SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
1. KONSEP TEMPERATUR
1



    Temperatur adalah derajat panas suatu benda. Dua benda
    dikatakan berada dalam keseimbangan termal apabila
    temperaturnya sama.

    Kalor (heat) adalah energi yang mengalir dari benda yang
    bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah.

    Menurut hukum ke Nol Termodinamika :

    Jika benda A berada dalam keseimbangan termal dengan benda
    B, sedang B setimbang termal dengan benda C, maka ketiga
    benda dalam keseimbangan termal satu terhadap lainnya.
SKALA TEMPERATUR
2


        Untuk mengukur temperatur digunakan termometer yang
     memanfaatkan sifat bahan tertentu yang memuai jika
     temperaturnya naik, misalkan bahan Air Raksa (Hg)
      Skala temperatur ditentukan oleh dua suhu referensi.

        1. Titik Beku Air
           Suhu dimana air membeku pada tekanan satu atmosfer (1
     atm).

        2. Titik Didih Air
           Suhu dimana air mendidih pada tekanan satu atmosfer (1
     atm).
   Beberapa Skala Temperatur
3
                      Celcius   Fahrenheit   Kelvin   Rankin

                         100        212       373      672
    Titik didih air




    Titik beku air        0         32         273      492
Konversi Skala Temperatur
4

       Skala temperatur merupakan skala linier, sehingga hubungan
        antara penujukan suhu benda menurut masing-masing Termometer
        merupakan hubungan linier.
       Satuan suhu menurut sistem satuan internasional adalah kelvin (K).
       T2 = a T1 + b
        Berdasarkan data titik beku dan titik didih air, dapat diperoleh nilai a
        dan b.
       Sebagai suatu contoh :
             K = C + 273
             F = 1,8 C + 32
             RK = 1,8 C + 492
CONTOH
5


    1. Suhu suatu zat cair diukur menggunakan termometer X dan
       termometer berskala Celcius. Ketika Celcius menunjukkan 20,
       termometer X menunjukkan 68. Sedangkan ketika Celcius
       menunjukkan 60, termometer X menunjukkan 140. Berdasarkan
       skala manakah termometer-X tersebut dibuat ?


    2. Ubahlah pernyataan berikut ke dalam satuan internasional : Benda
       yang suhuhnya 27 oC dipanaskan hingga suhunya naik 27 oC
       menjadi 54 oC.
2. KONSEP PEMUAIAN
    2.1 Muai Panjang
         Ukuran suatu benda akan beubah bila suhunya dinaikkan. Kebanyakan
6   benda berekspansi jika dipanaskan dan menyusut bila didinginkan. Jika L o adalah
    panjang benda mula-mula pada suhu T o, berekspansi secara linier pada waktu T
    dan panjang L. Maka pertambahan panjangnya ∆L akan sebanding dengan
    panjang mula-mula Lo, yaitu

              ∆L = α Lo ∆T            , atau : L = Lo (1 + α ∆T )

    α = koefisien muai panjang dengan satuan K -1.
    Misalnya jika harga α tembaga 17 x 106 /C0 artinya batang tembaga pada 0oC
    panjangnya 1 cm, kalau dipanaskan sampai 1oC akan bertambah panjangnya
    0,000017 cm.
    Pada tingkat mikroskopik, ekspansi termal pada
                                                                    Lo
    zat padat ada penambahan jarak pemisahan rata-
    rata di antara atom-atom di dalam zat.                  To          ←∆L→
    Untuk bahan isotropik, perubahan panjang untuk         T
    sebuah perubahan temperatur adalah sama untuk
                                                                     L
    semua garis di dalam zat.
2.2. Muai Luas
           Jika suhu suatu bidang bertambah ∆T, maka luas bidang
7   tersebut akan bertambah sebedar ∆A,

               ∆A = β Ao ∆T

    dimana β : koefisien muai luas dengan satuab K   -1
                                                          , (untuk benda
    padat isotropik β ≈ 2 α )

    2.3. Muai Volume
     Jika suhu suatu bidang bertambah ∆T, maka volume benda akan
    bertambah ∆V yang memenuhi hubungan :

               ∆V = γ Vo ∆T

    dimana γ : koefisien muai volume dengan satuan K -1 , (untuk benda
    padat isotropik γ ≈ 3 α )
CONTOH
8


    1.   Sebuah lempeng berbentuk lingkaran dipanaskan sehingga
         diameternya bertambah 1 %. Berapa % kah pertambahan
         luasnya ?
    2.   Jika digambarkan hubungan antara pertambahan panjang
         terhadap suhu untuk suatu benda yang koefisie muainya
         konstan (dalam interval yang sangat besar), akan diperoleh
         kurva garis lengkung. Tentukan fungsi kelengkungan tersebut
         ?
    3.   Sebuah cincin berongga berupa sebuah
         pelat berongga seperti ditunjukkan oleh
         gambar di samping ini. Jika cincin
         dipanasi, maka ukuran rongganya akan :
         a. makin besar
         b. makin kecil
         c. tetap
3. KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR
    3.1. Kuantitas Kalor
9
        Kalor adalah energi termal yang mengalir dari benda bertemperatur tinggi
    ke benda bertemperatur rendah. Satuan kalor adalah Joule, kalori dan BTU
    (British Thermal Unit), dimana 1 Kal = 4,186 Joule
    Satu kilogram kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
    menaikkan suhu 10 C untuk 1 kilogram air.
       Kapasitas kalor C adalah banyaknya kalor yang diserap benda untuk
    menaikkan suhu satu satuan suhu (SI = 1 K)
                  C = ∆Q/∆T        C = dQ/dT
    dimana satuan kapasitas panas (C) adalah kal/oC, Joule/kelvin.
           Untuk memperoleh suatu harga kapasitas yang khas didefinisikan
    kapasitas kalor spesifik (kalor jenis) c, yaitu kalor yang diperlukan untuk
    menaikkan suhu benda per satuan massa per satuan suhu.
                  c = C/m                     c = ∆Q/(m ∆T)
    dimana satuan kapasitas panas jenis (c) adalah kal/gram. oC atau J kg-1 K-1.
Jumlah kalor yang harus diberikan kepada sebuah benda bermassa m
10
     dan mempunyai kalorjenis c, untuk menaikan temperaturnya adalah :
                  Tf

           Q = m ∫ c dT

                   Ti

     Persamaan ini digunakan dalam prinsip kerja Kalorimeter. Kalorimeter
     digunakan untuk mengukur jumlah kalor. Ada dua jenis kalorimeter yaitu
     kalorimeter air dan kalorimeter arus kontinu.
     Berdasarkan prinsip bahwa kalor yang diberikan sama dengan kalor
     yang diterima, maka persamaan yang berlaku adalah :


            mL cL (TL - Tw) = (ma ca + mk ck ) (Tw - Tak)


     dimana : L = logam tertentu, a = air, k = kalorimeter, w = keadaan akhir
3.2. Perpindahan Kalor
     a.   Konduksi
11         Konduksi panas/hantaran adalah perpindahan energi termal atau kalor
          dalam molekul zat yang berdekatan tanpa perubahan molekul itu
          sendiri, akibat perbedaan temperatur.
                                        H ≡ ∆Q /∆t
               T2 > T1         A
                                        H = - k A (dT/ dx)
                       T2     T1
                                        H = k A (T2-T1) /L
                                        dimana :
                                        H = Arus Kalor [joule/s]
                                        k = konduktivitas termal zat
                          L                 [(kkal/detik.m).oC ; J/s.m.K]

          b.Konveksi
            Konveksi adalah perpindahan panas dari suatu tempat ketempat yang
          lain yang dibawa oleh fluida panas itu. Jika fluida yang dipanaskan itu
          dipompa /didorong oleh bahan lain disebut konveksi paksa, kalau fluida
          mengalir karena perbedaan kerapatan disebabkan perbedaan
          temperatur disebut konveksi alamiah/bebas
          Laju aliran panas konveksi dinyatakan oleh :
             H = hc A ∆t       hc ; koefisien konveksi
c.Radiasi
12
         Radiasi adalah perpindahan energi melalui gelombang
     elektromagnetik. Pemancaran energi ini tidak memerlukan media
     material penghantar. Energi ini disebut energi radiasi dalam bentuk
     gelombang elektromagnetik, tetapi dengan intensitas berbeda. Benda
     hitam (Black Body) adalah benda yang mampu menyerap hampir
     seluruh energi radiasi yang menimpanya. Jumlah energi radiasi yang
     dipancarkan persatuan waktu persatuan luas oleh benda hitam adalah

