Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Masa kolonial di Indonesia dimulai dengan kedatangan bangsa Eropa pada abad ke-15 untuk berdagang dan menyebarkan agama, (2) Belanda mendirikan VOC untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dan menjajah Indonesia hingga abad ke-19, (3) Jepang menduduki Indonesia pada 1942 untuk memperluas wilayah pengaruhnya di Asia Tenggara.
Penjelajahan Samudera dan Masuknya Bangsa Barat-1.pdf
Masa kolonial di indonesia
1.
2. MASA KOLONIAL DI INDINESIA
Perkembangan Kolonialisme Dan Imperialisme Barat
Di Indonesia
Latar belakang masuknya bangsa eropa ke Indonesia
Pada akhir abad ke-15 permulaan abad ke-16, pelaut bangsa
Eropa berhasil menjelajahi samedera yang luas sampai ke
negeri baru seperti Amerika, Afrika, Asia Timur termasuk
Indonesia.
Faktor-faktor yang mendorong orang-orang Eropa
mengadakan penjelajahan samudera pada akhir abad ke-16
diantaranya:
Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan penguasa Turki
Usmani tahun 1453.
Kisah perjalanan Marco Polo ke dunia Timur.
Penemuan Copernicus yang di dukung oleh Galileo yang
menyatakan bahwa bumi itu bulat.
Penemuan kompas.
Semangat Reconquesta,yaitu semangat pembalasan dendam
terhadap kekuasaan Islam di mana pun.
3. Penjelajah dari Spanyol
Christopher Columbus, tahun 1492 sampai ke Bahama di Laut
Karibia (Amerika) yang diyakini sebagai India,sehingga
penduduk aslinya disebut Indian
Cortez, tahun 1519 berhasil menduduki Mexico setelah
menaklukan kerajann Aztec dan suku Maya
Pizzaro, tahun 1530 berhasil menguasai Peru setelah
menaklukan kerajaan Inca
Ferdinand Magelhaens, tahun 1520 sampai di wilayah Filipina
Sebastian d’Elcano, tahun 1521 sampai di wilayah
Maluku, namun di Maluku telah berkuasa bangsa Portugis.
Penjelajah dari Portugis
Bartholomeus Diaz, tahun 1496 sampai ke ujung Afrika yang
di beri nama Tanjung Haeapan ( cape of good hope )
Vasco da Gama, tahun 1498 sampai ke Kalkuta,India
Alfonso d’Albuquerque, tahun 1511 berhasil sampai ke
Malaka, tahun 1512 sampai ke Maluku.
4. Perkembangan kekuasaan bangsa Eropa di
Indonesia
Kekuasaan Bangsa Portugis di Indonesia ( 1511-1641)
Pada tahun 1511, Malaka berhasil direbut oleh bangsa Portugis
dibawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque,dengan demikian
bangsa Portugis dapat mengadakan perdagangan langsung
dengan daerah-daerah di Indonesia seperti
Ternate, Ambon, Banda, dan Timor. Bangsa Portugis berusaha
menanamkan kekuasaannya di daerah Maluku dengan tujuan
agar dapat memonopoli perdagangan rempah-rempah.
Tindakan Portugis yang sewenang-wenang dan bertindak kejam
menimbulkan pertentangan antara rakyat Maluku dengan
bangsa Portugis.Kekuasaan Portugia yang berlangsung dari
tahun 1511-1641 meninggalkan peninggalan-peninggalan
kebudayaan seperti bahasa, kesenian ( seni musik
keroncong), penggunaan nama-nama yang meniru nama-nama
orang Portugis, dan juga benda-benda peninggalan berupa
meriam-meriam yang diberi nama Nyai Setomi (Solo), si Jagur (
Jakarta ), dan Ki Amuk (Banten). Selain itu bangsa Portugis
menyebarkan agama Katolik oleh seorang Missionaria bernama
Fransiscus Xaverius.
