SlideShare a Scribd company logo
1 of 110
Download to read offline
PRODUKSI TERNAK
SMK BINA NUSANTARA
2014
MODUL SMK PETERNAKAN
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 2
ANATOMI DAN FISIOLOGI
REPRODUKSI
natomi reproduksi yang di-
maksud dalam tulisan ini
adalah mempelajari bentuk dan
struktur bagian-bagian dari alat ke-
lamin ternak jantan dan betina.
Sedangkan fisiologi reproduk-
si adalah mempelajari fungsi dan
proses-proses baik biofisika mau-
pun biokimia yang terjadi dalam or-
gan-organ alat reproduksi tersebut.
Sedangkan reproduksi pada suatu
ternak merupakan suatu proses ya-
ng kompleks dan melibatkan selu-
ruh tubuh ternak.
Anatomi Reproduksi Ternak
1) Organ-organ Reproduksi Ruminansia Jantan
Gambar 1. Organ Reproduksi Ternak Ruminansia Jantan
Tugas utama bagi pejantan
adalah mampu memproduksi calon-
calon individu baru yang normal
dan sehat. Calon-calon individu ba-
ru ini disebut spermatozoa. Untuk
mendapatkan keturunan yang baik
maka sebagai pejantan harus mam-
pu menghasilkan spermatozoa yang
baik dan sempurna. Dari spermato-
zoa yang baik diharapkan akan
menghasilkan individu-individu ya-
ng baik pula.
Sistim reproduksi ternak jan-
tan terdiri atas :
A
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 2
a. sepasang testis atau disebut
gonad, buah zakar atau kelenjar
kelamin utama.
b. saluran reproduksi yang terdiri
atas epididymis, vas deferens,
ampula dan urethra. Saluran ini
dilengkapi dengan kelenjar acce-
sories atau kelenjar tambahan
dimana kelenjar ini fungsinya
untuk mengencerkan sperma.
c. alat kelamin bagian luar, yang
terdiri atas penis, yang dibung-
kus oleh preputium dan Scrotum
1.1 Gonad (Testis)
Testis merupakan bagian
alat kelamin yang utama. Pada
hewan mamalia terdiri dari dua
testis yang terbungkus didalam
skrotum. Skrotum ini akan
memberikan lingkungan yang le-
bih cocok dimana dalam skro-
tum dilengkapi dengan suatu
termoregulator yang dapat me-
ngatur suhu skrotum tetap kon-
stan yaitu selalu dalam kondisi
lebih rendah daripada suhu tu-
buh, karena untuk pembentu-
kan sperma dibutuhkan suhu
yang rendah.
Bentuk, ukuran atau berat
serta letak testis tiap species
hewan cukup bervariasi. Namun
pada umumnya bentuk testis
adalah bulat panjang kearah ver-
tikal, dengan struktur dasar tes-
tis terdiri atas beribu-ribu tubuli
seminiferosa yang dikelilingi oleh
kapsul berserabut atau trobe-
kula.
Lapisan-lapisan tenunan
pembungkus testis apabila disa-
yat secara melintang, maka akan
terlihat mulai dari luar kedalam
adalah:
a. epidermis yaitu bagian kulit
terluar
b. korium yaitu berupa jaringan
bagian kulit yang mengan-
dung banyak urat darah dan
syaraf.
c. tunika dartos yaitu suatu
fascia pelindung yang juga
mengandung unsur serabut
urat daging, jadi dapat ber-
kontarksi.
d. tenunan pengikat yang long-
gar
e. tunika vaginalis komunis
(bagian dari peritoneum)
f. rongga sempit yang merupa-
kan bagian dari rongga pe-
rut yang menjulur ke daerah
inguinal yang merupakan
suatu kantong dimana se-
lanjutnya ditempati oleh tes-
tis yang turun dari rongga
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 3
perut sewaktu masih dalam
perkembangan embrio.
g. tunika albugenia merupakan
bagian dfari pembungkus
langsung pada parenchyma
testis. Tunika albugenia ini
banyak mengandung sera-
but-serabut fascia yang licin
dan mengkilat dan berwarna
putih yang banyak mengan-
dung buluh syaraf.
h. parenchyma testis, merupa-
kan bagian yang paling uta-
ma atau inti, karena bagian
ini tempat pembuatan sper-
matozoa, tepatnya di tubuli
seminiferi. Dibagian paren-
chyma ini terdiri atas
tubuliseminiferi, sel-sel inter-
stitial, saluran-saluran cai-
ran testis dan spermatozoa.
i. mediastenum testis, merupa-
kan bagian tengah dari tes-
tis dan merupakan perlua-
san dari testis.
j. pembentukan Spermatozoa
diproduksi dalam suatu
saluran yang sangat kecil
dan berkelok-kelok yang di-
sebut tubulus spermaticus.
Tubuli ini merupakan suatu
tubulus atau saluran yang
kecil, panjang dan berkelok-
kelok dan memenuhi selu-
ruh pembungkusnya yaitu
lobulus. Lobulus berupa kan-
tong kecil yang pada umum-
nya berbentuk kerucut atau
lancip, dimana pada ujung
medialnya berbentuk lancip
dan ujung lateralnya lebar
dan merupakan dasar dari
kerucut tersebut.
Dinding tubuli seminiferi
terdiri atas sel-sel membran ba-
sal, epithel benih, sel-sel penun-
jang dan sel penghasil cairan
testis. Tubuliseminiferi akan ber-
muara pada ujung medialnya
yang berbentuk kerucut dan
langsung berhubungan dengan
rete testis.
Epitel benih terdiri atas :
 sel benih atau sperma togo-
nium. Spermatogonium akan
mengalami proses pembela-
han secara reduksi dan me-
ngalami perubahan bentuk
yaitu dari bentuk poligonal
menjadi sel yang berekor.
 sel sertoli. Sel ini melekat
pada membran basal, ber-
bentuk panjang dan mem-
punyai peranan dalam mera-
wat spermatozoa yang masih
muda. Disamping itu sel
sertoli menghasilkan hor-
mon dan cairan testis.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 4
Spermatogonium terletak
diatas membran basal dari tubuli
seminiferi. Spermatogonium terse-
but akan berkembang melalui
pembelahan sel. Spermatogonium
akan membelah menjadi dua yai-
tu yang satu tetap berada dalam
membran basal sedangkan yang
kedua berubah menjadi sperma-
tosit I (satu). Kemudian akan
membelah lagi menjadi sperma-
tosit II dan berubah lagi menjadi
spermatid.
Spermatid akan mengalami
perubahan bentuk menjadi sper-
matozoa muda, yang kemudian
akan dirawat oleh sel-sel sertoli
sampai protein goblet yang ma-
sih berada dalam pangkal ekor
menjadi kecil. Setelah itu sper-
matozoa akan terlepas dari sel
sertoli dan terbawa oleh cairan
testis dan segera masuk kedalam
lumen tubuli seminiferi yaitu ma-
suk kedalam retetestis dan dite-
ruskan kebagian mediastinum
yang akhirnya spermatozoa yang
belum dapat bergerak tersebut
akan berdesak-desakan untuk
memasuki epididymus.
Rete testis terletak dian-
tara tubulus seminiferosa dan
duktuli efferens yang berhubu-
ngan dengan ductus epididymus
pada bagian kepala atau caput.
Rete testis ini terdiri dari salu-
ran-saluran yang beranastomose
dalam medias tinum testis.
Diantara lobuli terdapat sel-sel
interstitial atau disebut juga sel
Leydig. Sel ini merupakan peng-
hasil hormon androgen atau tes-
tosteron. Testosteron adalah hor-
mon yang berpengaruh sangat
besar terhadap kehidupan sek-
sual dari pejantan. Apabila sel
leydig terganggu maka produksi
testosteron akan terganggu pula.
Berbeda dengan hewan betina
yang mengenal siklus berahi
dimana pada periode tertentu sa-
ja hanya ada satu sel ovum yang
masak atau diproduksi dan siap
untuk diovulasikan atau dike-
luarkan untuk melakukan ferti-
lisasi atau peleburan antara sel
kelamin jantan (spermatozoa) de-
ngan sel telur (ovum).
Hal ini tidak terjadi pada
hewan jantan. Hewan jantan
akan memproduksi sel sperma-
tozoa secara terus menerus tan-
pa ada hentinya. Kecepatan pro-
duksi sperma akan tergantung
dari kondisi makanan yang di-
konsumsi dan tingkat protein
yang terkandung dalam maka-
nan tersebut. Selain fungsi uta-
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 5
manya sebagai penghasil sel be-
nih jantan atau spermatozoa,
fungsi testis lain yang tidak
kalah pentinganya yaitu mem-
produksi hormon androgen.
1.2 Epididymis
Epididymus merupakan
suatu saluran yang bentuknya
bulat dan panjang serta berke-
lok-kelok yang menghubungkan
vasa efferensia pada testis de-
ngan ductus deferens. Epididy-
mus terletak diatas testis dan
melekat pada tunika albugenis.
Secara garis besarnya, saluran
epididymus dapat dibedakan
menjadi :
a) kepala epididymus (caput
epididymus), bagian dari epi-
didymus yang melekat pada
bagian ujung dari testis di-
mana pembuluh-pembuluh
darah dan syaraf masuk. Ba-
gian ini lebih besar daripada
bagian yang lain.
b) bagian badan atau leher
(Corpus epididymus) adalah
bagian yang sejajar dengan
aksis longitudinal dari testis.
Ukurannya jauh lebih kecil
dibanding kan pada bagian
kepala. Bagian ini menjulur
terus ke bawah sampai ham-
pir melewati testis.
c) bagian ekor (Cauda epididy-
mus) yaitu berupa jendolan di
ujung bawah dari testis. Ba-
gian ekor ini terletak lang-
sung dibawah corpus, yang
mulai berbelok keatas.
Saluran epididymus di ba-
gian kepala terdapat duktuli efe-
rentis yang jumlahnya 12 sampai
15 buah, yang menampung sper-
matozoa dari rete testis. Jadi
setelah spermatozoa muda terle-
pas dari sel sertoli, kemudian
masuk dalam lumen tubuli semi-
nifera dan bergerak menuju ke
epididymus setelah melewati
duktuli eferentis. Ductuli eferen-
tis dindingnya bercilia dan mem-
punyai sel-sel epitel yang meng-
hasilkan cairan. Dengan adanya
cairan dan cilia tersebut maka
spermatozoa dapat terdorong
dan bergerak mengarah ke ba-
dan epididymus. Epididymus
mempunyai fungsi beberapa ma-
cam, di antaranya :
1) epididymus merupakan tem-
pat transportasi, di mana
masa spermatozoa yang di-
alirkan dari rete testis ke da-
lam ductuli efferentis dan
akhirnya akan diangkut ke
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 6
dalam duktus defferens.
Transportasi ini dapat dila-
kukan karena adanya gera-
kan silia dan gerakan peris-
taltik dari musculature pada
dinding epididymus pada sa-
at pra ejakulasi.
2) epididymus merupakan tem-
pat untuk membuat konsen-
trasi sperma menjadi sangat
tinggi. Hal ini disebabkan ka-
rena cairan testis yang men-
jadi medium dari masa sper-
matozoa, airnya diserap oleh
epitel dinding epididymus se-
hingga sampai di ekor epidi-
dymus, konsentrasi semen
sangat tinggi.
3) epididymus juga merupakan
tempat untuk pemasakan
atau pendewasaan bagi sper-
matozoa. Pemasakan ini dise-
babkan karena adanya se-
kresi dari sel-sel epitel di
ductus epididymus. Dimana
tadinya sperma dengan bu-
tiran sitoplasma kemudian
akan butiran tersebut akan
menggeser dibagian paling
bawah ekor dan akhirnya
terlepas.
4) Epididymus merupakan tem-
pat untuk menimbun sper-
matozoa. Pada epididymus
bagian ekor, keadaannya sa-
ngat cocok untuk tempat pe-
nimbunan bagi spermatozoa
yang belum dapat bergerak
ini, sehingga hampir 50 per-
sen jumlah spermatozoa ter-
dapat di daerah tersebut.
1.3 Duktus Deferens
Duktus deferens atau vas
deferens merupakan pipa yang
berotot, terentang mulai dari
ekor epididymus sampai ke ure-
tra. Dindingnya tebal, mengan-
dung serabut urat-urat daging
yang licin, sehingga pada saat
ejakulasi maka dapat mendorong
spermatozoa dari epididymus
keduktus ejakulatoris yang ter-
dapat dalam ampula. Vas defe-
rens akan memasuki ruang ab-
domen bersama-sama dengan
pembuluh-pembuluh darah dan
syaraf yang ke testis dan bersatu
menjadi satu kesatuan yang
disebut funiculus spermaticus.
Vas deferens dari kedua testis ini
setelah meninggalkan ekor epi-
didimus akan bergerak melalui
kanal inguinalis terus keatas dan
sesampainya diatas fesica urina-
ria, akan terletak berjajar dan
secara lambat laun menjadi be-
sar karena adanya kelenjar-ke-
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 7
lenjar yang ada di dinding
duktus deferens, dan bagian ini
disebut ampula. Panjang ampula
tidak panjang (pada sapi sekitar
4 cm) dan setelah meninggalkan
prostata maka keduanya akan
mengecil lagi.
1.4 Skrotum
Kantong testis disebut
skrotum. Skrotum merupakan
suatu kulit yang bentuknya se-
perti kantong yang ukuran, ben-
tuk dan lokasinya menyesuaikan
dengan testis yang dikandung-
nya. Kulit skrotum tipis dan se-
dikit atau tidak berambut. Su-
sunan lapisan skrotum dari pa-
ling luar adalah :
1) epidermis: tidak memliki ram-
but atau sedikit rambut
2) tunika dartos. Merupakan se-
lapis jaringan fibroelastik yang
bercampur dengan serabut otot
polos. Serabut-serabut otot po-
los ini pada saat cuaca dingin
akan berkontraksi dan mem-
bantu mempertahankan posisi
terhadap dinding abdominal
dan pada saat panas akan me-
relaks dan menyebabkan testis
turun menjauhi ruang perut.
Dengan demikian maka skro-
tum dapat mengatur tempera-
tur testis agar temperaturnya
tetap dipertahankan 40oC sam-
pai 70oC lebih rendah dari pa-
da temperatur tubuh. Mekanis-
me dari sistim thermoregulator
ini karena adanya kerja dari
dua muskulus yaitu muskulus
kremaster externa, muskulus
kremaster interna dan tunika
dartos.
3) Fasia superfisial merupakan la-
pisan tipis jaringan ikat
4) Fasia bagian dalam yang terdiri
atas tiga lapis yang sulit di-
pisahkan apabila dilakukan
pembedahan.
5) Tunika vaginalis komunis, yang
merupakan lapisan luar penu-
tup testis.
1.5 Urethra
Urethra merupakan bagian
saluran yang tergantung dari
tempat bermuaranya ampula
sampai ke ujung spenis. Urethra
merupakan saluran untuk urine
dan untuk semen sehingga dise-
but saluran urogenitalis.
Urethra terbagi atas tiga
bagian yaitu :
� Bagian pelvis
� Bagian yang membengkok
� Bagian penis
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 8
1.6 Penis dan Praeputium
Penis merupakan organ ko-
pulasi pada hewan jantan, yang
akan menyemprotkan semen ke-
dalam alat reproduksi betina dan
untuk lewatnya urine. Penis da-
pat dibedakan menjadi 3 bagian
yaitu :
a. Gland penis yang dapat
bergerak bebas
b. Badan
c. Bagian pangkal atau akar
yang melekat pada ischial
arch pada pelvis yang ter-
tutup oleh otot ischioca-
vernosus.
Penis dilengkapi dengan
dua macam perlengkapan yaitu
musculus retraktor penis yang
dapat merelax dan mengkerut
dan corpus covernosum penis yang
berfungsi untuk menegang kan
penis. Dalam keadaan non aktif.
Musculus retractor penis akan
mengkerut, kemudian penis akan
membentuk huruf S sehingga pe-
nis dapat tersimpan dalam prepu-
tium. Penis terbungkus oleh tuni-
ca albugenia yang ber warna pu-
tih. Bentuk penis ternak pada
umumnya sama yaitu bulat pan-
jang. Pada sapi penis ini bertipe
fibroelastis artinya selalu dalam
keadaan agak kaku dan kenyal
meskipun dalam keadaan non
aktif atau tidak ereksi. Sedangkan
praeputium merupakan lipatan