                     I = e σ A T4
     dimana :
          I : daya yang dipancarkan ke satu satuan luas = dP/dA
          e : daya pancar permukaan bahan (emisivitas); 0<e<1
          σ : Konstanta radiasi Stefan-Boltzman (5,67 x 10-8 Watt/ m2.K4 )
          T : temperatur (Kelvin)
4. GAS IDEAL DAN TEORI KINETIK
     4.1 Hukum-Hukum Gas

13
     Hasil eksperimen Boyle menunjukan jika gas temperaturnya dibuat tetap
     maka perubahan volume sistem akan diikuti dengan perubahan tekanan.
     Sehingga hasil kali volume dan tekanannya tetap .
          V∝1/P
          PV = konstan, atau
          P1V1 = P2V2 (Hukum Boyle)
     Persamaan ini tepat untuk gas ideal yaitu gas yang energi ikat antar
     molekulnya dapat diabaikan.
     Charles melakukan pendekatan untuk tekanan yang konstan, maka volume
     gas akan berbanding lurus terhadap temperatur absolut (273,15 oC). Hasil
     yang didapat adalah
          V∝T
     Gay-Lussac mengukur koefisien muai ruang pada tekanan konstan. Hasil
     percobaannya menunjukkan tekana gas berbanding lurus dengan temperatur
     absolut:
          P∝T
4.2. Persamaan Tingkat Keadaan Gas Ideal
Tingkat keadaan sistem dinyatakan sebagai kondisi fisis sistem.
Keadaan sistem bermassa m ditunjukkan oleh besaran P, V, T
[Tekanan, Volume dan Temperatur]. Hubungan ketiga besaran ini
disebut Persamaan Tingkat Keadaan Gas Ideal, yaitu

           PV
              = konstan
            T


(Hukum Boyle-Gay Lussac)




                                                      14
Teori Kinetik Gas
15


          Model Mikroskopis Gas Ideal

     1.   Gas ideal terdiri dari zarah yang jumlahnya amat besar
     2.   Zarah-zarah itu tersebar merata dalam sluruh ruang yang
          tersedia
     3.   Zarah-zarah itu senantiasa bergerak secara acak ke segala
          arah
     4.   Jarak antar zarah jauh lebih besar daripada ukuran zarah
     5.   Tidak ada gaya interaksi antar zarah kecuali saat terjadi
          tumbukan
     6.   Semua tumbukan bersifat elastis sempurna
     7.   Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku.
Secara mikroskopik tekanan gas dicari dengan teori kinetik, dimisalkan sebuah
16
     kotak berisi N partikel.




                                           Seandainya partikel tidak saling bertumbukan,
                                           dan hanya akan bertumbukan pada dinding
                                           kotak
                                           Perubahan momentum untuk satu tumbukan :
            y                              ∆(mv) = mvx - (-mvx) = 2 mvx
                         l                 Selang waktu antara dua kali tumbukan pada
                                     A
                                         dinding sebesar ∆t = 2l/vx
                                         Gaya rata-rata untuk beberapa tumbukan :
             
                                         x      ∆(mv)      2 mvx      mvx 2
                                          F = ——— = ——— = ——
      z
                                                 ∆t        2l/vx       l
Gaya pada dinding untuk N partikel
         m                                 m        _
     F = — ( vx1 + vx2 + ….. + vxN ) = — N vx
                2     2           2           2


17        l                                 l
            _     _     _      _         _      _     _
     dimana v = vx + vy + vz , dan vx = vy = vz
             2     2    2    2         2   2      2


          _      _
     atau v = 3 vx 2
            2


     Hasil substitusi diperoleh
              _
         m     v2
     F=— N—
         l    3
     Tekanan pada dinding menjadi,
                   _         _
              1 Nmv 2 1 Nmv 2
     P = F/A = — —— = — ———
                3 Al         3   V
     dapat ditulis lebih jelas :
           2             _
     PV = — N ( ½ mv 2 )                        P V = 2/3 Ek
           3
Teori Ekipartisi Energi
18
        Energi Kinetik rata-rata setiap partikel gas ideal per derajat
         kebebasasn adalah :
              Ek = ½ kT
         dengan k merupakan konstanta Boltzmann : k = 1,38 . 10-23 J/K
        Gas ideal monoatomik memiliki 3 derajat kebebasan, yaitu
         kebebasan translasi, sehingga Ek = 3 x ½ kT. Dengan demikian
         PV = NkT
        Gas ideal diatomik
         Pada suhu        randah   derajat   kebebasannya   3   (translasi)
         sehingga :
              Ek = 3 x ½ kT.
         Pada suhu sedang, derajat kebebasannya 5 [3 translasi, 2
         rotasi] sehingga :
              Ek = 5 x ½ kT.
         Pada suhu tinggi, derajat kebebasannya 7 [3 translasi, 2 rotasi,
Persamaan Umum Gas Ideal
19

        Untuk Gas ideal monoatomik maupun diatomik dengan fsuhu
         rendah berlaku :
                PV=NkT
         atau
                PV=nRT


         Dengan :   n = N/NA menyatakan jumlah mol gas.
                    NA = bilangan Avogadro = 6,023 x 1023 partikel/mol
                    k = konstanta Boltzmann = 1,38 . 10-23 J/K
                    R = k NA = 8,413 J/K = tetapan Umum Gas Ideal
ENERGI DALAM GAS
20
        Energi dalam gas merupakan jumlah seluruh energi kinetik gas.,
         sehingga untuk gas ideal, energi dalam hanya bergantung suhu
         gas.
        Untuk gas ideal monoatomik :
         U = 3/2 nRT
        Gas ideal diatomik
         Pada suhu     randah    derajat   kebebasannya    3   (translasi)
         sehingga :
              Ek = 3/2 nRT.
         Pada suhu sedang, derajat kebebasannya 5 [3 translasi, 2
         rotasi] sehingga :
              Ek = 5/2 nRT.
         Pada suhu tinggi, derajat kebebasannya 7 [3 translasi, 2 rotasi,
         2 vibrasi] sehingga :
              Ek = 7/2 nRT.
A. Permukaan P, V, T untuk Gas Ideal ( PV = n RT)
21

                                               T2 T                          P1
      P                                 P T1
                                                   3
                  V3                                                     V          P2
                         V1 < V2 < V3                     T1 < T2 < T3

                       V2                                                                P3
                             V1
                                  T                                V                           T


          Proses Isochorik                      Proses Isotermis             Proses Isobarik
B. Permukaan P, V, T untuk Substansi Riil
        Substansi mendekati gas ideal pada P rendah, dan menjauhi gas ideal pada P
22      tinggi dan T rendah. Substansi dapat berubah dari fase gas ke cair/padat.
        Pada massa tetap/konstan grafik P, V, T dapat digambarkan sbb :
     P(atm)                     Titik Kritis
                                                                         padat         gas
                                                        P
                         Cair              Gas                   cair       c

              Padat                                                                    uap
                                  Uap                                    cair-uap

                                               T(oC )                      padat-uap
                                                                                             V
                      Titik Tripel                          padat-cair




     C. Titik Tripel dan Titik Kritis
        Titik Tripel adalah titik dimana substansi berada dalam kesetimbangan tiga fase,
        untuk air : T = 273,16 oK = 0,01 oC, dan P = 6,03 . 10-3 atm.
        Titik Kritis adalah titik dimana substansi berada dalam kesetimbangan dua fase,
        untuk air : T = 647,4 oK = 374 oC, dan P = 218 atm.
4.5. Kerja
       Jika piston dalam suatu silinder digerakkan dengan tekanan p pada luas
     penampang A maka gaya pada piston itu adalah pA. Jika piston bergerak sejauh
23   ds maka kerja yang dilakukan piston adalah :                  A

