Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari tentang pemeriksaan aktivitas listrik jantung menggunakan alat EKG dan interpretasi gambaran EKG. Mahasiswa akan belajar cara melakukan pemeriksaan EKG, mengidentifikasi komponen-komponen gambaran EKG, serta membuat kesimpulan mengenai kondisi jantung berdasarkan hasil EKG.
1. KATA PENGANTAR
Praktikum Ilmu Faal bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan bertujuan
untuk menambah pemahaman dalam mata kuliah ilmu faal dan diharapkan dapat
membantu mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu faal ini untuk menganalisis,
merancang, dan melakukan intervensi keperawatan.
Mengingat waktu yang disediakan, praktikum Ilmu Faal bagi mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan hanya memuat 8 (delapan) jenis percobaan yang
dipertimbangkan mempunyai relevansi yang sangat erat dengan intervensi
keperawatan.
Pada setiap awal praktikum mahasiswa diwajibkan mengikuti quist yang
berhubungan dengan praktikum yang akan dijalani. Hal ini diperlukan agar mahasiswa
dapat melaksanakan praktikum dengan lancar.
Untuk memudahkan pelaksanaan praktikum disusun buku Pedoman Praktikum
Ilmu Faal yang harus dipelajari sebelum mahasiswa mengikuti praktikum.
Pada buku Pedoman Praktikum Ilmu Faal terdapat uraian singkat tentang tujuan
praktikum, alat yang digunakan, sedikit tentang konsep yang mendasari kejadian-
kejadian yang akan dicobakan dalam praktikum, dan tata kerja praktikum. Pada bagian
akhir tiap-tiap praktikum dilengkapi dengan lembaran Laporan Praktikum yang harus
diisi oleh setiap mahasiswa yang mengikuti praktikum sesuai dengan hasil praktikum
dan menjawab beberapa pertanyaan yang tercantum didalamnya.
Pedoman Praktikum ini masik banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan para
mahasiswa yang menggunakan buku ini memberikan masukkan agar selanjutnya dapat
disempurnakan.
Jatinangor , September 2004
Koordinator Ilmu Faal
FIK Unpad
1
2. DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR 1
Daftar Isi 2
Tata Tertib Praktikum 3
Praktikum I : Pemeriksaan Aktivitas listrik Jantung dan interpretasi
gambaran EKG 4
Praktikum II : Pengaruh aktivitas terhadap denyut nadi, pennafasan,
dan tekanan darah 15
Praktikum III : Pemeriksaan ketajaman penglihatan 20
Praktikum IV : Pemeriksaan ketajaman pendengaran : 26
a. Test Rinne
b. Test Weber
c. Test Schwabach
Praktikum V : Test keseimbangan 30
Praktikum VI : Pengaruh cairan hipotonos, isotonis, dan cairan
hipertonis terhadap cairan tubuh 37
Praktikum VII :Pengaruh kelebihan cairan hipotonis, isotonis dan cairan
hipertonis terhadap pembentukan urine 42
Praktikum VIII : Pengaruh lapisan lemak terhadap penguapan 47
Praktikum IX : Tes Toleransi glukosa 54
2
3. TATA TERTIB PRAKTIKUM ILMU FAAL
1. Mahasiswa harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai
2. Mahasiswa harus menggunakan jas lab lengkap dengan name tag, bagi mahasiswa yang
tidak menggunakan jas lab tidak diperkenankan untuk mengikuti praktikum
3. Mahasiswa harus menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam praktikum
4. Sebelum melakukan praktikum mahasiswa harus mengikuti test pendahuluan sesuai
dengan praktikum yang akan dikerjakan. Bagi mahasiswa yang gagal dalam test (nilai <
80%) diberikan kesempatan untuk mempelajari selama 15 menit, dan jika masih gagal,
tidak diperkenankan untuk mengikuti praktikum. Bagi mahasiswa yang lulus langsung
mengerjakan praktikum.
5. Selama praktikum mahasiswa tidak diperkenankan untuk :
a. Makan dan minum
b. Bersenda gurau
c. Mendiskusikan masalah yang tidak berkaitan dengan materi praktikum
d. Mengerjakan hal lain yang tidak berkaitan dengan praktikum
6. Seluruh mahasiswa harus ikut serta secara aktif dalam praktikum.
7. Setelah selesai praktikum mahasiswa harus mengembalikan alat-alat yang digunakan
dalam keadaan utuh, dan bersih kepada penanggung jawab laboratorium. Jika terjadi
kerusakan alat selama praktikum yang disebabkan oleh kelalaian mahasiswa,
mahasiswa diwajibkan untuk mengisi formulir kesediaan mengganti, dan secepatnya
mengganti alat tersebut.
8. Setelah praktikum mahasiswa wajib mengikuti test pasca praktikum.
9. Setiap mahasiswa harus membuat laporan praktikum dengan mengikuti panduan
laporan praktikum yang terdapat dalam buku pedoman praktikum. Laporan diserahkan
sebelum praktikum berikutnya.
10. Kehadiran mahasiswa dalam praktikum harus 100%. Apabila mahasiswa tidak dapat
mengikuti praktikum karena sakit, atau alasan lain, diwajibkan untuk mengirimkan
surat keterangan yang syah dan harus diserahkan dalam 1 minggu. Mahasiswa juga
harus segera lapor kepada penanggung jawab praktikum untuk merencanakan
praktikum pengganti.
11. Nilai praktikum merupakan 50% dari nilai akhir mata kuliah Ilmu Faal.
3
4. Praktikum I
PEMERIKSAAN AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG DAN INTERPRETASI EKG
Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat :
1. Melakukan pemeriksaan aktifitas listrik jantung dengan menggunakan alat EKG
2. Menginterpretasi aktifitas jantung pada gambaran EKG
3. Membuat kesimpulan mengenai gambaran EKG
Alat yang digunakan :
1. Tempat tidur
2. Mesin EKG
3. Kertas EKG
Aktivitas Listrik Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang mampu menghasilkan muatan listrik.Tubuh
merupakan sebuah konduktor yang baik,dengan demikian impuls yang dihasilkan
jantung dapat menjalar keseluruh tubuh sehingga potensial aksi yang dipancarkan oleh
jantungdapat diukur dengan Galvanometer melalui elektroda-elektroda yang diletakan
pada berbagai tempat. Grafik yang tercatat melalui rekaman ini disebut
elektrocardiogram (EKG).
Aktivitas listrik jantung dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya aktivitas sistim
saraf otonom, keadaan anatomi struktur jantung , keadaan otot jantung, kondisi sistem
konduksi jantung, penggunaan obat tertentu, dan konsentrasi elektrolit dalam serum,
oleh karena itu kesimpulan hasil EKG harus disertai dengan hasil pemeriksaan fisik,
anamnesa dan keadaan klinis klien.
Jantung dapat berkontraksi secara teratur karena mendapat impuls secara teratur
dari pace maker alamiah (SA Node) yang akan dilanjutkan ke sistem konduksi lainnya
yaitu AV Node, Bundlle of His, dan Purkinye Fibers.
Terbukanya saluran ion Na dan Ca pada membran sel otot jantung menyebabkan
ion ini dengan mudah masuk kedalam sel otot jantung dan dengan segera menimbulkan
perubahan potensial membran dimana intrasel menjadi lebih elektro positif dan
4
5. menimbulkan proses depolarisasi, keadaan ini dinamakan potensial aksi. Setelah fase
depolarisasi berlalu, membran sel akan mengalami repolarisasi, yaitu keadaan dimana
ion-ion kembali keposisi semula dan intrasel kembali menjadi lebih elektro negatif.
Pada fase depolarisasi terdapat masa refrakter dan pada masa ini otot jantung tidak
dapat dirangsang. Rangsangan baru dapat diterima jika sel sudah mengalami proses
repolarisasi sempurna.
Masa refrakter sangat penting bagi fungsi jantung untuk mempertahankan irama
jantung secara regular dan memberi waktu yang cukup bagi jantung untuk berkontraksi
dan berelaksasi, sehingga fungsi hemodinamik jantung dapat dipertahankan dengan baik
dan efektif.
Adanya rangsang pada saat proses repolarisasi belum sempurna memungkinkan
terjadinya salah satu dari empat hal dibawah ini :
1) Rangsang tiba pada permulaan fase repolarisasi. Jantung sama sekali
tidak dapat dirangsang, masa ini disebut masa refrakter absolut. Hubungan dengan
EKG pada fase ini terletak pada diantara permulaan kompleks QRS sampai kira-
kira puncak gelombang T
2) Rangsang tiba sesudah masa refrakter absolut. Pada masa ini rangsang
yang sangat kuat akan mendapat respon elektris, tetapi potensial aksi yang
dihasilkan tidak normal Periode ini dinamakan masa refrakter relatif. Dalam
hubungannya dengan EKG periode ini terletak pada sisi menurunnya gelombang
T.
3) Rangsang tiba pada bagian awal masa refrakter relatif. Pada fase ini
rangsang yang sangat kuat dapat membangkitkan respons elektris yang
menimbulkan sebuah potensial aksi. Masa ini disebut masa refrakter efektif
4) Rangsang tiba sesudah masa refrakter relatif. Pada fase ini rangsang
yang lemahpun dapat membangkitkan respons elektris yang menimbulkan sebuah
potensial aksi. Masa ini disebut masa supernormal exitability. Hubungan dengan
EKG, periode ini terdapat pada akhir dari gelombang T.
Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang dibagi dengan garis tipis ( 1 mm x 1
mm) dan garis sedikit tebal (5 mm x 5 mm). Aksis horizontal menggambarkan waktu,
5
6. dan kecepatan mencatat mesin EKG adalah 25 mm/detik. Dengan demikian 1 mm
horizontal sama dengan 0.2 detik. Aksis vertikal menggambarkan amplitudo (voltage).
Standar baku amplitudo untuk voltage adalah 1 atau 10 kotak berukuran 0.1 mm (1 cm)
sama dengan 1 mVolt. Stardarisasi ini harus konsisten agar dengan melihat amplitudo
dapat dilihat adanya perubahan amplitudo dalam gambaran EKG yang menunjukkan
perubahan konduksi jantung. Apabila gambaran EKG yang terekam terlalu kecil,
standarisasi amplitudo dapat dirubah menjadi 2 mVolt atau sebaliknya jika
amplitudonya terlalu tinggi, voltagenya dirubah menjadi 0.5 mVolt.
Elektroda
Elektroda berdasarkan polaritasnya dibagi menjadi elektroda positif (anoda) dan
elektroda negatif (katoda) dan netral (ground).
Elektroda dibuat dari bahan yang dapat menjamin resistensi yang rendah antara kulit
dan permukaan elektroda. Dan untuk memperoleh gambaran EKG yang jelas pada
setiap pemasangan elektroda harus dibubuhi jelly atau krim yang berfungsi untuk
meminimalkan resistensi.