kulit yang ada di sekitar ujung
penis. Pada ternak-ternak terten-
tu, praeputium mempunyai ben-
tuk yang agak khas, sebagai con-
toh preputium pada kuda mem-
punyai lipatan yang rangkap,
praeputium pada babi mempu-
nyai divertikulum atau kantong
disebelah dorsal dari orificium
preputial, yang mempunyai fungsi
untuk mengakumulasi urine, se-
kret dan sel-sel mati.
Eraksi dan Ejalukasi.
Ereksi merupakan pening-
katan turgiditas (pembesaran) or-
gan yang disebabkan oleh pema-
sukan darah lebih besar daripada
pengeluaran yang menghasilkan
penambahan tekanan dalam pe-
nis. Ereksi pada ternak ruminan-
sia, saat ereksi baik panjang
maupun besarnya tetap hampir
sama dan terjadi karena fleksura
sigmoid menjadi lurus. Ejakulasi
merupakan suatu gerak refleks
yang mengosongkan epididymus,
urethra dan kelenjar-kelenjar ac-
cesoris, dimana ejakulasi ini di-
sebabkan karena adanya rangsa-
ngan pada gland penis atau dapat
juga ditimbulkan dengan adanya
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 9
massase dari kelenjar-kelenjar
aksesori melalui rektum atau de-
ngan elektro ejakulator.
2) Organ-organ Reproduksi Ruminansia Betina
Sistim reproduksi ternak betina terdiri atas :
a. Sepasang ovarium atau penghasil telur.
b. Saluran reproduksi yang terdiri atas tuba fallopii atau oviduct, uterus
atau rahim, cerviks atau leher rahim dan vagina
c. Alat kelamin bagian luar yang terdiri atas vulva dan klitoris.
Gambar 2. Organ Reproduksi Ternak Ruminansia Betina
2.1. Ovarium
Ovarium merupakan bagian alat kelamin yang utama, karena fung-
sinya untuk menghasilkan sel gonad (ovum). Seperti juga halnya dengan
testis pada ternak jantan, ovarium bersifat endokrin dan bersifat sitoge-
nik. Bersifat endokrin karena ovarium mampu menghasilkan hormon
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 2
yang akan diserap secara langsung kedalam peredaran darah. Ovarium
juga bersifat sitigenik artinya bahwa ovarium juga mampu menghasilkan
sel yaitu ovum atau sel telur. Oleh karena itu ovarium sering juga disebut
induk telur, indung telur atau pengarang telur. Berbeda dengan ternak-
ternak lainnya, pada jenis unggas, ovarium tidak sepasang tetapi hanya
satu yaitu dibagian kiri sedangkan sebelah kanan mengalami rudimenter.
Pada ternak atau hewan menyusui maka jumlahnya adalah sepasang,
yang letaknya dekat ginjal, tepatnya dibelakang ginjal kanan dan kiri.
Besarnya ovarium bervariasi antar jenis ternak, hal ini tergantung dari
jenis ternak, umur dan masa reproduksi ternak.
Bentuk ovarium pada kebanyakan species hewan adalah hampir
sama yaitu seperti biji almond, tetapi ada beberapa ternak yang mem-
punyai bentuk ovarium yang berbeda seperti pada ternak babi bentuk
ovariumnya tampak dengan lobul-lobul karena banyaknya folikel dan
corpus lutea. Sedangkan pada kuda bentuknya mirip seperti kacang
karena adanya fosa ovarii.
Perbedaan bentuk ovarium tersebut karena pada dasarnya pada
hewan dapat dibedakan dua sifat dalam melahirkan anak yaitu hewan
yang bersifat polytocus yaitu melahirkan anak dalam jumlah banyak
dalam satu kali kelahiran seperti babi, kucing dan tikus sehingga ben-
tuknya seperti buah murbei. Sedangkan sifat yang kedua adalah terma-
suk dalam golongan hewan monotokes maka bentuk ovariumnya bulat
panjang atau bundar. Bentuk dan Berat Ovarium dijelaskan pada Tabel 1
Tabel 1. Bentuk dan Berat Ovarium pada Berbagai Ternak
No Jenis ternak Berat ovarium Bentuk ovarium
1 kuda 70-90 gram Seperti kacang tanah
2 sapi 11-18 gram Oval
3 Domba 2-3 gram Seperti buah almond
4 Babi 8-16 gram Seperti buah murbei
5 Anjing 3 – 12 gram Memanjang, menipis, Oval
6 Kucing 3-12 gram Memanjang, menipis, oval
Bagian ovarium terdiri atas bagian medula atau bagian sentral dan
merupakan bagian yang berongga (vaskular). Sedangkan bagian luar atau
korteks terdiri atas jaringan ikat iregular yang padat. Lapisan luar dari
korteks adalah kapsul jaringan ikat yang padat yaitu tunika albugenia.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 3
Sedangkan lapisan yang paling luar merupakan suatu lapis tunggal dari
epitel germinal atau disebut sel kelamin primer.
Ada dua komponen yang amat penting yang terdapat dalam ova-
rium. Komponen tersebut adalah follikel dan korpus luteum. Kedua kom-
ponen ini memegang peranan penting dalam proses reproduksi.
2.2 Tuba Uterin Atau Tuba Fallopii (Oviduct)
Selain bangsa unggas, hewan betina mempunyai sepasang oviduct.
Saluran ini menghubungkan antara ovarium dengan uterus. Oviduct
merupakan saluran kecil yang panjang dan berkelok-kelok. Bagian oviduct
terdiri atas: Infundibulum, ampula dan bagian yang terakhir yang berhu-
bungan langsung dengan uterus disebut istmus
Infundibulum merupakan bagian yang paling ujung dari oviduct dan
berbentuk seperti corong yang bibirnya tidak teratur dan berjumbai-
jumbai. Tetapi ada beberapa species yang bentuk infun dibulum berben-
tuk kapsul. Bagian ujung dari infundibulum membentuk fimbria.
Fimbria ini letaknya dekat sekali dengan ovarium bahkan biasanya
menyelimuti ovarium. Fimbriae mempunyai sifat ovotoxis artinya bergerak
kearah adanya ovum. Bahkan ada yang berpendapat bahwa fimbriae ini
dapat mengusap-usap ovarium untuk mem percepat proses ovulasi, dapat
mengambil ovum yang jatuh kedalam ruang abdomen dan bahkan fim-
briae kiri dapat menangkap ovum yang di ovulasikan dari ovarium kanan
dan sebaliknya.
Fungsi dari oviduct adalah :
1) menerima telur yang diovulasikan ovarium
2) menerima spermatozoa dari uterus
3) mempertemukan sel ovum dengan spermatozoa
4) menyalurkan sel ovum yang telah dibuahi (zigote) ke dalam uterus
menyeleksi sperma. Bagian oviduct yang mempunyai konstruksi khusus
dan disebut utero tubal junction (UTJ) mempunyai fungsi untuk me
nyeleksi sperma yang akan masuk kedalam tuba fallopii dari uterus.
5) kapasitasi spermatozoa. Adanya cairan oviduct menyebabkan sperma-
tozoa mengalami proses pendewasaan
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 4
2.3 Uterus
Uterus pada umumnya terdiri atas badan uterus atau corpus uteri,
tanduk uterus (cornu uteri) yang pada umumnya berbentuk lancip dan
cerviks atau leher uterus. Bentuk uterus pada setiap jenis hewan berva-
riasi. Bentuk-bentuk uterus pada beberapa jenis hewan adalah :
a. uterus duplex, yaitu uterus yang uterus yang serviksnya ada dua
buah, corpus tidak ada dan cornunya terpisah satu dengan lainnya.
Bentuk uterus ini terdapat pada tikus, mencit, kelinci dan marmut.
b. uterus bikornua, yaitu uterus yang mempunyai serviks satu dan
corpus uterinya sangat pendek. Sebagai contoh terdapat pada ternak
babi.
c. uterus bibartitus yaitu uterus yang mempunyai serviks satu dan
corpus uteri cukup jelas dan panjang. Sebagai contoh terdapat pada
hewan sapi,
d. uterus simpleks yaitu uterus yang tidak mempunyai kornu uteri,
corpus uterinya besar dan mempunyai satu cerviks. Sebagai contoh
terdapat pada bangsa primata.
Dinding uterus terdapat tiga lapis, dari luar kedalam yaitu :
1) membran serosa merupakan lapis pertama dari luar atau merupakan
dinding luar
2) myometrium atau lapisan urat daging licin, yang mengandung urat
syaraf dan pembuluh darah
3) endometrium, yaitu lapisan yang merupakan dinding lumen uterus
dan terdiri atas epitel, lapisan kelenjar dan jaringan pengikat.
Uterus mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses
reproduksi. Yaitu sejak estrus sampai bunting dan melahirkan.
Fungsi uterus adalah :
a. pada saat estrus: Yaitu kelenjar endometrium yang terdapat pada
dinding uterus menghasilkan cairan uterus yang diperlukan oleh
spermatozoa untuk mendewasakan dirinya (kapasitasi) sehingga se-
makin tinggi kemampuannya untuk membuahi ovum
b. pada saat kopulasi, uterus akan berkontraksi sehingga mampu
mengangkut spermatozoa dari uterus ke tuba fallopii.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 5
c. pada waktu metestrus dan awal diestrus. Kelenjarkelenjar endome-
trium mulai berkembang dan tumbuh memanjang dan menghasilkan
cairan uterus yang merupakan substrat yang cocok untuk per-
tumbuhan embrio muda.
d. pada saat diestrus pada ternak yang tidak bunting maka telur yang
tidak dibuahi oleh sperma, didalam uterus akan diresorbsi oleh endo-
metrium.
e. pada saat kebuntingan uterus membesar secara berlahanlahan se-
suai dengan pertumbuhan embrio.
f. Pada saat kelahiran uterus akan melakukan kontraksi sedemikian
kuat sehingga dapat mengangkut fetus yang sedemikian beratnya
untuk melampaui simfisis pelvis dan keluar dari badan.
g. pada saat selesai partus/melahirkan, maka uterus akan mengalami
pengecilan kembali atau involusi.
2.4 Cerviks atau Leher Rahim
Cerviks merupakan spincter otot polos yang kuat dan tertutup ra-
pat, kecuali pada saat estrus atau pada saat menjelang kelahiran. Cerviks
terletak diantara uterus dan vagina, dan merupakan pintu masuk keda-
lam uterus karena dapat terbuka atau tertutup yang sesuai dengan siklus
berahi.
Pada saat berahi serviks agak relaks sehingga memungkinkan sper-
matozoa dapat masuk dalam uterus. Kemudian pada saatkebuntingan
maka sel-sel goblet yang terdapat pada cerviks akan memproduksi mucus
dalam jumlah yang besar sehingga dapat mencegah masuknya zat-zat
yang membawa infeksi dari vagina kedalam uterus. Lumen serviks ter-
bentuk dari beberapa gelang-gelang penonjolan dari mucosa cerviks yang
dapat mengecil dengan kuat sekali.
Fungsi cerviks yang utama adalah untuk menutup lumen uteri
sehingga tidak memberi kemungkinan untuk masuknya jasad renik baik
mikroskopis maupun makroskopis. Oleh sebab itu lumen serviks selalu
dalam keadaan tertutup, kecuali pada saat melahirkan dan pada saat
berahi lumen serviks akan membuka sedikit sehingga spermatozoa dapat
masuk.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 6
2.5 Vagina
Vagina adalah bagian saluran reproduksi yang terletak didalam pel-
vis, diantara cerviks dan vulva. Vagina terbagi atas bagian vestibulum yai-
tu bagian ke sebelah luar yang berhubungan dengan vulva dan partio
vaginalis cervics yaitu bagian kesebelah cerviks. Pada ternak betina dara,
terdapat selapus tipis yang merupakan sekat atau batas antara vestibulum
vaginae dan partiovaginalis cercivis, yang disebut Hymen. Vagina berperan
sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopu-
lasi.
2.5 Vulva (Pudendum Femininum)
Vulva adalah bagian eksternal dari genetalia betina yang terentang
dari vagina sampai kebagian yang paling luar. Pertautan antara vulva de-
ngan vagina ditandai oleh orifis uretral eksternal.
Pada berbagai jenis ternak bibir vulva adalah sederhana saja dan
tidak terdiri atas labio mayor dan minor. Kemudian bagian paling bawah
dari vulva terdapat klitoris yang merupakan organ yang asal usul embrio-
nalnya sama dengan penis pada hewan jantan.
3) Organ-organ Reproduksi Unggas Jantan
Gambar 3. Organ Reproduksi Unggas Jantan
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 7
Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari testes, ductus deferens,
dan organ kopulasi yang terdapat dalam kloaka. Unggas jantan berbeda
dari ternak piaraan lainnya karena testes tidak terdapat dalam skrotum
tetapi tetap berada dalam rongga badan dan terletak didekat tulang bela-
kang dekat bagian anterior.
Testis. Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di ab-
dominal kearah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan
berwarna kuning terang. Pada unggas testis tidak seperti hewan lainnya
yang terletak di dalam skrotum. Fungsi testis menghasilkan hormon
kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma.
Saluran Deferens. Saluran deferens jumlahnya sepasang, pada
ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam jantan tua tampak
berkelok kelok. Letak kearah caudal, menyilang ureter dan bermuara pada
kloaka sebelah lateral urodeum.
Alat Kopulasi. Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu
lubang papila kecil yang terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil
ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi. Alat kopulasi ini juga dapat
disebut penis, tetapi pada unggas bentuknya spiral seperti pegas.
4) Organ-organ Reproduksi Unggas Betina
Gambar 4. Organ Reproduksi Unggas Betina
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 8
Organ reproduksi pada unggas adalah ovarium dan oviduct untuk
unggas betina dan testis untuk unggas jantan. Pada unggas betina organ
reproduksi bagian kiri yang berkembang normal dan berfungsi dengan
baik (Nesheim et al., 1972), tetapi untuk bagian kanan mengalami rudi-
meter (Sarwono, 1988).
Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan oviduct. Pada
ovarium terdapat banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri dari infudibu-
lum, magnum, ithmus, kelenjar kerabang telur dan vagina (Nalbandov,
1990). Secara lengkap oviduct dan ovarium digambarkan oleh Nesheim et
al. (1979) seperti tampak pada gambar 18.
4.1 Ovarium
Ovarium terletak pada daerah kranial ginjal diantara rongga dada
dan rongga perut pada garis punggung sebagai penghasil ovum. Ovarium
sangat kaya akan kuning telur atau yang disebut yolk. Ovarium terdiri
atas dua lobus besar yang banyak mengandung folikel-folikel (Nalbandov,
1990). Ovarium biasanya terdiri dari 5 sampai 6 ovum yang telah berkem-
bang dan sekitar 3.000 ovum yang belum masak yang berwarna putih
(Akoso, 1993).
Yolk merupakan tempat disimpannya sel benih (discus germinalis)
yang posisinya pada permukaan dipertahankan oleh latebra. Yolk di-
bungkus oleh suatu lapisan membran folikuler yang kaya akan kapiler
darah, yang berguna untuk menyuplai komponen penyusun yolk melalui
aliran darah menuju discus germinalis. Ovum juga dibungkus oleh suatu
membran vitelina dan pada ovum masak membran vitelina dibungkus
oleh membran folikel. Bagian yolk mempunyai suatu lapisan yang tidak
mengandung pembuluh kapiler darah yang disebut stigma. Pada bagian
