SlideShare a Scribd company logo
1 of 61
Download to read offline
Draf Laporan Akhir
                                                     Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


                                             BAB I
                                          PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang dan Tujuan

        Pembangunan daerah merupakan bagian integral dan merupakan penjabaran dari
pembangunan nasional dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan yang
disesuaikan dengan potensi, aspirasi, dan permasalahan pembangunan di daerah. Kunci
keberhasilan pembangunan daerah dalam mencapai sasaran pembangunan nasional
secara efisien dan efektif, termasuk penyebaran hasilnya secara merata di seluruh
Indonesia adalah koordinasi dan keterpaduan antara pemerintah pusat dan daerah,
antarsektor, antara sektor dan daerah, antarprovinsi, antarkabupaten/kota, serta antara
provinsi dan kabupaten/kota. Pembangunan daerah dilaksanakan dengan tujuan untuk
mencapai sasaran pembangunan nasional serta untuk meningkatkan hasil-hasil
pembangunan daerah bagi masyarakat secara adil dan merata.
        Pembangunan daerah, sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, selain
berkepentingan terhadap penyelenggaraan pembangunan sektoral nasional didaerah,
juga berkepentingan terhadap pembangunan dalam                      dimensi kewilayahan. Dua
kepentingan tersebut menjadikan aktivitas pembangunan daerah berkenaan sekaligus
dengan tujuan pencapaian sasaran-sasaran         sektoral       nasional di daerah dan tujuan
pengintegrasian pembangunan antarsektor di dalam satu wilayah. Dalam perspektif ini,
dalam upaya merealisasikan tujuan-tujuan pembangunan di atas, fungsi dan peran
Pemerintah Daerah adalah sangat penting, terutama dalam era desentralisasi dan
otonomi daerah dewasa ini.

        Pada era desentralisasi saat ini, Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah telah memberikan           kewenangan yang luas kepada pemerintah
daerah untuk menentukan kebijakan dan program pembangunan yang terbaik bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah masing-masing, sesuai
kewenangan yang dimiliki.

        Meskipun desentralisasi dan otonomi daerah telah berjalan sekitar sembilan
tahun dan banyak kemajuan pembangunan telah dihasilkan, namun perlu tetap disadari
bahwa perjalanan kearah pelaksanaan pembangunan yang optimal masih jauh dan masih
membutuhkan serangkaian usaha perbaikan-perbaikan. Untuk itu pada evaluasi kinerja
pembangunan daerah 2009 dilaksanakan untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja
pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004 - 2008. Evaluasi ini juga dilakukan
untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai tujuan/sasaran yang

BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                 1 
Draf Laporan Akhir
                                                       Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah
tersebut, seperti halnya pembangunan daerah di Provinsi Sulawesi Selatan.
          Tujuan evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk
menilai relevansi dan efektivitas         kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu
2004-2008. Untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai tujuan/sasaran
yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan
daerah tersebut.

1.2. Keluaran

          Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan evaluasi kinerja pembangunan
daerah (EKPD) 2009 adalah laporan yang berisi :
1.          Data dan informasi hasil evaluasi kinerja pembangunan di daerah Sulawesi
     Selatan.
2.          Analisa evaluasi kinerja pembangunan sesuai indikator hasil (outcomes) yang
     mencerminkan tujuan / sasaran pembangunan daerah meliputi:
     a. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi.
     b. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia.
     c. Tingkat Pembangunan Ekonomi.
     d. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam.
     e. Tingkat Kesejahteraan sosial.

1.3. Metodologi

          Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok indikator hasil
adalah sebagai berikut:
     1. Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang
          memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes).
     2. Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator
          pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase.
     3.   Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak
          dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri.
     4. Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna
          negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan
          terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif).
          Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase kemiskinan semakin
          tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin rendah.


BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                   2 
Draf Laporan Akhir
                                                    Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


     5. Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi
        jumlah dari penyusun indikator hasil (indicator pendukungnya). Contoh untuk
        indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial disusun oleh:
             • persentase penduduk miskin
             • tingkat pengangguran terbuka
             • persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak
             • presentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia
             • presentase pelayanan dan rehabilitasi sosial
        Semua penyusun komponen indikator hasil ini bermakna negatif (Lihat No.4).
        Sehingga:
        Indikator kesejahteraan sosial = {(100% - persentase penduduk miskin) + (100%
        - tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan
        sosial bagi anak) + (100%- persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut
        usia) + (100% - persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial} /5

        Untuk menilai kinerja pembangunan daerah, pendekatan yang digunakan adalah
Relevansi dan Efektivitas. Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauh mana
tujuan/sasaran pembangunan yang direncanakan mampu menjawab permasalahan
utama/tantangan. Dalam hal ini, relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren
capaian pembangunan daerah sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan
nasional. Sedangkan efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian
antara hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas
pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah membaik
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

     Dalam mengumpulkan data dan informasi, teknik yang digunakan dapat melalui:
1.   Pengamatan langsung
     Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan
     di daerah, diantaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik,
     lingkungan hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di wilayah provinsi terkait.
2.   Pengumpulan Data Primer
     Data diperoleh melalui FGD dengan pemangku kepentingan pembangunan daerah.
     Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator rapat/diskusi dalam menggali masukan dan
     tanggapan peserta diskusi.
3.   Pengumpulan Data Sekunder
     Data dan informasi yang telah tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS daerah,
     Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.


BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                3 
Draf Laporan Akhir
                                                                            Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


Mekanisme pelaporan akhir EKPD yang akan ditulis untuk mencapai maksud dan tujuan
kegiatan ini adalah sebagai berikut.



                   Laporan Awal                                             Awal Agustus
                                                      Tim Evaluasi                  t         Tim Sekretariat
                                                        Provinsi                2009             Nasional

                                              Awal Sept
                          Tim Evaluasi                               Review Laporan Awal
                             Provinsi          2009




                                                      Tim Evaluasi           Akhir Okt 2009   Tim Sekretariat
                 Draft Laporan Akhir                     Provinsi                                N asional


                           Tim Evaluasi         Awal Sept            Review Laporan Akhir
                              Provinsi           2009

                                                   Hasil Review Disampaikan pada Seminar Akhir (2 Des 09)
                                                          untuk mendapatkan masukan/penyempurnaan



                 Laporan Akhir dan                                              Mid Des
                 Ringkasan Eksekutif                  Tim Evaluasi                            Tim Sekretariat
                                                        Provinsi                                 Nasional
                                                                                2009




                                         Gambar 1. Mekanisme Pelaporan




Sistematika laporan digambarkan sebagai berikut:
          BAB I. PENDAHULUAN
          1.1.     Latar Belakang dan Tujuan
                   1.2.      Keluaran
                   1.3.      Metodologi
                   1.4.      Sistematika Penulisan

        BAB II. HASIL EVALUASI

                   2.1. TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI
                          2.1.1.          Capaian Indikator
                                          2.1.1.1. Grafik capaian indikator outcomes provinsi
                                                  outcomes nasional dan analisa
                                          2.1.1.2. Analisis Relevansi
                                          2.1.1.3. Analisis efektifitas


BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                                        4 
Draf Laporan Akhir
                                                           Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


                         2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                         2.1.3. Rekomendasi Kebijakan

                  2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
                         2.2.1. Capaian Indikator
                                  2.2.1.1. Grafik     capaian        indikator      outcomes         provinsi
                                           dibandingkan dengan capaian indikator outcomes
                                           nasional dan analisa
                                  2.2.1.2. Analisis Relevansi
                                  2.2.1.3. Analisis efektifitas
                         2.2.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                         2.2.3. Rekomendasi Kebijakan

                  2.3.    TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI
                         2.3.1. Capaian Indikator
                                  2.3.1.1. Grafik     capaian        indikator      outcomes         provinsi
                                           dibandingkan dengan capaian indikator outcomes
                                           nasional
                                  2.3.1.2. Analisis Relevansi
                                  2.3.1.3. Analisis efektifitas
                         2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                         2.3.3. Rekomendasi Kebijakan
         2.4.    KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
                         2.4.1. Capaian Indikator
                                  2.4.1.1. Grafik     capaian        indikator      outcomes         provinsi
                                           dibandingkan dengan capaian indikator outcomes
                                           nasional
                                  2.4.1.2. Analisis Relevansi
                                  2.4.1.3. Analisis efektifitas
                         2.4.2.    Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                         2.4.3. Rekomendasi Kebijakan
         2.5.    TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT
                         2.5.1. Capaian Indikator
                                  2.5.1.1. Grafik     capaian        indikator      outcomes         provinsi
                                           dibandingkan dengan capaian indikator outcomes
                                           nasional dan analisa
                                  2.5.1.2. Analisis Relevansi


BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                       5 
Draf Laporan Akhir
                                                           Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


                                  2.5.1.3. Analisis efektifitas
                         2.5.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
                         2.5.3. Rekomendasi Kebijakan

          BAB III. KESIMPULAN


1.4. Anggota Tim Evaluasi Provinsi


      Anggota Tim dari Provisi Sulawesi Selatan, yakni :
   1. Dr. Rusnadi Padjung, MSc, sebagai koordinator Tim Provinsi
   2. Dr. Dwia Aries Tina P, MA., sebagai Tenaga Ahli
   3. Dr. Suratman, MS., sebagai Tenaga Ahli
   4. Dr. Darmawan Salman, MS., sebagai Tenaga Ahli
   5. Dr. Junaedi Muhidong, MSc., sebagai Tenaga Ahli
   6. Dr. Hasrat Arief Saleh, M.S., sebagai Tenaga Ahli




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                       6 
Draf Laporan Akhir
                                                            Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


                                                BAB II
                                          HASIL EVALUASI


2.1   TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI

2.1.1. Capaian Indikator

        Secara umum tingkat pelayanan publik di Sulawesi Selatan capaiannya lebih
rendah dari pada capaian nasional, sementara tingkat demokrasi capaiannya diatas rata-
tata nasional. Hal ini terlihat dari beberapa indikator baik pada pelayanan publik, maupun
pada tingkat demokrasi yang dapat dibandingkan. Beberapa indikator lainnya karena
ketidaktersediaan data, analisisnya dilakukan tanpa perbandingan dengan data nasional.
Adapun indikator yang dapat dibandingkan adalah capaian persentase perda pelayanan
satu atap dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan presiden. Kendati demikian
analisis terhadap data yang tersedia            tetap dilakukan dengan data-data pendukung
lainnya yang punya keterkaitan dengan data-data tersebut (selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel-1),

                                                    Tabel-1
             Perbandingan Capaian Tingkat Pelayanan Publik dan Tingkat Demokrasi
                        Sulawesi Selatan dengan Nasional 2004 – 2009
                                     Nasional
         Indikator Hasil                                               Capaian Tahun
                                      /Sulsel
 Pelayanan Publik                                2004         2005      2006       2007      2008      2009
 Persentase jumlah kasus             Nasional    97,00        97,00     94,00      94,00     94,00       -
 korupsi yang tertangani             Sulsel        -            -       67,65      87,18     74,60     75,00
 dengan yang dilaporkan
 Persentase aparat yang              Nasional    29,90        31,00     31,93      30,60     30,99        -
 berijazah minimal S1                Sulsel                                                  37,16
 Persentase jumlah Kab/Kota          Nasional    2,05          2,05     21,59      61,29     74,31       -
 yg memiliki Perda pelayanan         Sulsel      8,70         13,04     17,39      21,74     52,17     52,17
 satu atap
 Demokrasi
 Gender Development Index            Nasional    63,94        65,13     65,30      65,8       65,8        -
 (GDI)                               Sulsel      56,90        57,40     59,80
 Gender Empowerment                  Nasional    59,67        61,32     61,80      62,10     62,10        -
 Meassurement (GEM)                  Sulsel      49,20        50,00     51,80
 Tingkat Partisipasi Politik         Nasional
 Masy. dalam pemilihan Kepala        Sulsel                                        69,60
 Daerah Provinsi
 Tingkat Partisipasi Politik         Nasional    75,19                                                 71,00
 Masy. dalam pemilihan               Sulsel                                                            73,20
 Legislatif
 Tingkat Partisipasi Politik         Nasional    75,98                                                 73,00
 Masy. dalam pemilihan               Sulsel      82,70                                                 73,40
 Presiden



BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                         7 
Draf Laporan Akhir
                                                   Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


        Pada Tabel-1 terlihat bahwa tiga indikator pelayanan publik yakni: 1) persentase
jumlah kasus korupsi yang tertangani dengan yang dilaporkan; 2) persentase aparat yang
minimal berijazah S1; dan 3) persentase jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki Perda
pelayanan satu atap; menunjukkan bahwa untuk indikator persentase jumlah kasus
korupsi yang tertangani dengan yang dilaporkan di Provinsi Sulawesi Selatan masih lebih
rendah daripada capaian penanganan kasus korupsi di Indonesia. Namun demikian
capaian persentase tersebut menunjukkan bahwa penanganan kasus korupsi di Sulawesi
Selatan relatif sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

        Ditinjau dari capaian persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki Perda
Pelayanan Satu Atap, Sulawesi Selatan hanya lebih tinggi pada capaian tahun 2004 dan
2005, sedangkan capaian tahun 2006 hingga 2008 dibawah capaian nasional. Dalam
kaitannya dengan capaian persentase aparat yang berijazah minimal S1, berdasarkan
data yang tersedia yang dapat dibandingkan hanyalah data tahun 2008, dimana capaian
persentase Sulawesi Selatan 6,17% diatas capaian nasional.
                                     Grafik-1.
 Perbandingan Capaian Indikator Perda Pelayanan Satu Atap Sulawesi Selatan dengan
                               Nasional dilihat dari Pelayanan Publik




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                               8 
Draf Laporan Akhir
                                                   Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


        Selanjutnya untuk tingkat demokrasi yang terdiri atas 5 indikator yakni gender
development index (GDI); gender empowerment index (GEM), tingkat partisipasi politik
masyarakat dalam pemilihan kepala daerah provinsi, legislatif dan presiden. Data pada
tabel-1 juga menunjukkan bahwa capaian angka GDI dan GEM Sulawesi Selatan yang
bisa dibandingkan yakni dari tahun 2004-2007 masih berada dibawah capaian nasional,
sedangkan tingkat partisipasi politik masyarakat khususnya pemilihan legislatif dan
Pilpres capaiannya lebih tinggi daripada capaian nasional.
                                     Grafik- 2.
 Perbandingan Capaian Indikator Perda Pelayanan Satu Atap Sulawesi Selatan dengan
                               Nasional dilihat dari Pelayanan Publik




      Pembahasan yang lebih detail tentang tingkat pelayanan publik dan tingkat
demokrasi      dengan data-data pembanding lainnya dapat disimak dari pembahasan
tentang capaian indikator berikut ini

2.1.2. Analisis Indikator Spesifik dan Menonjol

      Salah satu indikator menonjol dalam peningkatan pelayanan publik dan demokrasi
adalah penanganan korupsi. Sebagaimana diketahui pada level Provinsi terdapat tiga
institusi/lembaga yang terlibat dalam penegakan hukum yakni: kepolisian, kejaksaan dan
pengadilan. Dalam penanganan korupsi, yang dimaksud dengan kasus korupsi yang


BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                               9 
Draf Laporan Akhir
                                                       Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


“tertangani” adalah kasus korupsi yang buktinya sudah dianggap cukup oleh kejaksaan
dan sedang diproses + kasus korupsi yang diterima pelimpahannya oleh kejaksaan dari
kepolisian, sedangkan yang dimaksud kasus korupsi yang “dilaporkan” adalah seluruh
kasus korupsi yang laporannya diterima secara langsung oleh kejaksaan dari masyarakat
atau sumber lain + kasus korupsi yang pelimpahannya diterima oleh kejaksaan dari
kepolisian.
      Berdasarkan definisi tersebut, persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani
dibandingkan dengan yang dilaporkan dapat dilihat pada tabel-2.

                                           Tabel-2:
          Persentase Jumlah Kasus Korupsi yang Tertangani (Tahap Penuntutan)
                Dibandingkan Dengan yang Dilaporkan Tahun 2004-2009

   Wilayah          2004          2005      2006              2007             2008            2009

   Kab/Kota
   se-SulSel
 - Dilaporkan     Data tdk      Data tdk    26                 37              42               41
 - Tertangani     tersedia      tersedia    16                 33              34               35
       %                                   61,54              89,19           80,95            85,37
    Kejati
    SulSel
 - Dilaporkan                                8                  2              21               31
                  Data tdk      Data tdk
 - Tertangani                                7                  1              13               19
                  tersedia      tersedia
       %                                   87,50              50,00           61,90            61,29

     Total
 - Dilaporkan Data tdk      Data tdk         34            39            63            72
 - Tertangani   tersedia    tersedia         23            34            47            54
       %                                    67,65        87,18         74,60         75,00
Sumber : Hasil Olahan Data dari Kantor Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan dan Barat, 2009

        Berdasarkan Tabel-2. terlihat besarnya pertambahan jumlah kasus korupsi yang
dilaporkan dan yang tertangani dari tahun 2006 hingga September 2009. Semakin
besarnya persentase tersebut pada satu sisi bisa dijadikan tolok ukur betapa kerasnya
kerja para jaksa di Sulawesi Selatan dalam memberantas korupsi, namun pada sisi lain
grafik kenaikannya juga dapat diartikan bahwa kerja keras para jaksa ternyata masih
kurang memberikan efek jera bagi pelaku korupsi.

         Sebagai bahan perbandingan, pada tabel-3. ditampilkan jumlah kasus korupsi
yang diterima laporannya oleh Kepolisian dengan kasus korupsi yang telah diselesaikan.
Konsep “diselesaikan” dari data kepolisian adalah kasus korupsi yang telah dilimpahkan
oleh kepolisian ke kejaksaan yang selanjutnya akan memasuki tahap penuntutan di
pengadilan.




