan Timur...Dadang Solihin
 
TENTANGAKUNTANSIMENURUTARAAAHLIAHLI.pptx
TENTANGAKUNTANSIMENURUTARAAAHLIAHLI.pptxTENTANGAKUNTANSIMENURUTARAAAHLIAHLI.pptx
TENTANGAKUNTANSIMENURUTARAAAHLIAHLI.pptxjemestoreto3
 

Similar to MEASUREMENT THEORY (20)

DIAH PUTRI MAWAR SARI-43221120037-TM02.pdf
DIAH PUTRI MAWAR SARI-43221120037-TM02.pdfDIAH PUTRI MAWAR SARI-43221120037-TM02.pdf
DIAH PUTRI MAWAR SARI-43221120037-TM02.pdf
 
MAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docx
MAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docxMAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docx
MAYRA DWI ANDRIYANI-43220110052-TM02.docx
 
Ppt ta
Ppt taPpt ta
Ppt ta
 
Ringkasan materi teori_akuntansi_komplit
Ringkasan materi teori_akuntansi_komplitRingkasan materi teori_akuntansi_komplit
Ringkasan materi teori_akuntansi_komplit
 
Penilaian kinerja dan imbalan
Penilaian kinerja dan imbalanPenilaian kinerja dan imbalan
Penilaian kinerja dan imbalan
 
Laporan proyek 4
Laporan proyek 4Laporan proyek 4
Laporan proyek 4
 
Pengertian akuntansi
Pengertian akuntansiPengertian akuntansi
Pengertian akuntansi
 
Pengenalan teori Akuntansi
Pengenalan teori AkuntansiPengenalan teori Akuntansi
Pengenalan teori Akuntansi
 
Mpp
MppMpp
Mpp
 
Tugas bisnis kelompok 10 kelas E(SI)
Tugas bisnis kelompok 10 kelas E(SI)Tugas bisnis kelompok 10 kelas E(SI)
Tugas bisnis kelompok 10 kelas E(SI)
 
Bab5-Metode dan Instrumen Pengumpulan Data.ppt
Bab5-Metode dan Instrumen Pengumpulan Data.pptBab5-Metode dan Instrumen Pengumpulan Data.ppt
Bab5-Metode dan Instrumen Pengumpulan Data.ppt
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...
Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...
Implikasi riset akuntansi keperilakuan terhadap pengembangan akuntansi manaje...
 
Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis Kinerja
Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis KinerjaPenyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis Kinerja
Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis Kinerja
 
Capital Market Research
Capital Market ResearchCapital Market Research
Capital Market Research
 
RPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas X
RPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas XRPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas X
RPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas X
 
Pengukuran Kinerja Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Wilayah Kawasan Timur...
Pengukuran Kinerja Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Wilayah Kawasan Timur...Pengukuran Kinerja Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Wilayah Kawasan Timur...
Pengukuran Kinerja Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Wilayah Kawasan Timur...
 
Teori Akuntansi
Teori AkuntansiTeori Akuntansi
Teori Akuntansi
 
Modul 6 KB 1
Modul 6 KB 1Modul 6 KB 1
Modul 6 KB 1
 
TENTANGAKUNTANSIMENURUTARAAAHLIAHLI.pptx
TENTANGAKUNTANSIMENURUTARAAAHLIAHLI.pptxTENTANGAKUNTANSIMENURUTARAAAHLIAHLI.pptx
TENTANGAKUNTANSIMENURUTARAAAHLIAHLI.pptx
 

Recently uploaded

PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Recently uploaded (20)

PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

MEASUREMENT THEORY

  • 1. 1 Measurement Theory (Tugas ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Teori Akuntansi) KELAS : A KELOMPOK 5 : Resky Dhaifullah R. (110810301098) Dimas Noviyanto (110810301136) Kresna Teta Wijaya (110810301138) Erlinda Putri A. (110810301147) JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER 2014
  • 2. 2 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan akuntansi yang dipraktekan dalam suatu negara maupun entitas memiliki tujuan yang mengarah kepada suatu pemeliharaan hubungan antar entitas bisnis maupun individual, berdasarkan interpretasi informasi keuangan yang disajikan oleh akuntansi. Penekanan pengakuntansian lebih kepada satuan kuantitatif (postulat unit moneter) yang dapat dinyatakan secara moneter daripada unsur kualitatif yang sulit diukur seperti informasi terkait kemampuan pegawai, produktivitas penyelesaian tugas, pengetahuannya, dan lain-lain. Oleh karena itu suatu sistem pengukuran akuntansi harus dibuat dan diimplementasikan agar informasi akuntansi benar-benar menunjukkan aturan semantiknya dan meminimalisir kelemahannya. Pengukuran (measurement) merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penyelidikan ilmiah. Tujuan pengukuran tersebut adalah untuk menjadikan data yang dihasilkan lebih informative dan menjadi lebih bermanfaat. Pengukuran dipakai dalam berbagai disiplin pengetahuan ataupun bidang pekerjaan dan profesi termasuk bidang akuntansi. Sebagai penyedia informasi akuntansi memerlukan pengukuran karena data kuantitatif merupakan bagian dominan dari informasi akuntansi. Dalam akuntansi pengukuran pada umumnya dikaitkan dengan satuan pengukur berupa unit moneter. Maksudnya agar pengukuran tersebut menunjukkan makna ekonomik dan karenanya pengukuran yang demikian disebut penilaian (valuation). Penilaian adalah prses penentuan jumlah rupiah suatu obyek untuk menentukan makna ekonomik objek tersebut di masa lalu, sekarang atau yang akan datang. Suwardjono (2010:3) menekankan pentingnya pemahaman akan suatu teori, khususnya teori akuntansi, beliau berpendapat bahwa teori akuntansi merupakan obor yang menerangi praktik akuntansi dengan prinsip-prinsip yang masuk akal. Penulis berpendapat berdasarkan pernyataan Suwardjono, bahwa salah satu praktek akuntansi tersebut yaitu terkait aspek pengukuran terhadap struktur
  • 3. 3 laporan keuangan, aset, kewajiban maupun unsur pembentuk ekuitasnya. Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut dan urgensi operasi pengukuran dalam akuntansi serta sebagai persyaratan penyelesaian tugas matakuliah teori akuntansi, penulis menyusun makalah dengan judul ‘’Measurement Theory’’. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1.Apa arti penting dari pengukuran? 1.2.2.Apa yang dimaksud dengan skala? 1.2.3.Ada berapa macam dari tipe pengukuran? 1.2.4.Apa yang dimaksud dengan keandalan dan keakuratan? 1.2.5.Pelaksanaan pengukuran dalam akuntansi? 1.2.6.Apa saja isu pengukuran terhadap auditor? 1.3. Tujuan Berdasarkan latar belakang penulisan makalah yang telah dijelaskan, maka tujuan penulisan makalah ini adalah: 1.3.1.Memberikan pemahaman mengenai arti penting dari pengukuran. 1.3.2.Menjelaskan mengenai tipe pengukuran dan skala yang digunakan dalam pengukuran. 1.3.3.Menjelaskan tipe-tipe pengukuran untuk merepresentasikan suatu sifat. 1.3.4.Memberikan pemahaman atas keandalan dan keakuratan 1.3.5.Memberikan pemahaman terkait implementasi pengukuran dalam akuntansi 1.3.6.Menjelaskan mengenai pengukuran dalam akuntansi dan pengukuran terhadap auditor.
  • 4. 4 BAB II. PEMBAHASAN 2.1. Pentingnya PengukuranSkala Pengukuran A. Campbell mendefiniskan pengukuran adalah : “the assignment of numerals to represent properties of material systems other than numbers, in virtue of the laws governing these properties” Sedangkan menurut Stevens: “assignment of numerals to objects or events according to the rules” Dalam pengertian Campbell, “The System” sama dengan “object or events” dalam pengertian Steven. Dalam hal ini contohnya adalah : meja, manusia, aset, atau jarak perjalanan. “Properties” yaitu spesifikasi atau karakteristik dari “The System” dalam perngertian Campbell. Dalam hal ini maka Teori Pengukuran menurut Campbell lebih tepat. Ketika kita melihat hubungan antara pernyataan secara matematika yang berkolerasi dengan hubungan dari objek atau kejadian, maka pengukuran atas objek atau kejadian tersebut telah terjadi. Dalam Akuntansi, kita mengukur laba dengan langkah pertama yaitu menghitung atau menilai modal dan kemudian mengkalkulasikan laba sebagai pertukaran dalam modal selama periode akuntansi untuk semua kejadian ekonomi yang mempengaruhi perusahaan (Godfrey, dkk. 2010). Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep Atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau cirri yang dikandung objek tersebut (Suwardjono, 2010). Dalam setiap aktivitas manusia, pengukuran senantiasa terjadi. Dapat berupa penilaian subyektif, misalnya persepsi seseorang tentang orang lain, yang dapat menentukan bentuk hubungan antar keduanya pada masa mendatang, dapat pula berupa pengukuran yang lebih obyektif ataupun data statistik. Saat transaksi jual-beli, merupakan situasi yang tepat sebagai contoh tentang pengukuran. Sekantung gula yang kita beli, mungkin berukuran satu kilogram, atau setengah kilogram, itulah pengukuran yang nyata sehari-hari. Sedangkan dalam akuntansi contoh pengukuran yang dilakukan adalah ketika kita mengukur keuntungan
  • 5. 5 dengan terlebih dahulu menetapkan nilai terhadap modal dan kemudian menghitung keuntungan sebagai perubahan modal selama periode setelah memperhitungkan semua peristiwa ekonomi yang mempengaruhi kekayaan perusahaan. Seluruh pengukuran dalam kehidupan itu memiliki tujuan-tujuan khusus untuk menentukan langkah berikutnya. Pengukuran sangat penting dilakukan karena dengan mengukur suatu objek, maka kita dapat mengetahui nilai suatu objek sehingga dapat menjadi acuan untuk dapat menentukan kebijakan yang berkaitan dengan objek tersebut. Untuk memudahkan kita melakukan suatu pengukuran sehingga memperoleh suatu hasil yang akurat dan dapat diandalkan maka kita dapat menggunakan skala dan memilih tipe pengukuran yang sesuai dengan karakteristik objek yang kita ukur. Suwardjono (2010:260) menyatakan bahwa pengukuran lebih kepada kriteria pengakuan aset daripada suatu kriteria untuk mendefinisi aset. Beliau juga menambahkan bahwa aliran fisis suatu objek harus direpresentasikan dalam jumlah rupiah sehingga hubungan antarobjek bermakna sebagai informasi dan kos merupakan representasi kuantitatif suatu objek. Beliau menambahkan bahwa sebagai aliran informasi, kos juga mengalami tiga tahap perlakuan akuntansi sebagai berikut (Suwardjono,2010:260). (1) Pengukuran, pengakuan, dan klasifikasi pertama kali pada saat terjadinya. Selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut sebagai pengukuran. (2) Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa alokasi, distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal/manajerial atau untuk kepentingan pengkosan produk. Seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut penelusuran. (3) Pembebanan ke pendapatan perioda berjalan atau perioda-perioda yang akan dating. Kos yang belum menjadi beban pendapatan (biaya) akan tetap melekat pada objek menjadi aset badan usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pembebanan ke pendapatan.
  • 6. 6 Godfrey et al (2010:134) menjelaskan bahwa data kuantitatif dapat memberikan informasi yang berdampak lebih besar daripada data kualitatif dalam banyak hal karena pengukuran atribut yang dilaporkan dalam akuntansi adalah fungi penting dalam akuntansi. Definisi atribut (makna) ini menurut Suwardjono (2010:274) antara lain berupa nilai, luas, berat, volume, tinggi, umur, indeks prestasi, dan sebagainya. Menurut Campbell dalam Godfrey et al (2010:134), yaitu salah satu orang pertama yang mendalami masalah pengukuran, pengukuran didefinisikan sebagai penetapan angka untuk merepresentasikan properti selain angka,. Sistem dalam definisi campbell adalah mencakup rumah, meja, orang,aset atau jarak tempuh. Properti adalah aspek-aspek tertentu atau karakteristik dari sistem seperti berat, lebar, panjang, atau warna. Godfrey berpendapat lebih memilih untuk mengukur sifat (properti) dan bukan sistem itu sendiri dan beliau juga menyatakan bahwa definisi pengukuran menurut Campbell merupakan yang paling tepat. 2.2. Skala Pengukuran Godfrey et al (2010:134) menjelaskan bahwa setiap pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran. Skala ini dibuat ketika aturan semantik digunakan untuk menghubungkan peryataan matematik dengan obyek atau peristiwa. Skala menunjukan informasi data yang diwakili dengan angka- angka dan jenis-jenisnya adalah sebagai berikut (Godfrey et al,2010:134-135). 2.2.1. Skala Nominal Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuauh label. Contohnya adalah penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak sependapat dengan skala nominal. Torgerson menyatakan: “Dalam pengukuran, nomor yang digunakan menunjuk kepada jumlah atau tingkat kepemilikan dari suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu sendiri. Sedangkan dalam skala nominal, nomor menunjukkan kepada objek atau kelompok dari objek.” (Godfrey, dkk. 2010). Skala nominal secara sederhana menunjukan klasifikasi, dimana tidak ada pengukuran yang diperhitungkan dalam penggunaan istilah. Sifat utama yang
