SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 22
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 1
PERSPEKTIF SISTEM PENDIDIKAN MENURUT FAKTOR PENDUKUNGNYA: SEKOLAH,
KEPALA SEKOLAH, SISWA, GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN, KURIKULUM DAN
EVALUASI, DANA, SARANA DAN PRASARANA
MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan: Fakta, Kebijakan, Teori dan Filsafat
diampu oleh Prof. Dr. H. Achmad Sanusi dan Dr. Yosal Iriantara
Oleh
Denny Kodrat
NPM: 4103810413007
PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN/MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2013
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 2
PERSPEKTIF SISTEM PENDIDIKAN MENURUT FAKTOR PENDUKUNGNYA: SEKOLAH, KEPALA
SEKOLAH, SISWA, GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN, KURIKULUM DAN EVALUASI,
DANA, SARANA DAN PRASARANA
“If you want an education, join the revolution” (Ernesto Che Guevara, dalam Walker,1981:120)
Pendahuluan
Pendidikan (education) tidaklah dibatasi oleh sekadar pergi ke sekolah, duduk di ruang kelas,
mendengarkan, menyimak dan melakukan instruksi guru di dalam kelas. Pendidikan tidak
dapat dipersempit dengan mengikuti pendidikan formal dari level sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, sekolah menengah atas hingga pendidikan tinggi. Pendidikan tidak bisa
diukur oleh berapa banyak ijasah formal yang dimiliki. Pendidikan sejatinya merupakan
bagian dari naluri manusia. Dia ada setua peradaban manusia. Oleh karenanya, mengutip
bahasa Prof. Achmad Sanusi, bahwa pendidikan sebagai upaya untuk mengajari manusia
berpikir (higher order thinking skills) (Sanusi, 2013), oleh karenanya tidaklah keliru saat
Indonesia dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
selain menyelenggaran pendidikan formal, juga mengakui keberadaan pendidikan non-
formal dan informal. Ini berarti, pemaknaan mengenai pendidikan tidaklah harus
dipersempit dengan hanya mendirikan pusat-pusat pendidikan formal yang barangkali
hanya menyentuh 50 persen penduduk Indonesia, tetapi juga bagaimana pemerintah dan
masyarakat mengembangkan dan memantapkan pendidikan non-formal dan informal,
untuk mencapai tujuan pendidikan yang diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945,
yaitu untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karenanya tidaklah keliru
saat Che Guevara mengatakan, “If you want an education, join the revolution” (Jika anda
ingin pendidikan, maka bergabunglah dalam revolusi), ungkapan ini dapat dimaknai sebagai
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 3
pembentukan diri manusia, dimana kondisi revolusi, perang yang penuh dengan
ketidakstabilan, akan mampu “memaksa” manusia untuk menghadirkan potensi-potensi
dirinya, salah satunya adalah berpikir: memikirkan dunia yang lebih baik pasca revolusi,
memikirkan menjadi insan yang berguna pasca revolusi, yang hal tersebut bisa jadi sulit
dihadirkan dalam kondisi-kondisi yang nyaman, aman, damai seperti yang tengah dialami
Indonesia saat ini.
Driyarkara (1980) menyebutkan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia
muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf mendidik. Sementara itu, Crow and Crow
(1960) menyebut pendidikan sebagai modern educational theory and practice not only are
aimed at preparation for future living but also are operative in determining the pattern of
present, day-by-day attitude and behavior. Sedangkan Fattah (2008) mengidentifikasi
pendidikan menjadi:
a. Pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang sehingga
bermanfaat untuk kepentingan hidup.
b. Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam
memilih isi (materi), strategi dan teknik penilaiannya yang sesuai.
c. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkugan keluarga, sekolah dan masyarakat
(formal, non formal dan informal)
Upaya yang ditempuh oleh pemerintah guna mencapai tujuan pendidikan nasional
sebagaimana yang menjadi program rencana strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (sebelumnya Kementerian Pendidikan Nasional) tahun 2010-2014, yaitu
dengan menggulirkan visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan “Terselenggaranya
layanan prima pendidikan nasional untuk membentuk insan Indonesia cerdas
komprehensif” (Kemdiknas, 2010). Pertanyaan sederhananya adalah apakah visi ini dapat
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 4
tercapai dengan ukuran-ukuran yang sudah ditetapkan dalam rencana strategis
Kementerian Pendidikan dan Budaya ini? Kemudian apakah seiring terus bergesernya
pendidikan dari pola status quo (birokratis/top down) menuju pelibatan masyarakat atau
yang dikenal dengan Manajemen berbasis Sekolah (School based Management) untuk
mewujudkan learning community pemerintah tidak gagap dengan menghadirkan rencana
program yang memadai untuk perwujudan MBS yang ideal? Dalam konteks pendidikan
formal, apakah sistem pendukung mikro pendidikan, seperti sekolah, kepala sekolah, siswa,
guru dan tenaga kependidikan, kurikulum dan evaluasi, dana, sarana dan prasarana memiliki
semangat yang sama untuk mendukung pola pendidikan yang bergeser dari status quo
menuju MBS ini? Di saat negara-negara tetangga di Asia Tenggara, sebut saja Singapura atau
tetangga kita di belahan timur, seperti Australia, Jepang, Korea, atau belahan Eropa seperti
Inggris, Swedia, Finladia, Jerman dan negara-negara di Amerika, seperti AS sendiri, sudah
mulai jauh meninggalkan Indonesia, dengan menghadirkan atau beranjak ke pola
pendidikan yang melibat ICT (Information Communication Technology) (Mulyasa, 2012).
Mengacu pada 3 (tiga) pertanyaan di atas inilah, makalah ini akan membahas
seputar perspektif sistem pendidikan (formal) menurut faktor pendukungnya seperti
sekolah, kepala sekolah, siswa, guru dan tenaga kependidikan, kurikulum dan evaluasi,
dana, sarana dan prasarana, yang ditinjau secara fakta, kebijakan, teori dan filsafat.
Tinjauan Fakta: Faktor Pendukung Sistem Pendidikan
Berikut akan dibahas beberapa tinjauan fakta pendukung sistem pendidikan: (a). sekolah;
(b). kepala sekolah; (c). siswa; (d). guru dan tenaga kependidikan; (e). kurikulum dan sistem
evaluasi; (f). dana (g). sarana dan prasarana.
A. Sekolah
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 5
Sekolah merupakan institusi yang bagian dari mikro pendidikan dimana interaksi
guru dan siswa terjadi, direncanakan, diadministrasikan, dijalankan dan dievaluasi. Tidak
hanya mengharuskan adanya bentuk bangunan fisik, ruang kelas, laboratorium, WC, kantin
dan lapangan olahraga yang memadai, namun lebih jauh dari itu, sekolah merupakan
representasi sistem pendidikan yang dapat diobservasi dan diukur (observable and
measurable). Itu karena proses pendidikan yang meliputi input-proses-output terjadi di
sekolah. Proses interaksi antara peserta didik dengan unsur-unsur yang memengaruhi
proses belajar seperti kurikulum, guru, tenaga kependidikan, materi ajar, hingga proses
belajar mengajar, berada di sekolah.
Dua sekolah Menengah Atas yang saya hadirkan dalam makalah ini merupakan
sekolah tempat saya mengajar. Pertama, SMA Taruna Bakti Bandung, berlokasi di Jalan.
Laksamana Laut R. E. Martadinata 52. Berlokasi di pusat kota dengan gedung bertingkat
lima. Cukup representatif untuk proses pembelajaran. Sekolah Menengah Atas menempati
lantai tiga dan empat, meliputi 30 ruang kelas, 10 WC, 5 Laboratorium, 3 ruang pengendali
administrasi dan perpustakaan, aula, indoor gym serta 2 ruang guru. Untuk fasilitas olahraga
berada di jalan Suci, dekat pasar Cihaurgeulis, Bandung.
Kedua, SMA Negeri Jatinangor. Sekolah ini terbilang baru didirikan pertengahan
tahun 1994 (Unit Gedung Baru). Memiliki 35 ruang kelas, laboratorium IPA dan Bahasa,
perpustakaan, ruang guru, ruang para wakasek, 4 WC, masjid dan kantin. Lokasinya cukup
strategis, dekat dengan kampus Universitas Padjajaran, Universitas Winaya Mukti, ITB
kampus Jatinangor, IPDN. Kawasan ini dulunya disebut sebagai kawasan pendidikan dan
menjadi etalase kota Sumedang. Kedua sekolah ini memenuhi standar nasional pendidikan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, sebagaimana di ubah oleh Peraturan Pemerintah no. 32 tahun 2013.
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 6
B. Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan pemimpin (leader) dari satuan pendidikan. Dia yang
memiliki wewenang dan bertanggung jawab dalam proses mikro pendidikan. Mulyasa
(2013) menyebut beberapa fungsi kepala sekolah sebagai educator, manajer, administrator,
supervisor, leader, innovator dan motivator. Ada beberapa kualifikasi yang dipersyaratkan
untuk menjadi kepala sekolah sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan dan dikembangkan oleh BSNP, yaitu diantaranya harus
menjadi guru di satuan pendidikan, memiliki kualifikasi akademik, berpengalaman 5 tahun
sebagai guru. Biasanya, dinas pendidikan kota/kabupaten menambahkan beberapa syarat
tambahan seperti pernah menjabat sebagai pernah menjabat sebagai wakil kepala sekolah.
Dengan adanya otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, maka posisi kepala sekolah sangat strategis. Dia sangat
berhubungan erat dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim
budaya sekolah dan menurunnya perilaku nakal peserta didik (Supriadi, 1998; Mulyasa,
2013).
Fakta mengenai kepala sekolah di sekolah negeri sedkiti berbeda dengan sekolah
swasta. Di sekolah negeri, bupati yang memilih kepala sekolah sesuai dengan acuan
perundang-undangan dan seleksi yang dilakukan secara ketat. Kepala sekolah dapat diganti
bila sudah menjabat selama dua periode (atau 8 tahun). Biasanya kepala sekolah terkena
sistem mutasi, dimana dia bisa berpindah-pindah unit kerja yang dia pimpin. Satu kepala
sekolah diganti oleh kepala sekolah lain, jarang diisi oleh kepala sekolah dari guru di sekolah
tersebut. Berbeda dengan sekolah negeri, di sekolah swasta, yayasan yang memiliki
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 7
wewenang untuk memilih dan menetapkan kepala sekolah yang berasal dari guru-guru
tetap yang mengajar di sekolah tersebut.
C. Siswa
Siswa/peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia melalui jalur,
jenjang dan jenis pendidikan. Beberapa sekolah di tingkat SMP dan SMA menerapkan sistem
rekrutmen berdasarkan nilai ujian nasional dan prestasi. Sekolah lain menerapkan
rekrutmen dengan tes tertulis. Paradigma ingin mendapatkan input terbaik menjadi dasar
pertimbangan sekolah dalam menerima siswanya.
Sekolah mengharapkan dengan mendapatkan input siswa yang terbaik, dilihat dari
prestasi akademik di sekolah sebelumnya atau dilihat dari aspek kepribadian, maka mereka
akan mudah menghasilkan keluaran yang optimal. Meminjam istilah sistem informasi GIGO
(Gold in, Gold out). Paradigma inilah yang mengakibatkan munculnya wacana uji
keperawanan bagi siswi di sekolah tertentu. Dengan uji keperawanan ini diharapkan sekolah
dapat menyaring siswi-siswi nakal (baca: tidak perawan). Begitupula tes wawancara yang
dilakukan oleh sekolah-sekolah berstandar internasional dulu.
Tes ini meliputi wawancara terhadap siswa dan orang tua, yang akhirnya menyaring
strata sosial keluarga peserta didik. Yang terkategori mampu bisa langsung melenggang
untuk belajar di sekolah internasional, yang berkategori tidak mampu, harus balik kanan
mencari sekolah non internasional.
D. Guru dan Tenaga Kependidikan
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 8
Sumber daya manusia (SDM) yang menjadi ujung tombak di mikro pendidikan adalah
guru dan tenaga kependidikan. Guru, menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2004 tentang