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                 10 
Draf Laporan Akhir
                                                                 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


                                                     Tabel-3
 Perbandingan Jumlah Kasus Korupsi yang Diterima laporannya oleh Kepolisian Dengan
          Jumlah Kasus Korupsi yang Telah Diselesaikan Tahun 2004-2009

    Kasus             2004          2005               2006               2007            2008            2009

  Dilaporkan            22            16                20                   29            28              17

 Diselesaikan           19                9             16                   19            26              11

       %             86,36          56,25              80,00             65,52            92,86          64,71
Sumber : Hasil Olahan Data Kepolisian Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara. 2009.

        Selanjutnya penanganan kasus korupsi yang memasuki tahapan banding di
pengadilan tinggi (lihat tabel-4) menunjukkan relatif cukup besarnya jumlah kasus korupsi
yang diterima oleh pengadilan tinggi dari pengadilan negeri pada tahun 2006 dan 2007,
sedangkan ditinjau dari jenis putusan pada tahapan banding, ternyata persentase kasus
korupsi yang diputus bebas oleh pengadilan tinggi reratanya dari tahun 2004 hingga
tahun 2005 adalah 21,69%.

        Meskipun besaran persentase ini tidak dapat dijadikan bukti melemahnya
komitmen terhadap pemberantasan korupsi di Sulawesi Selatan, namun efek jera yang
diharapkan belum efektif. Bahkan berdasarkan data yang diperoleh dari kejaksaan tinggi
Sulawesi Selatan (lihat kembali tabel 2) angka absolut dan persentase pertambahannya
dari tahun 2006-2009 menunjukkan kecenderungan yang cukup besar.

                                                     Tabel-4

   Jumlah Kasus Korupsi yang Diterima oleh Pengadilan Tinggi dari Pengadilan Negeri
            Menurut Jenis Putusan (Terbukti atau Bebas)Tahun 2004-2009

               Kasus                          2004      2005           2006        2007       2008        2009

 Pengadilan Negeri                             6         19             26          23          16          14

             Terbukti                          6         11             20          14          13          11
             Persentase ( % )             100,00        57,89          76,92      60,87       81,25       78,57
 Jenis
 Putusan
             Bebas                             0          6              5           9            3         3
             %                                0,00      31,58          19,23      39,13       18,75       21,43

 Masih dalam proses/ Tunggakan                  0         2              1           0           0          0
 Persentase (%)                               0,00      10,53          3,85        0,00         0,00       0,00
Sumber : Hasil Olahan Data Pengadilan Tinggi Sulawesi Selatan. 2009.




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                            11 
Draf Laporan Akhir
                                                         Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan



          Indikator lain yang menonjol adalah penyelenggaraan layanan satu atap.
Pada sisi lain oleh karena indikator yang digunakan adalah “peraturan daerah”
maka meskipun terdapat beberapa kabupaten yang telah melaksanakan
pelayanan satu atap namun dengan payung hukum SK Bupati, maka dalam
evaluasi ini tidak dimasukkan sebagai kabupaten/kota yang telah memiliki
peraturan daerah pelayanan satu atap. Upaya pemerintah daerah dalam
meningkatkan kualitas pelayanan publik yang diwujudkan dalam bentuk pelayanan
satu atap, kemudian dikembangkan menjadi pelayanan satu pintu. Sepintas kedua
konsep ini sama, namun apabila dicermati ternyata dalam implementasi berbeda.
Dalam implementasi konsep pelayanan satu atap, kecenderungan yang terlihat
adalah sejumlah unit kerja ditempatkan dalam satu atap/di lokasi tertentu, tetapi
dalam memberikan pelayanan setiap unit kerja tersebut bekerja sendiri-sendiri
atau menerbitkan izin sendiri, sedangkan dalam konsep pelayanan satu pintu,
keterpaduan pemberian pelayanan lebih ditonjolkan. Jadi berbagai jenis perizinan
yang diurus oleh masyarakat pintu masuk dan keluarnya sama dan dikerjakan
oleh aparat yang ditempatkan pada kantor pelayanan (perizinan) terpadu tersebut.

        Peningkatan jumlah kabupaten/kota yang telah memiliki peraturan daerah
pelayanan satu atap/pintu sangat menonjol pada tahun 2008. Hasil penelusuran
tim evaluasi menunjukkan bahwa hal ini juga banyak dipengaruhi oleh terbitnya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, dimana sejumlah daerah memberikan respons yang positif dan
melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap PP tersebut.


                                               Tabel-6
 Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah tentang Pelayanan
 Satu AtapTahun 2004-2009 (Jumlah Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan sebanyak 23)

   Pelayanan Satu
                              2004        2005           2006         2007          2008          2009
     Atap/Pintu

        Jumlah                  2          3              4             5             12           12

            %                 8,70        13,04      17,39            21,74         52,17        52,17
         Sumber : Hasil Olahan Data Pemprov Sulsel dan Kab/Kota Se-Sulsel. 2009.
         (Kabupaten Toraja Utara yang baru terbentuk belum dimasukkan dalam
          perhitungan)

BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                   12 
Draf Laporan Akhir
                                                      Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan



        Untuk pencapaian tingkat demokrasi, tolok ukur yang digunakan mencakup
lima indikator hasil yakni: (1) Gender Development Index (GDI); (2) Gender
Empowerment Meassurement (GEM); (3) Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat
Dalam Pemilihan Kepala Daerah Provinsi; (4)                        Tingkat Partisipasi Politik
Masyarakat Dalam Pemilihan Legislatif; dan (5) Tingkat Partisipasi Politik
Masyarakat Dalam Pemilihan Presiden. Evaluasi berdasarkan kelima indikator
tersebut perkembangan/trendnya juga dilihat sejak tahun 2004 sebagai tahun
dasar hingga tahun 2009.

        Dalam hal pengarusutamaan gender, tabel-7 menujukkan bahwa angka
Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerment Meassurement
(GEM) di Sulawesi Selatan masih di bawah GDI dan GEM nasional. Artinya,
pengarusutamaan gender sebagai salah satu strategi pembangunan yang
dilakukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender di Sulawesi Selatan
belum berjalan sebagaimana diharapkan.

                                           Tabel-7
   Perbandingan Angka Gender Development Index dan Angka Gender Empowerment
                 Meassurement dengan Human Development Index
                               Tahun 2004-2009

                                                       Capaian Tahun
         Indikator
                                 2004     2005          2006          2007           2008        2009
 Gender Development
 Index (GDI)
    - Nasional                   63,94    65,13        65,30
                                                                      65,80
    - Sulsel                     56,90    57,40        59,80
 Gender Empowerment
 Meassurement GEM)
    - Nasional                   59,67    61,32        61,80
                                                                      62,10
    - Sulsel                     49,20    50,00        51,80

        Menyangkut tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala
daerah provinsi, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, terlihat bahwa tingkat
partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan presiden lebih tinggi dibanding dua
jenis pemilihan yang lain. Selanjutnya apabila capaian Sulawesi Selatan
dibandingkan dengan capaian Nasional, ternyata tingkat partisipasi politik
masyarakat Sulawesi Selatan lebih tinggi dari pada capaian nasional.



BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                13 
Draf Laporan Akhir
                                                Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan



2.1.3. Rekomendasi Kebijakan

1. Penanganan korupsi, sebagai bagian dari perbaikan demokrasi dan kebijakan
publik, selain diupayakan melalui tindakan pemberantasan yang bisa memberi
efek jera agar perilaku korupsi dapat ditekan, idealnya juga ditekankan pada
upaya pencegahan melalui perbaikan sistem administrasi birokrasi dan perbaikan
sistem penggajian pegawai/aparat.
2.    Peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemeilihan kepala daerah,
pemilu legislatif dan pemilihan presiden, selain didorong dalam makna
peningkatan jumlah orang yang terlibat dalam pemilihan, idealnya juga didorong
kearah minimalisasi potensi konflik antar pendukung dan perbaikan efisiensi
penyelenggaraan kampanye.

2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

2.2.1. Capaian Indikator Kualitas Sumberdaya Manusia

a. Capaian Indikator IPM

        Dilihat dari indikator IPM, capaian kualitas SDM Sulawesi Selatan selama
2004-2008 berada dibawah rata-rata nasional. Rata-rata IPM nasional telah
mencapai angka di atas 70 sejak tahun 2006 dan bertahan hingga 2008,
sementara rata-rata IPM Sulawesi Selatan mencapai angka di atas 70 nanti pada
tahun 2008.
        Dilihat dari aspek relevansinya, terlihat bahwa pada tahun 2007-2008 tren
pencapaian IPM Sulawesi Selatan sejalan dengan tren pencapaian IPM nasional,
yakni sama-sama meningkat. Ini menunjukkan bahwa pada 2007-2008 upaya
pembangunan bidang pembangunan manusia di IPM Sulawesi Selatan relevan
dengan arah kebijakan dan pencapaian IPM nasional. Pada periode sebelumnya,
yakni 2004-2006, terdapat perbedaan tren dimana tren pencapaian IPM nasional
meningkat sedangkan tren pencapaian IPM Sulawesi Selatan menurun. Ini
mengindikasikan rendahnya relevansi dari pembangunan kualitas SDM Sulawesi
Selatan pada 2004-2006.
        Dilihat dari aspek efektivitasnya, terlihat bahwa rata-rata pencapaian IPM
Sulawesi Selatan meningkat terus dari tahun ke tahun sejak 2004 hingga 2009. Ini
menunjukkan bahwa upaya pembangunan yang dijalankan selama ini cukup

BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                          14 
Draf Laporan Akhir
                                                         Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan



efektif, meskipun dengan efektivitas itu angka IPM yang dicapai belum mampu
menyamai rata-rata angka IPM nasional.


                                           Grafik - 2.2.1:
         Perbandingan capaian indikator indeks Pembangunan Manusia Sulawesi Selatan
                            dan Nasional dilihat dari indikator IPM




b. Capaian Indikator Kualitas SDM ( satuan % )

        Indikator kualitas SDM yang satuannya % dalam EKPD ini adalah bidang
pendidikan mencakup indikator             angka partisipasi murni, angka putus sekolah, angka
melek huruf, persentase guru yang layak mengajar; dalam bidang pendidikan mencakup
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang; serta dalam bidang keluarga berencana mencakup
indikator penduduk berKB dan laju pertumbuhan penduduk.

        Rata-rata capaian indikator kualitas SDM Sulawesi Selatan yang satuannya %
menunjukkan angka dibawah rata-rata nasional pada tahun 2004-2005, tetapi pada tahun
2006 capaian Sulawesi Selatan sudah menyamai capaian nasional, dan pada tahun
2007-2008 sudah di atas rata-rata nasional. Indikator yang paling berkontribusi di atas


BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                   15 
Draf Laporan Akhir
                                                           Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


rata-rata nasional pada 2007-2008 adalah persentase penduduk berKB dan persentase
guru yang layak mengajar Sekolah Menengah. Sedangkan indikator yang nyata dibawah
rata-rata nasional adalah angka melek huruf.

        Dilihat dari kriteria relevansi, tren capaian peningkatan kualitas manusia Sulawesi
Selatan pada tahun 2005-2006 sama dengan tren nasional yakni mengalami penurunan.
Pada tahun 2006-2007, tren nasional sudah mengalami peningkatan, dan peningkatan
tersebut berlanjut hingga 2007-2008. Sementara itu, tren pencapaian Sulawesi Selatan
masih berlanjut menurun pada 2006-2007, nanti pada 2007-2008 menunjukkan tren
meningkat.
             Berlanjutnya tren penurunan dalam capaian kualitas SDM Sulawesi Selatan
kemungkinan terkait dengan kurang intensifnya program/kegiatan tersebut mengingat
saat berlangsung pemilihan gubernur sehingga aktivitas pembangunan dan pelayanan
agak terganggu. Pada 2007-2008 tren naik mulai terjadi, kemungkinan ini terkait dengan
pemerintahan       yang    sudah     berjalan   baik       pasca     pemilihan      gubernur       sehingga
program/kegiatan pembangunan juga berjalan baik.

        Dilihat dari kriteria efektivitas, capaian indikator kualitas manusia Sulawesi Selatan
meningkat terus dari tahun ke tahun sejak 2004 hingga 2008, bahkan pada 2007 dan
2008 berhasil melewati capaian nasional. Ini menunjukkan bahwa upaya pembangunan
yang berjalan cukup efektif mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan terkait
peningkatan kualitas manusia. Program KB relatif dapat mengendalikan pertumbuhan
penduduk sehingga pertumbuhan penduduk dapat ditekan, dan ini seiring dengan
penduduk berKB yang semakin besar porsinya.




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                     16 
Draf Laporan Akhir
                                                        Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


                                          Grafik - 2.2.2:
                    Perbandingan capaian indikator kualitas SDM Sulawesi Selatan
                               dan Nasional dilihat dari indikator IPM




2.2.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

        Indikator paling spesifik dan menonjol dalam pencapaian kualitas manusia di
Sulawesi Selatan adalah IPM. Meskipun dalam indikator IPM terdapat aspek ekonomi
yakni daya beli, tetapi dua indikator lainnya terkait langsung dengan kualitas manusia
yakn indeks pendidikan dan indeks kesehatan. Secara umum IPM Sulawesi Selatan
masih dibawah rata-rata nasional, dan posisi relatiffnya dengan provinsi lain di Indonesia
adalah 21. Dengan posisi itu, IPM Sulawesi Selatan termasuk dalam 10 terendah IPMnya
di Indonesia, meskipun pada tahun 2008 nilainya sudah diatas 70.

        Tren meningkat IPM Sulawesi Selatan pada 2007-2008 sebagian besar terkait
dengan program pendidikan gratis serta pemberantasan buta aksara yang berjalan sejak
2007.    Pendidikan gratis dapat menekan angka putus sekolah yang pada gilirannya
memperbaiki angka rata-rata lama sekolah, sementara pemberantasan buta huruf dapat

BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                  17 
Draf Laporan Akhir
                                                   Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


meningkatkan angka melek aksara. Kedua indikator ini amat menentukan kecenderungan
naik pada IPM Sulawesi Selatan, mengingat pada indikator angka harapan hidup
(kesehatan) dan daya beli (ekonomi) pencapaian Sulawesi Selatan sudah di atas rata-rata
nasional.

        Bila dianalisis lebih jauh, tren meningkat pada IPM Sulawesi Selatan berpeluang
besar untuk berlanjut, mengingat pemenuhan hak dasar masyarakat terkait pembangunan
manusia merupakan substansi pokok visi RPJMD Sulawesi Selatan 2008-2014. Dengan
visi demikian, kebijakan pokok yang berjalan adalah pendidikan gratis dan kesehatan
gratis, yang kalau berjalan baik akan berkontribusi langsung pada pencapaian indeks
pendidikan dan indeks kesehatan.

        Salah satu faktor yang menjadikan efektivitas program/kegiatan peningkatan
kualitas manusia di Sulawesi Selatan belum memposisikan IPM Sulawesi Selatan di atas
rata-rata nasional adalah sulitnya menuntaskan pemberantasan buta huruf dan menekan
angka putus sekolah. Sebagian besar penduduk buta huruf berdiam di pelosok, mereka
adalah para orang tua atau generasi yang lahir tahun 1950-an ketika kawasan pelosok
Sulawesi Selatan masih dilanda kekacauan akibat pemberontakan DI/TII sehingga
banyak penduduk usia sekolah saat itu yang tidak masuk sekolah. Ini menjadikan
program pemberantasan buta huruf efektivitasnya tidak cukup untuk mengangkat IPM
Sulawesi Selatan di atas rata-rata nasional. Sementara itu, angka putus sekolah
umumnya terjadi pada anak-anak di dataran tinggi ataupun di pesisir dan pulau. Mereka
umumnya keluar dari sekolah karena lebih memilih mencari nafkah sebagai nelayan,
petani, tukang becak dan sebagainya, dimana orang tuanya juga mendorong untuk
bekerja. Ini menjadikan sehingga bukan saja soal faktor biaya tetapi juga faktor budaya
dan perilaku masyarakat (orang tua) dalam hal nilai pendidikan bagi anaknya.

2.2.3. Rekomendasi Kebijakan

     1. Program/kegiatan penuntasan pemberantasan buta aksara di Sulawesi Selatan
          seyogianya diarahkan lebih terfokus dan tuntas. Terfokus dan tuntas berarti
          bahwa kegiatan pemberantasan buta hurus harus fokus menemukan orang-
          orang yang buta aksara dan menuntaskan pemberantasan buta aksaranya. Sub-
          dinas Pendidikan Luar Sekolah yang menjalankan tugas ini idealnya membangun
          sinergitas dengan daerah kabupaten/kota dalam menemukan dan menuntaskan
          pemberantasan buta aksara. BPS juga idealnya berperan lebih substansial yakni
          menunjukkan lokasi-lokasi dari rumah tangga buta aksara.




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                             18 
Draf Laporan Akhir
                                                         Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


     2. Program/kegiatan pendidikan gratis yang saat ini didorong pemerintah Sulawesi
          Selatan     idealnya    diperkuat   sinergitasnya        dengan      upaya      serupa      pada
          kabupaten/kota       dan    perhatian   pada     anak-anak        yang     bekerja     sehingga
          meninggalkan bangku sekolah idealnya didekati untuk bisa menjadi murid
          sekolah kembali. Sekedar pendidian gratis (yang digalakkan selama ini) belum
          cukup untuk menekan angka putus sekolah, program/kegiatan ini harus mencari
          dan menjangkau anak usia sekolah yang saat ini teah bekerja untuki disadarkan
          dan dianaliss komitmennya bagi tim nasional.
     3. Revitalisasi keluarga berencana dengan fokus pada keluarga miskin dan keluarga
          di daerah terpencil. Pertumbuhan penduduk pada keluarga miskin perlu menjadi
          perhatian karena angka kelahiran yang tinggi pada golongan tersebut identik
          dengan reproduksi SDM berkualitas rendah berhubung lemahnya kemampuan
          mereka dalam akses penddidikan dan cenderung mendorong anaknya ke dunia
          kerja. Dengan fokus program KB pada keluarga miskin maka pengaruh tekanan
          kemiskinan atas rendahnya kualitas SDM dapat diredam. Begitu pula program
          KB pada daerah terpencil, khususnya pada komunitas dataran tinggi, pesisir dan
          pulau, akan berefek meredam pengaruh tekanan populasi atas eksploitasi
          lingkungan dan dengan itu kualitas SDM dapat lebih meningkat pada lokasi-
          lokasi spesifik tersebut.