stigma inilah akan terjadi perobekan selaput folikel kuning telur, sehingga
telur akan jatuh dan masuk ke dalam ostium yang merupakan mulut dari
infundibulum (Nesheim et al., 1979).
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 9
Gambar 5. Ovarium dari ayam petelur (Nesheim et al., 1979)
Perkembangan kuning telur dimulai setelah oocyt (discus germi-
nalis) berkembang secara perlahan-lahan pada hari ke-10 sampai 8
sebelum ovulasi, dengan adanya penimbunan zat-zat makanan. Pada hari
ke- 7 sampai 4 sebelum ovulasi pembentukan yolk terjadi sangat cepat.
Pada hari ke-7 sampai 6 sebelum ovulasi yolk, sebesar 1/10 kali yolk
masak. Pada hari ke-6 sebelum ovulasi terjadi lapisan konsentris yolk
dan diameter yolk berkembang dari 6 sampai 35 mm. Lapisan konsentris
terdiri dari lapisan putih dan kuning yang dipengaruhi oleh perbedaan
xanthophyl pakan dan periode siang malam. Pada hari ke-4 sebelum
ovulasi yolk sudah berebentuk sempurna seperti pada yolk masak. Pada
hari ke-3 penimbunan komponen yolk mulai lambat dan berhenti sama
sekali pada hari ke-1 sebelum ovulasi dengan diameter sekitar 40 mm
(Nesheim et al., 1979). Proses perkembangan folikel yolk ini dipengaruhi
oleh hormon pituitari setelah terjadinya kematangan seksual pada ayam
betina (Nalbandov, 1990).
Ovarium menghasilkan beberapa hormon pada saat perkembangan-
nya, folikel-folikel pada ovarium ini berkembang karena adanya FSH
(Follicle-Stimulating Hormone) yang diproduksi oleh kelenjar pituitari
bagian anterior (Nesheim et al., 1979). Anak ayam belum dewasa mem-
punyai oviduk yang masih kecil dan belum berkembang sempurna.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 10
Perlahan lahan oviduk akan mengalami perkembangan dan sempurna
pada saat ayam mulai bertelur, dengan dihasilkannya FSH tersebut
(Akoso, 1993).
Setelah ayam dewasa ovarium juga memproduksi hormon estrogen.
Hormon estrogen memacu pertumbuhan saluran reproduksi dan me-
rangsang terjadinya kenaikkan Ca, protein, lemak dan substansi lain da-
lam darah untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang pertum-
buhan tulang pinggul dan brutu. Progresteron juga dihasilkan oleh ova-
rium, yang berfungsi sebagai hormon releasing factor di hipothalamus un-
tuk membebaskan LH dan menjaga saluran telur berfungsi normal
(Akoso, 1993).
4.2 Oviduk
Oviduk terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung
antara ovarium dan uterus. Pada unggas oviduk hanya satu yang ber-
kembang baik dan satunya mengalami rudimeter. Bentuknya panjang
dan berkelok-kelok yang merupakan bagian dari ductus Muller. Ujungnya
melebar membentuk corong dengan tepi yang berjumbai (Nalbandov,
1990). Oviduk terdiri dari lima bagian yaitu: infundibulum atau funnel,
magnum, ithmus, uterus atau shell gland dan vagina (Nesheim et al.,
1979).
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 11
Gambar 6. Organ reproduksi ayam betina (Nesheim et al., 1979)
Oviduk mempunyai struktur yang kompleks untuk menghasilkan
bahan sekitar 40 g (10 g padat dan 30 g air) dalam waktu sekitar 26 jam.
Secara garis besar terdiri lapisan perotoneal eksternal (serosa), lapisan
otot longitudinal luar dan sirkuler dalam, lapisan jaringan pengikat pem-
bawa pembuluh darah dan syaraf, serta lapisan mukosa yang melapisi
seluruh duktus. Pada ayam muda mukosa bersifat sederhana tanpa leku-
kan maupun lipatan. Pada saat mendekati dewasa kelamin serta men-
dapat stimulus dari estrogen dan progresteron, maka oviduk menjadi sa-
ngat kompleks dengan terbentuknya ikatan-ikatan primer, sekunder dan
tersier. Pada puncak aktivitas sekresinya, sel-sel menunjukkan bentuk
variasinya dari kolumner tinggi sipleks sampai kolumner transisional
yang memiliki silia. Oviduk unggas tidak dapat membedakan antara ovum
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 12
dengan benda-benda asing, sehingga akan tetap mensekresikan albumen,
kerabang lunak dan kerabang keras disekitar benda asing tersebut
(Nalbandov, 1990).
4.3 Infundibulum.
Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan mempunyai
panjang sekitar 9 cm (North, 1978). Infundibulum berbentuk seperti
corong atau fimbria dan menerima telur yang telah diovulasikan. Pada
bagian kalasiferos merupakan tempat terbentuknya kalaza yaitu suatu
bangunan yang tersusun dari dua tali mirip ranting yang bergulung
memanjang dari kuning telur sampai ke kutub-kutub telur (Nalbandov
1990). Pada bagian leher infundibulum yang merupakan bagian ka-
lasiferos juga merupakan tempat penyimpanan sperma, sperma juga
tersimpan pada bagian pertemuan antara uterus dan vagina. Penyim-
panan ini terjadi pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi (Sastrodi-
hardjo dan Resnawati, 1999).
Infundibulum selain tempat ovulasi juga merupakan tempat
terjadinya fertilasi. Setelah fertilasi, ovum akan mengalami pemasakkan
setelah 15 menit di dalam infundibulum, dan dengan gerak peristaltik
ovum yang terdapat pada yolk akan masuk ke bagian magnum (Nesheim
et al., 1979).
4.4 Magnum.
Magnum merupakan saluran kelanjutan dari oviduk dan merupa-
kan bagian terpanjang dari oviduk. Batas antara infundibulum dengan
magnum tidak dapat terlihat dari luar (Nalbandov, 1990). Magnum
mempunyai panjang sekitar 33 cm dan tempat disekresikan albumen
telur. Proses perkembangan telur dalam magnum sekitar 3 jam (North,
1978).
Albumen padat yang kaya akan mucin disekresikan oleh sel goblet
yang terletak pada permukaan mukosa magnum dan jumlah albumen
yang disekresikan sekitar 40 sampai 50% total albumen telur.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 13
4.5 Ithmus.
Setelah melewati infundibulum telur masuk ke dalam Ithmus.
Antara ithmus dan magnum terdapat garis pemisah yang nampak jelas
yang disebut garis penghubung ithmus-magnum (Nalbandov, 1990).
Panjang ithmus sekitar 10 cm dan merupakan tempat terben-
tuknya membran sel (selaput kerabang lunak) yang banyak tersusun
dari serabut protein, yang berfungsi melindungi telur dari masuknya
mikroorganisme ke dalam telur (North, 1978). Membran sel yang ter-
bentuk terdiri dari membran sel dalam dan membran sel luar, di dalam
ithmus juga disekresikan air ke dalam albumen. Calon telur di dalam
ithmus selama 1,25 jam (Sastrodihardjo dan Resnawati, 1999).
Dua lapisan membran sel telur saling berhimpit dan ada bagian
yang memisah/melebar membentuk bagian yang disebut rongga udara
(air cell), air cell akan berkembang mencapi 1,8 cm. Rongga udara bisa
digunakan untuk mengetahui umur telur dan besar telur (North, 1978).
4.6 Uterus.
Uterus merupakan bagian oviduk yang melebar dan berdinding
kuat. Di dalam uterus telur mendapatkan kerabang keras yang terben-
tuk dari garam-garam kalsium (Nalbandov, 1990). Uterus (shell gland)
mempunyai panjang sekitar 10 sampai 12 cm dan merupakan tempat
perkembangan telur paling lama di dalam oviduk, yaitu sekitar 18 sam-
pai 20 jam (North, 1978).
Selain pembentukan kerabang pada uterus juga terjadi penyem-
purnaan telur dengan disekresikannya albumen cair, meneral, vitamin
dan air melalui dinding uterus dan secara osmosis masuk ke dalam
membran sel. Pada uterus terjadi penambahan albumen antara 20
sampai 25% (North, 1978).
Deposisi kalsium sudah terjadi sebagian kecil di ithmus dan
dilanjutkan di uterus. Deposisi terjadi pada bagian inner shell, lapisan
mammillary (berupa kristal kalsit) yang membetuk lapisan material
berongga. Komposisi komplit dari kerabang telur berupa kalsit (CaCO3),
dan sedikit sodium, potasium dan magnesium (North, 1978).
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 14
Formasi terbentuknya kerabang telur dengan adanya ketersediaan
ion kalsium dan ion carbonat didalam cairan uterus yang akan mem-
bentuk kalsium karbonat. Sumber utama ion karbonat terbentuk kare-
na adanya CO2 dalam darah hasil metabolisme dari sel yang terdapat
pada uterus, dan dengan adanya H2O, keduanya dirombak oleh enzim
carbonic anhydrase (dihasilkan pada sel mukosa uterus) menjadi ion
bikarbonat yang akhirnya menjadi ion karbonat setelah ion hidrogen
terlepas. Beberapa hubungan antara kalsium dalam darah, CO2 dan ion
bikarbonat di dalam uterus dalam peristiwa pembentukan kerabang
telur dapat dilihat pada gambar 19. Untuk itu pada ayam petelur perlu
diperhatikan bahwa kebutuhan kalsium terutama harus disediakan
pada pakan, karena jika kekurangan kalsium akan mengambil dari
cadangan kalsium pada tulang (Nesheim et al., 1979).
Gambar 7. Pembentukan kerabang telur dalam uterus (Nesheim et al., 1979)
Pembentukan kerabang juga diikuti dengan pewarnaan kerabang.
Warna dominan dari kerabang telur adalah putih dan coklat, yang
pewarnaannya tergantung pada genetik setiap individu (North, 1978).
Pigmen kerabang (oopirin) dibawa oleh darah (50 –70%) dan disekresi-
kan saat 5 jam sebelum peneluran. Pembentukan kerabang berakhir de-
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 15
ngan terbentuknya kutikula yang disekresikan sel mukosa uterus beru-
pa material organik dan juga mukus untuk membentuk lapisan selu-
bung menyelimuti telur yang akan mempermudah perputaran telur ma-
suk ke vagina. Pada kutikula terdapat lapisan porus yang berguna un-
tuk sirkulasi air dan udara.
4.7 Vagina.
Bagian akhir dari oviduk adalah vagina dengan panjang sekitar 12 cm
(North, 1978). Telur masuk ke bagian vagina setelah pembentukan oleh
kelenjar kerabang sempurna (di dalam uterus). Pada vagina telur hanya
dalam waktu singkat dan dilapisi oleh mucus yang berguna untuk menyum-
bat pori-pori kerabang sehingga invasi bakteri dapat dicegah. Kemudian
telur dari vagina keluar melalui kloaka (Nalbandov, 1990).
4.8 Kloaka
Kloaka terdiri dari 3 bagian, yaitu kuprodeum atau saluran keluarnya
feses, urodeum atau saluran keluarnya urin dan protodeum atau saluran
keluarnya sperma atau sel telur (Frandson, 1992). Telur juga dikeluarkan
lewat kloaka yang bermuara di protodeum. Meningkatnya kandungan pro-
tein dalam pakan dengan kandungan energi yang sama dapat mening-
katkan produksi telur, tetapi tidak berpengaruh terhadap berat telur. Be-
rat telur yang berkurang diantaranya disebabkan oleh defisiensi protein
dan asam amino untuk pembentukan sebutir telur. Selain faktor tersebut
berat telur juga dipengaruhi oleh genetik ayam, dimana ayam buras yang
mempunyai kemampuan genetik rendah hanya akan mampu menghasil-
kan berat telur optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya (Nasution
dan Adrizal, 2009).
5) Organ-organ Reproduksi Aneka Ternak Jantan dan Betina
Sistem reproduksi tersusun atas sistem genital interna dan eksterna.
Pada hewan betina organ interna berupa sepasang ovarium dan uterus.
Ovarium terletak sebelah kaudal dari ren dan didalamnya terdapat folikel-
folikel Graaf berbentuk gelembung. Uterus berjumlah sepasang dan
berkelok-kelok dan terbagi atas infundirambutm, tuba, dan uterus. Organ
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 16
ksterna tersusun atas vagina, vulva, labium majus, labium ninus, dan
clitoris (Tim Dosen anatomi hewan UGM).
Gambar 7a. Sistem reproduksi pada kelinci Lepus nigricollis) betina
(kiri), jantan (Kanan) (Grove dan Newel, 1942).
Gambar 7b. Anak kelinci (Lepus nigricollis) yang baru dilahirkan
(Hustamin, 2006).
Kelinci terkenal karena kemampuan reproduksinya, yang betina
berevolusi segera setelah senggama sehingga pembuahan terjamin. Selain
itu kelinci betina mempunyai sistem reproduksi yang istimewa, yaitu
mampu mengandung 2 rumpun anak sekaligus karena memiliki rahim
ganda. Pembuahan pada rahim yang 1 tidak menghalangi ovulasi pada
rahim yang satunya lagi. Gejala ini disebut Superfetasi, dan meskipun
langka dianggap cukup sering terjdi (Oliver, 1984). Sedangkan pada jantan
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 17
memiliki organ reproduksi interna dan eksterna. Pada organ interna terdiri
dari testis dan epididimis. Testis terdapat sepasang yang terletak dalam
scrotum. Testis merupakan pengahasil sperma terus dikeluarkan melalui
epididimis yang merupakan tempat pematangan kemudian ke vasdeferens.
Sedangkan pada organ eksterna berupa penis. Penis ini merupakan
merupakan alat kopulasi dan tersusun dari corpus cavernosusm penis dan
corpus gavernosum urethrae. Disamping itu juga terdapat kelenjar-
kelenjar yang membantu sistem reproduksi (Kastawi, 1992). Pemaparan
tersebut sebagaimana yang telah dilakukannya pengamatan dengan
menghasilkan hasil seperti itu pula.
6) Organ Pelengkap (Assesorris )
Organ tambahan mempunyai hubungan dengan saluran pencernaan
dengan adanya suatu duktus yang berfungsi sebagai saluran untuk me-
ngekskresikan material dari organ tambahan ke saluran pencernaan yang
berguna untuk kelancaran proses pencernaan pakan. Ada tiga organ pen-
cernaan tambahan yaitu hati, pankreas dan limpa (North, 1978).
Hati
Hati terletak diantara gizzard dan empedu, berwarna kemerahan dan
terdiri dari dua lobus, yaitu lobus dexter dan sinister. Hati mengeluar-
kan cairan berwarna hijau kekuningan yang berperan dalam mengemulsikan
lemak (North, 1978). Cairan tersebut tersimpan di dalam sebuah kantung
yang disebut kantung empedu yang terletak di lobus sebelah kanan. Makanan
yang berada pada duodenum akan merangsang kantung empedu untuk
mengkerut dan menumpahkan cairan empedu (Akoso, 1993).
Hati juga menyimpan energi siap pakai (glikogen) dan menguraikan hasil
sisa protein menjadi asam urat yang dikeluarkan melalui ginjal (Lehninger,
1994).
Pankreas
Pankreas terletak pada lipatan duodenum. Pankreas mensekresikan
cairan pankreas ke duodenum melalui ductus pancreaticus dan menghasilkan
enzim yang mendigesti karbohidrat, lemak dan protein (North, 1978).
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 18
Limpa
Limpa berbentuk agak bundar, berwarna kecoklatan dan terletak pada
titik antara proventriculus, gizzard dan hati (Jull, 1971). Fungsi dari limpa