Guru dan Dosen, adalah tenaga pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
Sementara itu, tenaga kependidikan, sebagaimana Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, seperti tenaga administrasi,
tenaga laboratorium, tenaga perpustakaan.
Dengan disahkannya Undang-undang mengenai Guru dan Dosen, serta dengan
adanya Peraturan Pemerintah yang mengatur standar nasional pendidikan, maka secara
faktual hampir 90 persen, guru dan tenaga kependidikan sudah memenuhi kualifikasi
minimal yang disyaratkan oleh aturan perundang-undangan tersebut. Bahkan sudah hampir
80 persen guru sudah menikmati tunjangan profesinya dari mulai tahun 2008 hingga
sekarang.
Namun bergulirnya tunjangan profesi yang sudah menginjak tahun kelima ini tidak
luput dari kritikan masyarakat. Salah satu isu yang mengemuka adalah belum cukup
dirasakan pengaruh tunjangan profesi terhadap profesionalisme (baca: kualitas pelayanan
belajar) guru. Setidaknya hal ini menjadi satu otokritik bagi para pendidik bahwa tunjangan
profesi ini seharusnya dijadikan pemicu (trigger) semakin primanya pelayanan pembelajaran
baik secara didaktik-metodik hingga terciptanya kualitas lulusan yang memadai.
Fakta lain adalah tidak meratanya sebaran tenaga pendidik. Guru masih
terkonsentrasi di sekolah-sekolah pusat, belum merata ke pinggiran (sub-urban). Ini dapat
dilihat dari jumlah mengajar yang belum ideal (setara dengan 24 jam pelajaran tatap muka).
Sehingga satu guru harus mengajar di beberapa sekolah untuk memenuhi kekurangan jam
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 9
mengajarnya, termasuk mengajar mata pelajaran yang tidak linear dengan kualifikasi
akademiknya.
E. Kurikulum dan Sistem Evaluasi
Proses pembelajaran di sekolah berada di domain proses. Siswa dan guru dalam
proses silaturahmi akademiknya dipandu oleh kurikulum yang dirancang oleh pusat.
Indonesia saat awal-awal kemerdekaan hingga sekarang sudah pernah menerapkan
kurikulum dengan berbagai model dan asumsi-asumsinya termasuk di dalamnya sistem
evaluasi—yang mulai diperkenalkan dalam kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004 lalu.
Saat ini, dengan semangat otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, desain kurikulum
yang diterapkan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini
digulirkan mulai tahun 2008, kemudian akhir tahun 2012, kementerian pendidikan dan
kebudayaan menggulirkan kurikulum 2013 dengan beberapa perubahan asumsi-asumsinya.
Bila dalam KTSP sebelumnya guru merancang sistem penilaian untuk melihat
sejauhmana proses pembelajaran mencapai tujuan kurikulumnya, maka dalam kurikulum
2013 ini, pemerintah pusat sudah menetapkan sistem penilaiannya. Guru tinggal
melaksanakan sistem penilaiannya tersebut. Evaluasi nasional atas proses pembelajaran
selama satu tahun dievaluasi oleh pemerintah pusat dengan nama Ujian Nasional.
Mencermati besarnya kewenangan yang dimiliki oleh pusat dalam menetapkan
struktur mata pelajaran hingga penetapan kompetensi inti dan dasar, kemudian sisa muatan
lokal ditetapkan oleh pemerintahan provinsi, maka KTSP yang awalnya untuk mengapresiasi
multikulturalisme dan kearifan budaya lokal di setiap sekolah, nampaknya menjadi sedikit
terlihat. KTSP yang pada awalnya dibuat untuk menonjolkan keunggulan masing-masing
sekolah dengan karakteristiknya yang beragam, nampaknya menjadi KTSP copy-paste,
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 10
dimana kurikulum di satu satuan pendidikan menjadi sama dengan kurikulum di satuan
pendidikan yang lain yang notabene memiliki karakterisktik siswa dan masyarakat yang
berbeda.
F. Dana
Proses pendidikan di level mikro, sebagaimana di level makro dan messo,
mengharuskan adanya ketersediaan dana, sebagai pembiayaan pendidikan. Dana bisa
berasal dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan daerah, serta memungkinkan pula
berasal dari masyarakat. Untuk sekolah-sekolah swasta, subsidi pemerintah bisa dikatakan
minim, dengan kata lain, pembiayaan penyelenggaraan pendidikan dibebankan kepada
masyarakat. Subsidi dari pemerintah untuk sekolah swasta terbatas kepada pemberian
tunjangan profesi, tunjangan daerah bagi guru non pns, serta bantuan operasional sekolah
dan pengadaan buku-buku paket. Sedangkan bagi sekolah-sekolah negeri, khususnya di
sekolah dasar (SD dan SMP), pembiayaan secara seratus persen sudah dibebankan kepada
APBN dan APBD, baik dengan Bantuan Operasional Sekolah, DAK hingga bantuan block
grant. Sedangkan di tingkat menengah (SMA/SMK) masyarakat masih berperan untuk
membantu pembiayaan penyelenggaraan pendidikan.
Sebagai bagian transparansi dan akuntabilitas pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan, maka sekolah membuat anggaran penerimaan dan belanja sekolah yang
disesuaikan dengan program kerja. Besaran dana ditentukan bersama-sama komite sekolah
sebagai perwakilan masyarakat. Idealnya, besarnya penerimaan dan belanja sekolah ini
disosialisasikan kepada warga sekolah, khususnya guru dan tenaga kependidikan. Namun
besaran penerimaan dan belanja sekolah ini hanya diketahui oleh pihak-pihak tertentu
dalam sekolah, tidak begitu banyak melibatkan guru dan tenaga pendidikan. Demikian pula
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 11
dalam pengevaluasian program sekolah. Permasalahan dana seringkali tidak dijadikan
bagian evaluasi secara terbuka. Sehingga, open management tidak berlaku dalam masalah
dana.
G. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pembelajaran seperti bangunan sekolah, ruang kelas, ruang
laboratorium, ruang komputer, lapangan olahraga, kantin, tempat beribadah, kursi, meja,
papan tulis dan fasilitas-fasilitas pendukung pembelajaran lainnya sangatlah penting dalam
sistem pendidikan. Sarana pendidikan yang nyaman, aman, bersih dan kondusif akan
berpengaruh dalam kualitas pembelajaran. Lengkapnya fasilitas-fasilitas yang mendukung
proses pembelajaran seperti komputer, proyektor, sound system, bahkan dengan adanya
ruang multi media seperti bioskop, akan menjadi nilai tambah bagi proses pembelajaran.
Motivasi siswa untuk belajar semakin kuat.
Pemerintah Kabupaten Sumedang menggulirkan program sekolah sehat untuk
mengatasi sekolah-sekolah yang terkesan kumuh, tidak bersih dan tidak kondusif. Beberapa
sekolah dengan sarana dan prasarana yang sudah baik dengan perawatan yang terjaga
secara rutin karena ditunjang oleh petugas kebersihan yang memadai, dapat menjalankan
program sehat. Namun bagi sekolah-sekolah dengan bangunan yang sudah tua, tidak
terawat dan minim dana pemeliharaan, sulit untuk berpartisipasi aktif dalam program ini.
Terkecuali pemerintah membantu sekolah mengganti semua sarana dengan yang lebih baik.
Tinjauan Kebijakan: Faktor Pendukung Sistem Pendidikan
Perubahan besar politik pasca reformasi yaitu otonomi daerah, sedikit banyak
mengubah wajah pendidikan Indonesia. Sistem pendidikan nasional yang sebelumnya lebih
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 12
ke top down policy, yang terkesan birokratik, sekarang ditarik ke arah yang lebih humanis.
Masyarakat dilibatkan dalam sistem pendidikan. Muncullah kebijakan manajemen berbasis
sekolah (MBS) sebagai respon dari kompleksitas masalah sosial dan pendidikan. Salah satu
terobosan dalam kebijakan pendidikan nasional adalah dengan dibuatnya Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003. Dengan keberadaan undang-undang ini, Indonesia memiliki peta dan
arah untuk pencapaian tujuan pendidikan yang termaktub dalam pembukaan konstitusi.
Dengan kata lain, negeri ini memiliki landasan yuridis formal untuk mengukur pencapaian
tujuan pendidikan nasional tersebut.
Terobosan berikutnya dalam pendidikan nasional adalah dengan dibuatnya Undang-
Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijabarkan oleh Peraturan Pemerintah
No.7 Tahun 2008 tentang guru. Kemunculan Undang-Undang yang mengatur tentang guru
dan dosen ini berarti pendidik diakui profesinya secara hukum, setelah sekian lama
dibiarkan tanpa kekuatan yuridis. Prof. M. Surya, dalam berbagai kesempatan,
mengungkapkan, sebelum adanya undang-undang guru dan dosen ini, bahwa guru
dikalahkan oleh binatang langka. Keberadaan binatang langka diakui oleh negara dengan
adanya undang-undang yang mengatur masalah tersebut, sedangkan guru dibiarkan tanpa
dasar hukum, tidak diakui eksistensinya. Benar-benar sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Terobosan berikutnya dalam dunia pendidikan adalah saat diterbitkannya Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, yang kemudian ditata
dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013. Standar nasional pendidikan ini ditujukan
untuk menyamakan kualitas minimal pendidikan di seluruh wilayah hukum Republik
Indonesia dari Sabang hingga Merauke, sebagai respons dari tidak meratanya kualitas
pendidikan disebakan sebaran dan jumlah penduduk yang sangat luas.
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 13
Peraturan Pemerintah mengenai standar pendidikan nasional inilah yang mengatur
delapan standar yaitu:
1. standar isi;
2. standar proses;
3. standar kompetensi lulusan;
4. standar pendidik dan tenaga kependidikan;
5. standar sarana dan prasarana;
6. standar pengelolaan;
7. standar pembiayaan; dan
8. standar penilaian pendidikan.
Dengan terbitnya PP yang mengatur tentang standar nasional pendidikan ini diharapkan
mampu meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, sehingga tujuan pendidikan nasional
yang diamanatkan dalam konstitusi bisa tercapai di seluruh wilayah hukum Republik
Indonesia.
Menyelaraskan dengan perkembangan jaman, globalisasi dan untuk percepatan
pembangunan, pemerintah membuat kebijakan MBS. Ciri MBS adalah pelibatan masyarakat
dalam pendidikan. Dewan sekolah di bentuk di tingkat messo pendidikan. Komite sekolah
didirikan di level mikro pendidikan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan.
Pelibatan masyarakat dalam pendidikan untuk mendorong terwujudnya masyarakat sekolah
dan masyarakat belajar (learning community) sehingga sekolah tidak menjadi menara
gading, institusi yang tidak up to date, tidak selaras dengan kebutuhan masyarakat.
Sejalan dengan itu, BPPN dan World Bank memuat kajian yang diadopsi oleh
Kementerian Pendidikan Nasional (dikutip dalam Mulyasa, 2012:64-70) yang memuaat
strategi implementasi MBS sebagai berikut:
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 14
Aspek Jangka Pendek
(thn ke-1 – ke-3)
Jangka Menengah (thn
ke 4-ke-6)
Jangka Panjang (thn
ke-7-ke10)
A. Ketenagaan:
1. Kepala Sekolah
Sejumlah kepala
sekolah dipilih
dari semua
kategori sekolah
untuk mengikuti
pelatihan tentang
prinsip-prinsip
MBS dan
pengelolaan
keuangan dengan
prinsip MBS
Kepala sekolah
menerima pelatihan
bagi yang belum dan
pelatihan lanjutan bagi
yang sudah.
Kepala sekolah memiliki
keluasaan dalam
mengatur sekolah,
antara lain dalam
mengatur dana, mengisi
kurikulum lokal,
kurikulum sekolah
Ada kewenangan
yang luas bagi
kepala sekolah
dalam rangka
kebijakan nasional.
Pemilihan kepala
sekolah dilakukan
oleh dewan sekolah
dengan
mempertimbangkan
kompetensinya,
keterampilannya,
pengalaman
kepemimpinan,
kemampuan dalam
menggerakkan
masyarakat untuk
berpartisipasi dan
bersifat proaktif
2. Guru SD: seleksi dan
pengangkatan di
TK I, sedangkan
penempatan di
TK II.
SMP: Seleksi di
pusat,
pengangkatan
dan penempatan
di TK.I
SD: Seleksi di TK-I.
Pengangkatan dan
penentuan di TK.II
SMP: Seleksi di TK.I.
pengangkatan dan
penempatan di TK.II.
Pemilihan guru baik SD
maupun SMP
didasarkan pada
kompetensi.
Diberlakukan insentif
dan disintensif terhadap
sekolah yang memiliki
kelebihan guru dan