                                                                      PA
          dW = F . ds = P A ds = P dV
                                                                ds
     dimana : A ds = dV
     Pada umumnya tekanan tidak akan konstan selama pergeseran.                           vf
     Jika tekanan berkurang dengan bertambahnya volume maka :W = ∫ dW = ∫ p dV
       P         1
            pi                                (W12 ) a tidak sama dengan (W12 ) b   vi
                         a
                                              Besar W12 = daerah di bawah kurva P-V,
                     b        2               dimana kerja bergantung pada tingkat keadaan
           pf                                 awal dan akhir, juga pada lintasan proses
                                              W = + , bila berekspansi
                 vi          vf     V         W = - , bila dikompresi
     Proses isobaris     : W = P (V2 - V1)
     Proses isochoris    :W=0            2
     Proses isotermis    : W = ∫ p dV = ∫ (mRT/V) dV = mRT ln (V2/V1) : untuk gas ideal
                                        1
CONTOH
24
     1. Sejumlah gas monoatomik yang tekanannya 106 pacal,
        volumenya 2 liter. Gas tersebut mengalami ekspansi isobarik
        hingga volumeya 3 liter.
        a. Berapa Usaha yang dilakukan oleh gas tersebut !
        b. Berapa Kenaikan energi dalam gas tersebut !
     2.   Sejumlah gas monoatomik yang tekanannya 106 pacal,
        volumenya 2 liter. Gas tersebut mengalami ekspansi isotermik
        hingga volumeya 3 liter.
        a. Berapa Usaha yang dilakukan oleh gas tersebut !
        b. Berapa Kenaikan energi dalam gas tersebut !
     3.   Sejumlah gas monoatomik yang tekanannya 106 pacal,
        volumenya 2 liter. Gas tersebut mengalami proses pada
        volume tetap hingga tekanannya 3 x 106 pacal.
        a. Berapa Usaha yang dilakukan oleh gas tersebut !
        b. Berapa Kenaikan energi dalam gas tersebut !
5. HUKUM KE-1 TERMODINAMIKA
          Termodinamika mempelajari fenomena panas, energi dan kerja
     yang dilakukan pada suatu proses termodinamika. Dalam hal ini
25
     benda menjadi fokus perhatian disebut sistem, sedang yang lainnya
     disekitarnya disebut lingkungan. Sistem dipisahkan dari lingkungan
     oleh dinding pembatas (Boundary).            Proses termodinamika
     terjadi pada sistem yang bergerak dari suatu keadaan
     kesetimbangan ke kesetimbangan lainnya, dengan berinteraksi
     dengan lingkungan.
          Bila suatu zat diubah dari keadaan 1 ke 2 kemudian panas (Q)
     dan kerja (W) yang dilakukan diukur, ternyata selisih Q-W sama
     untuk semua lintasan yang menghubungkan 1 dengan 2,
     Selisih Q-W menyatakan perubahan energi dalam zat tersebut. Jadi :
                                                        W
                 dQ = dU + dW                 ∆U
                                     Q
                 Q = ∆U + W
                 Q - W = U 2 - U1
Besarnya harga Q dan W tergantung pada lintasan sedangkan U
26   tidak ter        gantung pada lintasan (jenis proses) dan hanya
     bergantung               pada              keadaan
     awal dan akhir sistem.

     Persamaan diatas menyatakan hukum ke-1 Termodinamika, dengan
     perjanjian :
          Q (+) bila kalor masuk sistem/gas
          Q (-) bila kalor keluar sistem/gas
          W (+) bila sistem/gas melakukan kerja
          W(-) bila sistem/gas dikenai kerja
         ∆U (+) energi dalam sistem/gas naik
         ∆U (-) energi dalam sistem/gasturun
          Semua besaran harus dinyatakan dengan satuan yang sama
Kapasitas kalor dan Kalor Jenis Gas Ideal

27
           Kapasitas kalor gas didefinisikan sebagai C = dQ/dT.
          Untuk proses yang terjadi pada volume tetap (proses isokhorik),
       didefinisikan kapasitas kalor pada volume tetep :
                                   Cv = dQ/dT
       Karena pada proses isokhorik dV = 0, maka dU = dQ sehingga :
                           Cv = dU/dT atau dU = Cv dT
       Sedangkan pada proses isobarik, didefinisikan kapasitas kalor pada
       tekanan tetap sebagai :
                                   Cp = dQ/dT
       Cp = (dU + dW)/dt
           = dU/dT + p dV/dT
           = Cv    + nR
     Didefinisikan pula tetapan Laplace : γ = Cp/Cv
Untuk Proses Adiabatik
    Proses yang terjadi pada suatu sistem dimana tidak ada
panas yang masuk        maupun keluar, (Q = 0), yaitu jika sistem
diisolasi dari pengaruh panas. Dalam hal ini berlaku
persamaan :
                     ∆U = U2 - U1 = - W
Kerja W yang dilakukan terhadap zat berubah semua menjadi
penurunan energi dalam ∆U
        dU = -dW
Cv dT   = nRT dV
          - p
C v dT =       dV
           V
C v dT    dV
       =-           Jika kedua ruas diintehral, diperoleh :
nR T       V
 C v  T2          V2 
    n   = -  n  
 nR  T1 
                  V1 

                                                          28
Dengan mengganti T dengan PV/nR diperoleh :

       P1V1γ = P2V2γ atau PVγ = konstan
29


       Untuk Proses Isochorik
          Proses yang terjadi pada sistem dengan volume konstan
       (∆V=0, maka W=0).
                               Q = ∆U = U2 - U1

       Semua kalor Q yang masuk digunakan untuk menaikan energi
       dalam dU = Cv dT

       Untuk Proses Isotermik
          Proses yang terjadi pada sistem dengan temperatur T
       konstan (kasus tertentu pada gas ideal).

                           ∆U = U2 - U1 = 0 ; Q = W = p (V2 - V1)
Untuk Proses Isobarik
        Proses yang terjadi pada suatu sistem dengan tekanan P
30
     konstan
     Dalam hal ini berlaku persamaan :
                              dQ = dW + dU
     dimana : dQ = n cp dT
              dW = P dV = nR dT
     sehingga, n cp dT - nR dT = n cv dT
               cp - R = c v
               γ = cp / cv = tetapan Laplace
     Untuk :
       gas monoatomik, γ = 1,67
       gas dwiatomik, γ = 1,4
SIKLUS
31      Siklus merupakan beberapa proses yang dialami oleh sejumlah
         gas secara berulang-ulang. Suatu siklus dapat tersusun dari tiga
         langkah, empat langkah, bahkan lebih dari itu.
        Pentingnya siklus ini dibicarakan karena kita menginginkan
         terciptanya suatu mesin yang dapat bekerja secara terus
         menerus.
        Siklus-siklus berikut ini berturut-turut terdiri dari 3 langkah, 4
         langkah dan 4 langkah. P
           P                                               P




                                V                    V                 V
EFISIENSI MESIN KALOR

 Jika suatu mesin kalor setiap siklusnya menyerap kalor sebesar
 Q dan melakukan usaha sebesar W, maka Efisiensi mesin
 tersebut didefinisukan sebagai :

               W
            η=
               Q

 Jika dinyatakan dalam prosen, efisiensi tersebut dinyatakan
 sebagai : W
         η = x 100 %
             Q


                                                      32
CONTOH
33
     1.   Sejumlah gas dalam ruang tertutup volumenya 1 liter. Gas
          tersebut dipanaskan pada tenanan tepat hingga suku
          mutlaknya menjadi dua kali semula. Berapa usaha yang
          dilakukan gas, kenaikan sergi dalamnya, dan energi yang
          diperlukannya ? γ = 5/3
     2.   Seperti soal nomor-1 tetapi prosesnya berlangsung pada
          volume tetap ?
     3.   Seperti soal nomor-1 untuk proses adiabatik ?
     4.   Tentukan efisiensi mesin kalor yang siklusnya sebagai berikut
              P(KPc)
          :  20

             10

                                             V(liter)
                        2        4
6. HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA
           Dari proses isotermis diperoleh bahwa seluruh kalor yang diserap menjadi
     usaha. Tetapi karena ada keterbatasan harga volume, dimana proses harus
34   berhenti. Maka sistem harus dikembalikan kekeadaan semula agar kalor ber-
     ubah kembali menjadi kerja. Hal ini sulit terjadi.
     Untuk itu dibuat proses siklus, agar keadaan sistem kembali kekeadaan semula
     dimana energi dalam sistem sama dengan semula.
        P                                   P        T1
                 isotermik                                Q1   Siklus
                                                               - isotermik
                                                Q3             - isobarik
               Q+W                                             - isokhorik
                                                     Q2
                             V                                 V


     Hukum Ke-Dua Termodinamika :
     KELVIN-PLANCK
     Tidak mungkin sistem melakukan proses dari satu reservoir dan mengubah
     seluruh panas itu menjadi kerja, dan berakhir pada keadaan yang sama seperti
     pada awal proses.
     CLAUSIUS
     Tidak mungkin membuat mesin pendingin yang dapat mentransfer panas dari
     benda dingin ke benda yang lebih panas, tanpa adanya kerja.
6.1. Contoh Penerapan Hukum Kedua Termodinamika :
     Jika sistem mengalami proses, berubah dari keadaan awal dan akhir dimana
35
     sistem dapat kembali kekeadaan awal, tanpa adanya kalor yang berpindah dan
     tiada kerja yang dilakukan, maka proses dikatakan Reversibel. Dan proses
     kebalikan dari reversibel adalah Ireversibel.
     Kebanyakan energi diperoleh dari proses perpindahan panas, maka diperlukan
     alat yang dapat menyerap panas dari sumber dan menkonversikannya menjadi
     energi mekanik yang disebut Mesin Panas
     Mesin yang bekerja kebalikan dari mesin panas adalah Mesin Pendingin
     (refrigerator)