EKG dapat direkam antara 2 kutub ( positif dan negatif) yang dipasang
dipermukaan tubuh dengan sebuah elektroda netral sebagai kontak ketiga dan
diletakkan di tungkai yang bertujuan untuk menyalurkan arus listrik yang berlebihan
ketanah. EKG standar dibuat sebanyak 12 sadapan pada tempat yang mampu
memberikan gambaran aktivitas listrik jantung.
Teknik Perekaman
1) Persiapan orang yang akan di EKG
Orang yang akan di EKG harus berada dalam keadaan relaks, tenang, dan
berbaring terlentang, serta tidak dalam keadaan terlalu kenyang atau terlalu lapar.
Badan yang berminyak atau kotor, terutama pada area tempat pemasangan
elektroda harus dibersihkan terlebih dahulu.
2) Ruang untuk pemeriksaan EKG harus sejuk, tenang dan nyaman. Tidak berdekatan
dengan alat X-Ray, mesin bermotor, atau mesin bertegangan tinggi. Selama
perekaman benda-benda elektronik ( AC, TV, Heater. radio) sebaiknya dimatikan.
6
7. Tempat tidur sebaiknya terbuat dari kayu atau bahan non-konduktor, dan tidak
bersentuhan dengan dinding yang mengandung kabel listrik.
3) Alat EKG diletakkan ditempatnya/diatas meja dan kabel mesin EKG tidak boleh
melewati badan pasien atau dibawah tempat tidur pasien untuk mencegah
timbulnya AC interferensi.
4) Prosedur perekaman
Pertama aturlah standarisasi 1 mVolt untuk semua sandapan.
Periksalah semua elektroda apakah sudah terpasang tepat pada tempat yang
seharusnya dengan sebelumnya sudah memberikan jelly secara merata.
5) Sandapan EKG
Elektroda yang dipasang pada tempat tertentu pada tubuh merupakan 1 sandapan.
Garis hipotetis yang menghubungkan 2 elektroda disebut poros sandapan. Terdapat
3 macam sandapan :
a) sandapan bipolar (sandapan standar)
b) sandapan unipolar ekstremitas
c) sandapan unipolar precordial
a)Sandapan Bipolar (Standard Lead / I, II, III )
Sandapan bipolar mengukur perbedaan potensial antara 2 elektroda pada
permukaan tubuh. Sandapan bipolar disebut sandapan standard dan ditandai dengan I ,
II, dan III.
• Sandapan I : elektroda positif dihubungkan dengan lengan kiri (LA) dan elektroda
negatif dihubungkan dengan lengan kanan (RA)
• Sandapan II : Elektroda positif dihubungkan dengan kaki kiri (LL), dan elektroda
negatif dengan lengan kanan (RA).
• Sandapan III : Elektroda positif dengan kaki kiri (LL) dan elektroda negatif dengan
tangan kiri (LA).
Gambaran EKG pada sandapan ini menunjukkan :
•Sandapan I : Keadaan jantung kiri lateral
•Sandapan II Berjalan parallel dengan arah vector yang normal
•Sandapan III : Keadaan jantung kanan dan bawah
7
8. Oleh karena pertama kali digunakan oleh Einthoven untuk mengetahui perbedaan
potensial listrik pada bidang frontal, ketiga sandapan ini dikenal dengan segitiga
Einthoven.
b)Sandapan unipolar limb lead (aVR, aVL, aVF)
Sandapan ini hanya mengukur potensial listrik pada satu titik, sehingga disebut
sandapan unipolar. Sandapan ini pertama kali digunakan oleh Wilson. Selanjutnya
Goldberger memperbaharui teknik perekaman dengan sandapan ekstremitas yang
diperbesar. (a VR, a VL, a VF).
• Sandapan a VR = sandapan unipolar lengan kanan yang diperkuat.
• Sandapan a VL = sandapan unipolar lengan kiri yang diperkuat.
• Sandapan a VF = sandapan unipolar tungkai kiri yang diperkuat.
Gambaran EKG pada sandapan ini menunjukan
• a VR : keadaan jantung kanan
• a VL : keadaan jantung kiri dan lateral
• a VF : keadaan jantung bawah
c) Sandapan uniporal prekordial
Sandapan unipolar dada ditandai dengan huruf V
Penempatan elektroda sebagai berikut:
V1 : ruang iga keempat pada garis sternal kanan
V2 : ruang iga keempat pada garis sternal kiri
V3 : terletak diantara V2 dan V4
V4 : ruang iga kelima pada garis mid clavicularis kiri
V5 : garis aksila depan
V6 : garis aksila tengah
V7 : garis aksila belakang
V8 : garis scapula belakang
V9 : batas kiri columna vertebralis
V3R: lokasinya sama dengan V3 teapi di sebelah kanan
V4R: sampai V9R sama dengan sandapan-sandapan di atas hanya letaknya di
dada sebelah kanan
Gambaran EKG pada sandapan ini menunjukan:
8
9. V1 : keadaan jantung anterior atas kanan dan anteroposterior
V1, V2, V3 : keadaan jantung anteroseptal
V4 : keadaan jantung antero apical
V5-V6 : keadaan jantung anterolateral atau jantung kiri lateral.
Dari sandapan-sandapan di atas dapat menunjukan keadaan jantung sebagai berikut:
- keadaan jntung anteroseptal pada sandapan : V1, V2, V3
- keadaan jantung apical : I, II, III
- keadaan jantung superior : I, a VL
- keadaan jantung anterior : II, III, a VR
- keadaan jantung anterolateral : I, a VL, V5, danV6.
Elektrokardiogram yang normal
EKG adalah suatu rekaman yang ditimbulkan oleh perubahan aktivitas listrik
jantung yang ditandai dengan gelombang P, Q, R, S, T dan U.
Gelombang P
Gelombang P merupakan depolarisasi atrium dan merupakan perjalan impuls dan
impuls SA. Gelombang P yang normal waktu <0,08 detik dan amplitudo < 3 mm
(2,5mm) dan di aVR selalu negatif.
Gelombang Q
Menggambarkan awal dari depolarisasi ventrikel. Gelombang Q pada sadapan aVR
adalah normal.
Gelombang Q menggambarkan keadaan pathologis (nekrosis jaringan miokard) jika
dijumpai karakteristik sebagai berikut :
• Lebar (waktu) lebih dari 0.04 detik (1mm)
• Dalamnya lebih dari 25% amplitudo gelombang R
Gelombang R
Merupakan defleksi positif pertama dari kompleks QRS, yang menggambarkan fase
depolarisasi ventrikel.
Gelombang S
Merupakan defleksi negatif sesudah gelombang R, yang juga menggambarkan
depolarisasi ventrikel
9
10. Gelombang T
Gelombang T ditimbulkan oleh proses repolarisasi ventrikel. Waktu gelombang T
biasanya 0,10-0,25 detik. Gelombang T positif I dan II; mendatar bifasis atau negatif di
aVL dan aVF; negatif di V1 dan positif do V2 sampai V6.
Gelombang U
Gelombang U adalah defleksi positif yang kecil sesudah gelombang T, disebut
juga after potensial. Gelombang U yang negatif selalu berarti abnormal.Bila amplitudo
gelombang U > dari gelombang T menggambarkan hipokalemia
P-R interval
P-R interval menunjukan waktu antara depolarisasi atrium sampai dengan
permulaan depolarisasi ventrikel. P-R interval diukur dari permulaan gelombang P
sampai permulaan QRS kompleks. P-R interval waktu 0,12-0,20 detik.
P-R Segmen
P-R segmen merupakan perlambatan transmisi impuls di simpul AV P-R segmen
diukur dari akhir gelombang sampai permulaan QRS kompleks.
QRS kompleks
QRS kompleks menunjukan depolarisasi ventrikel jantung. Nilai normal < 0.12.
Interval QRS > 0.12 dijumpai pada Bundle Branch Block (BBB) atau hiperkalemia
S-T segmen
ST segmen adalah interval antara akhir QRS kompleks dengan permulaan
gelombang T. ST segmen biasanya anisoelektrik dan waktunya antara 0,05-0,15 detik.
S-T interval
ST interval diukur dari QRS sampai akhir gelombang T.
Q-T interval
QT interval menunjukan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi dan repolarisasi
ventrikel. QT interval diukur mulai dari permulaan QRS kompleks sampai akhir
gelombang T. Waktu QT interval 0,35-0,44 detik. QT interval tergantung frekuensi
jantung.
10
11. Tata Kerja Praktikum
1. Siapkan mesin EKG
2. Mintalah orang percobaan untuk rebahan diatas tempat tidur yang telah
disediakan
3. Pasanglah semua elektroda sesuai tempatnya
• Elektroda merah pada lengan kanan
• Elektroda kuning pada lengan kiri
• Elektroda hitam pada tungkai kanan
• Elektroda hijau pada tungkan kiri
• Elektroda untuk sandapan prekordial
- V1 : ruang iga keempat pada garis sternal kanan
- V2 : ruang iga keempat pada garis sternal kiri
- V3 : terletak diantara V2 dan V4
- V4 : ruang iga kelima pada garis mid clavicularis kir
- V5 : garis aksila depan
- V6 : garis aksila tengah
- V7 : garis aksila belakang
- V8 : garis scapula belakang
- V9 : batas kiri columna vertebralis
- V3R: lokasinya sama dengan V3 teapi di sebelah kanan
- V4R: sampai V9R sama dengan sandapan-sandapan di atas hanya letaknya
di dada sebelah kanan
4. Buatlah kalibrasi dengan amplitudo 1 mVolt
5. Rekamlah 12 sandapan ( I,II,III,aVR, aVL, aVF, V1 – V6)
6. Setelah selesai tulislah waktu perekaman dan tandailah masing-masing sandapan
sesuai dengan sandapannya.
7. Tempelkan setiap sandapan pada laporan sdr!
8. Hitunglah frekuensi denyut jantung dengan perhitungan sbb.:
11
12. ___300___ atau __1500____
kotak besar kotak kecil
Laporan Praktikum I
Nama : …………………………….
NPM : …………………………….
Tanggal Praktikum : …………………………….
Partner : 1…………………………………………..
2. ………………………………………….
3. ………………………………………….
4. …………………………………………..
I. Tujuan
Praktikum : .............................................................................................
...........................................................................................................................
..
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
..
II. Evaluasi
1. HR : x/m
2. gel P : Posisi ..........................................................................
Waktu .......................................................................................
Amplitudo .......................................................................................
3. P-R interval : .......................................................................................
4. QRS complex : ..................................................................................
5. ST segment : .......................................................................................
.......................................................................................