2.3. Tingkat Pembangunan Ekonomi

2.3.1. Capaian Indikator

        Tiga indikator utama yang digunakan untuk mengukur tingkat pembangunan
ekonomi, yaitu kinerja ekonomi makro, investasi dan infrastruktur. Untuk ekonomi makro,
ukuran-ukuran yang digunakan adalah: 1) laju pertumbuhan ekonomi; 2) persentase
ekspor terhadap PDRB; 3) persentase output manufaktur terhadap PDRB; 4) persentase
output UMKM terhadap PDRB; 5) pendapatan perkapita; dan 6) laju inflasi. Sedangkan
kinerja invesatsi dilihat dari dua sisi, yaitu investasi modal asing (PMA) dan modal dalam
negeri (PMDN). Untuk infrastruktur, ukuran yang digunakan adalah panjang jalan negara,
provinsi dan kabupaten menurut kondisinya (baik, sedang dan buruk). Berikut ini akan
disajikan kinerja ketiga macam indikator ini:

Ekonomi Makro

        Data persentase output UMKM tidak dapat diprofil karena sulitnya mendapatkan
data yang berkualitas. Oleh karena itu hanya lima jenis data yang menjadi perhatian dari



BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                   19 
Draf Laporan Akhir
                                                                                  Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


analisis ini. Mengingat satuan ke lima indikator ekonomi makro yang dianalisis relatif
beragam, maka tiga indikator pertama (laju pertumbuhan ekonomi, persentase ekspor
terhadap PDRB, dan persentase output manufaktur terhadap PDRB) diolah terpisah dari
dua indikator lainnya. Kinerja ketiga indikator ini dibandingkan dengan kinerja nasional
disajikan pada Gambar 2.3.1.
         Grafik 2.3.1 menunjukkan
                                              30
bahwa kinerja laju pertumbuhan
                                              25
ekonomi sulsel sampai dengan
                                              20                                                                                                                                           Laju Pertumbuhan
tahun 2008 selalu lebih baik                                                                                                                                                               ekonomi

                                              15




                                          %
dari kinerja nasional. Demikian                                                                                                                                                            Persentase ekspor
                                                                                                                                                                                           terhadap PDRB

                                              10
juga, kinerja persentase ekspor                                                                                                                                                            Persentase output
                                                                                                                                                                                           Manufaktur
                                                                                                                                                                                           terhadap PDRB
terhadap PDRB, kecuali pada                    5

tahun 2004. Namun demikian,                    0   N asional

                                                               S ulsel

                                                                             N asional

                                                                                         S ulsel

                                                                                                   N asional

                                                                                                               S ulsel

                                                                                                                         N asional

                                                                                                                                     S ulsel

                                                                                                                                               N asional

                                                                                                                                                           S ulsel

                                                                                                                                                                     N asional

                                                                                                                                                                                 S ulsel
harus     diakui    bahwa      kinerja
output    manufkatur      di    Sulsel                 2004                      2005                 2006                   2007                  2008                 2009

belum              menggembirakan
dibandingkan kinerja nasional.

         Jika ketiga indikator di atas dirata-ratakan, maka akan tanpak bahwa kinerja
ekonomi makro Sulsel relatif menggembirakan. Nampak bahwa, nilai rata-ratanya
meningkat dari tahun ke tahun sampai dengan tahun 2008 (Data tahun 2009 dikeluarkan
karena data dua variabel lainnya tidak ada sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan
bias nilai rata-rata).

         Untuk menunjukkan bahwa bahwa kinerja ketiga variable di atas cukup baik, maka
tren rata-rata nilainya juga dihitung. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tren ini cukup
positif juga dan melampui kinerja tren nasional. Grafik dari nilai rata-rata indikator dan
trennya disajikan pada Grafik 2.3.2 dan 2.3.3.




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                                                                                                                  20 
Draf Laporan Akhir
                                                                                 Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


                                                                Grafik 2.3.2.
 Perbandingan kinerja rata-rata ketiga indikator (laju pertumbuhan ekonomi, persentase
   ekspor terhadap PDRB, dan persentase output manufaktur terhadap PDRB) Sulsel
                               terhadap kinerja nasional.

                                 20
   % Pertumbuhan Ekonomi Makro




                                 16
         (Rerata 3 variable)




                                 12
                                                                                                                                   Nasional
                                                                                                                                   Sulsel
                                  8

                                  4

                                  0
                                       2004      2005          2006              2007         2008           2009




                                                               Gambar 2.3.3.
    Perbandingan kinerja tren rata-rata ketiga indikator (laju pertumbuhan ekonomi,
 persentase ekspor terhadap PDRB, dan persentase output manufaktur terhadap PDRB)
                           Sulsel terhadap kinerja nasional.


                                 20                                                                      0.5
   % Pertumbuhan Ekonomi Makro




                                 16                                                                      0.4

                                                                                                                Tren Pertumbuhan
         (Rerata 3 variable)




                                                                                                         0.3                       Capaian
                                 12                                                                                                Nasional
                                                                                                         0.2                       Capaian
                                                                                                                                   Sulsel
                                  8                                                                                                Tren
                                                                                                         0.1
                                                                                                                                   Nasional
                                                                                                                                   Tren Sulsel
                                  4                                                                      0

                                  0                                                                      -0.1
                                       2004    2005     2006          2007          2008       2009




Pendapatan Perkapita

                                 Pendapatan perkapita juga memiliki peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini
menggembirakan karena dapat secara langsung mengindikasikan adanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Walaupun demikian, nilai pendapatan ini masih jauh lebih
rendah dari rata-rata pendapatan nasional seperti dapat dilihat pada Grafik 2.3.4. Hal
yang relatif meresahkan adalah gap pendapat perkapita antara nasional dan Sulsel
meningkat dari tahun ke tahun seperti grafik yang disajikan pada Grafik 2.3.5.



BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                                                      21 
Draf Laporan Akhir
                                                                                                                                                Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


                                                    Tren peningkatan pendapatan perkapita seperti ditunjukkan pada Grafik 2.3.6 juga
menunjukkan fenomena yang sama. Peningkatan pendapatan perkapita jelas selalu lebih
rendah dari peningkatan pendapatan perkapita nasional.

                                                                                 Grafik 2.3.4.
                                                   Perbandingan kinerja pendapatan perkapita Sulsel terhadap kinerja nasional.

                                                   25.00
   Pemdapatan per kapita, Rp juta




                                                   20.00


                                                   15.00


                                                   10.00


                                                    5.00


                                                    0.00
                                                           Nasional


                                                                             Sulsel


                                                                                      Nasional


                                                                                                        Sulsel


                                                                                                                 Nasional


                                                                                                                                   Sulsel


                                                                                                                                                    Nasional


                                                                                                                                                                      Sulsel


                                                                                                                                                                                 Nasional


                                                                                                                                                                                                   Sulsel


                                                                                                                                                                                                            Nasional


                                                                                                                                                                                                                              Sulsel
                                                                      2004                       2005                       2006                               2007                         2008                       2009




                                                                                  Grafik 2.3.5.
                                                   Perilaku gap pendapatan perkapita Sulsel dan pendapatan perkapita nasional.

                                                   12.00
     Gap Pendapatan Nasional vs Sulsel (Juta Rp)




                                                   10.00




                                                    8.00




                                                    6.00




                                                    4.00
                                                                       2004                         2005                                    2006                               2007                         2008




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                                                                                                                                                 22 
Draf Laporan Akhir
                                                                                        Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


                                                                  Grafik 2.3.6.
                                             Tren Pertumbuhan pendapatan perkapita Sulsel dan nasional.

                                     25.00                                                                0.4
   Pendapatan per kapita (Rp juta)


                                     20.00




                                                                                                                Tren Pertumbuhan
                                                                                                          0.3
                                                                                                                                          CapaianNasional
                                     15.00
                                                                                                                                          CapaianSulsel
                                                                                                          0.2
                                                                                                                                          Tren Nasional
                                     10.00
                                                                                                                                          Tren Sulsel
                                                                                                          0.1
                                      5.00

                                      0.00                                                                0
                                             2004      2005          2006    2007   2008        2009




Laju Inflasi

                                       Laju inflasi Sulsel relatif sejalan dengan laju inflasi pada tingkat nasional. Pola
inflasi ini dapat dilihat pada Grafik 2.3.7. Kinerja Sulsel yang relatif signifikan menahan
laju inflasi terlihat jelas pada tahun 2006, dimana laju inflasi Sulsel sekitar separuh dari
tingkat inflasi nasional. Tingkat inflasi tahun 2009 juga diramalkan akan jauh lebih rendah
dari pada laju inflasi tingkat nasional. Walaupun demikian data laju inflasi tahun 2009
untuk tingkat nasional belum diperoleh.




                                                                        Grafik 2.3.7.
                                                    Perbandingan laju inflasi tingkat Sulsel dan nasional.

                                     14.00

                                     12.00

                                     10.00
   Laju inflasi (%)




                                      8.00
                                                                                                                                                 Nasional
                                                                                                                                                 Sulsel
                                      6.00

                                      4.00

                                      2.00

                                      0.00
                                              2004            2005          2006        2007           2008                        2009




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                                                                    23 
Draf Laporan Akhir
                                                                                                                     Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan




Investasi PMA dan PMDN

                    Perbandingan pertumbuhan investasi PMA dan PMDN disajikan pada Grafik 2.3.8.
Pertumbuhan yang relatif signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan tingkat nasional
terjadi pada tahun 2008 untuk PMDN. Pada tahun 2009, tingkat pertumbuhan invesatsi di
Sulsel juga cukup tinggi baik untuk PMA maupun PMDN.

                                                 Grafik 2.3.8.
                      Perbandingan laju pertumbuhan investasi di tingkat Sulsel dan nasional.

                   400

                   300
   % Pertumbuhan




                   200
                                                                                                                                                    Persentanse Pertumbuhan
                                                                                                                                                    Realisasi Investasi PMA
                   100
                                                                                                                                                    Persentase Pertumbuhan
                                                                                                                                                    Realisasi Investasi PMDN
                     0

                   -100
                          Nasional



                                              Nasional



                                                                  Nasional



                                                                                      Nasional



                                                                                                          Nasional



                                                                                                                                Nasional
                                     Sulsel



                                                         Sulsel



                                                                             Sulsel



                                                                                                 Sulsel



                                                                                                                       Sulsel



                                                                                                                                           Sulsel
                   -200



                             2004                2005                2006                2007                2008                   2009



                    Dilihat dari nilai rata-rata kedua jenis investasi ini, memang nampak bahwa pada
dua tahun terakhir, kinerja investasi di Sulsel cukup baik, seperti dapat dilihat pada Grafik
2.3.9. Tren pertumbuhannya juga cukup baik dibandingkan dengan tren nasional, Grafik
2.3.10.




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                                                                                    24 
Draf Laporan Akhir
                                                                                   Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


                                                                   Grafik 2.3.9.
                                       Perbandingan rata-rata laju pertumbuhan investasi (PMA dan PMDN)
                                                         di tingkat Sulsel dan nasional.

                                     160
   Rata-rata pertumbuhan investasi


                                     120
            PMA+PMDN (%)




                                      80
                                                                                                                                      Nasional
                                      40
                                                                                                                                      Sulsel
                                       0
                                             2004      2005      2006          2007           2008          2009
                                     -40

                                     -80




                                                                    Grafik 2.3.10.
                                           Perbandingan tren laju pertumbuhan investasi (PMA dan PMDN)
                                                           di tingkat Sulsel dan nasional.


                                     160                                                                     80
   investasi PMA+PMDN (%)




                                     120
                                                                                                             60
    Rata-rata pertumbuhan




                                                                                                                   Tren Pertumbuhan
                                      80                                                                                              Nasional
                                                                                                             40
                                                                                                                                      Sulsel
                                      40
                                                                                                                                      Nasional
                                                                                                             20
                                      0                                                                                               Sulsel
                                            2004     2005     2006      2007           2008          2009
                                                                                                             0
                                     -40

                                     -80                                                                     -20



Infrastruktur

                                     Data tentang kondisi jalan negara, provinsi dan kabupaten sulit distratifikasi
menurut tahunn karena perbedaan format data dari berbagai sumber data termasuk BPS.
Namun demikian pada tahun 2008, total panjang jalan di Sulsel mencapai 23.307 km.
Dari total ini, jalan negara dan provinsi masing-masing sepanjang 1.556 km dan 1.209
km, sisanya jalan kabupaten. Kualitas jalan nasional cukup baik dimana pada tahun 2009
hanya sekitar 43 km yang tergategori rusak. Namun secara total (nasional, provinsi dan
kabupaten), panjang jalan yang rusak mencapai 7.435 km.




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                                                         25 
Draf Laporan Akhir
                                                                              Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

        Terdapat empat indikator yang spesifik dan sangat menonjol pada aspek
pembangunan ekonomi di Sulsel yakni: 1) laju pertumbuhan ekonomi; 2) persentase
ekspor terhadap PDRB; 3) pendapatn perkapita; dan 4) pertumbuhan investasi.

Laju Pertumbuhan Ekonomi

        Seperti diutarakan sebelumnya, laju pertumbuhan ekonomi Sulsel dari tahun ke
tahun cukup baik, bahkan melampaui kinerja laju pertumbuhan ekonomi nasional. Bahkan
pada tahun 2008, pada saat resesi ekonomi dunia yang begitu buruk, laju pertumbuhan
ekonomi Sulsel masih dapat bertahan pada angka di atas 7%. Secara keseluruhan laju
pertumbuhan ekonomi Sulsel relatif stabil selama periode 2004 sampai 2009 seperti
ditunjukkan pada Grafik 2.3.11.

        Kondisi yang begitu stabil menunjukan bahwa instrumen pereknomian Sulsel
relatif baik. Instrument yang ada telah mampu menjaga stabilitas, termasuk stabilitas
politik dan keamanan, yang mampu menjaga kegairahan perekonomian Sulsel. Usaha-
usaha pemerintah dalam pembangunan infrastruktur (jalan, bandara, pelabuhan), bidang
pertanian seperti perbaikan irigasi, pencetakan sawah baru, perbaikan tanaman kakao
cukup berperan signifikan dalam menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi Sulsel.
Pengembangan sektor parawisata juga turut berpengaruh dalam menjaga pertumbuhan
ekonomi.
                                                               Grafik 2.3.11.
                                                 Laju pertumbuhan ekonomi Sulsel 2004-2009


                                              8.00
                   Laju Pertumbuhan Ekonomi




                                              6.00
                               (%)




                                              4.00


                                              2.00


                                              0.00
                                                     2004   2005   2006       2007       2008      2009




        Indikasi lain adalah semakin padatnya penumpang melalui pelabuhan udara
Sultan Hasanuddin. BPS Sulsel melaporkan bahwa: “Pada tahun 2007 penumpang yang
berangkat melalui pelabuhan udara Hasanuddin sebanyak 1.514.914 orang, atau
meningkat sebesar 6,59 persen dibandingkan tahun 2006, dimana penumpang yang
berangkat sebesar 1.421.245 orang. Sedangkan penumpang yang masuk Sulawesi
Selatan melalui pelabuhan udara Hasanuddin pada tahun 2006 sebanyak 1.509.649 jiwa

BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                                        26 
Draf Laporan Akhir
                                                                           Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


dan meningkat menjadi 1.646.318 jiwa pada tahun 2007 atau naik sebesar 9,05 persen.
Arus barang yang dibongkar melalui Pelabuhan Udara Hasanuddin tercatat 37.267 ton
yang terdiri dari 20.085 ton bagasi, 16.550 ton barang/kargo dan 632 ton paket pos.
Sedangkan barang yang dimuat melalui Pelabuhan Udara Hasanuddin tahun 2007
tercatat 60.033 ton yang terdiri dari 31.918 ton bagasi, 26.313 ton barang/cargo dan
sisanya sebanyak 802 ton paket pos”.


Persentase ekspor terhadap PDRB

                                 Peningkatan volume dan nilai ekspor Sulsel selama ini juga cukup baik. Sayang
data yang ada hanya mencakup periode 2004-2007. Oleh karena itu, grafik persentase
nilai ekspor terhadap PDRB Sulsel yang disajikan pada Gambar 2.3.12 hanya mencakup
periode ini. Walaupun demikian, tren dari kinerja ekspor ini terhadap peningkatan PDRB
Sulsel sangat baik. Ekspor hasil pertanian, seperti kakao, semakin bergairah akibat
peningkatan harga jual di pasar internasional. Harga hakao pada tahun 2006 yang hanya
sekitar Rp 11.000 per kg telah melonjak mencapai harga Rp 20 ribuan sejak tahun 2007
lalu. Pada tahun 2009, harga kakao bahkan telah mencapai Rp 25.000 per kg. Ekspor
komoditi penting Sulsel yang mengalami penurunan adalah komoditi-komoditi yang terkait
dengan hasil hutan, seperti kayu jadi, kayu olahan, kayu lapis dan rotan. Nilai ekspor
komoditi penting Sulsel pada tahun 2006, 2007 dan 2008 masing-masing mencapai (US$)
1.7 Milliar, 2.7 Milliar dan 1.8 Milliar.

                                                              Grafik 2.3.12.
                                          Persentase nilai ekspor terhadap PDRB Sulsel 2004-2007


                                  30.00
      Ekspor terhadap PDRB (%)




                                  24.00

                                  18.00

                                  12.00

                                   6.00

                                   0.00
                                           2004       2005      2006           2007          2008          2009




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                                     27 
Draf Laporan Akhir
                                                                         Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


Pendapatan Perkapita

                        Pendapatan perkapita Sulsel juga cukup menggembirakan kalaupun secara umum
masih dibawah nasional. Perbaikan pendapatan perkapita dari tahun ke tahun cukup
menggembirakan seperti dapat dilihat pada Grafik 2.3.13. Keadaan ini sejalan dengan
semakin menurunnya angka pengangguran yang tahun 2008 hanya mencapai 311.768
orang dari sebelumnya tahun 2007 sebesar 372.714 orang. Sebaliknya jumlah angkatan
kerja yang bekerja meningkat dari sebesar 2.939.463 orang pada tahun 2007 menjadi
3.136.111 orang pada tahun 2008. Perbaikan Bandara Sultan Hasanuddin dan semakin
berkembangnya usaha jasa di Sulsel telah semakin menggairahkan perekonomian Sulsel.
Industri hotel semakin berkembang ditandai dengan peningkatan jumlah hotel di Sulsel
dimana pada tahun 2006 hanya sebanyak 416 buah menjadi 487 buah pada tahun 2008.