  • 7. 7 dimiliki angka tesebut digunakan untuk mengidentifikasi pemain atau obyek. Menurut Godfrey et al (2010:135) skala ini dapat dilihat dalam sistem akuntansi, contoh yang mendekati adalah klasifikasi dari asset dan kewajiban. Menurut penulis hal ini juga dapat kita lihat dari penomoran kelas aset tetap, dengan header akun dan detail akun yang dirancang dalam sistem. Penomoran tersebut untuk menunjukkan klasifikasi kelas aset tetap menurut masa manfaatnya (biasanya dimulai dengan tanah karena non depreciable asset, lalu gedung dan aset tetap lain yang berumur lebih pendek) 2.2.2. Skala Ordinal Skala urutan dibuat ketika peringkat operasi dari obyek dipertanyakan mengenai sifat yang dihasilkan (Godfrey et al,2010:135). Penulis member contoh, misalnya terkait keputusan pengadaan aset tetap berupa mesin yang diurutkan berdasarkan tingkat produktivitasnya, yaitu mesin I, II, dan III. Disini menurut Godfrey telah menunjukan adanya skala urutan, yaitu dalam pengaturan penomeran yang terkait dalam alternatif dalam pemilihan investasi modal. Nomer- nomer tersebut mengindikasikan urutan dari ukuran produktivitas mesin-mesin tersebut dari yang terproduktif ke yang tidak produktif (Godfrey et al,2010:135). Kelemahan dari skala urutan adalah adanya selang antara nomer (1 ke 2, 2 ke 3, dan 1 ke 3) yang tidak dapat menginformasikan apa-apa mengenai perbedaan kuantitas dari sifat yang ditampilkan (Godfrey, 2010:135). Penulis memberi contoh terkait aset tetap, misal Mesin I, II, dan III masing-masing ternyata memiliki tingkat produktivitas per tahunnya, 2000 ton, 1500 ton, dan 300 ton. Sebagai contoh, dalam tahap pengukuran aspek produktivitas, pilihan nomer 2 sangat dekat dengan pilihan pada nomer 1 (selisih 500 ton), dan pilhan pada nomer 3 ternyata jauh lebih kecil daripada pilihan nomer 2 (selisih sampai 1200 ton). Kelemahan yang lainnya menurut Godfrey et al (2010:135) adalah nomer- nomer tersebut tidak memperlihatkan seberapa besar proses yang disebabkan dari obyek tersebut. Penulis dapat melihatnya dari urutan rangking mesin I, II, dan III yang mana angka tersebut tida memperlihatkan seberapa besar proses yang disebabkan dari mesin tersebut (karena hanya angka rangking)
  • 8. 8 Torgerson dalam Godfrey et al (2010:135) berpendapat bahwa beberapa skala urutan memiliki sifat asal yakni nilai alami 0, Nilai alami 0 dapat menjadi titik netral dimana dalam satu arahan telah mencakup alternatif prediksi keuntungan dan dalam perintah lainnya telah diprediksikan kerugian yang mungkin timbul. Nomer-nomer tersebut menjadi alternatif pilihan pada titik 0 yang nantinya akan menjadi pertanda posotif ataupun pertanda negatif. 2.2.3. Skala Interval Skala interval menberikan informasi yang lebih daripada informasi yang diberikan pada skala ordinal. Tidak hanya dalam penentuan peringkat obyek yang telah diketahui mengenai sifat yang diberikan tapi juga rentangan jarak antara interval pada skala yang sama. Pemilihan titik 0 juga ada dalam skala. Sebagai contoh adalah skala Celcius dalam suhu. Kesamaan interval pada suhu dikenal dari kesamaan volume pemuaian dengan kesepakatan keputusan dari titik 0 untuk skala. Perbedaan suhu dibagi menjadi titik beku dan titik didih yaitu 100 , sedangkan titik beku sendiri berada pada suhu 0 . Jika suhu pada dua kamar yang berbeda diukur dengan thermometer Cecius menunjukan 22 dan 30 , maka dapat disimpulkan bahwa ruangan yang kedua lebih panas, karena suhu pada kamar yang kedua 8 derajat lebih tinggi daripada di kamar yang pertama. Perbedaan antara angka-angka tersebut dapat diterjemahkan secara langsung untuk menunjukan perbedaan karakteristik dari obyek (Godfrey et al, 2010:135-136). Kelemahan dari skala interval ini adalah titik 0 diputuskan secara pasti. Sebagai contoh, bagaimana kalau kita mengukur tinggi badan sekelompok pria pada skala interval dan digunakan angka untuk setiap berat badan guna mengetahui berat badan rata-rata pada kelompok tersebut.Rata-rata tersebut menunjukan titik 0 pada skala. Jika A 3cm lebih tinggi dari rata-rata kemudian kita menandainya dengan +3 dan jika B 5cm lebih rendah dari rata-rata,maka kita menandainya dengan -5. Pada skala ini, kita tidak tahu berapa tinggi A dan B secara pasti. B mungkin orang terpendek dalam kelompok itu, tapi kelompok itu bisa jadi terdiri dari para pemain basket yang tinggi-tinggi.