5. Kekuasaan VOC ( Kompeni Belanda ) di Indonesia
Bangsa Belanda memulai pelayarannya pada tahun
1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dan
sampai di wilayah Banten dengan tujuan untuk
berdagang. Dari Bandar Banten, pelaut Belanda
melanjutkan pelayarannya kea rah timur dan berhasil
membawa rempah-rempah dalam jumlah yang cukup
banyak.Sejak keberhaslannya itu, para pedagang
Belanda semakin ramai dating ke Indonesia yang
menyebabkan timbulnya persaingan diantara para
pedagang Belanda. Untuk mengatasinya, pemerintah
Belanda membentuk kongsi dagang yang diberi nama
VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) pada
tahun 1602.
6. Tujuan dibentuknya VOC adalah :
menghindari persaingan antarpedagang Belanda
memperkuat kedudukan Belanda dalam menghadapi
Portugis dan Spanyol
mencari keuntungan sebesar-besarnya.
7. Hak istimewa VOC :
hak monopoli perdagangan
hak octrooi, yaitu hak untuk mencetak dan
mengedarkan uang sendiri
hak ekstirpasi, yaitu hak untuk mengurangi hasil
produksi rempah-rempah
hak mengadakan perjanjian, memungut pajak,
memiliki angkatan perang, mendirikan benteng, dan
hak untuk menjajah.
8. Pada awalnya VOC berpusat di Banten, tahun 1618 Jan Pieterzoon
Coen mendirikan benteng di Jayakarta, tahun 1619 Jan Pieterzoon
Coen mendirikan kota baru yaitu Batavia setelah Jayakarta di
baker, dan Batavia dijadikan sebagai pusat kekuasaan Belanda di
Indonesia.
Pada awal abad ke-18, VOC mengalami kemunduran yang
disebabkan oleh:
Banyak pegawai VOC yang korupsi.
Persaingan dagang dangan prancis dan inggris.
Perdagangan gelap yang meraja lela.
Hutang VOC yang semakin besar.
Penduduk Indonesia banyak yang miskin.
Anggaran belanja yang besar untuk gaji pegawai.
Tanggal 31 Desember 1799 pemerintah Belanda
membubarkan VOC.
9. Indonesia di bawah pemerintahan kerajaan Belanda
Setelah di bubarkan,segala hak dan kewajiban diambil alih oleh
pemerintah Republik Bataafshe sampai th 1807,tahun 1807 diganti
menjadi kerajaan Holland oleh Kaisar Napoleon Bonaparte (
Perancis) dan menunjuk adiknya Raja Louis Napoleon untuk
memerintah Kerajaan Holland. Raja Louis Napoleon mengangkat
Hernan Willen Daendels sebagai Gubernur Jendral di wilayah
Indonesia, tugasnya adalaj mempertahankan Pulau Jawa dari
serangan Inggris. Tindakan yang dilakukan Daendels adalah:
Membangun ketentaraan dan mendirikan pabrik senjata.
Membangun jalan pos dari Anyer sampai Panarukan.
Membangun pelabuhan laut di Merak dan Ujung Kulon.
Bupati seluruh Jawa dijadkan pegawai negeri.
Perbaikan gaji dan pemberantasan korupsi.
10. Dibidang ekonomi, untuk mengisi kas Negara yang
kosong, di lakukan beberapa cara, yaitu:
Kewajiban menanam kopi
Pelaksanaan kerja rodi
Penjualan tanah kepada pengusaha swasta ( tanah
partikelir )
Menetapkan contingenten: pajak penyerahan hasil bumi
11. Zaman Pendudukan Jepang Di Indonesia
Masuknya Jepang ke wilayah Indonesia
Sebagai negara fasis-militerisme di Asia, Jepang sangat
kuat, sehingga meresahkan kaum pergerakan nasional di
Indonesia. Dengan pecahnya Perang Dunia II, Jepang terjun
dalam kancah peperangan itu. Di samping itu, terdapat dugaan
bahwa suatu saat akan terjadi peperangan di Lautan Pasifik. Hal
ini didasarkan pada suatu analisis politik. Adapun sikap
pergerakan politik bangsa Indonesia dengan tegas menentang dan
menolak bahwa fasisme sedang mengancam dari arah utara. Sikap
ini dinyatakan dengan jelas oleh Gabungan Politik Indonesia
(GAPI). Pada tanggal 8 Desember 1941 pecah perang di Lautan
Pasifik yang melibatkan Jepang. Melihat keadaan yang semakin
gawat di Asia, maka penjajah Belanda harus dapat menentukan
sikap dalam menghadapi bahaya kuning dari Jepang.
