2. Riwayat Hidup Arnold J. Toynbee
• Arnold J. Toynbee lahir pada 14 April 1889 di London. Dia
menamatkan studinya di Winchester College dan Balliol
College di Oxford Inggris kemudian British Archaeological
School di Athena Yunani.
• Ia memulai karir mengajar di Balliol College tahun 1912,
dan setelah itu memegang posisi di King’s College London
(sebagai Profesor Modern Sejarah Yunani dan Bizantium),
di London School of Economics dan Royal Institute of
International Affairs (1929-1956)
• Bekerja untuk Departemen Intelijen Politik dari Kantor Luar
Negeri Inggris selama Perang Dunia I dan menjabat sebagai
delegasi ke Konferensi Perdamaian Paris pada 1919..
Toynbee pada tahun 1936 diterima di Reichskanzlei oleh
Adolf Hitler. Selama Perang Dunia II, ia kembali bekerja di
Kementerian Luar Negeri dan menghadiri pembicaraan
damai pasca-perang.
3. • Selain berkecimpung dalam bidang politik
internasional ia juga berkecimpung dalam
bidang humaniora lainya, yaitu sebagai
sejarawan.
• Ia merupakan sejarawan besar yang menulis
buku monumental yang mengulas tentang
peradaban manusia, A Study of history
sejumlah 12 jilid antara tahun 1934-1961 yang
menuliskan tentang sebuah metahistory yang
ada dalam peradaban yang mencakup
kemunculan, pertumbuhan dan
kehancurannya
4. Hasil Pemikiran Arnold J. Toynbee
Suatu kebudayaan terjadi, karena challenge and
response atau tantangan dan jawaban antara manusia
dengan alam sekitarnya.
Perkembangan Fase Peradaban
Pemikiran toynbee tentang peradaban adalah
bahwa Peradaban cenderung menempuh dan melewati
empat fase:
masa pertumbuhan
masa sukar
sebuah negeri bersama
dan peralihan atau kehancuran.
Teori Toynbee ini senada dengan hukum siklus.
Artinya ada kelahiran, pertumbuhan, kematian,
kemudian disusul dengan kelahiran lagi, dan
seterusnya
5. Pemimpim Kreatif
Satu dari ide-ide dasar falsafah Toynbee
adalah peran yang dimainkan oleh kreatifitas
pemimpin.
Pertumbuhan dan perkembangan suatu
kebudayaan digerakkan oleh sebagian kecil dari
pemilik kebudayaan. Jumlah kecil itu menciptakan
kebudayaan dan jumlah yang banyak (mayoritas)
meniru keudayaan tersebut
Tanpa minoritas yang kuat dan dapat mencipta,
suatu kebudayaan tidak dapat berkembang
salah satu gejala kerusakan sosial dan
penyebab-penyebab kerusakan sosial adalah
merosotnya minoritas yang memimpin.
6. Agama dan Peradaban
Agama tidak lagi dapat dianggap sebagai
tanggapan manusia terhadap tantangan sosial. Tujuan
utama agama tidak lagi untuk mendukacitakan
kematian atau menolong kelahiran peradaban.
Peradaban itu muncul, hadir, berdiri hanya untuk
menghasilkan agama. Agama tidak langsung
memusatkan usaha penciptaan suatu peradaban,
meskipun peradaban dipengaruhi oleh ajaran-ajaran
agama, taraf-tarafnya tergatung pada keluasan dan
kedalamannya. Peradaban tidaklah terlalu perlu bagi
agama, meskipun agama mungkin telah melahirkan
peradaban.
Ini menujukkan bahwa peadaban bukanlah objek
utama dari perhatian Tuhan.
7. Kehancuran Peradaban
Memburuknya peradaban adalah proses tiga tahap yang
melibatkan tiga kelompok orang: minoritas dominan,
proletariat internal, dan proletariat eksternal.
proletariat yang dimaksudkan Toynbee adalah sebagai
'unsur atau kelompok yang lantaran beberapa kondisi 'berada
dalam' namun 'bukan bagian' masyarakat tertentu pada fase
tertentu sejarah masyarakat tersebut.
'Minoritas dominan', tegas Toynbee, adalah para individu
yang memperoleh kekuasaan pada 'masa pertumbuhan'
lantaran keberhasilan mereka merespon tantangan.
Pada 'masa sukar' mereka berusaha memelihara
kekuasaan mereka. Untuk memelihara dominasi, memicu
beberapa individu untuk menarik diri dari masyarakat dan
menjadi 'proletariat internal’
8. Pada saat yang samalah kelompok dari luar peradaban
(eksternal proletariat) mulai mengancam minoritas
dominan. Pada akhirnya proletariat internal mulai kembali
ke masyarakat untuk membujuk mayoritas tak kreatif agar
mengikuti langkah yang mereka bentangkan.
Agamalah kontribusi yang ditawarkan oleh internal
proletariat ketika mereka kembali ke masyarakat.
Beberapa tingkatan runtuhnya kebudayaan:
• Breakdown of civilizations, yaitu kemerosotan kebudayaan
• Disintegration civilization, yaitu kehancuran kebudayaan
• Dissolution of civilization, yaitu hilang dan lenyapnya
kebudayaan