SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 3
Baixar para ler offline
PEMBAHASAN KANDUNGAN CaCO3, Mn, DAN LAJU INFILTRASI
A. KANDUNGAN CaCO3
Dalam praktikum dilakukan uji sampel tanah dari kedua lokasi yakni lokasi
terjamah (kebun biologi UNY) dan lokasi tidak terjamah (hutan bioogi UNY) yaitu uji
selidik cepat kuantitatif kandungan CaCO3cepat menggunakan larutan HCl 2 N atau
10% pada sampel tanah kedua tersebut. Reaksi yang terjadi pada sampel tanah setelah
ditambah dengan larutan HCl 2 N adalah:
CaCO3 + 2 HCl CaCl2 + H2O + CO2
Setelah pengujian dilakukan, kedua sampel tanah dari lokasi pengamatan tidak
mengandung CaCO3. Hal ini ditandai dengan tidak terdapatnya percikan maupun
suara desisan pada sampel tanah.CaCO3merupakankapur yang memiliki sifat sebagai
bahan ikat antara lain sifat plastis baik (tidak getas), mudah dan cepat mengeras, dan
mempunyai daya ikat baik untuk batu dan bata. Bahan dasar kapur adalah batu kapur
atau dolomit, yang mengandung senyawa kalsium karbonat (CaCO3)
(Tjokrodimuljo,1992).
Semakin kuat perlindian yang terjadi pada suatu tanah akan berhubungan
dengan taraf perkembangan tanah tersebut, keberadaan kalsium serta magnesium.
Magnesium berasal dari mineral fero-magnesium dan kalsium dari feldsfor serta
akumulasi bahan kapur (karbonat), dolomite, kalsit dan gypsum sebagai mineral
sekunder. Semakin kuat perlindian maka semakin kecil pula kandungan CaCO3dalam
tanah tersebut. Kandungan kapur dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktr
diantaranya adalah komposisi batuan induk dan faktor iklim. Dimana kedua faktor ini
berhubungan erat dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapian-lapisan tanah serta
tipe vegetasi yang berada di tanah tersebut.
Tidak terdapatnya CaCO3dalam sampel tanah tersebut dapat diakibatkan
karena pada tanah lokasi pengamatan telah mengalami perlindian yang cukup besar,
karena pengambilan sampel dilakukan pada saat musim hujan. Dengan adanya curah
hujan yang tinggi menyebabkan banyaknya air hujan yang melindi tanah pada lokasi.
Sehingga dimungkinkan CaCO3yang terdapat dalam tanah larut terlindi oleh air hujan.
Selain itu tidak terdapatnya CaCO3dalam sampel tanah dapat diakibatkan karena
batuan induk yang terdapat dalam lokasi pengamatan mengandung CaCO3yang
rendah sehingga dengan jumlahnya yang rendah tersebut menjadikan tanah yang
terbentuk mempunyai kadungan CaCO3yang sangat rendah pula.
B. KANDUNGAN Mn
Unsur Mn merupakan unsur mikro dalam tanah, hal ini berarti bahwa Mn
hanya dibutuhkan dalam jumlah yang kecil bagi kesuburan tanah. Karena jika Mn
berada dalam jumlah yang banyak malah justru akan bersifat toksik bagi tanah dan
oerganisme yang berarda dalam tanah tersebut.
Pada praktikum telah dilakukan uji selidik cepat kandungan Mn tanah dari
lokasi yang terjamah dan tidak terjamah yaitu dengan meneteskan larutan H2O2 pada
sampel tanah. Hasil dari uji tersebut adalah tanah pada kedua lokasi tidak
mengandung Mn, yang ditandai dengan tidak adanya percikan dan suara desis dari
sampel tanah yang diberi larutan H2O2.
Hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah sifat Mn
yang larut dalam air. Dimungkinkan tanah kedua lokasi merupakan tanah yang
mengalami perlindian oleh air hujan. Sehingga Mn yang terdapat pada tanah tersebut
larut oleh air hujan sehingga jumlahnya yang sedikit menjadi turun akibat adanya
perlindian. Akibatnya pengujian terhadap kandungan Mn menjadi negatif.
C. LAJU INFILTRASI
Infiltrasi adalah kemampuan tanah untuk menyerap ataupun melalukan air ke
dalam tanah. Infiltrasi yang baik akan mengurangi kemunginan run-off suatu lahan,
sehingga lahan dapat mengkonservasi tanah dan air dengan baik. Namun, ketika daya
infiltrasi suatu tanah itu rendah, maka run-off akan semakin besar, dan air sulit
menyerap ke dalam tanah, serta tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh lahan (
Hardjowigeno,1993).
Laju infiltrasi (Infiltration rate) adalah banyaknya air persatuan waktu yang
masuk melalui permukaan tanah, dinyatakan dalam mm per jam atau cm per jam.
Pada saat tanah masih kering, laju infiltrasi tinggi. Setelah tanah menjadi jenuh air,
maka laju infiltrasi akan menurun dan menjadi konstan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju infiltrasi antara lain:
1. Permukaan tanah
2. Tekstur tanah
3. Struktur tanah
4. Total ruang pori tanah
5. Cara pengelolaan lahan
6. Kepadatan tanah
7. Sifat serta jenis tanaman
8. Bahan organik tanah
9. Kadar air tanah
Data hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai laju infiltrasi tanah pada
lokasi yang jarang dijamah (hutan biologi UNY) dan lokasi yang sering dijamah
(kebun biologi UNY) menjunjukkan hasil yang berbeda antara kedua lokasi tersebut.
Pada lokasi terjamah rata-rata laju infiltrasi sebesar 0,10 detik sedangkan pada lokasi
jarang terjamah rata-rata laju infiltrasi adalah sebesar 0,16 detik. Terlihat bahwa laju
infiltrasi pada tanah yang jarang terjamah lebih besar dibandingkan dengan laju
infiltrasi pada tanah yang sering terjamah. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah pada lokasi terjamah yaitu pada kebun biologi UNY memiliki
tekstur tanah pasir sedangkan pada lokasi jarang terjamah yakni pada hutan biologi
UNY mempunyai tekstur tanah geluh. Perbedaan tekstur tanah ini sangat
mempengaruhi laju infiltrasi yang terjadi. Dimana pada tanah dengan tekstur pasir
akan lebih cepat melalukan air yang melewatinya dengan kata lain laju infiltrasi akan
cepat karena tektsturnya yang berupa butir tunggal dari pada tekstur geluh yang
merupakan campuran antara pasir, debu, dan lempung.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Bab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptx
Bab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptxBab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptx
Bab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptxLin Hidayati
 