6. Gel.T : Posisi ................................................................................
Amplitudo : .......................................................................................
Kesimpulan : …………………………………………………………
12
14. Praktikum II
PENGARUH PERUBAHAN POSISI DAN AKTIVITAS TERHADAP
TEKANAN DARAH DAN DENYUT JANTUNG
Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat : menjelaskan pengaruh
aktivitas terhadap denyut jantung dan tekanan darah.
Alat yang diperlukan
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
3. Bangku kayu
Mekanisme kerja Jantung
Mekanisme kontraksi jantung terjadi karena adanya proses stimulus-respons yang
timbul karena adanya sistem penghantar khusus jantung yang dibentuk oleh otot-otot
jantung. Dengan demikian otot jantung berbeda dengan otot lainnya karena selain
berfungsi untuk kontraksi tetapi juga berfungsi sebagai sistem konduksi ( penghantar
khusus). Sistem penghantar khusus ini mempunyai sifat-sifat sbb.:
a. Otomatisasi : yaitu kemampuan untuk menghasilkan impuls secara spontan
b. Ritmisitas : yaitu kemampuan membentuk impuls secara teratur
c. Daya konduksi : yaitu kemampuan untuk menyalurkan impuls
d. Daya rangsang : yaitu kemampuan untuk menanggapi stimulus.
Sistem penghantar khusus jantung terdiri dari :
a. Sinoatrial (SA) Node yang berperan sebagai pacu jantung (pace maker),
terletak pada dinding atrium kanan dekat muara Vena Cava Superior
b. Atrioventrikular (AV) Node, terletak dibagian bawah septum atrium dekat
muara Sinus Koronarius
c. Bundle of His (Berkas His), sebagai lanjutan dari AV Node dan merupakan
penghubung fungsional antara otot atrium dengan otot ventrikel. Dibagian
atas septum venetrikel, berkas His bercabang 2 (dua) menjadi cabang kanan
14
15. (Right Bundle Branch) yang menuju ventrikel kanan, dan cabang kiri (Left
Bundle branch0 yang menuju ventrikel kiri. Cabang kiri ini pendek dan
bercabang lagi menjadi fasikulus anterior yang menuju dinding ventrikel kiri
bagian depan atas, dan fasikulus posterior menuju dinding ventrikel kiri
bagian belakang bawah.Ujung-ujung berkas susunan penghantar khusus di
ventrikel terdiri dari serat-serta Purkinje yang berada di sel-sel miokardium.
Kecepatan pembentukan impuls, konduksi, dan kekuatan kontraksi diatur oleh
sistem saraf autonom yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis melalui
N.Vagus.Dalam mengendalikan aktivitas jantung saraf simpatis dan parasimpatis
mempunyai pengaruh yang berlawanan. Saraf simpatis meningkatkan kecepatan
pembentukan impuls, kecepatan konduksi, dan kekuatan kontraksi, sedangkan saraf
parasimpatis dalam hal ini N.Vagus, sebaliknya yaitu menurunkan kecepatan
pembentukan impuls, kecepatan konduksi dan kekuatan kontraksi.
Sistem saraf autonom ini, juga dipengaruhi oleh perubahan tekanan dimana
reseptor tekanan (baroreceptor/pressoreceptor) terletak pada lengkung aorta dan sinus
karotikus, serta perubahan kimia darah yaitu perubahan oksigen, karbondioksida,
elektrolit, pH, dan obat-obat tertentu.
Adaptasi terhadap kebutuhan oksigen dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Jika kebutuhan tubuh akan oksigen meningkat, misalnya saat melakukan
latihan atau olah raga, kegemukan, stress emosi, penyakit metabolisme,perdarahan,
anemia, dan penggunaan obat-obat tertentu, curah jantung (cardiac output) meningkat.
Apabila kebutuhan oksigen ini berkurang, misalnya saat istirahat, hipervolemia,
meningkatnya viskositas darah, curah jantung ini akan menurun.
Hubungan timbal balik antara mekanisme pemompaan dan kebutuhan oksigen
menjamin dinamika ekuilibrium dalam pemenuhan kebutuhan oksigen. Darah yang
dipompakan ke dalam aorta pada waktu systole dapat didengarkan berupa denyut nadi
(heart rate) dan darah ini menimbulkan tekanan yang bergelombang sepanjang arteri
dan dapat diraba sebagai denyut nadi.
Pengaturan Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jntung yang berkontraksi
saat memompa darah sehingga darah terus mengalir didalam pembuluh darah. Tekanan
ini diperlukan supaya darah tetap mengalir serta dapat melawan gravitasi dan hambatan
15
16. dalam dinding arteri. Tanpa tekanan darah yang terus menerus darah tak akan dapat
mengalir ke otak dan keseluruh jaringan tubuh.
Tekanan darah tergantung dari kemampuan jantung sebagai pompa dan hambatan
dalam pembuluh darah arteri. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung dalam 1 menit
disebut curah jantung (cardiac output). Cardiac output tergantung dari kecepatan
jantung berdenyut (heart rate) dan jumlah darah yang dipompakan dalam setiap
denyutan atau pompaan yang disebut isi sekuncup (stroke volume).Dalam keadaan
normal isi sekuncup ini berjumlah sekitar 70 ml dengan frekuensi denyut jantung 72
x/menit, sehingga curah jantung diperkirakan sekitar 5 liter. Jumlah ini tidak menetap
tetapi dipengaruhi oleh aktivitas seseorang.
Sepanjang 24 jam tekanan darah selalu berubah-ubah berkisar antara 20 – 30
mmHg, angka ini tergantung dari kegiatan dan tuntutan kebutuhan tubuh. Tekanan
darah paling rendah adalah apabila sedang istirahat atau pada saat tidur. Saat berdiri dan
bergerak tubuh akan mengadakan pengaturan sehingga tekanan darah menjadi stabil.
Curah jantung meningkat pada pada waktu melakukan kerja otot, stress, peningkatan
suhu lingkungan, kehamilan, setelah makan, dan aktivitas lainnya.
Didalam pembuluh darah, darah tidak mengalir secara kontinyu dan merata seperti
air di dalam pipa karet atau plastik, akan tetapi berupa semburan atau dorongan sesuai
dengan denyutan jantung sehingga pembuluh darah berdenyut. Tekanan pada pembuluh
darah akibat dorongan tersebut disebut tekanan sistolik, yaitu berupa tekanan maksimal
yang menekan pembuluh darah arteri. Selanjutnya tekanan pada pembuluh darah arteri
akan menurun yaitu selama jantung relaksasiatau diantara pompaan atau denyutan
jantung, tekanan ini dinamakan tekanan diastolic.
Pengukuran Tekanan Darah
a. Cara occilometrik
Prinsip pengukuran ini didasarkan pada pencatatan oscilasi yang tercatat pada
tambur. Tekanan sistolik dibaca saat mulai terjadinya oscilasi sedangkan tekanan
diastolik dibaca saat oscilasi maksimum. Pengukuran ini jarang dilakukan
b. Cara palpatorik
Alat yang digunakan sphygmomanometer. Pada saat tekanan / kompresi yang
tinggi pada n.brakhialis / radialis tidak dapat diraba, pada saat penekanan
16
17. diturunkan nadi dapat teraba dan ini disebut tekanan sistolik, sedangkan tekanan
diastolik dengan cara ini tak dapat diukur.
c. Cara auskultatorik ( Korotkoff)
Alat yang digunakan terdiri dari sphygmomanometer yang dilengkapi dengan
manset, manometer airraksa, pompa karet, katup pengatur dan stetoskop.Jika
pompa karet dipompa berkali-kali, rongga udara akan mrngembang, dan akan
mendorong airraksa sebagai penunjuk tekanan akan menunjukkan tekanan yang
semakin meningkat. Jika penutup katup pengatur dibuka, tekanan udara dalam
rongga manset lengan akan berkurang dan airraksa sebagai penunjuk tekanan
juga akan menurun. Dengan meletakkan stetoskop diatas arteri lengan (dibawah
pemasangan manset).
Phase I : bunyi pembuluh darah yang menyerupai bunyi jantung pertama
Phase II : seperti bunyi phase I tetapi disertai oleh semacam bising
Phase III : bising hilang lagi, kembali seperti phase I
Phase IV : bunyi pembuluh sekonyong-konyong menjadi perlahan
Phase V : bunyi pembuluh hilang
Phase I = tekanan sistolik
Phase V = tekanan diastolik
Tata Kerja Praktikum
1. Mintalah orang percobaan untuk relax
2. Hitunglah denyut nadi orang percobaan
3. Pasang manset pada lengan atas
4. Pompa karet berkali-kali sampai airraksa pada manometer naik mencapai 20 –
40 mmHg diatas rata-rata tekanan darah normal sambil meletakkan stetoskop
diatas arteri dibawah pemasangan manset
5. Buka klep pengatur perlahan-lahan
6. Dengarkan dengan seksama suara yang terdengar melalui stetoskop
7. Tentukan sistolik dan diastolik
8. Lakukan pemeriksaan tekanan darah pada posisi tidur, duduk, dan berdiri
9. Mintalah orang percobaan untuk naik-turun tangga dengan kecepatan 60 x /
menit selama 3 menit tanpa istirahat.
17
18. 10. Periksa kembali denyut nadi dan tekanan darah orang percobaan segera setelah
1’, 2’, dan 3’ melakukan aktivitas.
Laporan Praktikum II
Nama : …………………………….
NPM : …………………………….
Tanggal Praktikum : …………………………….
Partner : 1…………………………………………..
2. ………………………………………….
3. ………………………………………….
4. …………………………………………..
d. Tujuan Praktikum : .............................................................................................
...........................................................................................................................
..
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
..
II. Hasil Praktikum
Denyut Nadi saat istirahat ................................................................
Tekanan darah pada posisi tiduran ....................................................
Tekanan darah pada posisi duduk ...................................................
Tekanan darah pada posisi berdiri ....................................................
Denyut nadi setelah aktivitas 1’ ...................2’.........................3’....................
Tekanan darah setelah aktivitas .1’....................2’.........................3’....................
Kesimpulan : ...................................................................................................
..........................................................................................................................
...........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................
18
19. Praktikum III
PEMERIKSAAN KETAJAMAN PENGLIHATAN
Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat :
1. Mengidentifikasi ketajaman pengelihatan subjek. (visus)
2. Memeriksa refraksi (pembiasan cahaya) pada setiap mata
Penglihatan
Mata orang normal atau mata emmetrop mengunoukan sinar yang jalannya sejajar,
di satu titik di retina. Sebaliknya dalam mata yang tidak normal atau ammetrop sinar-
sinar sejajar tidak dikumpulkan pada stu titik di retina.