sampai sekarang belum diketahui, hanya diduga sebagai tempat untuk
memecah sel darah merah dan untuk menyimpan Fe dalam darah.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 19
FISIOLOGI REPRODUKSI TERNAK
A. Jenis-jenis Hormon Reproduksi dan Kelenjar yang Memproduksinya
serta Mekanisme Kerja Hormon Reproduksi
Kelenjar endokrin merupakan organ spesifik yang menghasilkan suatu
produk kimia disebut hormon. Hormon tersusun dari beberapa substansi
kimia seperti protein, steroid dan substansi lain akan dilepas ke dalam aliran
darah dan ditransportasikan untuk meningkatkan, menurunkan atau mem-
berikan efek metabolik terhadap fungsi organ (North, 1978).
Pusat rangsangan syaraf yang mempengaruhi kerja hormon pada
unggas terdapat pada hipothalamus. Rangsangan syaraf dari luar akan di-
transformasikan menuju hipothalamus sehingga hipothalamus akan men-
sekresikan hormon- releasing factor (HRS). HRS yang dihasilkan hipothalamus
akan mengatur regulasi hormon yang dihasilkan oleh pituitari pars an-
terior/PPA (anterior pars pituitary). PPA memproduksi hormon yang sifatnya
dapat mengatur kerja dari beberapa kelenjar endokrin. Beberapa hormon yang
disekresikan PPA antara lain Thyroid-stimulating hormone (TSH), Adrenocor-
ticotrophic hormone (ACTH), dan dua dua jenis Gonadotrophic hormone (GTH)
yang masing-masing berefek pada aktivitas kelenjar tiroid, kelenjar adrenal
dan kelenjar kelamin dan juga menghasilkan Growth hormone (GH) yang me-
ngatur pertumbuhan tubuh unggas. Beberapa kelenjar tersebut akan terang-
sang untuk menghasilkan hormon tertentu yang mempunyai fungsi tertentu
(Nesheim et al., 1979).
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 20
Gambar 8. Hubungan antara sistem syaraf, kelenjar endokrin dan
sistem reproduksi unggas jantan dan betina (Nesheim et al., 1979).
Fungsi Beberapa Hormon
Hormon tiroid mempengaruhi tingkat metabolisme, pertumbuhan bulu
dan pewarnaan bulu, hormon produk sekresi dari kelenjar adrenal mempe-
ngaruhi metabolisme mineral dan karbohidrat serta mengurangi stres, hipo-
tiroid mempunyai karateritik terhadap pertumbuhan bulu lambat dan kemun-
duran aktivitas reproduksi. Hormon pada saluran gastrointestinal dapat me-
ngatur pengeluaran cairan pada proventrikulus dan pankreas, mengatur kon-
traksi limpha dan perpindahan pakan unggas karena kontraksi pada saluran
digesti. Insulin dan glucagon yang dihasilkan oleh Langerhans dan sel Beta
pada pankreas mengatur metabolisme karbohidrat. Kelenjar parathiroid dan
ultimobranchial body mensekresikan hormon yang mengatur deposisi kalsium
pada tulang dan kerabang telur. Hormon yang dihasilkan oleh pituitari pars
posterior PPP (pars posterior pituitary) mengatur regulasi tekanan darah dan
keseimbangan air pada ayam petelur (Nesheim et al., 1979). Hormon juga me-
ngatur sistem reproduksi pada unggas (gambar 16).
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 21
Tabel 2 . Kelenjar endokrin beserta hormon yang dihasilkan dan fungsinya
Kelenjar Hormon Fungsi
Testis Androgen Perkembangan karakter sekunder.
Produksi sperma (spermatogenesis).
Tingkah laku reproduksi.
Ovarium  Estrogen
 Progesteron
 Androgen
 Perkembangan karakter sekunder.
Pigmentasi bulu.
Perkembangan oviduk.
 Mengatur keseimbangan PPA.
Pengaturan oviduk bersama estrogen
pada gerak peristaltik dan sekresi.
 Pertumbuhan comb.
PPA FSH (Follicle Stimu-
lating Hormone)
LH (Luteinizing Hor-
mone)
LTH (Luteotropic
Hormone)/Prolaktin
TH (Thyrotropic Hor-
mone)
ATH (Adrenotropic
Hormone)
GPH (Growth Pro-
moting Hormone)
 Stimulasi perkembangan folikel (calon
telur) dalam ovarium
 Proses ovulasi.
 Proses mengeram.
 Stimulasi glandula tiroid.
 Stimulasi glandula adrenal.
 Stimulasi proses pertumbuhan bulu.
PPP  Oksitosin/Pitosin
 Vasopresin/Pitesin
Kontraksi saluran darah.
Metabolisme sel.
Tiroid Tiroksin Proses pertumbuhan bulu.
Paratiroid Parathormon Peningkatan Ca darah (untuk kera-
bang).
Adrenal  Adrenalin
 Cortin
o Vasokontraktor (menaikkan tekanan
darah dan stimulir kegiatan jantung).
o Fasilator konversi protein menjadi
KH.
Langerhans Insulin Metabolisme KH (pengeluaran energi
dan cadangan energi).
B. Pubertas pada Ternak
Suatu proses reproduksi akan berlangsung secara periodik dan terus
menerus akan dimulai sejak tenak tersebut mengalami pubertas atau de-
wasa kelamin. Pada saat itu ternak sudah dapat menghasilkan keturunan
karena pada saat itu organ reproduksinya telah mampu memproduksi
gamet-gamet yang masak. Jadi pubertas pada ternak adalah suatu periode
dalam kehidupan makhluk jantan atau betina dimana proses-proses repro-
duksi mulai terjadi. Pada saat inilah maka organ-organ reproduksi mulai
berfungsi. Pada ternak, pubertas ditandai dengan adanya keinginan ternak
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 22
tersebut untuk melakukan perkawinan. Umur dewasa kelamin pada setiap
jenis ternak tidak sama. Umur dewasa kelamin ini juga tergantung pada
keadaan iklim, keadaan makanan, heriditas dan tingkat pelepasan hormon.
Umur dewasa kelamin pada jenis ternak tertentu dapat dilihat pada
Tabel 3. Umur Dewasa Kelamin pada Berbagai Jenis Ternak
Jenis ternak Umur Pubertas Variasi
Sapi
Kuda
Domba
Kambing
Kerbau
babi
12 bulan
18 bulan
8 bulan
8 bulan
24 bulan
6 bulan
6-24 bulan
10-24 bulan
4-12 bulan
4-12 bulan
12- 40 bulan
4-8 bulan
Pada semua ternak bahwa dewasa kelamin akan tercapai pada saat
dewasa tubuh tercapai. Pada saat ini ternak sudah mampu untuk melaku-
kan perkawinan, tetapi pada saat itu tubuhnya belum mampu untuk mela-
kukan proses reproduksi selanjutnya seperti bunting, melahirkan dan me-
nyusui. Pada saat itu tubuhnya masih dalam proses pertumbuhan, sehing-
ga apabila ternak tersebut bunting maka tubuhnya harus menyediakan
makanan untuk pertumbuhan dirinya dan pertumbuhan anak yang dikan-
dungnya. Apabila hal ini terjadi maka kemungkinankemungkinan yang ti-
dak diinginkan akan terjadi seperti terjadi kematian baik pada induk mau-
pun anaknya, akan melahirkan anak-anak yang cacat atau lemah, kecil dll.
Untuk menghindari hal-hal tersebut diatas maka sebaiknya perkawinan
hendaknya ditangguhkan beberapa saat sampai tubuhnya cukup dewasa
atau dewasa tubuh telah tercapai.
C. Oogenesis dan Spermatogenesis
Spermatogenesis, artinya proses pembentukan sperma. Proses ini
terjadi di dalam alat genital pria, yakni testis. Pembentukan sperma ini
dimulai pada saat pubertas, ketika produksi hormon gonadotropin sudah
cukup maksimal untuk merangsang pembentukan spermatozoa.
Pada mulanya, diwaktu masih dalam kandungan, sel-sel germinal
primordial tampak pada tingkat perkembangan yang dini di antara sel
endoderm di dinding kantung kuning telur di dekat allantois. Kemudian
pada minggu ke-3 masa janin, mereka akan bermigrasi ke rigi urogenital
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 23
yang saat itu tumbuh di daerah lumbal. Semenjak dari dalam kandungan
sampai masa pubertas nanti, sel-sel germinal primordial ini akan me-
ngalami fase istirahat, sampai suatu saat ketika lumen tubulus seminiferus
telah sempurna dibentuk pada pubertas, mereka akan berdiferensiasi
menjadi spermatogonia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, spermatog-
onia itu berasal dari sel-sel germinal primordial tersebut.
Spermatogonia tipe A adalah spermatogonia awal yang dibentuk.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, saat ini diketahui bahwa
spermatogonia tipe A ini akan mengalami serangkaian fase pembelahan
secara mitosis, dan akhirnya membentuk spermatogonia tipe B.
Spermatogonia tipe B ini kemudian yang akan bergerak ke lumen, termo-
difikasi dan membesar membentuk spermatosit primer. Spermatosit primer
nantinya akan semakin ke arah lumen sambil membelah secara miosis
menjadi spermatosit sekunder. Pada fase miosis pertama ini (atau miosis I),
proses yang berlangsung cukup lama adalah pada tahap profase I, yakni
sekitar 22 hari. Sedangkan proses selanjutnya yakni metafase, anafase dan
telofase berlangsung dengan cepat.
Setelah terbentuk spermatosit sekunder, alamiahnya ia akan
langsung membelah kembali secara miosis (atau miosis II) menjadi sperma-
tid. (Inilah mengapa secara histologis sel spermatosit sekunder jarang
ditemukan dalam preparat histologi). Spermatid yang dihasilkan sekarang
telah haploid, atau memiliki setengah dari kromosom induknya (sperma-
tosit primer).
Langkah selanjutnya adalah tahap dimana spermatid berdiferensiasi
menjadi spermatozoa. Proses ini secara keseluruhan dikenal dengan
spermiogenesis. Spermiogenesis terdiri dari empat tahapan:
1. Pembentukan akrosom, yaitu pelindung kepala sperma yang menutupi
separoh permukaan nukleus sperma dan berisi enzim-enzim yang
diperlukan untuk menembus lapisan-lapisan sel telur pada saat
fertilisasi. (contohnya, enzim hyaluronidase dan proteolitik).
2. pemadatan inti/kondensasi nukleus.
3. pembentukan leher, badan tengah dan ekor dari sperma
4. penglepasan sitoplasma yang tersisa menjadi bahan residu yang
kemudian difagosit oleh sel sertoli.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 24
Hasil akhir dari spermatogensis adalah spermatozoa yang haploid (n),
dimana 1 spermatosit primer menghasilkan 4 spermatozoa. Proses ini ber-
langsung di dalam testis lebih kurang selama 64 hari, dimana sebenarnya
spermatozoa yang terbentuk adalah sekitar 300 juta sel spermatoza baru
setiap hari.
Gambar 8: Proses pembelahan spermatogesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel; telur. Mula-mula
dalam ovarium terjadi oosit primer yang kemudian membelah tidak
sama besar dan terbentuk oosit sekunder (yang besar) dan benda kutub
(yang kecil). Inti kedua sel tersebut sebenarnya sama besar, tetapi
berbeda dalam jumlah plasma sel
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 25
Gambar 9: Proses Pembelahan Oogenesis
1. Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm
embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke
epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan
intrauteri (dalam kandungan). Masing-masing sel kelamin
primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang
melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-
sama membentuk folikel primordial.
2. Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium
dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel
primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan
selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai
pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan
proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya
terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 26
3. Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n).
Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan
jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom
yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua
kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.
4. Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami
pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum
membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang
masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih
besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma,
sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan
polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat mem-
belah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom
haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi
pertukaran kromatid dan bahan genetiknya.
5. Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala
spermatozoa menembus zona pellucida oosit. Oosit sekunder
membelah membentuk ootid yang akan berdiferensiasi menjadi
ovum dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan
polar dan satu ovum masak, semua mengandung bahan genetik
yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami
degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai
mengalami perkembangan embrional
D. Siklus Berahi/Estrus pada Ternak
Ternak-ternak betina menjadi birahi pada interval waktu yang te-
ratur, namun berbeda dari spesies satu ke spesies yang lainnya (Frandson,
1993). Interval antara timbulnya satu periode birahi ke permulaan periode
berikutnya disebut sebagai suatu siklus estrus. Siklus estrus pada da-
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 27
sarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu ; proestrus, estrus,
metestrus, dan diestrus (Marawali, dkk., 2001).
Berikut ini adalah konsentrasi hormon dalam darah selama siklus
estrus.
Gambar 10. Hormon dalam Darah Selama Siklus Estrus (Anonim, 2008a)
1. Proestrus
Proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan merosotnya
progesteron serta melanjut sampai terjadinya fase estrus selama 1-3 hari
(Anonim, 2003a ). Akibat kehilangan hambatan progesteron, GnRH me-
ningkat dan menyebabkan stimulasi LH dan FSH. FSH menyebabkan ma-
turasi akhir folikel yang tumbuh. Folikel yang tumbuh menghasilkan
estrogen oleh sel-sel granulosa dan sel theka interna. Fase ini dianggap
sebagai fase penumpukan. Dalam fase ini folikel ovarium dengan ovumnya
yang menempel membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel
yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel ke dalam
aliran darah merangsang peningkatan vaskularisasi dan pertumbuhan sel
genital dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang terjadi
(Frandson, 1993).
2. Estrus
Estrus didefinisikan sebagai periode waktu ketika betina resepsif
terhadap jantan dan akan membiarkan untuk dikawini (Anonim, 2003a).
Menurut Frandson (1993), fase estrus ditandai dengan sapi yang berusaha
dinaiki oleh sapi pejantan, keluarnya cairan bening dari vulva dan pe-
ningkatan sirkulasi sehingga tampak merah.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 28
Lama estrus pada sapi sekitar 12-24 jam (Putro, 2008). Estrus pada