  • 9. 9 Penulis memberikan contoh skala interval ini terkait akuntansi piutang dagang, seperti pengukuran beban kerugian piutang untuk perusahaan yang menggunakan allowance method dengan jumlah cadangan ditentukan berdasarkan analisis umur piutang. Kita bisa melihat interval waktu jatuh tempo (belum jatuh tempo, 1-30 hari, 31-60 hari, 61-90 hari, dan lain-lain) untuk mengukur beban kerugian piutang dan cadangannya, Walaupun penetapan umur tersebut lebih bersifat arbiter manajemen. 2.2.4. Skala Rasio Skala rasio adalah skala yang:  Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian  Interval antar objek diketahui dan sama  Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek terakhir diketahui. Contohnya adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter dan panjang B adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10 meter lebih panjang dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjan dari A. Invarian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang digunakan, maka sistem pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari variabel-variabel yang digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga. Tapi hal ini tidak berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan berbeda juga variable-variabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode-metode pengukuran yang berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama. 2.3. Tipe-Tipe Pengukuran Menurut Godfrey et al (2010:138) Harus ada aturan untuk menetapkan angka-angka sebelum pengukuran dapat dilakukan. Aturan ini biasanya berbentuk seperangkat operasi yang harus diciptakan untuk suatu tugas yang diberikan. Perumusan aturan menimbulkan skala. Pengukuran dapat dilakukan hanya pada skala-skala (Godfrey et al, 2010:138)
  • 10. 10 Campbell dalam Godfrey et al (2010:138) telah menyebutkan dua jenis pengukuran, yaitu: pengukuran dasar (fundamental) dan turunan (derived measurement). Campbell menambahkan pernyataan bahwa angka tersebut ditetapkan sesuai dengan 'hukum' yang mengatur terkait dengan properti (atribut, bila mengacu pada definisi Suwardjono) dan pengukuran hanya dapat dilakukan ketika terdapat teori empiris yang telah dikonfirmasi (hukum) untuk mendukung pengukuran. Torgerson dalam Godfrey et al (2010:138) menambah satu lagi jenis pengukuran disamping fundamental dan turunan. Jenis selanjutnya, yaitu pengukuran fiat, disebut-sebut beliau sebagai tambahan untuk pengukuran fundamental dan turunan yang telah dibahas oleh Campbell. Penjelasan terkait ketiga jenis pengukuran tersebut adalah sebagai berikut. 2.3.1. Pengukuran-pengukuran Fundamental Sebuah pengukuran mendasar adalah di mana angka ditetapkan ke properti dengan mengacu pada hukum alam dan yang tidak tergantung pada pengukuran atas variabel lain. Sifat seperti panjang, hambatan listrik, jumlah dan volume secara fundamental terukur. Sebuah skala rasio dapat dirumuskan untuk masing- masing properti berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan ukuran yang berbeda (jumlah) dari harta yang diberikan. Penafsiran angka tergantung pada teori empiris yang telah dikonfirmasi yang mengatur operasi pengukuran (Godfrey et al,2010:138). Berdasarkan definisi diatas, penulis dapat melihat karakteristik pengukuran fundamental adalah: 1) Penetapan angka ke atribut berdasarkan pada hukum alam atas atribut tersebut. 2) Penetapan angka tidak didasarkan pada pengukuran variable lain. 3) Penafsiran angka tergantung pada teori empiris yang telah dikonfirmasi (confirmed empirical theory) yang mengatur operasi pengukuran. Godfrey et al (2010:138) menyatakan bahwa ternyata sifat fundamental adalah bersifat saling menambah dan operasi aritmatika dapat dilakukan secara mudah dengan pemantauan secara fisik.
