SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 11
PRAKTIKUM FARMASI FISIK I
‘‘KELARUTAN INTRINSIK OBAT’’
Kelompok : 2-C
Nama :
1. Ridwan (18123442A)
2. Rikad Katon Mandiri (18123443A)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2012
KELARUTAN INTRINSIK OBAT
I. TUJUAN
Memperkenalkan konsep dan proses pendukung system kelarutan
obat dan menentukan parameter kelarutan zat
II. DASAR TEORI
Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada
suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau
lebih solute dengan solven telah terjadi dan membentuk dispersi
molekuler yang homogen.Suatu larutan dikatakan larutan jenuh apabila
terjadi kesetimbangan antara fase solute dan fase solute dalam larutan
yang bersangkutan.Variabel – variabel yang dapat dipilih untuk
penetapan kelarutan dirumuskan oleh aturan fase Gibbs,yaitu F= C-
P+ 2
F = derajat kebebasan (variebel , misal : T, P, C )
C = Jumlah komponen
P = Jumlah fase
Secara kuantitatif, kelarutan dapat diartikan sebagai konsentrasi
bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu.
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu
momen dipolnya. Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin
tinggi bila suhunya dinaikan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan
semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut.
Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan
gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas
oleh gaya tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat,
adannya pengaruh kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutan gas
dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena gas yang terlarut di
dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat (Voight,
1994).
Kelarutan dapat diungkapkan melalui banyak cara antara lain
dengan menyatakan jumlah pelarut (dalam ml) yang dibutuhkan untuk
setiap gram solute, dengan pendekatan yang berupa perbandingan,
misal : 1 bagian solute dapat larut dalam 100 – 1000 bagian solven
disebut sukar larut, fraksimol dan molar.
Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan
sebagai like disolves like (senyawa atau zat yang strukturnya
menyerupai akan saling melarutkan), yang penjabarannya didasarkan
atas polaritas antara solven dan solute yang dinyatakan dengan tetapan
dielektrikum atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan Van der
Waals (london) atau ikatan elektrostatik yang lain.
Kelarutan gas dalam cairan dipengaruhi tekanan, suhu, salting out,
reaksi kimia sendangkan perhitungan kelarutan dapat dilakukan
menurut hokum Henry (tetapan α) maupun koefisien absorpsi Bunsen
(tetapan α).Kelarutan cairan dapat digolongkan menjadi dua atas dasar
ada tidaknya penyimpanan terhadap hokum Roult.Disebut larutan ideal
(larutan nyata = real solution) apabila tidak ada penyimpangan terhadap
hukum Raoult dan disebut larutan non ideal apabila ada
penyimpangan.Dalam hal ini perlu diperhatikan tentang sistemnya
(tercampur sempurna / sebagian).Pengaruh zat asing , komponen
penyusun (binair/ternair), tetapan dielektrik, hubungan molecular, dan
luas permukaan molekuler.
Kelarutan zat padat dalam cairan merupakan masalah yang lebih
komplek tetapi paling banyak banyak dijumpai dalam
kefarmasian.Asumsi dasar untuk kearutan zat padat dalam (sebagai)
larutan ideal adalah tergantung pada suhu percobaan (proses larut), suhu
(titik) lebur solute, dan beda entalpi peleburan molar ( ) solute
(yang dianggap sama dengan panas pelarutan molar solute).Hubungan
tersebut yang diturunkan dari hukum – hukum termodinamika
durumuskan oleh Hildebrand dan scott sebagai berikut :
-Log Xi
2 = ( ) ……………………..(1)
Xi
2 = kelarutan ideal zat dalam fraksimol
∆ = beda entalpi peleburan
T0 = suhu lebur
T = suhu percobaan
R = tetapan gas
Tetapi tipe larutan ideal ini jarang sekali dijumpai dalam
praktek.Untuk larutan non-ideal harus diperhitungankan pula faktor-
faktor aktivitas solute yang koefisiennya sebanding dengan volume
(molar) solute dan fraksi voleme solven, parameter kelarutan ( ) yang
besarnya sam dengan harga akar tekanan dalam ( ) solute dan interaksi