Sebab-sebab refraksi yang tidak normal munkin:
(a) susunan optik asimetrik (astigmastisme)
(b) berkurangnya kekenyalan dari lensa (presbyopi)
(c) biji mata terlalu panjang atau daya bias susunan optik terlalu kuat
sehingga sinar-sinar sejajar dikumpiulkan di satu titik didepan retina (miopi),atau
biji mata terlalu pendek atau daya bias susunan optik terlalu lemah. Sehimgga
sinar-sinar sejajar dikumpulkan disatu titik di belakang retina (hipermetropi).
Daya bias dari sebuah lensa itu sendiri biasanya dinyatakan dalam satuan yang
sama denagan daya biaas dari sebuah lensa denga titik api pada jarak 1m. Satuan ini
disebut dengan dioptri, biasanya ditulis dengan huruf D. Jadi sebuah lensa dari 2 dioptri
2D, mempunyai kekuatan duakali dari satuan tersebut. Jadi titik apinya adalah sama
dengan 0,5 m dan mempunyai kekuatan 0,5 D.lensa-lensa konveks (cembung)
adalahpositip dan diberi tanda (+) lensa konkaf (cekung) adalah negatip (-).
Lensa-lensa yang lengkungnya disegala meridian mempunyai lengkung yang sama
sepertu suatu segmen dari sebuah bola adalah lensa sferik. Lensa-lensa ini mungkin
positip atau negatip. Lensa-lensa yang melengkung dalam satu meridian seperti satu
segmen dari sebuah selinder adalah lensa silindris yang mungkin positip atau negatip.
Lensa-lensa silindris.
19
20. Lensa-lensa silindris oleh karena ini, membias cahaya secara asimetrik dan dapat
digunakan untuk membuat: astigmatisme daam sebuah model atau untuk
memperbaikinya.untuk mendapat pengertian dasar-dasar dari lensa bacalah buku-buku:
hal-hal mengenai optik dan mata.
Dari orang emmetrop yang sehat sekurang-kurangnya 80% mempunyai visus paling
kurang 6/6. kerap kali ada visus yang lebih besar terutama pada orang muda dan ank-
anak yang pada penyinaran kuat (pupil lebih kecil kaarena itu kekaburan bayangan-
bayangan berkurang dan sudut penglihatan menjadi lebih kecil).
Ada keberatan –keberatan yang dimajukan terhadap penggunaan huruf-huruf
sebagai ototype, tetapi hal ini tidak akan diperbincangkan disini.
Jika salah satu dalam satu barisan salah terbaca, ini membuktikan huruf-huruf lainnya
dari baris itu juga tidak tidak jelas tergambar dalam selaput jala dan pembaca
menggunakan pikirannya untuk menutup kekurangannya dalam penglihatannya. Oleh
karena itu, pada pemeriksaan ketajaman pengelihatan juga diperiksa sebagian dari
intelek dan ketelitian orang percobaan. Oang percobaaan yang teliti tidak akan
menerka-nerka huruf dan idak akan berkata apa-apa, jika huruf kurang baik dikenalnya.
Untuk mereka yang buta huruf dibuatkan gambar-gambar istimewa yang juga
didasarkan atas azas huruf Snellen.
Ketajaman dapat berkurang akibat berbagai hal. Di sini hanya disebutkan
kemungkinan mata itu tidak sesuai dengan jarak huruf-huruf percobaan. Oleh karena ini
saja sudah dipandang perlu untuk memeriksa ketajaman penglihatan bersama0sama
dengan refraksi dan akomodasi.
1. Pemeriksaan ketajaman pengelihatan . (visus)
Alat yang diperlukan
Snellens chart
Tata-kerja
1. Ketajaman penglihatan ini diperiksa untuk masing-masing mata tersendiri. Salah
satu mata ditutup dengan pelat yang dipasang pada sebuah gagang
(montuur,frame) kaca mata. Kemudian duduklah pada suatu jarak tertentu (d)
dari papan snellen.
2. Periksalah huruf-huruf manakah yang terkecil yang masih dapat dikenali.
20
21. 3. Hitunglah ketajamn penglihatan (visus) dari mata itu. Ketajaman mata ini
dinyatakan dengan Rumus Snellen:
V=d/D
Pada rumus mana:
V = visus = ketajaman penglihatan
d = jarak (dalam meter) dimanamata yang diperiksa itu berada
D = jarak (m) dimana mata masih bis mengenalihuruf-huruf itu (dicatat pada tiap-tiap
jenis huruf).
Biasanya dipilih jarak d = 6m.sebab jarak 6m untuk mata sama dengan jarak tak
terhingga dan biasanya pada pemeriksaan refraksi padamana akomodasi harus
ditiadakan.
Nilai d/D hendaknya tidak disederhanakan, sehingga kelak dari hasilnya kita baca
bagai mana pemeriksaan itu dilaksanakan.
2. Refraksi.
Alat-alat yang digunakan :
a. Gagang kaca mata, penutup hitam yang tak tembus pandang
b. Lensa percobaab berbagai ukuran
Tata kerja
Dalam latihan ini akan kita periksa refraksi (pembiasan cahaya) dari mata. Pada
mata emmetrop yang tidak berakomodasi sinar-sinar sejajar bersatu di selaput jala (E).
Pada mata hipermetrop yang tidak berakomodasi sinar-sinar yang sejajar bersatu di
belakang selaput jala (H).
Pada mata miop yang tidak berakomodasi sinar-sinar yang sejajar bersatu di muka
selaput jala (M).
Nilai H atau M inyatakan dengan jumlah dioptri dari lensa pembantu yang dipasang
di muka mata untuk mengoreksi kekurangan emetropi tersebut.
1. Refraksi diperiksa untuktiap-tiap mata.
Orang percobaandiberi montuur yang tersedia dengan matanya yang sebelah
ditutup dengan penutup hitam yang tidak berlubang. Orang percobaan duduk
pada jarak 6m darai ototype.
21
22. 2. Perbesarlah visusnya yang baru saja ditentukan dengan mempergunakan lensa,
dengan memasangkan lensa di dlam montuur.
3. Jika visusnya tanpa lensa sekurang-kurangya adalah 6/6, maka praktis M tidak
mungkin )apa sebabnya?) dan mata itu adalah E (Tanpa akmomodasi). Oleh
karena itu biasanya pemeriksaan ini kita mulai dengan sebuah lensa +0,250.
dengan lensa ini mata E akan menjadi miop (miop buatan)dan visusnya menjadi
lebih kecil.
Tetapi mata hipermetrop akantertolong dengan lensa ini dan akan berkurang
berakomodasi 0,25D.
Jika ia dengan lensa +0,25D mempunyai visus yang sama, maka ini menunjukan
bahwa sekurang kurangnya ia adalah H –0,25D
4. Percobaan ini diulang dengan +0, 25D dan selanjutnya berturut-turut dengan
lensa yang lebih kuat (tiap kali naik 0,25D). Lensa terkuat positip, pada mana
visus masih tetap samaadalah ukuran untuk hipermotrapi, yaitu hipermotrapi
yang ditentukan dengan lensa yang manifest (= yang nampak).
5. Jika visus tanpa lensa tadi kurang dari 6/6, maka mata itu biasanya M (jika mata
jernih, lengkung-lengkung bidang teratur dsb). Tetapi pada orang tua
kemungkina adanya H dengan demikian belum dapat disingkirkan sama sekali.
Sebab mereka ini daya akomodasinya sudah berkurang (presbiopi). Oleh karena
itu, pada orang tua lebih baik pemeiksaan dimulai dengan lensa-lensa positip
dan melihat apakah visusnya karena itu menjadi lebih baik. Selanjutnya
pemeriksaan dengan lensa-lensa negatip mulai dengan –0,25D dan berturut-turt
dengan lensa yang lebih kuat. Hanya jika dengan sebuah lensa negatip visus itu
betul bertambah baik (yang ternyata dari penetapan d/D dan jangan percaya saja
kepada keterangan-keterangan subjektif orang percobaan), barulah kita dapati
miopi.
Nilai miopi ditentukan oleh lensa negatip yang telemah, dengan mana diperoleh
visus yang terbesar.
22
23. Laporan Praktikum III
Nama : …………………………….
NPM : …………………………….
Tanggal Praktikum : …………………………….
Partner : 1…………………………………………..
2. ………………………………………….
3. ………………………………………….
4. …………………………………………..
I. Visus :
1. Sudut penglihatan minimal adalah : ...................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
2. Huruf Snellen dibuat berdasarkan ........................................................................
.................................................................................................................................
3. Untuk mata, jarak 6 meter dapat disamakan dengan tak terhingga oleh karena ......
..................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
4. Hasil visus orang percobaan pada jarak 6 meter
Orang percobaan Umur V.O.D V.O.S. Kesimpulan
I
II
6. Bila dari percobaab didapatkan visus 6/6, orang percobaan tersebut adalah : ......
................................................................................................................................
23
24. II. Refraksi
1. Prinsip untuk menentukan refraksi digunakan lensa ............................................
dan lensa ................................. dimana visus mencapai 6/6 dengan alasan ............
.....................................................................................................................................
2, Pada orang percobaan didapatkan :
a. Emmetrop : .............................................
b. Myopia : OD...............................; OS .........................................
c. Hypermetrop : OD ...........................; OS. ...................................
24
25. Praktikum IV
PEMERIKSAAN KETAJAMAN PENDENGARAN :
TEST RINNE, WEBER, DAN SCHWABACH
Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat :
1. melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran melalui cara:
a. rinne
b. webber
c. schwabach
2. Mengemukakan tujuan pemeriksaan tersebut di atas (nomor 1)
3. Menyimpulkan hasil pemeriksaan tersebut di atas
Alat yang diperlukan
1. Garpu tala
2. Kapas untuk menyumbat telinga
Tata Kerja Praktikum
a. Cara Rinne
1. Getaran penala (frekuaensi 256) denagn cara memukul salah satu ujung
jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali kali memukulkan pada benda yang
keras.
2. Tekan ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga
orang percobaan.
3. Tanyakan kepada orang percobaan apakah dia mendengar bunyi penala
mendengung di telinga yang diperiksa, bila demikian orang percobaan harus
segera memberikan tanda bila dengungan bunyi itu menghilang.
- Dengan jenis hantaran apakah orang mendengar bunyi dengungan pada
tindakan nomor 3?
25
26. 4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari proc. Mastoideus orang
percobaan kemudian ujung jari penala didekatkan sedekat-dekatnnya di depan
liang telinga yang sedang diperiksa itu.
- Dengan jenis hantaran apakah orang mendengar bunyi dengungan pada
tindakan nomor 4?
5. Catat hasil pemeriksaan rinne sebagai berikut:
- Positip: bila orang percobaan masih mendengar dengungan secara hantaran
aerotimpanal.