Nilai perbandingan dispersi (npd)
Nilai perbandingan dispersi (npd)Nilai perbandingan dispersi (npd)
Nilai perbandingan dispersi (npd)Andrew Hutabarat
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHAlfian Nopara Saifudin
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanmuhammadirfhan
 
Laporan Praktikum Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Ilmu TanahLaporan Praktikum Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Ilmu TanahRegiana Dzita
 
Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanamanMenjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanamanzahrahoca
 
Laporan praktikum ilmu tanah agus ap
Laporan praktikum ilmu tanah  agus apLaporan praktikum ilmu tanah  agus ap
Laporan praktikum ilmu tanah agus apAgus Adipura
 
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahjumadi ahmad
 
Acara 4 (struktur tanah)
Acara 4 (struktur tanah)Acara 4 (struktur tanah)
Acara 4 (struktur tanah)agung kurniawan
 
Faktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografiFaktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografiMeilani Marjuki
 
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanahFisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanahAisAisyah
 
Sekilas genesa coal
Sekilas genesa coalSekilas genesa coal
Sekilas genesa coaloilandgas24
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indraAlfian Nopara Saifudin
 
04 hubungan air, tanah dan tanaman
04   hubungan air, tanah dan tanaman04   hubungan air, tanah dan tanaman
04 hubungan air, tanah dan tanamanKharistya Amaru
 
siklus-batuan
siklus-batuansiklus-batuan
siklus-batuanMas Mun
 

Mais procurados (20)