                                                           Grafik 2.3.13.
                                               Penadapatan perkapita Sulsel 2004-2009


                                12.00
     Pendapatan Perkapita (Rp




                                 9.00
               Juta)




                                 6.00


                                 3.00


                                 0.00
                                        2004        2005      2006           2007          2008           2009



                        Bukti lain dari semakin membaiknya kinerja ekonomi di Sulsel adalah semakin
padatnya kendaraan bermotor di jalan. Grafik dibawah (Grafik 2.3.14) akan menunjukkan
peningkatan jumalah kendaraan dari tahun 2005 ke 2008. Jumlah sepeda motor pada
tahun 2008 naik 57.6% dibandingkan dengan tahun 2006. Sedangkan mobil naik dari
33% pada periode yang sama.




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                                   28 
Draf Laporan Akhir
                                                                                                   Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


                                                                               Grafik 2.3.14.
                                                                Jumlah kendaraan bermotor di Sulsel 2004-2009

                             3,600,000

                             3,000,000                                                                      232,184
   Jumlah Kendaraan




                             2,400,000                                                                     1,376,931
                                                                       174,333                                                         Mobil
                             1,800,000                                                                                                 Sepeda motor
                                                                       873,823
                                                                                                                                       Total
                             1,200,000

                                      600,000

                                                  -
                                                                2005             2006               2007               2008




Pertumbuhan Investasi

                                    Pertumbuhan investasi juga semakin baik, paling tidak seperti ditunjukkan pada
tahun 2008 dan 2009, Grafik 2.3.15. Investasi pada bidang-bidang industri keuangan dan
pengolahan hasil dan perdagangan serta jasa (hotel dan restoran) banyak mendominasi
peningkatan ini. Nilai PMDN dan PMA pada tahun 2009 masing-masing mencapai sekitar
Rp 3 triliun dan US$ 60 juta.


                                                                                 Grafik 2.3.15.
                                                          Pertumbuhan investasi (PMA dan PMDN) di Sulsel 2004-2009


                                                 150
                      Pendapatan Perkapita (Rp




                                                 120

                                                 90
                                Juta)




                                                 60

                                                 30

                                                      0
                                                             2004        2005           2006           2007            2008         2009



                                    Hal yang dapat menjadi kendala dari masuknya investasi di Sulsel adalah
ketersediaan listrik. Sejak beberapa tahun terakhir ini, provinsi ini mengalami masalah
kelistrikan. Pada musim kemarau, frekuensi kejadian pemadaman listrik relatif tinggi.
Ketersediaan air bersih juga dapat menjadi kendala dikemudian hari. Seperti halnya listrik,


BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                                                             29 
Draf Laporan Akhir
                                                          Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


air dari PDAM teutama untuk wialyah kota Makassar dan sekitarnya tidak mengalir pada
saat musim kemarau.

        Jalan negara dan provinsi yang panjangnya sekitar 2.765 km dan sekitar 21.541
km jalan kabupaten (Grafik 2.3.13) cukup membantu pergerakan barang dari satu
kabupaten ke kabupaten lain untuk menggairahkan perekonomian termasuk investasi.
Namun tingkat kerusakan dari total jalan negara, provinsi dan kabupaten yang mencapai
7.435 km pada tahun 2008 dapat menjadi kendala serius dalam meransang investasi di
wilayah ini. Bahkan, tanpa penanganan yang baik, kendala kualitas jalanan ini akan
mengganggu pergerakan perkenomian secara umum.

                                         Grafik 2.3.13.
                  Kondisi jalan negara, provinsi dan kabupaten di Sulsel 2008

                      Kondisi Jalan Negara + Provinsi + Kabupaten (km) Tahun 2008



                                   Rusak Berat,
                                     2733.93

             Rusak ringan ,
               4701.58                                                           Baik, 10617.9




                              Sedang, 6253.72




2.3.3. Rekomendasi Kebijakan

Berdasarkan uraian di atas, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulsel, hal-hal
berikut ini perlu mendapatkan perhatian:
     1. Usaha-usaha peningkatan pendapatan perkapita perlu terus dilakukan dengan
         mengengksplorasi peluang-peluang peningkatan usaha dan investasi yang
         memungkinkan terjadinya penyerapan tenaga kerja.
     2. Kebijakan-kebijakan insentif perlu dibangun oleh pemerintah terutama untuk
         mendorong investasi di Sulsel. Kebijakan ini dapat berupa kepastian hukum,
         insentif pajak, promis dan kemudahan dalam administrasi.
     3. Segala perangkat kebijakan harus dieksplorasi kembali untuk melihat koherensi
         antar kebijakan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulsel.




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                    30 
Draf Laporan Akhir
                                                     Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


     4. Kegiatan yang memungkinkan terjadinya ekonomi biaya tinggi harus diminimalkan
         sehingga pergerakan jasa dan barang menjadi lebih efisien dan ekonomis.
     5. Ketersediaan listrik dan air harus menjadi perhatian sehingga tidak menurunkan
         minat para investor di wilayah ini.
     6. Kondisi keamanan wilayah harus dijaga sekondusif mungkin sehingga semua
         pihak merasa nyaman berdomisili di wilayah ini.
     7. Kualitas transportasi (darat, laut dan udara) perlu semakin ditingkatkan sehingga
         lalu lintas perputaran barang dan jasa semakin lancar untuk mendukung
         perekonomian Sulsel.
     8. Kualitas jalan negara dan provinsi serta kabupaten perlu dijaga dengan baik
         sehingga tingkat kerusakan dapat diminimalkan.
2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM


     2.4.1 Capaian Indikator

             Pencapaian indikator hasil (outcomes) kualitas pengelolaan sumberdaya alam
     disusun berdasarkan lima indikator pendukung (output) yaitu persentase luas lahan
     rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis, luas rehabilitasi lahan luar hutan, luas
     kawasan konservasi, jumlah tindak pidana perikanan, persentase terumbu karang
     dalam keadaan baik, dan luas kawasan konservasi laut. Tiga indikator output yang
     disebutkan pertama merefleksikan tingkat pengeloaan sumberdaya alam di darat
     sedangkan tiga yang disebutkan terakhir merupakan indikator kuaitas pengeloaan
     sumnberdaya laut.
             Berhubung karena satuan ke-enam indikator tersebut beragam (persen, luas,
     dan jumlah kejadian), maka hanya indikator output dengan satuan persentase dirata-
     ratakan untuk memberikan gambaran tentang kualitas pengeloaan sumberdaya alam
     di Sulawesi Selatan dibandingkan dengan kualitas pengeloaan seumberdaya alam
     nasional. Kedua indikator tersebut adalah persentase luas lahan rehabiliutasi
     terhadap keseluruhan luas lahan kritis di dalam hutan, dan persentase terumbu
     karang yang masih baik. Perbandingan indikator outcome tersebut ditampilkan pada
     grafik berikut




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                               31 
Draf Laporan Akhir
                                                           Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan




     Grafik di atas menunjukkan bahwa kulitas pengeloaan sumberdaya alam di Sulawesi
     Selatan terus menurun sejak tahun 2004 hingga tahun 2009. dan secara umum selalu
     berada di bawah rata-rata capain nasional. Pola fluktuasi capaian pengeloaan
     kualitas sumberdaya alam antara provinsi Sulawesi Selatan dengan nasional secara
     umum sama, kecuali pada tahun 2006 dimana capaian di Sulawesi Selatan lebih
     baik dari capaian nasional.
             Menurunnya kualitas pengeloaan sumberdaya alam dapat dipertegas dengan
     tren yang sering bernilai negatif sepanjang tahun 2004 hingga tahun 2009, kecuali
     dari tahun 2005 ke tahun 2006, baik secara nasional maupun di Provinsi Sulawesi
     Selatan. Meskipun demikian, tren Sulawewsi Selatan cenderung lebih baik dari pada
     tren nasional, sehingga dari tahun 2008 ke tahun 2009 capaian kulaitas pengeloaan
     sumberdaya alam di Sulawesi Selatan relatif konstan.

     Analisis Relevansi

             Dengan membandingkan tren kualitas pengeloaan sumberdaya alam antara
     Sulawesi     Selatan dengan          nasional,   dapat      diketahui apakah tujuan/sasaran
     pembangunan yang direncanakan dalam pengeloaan sumberdaya alam mampu
     menjawab       permasalahan          utama/tantangan.       Seperti     yang      telah     disinggung
     sebelumnya, dan sebagaimana yang ditunjukkan pada grafik, sebelum tahun 2007,
     tren Sulawesi Selatan lebih baik dari tren nasional. Artinya, pembangunan dalam
     bidang sumberdaya Alam di Sulawesi Selatan sejalan bahkan memberikan kontribusi
     yang besar bagi tujuan pembangunan kulaitas sumberdaya alam nasional. Namun


BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                     32 
Draf Laporan Akhir
                                                               Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


     demikian pada tahun 2007 tren Sulawesi Selatan lebih rendah dari tren nasional,
     yang mengindiksikan bahwa pada tahun itu, kontribusi Sulawesi Selatan bagi
     pencapaian sasaran pembangunan di bidang kulitas sumberdaya alam dan dalam
     menjawab permasalahan kualitas sumberdaya alam                          nasional rendah. Kondisi ini
     berlanjut hingga tahun 2008. Pada tahun 2009 diperkirakan tren Sulawesi Selatan
     akan membaik, dimana tingkat pengeloaan sumberdaya alam akan relatif sama
     dengan tahun 2008. Meskipun demikian, jika secara nasional, tren 2007-2008
     berlanjut, maka tren Sulawesi Selatan tetap lebih rendah dari tren nasional.
             Tren perkembangan luas rehabilitasi
     lahan luar hutan, indikator output yang dapat
     memberikan gambaran kualitas sumberdaya
     alam, di Sulawesi Selatan juga sejalan
     dengan       tren    nasional,       seperti     yang
     ditunjukkan pada grafik sebelah kanan. Hal
     ini   juga     dapat      menegaskan           bahwa
     pembagunan SDA di SulSel relevan dengan
     sasaran pembangunan sumberdaya alam
             Idikator output yang lain yang
     dapat memberikan gambaran kualitas
     pengeloaan sumberdaya alam adalah
     luas lahan konservasi di daratan. Tren
     perubahan       luas     lahan       konservasi
     menunjukkan nilai yang selalu               negatif
     yang menunjukkan luas lahan konservasi
     terus menurun, baik secara nasional
     maupun di Sulawesi Selatan. Dari grafik
     terlihat bahwa tren Sulawesi Selatan berada di bawah tren nasional pada tahun 2005,
     tetapi selanjutnya sama dan akhirnya pada tahun 2007 lebih baik dari tren nasional.
     Dengan perubahan gren seperti ini maka dapat dikatakan bahwa berdasarkan luas
     lahan konservasi, pembangunan kualitas pengeloaan sumberdaya alam di Sulawesi
     Selatan telah sejalan dengan sasaran pemabangunan sumberdaya alam nasional.
             Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hingga tahun 2007 pembangunan
     kualitas     sumberdaya      alam      di    Sulawesi         Selatan     sejalan      dengan      sasaran
     pembangunan nasional atau mampu berkontribusi bagi penyelesaian permasalahan
     kulitas sumberdaya alam secara nsional. Tetapi mulai tahun 2007, kontribusi tersebut
     melemah.


BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                         33 
Draf Laporan Akhir
                                                           Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


     Analisis Efektivitas

     Dengan membandingkan kualitas sumberdaya alam antara tahun berjalan dengan
     tahun sebelumnya, maka dapat diketahui sejauhmana efektivitas pembangunan
     dalam bidang pengeloaan sumberdaya alam di Sulawesi Selaan. Seperti yang
     ditunjukkan pada grafik, kualitas sumberdaya alam pada tahun 2005 lebih baik dari
     tahun 2004, demikian juga dengan tahun 2006 lebih baik dari tahun 2005. Dengan
     demikian dapat disebutkan pada pada tahun 2005 dan 2006, pembangunan dalam
     bidang pengeloaan sumberdaya alam di Sulawesi Selatan cukup efektif. Namun
     demikian, kualitas sumberdaya alam pada tahun 2007 lebih rendah daripada tahun
     2006, demikian juga dengan 2008 lebih rendah dari tahun 2007. Dengan demikian
     dapat dikatakan bahwa pada tahun 2007 dan tahun 2008, pembangunan dalam
     bidang pegeloaan sumberdaya alam di Sulawesi Selatan kurang efektif.

               Efektifnya pembangunan sumberdaya Alam pada tahun 2005 dan 2006
     tersebut terutama dikontribusi oleh meningkatnya persentase rehabilitasi lahan kritis
     di dalam hutan menjadi 78% pada tahun 2005 dan 98% pada tahujn 2006. Sejalan
     dengan itu, penurunan efektivitas pembangunan pada tahun 2007 dan 2008 juga
     dikontribusi oleh menurunnya secara signifikan persentase rehabilitasi lahan kritis
     dalam hutan pada tahun tersebut, yatitu menjadi hanya 27% pada tahun 2006 dan
     14% pada tahun 2008.

               Pembangunan sumberdaya alam
     kehutanan, berdasarkan dua indikator
     output      yaitu     luas      lahan    yang
     direhabilitasi di luar hutan dan luas
     lahan konservasi di daratan, dapat
     dinilai    efektif.   Seperti   yang    dapat
     ditunjukkan pada grafik beikut, luas
     lahan rehabilitasi luar hutan dan luas
     konservasi meningkat dalam periode
     2004-2009. Bahkan, terjadi peningkatan
     sangat     signifikan    pada    luas   lahan
     rehabilitasi luar hutan dari sekitar 2
     ribuan hektar pada tahun 2007 menjadi
     80 ribuan hektar pada tahun 2008 dan
     diperkirakan 90,000 ha pada tahun
     2009.      Sebaliknya,       menjadi    terjadi


BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                     34 
Draf Laporan Akhir
                                                    Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


     peningkatan secara konsisten pada luas kawasan konservasi dari tahun 2005 hingga
     tahun 2009, terjadi penurunan sigvinifikan dari 304 ribu ha pada tahun 2004 menjadi
     258 ribu ha pada tahun 2005.


     2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

             Dari dua indikator output yang dipakai mengukur outcome capaian pengeloaan
     sumberdaya alam, persentase rehabilitasi terhadap total lahan kritis di dalam hutan
     memiki fluktuasi yang tinggi sehingga capaian kualitas sumerdaya alam dari tahun ke
     tahun sangat bervariasi. Seperti yang dapat dilihat pada Grafik di bawah, pada tahun
     2005, persentase lahan yang direhabilitasi meningkat secara signifikan menjadi 78%
     dari hanya 57% tahun sbelumnya. Angka ini selanjutnya meningkat lagi menjadi 98%
     pada tahun 2006.
             Persentase lahan yang direhabilitasi selanjutnya turun secara signifikan
     menjadi 27% pada tahun 2007, dan hanya 14 % pada tahun 2008. Pada tahun 2009,
     persentase lahan yang direhabilitasi terhadap total laha kritis di kawasan hutan
     diperkirakan sama dengan tahun 2008 yaitu sekitar 14%.
             Fluktuasi persentase lahan yang yang direhabilitasi terhadap total luas lahan
     kritis di kawasan hutan dalam periode 2004 – 2009 ditunjukkan pada Gambar berikut.




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                              35 
Draf Laporan Akhir
                                                     Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


     Tidak seperti persentase lahan yang direhabilitasi, persentase terumbu karang yang
     masih baik secara konsisten menurun dari 30% pada tahun 2004 menjadi hanya 22%
     pada tahun 2009, seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut.




     Meskipun sejumlah program konservasi terumbu karang telah dilakukan di provinsi
     Sulawesi Selatan dari berbagai sumber dana, termauk program Coremap I dan
     program Coremap II, laju pengrusakan terumbu karang ternyata tidak bisa dihentikan.
             Penyebaran kondisi terumbu karang di perairan ulawesi Selatan ditunjukkan
     pada Table berikut
                                           Tabel 2.4.1
                 Penyebaran kondisi terumbu karang di perairan sulawesi Selatan
                                          Jumlah        Sangat          Baik       Kritis      Rusak
     Kawasan
                                          Stasiun       Baik (%)        (%)         (%)         (%)
     Kepulauan Supermonde                    61            2             13          34          51
     Laut Flores                            118            2             26          37          35
     Teluk Bone                             78            10             10          17          63
     Selat Makassar                           8            0              0          25          75
     Rata rata Sul Sel                      265            4             18          30          48


     2.4.3 Rekomendasi Kebijakan

             Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan kualitas
     sumberdaya alam di Sulawessi Selatan dalam lima tahun terakhir ini relevan dengan
     pembangunan nasional, artinya sejalan dengan pencapaian nasional. Dengan kata
     lain, Sulawesi Selatan berkontreibusi pada pencapaian nasinal. Jika pencapaian
     nasional tersebut sesuai dengan sasaran, maka pembangunan telah dapat




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                               36 
Draf Laporan Akhir
                                                          Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan


     menyelesaikan masalah dalam kualitas sumberdaya alam. Namun demikian
     pencapaian tersebut tidak efektif. Oleh karena itu direkomendasi kebijakan berikut :
        1. Pembangunan           kualitas   sumberdaya         alam     perlu     diefektifkan      dengan
             memperbaiki format dan frame work nya, terutama yang berhubungan dengan
             perencanaan,       pelibatan   selurih       stakeholder,      dan     pengendalian         dan
             pemantauan program
        2. Jangkauan pembangunan kualitas sumberdaya alam perlu ditingkatkan, baik
             secara spasial sehingga mencakup lebih banyak wilayah juga seara tematik
             sehingga terjadi atas berbagai program pada berbagai khasanah (laut, darat,
             hutan, pesisir, pegunungan).