sapi biasanya berlangsung selama 12 – 18 jam. Variasi terlihat antar
individu selama siklus estrus, pada sapi-sapi di lingkungan panas mempu-
nyai periode estrus yang lebih pendek sekitar 10-12 jam (Anonim, 2003a).
Selama atau segera setelah periode ini, terjadilah ovulasi. Ini terjadi dengan
penurunan tingkat FSH dalam darah dan penaikan tingkat LH. Sesaat
sebelum ovulasi, folikel membesar dan turgid serta ovum yang ada di situ
mengalami pemasakan. Estrus berakhir kira-kira pada saat pecahnya foli-
kel ovari atau terjadinya ovulasi (Frandson, 1993).
3. Metestrus
Metestrus adalah fase pasca ovulasi di mana corpus luteum ber-
fungsi. Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjangnya LTH (Lu-
teotropik Hormon) yang disekresi oleh adenohipofisis. Selama periode ini
terdapat penurunan estrogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh
ovari (Frandson, 1993).
Selama meteestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel
mulai terisi dengan darah. Darah membentuk struktur yang disebut
korpus hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari, korpus hemoragikum mulai
berubah menjadi jaringan luteal, menghasilkan korpus luteum atau CL.
Fase ini sebagian besar berada dibawah pengaruh progesteron yang diha-
silkan oleh korpus luteum (Guyton, 1994). Pada masa ini terjadi ovulasi,
kurang lebih 10-12 jam sesudah estrus, kira-kira 24 sampai 48 jam sesu-
dah birahi. Metestrus terjadi 2-4 hari pada siklus estrus (Anonim, 2003a).
4. Diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus berahi,
korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap sa-
luran reproduksi menjadi nyata (Marawali, dkk.,2001). Pada sapi dimulai
kira-kira sampai hari ke-5 siklus, ketika suatu peningkatan progesteron
dalam darah dapat dideteksi pertama kali, dan berakhir dengan regresi
corpus luteum pada hari 16 dan 17 (Anonim, 2003a).
Berikut ini adalah keadaan korpus luteum dan folikel pada ovarium
sapi selama siklus estrus.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 29
Gambar 11. Keadaan korpus luteum dan folikel pada ovarium sapi selama
siklus estrus. (Anonim, 2007)
E. Ovulasi dan Fertilisasi
1. OVULASI
Ovulasi adalah Ovulasi adalah interaksi dari hipotalamus – hipofise –
ovarium dan endometrium.
Ovarium memiliki 2 peran utama :
1.Fungsi endokrin untuk menghasilkan estrogen dan progesteron dalam
rangka mempersiapkan uterus untuk menerima hasil konsepsi
2.Gametogenesis dan ovulasi
Proses Ovulasi
 Perkembangan folikel ovarium terjadi sebagai akibat dari stimulasi hor-
mon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise
 Hipotalamus dan hipofise merupakan organ yang saling terkait. Secara
bersama-sama keduanya mengatur struktur dan fungsi ovarium melalui
siklus menstruasi.
 Hipotalamus menghasilkan GnRH - Gonadotropin Releasing Hormone
yang selanjutnya akan merangsang produksi FSH – follicle stimulating
hormone dan LH – Luteinizing Hormone
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 30
Gambar 12: Ovulasi Ovarium
Proses Ovulasi di Pengaruhi Oleh Kendali Hipofisis. Perubahan dalam
ovarium terutama dikendalikan oleh hipofise anterior yang menghasilkan
produksi 3 hormon utama :
1. FSH – follicle stimulating hormone, yang merangsang pertumbuhan foli-
kel ovarium
2. LH – Luteinizing Hormone, yang menyebabkan ovulasi dan menyebab-
kan luteinisasi sel granulosa setelah ovulasi
3. Prolactine
Pada akhir siklus menstruasi kadar estrogen rendah. Rendahnya
kadar estrogen ini merangsang produksi FSH oleh hipofise. Selanjutnya
FSH menstimulasi pertumbuhan sejumlah folikel ovarium. Folikel yang
terstimulasi akan meningkatkan kadar kadar estrogen dan kenaikan kadar
estrogen dapat mempengaruhi hipofisis sehingga menyebabkan penurunan
kadar FSH ( proses umpan balik negatif ).
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 31
Gambar 13: Kadar FSH dan LH
Pada sebagian besar kasus, dari 10 – 20 folikel tumbuh dibawah
pengaruh FSH namun hanya satu diantaranya (folikel dominan) yang dapat
tumbuh cukup besar dan memiliki densitas reseptor FSH yang cukup
memadai sehingga dapat memberikan respon dengan rendahnya kadar FSH
sehingga dapat terus berkembang sampai tahapan ovulasi.
Kadar estrogen terus meningkat. Pada pertengahan siklus
menstruasi situasi ovarium mengendalikan adanya perubahan fungsi
hipofise. Peningkatan kadar estrogen yang terjadi akan menyebabkan
terjadinya „surge‟ kadar FSH dan LH ( proses umpan balik positif ). Peristiwa
ini akan memicu terjadinya ovulasi. Peranan LH dalam hal ini adalah
untuk :
o Menyebabkan adanya produksi prostaglandin dan ensim proteolitik
lokal sehingga dapat terjadi ekstrusi sel telur dari folikel yang telah
matang
o Pertumbuhan corpus luteum sehingga menghasilkan progesteron.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 32
2. FERTILISASI
Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua
gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk
membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya
melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan
bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri
fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada
dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid. Bilamana
keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut
isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk
maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih
besar) dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa
tumbuhan, hewan, dan sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita
dan semua antofita, gametnya tidak berflagel, dan polen tube terlibat
dalam proses dari fertilisasi.
Gambar 14: Proses Bertemunya Sel Sperma dengan Sel Telur
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 33
F. Implantasi
Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil
konsepsi ke dalam endometrium. Pada akhir minggu pertama ( hari ke 5
sampai ke 7 ) zygot mencapai cavum uteri. Pada saat itu uterus sedang
berada dalam fase sekresi lendir dibawah pengaruh progesteron dari kor-
pus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan endometrium dinding rahim
menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir
rahim yang terbuka dan aktif. Kontak antara zigot stadium blastokista
dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuskan berbagai
reaksi seluler, sehingga sel – sel trofoblast zigot tersebut akan menempel
dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus ( terjadi
implantasi).
Setelah implantasi, sel– sel trofoblas yang tertanam di dalam
endometrium terus berkembang membentuk jaringan bersama dengan
sistem pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian
berfungsi sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas
yang akan tumbuh menjadi janin.
Gambar 15: proses perkembangan dan perjalanan ovum dari ovarium
sampai kavum uteri
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 34
Keterangan :
A : Oosit tidak bersegmen
B : Fertilisasi
C : Terbentuk pro-nuklei
D : Pembelahan kumparan pertama
E : Stadium 2 sel
F : Stadium 4 sel
G : Stadium 8 sel
H : Morula
I & J : Pembentukan blastokista
G. Proses Pembentukan Telur.
Telur pada unggas mengandung banyak zat-zat makanan untuk
persediaan perkembangbiakan embrio pada masa penetasan. Telur tidak
ubahnya susu pada mamalia adalah hasil sekresi dari sistem reproduksi
dan mekanisme endokrin, metabolik dan kimia faali. Bertelur sama dengan
mekanisme laktasi. Telur unggas lebih besar dari pada telur mamalia,
karena telur unggas harus mengandung makanan untuk perkembangan
embrionik selama pertumbuhan di luar tubuh induk. Embrio unggas
sangat tergantung pada zat makanan yang terdapat dalam telur. Karena itu
lemak dari sudut kalori lebih pekat dari pada gula, maka telur lebih kaya
akan lemak dari pada gula (dibandingkan dengan susu) (Anggorodi, 1984).
1. Yolk / Kuning telur
Kuning telur terdiri dari badan berbentuk bola besar, dari 25 sampai
150 μm garis tengah, yang terbagi-bagi adalah dalam suatu tahapan yang
berkelanjutan. Yolk yang kecil ukurannya sangat kecil diperkirakan
berdiameter sekitar 2 μm. Kuning telur berisi hanya sekitar 50% air. Sisa
terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan 1: 2; lipid yang ada da-
lam bentuk lipoprotein (Bell dan Freeman, 1971). Lebih lanjut menyatakan
pada umumnya sintesis protein kuning telur berasal dari hati atas rang-
sangan hormon oestrogen. Kemudian diangkut oleh darah nemuju indung
telur (ovarium).
Dalam ovarium ayam petelur mengandung 1000 sampai 3000 folikel,
ukurannya sangat bervariasi dari ukuran mikrokopik sampai sebesar satu
kuning telur. Kuning telur yang lebih kecil mulai tumbuh dengan cepat
sekitar 10 hari sebelum dilepaskan ke dalam infundibulum. Kuning telur
diliputi oleh suatu membran folikuler, yang menempelkannya pada ovari.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 35
Membran ini memiliki suatu bagian yang terlihat hanya sedikit mengan-
dung pembuluh darah. Bagian atau daerah itu disebut stigma. Inilah
tempat dimana kuning telur robek dan melepaskan ovum pada saat
ovulasi. Karena zat-zat makanan disalurkan melalui membran folikuler dari
aliran darah menuju ke ovum, sejumlah darah kadang-kadang dilepaskan
bersama-sama kuning telur itu karena tempat pecahnya tidak selalu tepat
pada stigma. Inilah yang kadang menyebabkan munculnya suatu blood
spot di dalam telur (James Blakely dan David, 1985).
2. Reproduksi pada ayam
Pola reproduksi pada ayam berbeda dengan mamalia terutama
beberapa segi yang terpenting, ayam bertelur dengan berirama bertelur,
yaitu bertelur satu atau lebih pada hari yang berurutan, kemudian diikuti
satu hari istirahat. Ayam yang prolefik bertelur 5 butir atau lebih dalam
satu irama bertelur (clutch). Timbulnya clutch dikarenakan pembentukan
telur diburuhkan total waktu 25 – 26 jam dan ovulasi berikutnya pada
clutch yang sama terjadi 30 – 60 menit setelah ovulasi telur sebelumnya.
Jadi karena ovulasi tidak terjadi secara teratur setiap siklus 24 jam, maka
waktu ovulasi hari berikutnya pada clutch yang sama akan terlambat
(Nalbandov, 1990).
3. Pengendalian Hormon Bertelur.
Reproduksi burung adalah yang berkaitan dengan sistem pengen-
dalian pada ayam yang sedang bertelur, yang disebut hierarki folikuler
yakni gradasi berat dan ukuran folikel. Hanya satu folikel yaitu yang
terbesar yang menjadi masak dan di ovulasikan dalam waktu satu hari,
segera setelah folikel ini pecah, kemudian nomor 2 terbesar tumbuh
menjadi besar, demikian seterusnya peristiwa tersebut terjadi berurutan.
Rincian permainan hormonal antara ovarium dengan sistem hipotalamus-
hipofiseal unggas semuanya jelas, kecuali kita ketahui benar-benar ialah
bahwa ovarium burung secara total tergantung pada hormon Gonadotrofik
yang berasal dari pituitari. Telah diketahui bahwa hipotalamus dalam
pengendalian pelapisan LH dan FSH hipofisa. Diakuinya hipotalamus
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 36
melalui cara pembedahan, tepatnya pada nuklei praoptik di daerah para-
ventrikuler, ternyata dapat menghentikan ovulasi (Nalbandov, 1990).
4. Oviduk.
Setelah ovulasi ovum ditangkap oleh fimbria dan masuk kedalam
infundibulum kuning telur akan berdiam kurang lebih selama ¼ jam dan
dibagian ini terjadi pertemuan dengan sel jantan, setelah itu diteruskan ke
magnum (Rasyaf, 1992). Lebih lanjut Nalbandov, (1990) menuliskan bahwa
disini telur menerima lapisan albumen. Sekresi albumen pada magnum
yang dikontrol oleh dua hormon. Hormon estrogen yang fungsi utamanya
menyebabkan perkembangan anatomi dan perkembangan kelenjar seluruh
oviduk, tetapi estrogen saja tidak dapat menyebabkan pembentukan calon
albumen dalam kelenjar, atau sekresi albumen sendiri ke dalam lumen
magnum. Hormon yang kedua dibutuhkan untuk kepentingan kedua-
duanya, baik pembentukan atau sekresi albumen.
Androgen dan progesteron yang kedua-duanya beraksi terhadap
magnum yang berkembang karena estrogen, dapat menyebabkan
pertumbuhan granula albumen dan pelepasan granula ini ke dalam lumen.
Setelah pertumbuhan magnum yang di prakarsai oleh estrogen dan
pembentukan granula albumen yang disebabkan baik androgen ataupun
progesteron, satu peristiwa lagi masih tertinggal yaitu sekresi albumen
kedalam lumen. Hal ini biasanya terpicu oleh adanya benda asing di
magnum , apakah itu ovum ataukah benda asing yang berada dalam
magnum.
Setelah mendapat albumen dalam perjalanan di magnum selama 2,5
jam atau 3 jam, telur bergerak ke isthmus, disini disekersikan kerabang
lunak. Bagian oviduk ini secara histologis berbeda dengan magnum tetapi
dikontrol oleh hormon yang sama, yang beraksi dengan cara yang sama
dan dalam rangkaian tahap yang sama, seperti yang terjadi pada magnum.
James Blakely dan David, (1985)mengemukakan di daerah isthmus
mendapat pelapisan membran yaitu membran luar dan membran dalam,
dalam keaadaan normal masing-masing membran menempel, kecuali pada
suatu tempat dimana membran tersebut berpisah yaitu pada ujung tumpul
telur. Perpisahan kedua membran tersebut membentuk suatu rongga
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 37
udara. Telur tinggal di isthmus selama kurang lebih 1,5 jam dan setelah
menerima kerabang lunak dan air, dikuatkan oleh Rasyaf (1992) dibagian
ini ditambahkan pula Natrium, Kalsium dan garam. Telur tersebut
bergerak ke kelenjar kerabang atau yang dinamakan pula uterus, telur
tinggal di daerah ini selama kurang lebih 22 jam, dan kerabang kapur
disekresikan menyelubungi (Nalbandov, 1990).
Tabel 4. Rataan panjang bagian pembentukan telur dan lama waktu
proses berjalan
Bagian Panjang (cm) Waktu (jam)
Infundibulum 11,0 0,25
Magnum 33,6 3,00
Isthmus 10,6 1,25
Uterus 10,1 20,15
Vagina 6,9 0,15
Sumber : Rasyaf 2003
5. Pengeluran Telur (Oviposisi).
Dalam kondisi normal telur dibentuk bagian tumpul terlebih