Bab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptx
Bab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptxBab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptx
Bab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptx
 
Nilai perbandingan dispersi (npd)
Nilai perbandingan dispersi (npd)Nilai perbandingan dispersi (npd)
Nilai perbandingan dispersi (npd)
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanaman
 
Laporan Praktikum Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Ilmu TanahLaporan Praktikum Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Ilmu Tanah
 
Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanamanMenjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
 
01. ilmu tanah
01. ilmu tanah01. ilmu tanah
01. ilmu tanah
 
Laporan praktikum ilmu tanah agus ap
Laporan praktikum ilmu tanah  agus apLaporan praktikum ilmu tanah  agus ap
Laporan praktikum ilmu tanah agus ap
 
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
 
Acara 4 (struktur tanah)
Acara 4 (struktur tanah)Acara 4 (struktur tanah)
Acara 4 (struktur tanah)
 
Faktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografiFaktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografi
 
Laporan resmi
Laporan resmiLaporan resmi
Laporan resmi
 
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanahFisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
Fisiologi Tumbuhan- daya ikat partikel tanah
 
Litosfer
LitosferLitosfer
Litosfer
 
Sekilas genesa coal
Sekilas genesa coalSekilas genesa coal
Sekilas genesa coal
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
 
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanahLaporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
 
04 hubungan air, tanah dan tanaman
04   hubungan air, tanah dan tanaman04   hubungan air, tanah dan tanaman
04 hubungan air, tanah dan tanaman
 
Tekstur
TeksturTekstur
Tekstur
 
siklus-batuan
siklus-batuansiklus-batuan
siklus-batuan
 

Destaque

Esther Tait CV Education
Esther Tait CV EducationEsther Tait CV Education
Esther Tait CV EducationEsther Tait
 
Take the best features from Waterfall and Adaptive practices in IT projects
Take the best features from Waterfall and Adaptive practices in IT projectsTake the best features from Waterfall and Adaptive practices in IT projects
Take the best features from Waterfall and Adaptive practices in IT projectsIAMCP MENTORING
 
Tyrosinase inhibitory activity of ethanol extracts from medicin
Tyrosinase inhibitory activity of ethanol extracts from medicinTyrosinase inhibitory activity of ethanol extracts from medicin
Tyrosinase inhibitory activity of ethanol extracts from medicinNguyen Vinh
 
Animales marinos Educación Infantil
Animales marinos Educación InfantilAnimales marinos Educación Infantil
Animales marinos Educación InfantilEsther De Frutos Sanz
 
Molecular Biologist Academic CV for Industry or Private Sector Consideration
Molecular Biologist Academic CV for Industry or Private Sector Consideration Molecular Biologist Academic CV for Industry or Private Sector Consideration
Molecular Biologist Academic CV for Industry or Private Sector Consideration Sirie Godshalk
 
Revisi kode etik guru indonesia
Revisi kode etik guru indonesiaRevisi kode etik guru indonesia
Revisi kode etik guru indonesiaAhmad A. Na'im-i
 
Program Development
Program DevelopmentProgram Development
Program DevelopmentLeena Guptha
 
vision biochemistry, role of vitamin A and xerophthalmia
vision biochemistry, role of vitamin A and xerophthalmiavision biochemistry, role of vitamin A and xerophthalmia
vision biochemistry, role of vitamin A and xerophthalmiasabina paudel
 
Objetivos de la estimulación temprana
Objetivos de la estimulación tempranaObjetivos de la estimulación temprana
Objetivos de la estimulación tempranaJhanet Miranda
 

Destaque (13)

Isla de malata cuba master
Isla de malata cuba masterIsla de malata cuba master
Isla de malata cuba master
 
Ingles 3
Ingles 3Ingles 3
Ingles 3
 
Esther Tait CV Education
Esther Tait CV EducationEsther Tait CV Education
Esther Tait CV Education
 