     Peran pemerinah pusat perlu ditingkatkan dalam pengeloaan sumberdaya alam,
     paling tidak dalam lenyediaan dana dalam bentuk block grant untuk dilakasanakan di
     daerah.




BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009                                                                    37 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS

More Related Content

What's hot

Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBBLapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBBEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaEKPD
 
Penyusunan RPJPD
Penyusunan RPJPD                                                       Penyusunan RPJPD
Penyusunan RPJPD 93220872
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTAEKPD
 
Panduan lakip agustus 2011 final
Panduan lakip agustus 2011 finalPanduan lakip agustus 2011 final
Panduan lakip agustus 2011 finalUswatan Niswati
 
Sinkronisasi Antar Dokumen (Pengantar)
Sinkronisasi Antar Dokumen (Pengantar)Sinkronisasi Antar Dokumen (Pengantar)
Sinkronisasi Antar Dokumen (Pengantar)PSEKP - UGM
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAMLaporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAMEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIRLaporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIREKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratEKPD
 
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Eva...
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Eva...Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Eva...
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Eva...Penataan Ruang
 
Slide presentasi pmk 249 2011
Slide presentasi pmk 249 2011Slide presentasi pmk 249 2011
Slide presentasi pmk 249 2011Oelil Simbolon
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratEKPD
 
Sistem penganggaran
Sistem penganggaran Sistem penganggaran
Sistem penganggaran Arfan Fahmi
 
Pertemuan kelima indikator kinerja
Pertemuan kelima   indikator kinerjaPertemuan kelima   indikator kinerja
Pertemuan kelima indikator kinerjaRodlialRamdhan
 
Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD
Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD
Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD Dadang Solihin
 
Penyusunan RENSTRA
Penyusunan RENSTRAPenyusunan RENSTRA
Penyusunan RENSTRA93220872
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanEKPD
 

What's hot (20)

Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBBLapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
 
Penyusunan RPJPD
Penyusunan RPJPD                                                       Penyusunan RPJPD
Penyusunan RPJPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
 
Kebijakan perbaikan lakip 2012
Kebijakan perbaikan lakip 2012Kebijakan perbaikan lakip 2012
Kebijakan perbaikan lakip 2012
 
Panduan lakip agustus 2011 final
Panduan lakip agustus 2011 finalPanduan lakip agustus 2011 final
Panduan lakip agustus 2011 final
 
Sinkronisasi Antar Dokumen (Pengantar)
Sinkronisasi Antar Dokumen (Pengantar)Sinkronisasi Antar Dokumen (Pengantar)
Sinkronisasi Antar Dokumen (Pengantar)
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAMLaporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTB - UNRAM
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIRLaporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
 
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Eva...
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Eva...Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Eva...
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Eva...
 
Slide presentasi pmk 249 2011
Slide presentasi pmk 249 2011Slide presentasi pmk 249 2011
Slide presentasi pmk 249 2011
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
 
pengukuran dan evaluasi kinerja
pengukuran dan evaluasi kinerja pengukuran dan evaluasi kinerja
pengukuran dan evaluasi kinerja
 
Sistem penganggaran
Sistem penganggaran Sistem penganggaran
Sistem penganggaran
 
Pertemuan kelima indikator kinerja
Pertemuan kelima   indikator kinerjaPertemuan kelima   indikator kinerja
Pertemuan kelima indikator kinerja
 
Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD
Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD
Kebijakan Penyusunan Renstra SKPD
 
Penyusunan RENSTRA
Penyusunan RENSTRAPenyusunan RENSTRA
Penyusunan RENSTRA
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
 

Viewers also liked

Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPARLaporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAREKPD
 
iPhone Vs Blackberry in Indonesia
iPhone Vs Blackberry in IndonesiaiPhone Vs Blackberry in Indonesia
iPhone Vs Blackberry in Indonesiambak.uchii
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DIY
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DIYHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DIY
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DIYEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KEPULAUAN BANGK...
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KEPULAUAN BANGK...HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KEPULAUAN BANGK...
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KEPULAUAN BANGK...EKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BANTEN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BANTENHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BANTEN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BANTENEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAMLaporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAMEKPD
 
Exhibition
ExhibitionExhibition
Exhibitionninebank
 

Viewers also liked (8)

Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPARLaporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
 
iPhone Vs Blackberry in Indonesia
iPhone Vs Blackberry in IndonesiaiPhone Vs Blackberry in Indonesia
iPhone Vs Blackberry in Indonesia
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DIY
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DIYHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DIY
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI DIY
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KEPULAUAN BANGK...
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KEPULAUAN BANGK...HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KEPULAUAN BANGK...
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI KEPULAUAN BANGK...
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BANTEN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BANTENHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BANTEN
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI BANTEN
 
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAMLaporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
 
Exhibition
ExhibitionExhibition
Exhibition
 

Similar to Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS

Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRILaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRIEKPD
 
Tor bme phln pamsimas dan rise 1(1)
Tor  bme phln pamsimas dan rise 1(1)Tor  bme phln pamsimas dan rise 1(1)
Tor bme phln pamsimas dan rise 1(1)Agung Jatmiko
 
Laporan pak suaib
Laporan pak suaibLaporan pak suaib
Laporan pak suaibLiza Nasa'i
 
Surat pekeliling perkhidmatan bilangan 2 tahun 2009
Surat pekeliling perkhidmatan bilangan 2 tahun 2009Surat pekeliling perkhidmatan bilangan 2 tahun 2009
Surat pekeliling perkhidmatan bilangan 2 tahun 2009Chon Seong Hoo
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuEKPD
 
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
Penyusunan Indikator Kinerja PembangunanPenyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
Penyusunan Indikator Kinerja PembangunanDadang Solihin
 
Indikator dan Perencanaan Penetapan Kinerja Prov Kalimantan Barat 121214
Indikator dan Perencanaan Penetapan Kinerja Prov Kalimantan Barat 121214Indikator dan Perencanaan Penetapan Kinerja Prov Kalimantan Barat 121214
Indikator dan Perencanaan Penetapan Kinerja Prov Kalimantan Barat 121214PSEKP - UGM
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurEKPD
 
Laporan kinerja-sekretariat-komisi-informasi-pusat-tahun-2016
Laporan kinerja-sekretariat-komisi-informasi-pusat-tahun-2016Laporan kinerja-sekretariat-komisi-informasi-pusat-tahun-2016
Laporan kinerja-sekretariat-komisi-informasi-pusat-tahun-2016Roy Siwabessy
 
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2010-2014 Tingkat Meso
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2010-2014 Tingkat MesoPelaksanaan Reformasi Birokrasi 2010-2014 Tingkat Meso
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2010-2014 Tingkat MesoNoviyarti Badri
 
Laporan Direktur EKPD
Laporan Direktur EKPDLaporan Direktur EKPD
Laporan Direktur EKPDEKPD
 
Panduan penyediaan skt
Panduan penyediaan sktPanduan penyediaan skt
Panduan penyediaan sktGeneviene Bong
 
Panduan penyediaan skt guru dan contoh penulisan
Panduan penyediaan skt guru dan contoh penulisanPanduan penyediaan skt guru dan contoh penulisan
Panduan penyediaan skt guru dan contoh penulisancik matahariku
 
Sistem Monitoring Kinerja Kebijakan Program dan Kegiatan yang Efektif
Sistem Monitoring Kinerja Kebijakan Program dan Kegiatan yang EfektifSistem Monitoring Kinerja Kebijakan Program dan Kegiatan yang Efektif
Sistem Monitoring Kinerja Kebijakan Program dan Kegiatan yang EfektifDadang Solihin
 
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerahKuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerahR Khairil Adi
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratEKPD
 

Similar to Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS (20)

Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRILaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
 
Tor bme phln pamsimas dan rise 1(1)
Tor  bme phln pamsimas dan rise 1(1)Tor  bme phln pamsimas dan rise 1(1)
Tor bme phln pamsimas dan rise 1(1)
 
Monev
MonevMonev
Monev
 
Laporan pak suaib
Laporan pak suaibLaporan pak suaib
Laporan pak suaib
 
Surat pekeliling perkhidmatan bilangan 2 tahun 2009
Surat pekeliling perkhidmatan bilangan 2 tahun 2009Surat pekeliling perkhidmatan bilangan 2 tahun 2009
Surat pekeliling perkhidmatan bilangan 2 tahun 2009
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
 
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
Penyusunan Indikator Kinerja PembangunanPenyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
 
Indikator dan Perencanaan Penetapan Kinerja Prov Kalimantan Barat 121214
Indikator dan Perencanaan Penetapan Kinerja Prov Kalimantan Barat 121214Indikator dan Perencanaan Penetapan Kinerja Prov Kalimantan Barat 121214
Indikator dan Perencanaan Penetapan Kinerja Prov Kalimantan Barat 121214
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
 
Laporan kinerja-sekretariat-komisi-informasi-pusat-tahun-2016
Laporan kinerja-sekretariat-komisi-informasi-pusat-tahun-2016Laporan kinerja-sekretariat-komisi-informasi-pusat-tahun-2016
Laporan kinerja-sekretariat-komisi-informasi-pusat-tahun-2016
 
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2010-2014 Tingkat Meso
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2010-2014 Tingkat MesoPelaksanaan Reformasi Birokrasi 2010-2014 Tingkat Meso
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2010-2014 Tingkat Meso
 
Laporan Direktur EKPD
Laporan Direktur EKPDLaporan Direktur EKPD
Laporan Direktur EKPD
 
Panduan penyediaan skt
Panduan penyediaan sktPanduan penyediaan skt
Panduan penyediaan skt
 
Panduan penyediaan skt guru dan contoh penulisan
Panduan penyediaan skt guru dan contoh penulisanPanduan penyediaan skt guru dan contoh penulisan
Panduan penyediaan skt guru dan contoh penulisan
 
Sistem Monitoring Kinerja Kebijakan Program dan Kegiatan yang Efektif
Sistem Monitoring Kinerja Kebijakan Program dan Kegiatan yang EfektifSistem Monitoring Kinerja Kebijakan Program dan Kegiatan yang Efektif
Sistem Monitoring Kinerja Kebijakan Program dan Kegiatan yang Efektif
 
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerahKuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
 

More from EKPD

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehEKPD
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi baliEKPD
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi acehEKPD
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera baratEKPD
 

More from EKPD (18)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
 

Recently uploaded

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdfAfriYani29
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 

Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Selatan - UNHAS

  • 1.
  • 2. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Tujuan Pembangunan daerah merupakan bagian integral dan merupakan penjabaran dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi, aspirasi, dan permasalahan pembangunan di daerah. Kunci keberhasilan pembangunan daerah dalam mencapai sasaran pembangunan nasional secara efisien dan efektif, termasuk penyebaran hasilnya secara merata di seluruh Indonesia adalah koordinasi dan keterpaduan antara pemerintah pusat dan daerah, antarsektor, antara sektor dan daerah, antarprovinsi, antarkabupaten/kota, serta antara provinsi dan kabupaten/kota. Pembangunan daerah dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional serta untuk meningkatkan hasil-hasil pembangunan daerah bagi masyarakat secara adil dan merata. Pembangunan daerah, sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, selain berkepentingan terhadap penyelenggaraan pembangunan sektoral nasional didaerah, juga berkepentingan terhadap pembangunan dalam dimensi kewilayahan. Dua kepentingan tersebut menjadikan aktivitas pembangunan daerah berkenaan sekaligus dengan tujuan pencapaian sasaran-sasaran sektoral nasional di daerah dan tujuan pengintegrasian pembangunan antarsektor di dalam satu wilayah. Dalam perspektif ini, dalam upaya merealisasikan tujuan-tujuan pembangunan di atas, fungsi dan peran Pemerintah Daerah adalah sangat penting, terutama dalam era desentralisasi dan otonomi daerah dewasa ini. Pada era desentralisasi saat ini, Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk menentukan kebijakan dan program pembangunan yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah masing-masing, sesuai kewenangan yang dimiliki. Meskipun desentralisasi dan otonomi daerah telah berjalan sekitar sembilan tahun dan banyak kemajuan pembangunan telah dihasilkan, namun perlu tetap disadari bahwa perjalanan kearah pelaksanaan pembangunan yang optimal masih jauh dan masih membutuhkan serangkaian usaha perbaikan-perbaikan. Untuk itu pada evaluasi kinerja pembangunan daerah 2009 dilaksanakan untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004 - 2008. Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai tujuan/sasaran yang BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009     1 
  • 3. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah tersebut, seperti halnya pembangunan daerah di Provinsi Sulawesi Selatan. Tujuan evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2008. Untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah tersebut. 1.2. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 adalah laporan yang berisi : 1. Data dan informasi hasil evaluasi kinerja pembangunan di daerah Sulawesi Selatan. 2. Analisa evaluasi kinerja pembangunan sesuai indikator hasil (outcomes) yang mencerminkan tujuan / sasaran pembangunan daerah meliputi: a. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi. b. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia. c. Tingkat Pembangunan Ekonomi. d. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam. e. Tingkat Kesejahteraan sosial. 1.3. Metodologi Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok indikator hasil adalah sebagai berikut: 1. Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes). 2. Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase. 3. Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri. 4. Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif). Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase kemiskinan semakin tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin rendah. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009     2 
  • 4. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan 5. Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi jumlah dari penyusun indikator hasil (indicator pendukungnya). Contoh untuk indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial disusun oleh: • persentase penduduk miskin • tingkat pengangguran terbuka • persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak • presentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia • presentase pelayanan dan rehabilitasi sosial Semua penyusun komponen indikator hasil ini bermakna negatif (Lihat No.4). Sehingga: Indikator kesejahteraan sosial = {(100% - persentase penduduk miskin) + (100% - tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak) + (100%- persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia) + (100% - persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial} /5 Untuk menilai kinerja pembangunan daerah, pendekatan yang digunakan adalah Relevansi dan Efektivitas. Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauh mana tujuan/sasaran pembangunan yang direncanakan mampu menjawab permasalahan utama/tantangan. Dalam hal ini, relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren capaian pembangunan daerah sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan nasional. Sedangkan efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dalam mengumpulkan data dan informasi, teknik yang digunakan dapat melalui: 1. Pengamatan langsung Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan di daerah, diantaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, lingkungan hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di wilayah provinsi terkait. 2. Pengumpulan Data Primer Data diperoleh melalui FGD dengan pemangku kepentingan pembangunan daerah. Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator rapat/diskusi dalam menggali masukan dan tanggapan peserta diskusi. 3. Pengumpulan Data Sekunder Data dan informasi yang telah tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS daerah, Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009     3 
  • 5. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Mekanisme pelaporan akhir EKPD yang akan ditulis untuk mencapai maksud dan tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut. Laporan Awal Awal Agustus Tim Evaluasi t Tim Sekretariat Provinsi 2009 Nasional Awal Sept Tim Evaluasi Review Laporan Awal Provinsi 2009 Tim Evaluasi Akhir Okt 2009 Tim Sekretariat Draft Laporan Akhir Provinsi N asional Tim Evaluasi Awal Sept Review Laporan Akhir Provinsi 2009 Hasil Review Disampaikan pada Seminar Akhir (2 Des 09) untuk mendapatkan masukan/penyempurnaan Laporan Akhir dan Mid Des Ringkasan Eksekutif Tim Evaluasi Tim Sekretariat Provinsi Nasional 2009 Gambar 1. Mekanisme Pelaporan Sistematika laporan digambarkan sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Tujuan 1.2. Keluaran 1.3. Metodologi 1.4. Sistematika Penulisan BAB II. HASIL EVALUASI 2.1. TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI 2.1.1. Capaian Indikator 2.1.1.1. Grafik capaian indikator outcomes provinsi outcomes nasional dan analisa 2.1.1.2. Analisis Relevansi 2.1.1.3. Analisis efektifitas BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009     4 
  • 6. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan 2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.1.3. Rekomendasi Kebijakan 2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA 2.2.1. Capaian Indikator 2.2.1.1. Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator outcomes nasional dan analisa 2.2.1.2. Analisis Relevansi 2.2.1.3. Analisis efektifitas 2.2.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.2.3. Rekomendasi Kebijakan 2.3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI 2.3.1. Capaian Indikator 2.3.1.1. Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator outcomes nasional 2.3.1.2. Analisis Relevansi 2.3.1.3. Analisis efektifitas 2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.3.3. Rekomendasi Kebijakan 2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM 2.4.1. Capaian Indikator 2.4.1.1. Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator outcomes nasional 2.4.1.2. Analisis Relevansi 2.4.1.3. Analisis efektifitas 2.4.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.4.3. Rekomendasi Kebijakan 2.5. TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT 2.5.1. Capaian Indikator 2.5.1.1. Grafik capaian indikator outcomes provinsi dibandingkan dengan capaian indikator outcomes nasional dan analisa 2.5.1.2. Analisis Relevansi BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009     5 
  • 7. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan 2.5.1.3. Analisis efektifitas 2.5.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.5.3. Rekomendasi Kebijakan BAB III. KESIMPULAN 1.4. Anggota Tim Evaluasi Provinsi Anggota Tim dari Provisi Sulawesi Selatan, yakni : 1. Dr. Rusnadi Padjung, MSc, sebagai koordinator Tim Provinsi 2. Dr. Dwia Aries Tina P, MA., sebagai Tenaga Ahli 3. Dr. Suratman, MS., sebagai Tenaga Ahli 4. Dr. Darmawan Salman, MS., sebagai Tenaga Ahli 5. Dr. Junaedi Muhidong, MSc., sebagai Tenaga Ahli 6. Dr. Hasrat Arief Saleh, M.S., sebagai Tenaga Ahli BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009     6 
  • 8. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan BAB II HASIL EVALUASI 2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI 2.1.1. Capaian Indikator Secara umum tingkat pelayanan publik di Sulawesi Selatan capaiannya lebih rendah dari pada capaian nasional, sementara tingkat demokrasi capaiannya diatas rata- tata nasional. Hal ini terlihat dari beberapa indikator baik pada pelayanan publik, maupun pada tingkat demokrasi yang dapat dibandingkan. Beberapa indikator lainnya karena ketidaktersediaan data, analisisnya dilakukan tanpa perbandingan dengan data nasional. Adapun indikator yang dapat dibandingkan adalah capaian persentase perda pelayanan satu atap dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan presiden. Kendati demikian analisis terhadap data yang tersedia tetap dilakukan dengan data-data pendukung lainnya yang punya keterkaitan dengan data-data tersebut (selengkapnya dapat dilihat pada Tabel-1), Tabel-1 Perbandingan Capaian Tingkat Pelayanan Publik dan Tingkat Demokrasi Sulawesi Selatan dengan Nasional 2004 – 2009 Nasional Indikator Hasil Capaian Tahun /Sulsel Pelayanan Publik 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Persentase jumlah kasus Nasional 97,00 97,00 94,00 94,00 94,00 - korupsi yang tertangani Sulsel - - 67,65 87,18 74,60 75,00 dengan yang dilaporkan Persentase aparat yang Nasional 29,90 31,00 31,93 30,60 30,99 - berijazah minimal S1 Sulsel 37,16 Persentase jumlah Kab/Kota Nasional 2,05 2,05 21,59 61,29 74,31 - yg memiliki Perda pelayanan Sulsel 8,70 13,04 17,39 21,74 52,17 52,17 satu atap Demokrasi Gender Development Index Nasional 63,94 65,13 65,30 65,8 65,8 - (GDI) Sulsel 56,90 57,40 59,80 Gender Empowerment Nasional 59,67 61,32 61,80 62,10 62,10 - Meassurement (GEM) Sulsel 49,20 50,00 51,80 Tingkat Partisipasi Politik Nasional Masy. dalam pemilihan Kepala Sulsel 69,60 Daerah Provinsi Tingkat Partisipasi Politik Nasional 75,19 71,00 Masy. dalam pemilihan Sulsel 73,20 Legislatif Tingkat Partisipasi Politik Nasional 75,98 73,00 Masy. dalam pemilihan Sulsel 82,70 73,40 Presiden BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009     7 
  • 9. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Pada Tabel-1 terlihat bahwa tiga indikator pelayanan publik yakni: 1) persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dengan yang dilaporkan; 2) persentase aparat yang minimal berijazah S1; dan 3) persentase jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki Perda pelayanan satu atap; menunjukkan bahwa untuk indikator persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dengan yang dilaporkan di Provinsi Sulawesi Selatan masih lebih rendah daripada capaian penanganan kasus korupsi di Indonesia. Namun demikian capaian persentase tersebut menunjukkan bahwa penanganan kasus korupsi di Sulawesi Selatan relatif sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Ditinjau dari capaian persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki Perda Pelayanan Satu Atap, Sulawesi Selatan hanya lebih tinggi pada capaian tahun 2004 dan 2005, sedangkan capaian tahun 2006 hingga 2008 dibawah capaian nasional. Dalam kaitannya dengan capaian persentase aparat yang berijazah minimal S1, berdasarkan data yang tersedia yang dapat dibandingkan hanyalah data tahun 2008, dimana capaian persentase Sulawesi Selatan 6,17% diatas capaian nasional. Grafik-1. Perbandingan Capaian Indikator Perda Pelayanan Satu Atap Sulawesi Selatan dengan Nasional dilihat dari Pelayanan Publik BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009     8 
  • 10. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Selanjutnya untuk tingkat demokrasi yang terdiri atas 5 indikator yakni gender development index (GDI); gender empowerment index (GEM), tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala daerah provinsi, legislatif dan presiden. Data pada tabel-1 juga menunjukkan bahwa capaian angka GDI dan GEM Sulawesi Selatan yang bisa dibandingkan yakni dari tahun 2004-2007 masih berada dibawah capaian nasional, sedangkan tingkat partisipasi politik masyarakat khususnya pemilihan legislatif dan Pilpres capaiannya lebih tinggi daripada capaian nasional. Grafik- 2. Perbandingan Capaian Indikator Perda Pelayanan Satu Atap Sulawesi Selatan dengan Nasional dilihat dari Pelayanan Publik Pembahasan yang lebih detail tentang tingkat pelayanan publik dan tingkat demokrasi dengan data-data pembanding lainnya dapat disimak dari pembahasan tentang capaian indikator berikut ini 2.1.2. Analisis Indikator Spesifik dan Menonjol Salah satu indikator menonjol dalam peningkatan pelayanan publik dan demokrasi adalah penanganan korupsi. Sebagaimana diketahui pada level Provinsi terdapat tiga institusi/lembaga yang terlibat dalam penegakan hukum yakni: kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Dalam penanganan korupsi, yang dimaksud dengan kasus korupsi yang BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009     9 
  • 11. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan “tertangani” adalah kasus korupsi yang buktinya sudah dianggap cukup oleh kejaksaan dan sedang diproses + kasus korupsi yang diterima pelimpahannya oleh kejaksaan dari kepolisian, sedangkan yang dimaksud kasus korupsi yang “dilaporkan” adalah seluruh kasus korupsi yang laporannya diterima secara langsung oleh kejaksaan dari masyarakat atau sumber lain + kasus korupsi yang pelimpahannya diterima oleh kejaksaan dari kepolisian. Berdasarkan definisi tersebut, persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan dapat dilihat pada tabel-2. Tabel-2: Persentase Jumlah Kasus Korupsi yang Tertangani (Tahap Penuntutan) Dibandingkan Dengan yang Dilaporkan Tahun 2004-2009 Wilayah 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Kab/Kota se-SulSel - Dilaporkan Data tdk Data tdk 26 37 42 41 - Tertangani tersedia tersedia 16 33 34 35 % 61,54 89,19 80,95 85,37 Kejati SulSel - Dilaporkan 8 2 21 31 Data tdk Data tdk - Tertangani 7 1 13 19 tersedia tersedia % 87,50 50,00 61,90 61,29 Total - Dilaporkan Data tdk Data tdk 34 39 63 72 - Tertangani tersedia tersedia 23 34 47 54 % 67,65 87,18 74,60 75,00 Sumber : Hasil Olahan Data dari Kantor Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan dan Barat, 2009 Berdasarkan Tabel-2. terlihat besarnya pertambahan jumlah kasus korupsi yang dilaporkan dan yang tertangani dari tahun 2006 hingga September 2009. Semakin besarnya persentase tersebut pada satu sisi bisa dijadikan tolok ukur betapa kerasnya kerja para jaksa di Sulawesi Selatan dalam memberantas korupsi, namun pada sisi lain grafik kenaikannya juga dapat diartikan bahwa kerja keras para jaksa ternyata masih kurang memberikan efek jera bagi pelaku korupsi. Sebagai bahan perbandingan, pada tabel-3. ditampilkan jumlah kasus korupsi yang diterima laporannya oleh Kepolisian dengan kasus korupsi yang telah diselesaikan. Konsep “diselesaikan” dari data kepolisian adalah kasus korupsi yang telah dilimpahkan oleh kepolisian ke kejaksaan yang selanjutnya akan memasuki tahap penuntutan di pengadilan. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    10 
  • 12. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tabel-3 Perbandingan Jumlah Kasus Korupsi yang Diterima laporannya oleh Kepolisian Dengan Jumlah Kasus Korupsi yang Telah Diselesaikan Tahun 2004-2009 Kasus 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Dilaporkan 22 16 20 29 28 17 Diselesaikan 19 9 16 19 26 11 % 86,36 56,25 80,00 65,52 92,86 64,71 Sumber : Hasil Olahan Data Kepolisian Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara. 2009. Selanjutnya penanganan kasus korupsi yang memasuki tahapan banding di pengadilan tinggi (lihat tabel-4) menunjukkan relatif cukup besarnya jumlah kasus korupsi yang diterima oleh pengadilan tinggi dari pengadilan negeri pada tahun 2006 dan 2007, sedangkan ditinjau dari jenis putusan pada tahapan banding, ternyata persentase kasus korupsi yang diputus bebas oleh pengadilan tinggi reratanya dari tahun 2004 hingga tahun 2005 adalah 21,69%. Meskipun besaran persentase ini tidak dapat dijadikan bukti melemahnya komitmen terhadap pemberantasan korupsi di Sulawesi Selatan, namun efek jera yang diharapkan belum efektif. Bahkan berdasarkan data yang diperoleh dari kejaksaan tinggi Sulawesi Selatan (lihat kembali tabel 2) angka absolut dan persentase pertambahannya dari tahun 2006-2009 menunjukkan kecenderungan yang cukup besar. Tabel-4 Jumlah Kasus Korupsi yang Diterima oleh Pengadilan Tinggi dari Pengadilan Negeri Menurut Jenis Putusan (Terbukti atau Bebas)Tahun 2004-2009 Kasus 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pengadilan Negeri 6 19 26 23 16 14 Terbukti 6 11 20 14 13 11 Persentase ( % ) 100,00 57,89 76,92 60,87 81,25 78,57 Jenis Putusan Bebas 0 6 5 9 3 3 % 0,00 31,58 19,23 39,13 18,75 21,43 Masih dalam proses/ Tunggakan 0 2 1 0 0 0 Persentase (%) 0,00 10,53 3,85 0,00 0,00 0,00 Sumber : Hasil Olahan Data Pengadilan Tinggi Sulawesi Selatan. 2009. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    11 
  • 13. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Indikator lain yang menonjol adalah penyelenggaraan layanan satu atap. Pada sisi lain oleh karena indikator yang digunakan adalah “peraturan daerah” maka meskipun terdapat beberapa kabupaten yang telah melaksanakan pelayanan satu atap namun dengan payung hukum SK Bupati, maka dalam evaluasi ini tidak dimasukkan sebagai kabupaten/kota yang telah memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap. Upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik yang diwujudkan dalam bentuk pelayanan satu atap, kemudian dikembangkan menjadi pelayanan satu pintu. Sepintas kedua konsep ini sama, namun apabila dicermati ternyata dalam implementasi berbeda. Dalam implementasi konsep pelayanan satu atap, kecenderungan yang terlihat adalah sejumlah unit kerja ditempatkan dalam satu atap/di lokasi tertentu, tetapi dalam memberikan pelayanan setiap unit kerja tersebut bekerja sendiri-sendiri atau menerbitkan izin sendiri, sedangkan dalam konsep pelayanan satu pintu, keterpaduan pemberian pelayanan lebih ditonjolkan. Jadi berbagai jenis perizinan yang diurus oleh masyarakat pintu masuk dan keluarnya sama dan dikerjakan oleh aparat yang ditempatkan pada kantor pelayanan (perizinan) terpadu tersebut. Peningkatan jumlah kabupaten/kota yang telah memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap/pintu sangat menonjol pada tahun 2008. Hasil penelusuran tim evaluasi menunjukkan bahwa hal ini juga banyak dipengaruhi oleh terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dimana sejumlah daerah memberikan respons yang positif dan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap PP tersebut. Tabel-6 Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah tentang Pelayanan Satu AtapTahun 2004-2009 (Jumlah Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan sebanyak 23) Pelayanan Satu 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Atap/Pintu Jumlah 2 3 4 5 12 12 % 8,70 13,04 17,39 21,74 52,17 52,17 Sumber : Hasil Olahan Data Pemprov Sulsel dan Kab/Kota Se-Sulsel. 2009. (Kabupaten Toraja Utara yang baru terbentuk belum dimasukkan dalam perhitungan) BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    12 