  • 11. 11 2.3.2. Pengukuran-pengukuran Turunan Menurut Campbell dalam Godfrey et al (2010:139), pengukuran turunan berasal dari salah satu yang tergantung pada pengukuran atas dua atau lebih besaran lainnya. Pengukuran kepadatan adalah sebuah contoh. Hal ini tergantung pada baik pengukuran massa dan volume. Operasi pengukuran terderivasi tergantung pada hubungan yang diketahui atas sifat-sifat dasar suatu properti. Mereka didasarkan pada teori empiris yang telah dikonfirmasi terkait properti diberikan untuk memperoleh properti lainnya. Operasi matematika dapat dilakukan pada angka-angka dari pengukuran terderivasi (Godfrey et al, 2010:139). Berdasarkan definisi terkait pengukuran turunan diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa jenis pengukuran ini merupakan pengukuran kepada atribut secara tidak langsung. Sebagai contoh untuk pengukuran kepadatan diatas. Kita tidak dapat mengukur tingkat kepadatan suatu benda secara langsung, tetapi kesimpulan terkait kepadatan akan terbentuk bila kita mengukur massa dan volume benda tersebut. Juga sama seperti akuntansi, kita dapat mengetahui berapa ukuran profit perusahaan pada suatu periode hanya dengan melakukan pengukuran terhadap atribut-atribut lain yang membentuknya, yaitu melalui operasi penambahan pendapatan dan pengurangan beban (Godfrey et al, 2010:139). Disini menurut Godfrey et al, hubungan yang diketahui di antara sifat- sifat fisik dapat mempermudah pengukuran malalui beberapa sifat-sifat dasar atribut (Godfrey et al,2010:139). 2.3.3. Pengukuran Fiat Godfrey et al (2010:139) berpendapat bahwa hal ini khas dalam ilmu-ilmu sosial, dan dalam akuntansi, untuk menggunakan definisi yang dibangun secara arbiter untuk menghubungkan properti-properti tertentu yang diamati (variabel) ke suatu konsep tertentu, tanpa memiliki suatu teori yang telah dikonfirmasi untuk mendukung hubungan ini. Godfrey et al (2010:139) memberi penjelasan terkait jenis pengukuran ini. ………..dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana mengukur konsep profit secara langsung. Sebaliknya, kita mengasumsikan bahwa
  • 12. 12 variabel pendapatan, keuntungan, biaya, dan kerugian berkaitan dengan konsep laba dan karena itu dapat digunakan untuk memberikan ukuran tidak langsung dari profit. Kita menggunakan definisi yang arbiter untuk menghubungkan variabel ke konsep tersebut. Dalam hal ini, kita mempertimbangkan jumlah aljabar dari pengukuran variabel yang menjadi ukuran profit. Torgerson dalam Godfrey et al (2010:139) berpendapat bahwa salah satu kategori lain dari pengukuran harus ditambahkan ke daftar Campbell tentang pengukuran dengan fiat. (Fiat berarti dekrit, dekrit) untuk membenarkan sebagian besar pengukuran dalam ilmu sosial. Pengukuran tersebut akan mencakup yang didasarkan pada definisi secara arbiter (misalnya pengukuran laba akuntansi). Penulis melihat bahwa definisi secara arbiter ini merupakan definisi yang ditetapkan dalam accounting regulation dan mungkin saja tidak berdasarkan suatu teori empiris yang telah dikonfirmasi, karena ukuran laba adalah ukuran yang sulit untuk dijelaskan secara tepat, karena laba akuntansi merupakan laba akrual (secara riil laba sulit dijelaskan). Torgerson dalam Godfrey et al (2010:139) menunjukkan bahwa masalah utama dengan pengukuran dengan fiat adalah berbagai skala pengukuran dapat dibangun akibat tidak didasarkan pada teori yang telah dikonfirmasi. Torgerson menambahkan, dalam akuntansi, misalnya, berbagai dewan standar akuntansi menentukan skala akuntansi dengan fiat, bukan dengan mengacu pada teori pengukuran yang telah dikonfirmasi. Godfrey et al (2010:139) memberikan penjelasan terkait keterbatasan pengukuran ini dengan pernyataan ‘’apakah kita tahu, misalnya, bahwa cara tertentu yang kita gunakan untuk mengukur profit adalah valid?, hal ini mungkin saja salah satu dari ratusan cara untuk mengukur profit sepanjang cara tersebut berdasarkan teori yang telah dikonfirmasi, disini juga tidak ada alasan yang baik untuk yakin dengan hasilnya’’. 2.4. Keandalan dan Keakuratan Apa yang dimaksud dengan keandalan dan ketepatan dari kegiatan pengukuran? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan terlebih dahulu bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali
  • 13. 13 perhitungan. Kita bisa mengukur jumlah kursi di ruangan tertentu dan dengan benar. Untuk semua pengukuran mengandung kesalahan atau eror. Menurut Suwardjono (2010:171), Keterandalan adalah kemampuan informasi untuk memberi keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid. Beliau juga menambahkan bahwa keterandalan sangat erat kaitannya dengan sumber informasi dan cara merepresentasi, mendeskripsi atau menyimbolkannya. Sedangkan Godfrey et al (2010:140) berpendapat terkait dengan apa yang dimaksud keandalan dalam pengukuran atau ke akuratan pengukuran. Beliau juga menambahkan bahwa semua pengukuran tidak bebas dari error, kecuali dalah hal menghitung dan semua pengukuran melibatkan error. Sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran menurut Godfrey et al (2010:140) adalah sebagai berikut. 