kekurangan guru.
Guru memperoleh
insentif sesuai dengan
prestasinya.
Guru wajibmenguasai
prinsip-prinsip MBS
Seleksi
pengangkatan dan
penempatan di Dati
II.
Pemilihan
berdasarkan
kompetensi.
Penempatan guru
sesuai dengan
kebutuhan sekolah.
Diberlakukan sistem
insentif dan
disinsentif.
Guru memperoleh
insentif sesuai
dengan prestasinya.
Guru
wajibmenguasai
prinsip-prinsip MBS
3. Pengawas/pimpinan
Dan staf dinas
Pelatihan tentang
prinsip-prinsip
MBS.
Profesionalisasi
pengawas,
pimpinan staf
dinas
Pelatihan lanjutan
Profesionalisasi
pengawas, pejabat dan
staf dinas
Profesionalisasi
pengawas/pimpinan
dan staf
B. Keuangan
1. DIK
Teta p Penentuan alokasi
berdasarkan alokasi
pusat
Diberikan dalam
block grant
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 15
2. DIP Tetap
Block grant
Bantuan
pemerintah untuk
swasta
disesuaikan
dengan
kemampuan
pemerintah
Block grant
Sekolah memiliki
keleluasaan dalam
mengelola anggaran
Pengelolaan akan diikuti
pengawasan yang
intensif
Block grant
Sekolah memiliki
keleluasaan dalam
mengelola anggaran
Pengelolaan akan
diikuti pengawasan
yang intensif
3. Dana dari orang
tua/masyarakat
Tetap seperti
sekarang, yaitu
masih ada orang
tua yang wajib
membayar
sekolah
Ada kesepakatan antara
orang tua dan sekolah
Ada kesepakatan
antara orang tua,
dewan sekolah dan
sekolah
C. Kurikulum
1. Materi
Kurikulum lokal
20%, pusat 80%
Kurikulum inti 80%,
kurikulum lokal 20%
Kurikulum inti (SKL)
Kurikulum elektif
2. Pengujian Kisi-kisi dan soal
dari pusat
Kisi-kisi dibuat di pusat,
soal di TK-1
Guideline SKL di
pusat, soal di TK-1
D. Sarana dan prasarana Identifikasi dan
tataulang sarana
dan prasarana
Pengadaan
sarana dan
prasarana di Tk-II
Pengadaan sarana dan
prasarana di sekolah
Pengadaan sarana
dan prasarana di
sekolah
E. Partisipasi Masyarakat Sosialisasi prinsip-
prinsip MBS
memalui media
massa
Bentuk partisipasi
masyarakat masih
berbentuk BP3
Bentuk
komite/dewan
sekolah, dengan
tugas memilih
kepala sekolah,
mengorganisasi
sumbangan dari
orang tua dan
masyarakat,
mengawasi
pengelolaan
keuangan
Membantu dan
mengawasi proses
belajar mengajar
Tinjauan Teori: Faktor Pendukung Sistem Pendidikan
Dalam satu kesempatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. M. Nuh
mengatakan bahwa pendidikan adalah satu-satunya senjata untuk memerangi kemiskinan
dan keterbelakangan peradaban. Artinya, sistem pendidikan dibuat untuk mengarahkan
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 16
warga negara menjadi warga negara yang berdaya, produktif. Pendidikan sebagai human
investment yang membawa manusia kepada nilai-nilai luhurnya: berperadaban tinggi dan
mampu berpikir tinggi.
Kepemimpinan (leadership) menjadi kata kunci dalam manajemen pendidikan yang
melibatkan faktor pendukung sekolah, kepala sekolah, siswa, guru dan tenaga kependidikan,
dana, sarana dan prasarana. Kepemimpinan yang efektif akan dapat mensinergiskan
komponen-komponen tersebut sehingga proses pendidikan di level mikro dapat berjalan
secara efektif, efesien dan akuntabel. Dewey (dalam Sanusi, 2013) membandingkan sekolah
dan pendidikan sebagai berikut.
Sekolah Pendidikan
Mengajar Belajar
Informasi Pengetahuan
Generik Pengetahuan
Kompetensi Kualitas
Linear Kompleks
Bisa Bekerja Kemanusiaan
Kepemimpinan yang kuat harus hadir dalam manajemen di sekolah, sehingga tidak
saja proses pendidikan yang terjadi di domain proses yang melibatkan faktor guru, tenaga
kependidikan, siswa, sarana dan prasarana, dana, kurikulum, yang tentunya dipengaruhi
pula oleh faktor ekternal seperti kebijakan pemerintah dan masyarakat, bisa sesuai dengan
standar-standar yang telah dibuat oleh pemerintah, melainkan pula sesuai dengan kaidah-
kaidah teori manajemen.
Manajenen adalah proses pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan dan
kerjasama orang lain. Sedangkan organisasi adalah kerangka, struktur atau wadah orang-
orang yang bekerja sama. Dengan demikian, manajemen mencapai tujuan melalui orang lain
yang diwadahi dalam organisasi. Organisasi tidak jauh berbeda dengan kehidupan manusia.
Artinya, setiap organisasi termasuk sekolah adalah organism, yang memiliki unsur-unsur
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 17
kehidupan seperti keberadaan ruh berupa kepemimpinan, keberadaan jiwa berupa kegiatan
manajemen, keberadaan raga atau jasmani berupa bagan organisasi yang dinyatakan dala
bentuk kegiatan administrasi. Ketiga unsur tersebut, yaitu kepemimpinan yang bertindak
sebagai ruh, manajemen sebagai aktivitas jiwa serta administrasi sebagai tata kerja.
Rangkaian antara kepemimpinan, manajemen dan administrasi serta budaya organisasi
dapat digambarkan sbb:
Untuk mewujudkan budaya organisasi yang sehat yang diperkuat oleh
kepemimpinan yang kuat, maka beberapa teori yang disarankan oleh Sanusi (2013) dapat
dilakukan, yaitu pertama penguasaan konsep Strategic Management (SM) dan Balanced
Score Card (BSC). Dalam SM terdapat konsep Total Quality Management (TQM), kajian
SWOT terhadap faktor-faktor internal dan eksternal, kajian tentang kepemimpinan
transformative dan konstruktif, terdapat pula kajian nilai tambah (added values). Dalam BSC
terdapat kajian Blue Ocean Strategy (BOS).
Kedua, melakukan penyesuaian (adjustment) konsep BS dan MS agar sesuai dengan
nilai-nilai lokal dan pendidikan.
Ketiga, mengadaptasi konsep chaos and complexity dengan tidak melupakan enam
sistem nilai yang diantaranya, nilai ketuhanan (teologis) dan need of achievement. Dengan
cara seperti ini, kesemrawutan dalam dunia pendidikan dapat diuraikan dengan baik.
Administrasi
KepemimpinanManajemen
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 18
Teori spiral dynamics dapat dilekatkan kepada kepala sekolah agar
kepemimpinannya dapat terrepresentasikan dalam proses pendidikan di level mikro ini.
Berikut gambaran teori spiral dynamic
Untuk menghadirkan pemimpin yang transfomatif, maka seorang pemimpin harus
sudah selesai dengan poin 1 hingga 3. Dia harus memulai dengan poin 4 (logical/rasional)
hingga ke poin 6 (trancendential) hingga terwujudlah diri yang memiliki power, knowledge
freedom, love.
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 19
Tinjauan Filsafat: Faktor Pendukung Sistem Pendidikan
Faktor pendukung sistem pendidikan yang meliputi sekolah, kepala sekolah, guru
dan tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, dana, sarana dan prasarana didasarkan atas
filsafat konstruktivisme, positivisme dan liberalisme. Filsafat konstruktivisme dapat terlihat
jelas dalam desain kurikulum 2013, bagaimana teori belajar yang dikembangkan
menggunakan pendekatan filsafat konstruktivisme. Dalam pandangan filsafat ini siswa
diberikan keleluasaan untuk mengkonstruk/membangun pengetahuan sendiri. Ilmu
pengetahuan tidak bisa dipindahkan bila tidak ada keaktifan dari siswa (Maksum, 2010).
Guru berperan sebagai fasilitator dan tidak boleh hanya semata-mata memberikan ilmu
pengetahuan, melainkan harus membangun ilmu pengetahuan tersebut dalam benak siswa.
Beberapa asumsi yang dikemukakan dalam pandangan konstruktivisme adalah:
(1). siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan;
(2). belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa;
(3). pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara
personal;
(4). pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan
situasi kelas;
(5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi,
dan sumber;
Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang
dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai
dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 20
skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekadar
tersusun secara hirarkis.
Disamping itu, filsafat positivisme (modernisme) masih mempengaruhi proses sistem
penilaian terhadap siswa. Pengkuantitatifan prestasi siswa, psikomotor siswa dan juga
afektif siswa menjadi arus utama dalam sistem penilaian di negeri ini. Termasuk evaluasi
belajar dalam ujian nasional hanya mengukur aspek-aspek kognitif siswa dengan dibatasi
beberapa mata pelajaran dari puluhan pelajaran yang diajari sejak sekolah dasar, menengah
hingga atas. Pengaruh positivisme yang kentara adalah dengan pembiasaan berpikir ilmiah
dengan tahapan-tahapan yang digariskan dalam pendekatan kuantitatif. Inilah salah satu
dominasi filsafat positivisme dalam sistem pendidikan nasional (Abidin, 2006).
Disamping itu, filsafat neo-liberalisme diam-diam mewarnai paradigma Undang-
Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Beberapa pasal menegaskan
pentingnya sekolah atau penyelenggara pendidikan untuk memperhatikan kebutuhan
masyarakat. Tiga kata akhir ini, “memperhatikan kebutuhan masyarakat” mengisyaratkan
bahwa penyesuaian kualitas lulusan dengan permintaan pasar. Di sinilah filsafat neo-
liberalisme dapat dibaca bahwa kualitas pendidikan yang baik adalah kualitas yang
memenuhi keinginan penggunanya, sehingga output pendidikan, outcome dan effect sangat
bergantung pada mekanisme keinginan pasar (Maksum, 2010), daya serap tenaga kerja yang
bisa jadi menafikan atau tidak memprioritaskan tujuan sejati dari pendidikan nasional itu
sendiri. Di samping itu, upaya membangun jiwa enterpreneurship siswa nampak tidak
terakomodasi dalam undang-undang sistem pendidikan nasional, begitupula dalam aturan
mengenai perguruan tinggi. Ini berakar dari filsafat neo-liberalisme yang diadopsi oleh
pemerintah.
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 21
Kesimpulan
Visi yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bisa tercapai bila
manajemen yang dilakukan khususnya di level mikro pendidikan mampu menghadirkan
kepemimpinan yang kuat (strong leadership) dan transformatif. Begitupula dengan
kompleksitas permasalahan yang dialami oleh pendidikan saat ini, dimana Indonesia tengah
digiring dalam model pendidikan MBS, yang mana masyarakat turut dilibatkan, maka upaya
untuk penyiapan masyarakat yang berpikir, menganggap pendidikan sebagai human
investment/capital. Dengan munculnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
pendidikan sebagai sebuah investasi penting untuk mewujudkan peradaban, maka
masyarakat dapat berperan aktif dalam mengawasi dan membantu proses penyelenggaraan
pendidikan baik di level messo dan mikro. Wallahu’alam bishawwab
Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 22
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2006. Filsafat Manusia: Memahami Manusia melalui Filsafat. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Crown, LLD, Crow. I960. An Introduction to Education in Educational Administration. New York:
Oxford University Press
Driyarkara. 1980. Tentang Pendidikan. Jakarta: Yayasan Kanisius
Fattah, Nanang. 2008. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya
Kemendiknas. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014. Jakarta:
Kemdiknas
Maksum, Ali. 2010. Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media Grup
Mulyasa, Enco. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
________. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Sanusi, Achmad. 2013. Kepemimpinan Pendidikan: Strategi Pembaruan, Semangat Pengabdian,
Manajemen Modern. Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia
Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana
diubah dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas PP No. 19
Tahun 2005
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2004 Tentang Guru dan Dosen
Walker, Jim. 1981. The End of Dialogue: Paulo Freire on Politics and Education. Dalam Robert MacKie
(Editor), Literacy and Revolution: the Pedagogy of Paulo Freire. New York: Continuum