- Negatip: bila orang percobaan tidak lagi mendengar dengungan secara
hantaran aerotimpanal.
b. Cara Webber
1. Getarkan penala (Frekuensi 256.) dengan cara seperti nomor a.1
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi orang percobaan di garis median
3. tanyakan kepada orang percobaan apakah ia mendengar dengungan penala
sama kuat di kedua telinganya atau terjadi lateraliasi.
-apa yang dimaksud lateralisasi?
4. bila pada orang percobaan tidak terjadi lateralisasi, maka untuk menimbulkan
lateralisasi secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan
ulangi pemeriksaan.
- terangkan mekanisme lateralisasi.
c. Cara Schwabach
1. Getarkan penala (Frekuensi 256.) dengan cara seperti nomor A.1
2. tekanlah ujung tangkai penala pada proc. Mastoideus salah satu orang
percobaan.
3. suruh orang percobaan mengacungkan tangannya pada saat bunyi dengungan
menghilang.
4. pada saat itudengan segera pemeriksa memindahkan penala dari proc.
Mastoideus orang percobaan proc. Mastoideusnya sendiri. Pada pemeriksaan
ini telinga si pemeriksa dianggap normal. Bila dengungan penala setelah
dinyatakn berhenti oleh orang percobaan masih dapat didengar oleh si
pemeriksa maka hasil pemeriksaan adalah SCHWABACH MEMENDEK.
26
27. 5. apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan
juga tidak dapat didengar oleh sipemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin
SCHWABACH NORMAL.
SCHWABACH MEMANJANG. Untuk memastikan hal ini maka dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditanamkan ke processus
mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi, kemudian ujung tangkai
penala segera ditekankan ke processus mastoideus orang percobaan. Bila
dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat
didengar oleh orang percobaan maka hasil permerksaan ini ialah
SCHWABACH MEMANJANG. Bila dengungan setelah dinyatak berhenti
oleh pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh orang percobaan maka hasil
pemeriksaan adalah SCHWABACH NORMAL.
- apa tujuan pemeriksaan pendengaran dengan penala di klinik? Dan bagi
mana interpretasi masing-masing pemeriksaan?
27
28. Laporan Praktikum IV
Nama : …………………………….
NPM : …………………………….
Tanggal Praktikum : …………………………….
Partner : 1…………………………………………..
2. ………………………………………….
3. ………………………………………….
4. …………………………………………..
Orang Percobaan Rinne Webber Schwabach Kesimpulan
1. Rinne positif berarti .................................................................................................
..................................................................................................................................
2. Rinne negatif berarti.................................................................................................
...................................................................................................................................s
3. Weber lateralisasi kekanan berarti .................................................................................
........................................................................................................................................
4. Weber lateralisasi kekiri berarti......................................................................................
.......................................................................................................................................
5. Schwabah hantaran tulang orang perc. memanjang berarti ...........................................
........................................................................................................................................
6. Schwabah hantaran tulang orang perc. memendek berarti ...........................................
........................................................................................................................................
Kesimpulan : .....................................................................................................................
28
30. a. kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
b. kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
- bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan
badan?
B. Percobaan dengan kursi putar
a. Nistagmus:
1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi putar dengan tangannya
memegang erat tangan kursi
2. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukan kepalanya 30º
ke depan.
3. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa
sentakan.
4. Hentikanlah pemutaran kursi secara tiba-tiba
5. Bukalah sapu tangan dan suruh orang percobaan melihat jauh ke depan.
6. Perhatikan adanya nistagmus.
- apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory
nistagmus?
b. Tes penyimpangan penunjukan
1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi putar dan tutuplah kedua
matanya dengan saputangan.
2. Pemeriksa berdiri tepat di muka kursi putar sambil mengulurkan tangan
kirinya ke arah orang percobaan.
3. Suruhlah orang percobaan meluruskan lengan kanannya ke depan
sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa yang telah diulurkan
sebelumnya.
4. Suruhlah orang percobaan mengangkat lengan kanannya ke atas
kemudian dengan cepat menurunkannya kembali sehingga dapat
menyentuh jari pemeriksa lagi.
Tindakan no 1 s/d no 4 merupakan persiapan untuk tes sesungguhnya
sebagai berikut.
30
31. 5. Suruhlah sekarang orang percobaan dengan kedua tangannya memegang
erat tangan kursi, menundukan kepalanya 30º ke depan
6. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detiksecara teratur tanpa
sentakan.
7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruhlah
orang percobaan menegakan kepalanya dan mellakukan tes
penyimpangan penunjukan seperti diatas.
8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh orang
percobaan. Bila terjadi penyimpangan, tetapkanlah arah
penyimpangannya. Teruskanlah tes tersebut sampai orang percobaan
tersebut tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.
- bagai mana terjadinya past pointing?
c. Tes Jatuh
1. Suruhlah orang percobaan duduk di kursi putar dengan kedua tangannya
memegang erat tangan kursi.
Tutuplah kedua matanya dengan saputangan dan bungkukan kepala dan
badannya sehingga posisi kepala membentuk sudut 120º dari posisi
normal
Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur tanpa
sentakan
2. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruhlah
orang percobaan menegakan kembali kepala dan badannya.
3. Perhatikan kemana dia akan jatuh dan tanyakan kepada orang percobaan
kemana rasanya ia akan jatuh.
4. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada orang percobaan yang lain dengan :
a. Memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring 90º
terhadap posisi normal
b. Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60º.
5. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran
endolinfe pada kanalis semi silkularis yang terangsang
d. Kesan (sensasi)
31
32. 1. Gunakan orang percobaan yang lain.
Suruhlah orang percobaan duduk di kursi putaar dan tutuplah kedua
matanya dengan sapu tangan.
2. Putarlah kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang beransur-angsur
bertambah dan kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara
berangsur-angsur pula hingga berhenti
3. Tanyakan pada orang percobaan arah perasaan berputar
- sewaktu kecepatan putar masih bertambah
- sewaktu kecepatan putar menetap
- sewaktu kecepatan putar dikurangi
- segera setelah kursi dihentikan.
4. Berikan keterangan tentang mekannisme terjadinya arah perasaan
berputar yang dirasakan oleh orang percobaan
e. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horisontalis
1. Suruhlah orang percobaan dengan mata tertutup dan kepala ditundukan
30º berputar sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah
jarum jam, sebanyak 10X dalam 30 detik.
2. Suruhlah orang percobaan berhenti, kemudian membuka matanya dan
berjalan lurus ke muka
3. Perhatikan apa yang terjadi
4. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan
dengan arah jarum jam
a. apa yang saudara harapkan terjadinya pada orang percobaan
ketika berjalan lurus ke muka setelah berputar 10X searah dengan
jarum jam?
32
33. Laporan Praktikum V
Nama : …………………………….
NPM : …………………………….
Tanggal Praktikum : …………………………….
Partner 1………………………………… 2. ………………………………
3. ……………………………… .4. ……………………………………
Hasil Praktikum :
1. Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan:
a. Orang percobaan jalannya :
b. Kesukaran melewati dalam mengikuti garis lurus :
c. Jika ada kesukaran, keadaan ini disebabkan oleh : ..................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang ditutup terhadap keseimbangan badan
a. Orang percobaan jalannya :
b. Kesukaran melewati dalam mengikuti garis lurus :
c. Jika ada kesukaran, keadaan ini disebabkan oleh : .................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal dengan kepala dimiringkan ke
kiri terhadap keseimbangan badan
a. Orang percobaan jalannya :
b. Kesukaran melewati dalam mengikuti garis lurus :
c. Jika ada kesukaran, keadaan ini disebabkan oleh : .................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
4. Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal dengan kepala dimiringkan ke
kanan terhadap keseimbangan badan
a. Orang percobaan jalannya :
33
34. b. Kesukaran melewati dalam mengikuti garis lurus :
c. Jika ada kesukaran, keadaan ini disebabkan oleh : ..................................................
....................................................................................................................................
.
...................................................................................................................................
5. Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang ditutup dengan kepala dimiringkan ke
kiri terhadap keseimbangan badan :
a. Orang percobaan jalannya :
b. Kesukaran melewati dalam mengikuti garis lurus :
c. Jika ada kesukaran, keadaan ini disebabkan oleh : .................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
6. Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang ditutup dengan kepala dimiringkan ke
kanan terhadap keseimbangan badan
a. Orang percobaan jalannya :
b. Kesukaran melewati dalam mengikuti garis lurus :
c. Jika ada kesukaran, keadaan ini disebabkan oleh : ...................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
C. Percobaan dengan kursi putar
1. Posisi mata pada orang percobaan adalah :
a. rotatory nistagmus adalah : ...................................................................................
..............................................................................................................................
b. postrotatory nistagmus adalah.............................................................................
.................................................................................................................................
2. Pada test penunjukkan orang percobaan melakukan : .............................................
.................................................................................................................................
Orang percobaan tidak mengalami kesalahan dalam penunjukkan setelah ........mnt
Past pointing terjadi oleh karena : ............................................................................
......................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Test Jatuh
34
35. Orang percobaan I jatuh ke arah ..............................................................................
Orang percobaan I merasanya ia akan jatuh ke arah .............................................
Hubungan arah jatuh pada orang percobaan I dengan arah aliran endolinfe pada
kanalis semi silkularis yang terangsang adalah ...................................................
..............................................................................................................................
Orang percobaan II jatuh ke arah ...........................................................................
Orang percobaan II merasanya ia akan jatuh ke arah .............................................
Hubungan arah jatuh pada orang percobaan II dengan arah aliran endolinfe pada
kanalis semi silkularis yang terangsang adalah ...................................................
..............................................................................................................................
Orang percobaan III jatuh ke arah ........................................................................
Orang percobaan III merasanya ia akan jatuh ke arah ...........................................
Hubungan arah jatuh pada orang percobaan III dengan arah aliran endolinfe pada
kanalis semi silkularis yang terangsang adalah ...................................................
..............................................................................................................................
4. Kesan (sensasi)
a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah, orang percobaan merasa berputar
ke arah ............................................................
b. Sewaktu kecepatan putar menetap orang percobaan merasa berputar ke
arah ............................................................
c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi, orang percobaan merasa berputar ke arah
.............................................................
d. Segera setelah kursi dihentikan, orang percobaan merasa berputar ke arah
............................................................
e. Mekannisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh orang
percobaan adalah sbb. ..........................................................................................
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
5. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horizontalis
a. Orang percobaan berjalan .............................................................................
35
36. b. Orang percobaan berjalan .............................................................................
Praktikum VI
PENGARUH CAIRAN HIPOTONIS, ISOTONIS, DAN HIPERTONIS
TERHADAP JARINGAN TUBUH
Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan yang
terjadi pada sel akibat adanya cairan hipotonis, isotonis, dan cairan hipertonis yang
berada dilingkungan sel.