Downtown
DowntownDowntown
Downtown
 
Take the best features from Waterfall and Adaptive practices in IT projects
Take the best features from Waterfall and Adaptive practices in IT projectsTake the best features from Waterfall and Adaptive practices in IT projects
Take the best features from Waterfall and Adaptive practices in IT projects
 
Tyrosinase inhibitory activity of ethanol extracts from medicin
Tyrosinase inhibitory activity of ethanol extracts from medicinTyrosinase inhibitory activity of ethanol extracts from medicin
Tyrosinase inhibitory activity of ethanol extracts from medicin
 
Animales marinos Educación Infantil
Animales marinos Educación InfantilAnimales marinos Educación Infantil
Animales marinos Educación Infantil
 
Molecular Biologist Academic CV for Industry or Private Sector Consideration
Molecular Biologist Academic CV for Industry or Private Sector Consideration Molecular Biologist Academic CV for Industry or Private Sector Consideration
Molecular Biologist Academic CV for Industry or Private Sector Consideration
 
Revisi kode etik guru indonesia
Revisi kode etik guru indonesiaRevisi kode etik guru indonesia
Revisi kode etik guru indonesia
 
Program Development
Program DevelopmentProgram Development
Program Development
 
vision biochemistry, role of vitamin A and xerophthalmia
vision biochemistry, role of vitamin A and xerophthalmiavision biochemistry, role of vitamin A and xerophthalmia
vision biochemistry, role of vitamin A and xerophthalmia
 
Objetivos de la estimulación temprana
Objetivos de la estimulación tempranaObjetivos de la estimulación temprana
Objetivos de la estimulación temprana
 
PMI Vs SDLC
PMI Vs SDLCPMI Vs SDLC
PMI Vs SDLC
 

Semelhante a Pembahasan kandungan ca co3, mn, dan laju infiltrasi

Geografi faktor faktor pembentuk tanah
Geografi faktor faktor pembentuk tanahGeografi faktor faktor pembentuk tanah
Geografi faktor faktor pembentuk tanahDian Kirtley Kristi
 
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfBUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfDwiKurniawati35
 
4 slamet-s-kesuburan-tanah
4 slamet-s-kesuburan-tanah4 slamet-s-kesuburan-tanah
4 slamet-s-kesuburan-tanahjufrikarim
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
 
Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10
Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10
Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10Ade Retno
 
Pengembangan tanah
Pengembangan tanahPengembangan tanah
Pengembangan tanahAkbarSyah1
 
Kul infiltrasi 1
Kul infiltrasi 1Kul infiltrasi 1
Kul infiltrasi 1Ieke Ayu
 
GEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdf
GEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdfGEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdf
GEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdfseptianraha1
 
3. garam organik-2004
3. garam organik-20043. garam organik-2004
3. garam organik-2004kusmira
 
Paper tanah andosol
Paper tanah andosolPaper tanah andosol
Paper tanah andosolYuu Kuze
 
komponen komponen dan sifat tanah
komponen komponen dan sifat tanahkomponen komponen dan sifat tanah
komponen komponen dan sifat tanahsofiana S
 
Pelapukan dan tanah kelompok 4
Pelapukan dan tanah kelompok 4Pelapukan dan tanah kelompok 4
Pelapukan dan tanah kelompok 4Wandy Gunawan
 
1. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 11. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 1fahmi09
 

Semelhante a Pembahasan kandungan ca co3, mn, dan laju infiltrasi (20)

TOPIK, 5. ILMU TANAH.ppt
TOPIK, 5. ILMU TANAH.pptTOPIK, 5. ILMU TANAH.ppt
TOPIK, 5. ILMU TANAH.ppt
 
Geografi faktor faktor pembentuk tanah
Geografi faktor faktor pembentuk tanahGeografi faktor faktor pembentuk tanah
Geografi faktor faktor pembentuk tanah
 
Propost Sertik
Propost SertikPropost Sertik
Propost Sertik
 
PrePost Restik
PrePost RestikPrePost Restik
PrePost Restik
 
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfBUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
 