dahulu. Jika induk tidak terggangu pada saat bertelur, sebagian besar
telur akan dikeluarkan dengan ujung tumpul lebih dulu. Hal ini tidak
diketahui secara pasti sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat sebelum
dikeluarkan, telur diputar secara horisontal (tidak ujung ke ujung), 180
derajat sesaat sebelum telur itu dikeluarkan. Ovulasi pada ayam secara
normal terjadi 30 menit setelah telur dikeluarkan. Interval waktu dapat
bervariasi antara 7 sampai 74 menit (James Blakely dan David, 1985).
Lebih lanjut menyatakan pengeluaran telur dirangsang oleh cahaya
sehingga merangsang dan meningkatkan suplai FSH. Hormon ini pada
gilirannya melalui aktivitas ovari mengakibatkan terjadinya ovulasi dan
oviposisi.
6. Sifat Mengeram.
Induk ayam mengeram diakibatkan oleh pengaruh hormon
prolaktin dari pituitari anterior, ayam menghabiskan waktu dengan
duduk diatas sarang dan menetaskan serta mengasuh anak-anaknya.
Bila sifat keibuan ini demikian kuat sehingga induk ayam terus
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 38
menerus duduk diatas sarang, hal ini merugikan karena pada saat
mengeram ayam tidak memproduksi telur (James Blakely dan David,
1985).
H. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio pada Ternak
a) Ternak Ruminansia
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan
embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah
mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi
pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis
disebut sebagai sel embriogenik.
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan
menjadi 2 tahap yaitu :
a. Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk
hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi
sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.
b. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum
dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembela-
han sel (cleavage).
Secara umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui
beberapa fase, antara lain:
1. Sel tunggal (yang telah dibuahi)
2. Blastomer
3. Blastula
4. Gastrula
5. Neurula
6. Embrio / Janin
Tahapan fase embrionik yaitu :
a. Morula
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat
pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang
lain adalah rapat. Morulasi yaitu proses terbentuknya morula
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 39
b. Blastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus me-
ngalami pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya
perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Di
dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blasto-
soel. Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula.
c. Gastrula
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan
tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh
embrio serta rongga tubuh. Gastrula pada beberapa hewan tertentu,
seperti hewan tingkat rendah dan hewan tingkat tinggi, berbeda dalam
hal jumlah lapisan dinding tubuh embrionya. Triploblastik yaitu hewan
yang mempunyai 3 lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm,
mesoderm dan endoderm. Hal ini dimiliki oleh hewan tingkat tinggi page
1 /seperti Vermes, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata dan semua
Vertebrata. Diploblastik yaitu hewan yang mempunyai 2 lapisan dinding
tubuh embrio, berupa ektoderm dan endoderm. Dimiliki oleh hewan
tingkat rendah seperti Porifera dan Coelenterata. Gastrulasi yaitu proses
pembentukan gastrula.
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada
makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal
dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.
Contohnya :
a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak
(sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.
b. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang-
/osteon) alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan
alat ekskresi seperti ren.
c. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan,
kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik
yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan
satu organ tubuh pada makhluk hidup.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 40
Contohnya :
a. Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya
mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata. Pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Setelah peristiwa fertilisasi, zygote akan
berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio akan
tertanam pada dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari
setelah proses fertilisasi. Sel-sel embrio yang sedang tumbuh
mulai memproduksi hormon yang disebut dengan hCG atau human
chorionic gonadotropin, yaitu bahan yang terdeteksi oleh kebanyakan
tes kehamilan. HCG membuat hormon keibuan untuk mengganggu
siklus menstruasi normal,membuat proses kehamilan jadi berlanjut.
Janin akan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ ari-ari. Embrio
dilindungi oleh selaput-selaput yaitu:
1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan
menghasilkan cairan ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio
dari guncangan.
2. Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jon-
jot yang menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalam
nya terdapat pembuluh darah.
3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel me
nghilang page 2 /3 dan pembuluh darah tetap. Berfungsi sebagai
pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta, mengangkut sari makanan
dan O2, termasuk zat sisa dan CO2.
4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amni
on.merupakn tempat munculnya pembuluhdarah yang pertama.
B. Periode Perkembangan Embrio
Periode Embrio / organogenesis merupakan suatu periode ketika
sel-sel berada dalam proses pembentukan organ-organ spesifik dalam
tubuh embrio. Merupakan periode dimulainya implantasi sampai saat
dimulainya pembentukan organ tubuh bagian dalam. Pada sapi berkisar
hari ke 12-45, kucing 6-24, dan kuda 12-50 setelah fertilisasi. Selama
periode ini akan terbentuk lamina germinativa selaput embrionik dan
organ tubuh (Toelihere,1979).
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 41
Periode perkembangan embrio adalah sebagai berikut:
a. Periode Persiapan
Kedua parent disiapkan untuk melakukan perkawinan. Gamet
mengalami proses pematangan sehingga mampu melakukan
pembuahan.
b. Periode Pembuahan
Kedua parent kawin, gamet melakukan perjalanan ke tempat
pembuahan, kemudian kedua jenis gamet pun melakukan pembuahan.
c. Periode Pertumbuhan Awal
Pertumbuhan sejak zigot mengalami pembelahan berulang kali
sampai saat embrio memiliki bentuk primitif yaitu bentuk dan susunan
tubuh embrio masih sederhana dan kasar. Periode ini terdiri dari empat
tingkat:
1) Tingkat Pembelahan
Cleavage atau disebut juga segmentasi terjadi setelah pembuahan. Zigot
membelah berulang kali samapai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut
blastomere. Pembelahan itu bisa meliputi seluruh bagian, bisa pula hanya
pada sebagian kecil zigot. Pada umumnya pembelahan itu secara mitosis.
Pada akhir pembelahan akan terbentuk morula yang masif, dalamnya tidak
berongga.
2) Tingkat Blastula
Sementara sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus,
terbentuklah rongga di tengah, atau pada ayam di bawah germinal disc.
Rongga ini makin lama makin besar, berisi cairan. Embrio yang memiliki
rongga itu kini disebut blastula, rongganya disebut blastocoel.
Pasa Eutheria ini blastula memiliki dua kelompok sel atau jaringan yang
jelas dapat dibedakan:
a) Embrioblast atau gumpalan sel dalam (inner cell mass), akan tumbuh
menjadi embrio.
b) Tropoblast, akan menyalurkan makanan dari uterus induk.
Ada pula yang memberi nama dua daerah utama blastula, yaitu:
a) Epiblast, bagi blastomere yang terletak sebelah atas atau daerah kutub
animalus. Sebagian besar akan menumbuhkan ectoderm.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 42
b) Hypoblast, bagi blastomere yang terletak sebelah bawah atau daerah kutub
vegetativus. Sebagian besar menumbuhkan endoderm.
Blastula memiliki daerah-daerah sel yang akan menjadi bakal
pembentuk alat. Pada embryogenesis berikutnya daerah-daerah itu akan ber-
gerak menyusun diri untuk menjadi lapisan-lapisan atau jejeran sel tersendiri.
Dikenal lima daerah bakal pembentuk alat, yaitu:
Bakal ectoderm epidermis,
Bakal ectoderm saraf,
Bakal notochord,
Bakal mesoderm, dan
Bakal endoderm (entoderm).
3) Tingkat Gastrula
Pada gastrula akan terbentuk tiga lapisan: ectoderm, endoderm, dan
mesoderm. Dalam proses gastrulasi disamping terus terjadi pembelahan dan
perbanyakan sel terjadi pula berbagai macam gerakan sel dalam usaha untuk
mengatur dan menderetkan sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh
individu dari spesies yang bersangkutan. Ada dua kelompok gerakan, yaiu:
a) Epiboli
Gerakan melingkup, terjadi di sebelah luar embrio. Berlangsung pada
bakal ectoderm epidermis dan saraf. Sementara bakal endoderm dan
mesoderm bergerak, epiboli menyesuaikan diri sehinggak ectoderm terus
menyelaputi seluruh embrio.
b) Emboli
Gerakan menyusup, terjadi di sebelah dalam embrio. Berlangsung pada
daerah-daerah bakal mesoderm, notochord, pre-chorda, dan endoderm.
Daerah-daerah itu bergerak kea rah blastocoel. Dibagi atas tujuh macam,
yaitu:
Involusi, gerakan membelok ke dalam,
Konvergensi, gerakan menyempit,
Invaginasi, gerakan melipat suatu lapisan,
Evaginasi, gerakan menjulur suatu lapisan,
Delaminasi, gerakan memisahkan diri sekelmpok sel dari kelompok utama
atau lapiasan asal,
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 43
Divergensi, gerakan memencar,
Extensi, gerakan meluas.
4) Tingkat Tubulasi
a) Pertumbuhan panjang dan lebar di bagian kepala, sehingga terangkat dari
bagian bawahnya,
b) Pertumbuhan panjang dan besar bagian badan embrio,
c) Pertumbuhan bagian ekor,
d) Pertumbuhan melengkung bagian dorsal embrio, sehingga terangkat dari
bawahnya,
e) Periode antara (transisi)
Perantara periode awal dan akhir. Di sini embrio mengalami transfor-
masi bentuk dan susunan tubuh secara berangsur sehingga akhirnya men-
capai bentuk efinitive yaitu embrio sudah seperti bentuk dewasa, bentuk
dan susunan tubuh merupakan efinitiv setiap spesies hewan. Bagian-
bagian tubuh embrio dari bentuk efinitiv mengalami deferensiasi terperinci
dan lengkap (Yatim, 1990).
f) Periode pertumbuhan akhir
Pertumbuhan penyempurnaan bentuk efinitive sampai kelahiran. Bagi
hewan yang tidak berberudu sukar membuat batas antara periode antara
dengan periode akhir sehingga digabung menjadi tingkat organogenesis,
yakni proses pembentukan alat tubuh serat mengkoordinasikannya dalam
berbagai sistem (Yatim, 1990).
Tabel 5. Lama Kebuntingan
Spesies Lama Kebuntingan
Kuda 11 bulan
Sapi 9 bulan 10 hari
Domba 5 bulan
Babi 3 bulan 3 minggu dan 3 hari
Anjing 2 bulan
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 44
C. Pembentukan Embrio atau Organogenesis
Pada periode embrio/organogenesis ini meliputi pembentukan:
1) Lapisan-lapisan lembaga (germ layer)
a) Endoderm (Lapisan germ yang paling dalam)
Pertama tampak ketika suatu lapisan sel tunggal terdorong
keluar dari inner cell mass dan tumbuh mengelilingi blasto-
kul merupakan awal/origo dari sistem digesti, hepar, pulmo, organ
internal lain
b) Mesoderm (Lapisan germ/lembaga tengah)
Lapisan sel-sel inner cell mass, yang terdorong di antara endo-
derm dan ektoderm origo dari sistem skelet, otot, sistem sirkulasi dan
sistem reproduksi
c) Ektoderm (Lapisan germ yang paling luar)
Origo dari sistem syaraf, organ indera, rambut, gl.mamme
(Toelihere,1979).
2) Trofoblast akan menjadi:
a) Amnion
Non-vaskuler, berisi cairan yang dihasilkan fetus bantalan
untuk proteksi Robek saat kelahiran
b) Yolk sac
Sebagai cadangan makanan. Mammalia: atropi
c) Allantois
Penuh dengan pembuluh darah menyatu dengan chorion (Allan-
tochorion) membawa darah ke chorion
d) Chorion
Membran fetus terluar melekat pada induk (Toelihere,1979).
D. Tahapan Perkembangan pada Masa Embrio
Tahap – tahap proses perkembangan embrio yaitu melalui tahap awal
perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel
sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi
akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 45
akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertum-
buhan dan perkembangan menjadi embrio.
1) Bulan pertama: Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti
jantung yang berbentuk pipa, system saraf pusat (otak yang berupa
gumpalan darah) serta kulit embrio berukuran 0,6 cm.
2) Bulan kedua : Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian
dalam, tulang rawan (cartilago). Embrio berukuran 4 cm.
3) Bulan ketiga : Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk
organ kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.
4) Bulan keempat : Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak
aktif. Janinmencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm.
5) Bulan kelima : Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan
respon terhadap suara keras dan menendang. Alat kelamin janin sudah
lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra Sonographi).
6) Bulan keenam : Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memu-
tarkan badan (posisi).
7) Bulan ketujuh : Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
8) Bulan kedelapan : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat
dan panjang janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan
berat 2500 – 3000m.
9) Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina.
Bayi siap untuk dilahirkan.
E. Hormon yang Berperan dalam Perlembangan Embrio
Mekanisme kerja hormon yang sangat berperan dalam kebuntingan
salah satunya adalah progesterone yang berfungsi menormalkan/mene-