Alat yang diperlukan
1. Tabung reaksi 3 (tiga) buah
2. Berbagai cairan dengan kekuatan yang berbeda terdiri dari :
Cairan hipotonis : Nacl 0.45%
Cairan isotonis : NaCl 0.9%
Caairan hipertonis NaCl 3%
3. Spuit disposible 5 ml
4. Kapas alcohol
5. Basin Kidney
Pergerakan Cairan Tubuh
Cairan tubuh walaupun didistribusikan pada kompartemen tertentu, pada
kenyataannya tidaklah terikat pada satu kompartemen saja. Cairan akan bergerak dan
terjadi pertukaran antara cairan intrasel, cairan interstisial, dan cairan intravaskuler
secara menetap.
Cairan intrasel dipisahkan oleh membran sel dari cairan interstisial, dan cairan
intravaskular dipisahkan oleh dinding kapler dari cairan interstitial. Perbedaan struktur
pemisah ini memungkinkan perbedaan dalam cara perpindahan cairan diantara
kompartemen ini.
36
37. Pergerakan Cairan Antara Interstitial dengan Intravaskuler
Untuk mempertahankan kehidupan sel yang sehat, harus terjadi perpindahan cairan
diantara intravaskuler (plasma = bagian dari darah) dengan interstitial secara menetap.
Darah berperan dalam pengangkutan zat ke dan dari sel. Zat-zat yang akan di kirim ke
sel harus melewati interstisial, begitu juga sisa metabolisme dari sel yang akan dikirim
ke organ pembuangan melewati cairan interstitial akan dipindahkan ke plasma. Tanpa
adanya mekanisme yang bertanggung jawab dalam pertukaran ini, zat-zat tersebut akan
bertumpuk di interstitial dan akan membahayakan bagi kehidupan sel.
Perpindahan cairan antara interstisial dengan intravaskuler dipengaruhi oleh :
•Permiabilitas dinding kapiler ; yaitu kemampuan dinding kapiler untuk dilewati oleh
suatu zat. Dalam keadaan normal dinding kapiler adalah semipermiabel, artinya tidak
semua zat bisa melewatinya. Zat yang melewatinya dengan mudah adalah O2, H2O,
CO2, glukosa, elektrolit, urea, sedangkan molekul-molekul besar seperti protein tak
dapat melewatinya. Molekul-molekul akan berpindah dari konsentrasi yang tinggi
menuju konsentrasi yang rendah. Proses perpindahan seperti ini disebut difusi.
Permiabilitas ini dapat berubah menjadi lebih permiabel atau kurang permiabel.
Peningkatan permiabilitas dapat terjadi oleh adanya zat-zat yang keluar dari area
cedera atau oleh karena reaksi alergi, seperti histamin, kinin, serotonin, dan
prostaglandin. Keadaan ini memungkinkan molekul protein dapat melewati dinding
kapiler dan menyebabkan edema. Sedangkan penurunan permiabilitas kapiler dapat
terjadi karena adanya zat kimia seperti antihistamin, steroid dan salisilat.
•Tekanan darah kapiler ; yaitu dorongan atau desakan yang berasal dari darah pada
dinding kapiler yang mendesak air keluar dari pembuluh darah dan cenderung
mendorong molekul-molekul keluar dari pembuluh kapiler. Proses perpindahan
seperti ini dikenal dengan filtrasi.
Tekanan darah kapiler ini dipengaruhi oleh banyaknya darah yang ada dalam kapiler.
Jumlah darah yang ada dalam kapiler tergantung dari besarnya curah jantung dan
diameter pembuluh darah yang memperdarahi kapiler tersebut. Oleh karena itu
tekanan darah disepanjang kapiler tidak sama, makin ke bagian distal makin kecil.
Tekanan darah kapiler proksimal adalah 35 mmHg sedangkan tekanan kapiler bagian
distal adalah 15 mmHg.
37
38. •Tekanan osmotik koloid ; tarikan pada air yang berasal dari protein yang berada pada
pembuluh darah, cenderung menarik air yang berada di interstisial untuk masuk ke
dalam pembuluh darah kapiler, jadi berlawanan dengan tekanan darah kapiler, proses
perpindahan seperti ini dikenal dengan proses osmosa Dalam keadaan normal yaitu
konsentrasi plasma protein terutama plasma albumin > 3.5 gr%, besarnya tekanan
osmotik koloid ini adalah 25 mmHg, dan penurunan konsentrasi plasma protein
menyebabkan tekanan osmotik koloid menurun pula.
Adanya ketiga hal tersebut menyebabkan pergerakan cairan antara interstisial dan
cairan intravaskuler. Pada bagian prolsimal karena tekanan darah kapiler lebih besar
dari tekanan osmotik koloid maka cairan dan beberapa zat yang dapat melewati dinding
kapiler keluar dari kapiler menuju interstisial.Cairan ini yang akan memberikan
makanan dan oksigen bagi kehidupan sel. Dengan keluarnya cairan maka tekanan darah
kapiler makin ke ujung kapiler makin kecil, sementara tekanan osmotik koloid tidak
berubah, sehingga pada ujung kapiler (distal kapiler) tekanan osmotik koloid lebih besar
dari tekanan darah kapiler. Hal ini menyebabkan cairan beserta molekul-molekul yang
berada di interstisial ( sisa metabolisme : CO2, urea) bergerak masuk ke intravaskular.
Untuk menghindari penumpukan cairan di interstisial tidak semua cairan interstisial
masuk ke kapiler melalui cara ini, sebagian akan masuk ke pembuluh darah vena yang
besar melalui kapiler limfe. Adanya perubahan dari ketiga hal diatas dapat
menyebabkan penumpukan cairan di interstitial yang dikenal dengan edema.s
Pergerakan Cairan Antara Intrsel dengan Interstisial
Dalam upaya mempertahankan homeostasis, cairan intrasel harus mendapatkan
kebutuhannya dan mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme yang bukan saja tidak
berguna bagi sel tetapi juga membahayakan kehidupan sel. Oleh karena itu CIS
melakukan pertukaran cairan dengan interstisial untuk mendapatkan O2, nutrient, dan
mengeluarkan sisa metabolisme.
Membran sel yang memisahkan CIS dengan cairan interstisial terbentuk dari 2
lapisan lemak. Struktur ini menyebabkan tidak semua zat bisa melewatinya dengan
mudah. Terdapat 3 mekanisme perpindahan zat saat melintasi membran sel yaitu:
1) Difusi sederhana (simple diffusion) :
zat-zat yang larut dalam lemak saja yang dapat keluar masuk dengan mudah
seperti O2, CO2, urea, alkohol, Cl dan molekul kecil bermuatan negatif lainnya.
38
39. 2) Difusi difasilitasi (facilitated diffusion) : beberapa zat tak dapat menembus
membran tanpa bantuan zat lain. Sebagai contoh : glukosa pindah dari interstitial
ke intrasel melalui ikatan dengan carrier phosphat pada membrane sel, setelah
glukosa dilepaskan ke intrasel, carrier phosphat kembali ke membrane dan
mengambil glukosa lainnya dan seterusnya.
3) Transport Aktif
Beberapa zat dapat bergerak antara interstisial dan intrasel melewati membrane sel
dengan melawan gradient konsentrasi melalui mekanisme pompa aktif misalnya
pompa untuk mengatur natrium dan kalium di interstisial dan di ekstrasel.
Dalam keadaan normal natrium banyak dijumpai dalam cairan ekstrasel,
sedangkan kalium paling banyak berada di intrasel. Jika kalium keluar ke ekstrasel
dan natrium masuk ke intrasel pompa Na – K akan menariknya kembali ke
kompartemen semula. Mekanisme ini membantu distribusi komponen cairan dalam
keadaan normal dan membantu dalam mempertahankan homeostasis.
4) Osmosis :
Osmosis adalah pergerakan cairan melewati membran semipermiabel dari
konsentrasi yang rendah menuju konsentrasi tinggi.
Tata Kerja Praktikum
1. Siapkan 3 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 2 ml NaCl
0.45%, NaCl 0.9% dan NaCl 3%
2. Mintalah salah satu mahasiswa untuk secara sukarela diambil darah vena
sejumlah 3 ml
3. Masukkan darah volunteer kedalam tabung reaksi yang sudah berisi cairan tadi
4. Kocok campuran tadi secara perlahan-lahan
5. Perhatikan perubahan apa yang terjadi pada ketiga tabung reaksi tersebut ?
6. Jelaskan mengapa dan bagaimana terjadinya perubahan tersebut !
39
40. Laporan Praktikum VI
Nama : …………………………….
NPM : …………………………….
Tanggal Praktikum : …………………………….
Partner 1………………………………… 2. ………………………………
3. ……………………………… .4. ……………………………………
Tujuan
Praktikum : .............................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Campuran darah dengan cairan NaCl 0.45% menghasilkan : …………………................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Kesimpulan : ......................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Campuran darah dengan cairan NaCl 0.9% menghasilkan : ………………….................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Kesimpulan : .......................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Campuran darah dengan cairan NaCl 3% menghasilkan …………………....................
.............................................................................................................................................
40
42. • Mengatur volume cairan ekstrasel (CES) dan osmolalitas cairan melalui retensi dan
ekskresi cairan dan elektrolit secara selektif.
Saat CES mengalami peningkatan dan osmolalitas plasma menurun (berhubungan
dengan penurunan kadar Na), maka ginjal akan mengatur konsentrasi urine menjadi
lebih encer dengan mengurangi absorpsi air di tubulus. Hal ini terjadi karena
penurunan osmolalitas plasma akan merepresi hipofise posterior untuk tidak
mensekresikan ADH yang mengakibatkan penurunan absorpsi air di tubulus ginjal.
Begitu pula saat cairan tubuh menurun. Penurunan volume cairan menyebabkan
perfusi ginjal menurun yang merangsang mekanisme renin-angiotensin yang akan
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Peningkatan aldosteron akan
menimbulkan perasaan haus sehingga intake cairan meningkat, dan meningkatkan
absorpsi natrium dan air di ginjal..
Peningkatan Na plasma yang menyebabkan peningkatan osmolalitas CES
menyebabkan perangsangan hipofise posterior untuk meningkatkan sekresi ADH.
ADH akan merubah permiabilitas tubulus dan duktus contortus terhadap air
sehingga absorpsi air meningkat.
• Mengatur konsentrasi elektrolit di CES melalui retensi dan ekskresi elektrolit secara
selektif. Pada ginjal terjadi absorpsi elektrolit terutama natrium, chlorida dan
bikarbonat, serta ekskresi kalium dan hidrogen. Banyaknya elektrolit yang
diabsorpsi atau diekskresi tergantung konsentrasi elektrolit tersebut di CES.