4 slamet-s-kesuburan-tanah
4 slamet-s-kesuburan-tanah4 slamet-s-kesuburan-tanah
4 slamet-s-kesuburan-tanah
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
 
Bab4 tanah brantashulu
Bab4 tanah brantashuluBab4 tanah brantashulu
Bab4 tanah brantashulu
 
Tugas Geologi dan Ilmu Tanah
Tugas Geologi dan Ilmu TanahTugas Geologi dan Ilmu Tanah
Tugas Geologi dan Ilmu Tanah
 
Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10
Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10
Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10
 
Pengembangan tanah
Pengembangan tanahPengembangan tanah
Pengembangan tanah
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Kul infiltrasi 1
Kul infiltrasi 1Kul infiltrasi 1
Kul infiltrasi 1
 
GEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdf
GEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdfGEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdf
GEOLOGI_BATUBARA_GENESA_BATUBARA.pdf
 
3. garam organik-2004
3. garam organik-20043. garam organik-2004
3. garam organik-2004
 
Paper tanah andosol
Paper tanah andosolPaper tanah andosol
Paper tanah andosol
 
komponen komponen dan sifat tanah
komponen komponen dan sifat tanahkomponen komponen dan sifat tanah
komponen komponen dan sifat tanah
 
Pelapukan dan tanah kelompok 4
Pelapukan dan tanah kelompok 4Pelapukan dan tanah kelompok 4
Pelapukan dan tanah kelompok 4
 
pencemaran Tanah
pencemaran Tanahpencemaran Tanah
pencemaran Tanah
 
1. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 11. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 1
 