1) Operasi pengukuran dinyatakan secara tidak tepat. Aturan untuk menetapkan angka atas atribut yang diberikan biasanya terdiri dari serangkaian operasi. Sebuah aset operasi bisa saja dinyatakan secara tidak tepat dan bisa diinterpretasikan dengan salah oleh pihak yang mengukur. Sebagai contoh perhitungan keuntungan melibatkan beberapa operasi, seperti klasifikasi biaya dan alokasi antara aset-aset dan biaya –biaya yang sering diinterpretasikan secara berbeda oleh Akuntan yang berbeda (Godfrey et al,2010:140). 2) Pengukur. Pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, bias, atau menerapkan atau membaca instrumen secara tidak benar. Satu perhatian dalam akuntansi adalah bahwa manajer memiliki bias tertentu untuk meningkatkan laba tercatat atau aset dan kemudian manajer ini melakukan tekanan pada akuntan untuk membiaskan akun-akun terkait (Godfrey et al,2010:140). 3) Instrumen Banyak operasi pengukuran meminta penggunaan instrumen fisik, seperti penggaris atau termometer atau barometer, yang mungkin cacat. Ada potensi
  • 14. 14 untuk kesalahan bahkan ketika instrumen tersebut bukan alat fisik tetapi , misalnya, grafik, tabel, tabel angka atau indeks harga.misalnya (Godfrey et al,2010:140) 4) Lingkungan. Keadaan di mana pengukuran dilakukan dapat mempengaruhi hasil.Sebagai contoh kondisi cuaca dapat mempengaruhi instrumen atau pengukuran, kebisingan dapat mengalihkan perhatian pengukuran atau, dalam akuntansi ,tekanan dari manajemen dapat mempengaruhi keputusan akuntan, tekanan (misalnya dari beban kerja yang berat) menyebabkan penyimpangan konsentrasi dan gangguan, sumber kesalahan dapat diberi label’ lingkungan’.Kesalahan acak biasanya disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor lain adalah lingkungan dimana manajemen perusahaan beroperasi (Godfrey et al,2010:140). 5) Atribut tidak jelas. Apa yang diukur mungkin tidak jelas khususnya jika pengukuran melibatkan sebuah konsep yang tidak dapat diukur secara langsung..Masalah ketidak jelasan atribut tidak jarang di akuntansi. Berapa nilai dari aktiva tidak lancar? Apakah nilai sekarang, biaya akuisisi, biaya saat ini atau harga jual? mengingat bahwa tujuan utama akuntansi adalah untuk mencerminkan nilai, penting untuk secara jelas mendefinisikan nilai Apakah nilai pakai, nilai tukar, atau beberapa atribut lain yang akuntan harus mengukur? Masalahnya terletak dalam menetukan atribut yang akan diukur (Godfrey et al,2010:140-141). 6) Risiko dan ketidakpastian. Hal ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset nyata. Misalya, keuntungan masa mendatang pada aset berwujud seperti gedung adalah beresiko tetapi mereka homogen(lebih kurang) dan harganya dapat diamati. Yaitu ketika harga satu aset mungkin dibawah atau overestimate jumlah pengembalian yang belum pasti (Godfrey et al,2010:141).
  • 15. 15 2.5. Pengukuran dalam Akuntansi Rerangka pengukuran dan pengakuan sebagaimana telah dimuat dalam SFAC No.5 telah dikembangkan dan dilengkapi dengan SFAC No. 7 tentang penggunaan informasi aliran kas dan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi. Sebagai komponen rerangka konseptual, SFAC No. 7 memberi pedoman yang berisi: (Suwardjono,2010:196) a) Tujuan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi b) Prinsip-prinsip umum yang melandasi pengggunaan niai sekarang, terutama bila jumlah rupiah aliran kas masa datang, saat terjadinya (timing), atau keduanya tidak pasti. Saat pengukuran akuntansi terdiri dari pengukuran saat pengakuan mula- mula, dan pengukuran baru mulai (Suwardjono,2010:196). Pengukuran saat pengakuan mula-mula adalah pengukuran pada suatu elemen atau pos timbul dan dicatat pertama kali akibat transasksi, kejadian, atau keadaan (Suwardjono,2010:196). Penulis memberi contoh yaitu saat pengakuan awal aset tetap pada kos-nya saat terjadinya transaksi (accrual basis). Sedangkan pengukuran baru mulai merupakan pengukuran dalam periode-periode setelah pengakuan mula-mula untuk menentukan jumlah rupiah bawaan baru yang tidak berkaitan dengan jumlah-jumlah rupiah sebelumnya (Suwardjono,2010:196), contohnya seperti pengukuran nilai buku aset dan beban depresiasi yang dibebankan pada perioda pelaporan. Tujuan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi adalah untuk menangkap/merefleksikan sedapat mungkin perbedaan ekonomik antara sehimpunan aliran kas masa datang dan untuk mengestimasi nilai wajar (Suwardjono,2010:199). Menurut SFAC No.7, paragraph 23 dalam Suwardjono (2010:200), nilai sekarang dapat menamngkap perbedaan ekonomik antaraliran kas jika unsur-unsur berikut dipertimbangkan. 1. Suatu estimasi aliran kas masa dating atau, dalam beberapa kasus yang kompleks, serangkaian kas masa dating yang tiba pada saat berbeda 2. Harapan-harapan tentang variasi yang mungkin terjadi dalam jumlah dan saat tibanya aliran kas tersebut.