     A. Mesin Panas
                        Reservoir Panas                Q=W
                              TH
                                               QH - |QC| = W
                                   QH                        W QH - |QC|     |QC|
                                               Efisiensi η = — = ———— = 1 - ——
                                           W                 QH   QH        QH
                                   QC

                        Reservoir Dingin
                              TC
B. Mesin Pendingin

36
     Cara kerja mesin pendingin merupakan kebalikan proses kerja mesin panas
     Pada proses ini kerja diberikan pada reservoir suhu rendah

        Reservoir Panas
              TH                   Q=W
                                 |QH| = QC + W
                   QH
                                                   QC   QC        TC
                              Koefisien Kerja CP = — = ———— = ———
                          W
                                                   W Q H - Q C TH - T C
                   QC

       Reservoir Dingin       CP = Coefisien Performance
              TC
                              CP >> mesin makin baik
C. Mesin Carnot
        Mesin Carnot mewakili ungkapan pertama hukum II termodinamika.
37      Dalam mesin ini bekerja dua proses yaitu isotermis dan adiabatik
        Daya guna mesin ini dihitung sebagai berikut :

                      Kerja yang dihasilkan
        Efisiensi =   ____________________________


                      Panas yang diberikan

           η = W / QH                                P
             = (QH - QC) / QH                            QH
           η = 1 - ( QC/QH )
                                                                   TH
                                                         W
      Atau :   η = 1 - ( TC /TH )
                                                              QC   TC

                                                                    V
7. ENTROPI
        Entropi adalah property Fisis suatu sistem yang dapat diukur, dapat
     dinyatakan dalam angka dan satuan.
38
     Jika sebuah sistem yang terisolasi dari lingkungan dapat berada dalam dua
     keadaan yang mempunyai energi yang sama. Bagaimana cara perpindahannya,
     antara keadaan 1 dengan keadaan 2 dan dapat dijelaskan dengan Entropi.
     Entropi (S) dapat diinterpretasikan sebagai ketidakteraturan sistem, dimana
     entropi dapat bertambah atau tetap.
     Apabila sistem menyerap kalor Q pada suhu mutlak T, maka perubahan Entropi
     yang dialami sistem :
            Q
     dS =   —
            T
     Perubahan entropi dari keadaan 1 (awal) ke keadaan 2 (akhir) dalam proses
     reversibel :
                     2 Q
     ∆S = S2 - S1 = ∫ —
                     1 T
Dalam proses reversibel dan adiabatik : Q = 0 ; ∆S = 0 [proses Isentropik]
     Dalam proses reversibel dan isotermal : ∆S = Q / T
39
     Dalam proses reversibel dan siklus :

                Q
     ∆S =    —      =0
              T
     Dalam proses reversibel untuk gas ideal :


            2   Q   2      dT    2       dV
     ∆S = ∫     — = ∫ n cv — + ∫ nR —
            1   T    1       T   1        V

     ∆S = n cv ln (T2 /T1 ) + nR ln (V2 / V1 )

More Related Content

What's hot

Ppt. fluida By FitrahRhya
Ppt. fluida By FitrahRhyaPpt. fluida By FitrahRhya
Ppt. fluida By FitrahRhyaHusain Anker
 
Laporan Praktikum Stoikiometri
Laporan Praktikum StoikiometriLaporan Praktikum Stoikiometri
Laporan Praktikum StoikiometriErnalia Rosita
 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Rezki Amaliah
 
Ppt usaha dan energi sma
Ppt usaha dan energi smaPpt usaha dan energi sma
Ppt usaha dan energi smaririsarum
 
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeterumammuhammad27
 
Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1RifkaNurbayti
 
Harga Air kalorimeter
Harga Air kalorimeterHarga Air kalorimeter
Harga Air kalorimetersilvi novrian
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Rezki Amaliah
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 02
Mekanika fluida 1 pertemuan 02Mekanika fluida 1 pertemuan 02
Mekanika fluida 1 pertemuan 02Marfizal Marfizal
 
Laporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodLaporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodWidya arsy
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PANAS JENIS DAN KALORIMETER
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PANAS JENIS DAN KALORIMETERLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PANAS JENIS DAN KALORIMETER
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PANAS JENIS DAN KALORIMETERMUHAMMAD DESAR EKA SYAPUTRA
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 01
Mekanika fluida 1 pertemuan 01Mekanika fluida 1 pertemuan 01
Mekanika fluida 1 pertemuan 01Marfizal Marfizal
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum hooke
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum hooke2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum hooke
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum hookeumammuhammad27
 
kekentalan zat cair
kekentalan zat cair kekentalan zat cair
kekentalan zat cair Widya arsy
 
aplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hari
aplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hariaplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hari
aplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hariInstitute techologi bandung
 

What's hot (20)

Ppt. fluida By FitrahRhya
Ppt. fluida By FitrahRhyaPpt. fluida By FitrahRhya
Ppt. fluida By FitrahRhya
 
Laporan Praktikum Stoikiometri
Laporan Praktikum StoikiometriLaporan Praktikum Stoikiometri
Laporan Praktikum Stoikiometri
 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)
 
Ppt usaha dan energi sma
Ppt usaha dan energi smaPpt usaha dan energi sma
Ppt usaha dan energi sma
 
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
 
Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1
 
Jurnal termokimia
Jurnal termokimiaJurnal termokimia
Jurnal termokimia
 
Harga Air kalorimeter
Harga Air kalorimeterHarga Air kalorimeter
Harga Air kalorimeter
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 02
Mekanika fluida 1 pertemuan 02Mekanika fluida 1 pertemuan 02
Mekanika fluida 1 pertemuan 02
 
Laporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodLaporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwood
 
Venturimeter
VenturimeterVenturimeter
Venturimeter
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PANAS JENIS DAN KALORIMETER
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PANAS JENIS DAN KALORIMETERLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PANAS JENIS DAN KALORIMETER
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PANAS JENIS DAN KALORIMETER
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNGLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 01
Mekanika fluida 1 pertemuan 01Mekanika fluida 1 pertemuan 01
Mekanika fluida 1 pertemuan 01
 
Fisika TERMODINAMIKA
Fisika TERMODINAMIKAFisika TERMODINAMIKA
Fisika TERMODINAMIKA
 
Termodinamika kelompok 6
Termodinamika kelompok 6Termodinamika kelompok 6
Termodinamika kelompok 6
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum hooke
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum hooke2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum hooke
2 b 59_utut muhammad_laporan_hukum hooke
 
kekentalan zat cair
kekentalan zat cair kekentalan zat cair
kekentalan zat cair
 
aplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hari
aplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hariaplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hari
aplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hari
 

Viewers also liked

Pengukuran Temperatur
Pengukuran TemperaturPengukuran Temperatur
Pengukuran TemperaturMuhammad AR
 
Presentasi temperatur & pemuaian termal
Presentasi temperatur & pemuaian termal Presentasi temperatur & pemuaian termal
Presentasi temperatur & pemuaian termal I Made Adiguna
 
Fistum 6-potensial kotak
Fistum 6-potensial kotakFistum 6-potensial kotak
Fistum 6-potensial kotakjayamartha
 
Pert 1 analisis atom hidrogen
Pert 1 analisis atom hidrogenPert 1 analisis atom hidrogen
Pert 1 analisis atom hidrogenjayamartha
 
Termodinamika (14) a persamaan_dan_pertidaksamaan_clausius
Termodinamika (14) a persamaan_dan_pertidaksamaan_clausiusTermodinamika (14) a persamaan_dan_pertidaksamaan_clausius
Termodinamika (14) a persamaan_dan_pertidaksamaan_clausiusjayamartha
 
Digital foot print
Digital foot printDigital foot print
Digital foot printeringolden24
 
Modelling the Effect of Industrial Effluents on Water Quality: “A Case Study ...
Modelling the Effect of Industrial Effluents on Water Quality: “A Case Study ...Modelling the Effect of Industrial Effluents on Water Quality: “A Case Study ...
Modelling the Effect of Industrial Effluents on Water Quality: “A Case Study ...IJMER
 
Implementation of Multiple Touch Gesture Using Depth Information
Implementation of Multiple Touch Gesture Using Depth InformationImplementation of Multiple Touch Gesture Using Depth Information
Implementation of Multiple Touch Gesture Using Depth InformationIJMER
 