antara solven – solute.Dengan demikian persamaan yang paling
sederhana untuk larutan non-ideal, dinyatakan sebagai kelarutan regular
oleh Scatchard - Hildebrand sebagai berikut :
-Log X2 = ( ) ( )2 ……………….(2)
Dimana : V2 = volume molar solute
1 = parameter kelarutan solven
2 = parameter kelarutan solute
= fraksi volume solven
Keterbatasan persamaan ini ialah tidak cocok untuk proses – proses
yang didalamnya terjadi solvasi dan asosiasi antara solute dan solven,
demikian pula untuk larutan elektrolit.Persamaan (2) hanya berlaku
apabila dalam larutan tidak terdapat ikatan lain selain Van der waals.
III. ALAT
1. Labu takar 25 ml dan 100 ml
2. Becker glass 1800 ml
3. Becker glass 200 ml
4. Pipet ukur 5 ml
5. Syrring
6. Spektrofotometri UV – Vis
7. Kuvet
8. Disolusion tester
IV. BAHAN
1. Asetosal
2. Alkohol
3. Natrium Asetat
4. Asam Asetat Pekat
5. Aquades
V. CARA KERJA
1. Membuat kelarutan baku asetosal, 50 mg asetosal + 5 mL
alkohol + dapar asetat ada 100 mL, dimasukkan ke dalam labu
bakar.
2. Menimbang Natrium asetat 5,9 gram + asam asetat basial
(pekat) 3,32 mL, kemudian tambah aquades 2 L.
3. Mengambil dengan pipet larutan baku asetosal, kemudian
memasukkan ke dalam labu takar ditambah asetat 25 mL.
VI. HASIL PERCOBAAN
1. Data dan Perhitungan
a.
mL Konsentrasi Abs
1 2 0,111
2 4 0,172
3 6 0,232
4 8 0,294
5 10 0,362
6 12 0,441
7 14 0,492
 Konsentrasi didapatkan dari:
 Kemudian didapatkan:
a = 0,04185
b = 0,03233
r = 0,9990
 Regresi Linear:
b. Penetapan Kadar dengan Menimbang 60 mg Asetosal
Suhu (o
C) Adsorbansi Kadar (mg%)
30o
C 0,392 10,83
37o
C 0,430 12,00
42o
C 0,443 12,40
 Pada suhu 30o
C
 Pada suhu 37o
C
 Pada suhu 42o
C
2. Grafik
VII. PEMBAHASAN
Larutan merupakan campuran homogen dua zat
atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat
penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Suatu larutan
dikatakan jenuh apabila terjadi kesetimbangan antara fase solut dan
fase solven dalam larutan yang bersangkutan (Purba, 2007).
Kelarutan adalah kadar solut dalam sejumlah solven pada
suhu tertentu yang menunjukan bahwa interaksi spontan satu atau lebih
solut atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang
homogen. Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pH,
temperatur(suhu), jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel zat,
konstanta dielektrik pelarutdan adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan
pembentuk kompleks, ion sejenis.
Dari percobaan yang dilakukan menggunakan larutan baku
asetosal dengan volume yang berbeda telah di dapatkan pula
konsentrasi yang berbeda dan dapat dihitung absorbansinya yang
memiliki nilai yang berbeda pula
Penetapan kadar asetosal sendiri dilakukan pada 3 keadaan
suhu yang berbeda yaitu : 30 O
C 37 O
C dan 42O
C dan menggunakan
asetosal dengan berat masing- masing 60 mg dan dimana dari 3
keadaan tersebut telah di dapat absorbansi yang berbeda dan dari
absorbansi dapat diketahui kadar mg% dalam 60 mg asetosal dan
rumus yang digunakan dalam penetapan kadar tersebut adalah dengan
menggunakn rumus:
Dimana nilai y sendiri adalah nilai absorbansi yang didapat
dari pembacaan Spektrofotometri UV – Vis dari larutan dapar yang
telah ditambahkan dengan 60 mg asetosal dan dilakukan pengocokan
pada dissolution tester sebanyak 50 puteran/menit dengan suhu yang
telah ditentukan.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaaan dapat di simpulkan bahwa penetapan kadar
asetosal /mg5 dalam 60 mg asetosal yang telah di campur dengan
larutan dapar akan berbeda setiap suhu nya dan semakin tinggi atau
besar suhu pada saat larutan diputar pada dissolution tester maka
semakin tingi pula absorbansi yang di baca pada spektrofotometri UV
– Vis dan apabila absorbansi tinggi atau besar maka hasil perhitungan
untuk mengetahui kadar mg% menunjukkan bahwa kadarnya semakin
tinggi pula tergantung pada suhu yang mempengaruhi absorbasi
laruutan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, Alfred, dkk. 1990. Farmasi Fisik edisi 3. Jakarta: Universitas
Indonesia press.
http://sweetest-tea.blogspot.com/2012/04/kelarutan-intrinsik-obat.html