kan kerja hormon estrogen sehingga semua organ bekerja dalam keadaan
seimbang (menjaga kebuntingan) (Toelihere,1979).
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium, sedangkan
progesteron mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 46
b) Ternak Unggas
Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya.
Selama berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan
yang dari telur berupa kuning telur, albumen, dan kerabang telur.
Itulah sebabnya telur unggas selalu relatif besar. Perkembangan embrio
ayam tidak dapat seluruhnya dilihat, dengan mata telanjang, melainkan
perlu bantuan alat khusus seperti mikroskop atau kaca pembesar.
Namun, untuk menggambarkan bagaimana perkembangannya, berikut
dijelaskan ciri-ciri embrio pada ayam berbagai umur.
Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning
telur, amnion, dan alantois. Kantung kuning yang telur dindingnya
dapat menghasilkan enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur
sehingga mudah diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal, se-
dangkan alantois berfungsi pembawa sebagai ke oksigen em-
brio,menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa pencer-
naan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois,
serta membantu alantois, serta membantu mencerna albumen.
1. Umur Satu Hari
 Bentuk awal embrio pada hari pertama belum terlihat jelas, sel benih
berkembang menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya
gelap, sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah ini
merupakan sel benih betina yang sudah dibuahi yang dinamakan
zygot blastoderm.
 Setelah lebih kurang 15 menit setelah pembuahan, mulailah terjadi
pembiakan sel-sel bagian awal perkembangan embrio. Jadi didalam
tubuh induk sudah terjadi perkembangan embrio.
2. Umur dua hari
Bentuk awal embrio hari kedua mulai terlihat jelas. Pada umur ini
sudah terlihat primitive streake – suatu bentuk memanjang dari
pusat blastoderm – yang kelak akan berkembang menjadi embrio.
Pada blastoderm terdapat garis-garis warna merah yang merupakan
petunjuk mulainya sistem sirkulasi darah.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 47
3. Umur tiga hari
Pada jantung hari ketiga ini, sudah mulai terbentuk dan berdenyut
serta bentuk embrio sudah mulai tampak. Dengan menggunakan
alat khusus seperti mikroskop gelembung dapat dilihat gelembung
bening, kantung amnion, dan awal perkembangan alantois.
Gelembung-gelembung bening tersebut nantinya akan menjadi otak.
Sementara kantong amnion yang berisi cairan warna putih berfungsi
melindungi embrio dari goncangan dan membuat embrio bergerak
bebas.
4. Umur empat hari.
Di hari ini, mata sudah mulai kelihatan. Mata tersebut tampak
sebagai bintik gelap yang terletak disebelah kanan jantung. Selain
itu jantung sudah membesar.
Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan otak
belakang.
5. Umur lima hari
 Pada hari kelima ini, embrionya sudah mulai tampak lebih jelas.
Kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Ekor dan
kepala embrio sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C.
 Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat bahwa telah
terjadi perkembangan alat reproduksi dan sudah terbentuk jenis
kelaminnya. Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan.
6. Umur enam hari
Pada hari keenam ini kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai
terbentuk. Mata sudah tampak menonjol. Dengan mikroskop dapat
dilihat bahwa rongga dada sudah mulai berkembang dan jantung
sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion dan alan-
tois, kantong kuning telur, seta paruhnya.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 48
7. Umur tujuh hari
Pada umur tujuh hari, paruhnya sudah tampak seperti bintik gelap
pada dasar mata. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat
bahagian tubuh lainnya sudah mulai terbentuk, yaitu otak dan
leher.
8. Umur delapan hari
pada hari kedelapan ini, mata embrio sudah jelas terlihat.
9. Umur sembilan hari
Umur sembilan hari ini lipatan dan pembuluh darahnya sudah
bertambah seta jari kakinya mulai terbentuk.
10. Umur sepuluh hari
Umur sepuluh hari ini biasanya paruhnya sudah mulai
keras. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat folikel bulu
embrio yang mulai terbentuk.
11. Umur sebelas hari
Embrio pada hari kesebelas sudah tampak seperti ayam. embrio ini
menjadi semakin besar sehingga yolk akan menyusut dan paruhnya
sudah mulai terlihat jelas.
12. Umur dua belas hari
Embrio umur dua belas hari sudah semakin besar dan mulai
masuk ke yolk sehingga yolk semakin kecil. Mata sebelah kanan
mulai membuka sedikit, sedangkan telinganya sudah terbentuk
dan sudah tampak permulaan pertumbuhan bulu bagian bawah.
13. Umur tiga belas hari
Pada hari ketiga belas, sisik dan cakar sudah mulai tampak jelas.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 49
14. Umur empat belas hari
Perkembahan embrio pada hari keempat belas ini, punggung telah
tampak meringkuk atau melengkung. Sementara bulu hampir
menutupi seluruh tubuhnya.
15. Umur lima belas hari
Pada umur lima belas hari ini, biasanya kepala embrio sudah
mengarah kebagian tumpul bagian telur.
16. Umur enam belas hari
Embrio pada umur enam belas hari sudah mengambil posisi yang
baik didalam kerabang. Sisik, cakar dan paruh sudah mulai
mengeras dan bertanduk
17. Umur tujuh belas hari
Pada umur tujuh belas hari ini, paruh embrio sudah mengarah
kekantung udara.
18. Umur delapan belas hari
Pada umur delapan belas hari ini, embrio yang sudah tampak jelas
seperti ayam akan mempersiapkan diri akan menetas. Jari kaki,
sayap, dan bulunya berkembang dengan baik.
19. Umur sembilan belas hari
Pada umur sembilan belas hari, biasanya paruh ayam sudah siap
mematuk dan menusuk selaput kerabang dalam.
20. Umur dua puluh hari
Pada umur dua puluh hari ini kantung kuning telur sudah masuk
seluruhnya kedalam rongga perut. Embrio ayam ini hampir
menempati seluruh rongga di dalam telur, kecuali kantung udara.
Pada hari kedua puluh ini terjadi serangkaian proses penetasan
yang dimulai dengan kerabang mulai terbuka. Untuk membuka
kerabang ini, ayam menggunakan paruhnya dengan cara mematuk.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 50
Semakin lama, kerabang akan semakin besar membuka, sehingga
ayam dapat bernafas. Pada saat ini kelembaban sangat penting
agar pengeringan selaput kerabang dan penempelan perut pada
kerabang dapat dicegah. Selanjutnya ayam memutar tubuhnya
dengan bantuan dorongan kakinya. Dengan bantuan sayapnya,
keadaan pecahnya kerabang semakin besar.
21. Umur dua puluh satu hari
Dihari ke dua puluh satu ini, ayam sudah membuka kerabangnya
walaupun belum seluruhnya. Dari keadaan ini biasanya tubuh
ayam memerlukan waktu 12 – 18 jam untuk keluar dari kerabang.
Setelah keluar dari kerabang, tubuh masih basah. Agar kering,
diperlukan waktu sekitar 6 – 12 jam, bila sudahkering, ayam
tersebut dapat dikeluarkan dari dalam ruang mesin penetas.
I. Kebuntingan
Yang dimaksud kebuntingan dipandang dari segi teknis sebenarnya
dimulai sejak saat sel kelamin betina bersatu dengan sel kelamin jantan
didalam saluran alat reproduksi paling atas atau ovoduct dan tepatnya
dibagian ampula.
Sedangkan Frandson (1992) mengatakan bahwa ke buntingan berarti
keadaan dimana anak sedang berkembang didalam uterus seekor hewan
betina. Satu periode kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya
fertilisasi sampai terjadinya kelahiran normal. Pada ternak sapi fertilisasi
terjadi setelah 11 sampai 15 jam dari inseminasi/perkawinan.
Sedangkan untuk manusia, fertilisasi ini akan terjadi 14 sampai 15
hari setelah terakhir menstruasi. Pertumbuhan mahluk baru hasil fertili-
sasi atau pembuahan antara ovum dengan spermatozoa, dapat dibedakan
tiga tahap/periode yaitu :
 periode ovum yaitu periode yang dimulai dari fertilisasi sampai implan
tasi.
 Periode embrio yaitu periode dari saat terjadinya implantasi sampai saat
dimulainya pem bentukan alat-alat tubuh bagian dalam
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 51
 Periode fetus yaitu periode terakhir yaitu dimulai dari terbentuknya alat-
alat tubuh bagian dalam dan extremitas (anggota tubuh) sampai terjadi
kelahiran.
Pengetahuan tentang apakah ternak yang dipelihara mengalami
kebuntingan atau tidak adalah sangat penting. Ada beberapa cara untuk
membantu mendiagnose suatu ternak bunting atau tidak. Berbagai cara
yang dapat dilakukan adalah :
 ternak tidak mengalami berahi lagi. Sebagai indikasi kebuntingan yang
cukup sederhana dan efektif adalah bahwa setelah 45 hari setelah per-
kawinan ternak tersebut tidak berahi lagi. Cara ini akan ada juga mele-
setnya karena ada ternak-ternak tertentu yang mengalami silent heart
(berahi tenang). Hal ini bisa disebabkan karena dalam ovariumnya ter-
dapat corpus luteum yang persisten.
 perubahan kontur abdomen. Pada ternak yang bunting maka akan ter-
jadi penurunan pada dinding abdominal (pelebaran abdomen).
 pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan palpasi per rektum yaitu
dengan cara memasukkan tangan dalam rektum dan meraba organ-
organ reproduksi tertentu. Untuk ini dibutuhkan seorang yang ahli dan
terampil. Diagnose kebuntingan ini didasarkan kepada tingkat perkem-
bangan fetus dan perubahan-perubahan pada genetalia dan struktur-
struktur yang terkait pada hewan betina.
 Sinar x. Diagnose kebuntingan dengan menggunakan sinar X kurang
begitu efektif dan bermanfaat. Sinar X akan efektif apabila digunakan
untuk menetapkan kebuntingan setelah tulang-tulang fetus telah me-
ngalami kalsifikasi
 Ultra suara (Ultra sound). Ultra sound dapat digunakan untuk mende-
teksi kebuntingan pada berbagai jenis ternak seperti sapi. Teknik ultra
sonik didasarkan kepada timbulnya bunyi dengan frekuensi yang tinggi
(1 sampai 10 juta cycle tiap detik) melalui jaringan.
 Uji Biologik dengan mengamati adanya hormon gonado tropin dalam
serum darah maka dapat di pastikan bahwa ternak tersebut bunting.
Hormon gonadotropin dihasilkan/diproduksi oleh placenta sewaktu
bunting.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 52
Metode pemeriksaan kebuntingan pada berbagai jenis ternak tertera
pada Tabel
Tabel. 6. Metode Pemeriksaan Kebuntingan pada Berbagai Jenis Ternak
Spesies
Metode yg
Digunakan
Contoh yg
diperlukan
Cara
Mulai dpt di
pergunakan
Sapi
Domba
Palpasi rektal
Biopsi
vaginal
Ultra suara
-
Mucosa
vaginal
perabaan
Histologik
Alat elektron
30-35 hari
40 hari
70 hari
J. Kelahiran
Ternak dapat melahirkan secara normal tanpa bantuan peternak.
Namun demikian pada beberapa kasus induk kesulitan melahirkan sehing-
ga perlu bantuan peternak. Bantuan diberikan untuk menolong induk,
anak dan mengurangi kerugian peternak.
1. Faktor Penyebab Kesulitan Melahirkan
Sebanyak 80% sapi melahirkan normal. Beberapa pedet mening-
gal karena cedera, dan karena terlambat keluar dari rahim induk. Fak-
tor penyebab ada tiga yaitu dari pedet, induk, dan posisi bayi sapi.
1.1. Pengaruh Pedet
Pedet yang ukurannya terlalu besar menyebabkan kesulitan
melahirkan. Ukuran bayi tergantung dari jenis sapi, pejantan, jenis
kelamin bayi, umur induk, silsilah, dan makanan induk sapi.
1.2. Pengaruh Induk
Penyebab kesulitan induk melahirkan adalah umur dan uku-
ran pelvic. Sapi dara perlu lebih banyak bantuan dari sapi dewasa,
hal ini dikarenakan ukuran sapi dara lebih kecil. Ukuran pelvic
(saluran kelahiran) makin besar sejalan dengan kedewasaan induk.
Sapi pada umur 2-3 tahun memiliki pelvic yang kecil, sehingga
memiliki tingkat kesulitan paling tinggi sehingga perlu bantuan pa-
da saat melahirkan. Untuk mengurangi resiko bisa dipilih mengu-
rangi berat pedet dengan seleksi pejantan, dan memilih sapi dara
dengan pelvic yang lebar.
Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com
SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 53
1.3. Posisi Bayi
Kurang lebih 5% bayi sapi pada posisi yang tidak normal.
Posisi tersebut antara lain, kaki depan atau kepala terbalik, pantat
didepan, bayi terputar, dll. Hal ini membutuhkan bantuan dokter
hewan untuk mengembalikan bayi ke posisi normal. Jika posisi
tidak dapat dibetulkan perlu mengoperasi induk sapi. Contohposisi
abnormal seperti gambar
2. Tahap Melahirkan
Tahap 1. Pra-kelahiran
Tahap pra kelahiran (2 sampai 6 jam). Dalam perut induk selama
kebuntingan posisi pedet terlentang. Menjelang kelahiran posisi beru-
bah telungkup dengan posisi kaki dan kepala ke depan saluran ke-
lahiran. Seperi tertera pada Gambar 109. Posisi ini memudahkan saat
melahirkan dan sedikit hambatan proses melahirkan. cervic akan mele-
bar dan uterus mulai kontraksi. Pada awalnya kontraksi setiap 15 me-
nit, dan kemudian fekuensinya meningkat. Pada akhir pra kelahiran
cervic melebar dan vagina menjadi saluran kelahiran. Plasenta didorong
ke pelvis dan membantu pembesaran cervic.
Tahap 2. Melahirkan
Melahirkan normal pada sapi dewasa sekitar 1-2 jam, sedangkan
pada sapi dara lebih lama. Tahap ini dimulai saat pedet memasuki sa-
luran kelahiran, biasanya terjadi pada saat induk berbaring. Proses me-
lahirkan selama 1 jam atau kurang pada sapi dewasa, jika prosesnya
lebih dari 2-3 jam maka perlu bantuan untuk melahirkan.
Tahap 3 Membersihkan
Placenta akan dikeluarkan dengan kontraksi uterus. Secara nor-
mal sapi akan mengeluarkan palcenta dalam waktu 2 sampai 8 jam.
3. Persiapan Membantu Melahirkan
Proses melahirkan sapi berlangsung selama 2 jam setelah keluar-
nya air ketuban, jika lebih lama maka pedet akan lahir mati atau lemah.
Karena waktu untuk membantu sangat penting maka harus dilakukan
pengamatan sesering mungkin. Untuk Membantu melahirkan, peralatan
dan fasilitas harus disiapkan dengan baik. Alat, kandang, tali penarik
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI
OPTIMASI REPRODUKSI