Pembahasan kandungan ca co3, mn, dan laju infiltrasi

  • 1. PEMBAHASAN KANDUNGAN CaCO3, Mn, DAN LAJU INFILTRASI A. KANDUNGAN CaCO3 Dalam praktikum dilakukan uji sampel tanah dari kedua lokasi yakni lokasi terjamah (kebun biologi UNY) dan lokasi tidak terjamah (hutan bioogi UNY) yaitu uji selidik cepat kuantitatif kandungan CaCO3cepat menggunakan larutan HCl 2 N atau 10% pada sampel tanah kedua tersebut. Reaksi yang terjadi pada sampel tanah setelah ditambah dengan larutan HCl 2 N adalah: CaCO3 + 2 HCl CaCl2 + H2O + CO2 Setelah pengujian dilakukan, kedua sampel tanah dari lokasi pengamatan tidak mengandung CaCO3. Hal ini ditandai dengan tidak terdapatnya percikan maupun suara desisan pada sampel tanah.CaCO3merupakankapur yang memiliki sifat sebagai bahan ikat antara lain sifat plastis baik (tidak getas), mudah dan cepat mengeras, dan mempunyai daya ikat baik untuk batu dan bata. Bahan dasar kapur adalah batu kapur atau dolomit, yang mengandung senyawa kalsium karbonat (CaCO3) (Tjokrodimuljo,1992). Semakin kuat perlindian yang terjadi pada suatu tanah akan berhubungan dengan taraf perkembangan tanah tersebut, keberadaan kalsium serta magnesium. Magnesium berasal dari mineral fero-magnesium dan kalsium dari feldsfor serta akumulasi bahan kapur (karbonat), dolomite, kalsit dan gypsum sebagai mineral sekunder. Semakin kuat perlindian maka semakin kecil pula kandungan CaCO3dalam tanah tersebut. Kandungan kapur dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktr diantaranya adalah komposisi batuan induk dan faktor iklim. Dimana kedua faktor ini berhubungan erat dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapian-lapisan tanah serta tipe vegetasi yang berada di tanah tersebut. Tidak terdapatnya CaCO3dalam sampel tanah tersebut dapat diakibatkan karena pada tanah lokasi pengamatan telah mengalami perlindian yang cukup besar, karena pengambilan sampel dilakukan pada saat musim hujan. Dengan adanya curah hujan yang tinggi menyebabkan banyaknya air hujan yang melindi tanah pada lokasi. Sehingga dimungkinkan CaCO3yang terdapat dalam tanah larut terlindi oleh air hujan. Selain itu tidak terdapatnya CaCO3dalam sampel tanah dapat diakibatkan karena batuan induk yang terdapat dalam lokasi pengamatan mengandung CaCO3yang
  • 2. rendah sehingga dengan jumlahnya yang rendah tersebut menjadikan tanah yang terbentuk mempunyai kadungan CaCO3yang sangat rendah pula. B. KANDUNGAN Mn Unsur Mn merupakan unsur mikro dalam tanah, hal ini berarti bahwa Mn hanya dibutuhkan dalam jumlah yang kecil bagi kesuburan tanah. Karena jika Mn berada dalam jumlah yang banyak malah justru akan bersifat toksik bagi tanah dan oerganisme yang berarda dalam tanah tersebut. Pada praktikum telah dilakukan uji selidik cepat kandungan Mn tanah dari lokasi yang terjamah dan tidak terjamah yaitu dengan meneteskan larutan H2O2 pada sampel tanah. Hasil dari uji tersebut adalah tanah pada kedua lokasi tidak mengandung Mn, yang ditandai dengan tidak adanya percikan dan suara desis dari sampel tanah yang diberi larutan H2O2. Hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah sifat Mn yang larut dalam air. Dimungkinkan tanah kedua lokasi merupakan tanah yang mengalami perlindian oleh air hujan. Sehingga Mn yang terdapat pada tanah tersebut larut oleh air hujan sehingga jumlahnya yang sedikit menjadi turun akibat adanya perlindian. Akibatnya pengujian terhadap kandungan Mn menjadi negatif. C. LAJU INFILTRASI Infiltrasi adalah kemampuan tanah untuk menyerap ataupun melalukan air ke dalam tanah. Infiltrasi yang baik akan mengurangi kemunginan run-off suatu lahan, sehingga lahan dapat mengkonservasi tanah dan air dengan baik. Namun, ketika daya infiltrasi suatu tanah itu rendah, maka run-off akan semakin besar, dan air sulit menyerap ke dalam tanah, serta tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh lahan ( Hardjowigeno,1993). Laju infiltrasi (Infiltration rate) adalah banyaknya air persatuan waktu yang masuk melalui permukaan tanah, dinyatakan dalam mm per jam atau cm per jam. Pada saat tanah masih kering, laju infiltrasi tinggi. Setelah tanah menjadi jenuh air, maka laju infiltrasi akan menurun dan menjadi konstan. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi antara lain: 1. Permukaan tanah 2. Tekstur tanah
  • 3. 3. Struktur tanah 4. Total ruang pori tanah 5. Cara pengelolaan lahan 6. Kepadatan tanah 7. Sifat serta jenis tanaman 8. Bahan organik tanah 9. Kadar air tanah Data hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai laju infiltrasi tanah pada lokasi yang jarang dijamah (hutan biologi UNY) dan lokasi yang sering dijamah (kebun biologi UNY) menjunjukkan hasil yang berbeda antara kedua lokasi tersebut. Pada lokasi terjamah rata-rata laju infiltrasi sebesar 0,10 detik sedangkan pada lokasi jarang terjamah rata-rata laju infiltrasi adalah sebesar 0,16 detik. Terlihat bahwa laju infiltrasi pada tanah yang jarang terjamah lebih besar dibandingkan dengan laju infiltrasi pada tanah yang sering terjamah. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah pada lokasi terjamah yaitu pada kebun biologi UNY memiliki tekstur tanah pasir sedangkan pada lokasi jarang terjamah yakni pada hutan biologi UNY mempunyai tekstur tanah geluh. Perbedaan tekstur tanah ini sangat mempengaruhi laju infiltrasi yang terjadi. Dimana pada tanah dengan tekstur pasir akan lebih cepat melalukan air yang melewatinya dengan kata lain laju infiltrasi akan cepat karena tektsturnya yang berupa butir tunggal dari pada tekstur geluh yang merupakan campuran antara pasir, debu, dan lempung.