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Quo vadis pendidikan call for paper
Quo vadis pendidikan call for paperQuo vadis pendidikan call for paper
Quo vadis pendidikan call for paperDenny Kodrat
 
Makalah Pengantar Pendidikan
Makalah Pengantar PendidikanMakalah Pengantar Pendidikan
Makalah Pengantar PendidikanMichant Lhoo
 
Slide Share Sosiologi Pendidikan Kelompok 2: Perkembangan Konsep Pendidikan d...
Slide Share Sosiologi Pendidikan Kelompok 2: Perkembangan Konsep Pendidikan d...Slide Share Sosiologi Pendidikan Kelompok 2: Perkembangan Konsep Pendidikan d...
Slide Share Sosiologi Pendidikan Kelompok 2: Perkembangan Konsep Pendidikan d...Yaser Lopekabausirah
 
Reformasi pendidikan di indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...
Reformasi pendidikan di indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...Reformasi pendidikan di indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...
Reformasi pendidikan di indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...Dadang DjokoKaryanto
 
15 konsep kepelbagaian pelajar
15 konsep kepelbagaian pelajar15 konsep kepelbagaian pelajar
15 konsep kepelbagaian pelajarLinda Yius
 
nota SPP Bab 5
nota SPP Bab 5nota SPP Bab 5
nota SPP Bab 5Rainne Lee
 
Reformasi pendidikan di Indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...
Reformasi pendidikan di Indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...Reformasi pendidikan di Indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...
Reformasi pendidikan di Indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...Dadang DjokoKaryanto
 
Cabaran guru 12
Cabaran guru 12Cabaran guru 12
Cabaran guru 12ammart852
 
Profesion Keguruan
Profesion Keguruan Profesion Keguruan
Profesion Keguruan muhammad
 
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...Jerry Makawimbang
 
Tajuk 5 : Cabaran profesion keguruan (refleksi isu isu pendidikan global)
Tajuk 5 : Cabaran profesion keguruan (refleksi isu isu pendidikan global)Tajuk 5 : Cabaran profesion keguruan (refleksi isu isu pendidikan global)
Tajuk 5 : Cabaran profesion keguruan (refleksi isu isu pendidikan global)Nur Syamimi Ahmad Othman
 
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikanJalalludin Ibrahim
 
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kurikulum
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan KurikulumFaktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kurikulum
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kurikulumpendidikanekonomia
 
Isu-isu global, perkembangna mutakir dan kebijakan kurikulum
Isu-isu global, perkembangna mutakir dan kebijakan kurikulumIsu-isu global, perkembangna mutakir dan kebijakan kurikulum
Isu-isu global, perkembangna mutakir dan kebijakan kurikulumErik Kuswanto
 

Mais procurados (20)

Quo vadis pendidikan call for paper
Quo vadis pendidikan call for paperQuo vadis pendidikan call for paper
Quo vadis pendidikan call for paper
 
Makalah Pengantar Pendidikan
Makalah Pengantar PendidikanMakalah Pengantar Pendidikan
Makalah Pengantar Pendidikan
 
Slide Share Sosiologi Pendidikan Kelompok 2: Perkembangan Konsep Pendidikan d...
Slide Share Sosiologi Pendidikan Kelompok 2: Perkembangan Konsep Pendidikan d...Slide Share Sosiologi Pendidikan Kelompok 2: Perkembangan Konsep Pendidikan d...
Slide Share Sosiologi Pendidikan Kelompok 2: Perkembangan Konsep Pendidikan d...
 
S jkr 0704960_chapter1
S jkr 0704960_chapter1S jkr 0704960_chapter1
S jkr 0704960_chapter1
 
Assignment edu 2
Assignment edu 2Assignment edu 2
Assignment edu 2
 
Reformasi pendidikan di indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...
Reformasi pendidikan di indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...Reformasi pendidikan di indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...
Reformasi pendidikan di indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...
 
15 konsep kepelbagaian pelajar
15 konsep kepelbagaian pelajar15 konsep kepelbagaian pelajar
15 konsep kepelbagaian pelajar
 
nota SPP Bab 5
nota SPP Bab 5nota SPP Bab 5
nota SPP Bab 5
 
Reformasi pendidikan di Indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...
Reformasi pendidikan di Indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...Reformasi pendidikan di Indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...
Reformasi pendidikan di Indonesia dalam konteks otonomi daerah; DADANG DJOKO ...
 