  • 14. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Untuk pencapaian tingkat demokrasi, tolok ukur yang digunakan mencakup lima indikator hasil yakni: (1) Gender Development Index (GDI); (2) Gender Empowerment Meassurement (GEM); (3) Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Provinsi; (4) Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Legislatif; dan (5) Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Presiden. Evaluasi berdasarkan kelima indikator tersebut perkembangan/trendnya juga dilihat sejak tahun 2004 sebagai tahun dasar hingga tahun 2009. Dalam hal pengarusutamaan gender, tabel-7 menujukkan bahwa angka Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerment Meassurement (GEM) di Sulawesi Selatan masih di bawah GDI dan GEM nasional. Artinya, pengarusutamaan gender sebagai salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender di Sulawesi Selatan belum berjalan sebagaimana diharapkan. Tabel-7 Perbandingan Angka Gender Development Index dan Angka Gender Empowerment Meassurement dengan Human Development Index Tahun 2004-2009 Capaian Tahun Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gender Development Index (GDI) - Nasional 63,94 65,13 65,30 65,80 - Sulsel 56,90 57,40 59,80 Gender Empowerment Meassurement GEM) - Nasional 59,67 61,32 61,80 62,10 - Sulsel 49,20 50,00 51,80 Menyangkut tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala daerah provinsi, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, terlihat bahwa tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan presiden lebih tinggi dibanding dua jenis pemilihan yang lain. Selanjutnya apabila capaian Sulawesi Selatan dibandingkan dengan capaian Nasional, ternyata tingkat partisipasi politik masyarakat Sulawesi Selatan lebih tinggi dari pada capaian nasional. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    13 
  • 15. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan 2.1.3. Rekomendasi Kebijakan 1. Penanganan korupsi, sebagai bagian dari perbaikan demokrasi dan kebijakan publik, selain diupayakan melalui tindakan pemberantasan yang bisa memberi efek jera agar perilaku korupsi dapat ditekan, idealnya juga ditekankan pada upaya pencegahan melalui perbaikan sistem administrasi birokrasi dan perbaikan sistem penggajian pegawai/aparat. 2. Peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam pemeilihan kepala daerah, pemilu legislatif dan pemilihan presiden, selain didorong dalam makna peningkatan jumlah orang yang terlibat dalam pemilihan, idealnya juga didorong kearah minimalisasi potensi konflik antar pendukung dan perbaikan efisiensi penyelenggaraan kampanye. 2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA 2.2.1. Capaian Indikator Kualitas Sumberdaya Manusia a. Capaian Indikator IPM Dilihat dari indikator IPM, capaian kualitas SDM Sulawesi Selatan selama 2004-2008 berada dibawah rata-rata nasional. Rata-rata IPM nasional telah mencapai angka di atas 70 sejak tahun 2006 dan bertahan hingga 2008, sementara rata-rata IPM Sulawesi Selatan mencapai angka di atas 70 nanti pada tahun 2008. Dilihat dari aspek relevansinya, terlihat bahwa pada tahun 2007-2008 tren pencapaian IPM Sulawesi Selatan sejalan dengan tren pencapaian IPM nasional, yakni sama-sama meningkat. Ini menunjukkan bahwa pada 2007-2008 upaya pembangunan bidang pembangunan manusia di IPM Sulawesi Selatan relevan dengan arah kebijakan dan pencapaian IPM nasional. Pada periode sebelumnya, yakni 2004-2006, terdapat perbedaan tren dimana tren pencapaian IPM nasional meningkat sedangkan tren pencapaian IPM Sulawesi Selatan menurun. Ini mengindikasikan rendahnya relevansi dari pembangunan kualitas SDM Sulawesi Selatan pada 2004-2006. Dilihat dari aspek efektivitasnya, terlihat bahwa rata-rata pencapaian IPM Sulawesi Selatan meningkat terus dari tahun ke tahun sejak 2004 hingga 2009. Ini menunjukkan bahwa upaya pembangunan yang dijalankan selama ini cukup BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    14 
  • 16. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan efektif, meskipun dengan efektivitas itu angka IPM yang dicapai belum mampu menyamai rata-rata angka IPM nasional. Grafik - 2.2.1: Perbandingan capaian indikator indeks Pembangunan Manusia Sulawesi Selatan dan Nasional dilihat dari indikator IPM b. Capaian Indikator Kualitas SDM ( satuan % ) Indikator kualitas SDM yang satuannya % dalam EKPD ini adalah bidang pendidikan mencakup indikator angka partisipasi murni, angka putus sekolah, angka melek huruf, persentase guru yang layak mengajar; dalam bidang pendidikan mencakup prevalensi gizi buruk dan gizi kurang; serta dalam bidang keluarga berencana mencakup indikator penduduk berKB dan laju pertumbuhan penduduk. Rata-rata capaian indikator kualitas SDM Sulawesi Selatan yang satuannya % menunjukkan angka dibawah rata-rata nasional pada tahun 2004-2005, tetapi pada tahun 2006 capaian Sulawesi Selatan sudah menyamai capaian nasional, dan pada tahun 2007-2008 sudah di atas rata-rata nasional. Indikator yang paling berkontribusi di atas BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    15 
  • 17. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan rata-rata nasional pada 2007-2008 adalah persentase penduduk berKB dan persentase guru yang layak mengajar Sekolah Menengah. Sedangkan indikator yang nyata dibawah rata-rata nasional adalah angka melek huruf. Dilihat dari kriteria relevansi, tren capaian peningkatan kualitas manusia Sulawesi Selatan pada tahun 2005-2006 sama dengan tren nasional yakni mengalami penurunan. Pada tahun 2006-2007, tren nasional sudah mengalami peningkatan, dan peningkatan tersebut berlanjut hingga 2007-2008. Sementara itu, tren pencapaian Sulawesi Selatan masih berlanjut menurun pada 2006-2007, nanti pada 2007-2008 menunjukkan tren meningkat. Berlanjutnya tren penurunan dalam capaian kualitas SDM Sulawesi Selatan kemungkinan terkait dengan kurang intensifnya program/kegiatan tersebut mengingat saat berlangsung pemilihan gubernur sehingga aktivitas pembangunan dan pelayanan agak terganggu. Pada 2007-2008 tren naik mulai terjadi, kemungkinan ini terkait dengan pemerintahan yang sudah berjalan baik pasca pemilihan gubernur sehingga program/kegiatan pembangunan juga berjalan baik. Dilihat dari kriteria efektivitas, capaian indikator kualitas manusia Sulawesi Selatan meningkat terus dari tahun ke tahun sejak 2004 hingga 2008, bahkan pada 2007 dan 2008 berhasil melewati capaian nasional. Ini menunjukkan bahwa upaya pembangunan yang berjalan cukup efektif mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan terkait peningkatan kualitas manusia. Program KB relatif dapat mengendalikan pertumbuhan penduduk sehingga pertumbuhan penduduk dapat ditekan, dan ini seiring dengan penduduk berKB yang semakin besar porsinya. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    16 
  • 18. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Grafik - 2.2.2: Perbandingan capaian indikator kualitas SDM Sulawesi Selatan dan Nasional dilihat dari indikator IPM 2.2.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Indikator paling spesifik dan menonjol dalam pencapaian kualitas manusia di Sulawesi Selatan adalah IPM. Meskipun dalam indikator IPM terdapat aspek ekonomi yakni daya beli, tetapi dua indikator lainnya terkait langsung dengan kualitas manusia yakn indeks pendidikan dan indeks kesehatan. Secara umum IPM Sulawesi Selatan masih dibawah rata-rata nasional, dan posisi relatiffnya dengan provinsi lain di Indonesia adalah 21. Dengan posisi itu, IPM Sulawesi Selatan termasuk dalam 10 terendah IPMnya di Indonesia, meskipun pada tahun 2008 nilainya sudah diatas 70. Tren meningkat IPM Sulawesi Selatan pada 2007-2008 sebagian besar terkait dengan program pendidikan gratis serta pemberantasan buta aksara yang berjalan sejak 2007. Pendidikan gratis dapat menekan angka putus sekolah yang pada gilirannya memperbaiki angka rata-rata lama sekolah, sementara pemberantasan buta huruf dapat BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    17 
  • 19. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan meningkatkan angka melek aksara. Kedua indikator ini amat menentukan kecenderungan naik pada IPM Sulawesi Selatan, mengingat pada indikator angka harapan hidup (kesehatan) dan daya beli (ekonomi) pencapaian Sulawesi Selatan sudah di atas rata-rata nasional. Bila dianalisis lebih jauh, tren meningkat pada IPM Sulawesi Selatan berpeluang besar untuk berlanjut, mengingat pemenuhan hak dasar masyarakat terkait pembangunan manusia merupakan substansi pokok visi RPJMD Sulawesi Selatan 2008-2014. Dengan visi demikian, kebijakan pokok yang berjalan adalah pendidikan gratis dan kesehatan gratis, yang kalau berjalan baik akan berkontribusi langsung pada pencapaian indeks pendidikan dan indeks kesehatan. Salah satu faktor yang menjadikan efektivitas program/kegiatan peningkatan kualitas manusia di Sulawesi Selatan belum memposisikan IPM Sulawesi Selatan di atas rata-rata nasional adalah sulitnya menuntaskan pemberantasan buta huruf dan menekan angka putus sekolah. Sebagian besar penduduk buta huruf berdiam di pelosok, mereka adalah para orang tua atau generasi yang lahir tahun 1950-an ketika kawasan pelosok Sulawesi Selatan masih dilanda kekacauan akibat pemberontakan DI/TII sehingga banyak penduduk usia sekolah saat itu yang tidak masuk sekolah. Ini menjadikan program pemberantasan buta huruf efektivitasnya tidak cukup untuk mengangkat IPM Sulawesi Selatan di atas rata-rata nasional. Sementara itu, angka putus sekolah umumnya terjadi pada anak-anak di dataran tinggi ataupun di pesisir dan pulau. Mereka umumnya keluar dari sekolah karena lebih memilih mencari nafkah sebagai nelayan, petani, tukang becak dan sebagainya, dimana orang tuanya juga mendorong untuk bekerja. Ini menjadikan sehingga bukan saja soal faktor biaya tetapi juga faktor budaya dan perilaku masyarakat (orang tua) dalam hal nilai pendidikan bagi anaknya. 2.2.3. Rekomendasi Kebijakan 1. Program/kegiatan penuntasan pemberantasan buta aksara di Sulawesi Selatan seyogianya diarahkan lebih terfokus dan tuntas. Terfokus dan tuntas berarti bahwa kegiatan pemberantasan buta hurus harus fokus menemukan orang- orang yang buta aksara dan menuntaskan pemberantasan buta aksaranya. Sub- dinas Pendidikan Luar Sekolah yang menjalankan tugas ini idealnya membangun sinergitas dengan daerah kabupaten/kota dalam menemukan dan menuntaskan pemberantasan buta aksara. BPS juga idealnya berperan lebih substansial yakni menunjukkan lokasi-lokasi dari rumah tangga buta aksara. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    18 
  • 20. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan 2. Program/kegiatan pendidikan gratis yang saat ini didorong pemerintah Sulawesi Selatan idealnya diperkuat sinergitasnya dengan upaya serupa pada kabupaten/kota dan perhatian pada anak-anak yang bekerja sehingga meninggalkan bangku sekolah idealnya didekati untuk bisa menjadi murid sekolah kembali. Sekedar pendidian gratis (yang digalakkan selama ini) belum cukup untuk menekan angka putus sekolah, program/kegiatan ini harus mencari dan menjangkau anak usia sekolah yang saat ini teah bekerja untuki disadarkan dan dianaliss komitmennya bagi tim nasional. 3. Revitalisasi keluarga berencana dengan fokus pada keluarga miskin dan keluarga di daerah terpencil. Pertumbuhan penduduk pada keluarga miskin perlu menjadi perhatian karena angka kelahiran yang tinggi pada golongan tersebut identik dengan reproduksi SDM berkualitas rendah berhubung lemahnya kemampuan mereka dalam akses penddidikan dan cenderung mendorong anaknya ke dunia kerja. Dengan fokus program KB pada keluarga miskin maka pengaruh tekanan kemiskinan atas rendahnya kualitas SDM dapat diredam. Begitu pula program KB pada daerah terpencil, khususnya pada komunitas dataran tinggi, pesisir dan pulau, akan berefek meredam pengaruh tekanan populasi atas eksploitasi lingkungan dan dengan itu kualitas SDM dapat lebih meningkat pada lokasi- lokasi spesifik tersebut. 2.3. Tingkat Pembangunan Ekonomi 2.3.1. Capaian Indikator Tiga indikator utama yang digunakan untuk mengukur tingkat pembangunan ekonomi, yaitu kinerja ekonomi makro, investasi dan infrastruktur. Untuk ekonomi makro, ukuran-ukuran yang digunakan adalah: 1) laju pertumbuhan ekonomi; 2) persentase ekspor terhadap PDRB; 3) persentase output manufaktur terhadap PDRB; 4) persentase output UMKM terhadap PDRB; 5) pendapatan perkapita; dan 6) laju inflasi. Sedangkan kinerja invesatsi dilihat dari dua sisi, yaitu investasi modal asing (PMA) dan modal dalam negeri (PMDN). Untuk infrastruktur, ukuran yang digunakan adalah panjang jalan negara, provinsi dan kabupaten menurut kondisinya (baik, sedang dan buruk). Berikut ini akan disajikan kinerja ketiga macam indikator ini: Ekonomi Makro Data persentase output UMKM tidak dapat diprofil karena sulitnya mendapatkan data yang berkualitas. Oleh karena itu hanya lima jenis data yang menjadi perhatian dari BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    19 
  • 21. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan analisis ini. Mengingat satuan ke lima indikator ekonomi makro yang dianalisis relatif beragam, maka tiga indikator pertama (laju pertumbuhan ekonomi, persentase ekspor terhadap PDRB, dan persentase output manufaktur terhadap PDRB) diolah terpisah dari dua indikator lainnya. Kinerja ketiga indikator ini dibandingkan dengan kinerja nasional disajikan pada Gambar 2.3.1. Grafik 2.3.1 menunjukkan 30 bahwa kinerja laju pertumbuhan 25 ekonomi sulsel sampai dengan 20 Laju Pertumbuhan tahun 2008 selalu lebih baik ekonomi 15 % dari kinerja nasional. Demikian Persentase ekspor terhadap PDRB 10 juga, kinerja persentase ekspor Persentase output Manufaktur terhadap PDRB terhadap PDRB, kecuali pada 5 tahun 2004. Namun demikian, 0 N asional S ulsel N asional S ulsel N asional S ulsel N asional S ulsel N asional S ulsel N asional S ulsel harus diakui bahwa kinerja output manufkatur di Sulsel 2004 2005 2006 2007 2008 2009 belum menggembirakan dibandingkan kinerja nasional. Jika ketiga indikator di atas dirata-ratakan, maka akan tanpak bahwa kinerja ekonomi makro Sulsel relatif menggembirakan. Nampak bahwa, nilai rata-ratanya meningkat dari tahun ke tahun sampai dengan tahun 2008 (Data tahun 2009 dikeluarkan karena data dua variabel lainnya tidak ada sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan bias nilai rata-rata). Untuk menunjukkan bahwa bahwa kinerja ketiga variable di atas cukup baik, maka tren rata-rata nilainya juga dihitung. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tren ini cukup positif juga dan melampui kinerja tren nasional. Grafik dari nilai rata-rata indikator dan trennya disajikan pada Grafik 2.3.2 dan 2.3.3. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    20 
  • 22. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Grafik 2.3.2. Perbandingan kinerja rata-rata ketiga indikator (laju pertumbuhan ekonomi, persentase ekspor terhadap PDRB, dan persentase output manufaktur terhadap PDRB) Sulsel terhadap kinerja nasional. 20 % Pertumbuhan Ekonomi Makro 16 (Rerata 3 variable) 12 Nasional Sulsel 8 4 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gambar 2.3.3. Perbandingan kinerja tren rata-rata ketiga indikator (laju pertumbuhan ekonomi, persentase ekspor terhadap PDRB, dan persentase output manufaktur terhadap PDRB) Sulsel terhadap kinerja nasional. 20 0.5 % Pertumbuhan Ekonomi Makro 16 0.4 Tren Pertumbuhan (Rerata 3 variable) 0.3 Capaian 12 Nasional 0.2 Capaian Sulsel 8 Tren 0.1 Nasional Tren Sulsel 4 0 0 -0.1 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita juga memiliki peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menggembirakan karena dapat secara langsung mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Walaupun demikian, nilai pendapatan ini masih jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan nasional seperti dapat dilihat pada Grafik 2.3.4. Hal yang relatif meresahkan adalah gap pendapat perkapita antara nasional dan Sulsel meningkat dari tahun ke tahun seperti grafik yang disajikan pada Grafik 2.3.5. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    21 
  • 23. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tren peningkatan pendapatan perkapita seperti ditunjukkan pada Grafik 2.3.6 juga menunjukkan fenomena yang sama. Peningkatan pendapatan perkapita jelas selalu lebih rendah dari peningkatan pendapatan perkapita nasional. Grafik 2.3.4. Perbandingan kinerja pendapatan perkapita Sulsel terhadap kinerja nasional. 25.00 Pemdapatan per kapita, Rp juta 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 Nasional Sulsel Nasional Sulsel Nasional Sulsel Nasional Sulsel Nasional Sulsel Nasional Sulsel 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Grafik 2.3.5. Perilaku gap pendapatan perkapita Sulsel dan pendapatan perkapita nasional. 12.00 Gap Pendapatan Nasional vs Sulsel (Juta Rp) 10.00 8.00 6.00 4.00 2004 2005 2006 2007 2008 BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    22 
  • 24. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Grafik 2.3.6. Tren Pertumbuhan pendapatan perkapita Sulsel dan nasional. 25.00 0.4 Pendapatan per kapita (Rp juta) 20.00 Tren Pertumbuhan 0.3 CapaianNasional 15.00 CapaianSulsel 0.2 Tren Nasional 10.00 Tren Sulsel 0.1 5.00 0.00 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Laju Inflasi Laju inflasi Sulsel relatif sejalan dengan laju inflasi pada tingkat nasional. Pola inflasi ini dapat dilihat pada Grafik 2.3.7. Kinerja Sulsel yang relatif signifikan menahan laju inflasi terlihat jelas pada tahun 2006, dimana laju inflasi Sulsel sekitar separuh dari tingkat inflasi nasional. Tingkat inflasi tahun 2009 juga diramalkan akan jauh lebih rendah dari pada laju inflasi tingkat nasional. Walaupun demikian data laju inflasi tahun 2009 untuk tingkat nasional belum diperoleh. Grafik 2.3.7. Perbandingan laju inflasi tingkat Sulsel dan nasional. 14.00 12.00 10.00 Laju inflasi (%) 8.00 Nasional Sulsel 6.00 4.00 2.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    23 
  • 25. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Investasi PMA dan PMDN Perbandingan pertumbuhan investasi PMA dan PMDN disajikan pada Grafik 2.3.8. Pertumbuhan yang relatif signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan tingkat nasional terjadi pada tahun 2008 untuk PMDN. Pada tahun 2009, tingkat pertumbuhan invesatsi di Sulsel juga cukup tinggi baik untuk PMA maupun PMDN. Grafik 2.3.8. Perbandingan laju pertumbuhan investasi di tingkat Sulsel dan nasional. 400 300 % Pertumbuhan 200 Persentanse Pertumbuhan Realisasi Investasi PMA 100 Persentase Pertumbuhan Realisasi Investasi PMDN 0 -100 Nasional Nasional Nasional Nasional Nasional Nasional Sulsel Sulsel Sulsel Sulsel Sulsel Sulsel -200 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Dilihat dari nilai rata-rata kedua jenis investasi ini, memang nampak bahwa pada dua tahun terakhir, kinerja investasi di Sulsel cukup baik, seperti dapat dilihat pada Grafik 2.3.9. Tren pertumbuhannya juga cukup baik dibandingkan dengan tren nasional, Grafik 2.3.10. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    24 
  • 26. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Grafik 2.3.9. Perbandingan rata-rata laju pertumbuhan investasi (PMA dan PMDN) di tingkat Sulsel dan nasional. 160 Rata-rata pertumbuhan investasi 120 PMA+PMDN (%) 80 Nasional 40 Sulsel 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 -40 -80 Grafik 2.3.10. Perbandingan tren laju pertumbuhan investasi (PMA dan PMDN) di tingkat Sulsel dan nasional. 160 80 investasi PMA+PMDN (%) 120 60 Rata-rata pertumbuhan Tren Pertumbuhan 80 Nasional 40 Sulsel 40 Nasional 20 0 Sulsel 2004 2005 2006 2007 2008 2009 0 -40 -80 -20 Infrastruktur Data tentang kondisi jalan negara, provinsi dan kabupaten sulit distratifikasi menurut tahunn karena perbedaan format data dari berbagai sumber data termasuk BPS. Namun demikian pada tahun 2008, total panjang jalan di Sulsel mencapai 23.307 km. Dari total ini, jalan negara dan provinsi masing-masing sepanjang 1.556 km dan 1.209 km, sisanya jalan kabupaten. Kualitas jalan nasional cukup baik dimana pada tahun 2009 hanya sekitar 43 km yang tergategori rusak. Namun secara total (nasional, provinsi dan kabupaten), panjang jalan yang rusak mencapai 7.435 km. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    25 