• Mengatur pH CES melalui ekskresi hidrogen dan absorpsi bikarbonat.
Saat pH CES menurun tubulus ginjal akan mengekskresikan hidrogen ke lumen
tubulus. Pada lumen tubulus sebagian hidrogen berikatan dengan HCO3 dan
membentuk H2CO3, kemudian terurai menjadi CO2 dan H2O.
CO2 dan H2O berdifusi ke dalam sel epitel tubulus dan kembanli membentuk
H2CO3 yang kemudian terurai menjadi H dan HCO3 . Hakan disekresikan ke
lumen tubulus dan HCO3 akan masuk ke kapiler.
Sebaliknya saat pH CES meningkat tubulus akan meretensi hidrogen sehingga
tidak terjadi absorpsi bikarbonat. Dengan demikian pH akan kembali menuju
normal.
Jantung dan Pembuluh Darah :
42
43. Jantung berfungsi memompakan darah untuk bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah, dan sekitar 20% dari curah jantung bersirkulasi ke ginjal untuk
membentuk urine.
• Saat volume plasma meningkat, curah jantung juga akan meningkat, dan perfusi
ginjal akan meningkat pula. Keadaan ini akan menyebabkan pembentukan urine
lebih banyak dari biasanya.
• Sebaliknya saat volume plasma menurun, tekanan darah turun, dan akan
merangsang baroreseptor di sinus karotikus dan reseptor regang di atrium
menyebabkan perangsangan aktivitas simpatis yang menyebabkan vasokontriksi
arteriole afferent sehingga filtrasi di glomerulus menurun. Keadaan ini akan
merangsang pengeluaran enzim renin kedalam darah dan merubah angiotensinogen
yang dibentuk di hati menjadi angiotensin I. Angiotensin I dirubah di paru menjadi
angiotensin II. Angiotensin II mempunyai 2 (dua) efek yaitu : 1) menimbulkan
vasokonstriksi sehingga tahanan perifir meningkat yang akhirnya meningkatkan
tekanan darah, dan 2) merangsang korteks adrenal untuk mensekresikan aldosteron.
Aldosteron meningkatkan absorpsi natrium dan air, volume plasma meningkat, dan
produksi urine menjadi turun.
Paru-paru :
Paru-paru juga termasuk organ vital dalam mempertahankan homeostasis. Melalui
ventilasi alveolar diperkirakan 13.000 mEq ion hidrogen terbuang ( di ginjal hanya
sekitar 40 – 80 mEq). Paru-paru dibawah kendali Medulla akan segera mengatasi
asidosis/alkalosis metabolik. Saat asidosis metabolik ventilasi paru akan meningkat
(hiperventilasi) untuk mengeluarkan CO2 sehingga mengurangi kelebihan asam.
Sebaliknya saat alkalosis ventilasi paru akan menurun (hipoventilasi) untuk meretensi
CO2 yang akan meningkatkan keasaman cairan tubuh.
Oleh karena itu gangguan ventilasi paru dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan asam-basa. Selain itu paru-paru juga membuang sekitar 300 ml uap air
melalui ekspirasi (insensible water loss).
Kelenjar Hipofise :
Kelenjar hipofise posterior menyimpan dan mensekresikan ADH yang diproduksi
oleh hipothalamus. Sekresi ADH akan dirangsang oleh peningkatan osmolalitas CES
43
44. dan tertahan oleh penurunan osmolalitas CES. Peranan ADH adalah meningkatkan
permiabilitas tubulus distal bagian akhir, tubulus kolektivus, dan ductus kolektivus
terhadap air, karena tanpa adanya ADH area ini impermiabel terhadap air. Dengan
demikian adanya ADH akan meningkatkan absorpsi air di ginjal.
Kelenjar Adrenal :
Hormon utama dari kelenjar adrenal yang mempengaruhi keseimbangan cairan
adalah aldosteron yang disekresi oleh bagian korteks. Hormon ini terutama berperan
dalam meningkatkan absorpsi natrium, dan ekskresi hidrogen dan kalium di tubulus
distal ginjal. Sekresi aldosterone dirangsang oleh Angiotensin II yang dihasilkan dalam
mekanisme renin-angiotensin, penurunan konsentrasi natrium plasma dan peningkatan
kalium plasma.
Kelenjar Parathyroid :
Kelenjar paratiroid mensekresikan hormon paratiroid. Sekresi hormon ini
terangsang oleh penurunan konsentrasi calsium dalam plasma dengan target organ
tulang, saluran cerna, dan ginjal.. Hormon ini mempengaruhi pelepasan calsium dan
phosphor dari tulang, meningkatkan absorpsi calsium, phosphor di saluran pencernaan
dan di tubulus ginjal, serta meningkatkan ekskresi phosphor di ginjal.Aktivitas hormon
paratiroid akan meningkat oleh pengaruh vitamin D, yang akan meningkatkan absorpsi
calsium di saluran cerna dan di ginjal.serta memudahkan pemecahan osteoclast pada
tulang
Kelenjar Tiroid :
Kelenjar tiroid mensekresikan hormon calsitonin yang mempunyai peranan dalam
penyimpanan calsium pada tulang. Sekresi calsitonin dirangsang oleh peningkatan
calsium dalam plasma.
Tata Kerja Praktikum
1. Mintalah 3 orang mahasiswa untuk menjadi orang percobaan
2. Berikan kesempatan kepada ketiga orang percobaan untuk mengosongkan
kandung kemihnya
3. Orang percobaan I diminta untuk minum Aqua 1000 ml, orang percobaan II
minum NaCl 0.9%, dan orang percobaan III minum Dextrose 10%
44
45. 4. Tunggulah ½ jam., 1 jam, dan 2 jam kemudian untuk mengosongkan kembali
kandung kemihnya
5. Catatlah jumlah masing-masing urine yang di keluarkan oleh ketiga orang
percobaan
6. Adakah perbedaan jumlah dan berat jenis urine pada ketiga orang percobaan
tersebut ? mengapa demikian, jelaskan mekanismenya !
Laporan Praktikum VII
Nama : …………………………….
NPM : …………………………….
Tanggal Praktikum : …………………………….
Partner : 1……………………………… 2. ………………………………
3. …………………………… 4. …………………………………
Tujuan Praktikum : .....................................................................................................
.............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
.
Cara melakukan :
Orang Percobaan I minum Aqua 1 liter menghasilkan :
1/2 jam kemudian : …………… ml dg BJ :……………………………………
1 jam kemudian : ………………ml dg BJ :………………………………………
2 jam kemudian : ………………ml dg BJ :……………………………………….
Orang Percobaan II minum NaCl 0.9 % 1 liter menghasilkan :
½ jam kemudian : ………………ml dg BJ :…………………………………
1 jam kemudian : ……………… ml dg BJ :………………………………………
2 jam kemudian : ……………… ml dg BJ :……………………………………….
Orang Percobaan III minum Dextrosa 10% 1 liter menghasilkan :
½ jam kemudian : ……………… ml dg BJ :…………………………………
1 jam kemudian : ……………… ml dg BJ :………………………………………
2 jam kemudian : ……………… ml dg BJ :………………………………………
Kesimpulan
45
47. Mekanisme Keseimbangan Suhu Tubuh
Menurut Kozier (1991) menyatakan bahwa suhu tubuh merupakan
keseimbangan antara produksi panas yang dihasilkan oleh tubuh dengan kehilangan
panas dalam tubuh. Mekanisme keseimbangan suhu ini sangat berperan penting dalam
pengaturan suhu tubuh.
Mekanisme Produksi Panas
Produksi panas adalah produk tambahan metabolisme yang utama. Faktir-faktor
yang berperan penting dalam metabolisme tubuh. Diantaranya yaitu: (1) laju
metabolisme basal dari semua sel tubuh; (2) laju cadangan metabolisme yang
disebabkan karena konstruksi otot yang disebabkan oleh menggigil; (3) metabolisme
tambahan yang disebabkan oleh pengaruh trioksin (dan oleh sebagian kecil hormon
pertimbuhan dan testosteron) terhadap sel; (4) metabolisme tambahan yang disebabkan
efekepnefrin dan norepinefrin; (5)metabolisme tambahan yang disebabkan oleh
meningkatnya aktifitas kimiawi dalam sel.
Mekanisme Kehilangan Panas
Sebagian besar produksi panas dala mtubuh dihasilkan pada organ dalam terutama
hati, otak, jantung, dan otot rangka terutama selama kerja. Kemudian panas ini dari
jaringan dalam tubuh ke kulit melalui sistem penghubung arteriovenosus (arteriovenous
shunt). Penghubung dapat terbuka untuk menghantarkan panas dari kulit ke lingkungan
sekitarnya atau tertutup untuk menhambat panas keluar dari tubuh. Membuka atau
mentupnya arteriovenosus ini diatur oleh sistem saraf simpatis yang berespon terhadap
perubahan lingkungan. Berbagai cara panas hilang dari kulit ke lingkungan yaitu:
(1) Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dari area permukaan benda yang satu denga
permukaan yang lain tanpa adanya kontak langsung antara dua buah benda (Kozier,
1991). Orang yang telanjang pada suhu kamar normal kehilangan panas kira kira
60% dari kehilangan panas total (sekitar 15%) melalui radiasi (Guyton, 1997).
Kehilangan panas melalui radiasi berarti kehilangan dalam bentuk gelombang panas
ira merah, suatu jenis gelombang elektromagnetik.
(2) Konduksi
47
48. Konduksia dalah perpindahan panas dari suatu molekul ke molekul lain yang
disertai kontak langsung antara dua buah benda (Taylor, 1997). Darah membawa
atau mengkondiksikan panas dari inti tubuh ke permukaan kulit. Normalnya, hanya
sedikit jumlah panas yang dilepaskan melalui proses konduksi ke permukaan kulit.
Selimut pendingin atau kasur pendingin dapat digunakan untuk menurunkan demam
melalui konduksi panas dari kulit ke kasur/selimut pendingin. Perindahan panas
juga dapat terjadi melalui pemaparan dengan air. Air memiliki panas khusus
beberapa ribu kali lebih besra daripada udara, sehingga setiap unitbagian air yang
berdekatan ke kulit dapat mengabsorbsi jumlah kuantitas panas yang lebih besar
dari pada udara. Juga konduktifitas air terhadap panas berbeda dengan konduktifitas
udara. Oleh karena itu, kecepatan kehilangan panas ke air pada suhu yang cukup
rendah jauh lebih besar dari pada kecepatan kehilangan panas ke udara pada suhu
yang sama.