Estimation of Manufacturing Costs in the Early Stages of Product Development ...
Estimation of Manufacturing Costs in the Early Stages of Product Development ...Estimation of Manufacturing Costs in the Early Stages of Product Development ...
Estimation of Manufacturing Costs in the Early Stages of Product Development ...IJMER
 
Simcoe website presentation version 2 dec 16
Simcoe website presentation version 2 dec 16Simcoe website presentation version 2 dec 16
Simcoe website presentation version 2 dec 16Miles McDonald
 
Development of Algorithm for Voice Operated Switch for Digital Audio Control ...
Development of Algorithm for Voice Operated Switch for Digital Audio Control ...Development of Algorithm for Voice Operated Switch for Digital Audio Control ...
Development of Algorithm for Voice Operated Switch for Digital Audio Control ...IJMER
 
Ay2419471950
Ay2419471950Ay2419471950
Ay2419471950IJMER
 
Nanotechnology: Shaping the world atom by atom
Nanotechnology: Shaping the world atom by atomNanotechnology: Shaping the world atom by atom
Nanotechnology: Shaping the world atom by atomIJMER
 
Experimental Investigation of Performance & Emission Characteristics of Diese...
Experimental Investigation of Performance & Emission Characteristics of Diese...Experimental Investigation of Performance & Emission Characteristics of Diese...
Experimental Investigation of Performance & Emission Characteristics of Diese...IJMER
 
Steffan 2006 - Barriere architettoniche e design for all
Steffan 2006 - Barriere architettoniche e design for allSteffan 2006 - Barriere architettoniche e design for all
Steffan 2006 - Barriere architettoniche e design for allDaniel Ferrari
 
De31486489
De31486489De31486489
De31486489IJMER
 
Bc2419681971
Bc2419681971Bc2419681971
Bc2419681971IJMER
 

Viewers also liked (20)

Pengukuran Temperatur
Pengukuran TemperaturPengukuran Temperatur
Pengukuran Temperatur
 
Presentasi temperatur & pemuaian termal
Presentasi temperatur & pemuaian termal Presentasi temperatur & pemuaian termal
Presentasi temperatur & pemuaian termal
 
Fistum 6-potensial kotak
Fistum 6-potensial kotakFistum 6-potensial kotak
Fistum 6-potensial kotak
 
Pert 1 analisis atom hidrogen
Pert 1 analisis atom hidrogenPert 1 analisis atom hidrogen
Pert 1 analisis atom hidrogen
 
Termodinamika (14) a persamaan_dan_pertidaksamaan_clausius
Termodinamika (14) a persamaan_dan_pertidaksamaan_clausiusTermodinamika (14) a persamaan_dan_pertidaksamaan_clausius
Termodinamika (14) a persamaan_dan_pertidaksamaan_clausius
 
Teori Kinetik Gas
Teori Kinetik GasTeori Kinetik Gas
Teori Kinetik Gas
 
teori kinetik gas
teori kinetik gasteori kinetik gas
teori kinetik gas
 
Digital foot print
Digital foot printDigital foot print
Digital foot print
 
Modelling the Effect of Industrial Effluents on Water Quality: “A Case Study ...
Modelling the Effect of Industrial Effluents on Water Quality: “A Case Study ...Modelling the Effect of Industrial Effluents on Water Quality: “A Case Study ...
Modelling the Effect of Industrial Effluents on Water Quality: “A Case Study ...
 
Implementation of Multiple Touch Gesture Using Depth Information
Implementation of Multiple Touch Gesture Using Depth InformationImplementation of Multiple Touch Gesture Using Depth Information
Implementation of Multiple Touch Gesture Using Depth Information
 
Estimation of Manufacturing Costs in the Early Stages of Product Development ...
Estimation of Manufacturing Costs in the Early Stages of Product Development ...Estimation of Manufacturing Costs in the Early Stages of Product Development ...
Estimation of Manufacturing Costs in the Early Stages of Product Development ...
 
Simcoe website presentation version 2 dec 16
Simcoe website presentation version 2 dec 16Simcoe website presentation version 2 dec 16
Simcoe website presentation version 2 dec 16
 
Development of Algorithm for Voice Operated Switch for Digital Audio Control ...
Development of Algorithm for Voice Operated Switch for Digital Audio Control ...Development of Algorithm for Voice Operated Switch for Digital Audio Control ...
Development of Algorithm for Voice Operated Switch for Digital Audio Control ...
 
Ay2419471950
Ay2419471950Ay2419471950
Ay2419471950
 
Nanotechnology: Shaping the world atom by atom
Nanotechnology: Shaping the world atom by atomNanotechnology: Shaping the world atom by atom
Nanotechnology: Shaping the world atom by atom
 
Experimental Investigation of Performance & Emission Characteristics of Diese...
Experimental Investigation of Performance & Emission Characteristics of Diese...Experimental Investigation of Performance & Emission Characteristics of Diese...
Experimental Investigation of Performance & Emission Characteristics of Diese...
 
Steffan 2006 - Barriere architettoniche e design for all
Steffan 2006 - Barriere architettoniche e design for allSteffan 2006 - Barriere architettoniche e design for all
Steffan 2006 - Barriere architettoniche e design for all
 
De31486489
De31486489De31486489
De31486489
 
Sistema contra humedad y hongos usg tablaroca
Sistema contra humedad y hongos usg tablarocaSistema contra humedad y hongos usg tablaroca
Sistema contra humedad y hongos usg tablaroca
 
Bc2419681971
Bc2419681971Bc2419681971
Bc2419681971
 

Similar to Konsep temperatur

Similar to Konsep temperatur (20)

Suhu dan kalor
Suhu dan kalorSuhu dan kalor
Suhu dan kalor
 
Materi8
Materi8Materi8
Materi8
 
Materi dan Sifatnya.pptx
Materi dan Sifatnya.pptxMateri dan Sifatnya.pptx
Materi dan Sifatnya.pptx
 
Suhu kalor termodinamika (a.syarif h)
Suhu kalor termodinamika (a.syarif h)Suhu kalor termodinamika (a.syarif h)
Suhu kalor termodinamika (a.syarif h)
 
Termodinamika
Termodinamika  Termodinamika
Termodinamika
 
MODUL 8.pptx
MODUL 8.pptxMODUL 8.pptx
MODUL 8.pptx
 
Rpp 3.11 jun
Rpp 3.11  junRpp 3.11  jun
Rpp 3.11 jun
 
Remidi fisika riko saputra x tmo-b
Remidi fisika riko saputra x tmo-bRemidi fisika riko saputra x tmo-b
Remidi fisika riko saputra x tmo-b
 
Fisika kalor
Fisika kalorFisika kalor
Fisika kalor
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Bab 6 suhu dan kalor
Bab 6 suhu dan kalorBab 6 suhu dan kalor
Bab 6 suhu dan kalor
 
Suhu & Kalor, Pemuaian.pptx
Suhu & Kalor, Pemuaian.pptxSuhu & Kalor, Pemuaian.pptx
Suhu & Kalor, Pemuaian.pptx
 
Iv suhu gtr
Iv suhu gtrIv suhu gtr
Iv suhu gtr
 
BAHAN AJAR SUHU & KALOR (SMA)
BAHAN AJAR SUHU & KALOR (SMA)BAHAN AJAR SUHU & KALOR (SMA)
BAHAN AJAR SUHU & KALOR (SMA)
 
Suhu dan Kalor
Suhu dan KalorSuhu dan Kalor
Suhu dan Kalor
 
13 kalor
13 kalor13 kalor
13 kalor
 
Materi LKS Fisika X S2
Materi LKS Fisika X S2Materi LKS Fisika X S2
Materi LKS Fisika X S2
 
Konsep termofisika
Konsep termofisikaKonsep termofisika
Konsep termofisika
 
ppt ipa terpadu aurin.pdf
ppt ipa terpadu aurin.pdfppt ipa terpadu aurin.pdf
ppt ipa terpadu aurin.pdf
 
Suhu
SuhuSuhu
Suhu
 

Recently uploaded

Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 

Recently uploaded (20)

Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 

Konsep temperatur

  • 1. 1. KONSEP TEMPERATUR 1 Temperatur adalah derajat panas suatu benda. Dua benda dikatakan berada dalam keseimbangan termal apabila temperaturnya sama. Kalor (heat) adalah energi yang mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah. Menurut hukum ke Nol Termodinamika : Jika benda A berada dalam keseimbangan termal dengan benda B, sedang B setimbang termal dengan benda C, maka ketiga benda dalam keseimbangan termal satu terhadap lainnya.
  • 2. SKALA TEMPERATUR 2 Untuk mengukur temperatur digunakan termometer yang memanfaatkan sifat bahan tertentu yang memuai jika temperaturnya naik, misalkan bahan Air Raksa (Hg) Skala temperatur ditentukan oleh dua suhu referensi. 1. Titik Beku Air Suhu dimana air membeku pada tekanan satu atmosfer (1 atm). 2. Titik Didih Air Suhu dimana air mendidih pada tekanan satu atmosfer (1 atm).
  • 3. Beberapa Skala Temperatur 3 Celcius Fahrenheit Kelvin Rankin 100 212 373 672 Titik didih air Titik beku air 0 32 273 492
  • 4. Konversi Skala Temperatur 4  Skala temperatur merupakan skala linier, sehingga hubungan antara penujukan suhu benda menurut masing-masing Termometer merupakan hubungan linier.  Satuan suhu menurut sistem satuan internasional adalah kelvin (K).  T2 = a T1 + b Berdasarkan data titik beku dan titik didih air, dapat diperoleh nilai a dan b.  Sebagai suatu contoh : K = C + 273 F = 1,8 C + 32 RK = 1,8 C + 492
  • 5. CONTOH 5 1. Suhu suatu zat cair diukur menggunakan termometer X dan termometer berskala Celcius. Ketika Celcius menunjukkan 20, termometer X menunjukkan 68. Sedangkan ketika Celcius menunjukkan 60, termometer X menunjukkan 140. Berdasarkan skala manakah termometer-X tersebut dibuat ? 2. Ubahlah pernyataan berikut ke dalam satuan internasional : Benda yang suhuhnya 27 oC dipanaskan hingga suhunya naik 27 oC menjadi 54 oC.
  • 6. 2. KONSEP PEMUAIAN 2.1 Muai Panjang Ukuran suatu benda akan beubah bila suhunya dinaikkan. Kebanyakan 6 benda berekspansi jika dipanaskan dan menyusut bila didinginkan. Jika L o adalah panjang benda mula-mula pada suhu T o, berekspansi secara linier pada waktu T dan panjang L. Maka pertambahan panjangnya ∆L akan sebanding dengan panjang mula-mula Lo, yaitu ∆L = α Lo ∆T , atau : L = Lo (1 + α ∆T ) α = koefisien muai panjang dengan satuan K -1. Misalnya jika harga α tembaga 17 x 106 /C0 artinya batang tembaga pada 0oC panjangnya 1 cm, kalau dipanaskan sampai 1oC akan bertambah panjangnya 0,000017 cm. Pada tingkat mikroskopik, ekspansi termal pada Lo zat padat ada penambahan jarak pemisahan rata- rata di antara atom-atom di dalam zat. To ←∆L→ Untuk bahan isotropik, perubahan panjang untuk T sebuah perubahan temperatur adalah sama untuk L semua garis di dalam zat.
  • 7. 2.2. Muai Luas Jika suhu suatu bidang bertambah ∆T, maka luas bidang 7 tersebut akan bertambah sebedar ∆A, ∆A = β Ao ∆T dimana β : koefisien muai luas dengan satuab K -1 , (untuk benda padat isotropik β ≈ 2 α ) 2.3. Muai Volume Jika suhu suatu bidang bertambah ∆T, maka volume benda akan bertambah ∆V yang memenuhi hubungan : ∆V = γ Vo ∆T dimana γ : koefisien muai volume dengan satuan K -1 , (untuk benda padat isotropik γ ≈ 3 α )
  • 8. CONTOH 8 1. Sebuah lempeng berbentuk lingkaran dipanaskan sehingga diameternya bertambah 1 %. Berapa % kah pertambahan luasnya ? 2. Jika digambarkan hubungan antara pertambahan panjang terhadap suhu untuk suatu benda yang koefisie muainya konstan (dalam interval yang sangat besar), akan diperoleh kurva garis lengkung. Tentukan fungsi kelengkungan tersebut ? 3. Sebuah cincin berongga berupa sebuah pelat berongga seperti ditunjukkan oleh gambar di samping ini. Jika cincin dipanasi, maka ukuran rongganya akan : a. makin besar b. makin kecil c. tetap
  • 9. 3. KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR 3.1. Kuantitas Kalor 9 Kalor adalah energi termal yang mengalir dari benda bertemperatur tinggi ke benda bertemperatur rendah. Satuan kalor adalah Joule, kalori dan BTU (British Thermal Unit), dimana 1 Kal = 4,186 Joule Satu kilogram kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 10 C untuk 1 kilogram air. Kapasitas kalor C adalah banyaknya kalor yang diserap benda untuk menaikkan suhu satu satuan suhu (SI = 1 K) C = ∆Q/∆T C = dQ/dT dimana satuan kapasitas panas (C) adalah kal/oC, Joule/kelvin. Untuk memperoleh suatu harga kapasitas yang khas didefinisikan kapasitas kalor spesifik (kalor jenis) c, yaitu kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda per satuan massa per satuan suhu. c = C/m c = ∆Q/(m ∆T) dimana satuan kapasitas panas jenis (c) adalah kal/gram. oC atau J kg-1 K-1.
  • 10. Jumlah kalor yang harus diberikan kepada sebuah benda bermassa m 10 dan mempunyai kalorjenis c, untuk menaikan temperaturnya adalah : Tf Q = m ∫ c dT Ti Persamaan ini digunakan dalam prinsip kerja Kalorimeter. Kalorimeter digunakan untuk mengukur jumlah kalor. Ada dua jenis kalorimeter yaitu kalorimeter air dan kalorimeter arus kontinu. Berdasarkan prinsip bahwa kalor yang diberikan sama dengan kalor yang diterima, maka persamaan yang berlaku adalah : mL cL (TL - Tw) = (ma ca + mk ck ) (Tw - Tak) dimana : L = logam tertentu, a = air, k = kalorimeter, w = keadaan akhir
  • 11. 3.2. Perpindahan Kalor a. Konduksi 11 Konduksi panas/hantaran adalah perpindahan energi termal atau kalor dalam molekul zat yang berdekatan tanpa perubahan molekul itu sendiri, akibat perbedaan temperatur. H ≡ ∆Q /∆t T2 > T1 A H = - k A (dT/ dx) T2 T1 H = k A (T2-T1) /L dimana : H = Arus Kalor [joule/s] k = konduktivitas termal zat L [(kkal/detik.m).oC ; J/s.m.K] b.Konveksi Konveksi adalah perpindahan panas dari suatu tempat ketempat yang lain yang dibawa oleh fluida panas itu. Jika fluida yang dipanaskan itu dipompa /didorong oleh bahan lain disebut konveksi paksa, kalau fluida mengalir karena perbedaan kerapatan disebabkan perbedaan temperatur disebut konveksi alamiah/bebas Laju aliran panas konveksi dinyatakan oleh : H = hc A ∆t hc ; koefisien konveksi
  • 12. c.Radiasi 12 Radiasi adalah perpindahan energi melalui gelombang elektromagnetik. Pemancaran energi ini tidak memerlukan media material penghantar. Energi ini disebut energi radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik, tetapi dengan intensitas berbeda. Benda hitam (Black Body) adalah benda yang mampu menyerap hampir seluruh energi radiasi yang menimpanya. Jumlah energi radiasi yang dipancarkan persatuan waktu persatuan luas oleh benda hitam adalah I = e σ A T4 dimana : I : daya yang dipancarkan ke satu satuan luas = dP/dA e : daya pancar permukaan bahan (emisivitas); 0<e<1 σ : Konstanta radiasi Stefan-Boltzman (5,67 x 10-8 Watt/ m2.K4 ) T : temperatur (Kelvin)