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
Fransiska Puteri
 
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"
ilmanafia13
 
laporan praktikum identifikasi senyawa organik
laporan praktikum identifikasi senyawa organiklaporan praktikum identifikasi senyawa organik
laporan praktikum identifikasi senyawa organik
wd_amaliah
 
Laporan praktikum kimia dasar "Pengenalan Alat dan Budaya K3"
Laporan praktikum kimia dasar "Pengenalan Alat dan Budaya K3"Laporan praktikum kimia dasar "Pengenalan Alat dan Budaya K3"
Laporan praktikum kimia dasar "Pengenalan Alat dan Budaya K3"
ilmanafia13
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasi
wd_amaliah
 
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
Ridha Faturachmi
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kation
wd_amaliah
 

Mais procurados (20)

ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
 
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
 
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"
 
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika KelarutanLaporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
 
Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2
 
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoatLaporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoat
 
Jenis Reaksi Kimia
Jenis Reaksi KimiaJenis Reaksi Kimia
Jenis Reaksi Kimia
 
Hidrasi Air
Hidrasi AirHidrasi Air
Hidrasi Air
 
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
 
Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
 
Laporan hidrolisis sukrosa
Laporan hidrolisis sukrosaLaporan hidrolisis sukrosa
Laporan hidrolisis sukrosa
 
Vitamin kel 2
Vitamin kel 2Vitamin kel 2
Vitamin kel 2
 
laporan praktikum identifikasi senyawa organik
laporan praktikum identifikasi senyawa organiklaporan praktikum identifikasi senyawa organik
laporan praktikum identifikasi senyawa organik
 
Laporan praktikum kimia dasar "Pengenalan Alat dan Budaya K3"
Laporan praktikum kimia dasar "Pengenalan Alat dan Budaya K3"Laporan praktikum kimia dasar "Pengenalan Alat dan Budaya K3"
Laporan praktikum kimia dasar "Pengenalan Alat dan Budaya K3"
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasi
 
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kation
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
 

Destaque (9)

Sifat Koligatif
Sifat KoligatifSifat Koligatif
Sifat Koligatif
 
Kelarutan Semu / Total
Kelarutan Semu / TotalKelarutan Semu / Total
Kelarutan Semu / Total
 
Hemogram dan Sediaan Apus
Hemogram dan Sediaan ApusHemogram dan Sediaan Apus
Hemogram dan Sediaan Apus
 
Alkalimetri
AlkalimetriAlkalimetri
Alkalimetri
 
Tes Cerebellum
Tes CerebellumTes Cerebellum
Tes Cerebellum
 
Toxoplasma Gondii
Toxoplasma GondiiToxoplasma Gondii
Toxoplasma Gondii
 
Permanganometri
PermanganometriPermanganometri
Permanganometri
 
Kerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat JenisKerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat Jenis
 
Analisis Kuantitatif Kation
Analisis Kuantitatif KationAnalisis Kuantitatif Kation
Analisis Kuantitatif Kation
 

Semelhante a Kelarutan Intrinsik Obat

Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
Tillapia
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
wd_amaliah
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
asterias
 

Semelhante a Kelarutan Intrinsik Obat (20)

Kelarutan intrinsik obat
Kelarutan intrinsik obatKelarutan intrinsik obat
Kelarutan intrinsik obat
 
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
 
Larutan dan Kelarutan
Larutan dan KelarutanLarutan dan Kelarutan
Larutan dan Kelarutan
 
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Sifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif LarutanSifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif Larutan
 
Kelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhuKelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhu
 
LARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.pptLARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.ppt
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
 
Penuntun kd2
Penuntun kd2Penuntun kd2
Penuntun kd2
 
Hhh
HhhHhh
Hhh
 
Sifat Koligatif Larutan
 Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif Larutan
 
Larutan dan koloid
Larutan dan koloidLarutan dan koloid
Larutan dan koloid
 
Larutan dan koloid
Larutan dan koloidLarutan dan koloid
Larutan dan koloid
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
 
4 larutan
4 larutan4 larutan
4 larutan
 
Analilis Melalui Pengendapan
Analilis Melalui PengendapanAnalilis Melalui Pengendapan
Analilis Melalui Pengendapan
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasar
 