12. Secara kronologis serangan-serangan pasukan Jepang di
Indonesia adalah sebagai berikut: diawali dengan
menduduki Tarakan (10 Januari 1942), kemu-
dian.Minahasa, Sulawesi, Balikpapan, dan Arnbon.
Kemudian pada bulan Pebruari 1942 pasukan Jepang
menduduki
Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali.
Angkatan perang Jepang begitu kuat, sehingga Hindia
Belanda yang merupakan benteng kebanggaan Inggris di
daerah Asia Tenggara akhirnya jatuh ke tangan pasukan
Jepang.
13. Penjajahan Jepang di Indonesia
Bala Tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintahan
militer pada masa pemerintahan Jepang. Menurut UUD No.
1 (7 Maret 1942), Pembesar Bala Tentara Nippon memegang
kekuasaan militer dan segala 'kekuasaan yang dulu dipegang
oleh Gubernur Jenderal (pada masa kekuasaan Belanda).
Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan ini, kekuasaan atas
wilayah Indonesia dipegang oleh dua angkatan perang yaitu
angkatan darat (Rikugun) dan angkatan laut (Kaigun).
Masing-masing angkatan mempunyai wilayah kekuasaan.
14. Dalam hal ini Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah
kekuasaan yaitu:
a. Daerah Jawa dan Madura dengan pusatnya Batavia berada
di bawah kekuasaan Rikugun.
b. Daerah Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu
dengan pusatnya Singapura berada di bawah kekuasaan
Rikugun. Daera Sumatera dipisahkan pada tahun 1943, tapi
masih berada di bawah kekuasaan Rikugun.
c. Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku,
Irian berada di bawah kekuasaan Kaigun.
15. Organisasi bentukan Jepang
Pasukan Jepang selalu berusaha untuk dapat memikat hati rakyat
Indonesia. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar bangsa Indonesia
memberi bantuan kepada pasukan Jepang. Untuk menarik
simpati bangsa Indonesia maka dibentuklah orgunisasi resmi
seperti Gerakan Tiga A, Putera, dan PETA.
Gerakan Tiga A, yaitu Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya
Asia, Nippon Pemimpin Asia. Gerakan ini dipimpin oleh
Syamsuddin SH. Namun dalam perkembangan selanjutnya
gerakan ini tidak dapat menarik simpati rakyat, sehingga pada
tahun 1943 Gerakan Tiga A dibubarkan dan diganti dengan Putera.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) Organisasi ini dibentuk pada tahun
1943 di bawah pimpinan "Empat Serangkai", yaitu Bung
Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kiyai Haji Mas
Mansyur. Gerakan Putera ini pun diharapkan dapat menarik
perhatian bangsa Indonesia agar membantu pasukan Jepang
dalam setiap peperangan yang dilakukannya. Akan tetapi gerakan
Putera yang merupakan bentukan Jepang ini ternyata menjadi
bume-rang bagi Jepang. Hal ini disebabkan oleh anggota-anggota
dari Putera yang memiliki sifat nasionalisme yang tinggi.
16. Beberapa golongan yang terorganisir rapi dan menjalin
hubungan rahasia dengan Bung Karno dan Bung Hatta.
Golongan-golongan itu di antaranya:
Golongan Amir Syarifuddin.
Amir Syarifuddin adalah seorang tokoh yang sangat anti
fasisme. Hal ini sudah diketahui oleh Jepang, sehingga pada
tahun 1943 ia ditangkap dan diputuskan untuk menjatuhkan
hukuman mati kepadanya. Namun, atas perjuangan
diplomasi Bung Karno terhadap para pemimpin
Jepang, Amir Syarifuddin tidak jadi dijatuhi hukuman
mati, melainkan hukuman seumur hidup.
Golongan Sutan Syahrir.
Golongan ini mendapatkan dukungan dari kaum terpelajar
dari berbagai kota yang ada di Indonesia. Cabang-cabang
yang telah dimiliki oleh golongan Sutan Syahrir ini seperti di
Jakarta, Garut, Cirebon, Surabaya dan lain sebagainya.