  • 13. 4. GAS IDEAL DAN TEORI KINETIK 4.1 Hukum-Hukum Gas 13 Hasil eksperimen Boyle menunjukan jika gas temperaturnya dibuat tetap maka perubahan volume sistem akan diikuti dengan perubahan tekanan. Sehingga hasil kali volume dan tekanannya tetap . V∝1/P PV = konstan, atau P1V1 = P2V2 (Hukum Boyle) Persamaan ini tepat untuk gas ideal yaitu gas yang energi ikat antar molekulnya dapat diabaikan. Charles melakukan pendekatan untuk tekanan yang konstan, maka volume gas akan berbanding lurus terhadap temperatur absolut (273,15 oC). Hasil yang didapat adalah V∝T Gay-Lussac mengukur koefisien muai ruang pada tekanan konstan. Hasil percobaannya menunjukkan tekana gas berbanding lurus dengan temperatur absolut: P∝T
  • 14. 4.2. Persamaan Tingkat Keadaan Gas Ideal Tingkat keadaan sistem dinyatakan sebagai kondisi fisis sistem. Keadaan sistem bermassa m ditunjukkan oleh besaran P, V, T [Tekanan, Volume dan Temperatur]. Hubungan ketiga besaran ini disebut Persamaan Tingkat Keadaan Gas Ideal, yaitu PV = konstan T (Hukum Boyle-Gay Lussac) 14
  • 15. Teori Kinetik Gas 15 Model Mikroskopis Gas Ideal 1. Gas ideal terdiri dari zarah yang jumlahnya amat besar 2. Zarah-zarah itu tersebar merata dalam sluruh ruang yang tersedia 3. Zarah-zarah itu senantiasa bergerak secara acak ke segala arah 4. Jarak antar zarah jauh lebih besar daripada ukuran zarah 5. Tidak ada gaya interaksi antar zarah kecuali saat terjadi tumbukan 6. Semua tumbukan bersifat elastis sempurna 7. Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku.
  • 16. Secara mikroskopik tekanan gas dicari dengan teori kinetik, dimisalkan sebuah 16 kotak berisi N partikel. Seandainya partikel tidak saling bertumbukan, dan hanya akan bertumbukan pada dinding kotak Perubahan momentum untuk satu tumbukan : y ∆(mv) = mvx - (-mvx) = 2 mvx l Selang waktu antara dua kali tumbukan pada A   dinding sebesar ∆t = 2l/vx   Gaya rata-rata untuk beberapa tumbukan :  x ∆(mv) 2 mvx mvx 2  F = ——— = ——— = —— z ∆t 2l/vx l
  • 17. Gaya pada dinding untuk N partikel m m _ F = — ( vx1 + vx2 + ….. + vxN ) = — N vx 2 2 2 2 17 l l _ _ _ _ _ _ _ dimana v = vx + vy + vz , dan vx = vy = vz 2 2 2 2 2 2 2 _ _ atau v = 3 vx 2 2 Hasil substitusi diperoleh _ m v2 F=— N— l 3 Tekanan pada dinding menjadi, _ _ 1 Nmv 2 1 Nmv 2 P = F/A = — —— = — ——— 3 Al 3 V dapat ditulis lebih jelas : 2 _ PV = — N ( ½ mv 2 ) P V = 2/3 Ek 3
  • 18. Teori Ekipartisi Energi 18  Energi Kinetik rata-rata setiap partikel gas ideal per derajat kebebasasn adalah : Ek = ½ kT dengan k merupakan konstanta Boltzmann : k = 1,38 . 10-23 J/K  Gas ideal monoatomik memiliki 3 derajat kebebasan, yaitu kebebasan translasi, sehingga Ek = 3 x ½ kT. Dengan demikian PV = NkT  Gas ideal diatomik Pada suhu randah derajat kebebasannya 3 (translasi) sehingga : Ek = 3 x ½ kT. Pada suhu sedang, derajat kebebasannya 5 [3 translasi, 2 rotasi] sehingga : Ek = 5 x ½ kT. Pada suhu tinggi, derajat kebebasannya 7 [3 translasi, 2 rotasi,
  • 19. Persamaan Umum Gas Ideal 19  Untuk Gas ideal monoatomik maupun diatomik dengan fsuhu rendah berlaku : PV=NkT atau PV=nRT Dengan : n = N/NA menyatakan jumlah mol gas. NA = bilangan Avogadro = 6,023 x 1023 partikel/mol k = konstanta Boltzmann = 1,38 . 10-23 J/K R = k NA = 8,413 J/K = tetapan Umum Gas Ideal
  • 20. ENERGI DALAM GAS 20  Energi dalam gas merupakan jumlah seluruh energi kinetik gas., sehingga untuk gas ideal, energi dalam hanya bergantung suhu gas.  Untuk gas ideal monoatomik : U = 3/2 nRT  Gas ideal diatomik Pada suhu randah derajat kebebasannya 3 (translasi) sehingga : Ek = 3/2 nRT. Pada suhu sedang, derajat kebebasannya 5 [3 translasi, 2 rotasi] sehingga : Ek = 5/2 nRT. Pada suhu tinggi, derajat kebebasannya 7 [3 translasi, 2 rotasi, 2 vibrasi] sehingga : Ek = 7/2 nRT.
  • 21. A. Permukaan P, V, T untuk Gas Ideal ( PV = n RT) 21 T2 T P1 P P T1 3 V3 V P2 V1 < V2 < V3 T1 < T2 < T3 V2 P3 V1 T V T Proses Isochorik Proses Isotermis Proses Isobarik
  • 22. B. Permukaan P, V, T untuk Substansi Riil Substansi mendekati gas ideal pada P rendah, dan menjauhi gas ideal pada P 22 tinggi dan T rendah. Substansi dapat berubah dari fase gas ke cair/padat. Pada massa tetap/konstan grafik P, V, T dapat digambarkan sbb : P(atm) Titik Kritis padat gas P Cair Gas cair c Padat uap Uap cair-uap T(oC ) padat-uap V Titik Tripel padat-cair C. Titik Tripel dan Titik Kritis Titik Tripel adalah titik dimana substansi berada dalam kesetimbangan tiga fase, untuk air : T = 273,16 oK = 0,01 oC, dan P = 6,03 . 10-3 atm. Titik Kritis adalah titik dimana substansi berada dalam kesetimbangan dua fase, untuk air : T = 647,4 oK = 374 oC, dan P = 218 atm.
  • 23. 4.5. Kerja Jika piston dalam suatu silinder digerakkan dengan tekanan p pada luas penampang A maka gaya pada piston itu adalah pA. Jika piston bergerak sejauh 23 ds maka kerja yang dilakukan piston adalah : A PA dW = F . ds = P A ds = P dV ds dimana : A ds = dV Pada umumnya tekanan tidak akan konstan selama pergeseran. vf Jika tekanan berkurang dengan bertambahnya volume maka :W = ∫ dW = ∫ p dV P 1 pi (W12 ) a tidak sama dengan (W12 ) b vi a Besar W12 = daerah di bawah kurva P-V, b 2 dimana kerja bergantung pada tingkat keadaan pf awal dan akhir, juga pada lintasan proses W = + , bila berekspansi vi vf V W = - , bila dikompresi Proses isobaris : W = P (V2 - V1) Proses isochoris :W=0 2 Proses isotermis : W = ∫ p dV = ∫ (mRT/V) dV = mRT ln (V2/V1) : untuk gas ideal 1
  • 24. CONTOH 24 1. Sejumlah gas monoatomik yang tekanannya 106 pacal, volumenya 2 liter. Gas tersebut mengalami ekspansi isobarik hingga volumeya 3 liter. a. Berapa Usaha yang dilakukan oleh gas tersebut ! b. Berapa Kenaikan energi dalam gas tersebut ! 2. Sejumlah gas monoatomik yang tekanannya 106 pacal, volumenya 2 liter. Gas tersebut mengalami ekspansi isotermik hingga volumeya 3 liter. a. Berapa Usaha yang dilakukan oleh gas tersebut ! b. Berapa Kenaikan energi dalam gas tersebut ! 3. Sejumlah gas monoatomik yang tekanannya 106 pacal, volumenya 2 liter. Gas tersebut mengalami proses pada volume tetap hingga tekanannya 3 x 106 pacal. a. Berapa Usaha yang dilakukan oleh gas tersebut ! b. Berapa Kenaikan energi dalam gas tersebut !
  • 25. 5. HUKUM KE-1 TERMODINAMIKA Termodinamika mempelajari fenomena panas, energi dan kerja yang dilakukan pada suatu proses termodinamika. Dalam hal ini 25 benda menjadi fokus perhatian disebut sistem, sedang yang lainnya disekitarnya disebut lingkungan. Sistem dipisahkan dari lingkungan oleh dinding pembatas (Boundary). Proses termodinamika terjadi pada sistem yang bergerak dari suatu keadaan kesetimbangan ke kesetimbangan lainnya, dengan berinteraksi dengan lingkungan. Bila suatu zat diubah dari keadaan 1 ke 2 kemudian panas (Q) dan kerja (W) yang dilakukan diukur, ternyata selisih Q-W sama untuk semua lintasan yang menghubungkan 1 dengan 2, Selisih Q-W menyatakan perubahan energi dalam zat tersebut. Jadi : W dQ = dU + dW ∆U Q Q = ∆U + W Q - W = U 2 - U1