Cabaran guru 12
Cabaran guru 12Cabaran guru 12
Cabaran guru 12
 
Profesion Keguruan
Profesion Keguruan Profesion Keguruan
Profesion Keguruan
 
Reno pp
Reno ppReno pp
Reno pp
 
Bab i ok
Bab i okBab i ok
Bab i ok
 
Guru dan-cabaran-semasa
Guru dan-cabaran-semasaGuru dan-cabaran-semasa
Guru dan-cabaran-semasa
 
SME 6044 ISU-ISU KURIKULUM
SME 6044   ISU-ISU KURIKULUMSME 6044   ISU-ISU KURIKULUM
SME 6044 ISU-ISU KURIKULUM
 
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
 
Tajuk 5 : Cabaran profesion keguruan (refleksi isu isu pendidikan global)
Tajuk 5 : Cabaran profesion keguruan (refleksi isu isu pendidikan global)Tajuk 5 : Cabaran profesion keguruan (refleksi isu isu pendidikan global)
Tajuk 5 : Cabaran profesion keguruan (refleksi isu isu pendidikan global)
 
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
 
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kurikulum
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan KurikulumFaktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kurikulum
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kurikulum
 
Isu-isu global, perkembangna mutakir dan kebijakan kurikulum
Isu-isu global, perkembangna mutakir dan kebijakan kurikulumIsu-isu global, perkembangna mutakir dan kebijakan kurikulum
Isu-isu global, perkembangna mutakir dan kebijakan kurikulum
 

Semelhante a Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung

PPT PEDAGOGY GROUP 1 TENTANG PENDIDIKAN INDONESIA.pptx
PPT PEDAGOGY GROUP 1 TENTANG PENDIDIKAN INDONESIA.pptxPPT PEDAGOGY GROUP 1 TENTANG PENDIDIKAN INDONESIA.pptx
PPT PEDAGOGY GROUP 1 TENTANG PENDIDIKAN INDONESIA.pptxAlucardKeren
 
INOVASI PENGEMBANGAN MADRASAH.pptx
INOVASI PENGEMBANGAN MADRASAH.pptxINOVASI PENGEMBANGAN MADRASAH.pptx
INOVASI PENGEMBANGAN MADRASAH.pptxsiscapansisca
 
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuSIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuDenny Kodrat
 
Lingkungan dan Lembaga Pendidikan
Lingkungan dan Lembaga PendidikanLingkungan dan Lembaga Pendidikan
Lingkungan dan Lembaga PendidikanHoshi Hikaru
 
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...Ummu Nihayah
 
implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada pembelajaran ipa di sd ...
implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada pembelajaran ipa di sd ...implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada pembelajaran ipa di sd ...
implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada pembelajaran ipa di sd ...taqiudinzarkasi
 
Manajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolahManajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolahNuruddin Arranirri
 
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...Yang Dibuang
 
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikanMar Tunis
 
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...Goes Jiant
 
Lembaga pendidikan
Lembaga pendidikanLembaga pendidikan
Lembaga pendidikanNamaku Merah
 

Semelhante a Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung (20)

PPT PEDAGOGY GROUP 1 TENTANG PENDIDIKAN INDONESIA.pptx
PPT PEDAGOGY GROUP 1 TENTANG PENDIDIKAN INDONESIA.pptxPPT PEDAGOGY GROUP 1 TENTANG PENDIDIKAN INDONESIA.pptx
PPT PEDAGOGY GROUP 1 TENTANG PENDIDIKAN INDONESIA.pptx
 
Tesis
TesisTesis
Tesis
 
Tesis
TesisTesis
Tesis
 
INOVASI PENGEMBANGAN MADRASAH.pptx
INOVASI PENGEMBANGAN MADRASAH.pptxINOVASI PENGEMBANGAN MADRASAH.pptx
INOVASI PENGEMBANGAN MADRASAH.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Karya ilmiah4
Karya ilmiah4Karya ilmiah4
Karya ilmiah4
 
ARTIKEL.pdf
ARTIKEL.pdfARTIKEL.pdf
ARTIKEL.pdf
 
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuSIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
 
Lingkungan dan Lembaga Pendidikan
Lingkungan dan Lembaga PendidikanLingkungan dan Lembaga Pendidikan
Lingkungan dan Lembaga Pendidikan
 
Makalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolahMakalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolah
 
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
 
implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada pembelajaran ipa di sd ...
implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada pembelajaran ipa di sd ...implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada pembelajaran ipa di sd ...
implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada pembelajaran ipa di sd ...
 
Manajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolahManajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolah
 
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
 
Pengantar ilmu pendidikan
Pengantar ilmu pendidikanPengantar ilmu pendidikan
Pengantar ilmu pendidikan
 
Paparan visi
Paparan visiPaparan visi
Paparan visi
 
Uas lpp
Uas lppUas lpp
Uas lpp
 
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
 
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
 
Lembaga pendidikan
Lembaga pendidikanLembaga pendidikan
Lembaga pendidikan
 

Mais de Denny Kodrat

Pembingkaian berita lgbt_di_media_online
Pembingkaian berita lgbt_di_media_onlinePembingkaian berita lgbt_di_media_online
Pembingkaian berita lgbt_di_media_onlineDenny Kodrat
 
Sekali Lagi Tentang Ujian Nasional
Sekali Lagi Tentang Ujian NasionalSekali Lagi Tentang Ujian Nasional
Sekali Lagi Tentang Ujian NasionalDenny Kodrat
 
Curiculum development t_ime_complexity
Curiculum development t_ime_complexityCuriculum development t_ime_complexity
Curiculum development t_ime_complexityDenny Kodrat
 
Pengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan ppPengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan ppDenny Kodrat
 
Makalah kelompok pengambilankeputusan
Makalah kelompok pengambilankeputusanMakalah kelompok pengambilankeputusan
Makalah kelompok pengambilankeputusanDenny Kodrat
 
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Denny Kodrat
 
SIM dan pengelolaan fasilitas
SIM dan pengelolaan fasilitasSIM dan pengelolaan fasilitas
SIM dan pengelolaan fasilitasDenny Kodrat
 
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuSIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuDenny Kodrat
 
Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaDenny Kodrat
 
Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaDenny Kodrat
 
Pendidikan Naturalisme
Pendidikan NaturalismePendidikan Naturalisme
Pendidikan NaturalismeDenny Kodrat
 
What is language_linguisticspresentation
What is language_linguisticspresentationWhat is language_linguisticspresentation
What is language_linguisticspresentationDenny Kodrat
 
Presentasi metodologi penelitian new dennykodrat
Presentasi metodologi penelitian new dennykodratPresentasi metodologi penelitian new dennykodrat
Presentasi metodologi penelitian new dennykodratDenny Kodrat
 

Mais de Denny Kodrat (14)

Pembingkaian berita lgbt_di_media_online
Pembingkaian berita lgbt_di_media_onlinePembingkaian berita lgbt_di_media_online
Pembingkaian berita lgbt_di_media_online
 
Sekali Lagi Tentang Ujian Nasional
Sekali Lagi Tentang Ujian NasionalSekali Lagi Tentang Ujian Nasional
Sekali Lagi Tentang Ujian Nasional
 
Curiculum development t_ime_complexity
Curiculum development t_ime_complexityCuriculum development t_ime_complexity
Curiculum development t_ime_complexity
 
Pengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan ppPengambilan keputusan pp
Pengambilan keputusan pp
 
Makalah kelompok pengambilankeputusan
Makalah kelompok pengambilankeputusanMakalah kelompok pengambilankeputusan
Makalah kelompok pengambilankeputusan
 
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
 
SIM dan pengelolaan fasilitas
SIM dan pengelolaan fasilitasSIM dan pengelolaan fasilitas
SIM dan pengelolaan fasilitas
 
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuSIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
 
Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesia
 
Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesia
 
CDA on Mesuji
CDA on MesujiCDA on Mesuji
CDA on Mesuji
 
Pendidikan Naturalisme
Pendidikan NaturalismePendidikan Naturalisme
Pendidikan Naturalisme
 
What is language_linguisticspresentation
What is language_linguisticspresentationWhat is language_linguisticspresentation
What is language_linguisticspresentation
 
Presentasi metodologi penelitian new dennykodrat
Presentasi metodologi penelitian new dennykodratPresentasi metodologi penelitian new dennykodrat
Presentasi metodologi penelitian new dennykodrat
 

Último

SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfAPRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfVenyHandayani2
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 

Último (20)

SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfAPRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 

Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung

  • 1. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 1 PERSPEKTIF SISTEM PENDIDIKAN MENURUT FAKTOR PENDUKUNGNYA: SEKOLAH, KEPALA SEKOLAH, SISWA, GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN, KURIKULUM DAN EVALUASI, DANA, SARANA DAN PRASARANA MAKALAH Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan: Fakta, Kebijakan, Teori dan Filsafat diampu oleh Prof. Dr. H. Achmad Sanusi dan Dr. Yosal Iriantara Oleh Denny Kodrat NPM: 4103810413007 PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN/MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA 2013
  • 2. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 2 PERSPEKTIF SISTEM PENDIDIKAN MENURUT FAKTOR PENDUKUNGNYA: SEKOLAH, KEPALA SEKOLAH, SISWA, GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN, KURIKULUM DAN EVALUASI, DANA, SARANA DAN PRASARANA “If you want an education, join the revolution” (Ernesto Che Guevara, dalam Walker,1981:120) Pendahuluan Pendidikan (education) tidaklah dibatasi oleh sekadar pergi ke sekolah, duduk di ruang kelas, mendengarkan, menyimak dan melakukan instruksi guru di dalam kelas. Pendidikan tidak dapat dipersempit dengan mengikuti pendidikan formal dari level sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas hingga pendidikan tinggi. Pendidikan tidak bisa diukur oleh berapa banyak ijasah formal yang dimiliki. Pendidikan sejatinya merupakan bagian dari naluri manusia. Dia ada setua peradaban manusia. Oleh karenanya, mengutip bahasa Prof. Achmad Sanusi, bahwa pendidikan sebagai upaya untuk mengajari manusia berpikir (higher order thinking skills) (Sanusi, 2013), oleh karenanya tidaklah keliru saat Indonesia dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, selain menyelenggaran pendidikan formal, juga mengakui keberadaan pendidikan non- formal dan informal. Ini berarti, pemaknaan mengenai pendidikan tidaklah harus dipersempit dengan hanya mendirikan pusat-pusat pendidikan formal yang barangkali hanya menyentuh 50 persen penduduk Indonesia, tetapi juga bagaimana pemerintah dan masyarakat mengembangkan dan memantapkan pendidikan non-formal dan informal, untuk mencapai tujuan pendidikan yang diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945, yaitu untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karenanya tidaklah keliru saat Che Guevara mengatakan, “If you want an education, join the revolution” (Jika anda ingin pendidikan, maka bergabunglah dalam revolusi), ungkapan ini dapat dimaknai sebagai
  • 3. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 3 pembentukan diri manusia, dimana kondisi revolusi, perang yang penuh dengan ketidakstabilan, akan mampu “memaksa” manusia untuk menghadirkan potensi-potensi dirinya, salah satunya adalah berpikir: memikirkan dunia yang lebih baik pasca revolusi, memikirkan menjadi insan yang berguna pasca revolusi, yang hal tersebut bisa jadi sulit dihadirkan dalam kondisi-kondisi yang nyaman, aman, damai seperti yang tengah dialami Indonesia saat ini. Driyarkara (1980) menyebutkan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf mendidik. Sementara itu, Crow and Crow (1960) menyebut pendidikan sebagai modern educational theory and practice not only are aimed at preparation for future living but also are operative in determining the pattern of present, day-by-day attitude and behavior. Sedangkan Fattah (2008) mengidentifikasi pendidikan menjadi: a. Pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup. b. Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi (materi), strategi dan teknik penilaiannya yang sesuai. c. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkugan keluarga, sekolah dan masyarakat (formal, non formal dan informal) Upaya yang ditempuh oleh pemerintah guna mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang menjadi program rencana strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (sebelumnya Kementerian Pendidikan Nasional) tahun 2010-2014, yaitu dengan menggulirkan visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan “Terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional untuk membentuk insan Indonesia cerdas komprehensif” (Kemdiknas, 2010). Pertanyaan sederhananya adalah apakah visi ini dapat
  • 4. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 4 tercapai dengan ukuran-ukuran yang sudah ditetapkan dalam rencana strategis Kementerian Pendidikan dan Budaya ini? Kemudian apakah seiring terus bergesernya pendidikan dari pola status quo (birokratis/top down) menuju pelibatan masyarakat atau yang dikenal dengan Manajemen berbasis Sekolah (School based Management) untuk mewujudkan learning community pemerintah tidak gagap dengan menghadirkan rencana program yang memadai untuk perwujudan MBS yang ideal? Dalam konteks pendidikan formal, apakah sistem pendukung mikro pendidikan, seperti sekolah, kepala sekolah, siswa, guru dan tenaga kependidikan, kurikulum dan evaluasi, dana, sarana dan prasarana memiliki semangat yang sama untuk mendukung pola pendidikan yang bergeser dari status quo menuju MBS ini? Di saat negara-negara tetangga di Asia Tenggara, sebut saja Singapura atau tetangga kita di belahan timur, seperti Australia, Jepang, Korea, atau belahan Eropa seperti Inggris, Swedia, Finladia, Jerman dan negara-negara di Amerika, seperti AS sendiri, sudah mulai jauh meninggalkan Indonesia, dengan menghadirkan atau beranjak ke pola pendidikan yang melibat ICT (Information Communication Technology) (Mulyasa, 2012). Mengacu pada 3 (tiga) pertanyaan di atas inilah, makalah ini akan membahas seputar perspektif sistem pendidikan (formal) menurut faktor pendukungnya seperti sekolah, kepala sekolah, siswa, guru dan tenaga kependidikan, kurikulum dan evaluasi, dana, sarana dan prasarana, yang ditinjau secara fakta, kebijakan, teori dan filsafat. Tinjauan Fakta: Faktor Pendukung Sistem Pendidikan Berikut akan dibahas beberapa tinjauan fakta pendukung sistem pendidikan: (a). sekolah; (b). kepala sekolah; (c). siswa; (d). guru dan tenaga kependidikan; (e). kurikulum dan sistem evaluasi; (f). dana (g). sarana dan prasarana. A. Sekolah
  • 5. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 5 Sekolah merupakan institusi yang bagian dari mikro pendidikan dimana interaksi guru dan siswa terjadi, direncanakan, diadministrasikan, dijalankan dan dievaluasi. Tidak hanya mengharuskan adanya bentuk bangunan fisik, ruang kelas, laboratorium, WC, kantin dan lapangan olahraga yang memadai, namun lebih jauh dari itu, sekolah merupakan representasi sistem pendidikan yang dapat diobservasi dan diukur (observable and measurable). Itu karena proses pendidikan yang meliputi input-proses-output terjadi di sekolah. Proses interaksi antara peserta didik dengan unsur-unsur yang memengaruhi proses belajar seperti kurikulum, guru, tenaga kependidikan, materi ajar, hingga proses belajar mengajar, berada di sekolah. Dua sekolah Menengah Atas yang saya hadirkan dalam makalah ini merupakan sekolah tempat saya mengajar. Pertama, SMA Taruna Bakti Bandung, berlokasi di Jalan. Laksamana Laut R. E. Martadinata 52. Berlokasi di pusat kota dengan gedung bertingkat lima. Cukup representatif untuk proses pembelajaran. Sekolah Menengah Atas menempati lantai tiga dan empat, meliputi 30 ruang kelas, 10 WC, 5 Laboratorium, 3 ruang pengendali administrasi dan perpustakaan, aula, indoor gym serta 2 ruang guru. Untuk fasilitas olahraga berada di jalan Suci, dekat pasar Cihaurgeulis, Bandung. Kedua, SMA Negeri Jatinangor. Sekolah ini terbilang baru didirikan pertengahan tahun 1994 (Unit Gedung Baru). Memiliki 35 ruang kelas, laboratorium IPA dan Bahasa, perpustakaan, ruang guru, ruang para wakasek, 4 WC, masjid dan kantin. Lokasinya cukup strategis, dekat dengan kampus Universitas Padjajaran, Universitas Winaya Mukti, ITB kampus Jatinangor, IPDN. Kawasan ini dulunya disebut sebagai kawasan pendidikan dan menjadi etalase kota Sumedang. Kedua sekolah ini memenuhi standar nasional pendidikan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana di ubah oleh Peraturan Pemerintah no. 32 tahun 2013.
  • 6. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 6 B. Kepala Sekolah Kepala sekolah merupakan pemimpin (leader) dari satuan pendidikan. Dia yang memiliki wewenang dan bertanggung jawab dalam proses mikro pendidikan. Mulyasa (2013) menyebut beberapa fungsi kepala sekolah sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Ada beberapa kualifikasi yang dipersyaratkan untuk menjadi kepala sekolah sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan dikembangkan oleh BSNP, yaitu diantaranya harus menjadi guru di satuan pendidikan, memiliki kualifikasi akademik, berpengalaman 5 tahun sebagai guru. Biasanya, dinas pendidikan kota/kabupaten menambahkan beberapa syarat tambahan seperti pernah menjabat sebagai pernah menjabat sebagai wakil kepala sekolah. Dengan adanya otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka posisi kepala sekolah sangat strategis. Dia sangat berhubungan erat dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah dan menurunnya perilaku nakal peserta didik (Supriadi, 1998; Mulyasa, 2013). Fakta mengenai kepala sekolah di sekolah negeri sedkiti berbeda dengan sekolah swasta. Di sekolah negeri, bupati yang memilih kepala sekolah sesuai dengan acuan perundang-undangan dan seleksi yang dilakukan secara ketat. Kepala sekolah dapat diganti bila sudah menjabat selama dua periode (atau 8 tahun). Biasanya kepala sekolah terkena sistem mutasi, dimana dia bisa berpindah-pindah unit kerja yang dia pimpin. Satu kepala sekolah diganti oleh kepala sekolah lain, jarang diisi oleh kepala sekolah dari guru di sekolah tersebut. Berbeda dengan sekolah negeri, di sekolah swasta, yayasan yang memiliki
  • 7. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 7 wewenang untuk memilih dan menetapkan kepala sekolah yang berasal dari guru-guru tetap yang mengajar di sekolah tersebut. C. Siswa Siswa/peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Beberapa sekolah di tingkat SMP dan SMA menerapkan sistem rekrutmen berdasarkan nilai ujian nasional dan prestasi. Sekolah lain menerapkan rekrutmen dengan tes tertulis. Paradigma ingin mendapatkan input terbaik menjadi dasar pertimbangan sekolah dalam menerima siswanya. Sekolah mengharapkan dengan mendapatkan input siswa yang terbaik, dilihat dari prestasi akademik di sekolah sebelumnya atau dilihat dari aspek kepribadian, maka mereka akan mudah menghasilkan keluaran yang optimal. Meminjam istilah sistem informasi GIGO (Gold in, Gold out). Paradigma inilah yang mengakibatkan munculnya wacana uji keperawanan bagi siswi di sekolah tertentu. Dengan uji keperawanan ini diharapkan sekolah dapat menyaring siswi-siswi nakal (baca: tidak perawan). Begitupula tes wawancara yang dilakukan oleh sekolah-sekolah berstandar internasional dulu. Tes ini meliputi wawancara terhadap siswa dan orang tua, yang akhirnya menyaring strata sosial keluarga peserta didik. Yang terkategori mampu bisa langsung melenggang untuk belajar di sekolah internasional, yang berkategori tidak mampu, harus balik kanan mencari sekolah non internasional. D. Guru dan Tenaga Kependidikan