17. Golongan Sukarni.
Golongan ini mempunyai peranan yang sangat besar
menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pengikut
golongan ini seperti Adam Malik, Pandu Kerta
Wiguna, Khairul Saleh, Maruto Nitimiharjo.
Golongan Kaigun.
Golongan ini dipimpin oleh Ahmad Subardjo dengan
anggota-anggotanya terdiri atas A.A. Maramis, SH., Dr.
Samsi, Dr. Buntaran Gatot, SH., dan lain-lain. Golongan ini
juga mendirikan asrama yang bernama Asrama Indonesia
Merdeka dengan ketuanya Wikana. Para pengajarnya antara
lain Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Syahrir dan lain-lain.
18. Perlawanan rakyat terhadap Jepang
Buruknya kehidupan rakyat mendorong timbulnya
perlawanan-perlawanan rakyat di beberapa tempat seperti:
Pada awal pendudukan Jepang di Aceh tahun 1942 terjadi
pemberontakan di Cot Plieng, Lhok Seumawe di bawah
pimpinan Tengku Abdul Jalil. Pemberontakan ini dapat
dipadamkan, dan dua tahun kemudian, yaitu pada tahun
1944 muncul lagi pemberontakan di Meureu di bawah
pim¬pinan Teuku Hamid yang juga dapat dipadamkan oleh
pasukan Jepang.
Karang Ampel, Sindang (Kabupaten Indramayu) tahun
1943 terjadi perlawanan rakyat di daerah itu kepada Jepang.
Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-
kawannya, namun perlawanan ini berhasil ditindas oleh
Jepang dengan sangat kejamnya.
19. Sukamanah (Kabupaten Tasikmalaya), tahun 1943 terjadi perlawanan
rakyat di daerah itu kepada Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji
Zaenal Mustafa. Dalam perlawanan ini Zaenal Mustafa berhasil mem-
bunuh kaki-tangan Jepang. Dengan kenyataan seperti ini, Jepang
melaku-kan pembalasan yang luar biasa dan melakukan pembunuhan
massal terhadap rakyat.
Blitar, pada tanggal 14 Pebruari 1945 terjadi pemberontakan PETA di
bawah pimpinan Supriyadi (putra Bupati Blitar). Dalam memimpin
pemberontakan ini Supriyadi tidak sendirian dan dibantu oleh teman-
temannya seperti dr. Ismail, Mudari, dan Suwondo. Pada
pemberontakan itu, orang-orang Jepang yang ada di Blitar
dibinasakan. Pemberontakan heroik ini benar-benar mengejutkan
Jepang, terlebih lagi pada saat itu Jepang terus menerus mengalami
kekalahan di dalam Perang Asia Timur Raya dan Perang Pasifik.
Kemudian Jepang mengepung kedudukan Supri¬yadi, namun pasukan
Supriyadi tetap mengadakan aksinya. Jepang tidak kehilangan akal, ia
melakukan suatu tipu muslihat dengan menyerukan agar para
pemberontak menyerah saja dan akan dijamin keselamatannya serta
akan dipenuhi segala tuntutannya. Tipuan Jepang tersebut temyata
berhasil dan akibatnya banyak anggota PETA yang menyerah.
20. Dampak pendudukan Jepang bagi bangsa Indonesia
Bidang politik.
Sejak masuknya kekuasaan Jepang di Indonesia, organisasi-
organisasi politik tidak dapat berkembang lagi. Bahkan
pemerintah pen¬dudukan Jepang menghapuskan segala
bentuk kegiatan organisasi-organisasi, baik yang bersifat
politik maupun yang bersifat sosial, ekonomi, dan agama.
Organisasi-organisasi itu dihapuskan dan diganti dengan
organisasi buatan )epang, sehingga kehidupan politik pada
masa itu diatur oleh pemerintah Jepang, walaupun masih
terdapat beberapa organisasi politik yang terus berjuang
menentang pendudukan Jepang di Indonesia.
21. Bidang ekonomi.
Pendudukan bangsa Jepang atas wilayah Indonesia sebagai
negara imperialis, tidak jauh berbeda dengan negara-negara
imperialisme lainnya. Kedatangan bangsa Jepang ke
Indonesia berlatar belakang masalah ekonomi, yaitu
mencari daerah-daerah sebagai penghasil bahan mentah
dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industrinya
dan mencari tempat pemasaran untuk hasil-hasil
industrinya. Sehingga aktivitas perekonomian bangsa
Indonesia pada zaman Jepang sepenuhnya dipegang oleh
pemerintah Jepang.