  • 26. Besarnya harga Q dan W tergantung pada lintasan sedangkan U 26 tidak ter gantung pada lintasan (jenis proses) dan hanya bergantung pada keadaan awal dan akhir sistem. Persamaan diatas menyatakan hukum ke-1 Termodinamika, dengan perjanjian : Q (+) bila kalor masuk sistem/gas Q (-) bila kalor keluar sistem/gas W (+) bila sistem/gas melakukan kerja W(-) bila sistem/gas dikenai kerja ∆U (+) energi dalam sistem/gas naik ∆U (-) energi dalam sistem/gasturun Semua besaran harus dinyatakan dengan satuan yang sama
  • 27. Kapasitas kalor dan Kalor Jenis Gas Ideal 27 Kapasitas kalor gas didefinisikan sebagai C = dQ/dT. Untuk proses yang terjadi pada volume tetap (proses isokhorik), didefinisikan kapasitas kalor pada volume tetep : Cv = dQ/dT Karena pada proses isokhorik dV = 0, maka dU = dQ sehingga : Cv = dU/dT atau dU = Cv dT Sedangkan pada proses isobarik, didefinisikan kapasitas kalor pada tekanan tetap sebagai : Cp = dQ/dT Cp = (dU + dW)/dt = dU/dT + p dV/dT = Cv + nR Didefinisikan pula tetapan Laplace : γ = Cp/Cv
  • 28. Untuk Proses Adiabatik Proses yang terjadi pada suatu sistem dimana tidak ada panas yang masuk maupun keluar, (Q = 0), yaitu jika sistem diisolasi dari pengaruh panas. Dalam hal ini berlaku persamaan : ∆U = U2 - U1 = - W Kerja W yang dilakukan terhadap zat berubah semua menjadi penurunan energi dalam ∆U dU = -dW Cv dT = nRT dV - p C v dT = dV V C v dT dV =- Jika kedua ruas diintehral, diperoleh : nR T V C v  T2   V2  n   = -  n   nR  T1     V1  28
  • 29. Dengan mengganti T dengan PV/nR diperoleh : P1V1γ = P2V2γ atau PVγ = konstan 29 Untuk Proses Isochorik Proses yang terjadi pada sistem dengan volume konstan (∆V=0, maka W=0). Q = ∆U = U2 - U1 Semua kalor Q yang masuk digunakan untuk menaikan energi dalam dU = Cv dT Untuk Proses Isotermik Proses yang terjadi pada sistem dengan temperatur T konstan (kasus tertentu pada gas ideal). ∆U = U2 - U1 = 0 ; Q = W = p (V2 - V1)
  • 30. Untuk Proses Isobarik Proses yang terjadi pada suatu sistem dengan tekanan P 30 konstan Dalam hal ini berlaku persamaan : dQ = dW + dU dimana : dQ = n cp dT dW = P dV = nR dT sehingga, n cp dT - nR dT = n cv dT cp - R = c v γ = cp / cv = tetapan Laplace Untuk : gas monoatomik, γ = 1,67 gas dwiatomik, γ = 1,4
  • 31. SIKLUS 31  Siklus merupakan beberapa proses yang dialami oleh sejumlah gas secara berulang-ulang. Suatu siklus dapat tersusun dari tiga langkah, empat langkah, bahkan lebih dari itu.  Pentingnya siklus ini dibicarakan karena kita menginginkan terciptanya suatu mesin yang dapat bekerja secara terus menerus.  Siklus-siklus berikut ini berturut-turut terdiri dari 3 langkah, 4 langkah dan 4 langkah. P P P V V V
  • 32. EFISIENSI MESIN KALOR Jika suatu mesin kalor setiap siklusnya menyerap kalor sebesar Q dan melakukan usaha sebesar W, maka Efisiensi mesin tersebut didefinisukan sebagai : W η= Q Jika dinyatakan dalam prosen, efisiensi tersebut dinyatakan sebagai : W η = x 100 % Q 32
  • 33. CONTOH 33 1. Sejumlah gas dalam ruang tertutup volumenya 1 liter. Gas tersebut dipanaskan pada tenanan tepat hingga suku mutlaknya menjadi dua kali semula. Berapa usaha yang dilakukan gas, kenaikan sergi dalamnya, dan energi yang diperlukannya ? γ = 5/3 2. Seperti soal nomor-1 tetapi prosesnya berlangsung pada volume tetap ? 3. Seperti soal nomor-1 untuk proses adiabatik ? 4. Tentukan efisiensi mesin kalor yang siklusnya sebagai berikut P(KPc) : 20 10 V(liter) 2 4
  • 34. 6. HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA Dari proses isotermis diperoleh bahwa seluruh kalor yang diserap menjadi usaha. Tetapi karena ada keterbatasan harga volume, dimana proses harus 34 berhenti. Maka sistem harus dikembalikan kekeadaan semula agar kalor ber- ubah kembali menjadi kerja. Hal ini sulit terjadi. Untuk itu dibuat proses siklus, agar keadaan sistem kembali kekeadaan semula dimana energi dalam sistem sama dengan semula. P P T1 isotermik Q1 Siklus - isotermik Q3 - isobarik Q+W - isokhorik Q2 V V Hukum Ke-Dua Termodinamika : KELVIN-PLANCK Tidak mungkin sistem melakukan proses dari satu reservoir dan mengubah seluruh panas itu menjadi kerja, dan berakhir pada keadaan yang sama seperti pada awal proses. CLAUSIUS Tidak mungkin membuat mesin pendingin yang dapat mentransfer panas dari benda dingin ke benda yang lebih panas, tanpa adanya kerja.
  • 35. 6.1. Contoh Penerapan Hukum Kedua Termodinamika : Jika sistem mengalami proses, berubah dari keadaan awal dan akhir dimana 35 sistem dapat kembali kekeadaan awal, tanpa adanya kalor yang berpindah dan tiada kerja yang dilakukan, maka proses dikatakan Reversibel. Dan proses kebalikan dari reversibel adalah Ireversibel. Kebanyakan energi diperoleh dari proses perpindahan panas, maka diperlukan alat yang dapat menyerap panas dari sumber dan menkonversikannya menjadi energi mekanik yang disebut Mesin Panas Mesin yang bekerja kebalikan dari mesin panas adalah Mesin Pendingin (refrigerator) A. Mesin Panas Reservoir Panas Q=W TH QH - |QC| = W QH W QH - |QC| |QC| Efisiensi η = — = ———— = 1 - —— W QH QH QH QC Reservoir Dingin TC
  • 36. B. Mesin Pendingin 36 Cara kerja mesin pendingin merupakan kebalikan proses kerja mesin panas Pada proses ini kerja diberikan pada reservoir suhu rendah Reservoir Panas TH Q=W |QH| = QC + W QH QC QC TC Koefisien Kerja CP = — = ———— = ——— W W Q H - Q C TH - T C QC Reservoir Dingin CP = Coefisien Performance TC CP >> mesin makin baik
  • 37. C. Mesin Carnot Mesin Carnot mewakili ungkapan pertama hukum II termodinamika. 37 Dalam mesin ini bekerja dua proses yaitu isotermis dan adiabatik Daya guna mesin ini dihitung sebagai berikut : Kerja yang dihasilkan Efisiensi = ____________________________ Panas yang diberikan η = W / QH P = (QH - QC) / QH QH η = 1 - ( QC/QH ) TH W Atau : η = 1 - ( TC /TH ) QC TC V
  • 38. 7. ENTROPI Entropi adalah property Fisis suatu sistem yang dapat diukur, dapat dinyatakan dalam angka dan satuan. 38 Jika sebuah sistem yang terisolasi dari lingkungan dapat berada dalam dua keadaan yang mempunyai energi yang sama. Bagaimana cara perpindahannya, antara keadaan 1 dengan keadaan 2 dan dapat dijelaskan dengan Entropi. Entropi (S) dapat diinterpretasikan sebagai ketidakteraturan sistem, dimana entropi dapat bertambah atau tetap. Apabila sistem menyerap kalor Q pada suhu mutlak T, maka perubahan Entropi yang dialami sistem : Q dS = — T Perubahan entropi dari keadaan 1 (awal) ke keadaan 2 (akhir) dalam proses reversibel : 2 Q ∆S = S2 - S1 = ∫ — 1 T
  • 39. Dalam proses reversibel dan adiabatik : Q = 0 ; ∆S = 0 [proses Isentropik] Dalam proses reversibel dan isotermal : ∆S = Q / T 39 Dalam proses reversibel dan siklus : Q ∆S =  — =0 T Dalam proses reversibel untuk gas ideal : 2 Q 2 dT 2 dV ∆S = ∫ — = ∫ n cv — + ∫ nR — 1 T 1 T 1 V ∆S = n cv ln (T2 /T1 ) + nR ln (V2 / V1 )