  • 8. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 8 Sumber daya manusia (SDM) yang menjadi ujung tombak di mikro pendidikan adalah guru dan tenaga kependidikan. Guru, menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2004 tentang Guru dan Dosen, adalah tenaga pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Sementara itu, tenaga kependidikan, sebagaimana Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, seperti tenaga administrasi, tenaga laboratorium, tenaga perpustakaan. Dengan disahkannya Undang-undang mengenai Guru dan Dosen, serta dengan adanya Peraturan Pemerintah yang mengatur standar nasional pendidikan, maka secara faktual hampir 90 persen, guru dan tenaga kependidikan sudah memenuhi kualifikasi minimal yang disyaratkan oleh aturan perundang-undangan tersebut. Bahkan sudah hampir 80 persen guru sudah menikmati tunjangan profesinya dari mulai tahun 2008 hingga sekarang. Namun bergulirnya tunjangan profesi yang sudah menginjak tahun kelima ini tidak luput dari kritikan masyarakat. Salah satu isu yang mengemuka adalah belum cukup dirasakan pengaruh tunjangan profesi terhadap profesionalisme (baca: kualitas pelayanan belajar) guru. Setidaknya hal ini menjadi satu otokritik bagi para pendidik bahwa tunjangan profesi ini seharusnya dijadikan pemicu (trigger) semakin primanya pelayanan pembelajaran baik secara didaktik-metodik hingga terciptanya kualitas lulusan yang memadai. Fakta lain adalah tidak meratanya sebaran tenaga pendidik. Guru masih terkonsentrasi di sekolah-sekolah pusat, belum merata ke pinggiran (sub-urban). Ini dapat dilihat dari jumlah mengajar yang belum ideal (setara dengan 24 jam pelajaran tatap muka). Sehingga satu guru harus mengajar di beberapa sekolah untuk memenuhi kekurangan jam
  • 9. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 9 mengajarnya, termasuk mengajar mata pelajaran yang tidak linear dengan kualifikasi akademiknya. E. Kurikulum dan Sistem Evaluasi Proses pembelajaran di sekolah berada di domain proses. Siswa dan guru dalam proses silaturahmi akademiknya dipandu oleh kurikulum yang dirancang oleh pusat. Indonesia saat awal-awal kemerdekaan hingga sekarang sudah pernah menerapkan kurikulum dengan berbagai model dan asumsi-asumsinya termasuk di dalamnya sistem evaluasi—yang mulai diperkenalkan dalam kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004 lalu. Saat ini, dengan semangat otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, desain kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini digulirkan mulai tahun 2008, kemudian akhir tahun 2012, kementerian pendidikan dan kebudayaan menggulirkan kurikulum 2013 dengan beberapa perubahan asumsi-asumsinya. Bila dalam KTSP sebelumnya guru merancang sistem penilaian untuk melihat sejauhmana proses pembelajaran mencapai tujuan kurikulumnya, maka dalam kurikulum 2013 ini, pemerintah pusat sudah menetapkan sistem penilaiannya. Guru tinggal melaksanakan sistem penilaiannya tersebut. Evaluasi nasional atas proses pembelajaran selama satu tahun dievaluasi oleh pemerintah pusat dengan nama Ujian Nasional. Mencermati besarnya kewenangan yang dimiliki oleh pusat dalam menetapkan struktur mata pelajaran hingga penetapan kompetensi inti dan dasar, kemudian sisa muatan lokal ditetapkan oleh pemerintahan provinsi, maka KTSP yang awalnya untuk mengapresiasi multikulturalisme dan kearifan budaya lokal di setiap sekolah, nampaknya menjadi sedikit terlihat. KTSP yang pada awalnya dibuat untuk menonjolkan keunggulan masing-masing sekolah dengan karakteristiknya yang beragam, nampaknya menjadi KTSP copy-paste,
  • 10. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 10 dimana kurikulum di satu satuan pendidikan menjadi sama dengan kurikulum di satuan pendidikan yang lain yang notabene memiliki karakterisktik siswa dan masyarakat yang berbeda. F. Dana Proses pendidikan di level mikro, sebagaimana di level makro dan messo, mengharuskan adanya ketersediaan dana, sebagai pembiayaan pendidikan. Dana bisa berasal dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan daerah, serta memungkinkan pula berasal dari masyarakat. Untuk sekolah-sekolah swasta, subsidi pemerintah bisa dikatakan minim, dengan kata lain, pembiayaan penyelenggaraan pendidikan dibebankan kepada masyarakat. Subsidi dari pemerintah untuk sekolah swasta terbatas kepada pemberian tunjangan profesi, tunjangan daerah bagi guru non pns, serta bantuan operasional sekolah dan pengadaan buku-buku paket. Sedangkan bagi sekolah-sekolah negeri, khususnya di sekolah dasar (SD dan SMP), pembiayaan secara seratus persen sudah dibebankan kepada APBN dan APBD, baik dengan Bantuan Operasional Sekolah, DAK hingga bantuan block grant. Sedangkan di tingkat menengah (SMA/SMK) masyarakat masih berperan untuk membantu pembiayaan penyelenggaraan pendidikan. Sebagai bagian transparansi dan akuntabilitas pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, maka sekolah membuat anggaran penerimaan dan belanja sekolah yang disesuaikan dengan program kerja. Besaran dana ditentukan bersama-sama komite sekolah sebagai perwakilan masyarakat. Idealnya, besarnya penerimaan dan belanja sekolah ini disosialisasikan kepada warga sekolah, khususnya guru dan tenaga kependidikan. Namun besaran penerimaan dan belanja sekolah ini hanya diketahui oleh pihak-pihak tertentu dalam sekolah, tidak begitu banyak melibatkan guru dan tenaga pendidikan. Demikian pula
  • 11. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 11 dalam pengevaluasian program sekolah. Permasalahan dana seringkali tidak dijadikan bagian evaluasi secara terbuka. Sehingga, open management tidak berlaku dalam masalah dana. G. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pembelajaran seperti bangunan sekolah, ruang kelas, ruang laboratorium, ruang komputer, lapangan olahraga, kantin, tempat beribadah, kursi, meja, papan tulis dan fasilitas-fasilitas pendukung pembelajaran lainnya sangatlah penting dalam sistem pendidikan. Sarana pendidikan yang nyaman, aman, bersih dan kondusif akan berpengaruh dalam kualitas pembelajaran. Lengkapnya fasilitas-fasilitas yang mendukung proses pembelajaran seperti komputer, proyektor, sound system, bahkan dengan adanya ruang multi media seperti bioskop, akan menjadi nilai tambah bagi proses pembelajaran. Motivasi siswa untuk belajar semakin kuat. Pemerintah Kabupaten Sumedang menggulirkan program sekolah sehat untuk mengatasi sekolah-sekolah yang terkesan kumuh, tidak bersih dan tidak kondusif. Beberapa sekolah dengan sarana dan prasarana yang sudah baik dengan perawatan yang terjaga secara rutin karena ditunjang oleh petugas kebersihan yang memadai, dapat menjalankan program sehat. Namun bagi sekolah-sekolah dengan bangunan yang sudah tua, tidak terawat dan minim dana pemeliharaan, sulit untuk berpartisipasi aktif dalam program ini. Terkecuali pemerintah membantu sekolah mengganti semua sarana dengan yang lebih baik. Tinjauan Kebijakan: Faktor Pendukung Sistem Pendidikan Perubahan besar politik pasca reformasi yaitu otonomi daerah, sedikit banyak mengubah wajah pendidikan Indonesia. Sistem pendidikan nasional yang sebelumnya lebih
  • 12. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 12 ke top down policy, yang terkesan birokratik, sekarang ditarik ke arah yang lebih humanis. Masyarakat dilibatkan dalam sistem pendidikan. Muncullah kebijakan manajemen berbasis sekolah (MBS) sebagai respon dari kompleksitas masalah sosial dan pendidikan. Salah satu terobosan dalam kebijakan pendidikan nasional adalah dengan dibuatnya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Dengan keberadaan undang-undang ini, Indonesia memiliki peta dan arah untuk pencapaian tujuan pendidikan yang termaktub dalam pembukaan konstitusi. Dengan kata lain, negeri ini memiliki landasan yuridis formal untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut. Terobosan berikutnya dalam pendidikan nasional adalah dengan dibuatnya Undang- Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijabarkan oleh Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 2008 tentang guru. Kemunculan Undang-Undang yang mengatur tentang guru dan dosen ini berarti pendidik diakui profesinya secara hukum, setelah sekian lama dibiarkan tanpa kekuatan yuridis. Prof. M. Surya, dalam berbagai kesempatan, mengungkapkan, sebelum adanya undang-undang guru dan dosen ini, bahwa guru dikalahkan oleh binatang langka. Keberadaan binatang langka diakui oleh negara dengan adanya undang-undang yang mengatur masalah tersebut, sedangkan guru dibiarkan tanpa dasar hukum, tidak diakui eksistensinya. Benar-benar sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Terobosan berikutnya dalam dunia pendidikan adalah saat diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, yang kemudian ditata dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013. Standar nasional pendidikan ini ditujukan untuk menyamakan kualitas minimal pendidikan di seluruh wilayah hukum Republik Indonesia dari Sabang hingga Merauke, sebagai respons dari tidak meratanya kualitas pendidikan disebakan sebaran dan jumlah penduduk yang sangat luas.
  • 13. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 13 Peraturan Pemerintah mengenai standar pendidikan nasional inilah yang mengatur delapan standar yaitu: 1. standar isi; 2. standar proses; 3. standar kompetensi lulusan; 4. standar pendidik dan tenaga kependidikan; 5. standar sarana dan prasarana; 6. standar pengelolaan; 7. standar pembiayaan; dan 8. standar penilaian pendidikan. Dengan terbitnya PP yang mengatur tentang standar nasional pendidikan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, sehingga tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam konstitusi bisa tercapai di seluruh wilayah hukum Republik Indonesia. Menyelaraskan dengan perkembangan jaman, globalisasi dan untuk percepatan pembangunan, pemerintah membuat kebijakan MBS. Ciri MBS adalah pelibatan masyarakat dalam pendidikan. Dewan sekolah di bentuk di tingkat messo pendidikan. Komite sekolah didirikan di level mikro pendidikan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan. Pelibatan masyarakat dalam pendidikan untuk mendorong terwujudnya masyarakat sekolah dan masyarakat belajar (learning community) sehingga sekolah tidak menjadi menara gading, institusi yang tidak up to date, tidak selaras dengan kebutuhan masyarakat. Sejalan dengan itu, BPPN dan World Bank memuat kajian yang diadopsi oleh Kementerian Pendidikan Nasional (dikutip dalam Mulyasa, 2012:64-70) yang memuaat strategi implementasi MBS sebagai berikut:
  • 14. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 14 Aspek Jangka Pendek (thn ke-1 – ke-3) Jangka Menengah (thn ke 4-ke-6) Jangka Panjang (thn ke-7-ke10) A. Ketenagaan: 1. Kepala Sekolah Sejumlah kepala sekolah dipilih dari semua kategori sekolah untuk mengikuti pelatihan tentang prinsip-prinsip MBS dan pengelolaan keuangan dengan prinsip MBS Kepala sekolah menerima pelatihan bagi yang belum dan pelatihan lanjutan bagi yang sudah. Kepala sekolah memiliki keluasaan dalam mengatur sekolah, antara lain dalam mengatur dana, mengisi kurikulum lokal, kurikulum sekolah Ada kewenangan yang luas bagi kepala sekolah dalam rangka kebijakan nasional. Pemilihan kepala sekolah dilakukan oleh dewan sekolah dengan mempertimbangkan kompetensinya, keterampilannya, pengalaman kepemimpinan, kemampuan dalam menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dan bersifat proaktif 2. Guru SD: seleksi dan pengangkatan di TK I, sedangkan penempatan di TK II. SMP: Seleksi di pusat, pengangkatan dan penempatan di TK.I SD: Seleksi di TK-I. Pengangkatan dan penentuan di TK.II SMP: Seleksi di TK.I. pengangkatan dan penempatan di TK.II. Pemilihan guru baik SD maupun SMP didasarkan pada kompetensi. Diberlakukan insentif dan disintensif terhadap sekolah yang memiliki kelebihan guru dan kekurangan guru. Guru memperoleh insentif sesuai dengan prestasinya. Guru wajibmenguasai prinsip-prinsip MBS Seleksi pengangkatan dan penempatan di Dati II. Pemilihan berdasarkan kompetensi. Penempatan guru sesuai dengan kebutuhan sekolah. Diberlakukan sistem insentif dan disinsentif. Guru memperoleh insentif sesuai dengan prestasinya. Guru wajibmenguasai prinsip-prinsip MBS 3. Pengawas/pimpinan Dan staf dinas Pelatihan tentang prinsip-prinsip MBS. Profesionalisasi pengawas, pimpinan staf dinas Pelatihan lanjutan Profesionalisasi pengawas, pejabat dan staf dinas Profesionalisasi pengawas/pimpinan dan staf B. Keuangan 1. DIK Teta p Penentuan alokasi berdasarkan alokasi pusat Diberikan dalam block grant