4 fungsi-suhu
4 fungsi-suhu4 fungsi-suhu
4 fungsi-suhu
 
PPT_Larutan dan Sifat Koligatif Larutan_KIMIA FISIKA.pptx
PPT_Larutan dan Sifat Koligatif Larutan_KIMIA FISIKA.pptxPPT_Larutan dan Sifat Koligatif Larutan_KIMIA FISIKA.pptx
PPT_Larutan dan Sifat Koligatif Larutan_KIMIA FISIKA.pptx
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
 

Último

KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 

Último (20)

vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 

Kelarutan Intrinsik Obat

  • 1. PRAKTIKUM FARMASI FISIK I ‘‘KELARUTAN INTRINSIK OBAT’’ Kelompok : 2-C Nama : 1. Ridwan (18123442A) 2. Rikad Katon Mandiri (18123443A) FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI 2012
  • 2. KELARUTAN INTRINSIK OBAT I. TUJUAN Memperkenalkan konsep dan proses pendukung system kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat II. DASAR TEORI Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute dengan solven telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogen.Suatu larutan dikatakan larutan jenuh apabila terjadi kesetimbangan antara fase solute dan fase solute dalam larutan yang bersangkutan.Variabel – variabel yang dapat dipilih untuk penetapan kelarutan dirumuskan oleh aturan fase Gibbs,yaitu F= C- P+ 2 F = derajat kebebasan (variebel , misal : T, P, C ) C = Jumlah komponen P = Jumlah fase Secara kuantitatif, kelarutan dapat diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu momen dipolnya. Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, adannya pengaruh kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena gas yang terlarut di
  • 3. dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat (Voight, 1994). Kelarutan dapat diungkapkan melalui banyak cara antara lain dengan menyatakan jumlah pelarut (dalam ml) yang dibutuhkan untuk setiap gram solute, dengan pendekatan yang berupa perbandingan, misal : 1 bagian solute dapat larut dalam 100 – 1000 bagian solven disebut sukar larut, fraksimol dan molar. Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like disolves like (senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan), yang penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan solute yang dinyatakan dengan tetapan dielektrikum atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan Van der Waals (london) atau ikatan elektrostatik yang lain. Kelarutan gas dalam cairan dipengaruhi tekanan, suhu, salting out, reaksi kimia sendangkan perhitungan kelarutan dapat dilakukan menurut hokum Henry (tetapan α) maupun koefisien absorpsi Bunsen (tetapan α).Kelarutan cairan dapat digolongkan menjadi dua atas dasar ada tidaknya penyimpanan terhadap hokum Roult.Disebut larutan ideal (larutan nyata = real solution) apabila tidak ada penyimpangan terhadap hukum Raoult dan disebut larutan non ideal apabila ada penyimpangan.Dalam hal ini perlu diperhatikan tentang sistemnya (tercampur sempurna / sebagian).Pengaruh zat asing , komponen penyusun (binair/ternair), tetapan dielektrik, hubungan molecular, dan luas permukaan molekuler. Kelarutan zat padat dalam cairan merupakan masalah yang lebih komplek tetapi paling banyak banyak dijumpai dalam kefarmasian.Asumsi dasar untuk kearutan zat padat dalam (sebagai) larutan ideal adalah tergantung pada suhu percobaan (proses larut), suhu (titik) lebur solute, dan beda entalpi peleburan molar ( ) solute
  • 4. (yang dianggap sama dengan panas pelarutan molar solute).Hubungan tersebut yang diturunkan dari hukum – hukum termodinamika durumuskan oleh Hildebrand dan scott sebagai berikut : -Log Xi 2 = ( ) ……………………..(1) Xi 2 = kelarutan ideal zat dalam fraksimol ∆ = beda entalpi peleburan T0 = suhu lebur T = suhu percobaan R = tetapan gas Tetapi tipe larutan ideal ini jarang sekali dijumpai dalam praktek.Untuk larutan non-ideal harus diperhitungankan pula faktor- faktor aktivitas solute yang koefisiennya sebanding dengan volume (molar) solute dan fraksi voleme solven, parameter kelarutan ( ) yang besarnya sam dengan harga akar tekanan dalam ( ) solute dan interaksi antara solven – solute.Dengan demikian persamaan yang paling sederhana untuk larutan non-ideal, dinyatakan sebagai kelarutan regular oleh Scatchard - Hildebrand sebagai berikut : -Log X2 = ( ) ( )2 ……………….(2) Dimana : V2 = volume molar solute 1 = parameter kelarutan solven 2 = parameter kelarutan solute = fraksi volume solven