(3) Konveksi
Konveksi adal perpindahan panas melalui pergerakan idara diantara dua area yang
berbeda kepadatannya (Taylor, 1997). Ada dua macam konveksi yaitu konveksi
alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah adalah kehilangan panas akibat suhu
udara sekitar lebih dingin dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan konveksi
paksa terjadi dari pendingin ruangan seperti AC dan kipas angin.
(4) Evaporasi
Kehilangan panas melalui penguapan yang terjadi terus menerus dari traktus
respiratorius, mukosa mulut dan dari kulit (Kozier, 1991). Evaporasi dapat terjadi
melalui kulit dan paru-paru (insensible waterloss). Evaporasi air yang tidak
kelihatan ini tidak dapat dikendalikan untuk tujuan pengaturan suhu karena
evaporasi tersebut dihasilkan dari difusi molekul air terus menerus melalui kulit dan
permukaan sistem pernafasan. Akan tetapi kehilangan panas melalui evaporasi
keringat dapat diatur dengan pengaturan kecepatan berkeringat. Berkeringat terjadi
melalui kelenjar keringat yang diatur oleh sistim saraf simpatis
Pengaturan Suhu Tubuh
Konsep Set-Point Dalam pengaturan Suhu Tubuh
48
49. Pada tingkat yang hampir tepat 37,1ºC terjadi perubahan drastis pada kecepatan
kehilangan panasdan kecepatan pembentukan panas. Pada suhu diatas tingkat ini,
kecepatan kehilangan panas lebih besar dari pada kecepatan pembentukan
panassehingga suhu tubuh turun dan mencapai kembali tingkat 37,1ºC. Sebaliknya pada
suhu dibawah tingkat ini, kecepatan pembentukan panaslebih besar dari pada kecepatan
kehilangan suhu panas sehingga suhu tubuh meningkat dan kembali mencapai suhu
37,1ºC. Tingkat temperatur kritis ini disebut set-pointdari mekanisme pengaturan suhu
tubuh, yaitu semua mekanisme pengaturan temperatur yang terus menerus berupaya
untuk mengembalikan suhu tubuh ke tingkat set-point (Guyton&Hall, 1997)
Mekanisme pengaturan Suhu Tubuh
Sistem yang mengatur suhu tubuh terdiri dari tiga bagian, yaitu: deteksi suhu kulit
dan suhu inti tubuh, penggabungan di hippotalamus, dan sistem efektor yang mengatur
produksi panas dan kehilangan panas.
Sistem deteksi suhu tubuh terdiri dari dua bagian yaitu deteksi suhu tubuh di kulit
dan deteksi suhu tubuh di jaringan dalam (inti tubuh). Kulit memiliki reseptor dingin
dan pana. Reseptor dingin jauh lebih banyak dari pada reseptor panas, tepatnya terdapat
sepuluh kali lebih banyak di seluruh kulit. Oleh karena itu, deteksi suhu bagian perifer
terutama menyangkut deteksi suhu sejuk dan dingin dari pada suhu hangat
(Guyton&Hall, 1997).
Reseptor suhu tubuh bagian dalam ditemukan pada baian tertentu dalam tubuh.
Terutama di medulla spinalis, di organ dalam abdomen, atau disekitar vena-vena besar.
Reseptor dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor tersebut
lebih banyak terpapar dengan suhu inti dari peda suhu permukaan tubuh, reseptor inti
tubuh lebih banyak mendeteksi dingin dari pada hangat. Hal ini dimungkinkan karena
reseptor kulit dan reseptor bagian dalam tubuh berperan mencegah hipotermi, yaitu
mencegah suhu tubuh yang rendah.
Integrator hipotalamus merupakan pust yang mengatur suhu inti tubuh, terletak di
area pre-optik dari hipotalamus bagian anterior (Kozier, 1991). Pusat ini berfungsi
untuk meng integrasikan antara input yang bearasal dari berbagai macam reseptor suhu
yang terletak di tubuh dengan output yangmerespon terjadinya merespon terjadinya
peningkatan pembentukan panas tubuh atau peningkatan kehilangan panas tubuh (Porth,
1990). Area-pre-optik ini mengundang sejumlah neuron-neuron yang sensitif terhadap
49
50. panas kira-kira sepertiga dari jumlah neuron yang sensitif terhadap dingin. Neuron-
neuron ini berfungsi mjengantarkan sinyal dan reseptor suhu kulit dan meresponnya
kembali melalui mekanisme umpan balik.
Ketika sistem sensoris dalam hipotalamus mendeteksi panas (set-point berada di
atas tingkat temperatur kritis)maka sistem efektor segera mengirim singyal untuk
menurunkan set-point dengan cara menghambat produksi panas tubuh dan
meningkatkan pelepasan panas tubuh ke lingkungan. Akibatnya suhu tubuh menurun
dan mencapai tingkat temperatur kritis (Guyton&Hall, 1997). Respon fisiologis yang
timbul dari stimulus suhu panas adalah berupa vasodilatasi pembuluh darah di seluruh
tubuh, berkeringat, dan penghambatan termogenesisi kimia seperti hormon epinefrin
dan tiroksi oleh sistim saraf pusat (Kozier, 1991).
Ketika sistem sensoris dalam hipotalamus mendeteksi dingin (set-point berada di
bawah tingkat temperatur kritis)maka sistem efektor segera mengirim sinyal untuk
menaikanproduksi panas tubuh dan menghambat pelepasan pelepasan panas tubuh ke
lingkungan. Akibatnya suhu tubuh meningkat dan mencapai kembali tingkat temperatur
kritis (Guyton&Hall, 1997). Respon fisiologis yang timbul dari adanya stimulus suhu
dingin adalah terjadinya vasokontriksi pembuluh darah perifer sehingga kulit telihat
pucat, piloereksi (rambut berdiri pada akarnya), menggigil, pelepasan epinefrin dan
norepinefrin, pelepasan trioksin oleh hormon tiroid yang dapat meningkatkan
metabolisme tubuh (Kozier, 1991).
Selain mekanisme bawah sadar untuk pengaturan suhu tubuh, tubuh memiliki
mekanisme pengaturan temperatur lain berupa perilaku pengaturan suhu tubuh. Perilaku
ini meliputi emilihan jenis pakaian, pengaturan suhu lingkungan dengan menggunakan
mesin penghangat atau AC, minim minuman hangat disaat tubuh kedinginan, posisi
tubuh “meringkuk” yang bertujuan untuk menghambat pelepasan panas disaat udara
dingin dan sebagainya (Porth, 1990).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
(1) Usia
baik usia yang lebih muda maupun yang lebih tua, sangat sensitif terhadap
perubahan suhu lungkungan. Bayi dan anak-anak lebih cepat berespon terhadap
perubahan suhu udara baik panas maupun dingin. Menurut Donna (1993)
50
51. menyatakan bahwa pengaturan suhu tubuh pada usia toodler sudah mulai stabil
dibandingkan dengan infant. Orang berusia lanjut (diatas 75 tahun) lebih mudah
terjadi hipotermi dikarenakan faktor penuaan sehingga kontrol pengaturan suhu
tubuh kurang optimal (Taylor, 1997)
(2) Variasi diurnal
Suhu tubuh secara normal mengalami perubahan setiap hari bervariasi sebesar 2ºC
diantara pagi hari dan siang hari. Suhu tubuh berada pada tingkat paling tinggi
diantara pukul 20.00 dan 24.00 WIB dan berada pada tingkat paling rendah diantara
pukul 04.00 dan 06.00 (Kozier, 1991).
(3) Exercise
Kerja yang berlebihan dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 38,3-40ºC diukur
secara rektal (Kozier, 1991).
(4) Hormon
Wanita memiliki pengaturan suhu tubuh yang berfluktuatif dibandingkan laki-laki.
Hal ini terjadi karena adanya perubahan hormonal pada waita terutama peningkatan
progesteron pada saat ovulasi. Perubahan hormon meningkatkan suhu tubuh sebesar
0,5-1ºC (Taylor, 1997).
(5) Stress
Tubuh berespon baik terhadap stress fisik dan stress emosional. Adanya stress
menyebabkan rangsangan terhadap epinefrin dan norepinefrin sehingga kecepatan
metabolisme akan meningkat yang pada akhirnya juga akan meningkatkan suhu
tubuh (Kozier, 1991).
(6) Suhu Lingkungan
Suhu tubuh yang ekstrim dapat berpengaruh terhadap sistem pengaturan suhu tubuh
seseorang. Pada dasarnya, ketika tubuh terpapar udara dingin yang ekstrim tanpa
baju pelindung yang adekuat maka terjadi kehilangan panas yang dapat
meningkatakan hipotermi, jika tubuh terpapar pada udara panas yang ekstrim maka
akan terjadi hipertermi (Taylor, 1997).
(7) Cairan
Salah satu fungsi cairan dalam pengaturan sirkulasi darah adalah menghantarkan
panas yang merupakan hasil metabolisme tubuh. Yang dimaksud cairan disini
adalah darah. Aliran darah kekulit menentukan kehilangan panas dari tubuh dan
51
52. dengan cara ini mengatur suhu tubuh. Kehilangan sejumlah besar cairan dari traktus
gastrointestinal, kulit, atau ginjal yang berlangsung secara abnromal dan dehidrasi
dapat menyebabkan menurunnya volume cairan intravaskuler. Berkurangnya cairan
intravaskuler akan menyebabkan menurunnya volume darah. Penurunan volume
darah akan menggangu proses transportasi dari tubuh ke lingkungan. Akibatnya
temperatur tubuh akan meningkat (Guyton&Hall, 1997).
Tata Kerja Praktikum
1. Panaskan 500 ml air hingga mendidih
2. Masukkan kedalam ketiga 3 gelas masing-masing sampai berisi 2/3 bagian
3. Gelas I ditutup dengan kain tipis dari katun
Gelas II ditutup dengan kain wool
Pada Gelas III ditambahkan minyak goreng 50 ml
4. Ukur suhu masing-masing gelas setiap 15 menit selama 2 jam dan catatlah
hasilnya.
52
53. Laporan Praktikum VIII
Nama : …………………………….
NPM : …………………………….
Tanggal Praktikum : …………………………….
Partner : 1……………………………… 2. ………………………………
3. …………………………… 4. …………………………………
Tujuan Praktikum : .....................................................................................................
.............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
.
Hasil Praktikum :
Gelas I menghasilkan :
¼ jam I : ………………………………
¼ jam II : ………………………………
¼ jam III : ……………………………
¼ jam IV : .............................................
Gelas II menghasilkan :
¼ jam I : ………………………………
¼ jam II : ………………………………
¼ jam III : ……………………………
¼ jam IV : .............................................
Gelas III menghasilkan :
¼ jam I : ………………………………
¼ jam II : ………………………………
53
54. ¼ jam III : ……………………………
¼ jam IV : .............................................
Kesimpulan ......................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
54