  • 15. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 15 2. DIP Tetap Block grant Bantuan pemerintah untuk swasta disesuaikan dengan kemampuan pemerintah Block grant Sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola anggaran Pengelolaan akan diikuti pengawasan yang intensif Block grant Sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola anggaran Pengelolaan akan diikuti pengawasan yang intensif 3. Dana dari orang tua/masyarakat Tetap seperti sekarang, yaitu masih ada orang tua yang wajib membayar sekolah Ada kesepakatan antara orang tua dan sekolah Ada kesepakatan antara orang tua, dewan sekolah dan sekolah C. Kurikulum 1. Materi Kurikulum lokal 20%, pusat 80% Kurikulum inti 80%, kurikulum lokal 20% Kurikulum inti (SKL) Kurikulum elektif 2. Pengujian Kisi-kisi dan soal dari pusat Kisi-kisi dibuat di pusat, soal di TK-1 Guideline SKL di pusat, soal di TK-1 D. Sarana dan prasarana Identifikasi dan tataulang sarana dan prasarana Pengadaan sarana dan prasarana di Tk-II Pengadaan sarana dan prasarana di sekolah Pengadaan sarana dan prasarana di sekolah E. Partisipasi Masyarakat Sosialisasi prinsip- prinsip MBS memalui media massa Bentuk partisipasi masyarakat masih berbentuk BP3 Bentuk komite/dewan sekolah, dengan tugas memilih kepala sekolah, mengorganisasi sumbangan dari orang tua dan masyarakat, mengawasi pengelolaan keuangan Membantu dan mengawasi proses belajar mengajar Tinjauan Teori: Faktor Pendukung Sistem Pendidikan Dalam satu kesempatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. M. Nuh mengatakan bahwa pendidikan adalah satu-satunya senjata untuk memerangi kemiskinan dan keterbelakangan peradaban. Artinya, sistem pendidikan dibuat untuk mengarahkan
  • 16. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 16 warga negara menjadi warga negara yang berdaya, produktif. Pendidikan sebagai human investment yang membawa manusia kepada nilai-nilai luhurnya: berperadaban tinggi dan mampu berpikir tinggi. Kepemimpinan (leadership) menjadi kata kunci dalam manajemen pendidikan yang melibatkan faktor pendukung sekolah, kepala sekolah, siswa, guru dan tenaga kependidikan, dana, sarana dan prasarana. Kepemimpinan yang efektif akan dapat mensinergiskan komponen-komponen tersebut sehingga proses pendidikan di level mikro dapat berjalan secara efektif, efesien dan akuntabel. Dewey (dalam Sanusi, 2013) membandingkan sekolah dan pendidikan sebagai berikut. Sekolah Pendidikan Mengajar Belajar Informasi Pengetahuan Generik Pengetahuan Kompetensi Kualitas Linear Kompleks Bisa Bekerja Kemanusiaan Kepemimpinan yang kuat harus hadir dalam manajemen di sekolah, sehingga tidak saja proses pendidikan yang terjadi di domain proses yang melibatkan faktor guru, tenaga kependidikan, siswa, sarana dan prasarana, dana, kurikulum, yang tentunya dipengaruhi pula oleh faktor ekternal seperti kebijakan pemerintah dan masyarakat, bisa sesuai dengan standar-standar yang telah dibuat oleh pemerintah, melainkan pula sesuai dengan kaidah- kaidah teori manajemen. Manajenen adalah proses pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan dan kerjasama orang lain. Sedangkan organisasi adalah kerangka, struktur atau wadah orang- orang yang bekerja sama. Dengan demikian, manajemen mencapai tujuan melalui orang lain yang diwadahi dalam organisasi. Organisasi tidak jauh berbeda dengan kehidupan manusia. Artinya, setiap organisasi termasuk sekolah adalah organism, yang memiliki unsur-unsur
  • 17. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 17 kehidupan seperti keberadaan ruh berupa kepemimpinan, keberadaan jiwa berupa kegiatan manajemen, keberadaan raga atau jasmani berupa bagan organisasi yang dinyatakan dala bentuk kegiatan administrasi. Ketiga unsur tersebut, yaitu kepemimpinan yang bertindak sebagai ruh, manajemen sebagai aktivitas jiwa serta administrasi sebagai tata kerja. Rangkaian antara kepemimpinan, manajemen dan administrasi serta budaya organisasi dapat digambarkan sbb: Untuk mewujudkan budaya organisasi yang sehat yang diperkuat oleh kepemimpinan yang kuat, maka beberapa teori yang disarankan oleh Sanusi (2013) dapat dilakukan, yaitu pertama penguasaan konsep Strategic Management (SM) dan Balanced Score Card (BSC). Dalam SM terdapat konsep Total Quality Management (TQM), kajian SWOT terhadap faktor-faktor internal dan eksternal, kajian tentang kepemimpinan transformative dan konstruktif, terdapat pula kajian nilai tambah (added values). Dalam BSC terdapat kajian Blue Ocean Strategy (BOS). Kedua, melakukan penyesuaian (adjustment) konsep BS dan MS agar sesuai dengan nilai-nilai lokal dan pendidikan. Ketiga, mengadaptasi konsep chaos and complexity dengan tidak melupakan enam sistem nilai yang diantaranya, nilai ketuhanan (teologis) dan need of achievement. Dengan cara seperti ini, kesemrawutan dalam dunia pendidikan dapat diuraikan dengan baik. Administrasi KepemimpinanManajemen
  • 18. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 18 Teori spiral dynamics dapat dilekatkan kepada kepala sekolah agar kepemimpinannya dapat terrepresentasikan dalam proses pendidikan di level mikro ini. Berikut gambaran teori spiral dynamic Untuk menghadirkan pemimpin yang transfomatif, maka seorang pemimpin harus sudah selesai dengan poin 1 hingga 3. Dia harus memulai dengan poin 4 (logical/rasional) hingga ke poin 6 (trancendential) hingga terwujudlah diri yang memiliki power, knowledge freedom, love.
  • 19. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 19 Tinjauan Filsafat: Faktor Pendukung Sistem Pendidikan Faktor pendukung sistem pendidikan yang meliputi sekolah, kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, dana, sarana dan prasarana didasarkan atas filsafat konstruktivisme, positivisme dan liberalisme. Filsafat konstruktivisme dapat terlihat jelas dalam desain kurikulum 2013, bagaimana teori belajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan filsafat konstruktivisme. Dalam pandangan filsafat ini siswa diberikan keleluasaan untuk mengkonstruk/membangun pengetahuan sendiri. Ilmu pengetahuan tidak bisa dipindahkan bila tidak ada keaktifan dari siswa (Maksum, 2010). Guru berperan sebagai fasilitator dan tidak boleh hanya semata-mata memberikan ilmu pengetahuan, melainkan harus membangun ilmu pengetahuan tersebut dalam benak siswa. Beberapa asumsi yang dikemukakan dalam pandangan konstruktivisme adalah: (1). siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan; (2). belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa; (3). pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal; (4). pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas; (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber; Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan
  • 20. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 20 skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekadar tersusun secara hirarkis. Disamping itu, filsafat positivisme (modernisme) masih mempengaruhi proses sistem penilaian terhadap siswa. Pengkuantitatifan prestasi siswa, psikomotor siswa dan juga afektif siswa menjadi arus utama dalam sistem penilaian di negeri ini. Termasuk evaluasi belajar dalam ujian nasional hanya mengukur aspek-aspek kognitif siswa dengan dibatasi beberapa mata pelajaran dari puluhan pelajaran yang diajari sejak sekolah dasar, menengah hingga atas. Pengaruh positivisme yang kentara adalah dengan pembiasaan berpikir ilmiah dengan tahapan-tahapan yang digariskan dalam pendekatan kuantitatif. Inilah salah satu dominasi filsafat positivisme dalam sistem pendidikan nasional (Abidin, 2006). Disamping itu, filsafat neo-liberalisme diam-diam mewarnai paradigma Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Beberapa pasal menegaskan pentingnya sekolah atau penyelenggara pendidikan untuk memperhatikan kebutuhan masyarakat. Tiga kata akhir ini, “memperhatikan kebutuhan masyarakat” mengisyaratkan bahwa penyesuaian kualitas lulusan dengan permintaan pasar. Di sinilah filsafat neo- liberalisme dapat dibaca bahwa kualitas pendidikan yang baik adalah kualitas yang memenuhi keinginan penggunanya, sehingga output pendidikan, outcome dan effect sangat bergantung pada mekanisme keinginan pasar (Maksum, 2010), daya serap tenaga kerja yang bisa jadi menafikan atau tidak memprioritaskan tujuan sejati dari pendidikan nasional itu sendiri. Di samping itu, upaya membangun jiwa enterpreneurship siswa nampak tidak terakomodasi dalam undang-undang sistem pendidikan nasional, begitupula dalam aturan mengenai perguruan tinggi. Ini berakar dari filsafat neo-liberalisme yang diadopsi oleh pemerintah.
  • 21. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 21 Kesimpulan Visi yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bisa tercapai bila manajemen yang dilakukan khususnya di level mikro pendidikan mampu menghadirkan kepemimpinan yang kuat (strong leadership) dan transformatif. Begitupula dengan kompleksitas permasalahan yang dialami oleh pendidikan saat ini, dimana Indonesia tengah digiring dalam model pendidikan MBS, yang mana masyarakat turut dilibatkan, maka upaya untuk penyiapan masyarakat yang berpikir, menganggap pendidikan sebagai human investment/capital. Dengan munculnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan sebagai sebuah investasi penting untuk mewujudkan peradaban, maka masyarakat dapat berperan aktif dalam mengawasi dan membantu proses penyelenggaraan pendidikan baik di level messo dan mikro. Wallahu’alam bishawwab
  • 22. Denny Kodrat |Perspektif Sistem Pendidikan Menurut Faktor Pendukungnya 22 DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zainal. 2006. Filsafat Manusia: Memahami Manusia melalui Filsafat. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Crown, LLD, Crow. I960. An Introduction to Education in Educational Administration. New York: Oxford University Press Driyarkara. 1980. Tentang Pendidikan. Jakarta: Yayasan Kanisius Fattah, Nanang. 2008. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya Kemendiknas. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014. Jakarta: Kemdiknas Maksum, Ali. 2010. Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Grup Mulyasa, Enco. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya ________. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Sanusi, Achmad. 2013. Kepemimpinan Pendidikan: Strategi Pembaruan, Semangat Pengabdian, Manajemen Modern. Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana diubah dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas PP No. 19 Tahun 2005 Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2004 Tentang Guru dan Dosen Walker, Jim. 1981. The End of Dialogue: Paulo Freire on Politics and Education. Dalam Robert MacKie (Editor), Literacy and Revolution: the Pedagogy of Paulo Freire. New York: Continuum