  • 16. 16 3. Nilai waktu uang yang ditunjukkan dengan oleh bunga bebas resiko 4. Harga atau nilai penanggungan resiko atau ketidakpastian yang melekat pada aset dan kewajiban. 5. Faktor-faktor lain termasuk ilikuiditas dan ketaksempurnaan pasar Godfrey et al (2010:145) menjelaskan terkait pengukuran bahwa pengukuran dalam akuntansi termasuk dalam kategori pengukuran yang didasarkan pada modal dan keuntungan. Laba akuntansi, sesuai dengan standar akuntansi Internasional, merupakan perubahan modal selama periode dari semua kegiatan termasuk kenaikan dan penurunan nilai wajar aktiva bersih, tidak termasuk transaksi dengan pemilik. Modal berasal dari pengukuran 'nilai wajar' antara aktiva dan kewajiban. Hal itu berarti harus dilakukan pengukuran nilai modal awal, jumlah penghasilan yang diterima, jumlah pemakaian modal, dan perubahan nilai wajar aktiva bersih. Peningkatan modal selama periode kemudian akan mengukur jumlah laba dari berbagai sumber termasuk operasi dan pengukuran kembali (setelah disesuaikan dengan suntikan modal baru atau pembayaran dividen). Nilai wajar aktiva bersih disajikan kembali dan kemudian akan menjadi modal pembukuan pada periode berikutnya (Godfrey et al,2010:145) 2.6. Permasalahan Pengukuran Bagi Auditor Beberapa isu untuk auditor terkait pergeseran fokus pengukuran keuntungan dari pendapatan dan beban untuk menilai perubahan atas nilai wajar aktiva bersih. Ketika keuntungan ditentukan dengan cara mencocokan pendapatan dan beban selama satu periode, auditor dapat berkonsentrasi pada pengumpulan bukti bahwaterkait apakah transaksi tersebut telah ditangani dengan tepat oleh sistem akuntansi klien. Namun ketika keuntungan berasal dari perubahan nilai waja, pertanyaan yang lebih sulit muncul untuk auditor terkait bukti pada perkiraan manajemen.Sebagai contoh, salah satu aspek untuk mengukur keuntungan dengan menentukan status perubahan nilai wajar aktiva bersih yang ditangani oleh akuntansi standar IAS 36/AASB 136. Standart ini membutuhkan penurunan nilai aktiva diakui sebagai rugi penurunan
  • 17. 17 nilai. Manajemen diperlukan untuk menilai pada tanggal laporan apakah ada indikasi bahwa aset mungkin terganggu. Jika kondisi tersebut terjadi, manajemen akan mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva tersebut. Jika jumlah yang dapat dipulihkan suatu aktiva kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aktiva harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Pengurangan ini merupakan kerugian penurunan (Godfrey, et al, 2010:150) Pedoman standar audit internasional untuk kerugian penurunan nilai audit dan perkiraan nilai wajar terkandung adalah ISA 540. Auditor diharuskan untuk mengumpulkan bukti untuk menilai jika manajemen telah mengikuti standar akuntansi yang tepat dan jika jumlah yang diakui sebagai kerugian penurunan nilai wajar. Untuk melakukan hal ini, auditor harus menentukan apakah manajemen telah memilih metode penilaian yang sesuai dan masuk akal dan asumsi. Jika standar akuntansi tidak meresepkan metode penilaian untuk aset dan kewajiban tertentu yang dipertimbangkan, auditor dapat menerima metode penilaian yang wajar. Auditor harus mengumpulkan bukti bahwa metode ini diterapkan secara konsisten, sehingga manajer tidak memilih dan memilih metode dari tahun ke tahun tergantung pada hasil keuntungan yang diinginkan mereka. Auditor juga harus menilai apakah nilai aktiva atau kewajiban dengan benar ditentukan dari asumsi signifikan manajemen, model penilaian dan data yang mendasari relevan. Data tersebut akan mencakup suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas, nilai pasar digunakan oleh perusahaan perbandingan, data royalti, dan sebagainya (Godfrey, et al, 2010:150) Selain masalah yang berkaitan dengan penggunan nilai wajar dan masalah terkait, auditor juga menghadapi masalah yang disebabkan oleh variabilitas dalam tingkat keandalan dan keakuratan pengukuran kos historis. Misalnya standar biaya manufaktur yang didasarkan pada kos historis. Dari berbagai asumsi tentang pengolahan volume, metode serta pengalokasian biaya overhead produk. Semua faktor tersebut mempengaruhi persediaan yang ada pada akhir periode dan juga mempengaruhi biaya pokok penjualan selama periode tersebut.