22. Bidang pendidikan.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, kehidupan
pendidikan berkembang pesat dibandingkan dengan
pendudukan Hindia Belanda. Pemerintah pendudukan
Jepang memberikan kesempatan kepada bangsa Indonesia
untuk mengikuti pendidikan pada sekolah-sekolah yang
dibangun oleh pemerintah. Di samping itu, bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa perantara pada
sekolah-sekolah serta penggunaan nama-nama yang
diindonesiakan. Padahal tujuan Jepang mengembangkan
pendidikan yang luas pada bangsa Indonesia adalah untuk
menarik simpati dan mendapatkan bantuan dari rakyat
Indonesia dalam menghadapi lawan-lawannya pada Perang
Pasifik.
23. Bidang kebudayaan.
Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk
menanamkan kebudayaannya. Salah satu cara Jepang adalah
kebiasaan menghormat ke arah matahari terbit. Cara
menghormat seperti itu merupakan salah satu tradisi Jepang
untuk menghormati kaisarnya yang dianggap keturunan
Dewa Matahari. Pengaruh Jepang di bidang kebudayaan
lebih banyak dalam lagu-lagu, film, drama yang seringkali
dipakai untuk propa¬ganda. Banyak lagu Indonesia
diangkat dari lagu Jepang yang populer pada jaman Jepang.
Iwa Kusuma Sumantri dari buku "Sang Pejuang dalam
Gejolak Sejarah" menulis "kebiasaan-kebiasaan dan
kepercayaan-kepercayaan yang sangat merintangi kemajuan
kita, mulai berkurang.
24. Bidang sosial.
Selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial
masyarakat sangat memprihatinkan. Penderitaan rakyat
semakin bertambah, karena sega-la kegiatan rakyat
dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang
dalam menghadapi musuh-musuhnya. Terlebih lagi rakyat
dijadikan romusha (kerja paksa). Sehingga banyak jatuh
korban akibat kelaparan dan penyakit.
25. Bidang birikrasi.
Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia dipegang oleh
kalangan militer, yaitu dari angkatan darat (rikugun) dan
angkatan laut (kaigun). Sistem pemerintahan atas wilayah
diatur berdasarkan aturan militer. Dengan hilangnya orang
Belanda di pemerintahan, maka orang Indonesia mendapat
kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih penting
yang sebelumnya hanya bisa dipegang oleh orang Belanda.
Termasuk jabatan gubernur dan walikota di beberapa
tempat, tapi pelaksanaannya masih di bawah pengawasan
Militer Jepang. Pengalaman penerapan birokrasi di Jawa dan
Sumatera lebih banyak daripada di tempat-tempat lain.
Namun, penerapan birokrasi di daerah penguasaan
Angkatan Laut Jepang agak buruk.
26. Bidang militer.
Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia memiliki arti
penting, khususnya dalam bidang militer. Para pemuda
bangsa Indonesia diberikan pendidi-kan militer melalui
organisasi PETA. Pemuda-pemuda yang tergabung dalam
PETA inilah yang nantinya menjadi inti kekuatan dan
penggerak perjuangan rakyat Indonesia mencapai
kemerdekaannya.
27. Penggunaan Bahasa Indonesia.
Berdasarkan pendapat Prof. Dr. A. Teeuw (ahli bahasa
Indonesia berkebangsaan Belanda) menya-takan bahwa
tahun 1942 merupakan tahun bersejarah bagi bangsa
Indonesia. Pada waktu itu, bahasa Belanda dilarang
penggunaannya dan digantikan dengan penggunaan bahasa
Indonesia. Bahkan sejak awal tahun 1943 seluruh tulisan
yang berbahasa Belanda dihapuskan dan harus diganti
dengan tulisan berbahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai bahasa pergaulan
sehari-hari, tetapi telah diangkat menjadi bahasa resmi pada
instansi-instansi pemerintah-an atau pada lembaga-lembaga
pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah tinggi.