  • 5. Keterbatasan persamaan ini ialah tidak cocok untuk proses – proses yang didalamnya terjadi solvasi dan asosiasi antara solute dan solven, demikian pula untuk larutan elektrolit.Persamaan (2) hanya berlaku apabila dalam larutan tidak terdapat ikatan lain selain Van der waals. III. ALAT 1. Labu takar 25 ml dan 100 ml 2. Becker glass 1800 ml 3. Becker glass 200 ml 4. Pipet ukur 5 ml 5. Syrring 6. Spektrofotometri UV – Vis 7. Kuvet 8. Disolusion tester IV. BAHAN 1. Asetosal 2. Alkohol 3. Natrium Asetat 4. Asam Asetat Pekat 5. Aquades V. CARA KERJA 1. Membuat kelarutan baku asetosal, 50 mg asetosal + 5 mL alkohol + dapar asetat ada 100 mL, dimasukkan ke dalam labu bakar. 2. Menimbang Natrium asetat 5,9 gram + asam asetat basial (pekat) 3,32 mL, kemudian tambah aquades 2 L. 3. Mengambil dengan pipet larutan baku asetosal, kemudian memasukkan ke dalam labu takar ditambah asetat 25 mL.
  • 6. VI. HASIL PERCOBAAN 1. Data dan Perhitungan a. mL Konsentrasi Abs 1 2 0,111 2 4 0,172 3 6 0,232 4 8 0,294 5 10 0,362 6 12 0,441 7 14 0,492  Konsentrasi didapatkan dari:  Kemudian didapatkan: a = 0,04185 b = 0,03233 r = 0,9990  Regresi Linear: b. Penetapan Kadar dengan Menimbang 60 mg Asetosal Suhu (o C) Adsorbansi Kadar (mg%) 30o C 0,392 10,83 37o C 0,430 12,00 42o C 0,443 12,40
  • 7.  Pada suhu 30o C  Pada suhu 37o C  Pada suhu 42o C
  • 9. VII. PEMBAHASAN Larutan merupakan campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Suatu larutan dikatakan jenuh apabila terjadi kesetimbangan antara fase solut dan fase solven dalam larutan yang bersangkutan (Purba, 2007). Kelarutan adalah kadar solut dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang menunjukan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solut atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogen. Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pH, temperatur(suhu), jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel zat, konstanta dielektrik pelarutdan adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks, ion sejenis. Dari percobaan yang dilakukan menggunakan larutan baku asetosal dengan volume yang berbeda telah di dapatkan pula konsentrasi yang berbeda dan dapat dihitung absorbansinya yang memiliki nilai yang berbeda pula Penetapan kadar asetosal sendiri dilakukan pada 3 keadaan suhu yang berbeda yaitu : 30 O C 37 O C dan 42O C dan menggunakan asetosal dengan berat masing- masing 60 mg dan dimana dari 3 keadaan tersebut telah di dapat absorbansi yang berbeda dan dari absorbansi dapat diketahui kadar mg% dalam 60 mg asetosal dan rumus yang digunakan dalam penetapan kadar tersebut adalah dengan menggunakn rumus: Dimana nilai y sendiri adalah nilai absorbansi yang didapat dari pembacaan Spektrofotometri UV – Vis dari larutan dapar yang telah ditambahkan dengan 60 mg asetosal dan dilakukan pengocokan pada dissolution tester sebanyak 50 puteran/menit dengan suhu yang telah ditentukan.
  • 10. VIII. KESIMPULAN Dari percobaaan dapat di simpulkan bahwa penetapan kadar asetosal /mg5 dalam 60 mg asetosal yang telah di campur dengan larutan dapar akan berbeda setiap suhu nya dan semakin tinggi atau besar suhu pada saat larutan diputar pada dissolution tester maka semakin tingi pula absorbansi yang di baca pada spektrofotometri UV – Vis dan apabila absorbansi tinggi atau besar maka hasil perhitungan untuk mengetahui kadar mg% menunjukkan bahwa kadarnya semakin tinggi pula tergantung pada suhu yang mempengaruhi absorbasi laruutan tersebut.
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Martin, Alfred, dkk. 1990. Farmasi Fisik edisi 3. Jakarta: Universitas Indonesia press. http://sweetest-tea.blogspot.com/2012/04/kelarutan-intrinsik-obat.html