  • 27. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan 2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Terdapat empat indikator yang spesifik dan sangat menonjol pada aspek pembangunan ekonomi di Sulsel yakni: 1) laju pertumbuhan ekonomi; 2) persentase ekspor terhadap PDRB; 3) pendapatn perkapita; dan 4) pertumbuhan investasi. Laju Pertumbuhan Ekonomi Seperti diutarakan sebelumnya, laju pertumbuhan ekonomi Sulsel dari tahun ke tahun cukup baik, bahkan melampaui kinerja laju pertumbuhan ekonomi nasional. Bahkan pada tahun 2008, pada saat resesi ekonomi dunia yang begitu buruk, laju pertumbuhan ekonomi Sulsel masih dapat bertahan pada angka di atas 7%. Secara keseluruhan laju pertumbuhan ekonomi Sulsel relatif stabil selama periode 2004 sampai 2009 seperti ditunjukkan pada Grafik 2.3.11. Kondisi yang begitu stabil menunjukan bahwa instrumen pereknomian Sulsel relatif baik. Instrument yang ada telah mampu menjaga stabilitas, termasuk stabilitas politik dan keamanan, yang mampu menjaga kegairahan perekonomian Sulsel. Usaha- usaha pemerintah dalam pembangunan infrastruktur (jalan, bandara, pelabuhan), bidang pertanian seperti perbaikan irigasi, pencetakan sawah baru, perbaikan tanaman kakao cukup berperan signifikan dalam menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi Sulsel. Pengembangan sektor parawisata juga turut berpengaruh dalam menjaga pertumbuhan ekonomi. Grafik 2.3.11. Laju pertumbuhan ekonomi Sulsel 2004-2009 8.00 Laju Pertumbuhan Ekonomi 6.00 (%) 4.00 2.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Indikasi lain adalah semakin padatnya penumpang melalui pelabuhan udara Sultan Hasanuddin. BPS Sulsel melaporkan bahwa: “Pada tahun 2007 penumpang yang berangkat melalui pelabuhan udara Hasanuddin sebanyak 1.514.914 orang, atau meningkat sebesar 6,59 persen dibandingkan tahun 2006, dimana penumpang yang berangkat sebesar 1.421.245 orang. Sedangkan penumpang yang masuk Sulawesi Selatan melalui pelabuhan udara Hasanuddin pada tahun 2006 sebanyak 1.509.649 jiwa BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    26 
  • 28. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan meningkat menjadi 1.646.318 jiwa pada tahun 2007 atau naik sebesar 9,05 persen. Arus barang yang dibongkar melalui Pelabuhan Udara Hasanuddin tercatat 37.267 ton yang terdiri dari 20.085 ton bagasi, 16.550 ton barang/kargo dan 632 ton paket pos. Sedangkan barang yang dimuat melalui Pelabuhan Udara Hasanuddin tahun 2007 tercatat 60.033 ton yang terdiri dari 31.918 ton bagasi, 26.313 ton barang/cargo dan sisanya sebanyak 802 ton paket pos”. Persentase ekspor terhadap PDRB Peningkatan volume dan nilai ekspor Sulsel selama ini juga cukup baik. Sayang data yang ada hanya mencakup periode 2004-2007. Oleh karena itu, grafik persentase nilai ekspor terhadap PDRB Sulsel yang disajikan pada Gambar 2.3.12 hanya mencakup periode ini. Walaupun demikian, tren dari kinerja ekspor ini terhadap peningkatan PDRB Sulsel sangat baik. Ekspor hasil pertanian, seperti kakao, semakin bergairah akibat peningkatan harga jual di pasar internasional. Harga hakao pada tahun 2006 yang hanya sekitar Rp 11.000 per kg telah melonjak mencapai harga Rp 20 ribuan sejak tahun 2007 lalu. Pada tahun 2009, harga kakao bahkan telah mencapai Rp 25.000 per kg. Ekspor komoditi penting Sulsel yang mengalami penurunan adalah komoditi-komoditi yang terkait dengan hasil hutan, seperti kayu jadi, kayu olahan, kayu lapis dan rotan. Nilai ekspor komoditi penting Sulsel pada tahun 2006, 2007 dan 2008 masing-masing mencapai (US$) 1.7 Milliar, 2.7 Milliar dan 1.8 Milliar. Grafik 2.3.12. Persentase nilai ekspor terhadap PDRB Sulsel 2004-2007 30.00 Ekspor terhadap PDRB (%) 24.00 18.00 12.00 6.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    27 
  • 29. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita Sulsel juga cukup menggembirakan kalaupun secara umum masih dibawah nasional. Perbaikan pendapatan perkapita dari tahun ke tahun cukup menggembirakan seperti dapat dilihat pada Grafik 2.3.13. Keadaan ini sejalan dengan semakin menurunnya angka pengangguran yang tahun 2008 hanya mencapai 311.768 orang dari sebelumnya tahun 2007 sebesar 372.714 orang. Sebaliknya jumlah angkatan kerja yang bekerja meningkat dari sebesar 2.939.463 orang pada tahun 2007 menjadi 3.136.111 orang pada tahun 2008. Perbaikan Bandara Sultan Hasanuddin dan semakin berkembangnya usaha jasa di Sulsel telah semakin menggairahkan perekonomian Sulsel. Industri hotel semakin berkembang ditandai dengan peningkatan jumlah hotel di Sulsel dimana pada tahun 2006 hanya sebanyak 416 buah menjadi 487 buah pada tahun 2008. Grafik 2.3.13. Penadapatan perkapita Sulsel 2004-2009 12.00 Pendapatan Perkapita (Rp 9.00 Juta) 6.00 3.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Bukti lain dari semakin membaiknya kinerja ekonomi di Sulsel adalah semakin padatnya kendaraan bermotor di jalan. Grafik dibawah (Grafik 2.3.14) akan menunjukkan peningkatan jumalah kendaraan dari tahun 2005 ke 2008. Jumlah sepeda motor pada tahun 2008 naik 57.6% dibandingkan dengan tahun 2006. Sedangkan mobil naik dari 33% pada periode yang sama. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    28 
  • 30. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Grafik 2.3.14. Jumlah kendaraan bermotor di Sulsel 2004-2009 3,600,000 3,000,000 232,184 Jumlah Kendaraan 2,400,000 1,376,931 174,333 Mobil 1,800,000 Sepeda motor 873,823 Total 1,200,000 600,000 - 2005 2006 2007 2008 Pertumbuhan Investasi Pertumbuhan investasi juga semakin baik, paling tidak seperti ditunjukkan pada tahun 2008 dan 2009, Grafik 2.3.15. Investasi pada bidang-bidang industri keuangan dan pengolahan hasil dan perdagangan serta jasa (hotel dan restoran) banyak mendominasi peningkatan ini. Nilai PMDN dan PMA pada tahun 2009 masing-masing mencapai sekitar Rp 3 triliun dan US$ 60 juta. Grafik 2.3.15. Pertumbuhan investasi (PMA dan PMDN) di Sulsel 2004-2009 150 Pendapatan Perkapita (Rp 120 90 Juta) 60 30 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Hal yang dapat menjadi kendala dari masuknya investasi di Sulsel adalah ketersediaan listrik. Sejak beberapa tahun terakhir ini, provinsi ini mengalami masalah kelistrikan. Pada musim kemarau, frekuensi kejadian pemadaman listrik relatif tinggi. Ketersediaan air bersih juga dapat menjadi kendala dikemudian hari. Seperti halnya listrik, BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    29 
  • 31. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan air dari PDAM teutama untuk wialyah kota Makassar dan sekitarnya tidak mengalir pada saat musim kemarau. Jalan negara dan provinsi yang panjangnya sekitar 2.765 km dan sekitar 21.541 km jalan kabupaten (Grafik 2.3.13) cukup membantu pergerakan barang dari satu kabupaten ke kabupaten lain untuk menggairahkan perekonomian termasuk investasi. Namun tingkat kerusakan dari total jalan negara, provinsi dan kabupaten yang mencapai 7.435 km pada tahun 2008 dapat menjadi kendala serius dalam meransang investasi di wilayah ini. Bahkan, tanpa penanganan yang baik, kendala kualitas jalanan ini akan mengganggu pergerakan perkenomian secara umum. Grafik 2.3.13. Kondisi jalan negara, provinsi dan kabupaten di Sulsel 2008 Kondisi Jalan Negara + Provinsi + Kabupaten (km) Tahun 2008 Rusak Berat, 2733.93 Rusak ringan , 4701.58 Baik, 10617.9 Sedang, 6253.72 2.3.3. Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan uraian di atas, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulsel, hal-hal berikut ini perlu mendapatkan perhatian: 1. Usaha-usaha peningkatan pendapatan perkapita perlu terus dilakukan dengan mengengksplorasi peluang-peluang peningkatan usaha dan investasi yang memungkinkan terjadinya penyerapan tenaga kerja. 2. Kebijakan-kebijakan insentif perlu dibangun oleh pemerintah terutama untuk mendorong investasi di Sulsel. Kebijakan ini dapat berupa kepastian hukum, insentif pajak, promis dan kemudahan dalam administrasi. 3. Segala perangkat kebijakan harus dieksplorasi kembali untuk melihat koherensi antar kebijakan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulsel. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    30 
  • 32. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan 4. Kegiatan yang memungkinkan terjadinya ekonomi biaya tinggi harus diminimalkan sehingga pergerakan jasa dan barang menjadi lebih efisien dan ekonomis. 5. Ketersediaan listrik dan air harus menjadi perhatian sehingga tidak menurunkan minat para investor di wilayah ini. 6. Kondisi keamanan wilayah harus dijaga sekondusif mungkin sehingga semua pihak merasa nyaman berdomisili di wilayah ini. 7. Kualitas transportasi (darat, laut dan udara) perlu semakin ditingkatkan sehingga lalu lintas perputaran barang dan jasa semakin lancar untuk mendukung perekonomian Sulsel. 8. Kualitas jalan negara dan provinsi serta kabupaten perlu dijaga dengan baik sehingga tingkat kerusakan dapat diminimalkan. 2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM 2.4.1 Capaian Indikator Pencapaian indikator hasil (outcomes) kualitas pengelolaan sumberdaya alam disusun berdasarkan lima indikator pendukung (output) yaitu persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis, luas rehabilitasi lahan luar hutan, luas kawasan konservasi, jumlah tindak pidana perikanan, persentase terumbu karang dalam keadaan baik, dan luas kawasan konservasi laut. Tiga indikator output yang disebutkan pertama merefleksikan tingkat pengeloaan sumberdaya alam di darat sedangkan tiga yang disebutkan terakhir merupakan indikator kuaitas pengeloaan sumnberdaya laut. Berhubung karena satuan ke-enam indikator tersebut beragam (persen, luas, dan jumlah kejadian), maka hanya indikator output dengan satuan persentase dirata- ratakan untuk memberikan gambaran tentang kualitas pengeloaan sumberdaya alam di Sulawesi Selatan dibandingkan dengan kualitas pengeloaan seumberdaya alam nasional. Kedua indikator tersebut adalah persentase luas lahan rehabiliutasi terhadap keseluruhan luas lahan kritis di dalam hutan, dan persentase terumbu karang yang masih baik. Perbandingan indikator outcome tersebut ditampilkan pada grafik berikut BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    31 
  • 33. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Grafik di atas menunjukkan bahwa kulitas pengeloaan sumberdaya alam di Sulawesi Selatan terus menurun sejak tahun 2004 hingga tahun 2009. dan secara umum selalu berada di bawah rata-rata capain nasional. Pola fluktuasi capaian pengeloaan kualitas sumberdaya alam antara provinsi Sulawesi Selatan dengan nasional secara umum sama, kecuali pada tahun 2006 dimana capaian di Sulawesi Selatan lebih baik dari capaian nasional. Menurunnya kualitas pengeloaan sumberdaya alam dapat dipertegas dengan tren yang sering bernilai negatif sepanjang tahun 2004 hingga tahun 2009, kecuali dari tahun 2005 ke tahun 2006, baik secara nasional maupun di Provinsi Sulawesi Selatan. Meskipun demikian, tren Sulawewsi Selatan cenderung lebih baik dari pada tren nasional, sehingga dari tahun 2008 ke tahun 2009 capaian kulaitas pengeloaan sumberdaya alam di Sulawesi Selatan relatif konstan. Analisis Relevansi Dengan membandingkan tren kualitas pengeloaan sumberdaya alam antara Sulawesi Selatan dengan nasional, dapat diketahui apakah tujuan/sasaran pembangunan yang direncanakan dalam pengeloaan sumberdaya alam mampu menjawab permasalahan utama/tantangan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, dan sebagaimana yang ditunjukkan pada grafik, sebelum tahun 2007, tren Sulawesi Selatan lebih baik dari tren nasional. Artinya, pembangunan dalam bidang sumberdaya Alam di Sulawesi Selatan sejalan bahkan memberikan kontribusi yang besar bagi tujuan pembangunan kulaitas sumberdaya alam nasional. Namun BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    32 
  • 34. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan demikian pada tahun 2007 tren Sulawesi Selatan lebih rendah dari tren nasional, yang mengindiksikan bahwa pada tahun itu, kontribusi Sulawesi Selatan bagi pencapaian sasaran pembangunan di bidang kulitas sumberdaya alam dan dalam menjawab permasalahan kualitas sumberdaya alam nasional rendah. Kondisi ini berlanjut hingga tahun 2008. Pada tahun 2009 diperkirakan tren Sulawesi Selatan akan membaik, dimana tingkat pengeloaan sumberdaya alam akan relatif sama dengan tahun 2008. Meskipun demikian, jika secara nasional, tren 2007-2008 berlanjut, maka tren Sulawesi Selatan tetap lebih rendah dari tren nasional. Tren perkembangan luas rehabilitasi lahan luar hutan, indikator output yang dapat memberikan gambaran kualitas sumberdaya alam, di Sulawesi Selatan juga sejalan dengan tren nasional, seperti yang ditunjukkan pada grafik sebelah kanan. Hal ini juga dapat menegaskan bahwa pembagunan SDA di SulSel relevan dengan sasaran pembangunan sumberdaya alam Idikator output yang lain yang dapat memberikan gambaran kualitas pengeloaan sumberdaya alam adalah luas lahan konservasi di daratan. Tren perubahan luas lahan konservasi menunjukkan nilai yang selalu negatif yang menunjukkan luas lahan konservasi terus menurun, baik secara nasional maupun di Sulawesi Selatan. Dari grafik terlihat bahwa tren Sulawesi Selatan berada di bawah tren nasional pada tahun 2005, tetapi selanjutnya sama dan akhirnya pada tahun 2007 lebih baik dari tren nasional. Dengan perubahan gren seperti ini maka dapat dikatakan bahwa berdasarkan luas lahan konservasi, pembangunan kualitas pengeloaan sumberdaya alam di Sulawesi Selatan telah sejalan dengan sasaran pemabangunan sumberdaya alam nasional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hingga tahun 2007 pembangunan kualitas sumberdaya alam di Sulawesi Selatan sejalan dengan sasaran pembangunan nasional atau mampu berkontribusi bagi penyelesaian permasalahan kulitas sumberdaya alam secara nsional. Tetapi mulai tahun 2007, kontribusi tersebut melemah. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    33 
  • 35. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Analisis Efektivitas Dengan membandingkan kualitas sumberdaya alam antara tahun berjalan dengan tahun sebelumnya, maka dapat diketahui sejauhmana efektivitas pembangunan dalam bidang pengeloaan sumberdaya alam di Sulawesi Selaan. Seperti yang ditunjukkan pada grafik, kualitas sumberdaya alam pada tahun 2005 lebih baik dari tahun 2004, demikian juga dengan tahun 2006 lebih baik dari tahun 2005. Dengan demikian dapat disebutkan pada pada tahun 2005 dan 2006, pembangunan dalam bidang pengeloaan sumberdaya alam di Sulawesi Selatan cukup efektif. Namun demikian, kualitas sumberdaya alam pada tahun 2007 lebih rendah daripada tahun 2006, demikian juga dengan 2008 lebih rendah dari tahun 2007. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada tahun 2007 dan tahun 2008, pembangunan dalam bidang pegeloaan sumberdaya alam di Sulawesi Selatan kurang efektif. Efektifnya pembangunan sumberdaya Alam pada tahun 2005 dan 2006 tersebut terutama dikontribusi oleh meningkatnya persentase rehabilitasi lahan kritis di dalam hutan menjadi 78% pada tahun 2005 dan 98% pada tahujn 2006. Sejalan dengan itu, penurunan efektivitas pembangunan pada tahun 2007 dan 2008 juga dikontribusi oleh menurunnya secara signifikan persentase rehabilitasi lahan kritis dalam hutan pada tahun tersebut, yatitu menjadi hanya 27% pada tahun 2006 dan 14% pada tahun 2008. Pembangunan sumberdaya alam kehutanan, berdasarkan dua indikator output yaitu luas lahan yang direhabilitasi di luar hutan dan luas lahan konservasi di daratan, dapat dinilai efektif. Seperti yang dapat ditunjukkan pada grafik beikut, luas lahan rehabilitasi luar hutan dan luas konservasi meningkat dalam periode 2004-2009. Bahkan, terjadi peningkatan sangat signifikan pada luas lahan rehabilitasi luar hutan dari sekitar 2 ribuan hektar pada tahun 2007 menjadi 80 ribuan hektar pada tahun 2008 dan diperkirakan 90,000 ha pada tahun 2009. Sebaliknya, menjadi terjadi BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    34 
  • 36. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan peningkatan secara konsisten pada luas kawasan konservasi dari tahun 2005 hingga tahun 2009, terjadi penurunan sigvinifikan dari 304 ribu ha pada tahun 2004 menjadi 258 ribu ha pada tahun 2005. 2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Dari dua indikator output yang dipakai mengukur outcome capaian pengeloaan sumberdaya alam, persentase rehabilitasi terhadap total lahan kritis di dalam hutan memiki fluktuasi yang tinggi sehingga capaian kualitas sumerdaya alam dari tahun ke tahun sangat bervariasi. Seperti yang dapat dilihat pada Grafik di bawah, pada tahun 2005, persentase lahan yang direhabilitasi meningkat secara signifikan menjadi 78% dari hanya 57% tahun sbelumnya. Angka ini selanjutnya meningkat lagi menjadi 98% pada tahun 2006. Persentase lahan yang direhabilitasi selanjutnya turun secara signifikan menjadi 27% pada tahun 2007, dan hanya 14 % pada tahun 2008. Pada tahun 2009, persentase lahan yang direhabilitasi terhadap total laha kritis di kawasan hutan diperkirakan sama dengan tahun 2008 yaitu sekitar 14%. Fluktuasi persentase lahan yang yang direhabilitasi terhadap total luas lahan kritis di kawasan hutan dalam periode 2004 – 2009 ditunjukkan pada Gambar berikut. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    35 
  • 37. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tidak seperti persentase lahan yang direhabilitasi, persentase terumbu karang yang masih baik secara konsisten menurun dari 30% pada tahun 2004 menjadi hanya 22% pada tahun 2009, seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut. Meskipun sejumlah program konservasi terumbu karang telah dilakukan di provinsi Sulawesi Selatan dari berbagai sumber dana, termauk program Coremap I dan program Coremap II, laju pengrusakan terumbu karang ternyata tidak bisa dihentikan. Penyebaran kondisi terumbu karang di perairan ulawesi Selatan ditunjukkan pada Table berikut Tabel 2.4.1 Penyebaran kondisi terumbu karang di perairan sulawesi Selatan Jumlah Sangat Baik Kritis Rusak Kawasan Stasiun Baik (%) (%) (%) (%) Kepulauan Supermonde 61 2 13 34 51 Laut Flores 118 2 26 37 35 Teluk Bone 78 10 10 17 63 Selat Makassar 8 0 0 25 75 Rata rata Sul Sel 265 4 18 30 48 2.4.3 Rekomendasi Kebijakan Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan kualitas sumberdaya alam di Sulawessi Selatan dalam lima tahun terakhir ini relevan dengan pembangunan nasional, artinya sejalan dengan pencapaian nasional. Dengan kata lain, Sulawesi Selatan berkontreibusi pada pencapaian nasinal. Jika pencapaian nasional tersebut sesuai dengan sasaran, maka pembangunan telah dapat BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    36 
  • 38. Draf Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan menyelesaikan masalah dalam kualitas sumberdaya alam. Namun demikian pencapaian tersebut tidak efektif. Oleh karena itu direkomendasi kebijakan berikut : 1. Pembangunan kualitas sumberdaya alam perlu diefektifkan dengan memperbaiki format dan frame work nya, terutama yang berhubungan dengan perencanaan, pelibatan selurih stakeholder, dan pengendalian dan pemantauan program 2. Jangkauan pembangunan kualitas sumberdaya alam perlu ditingkatkan, baik secara spasial sehingga mencakup lebih banyak wilayah juga seara tematik sehingga terjadi atas berbagai program pada berbagai khasanah (laut, darat, hutan, pesisir, pegunungan). Peran pemerinah pusat perlu ditingkatkan dalam pengeloaan sumberdaya alam, paling tidak dalam lenyediaan dana dalam bentuk block grant untuk dilakasanakan di daerah. BAPPENAS - Universitas Hasanuddin, 2009    37