More Related Content

What's hot

Spermatogenesis Mata Kuliah Embriologi non-fix
Spermatogenesis Mata Kuliah Embriologi non-fixSpermatogenesis Mata Kuliah Embriologi non-fix
Spermatogenesis Mata Kuliah Embriologi non-fixMohammed Nurhady
 
Sistem reproduksi pada manusia
Sistem reproduksi  pada manusiaSistem reproduksi  pada manusia
Sistem reproduksi pada manusiairwanto sumantri
 
Sistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi ManusiaSistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi Manusiazia mujahidah
 
Tugas Biologi Organ Reproduksi Manusia (Kelompok 1 Kelas IX-3 SMPN 1 Bandung)
Tugas Biologi Organ Reproduksi Manusia (Kelompok 1 Kelas IX-3 SMPN 1 Bandung)Tugas Biologi Organ Reproduksi Manusia (Kelompok 1 Kelas IX-3 SMPN 1 Bandung)
Tugas Biologi Organ Reproduksi Manusia (Kelompok 1 Kelas IX-3 SMPN 1 Bandung)Raden Akbar
 
Biologi ppt nds reproduksi2
Biologi ppt nds reproduksi2Biologi ppt nds reproduksi2
Biologi ppt nds reproduksi2Dzikri Fauzi
 
Forum diskusi m3 kb3
Forum diskusi m3 kb3Forum diskusi m3 kb3
Forum diskusi m3 kb3Icha Medisty
 
Anatomi sistem reproduksi pria
Anatomi sistem reproduksi priaAnatomi sistem reproduksi pria
Anatomi sistem reproduksi priaresa_mardiana
 
Sistem reproduksi manusia
Sistem reproduksi  manusiaSistem reproduksi  manusia
Sistem reproduksi manusiaTiara Nutnum
 
Jaringan Epitel
Jaringan Epitel Jaringan Epitel
Jaringan Epitel Nur Aini
 
Makalah sistem reproduksi pada manusia
Makalah sistem reproduksi pada manusiaMakalah sistem reproduksi pada manusia
Makalah sistem reproduksi pada manusiaSeptian Muna Barakati
 
Makalah reproduksi manusia
Makalah reproduksi  manusiaMakalah reproduksi  manusia
Makalah reproduksi manusiaharlan88
 
Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)
Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)
Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)stikesby kebidanan
 
Sistem reproduksi pria (wafa, kharisma)
Sistem reproduksi pria (wafa, kharisma)Sistem reproduksi pria (wafa, kharisma)
Sistem reproduksi pria (wafa, kharisma)stikesby kebidanan
 

What's hot (20)

Spermatogenesis Mata Kuliah Embriologi non-fix
Spermatogenesis Mata Kuliah Embriologi non-fixSpermatogenesis Mata Kuliah Embriologi non-fix
Spermatogenesis Mata Kuliah Embriologi non-fix
 
Sistem reproduksi pada manusia
Sistem reproduksi  pada manusiaSistem reproduksi  pada manusia
Sistem reproduksi pada manusia
 
Jaringan Epitelium
Jaringan EpiteliumJaringan Epitelium
Jaringan Epitelium
 
Sistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi ManusiaSistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi Manusia
 
Tugas Biologi Organ Reproduksi Manusia (Kelompok 1 Kelas IX-3 SMPN 1 Bandung)
Tugas Biologi Organ Reproduksi Manusia (Kelompok 1 Kelas IX-3 SMPN 1 Bandung)Tugas Biologi Organ Reproduksi Manusia (Kelompok 1 Kelas IX-3 SMPN 1 Bandung)
Tugas Biologi Organ Reproduksi Manusia (Kelompok 1 Kelas IX-3 SMPN 1 Bandung)
 
Jaringan embrional
Jaringan embrionalJaringan embrional
Jaringan embrional
 
Biologi ppt nds reproduksi2
Biologi ppt nds reproduksi2Biologi ppt nds reproduksi2
Biologi ppt nds reproduksi2
 
Forum diskusi m3 kb3
Forum diskusi m3 kb3Forum diskusi m3 kb3
Forum diskusi m3 kb3
 
Jaringan Epitel
Jaringan EpitelJaringan Epitel
Jaringan Epitel
 
Anatomi sistem reproduksi pria
Anatomi sistem reproduksi priaAnatomi sistem reproduksi pria
Anatomi sistem reproduksi pria
 
Sistem reproduksi manusia
Sistem reproduksi  manusiaSistem reproduksi  manusia
Sistem reproduksi manusia
 
Histologi
HistologiHistologi
Histologi
 
Jaringan Epitel
Jaringan Epitel Jaringan Epitel
Jaringan Epitel
 
Jaringan Epitelium
Jaringan EpiteliumJaringan Epitelium
Jaringan Epitelium
 
Makalah sistem reproduksi pada manusia
Makalah sistem reproduksi pada manusiaMakalah sistem reproduksi pada manusia
Makalah sistem reproduksi pada manusia
 
Gastrula
GastrulaGastrula
Gastrula
 
Makalah reproduksi manusia
Makalah reproduksi  manusiaMakalah reproduksi  manusia
Makalah reproduksi manusia
 
Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)
Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)
Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)
 
Sistem reproduksi pria (wafa, kharisma)
Sistem reproduksi pria (wafa, kharisma)Sistem reproduksi pria (wafa, kharisma)
Sistem reproduksi pria (wafa, kharisma)
 
Makalah plasenta
Makalah plasentaMakalah plasenta
Makalah plasenta
 

Similar to OPTIMASI REPRODUKSI

Sistem reproduksi
Sistem reproduksiSistem reproduksi
Sistem reproduksiAhmad Ali
 
Bab 9 Sistem Reproduksi Manusia.pptx
Bab 9 Sistem Reproduksi Manusia.pptxBab 9 Sistem Reproduksi Manusia.pptx
Bab 9 Sistem Reproduksi Manusia.pptxDekaMuliya1
 
Bab 2 sistem reproduksi kls 9i
Bab 2 sistem reproduksi kls 9iBab 2 sistem reproduksi kls 9i
Bab 2 sistem reproduksi kls 9iNining Mtsnkra
 
Biologi tentang 'Perkembangan Janin'
Biologi tentang 'Perkembangan Janin'Biologi tentang 'Perkembangan Janin'
Biologi tentang 'Perkembangan Janin'Akamarushi
 
AnFis Reproduksi.pdf
AnFis Reproduksi.pdfAnFis Reproduksi.pdf
AnFis Reproduksi.pdfFifi780730
 
Sistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi ManusiaSistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi ManusiaAstarothArtos
 
Alat reproduksi pada laki laki ppt
Alat reproduksi pada laki laki pptAlat reproduksi pada laki laki ppt
Alat reproduksi pada laki laki pptPrinscha Bella
 
Modul-5-Pendidikan-Kehidupan-Keluarga.pptx
Modul-5-Pendidikan-Kehidupan-Keluarga.pptxModul-5-Pendidikan-Kehidupan-Keluarga.pptx
Modul-5-Pendidikan-Kehidupan-Keluarga.pptxLuhSukariasih
 
Sistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi ManusiaSistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi Manusiazia mujahidah
 
SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
SISTEM REPRODUKSI MANUSIASISTEM REPRODUKSI MANUSIA
SISTEM REPRODUKSI MANUSIARosdianasella
 
Kelas xi sistem reproduksi manusia
Kelas xi sistem reproduksi manusiaKelas xi sistem reproduksi manusia
Kelas xi sistem reproduksi manusiaKristina Simanjuntak
 
12. sistem urogenital
12. sistem urogenital12. sistem urogenital
12. sistem urogenitalyunirosalina
 
Sistem Reproduksi.pptx
Sistem Reproduksi.pptxSistem Reproduksi.pptx
Sistem Reproduksi.pptxRohayatiOcha
 
sitem reproduksi manusia
sitem reproduksi manusiasitem reproduksi manusia
sitem reproduksi manusiazaffiani
 

Similar to OPTIMASI REPRODUKSI (20)

organ reproduksi jantan
organ reproduksi jantanorgan reproduksi jantan
organ reproduksi jantan
 
Sistem reproduksi
Sistem reproduksiSistem reproduksi
Sistem reproduksi
 
33565900 makalah-reproduksi-pria-dan-wanita-1
33565900 makalah-reproduksi-pria-dan-wanita-133565900 makalah-reproduksi-pria-dan-wanita-1
33565900 makalah-reproduksi-pria-dan-wanita-1
 
Makalah sistem reproduksi pada manusia
Makalah sistem reproduksi pada manusiaMakalah sistem reproduksi pada manusia
Makalah sistem reproduksi pada manusia
 
sistem reproduksi manusia
sistem reproduksi manusiasistem reproduksi manusia
sistem reproduksi manusia
 
Bab 9 Sistem Reproduksi Manusia.pptx
Bab 9 Sistem Reproduksi Manusia.pptxBab 9 Sistem Reproduksi Manusia.pptx
Bab 9 Sistem Reproduksi Manusia.pptx
 
Tugas ipa
Tugas ipaTugas ipa
Tugas ipa
 
Bab 2 sistem reproduksi kls 9i
Bab 2 sistem reproduksi kls 9iBab 2 sistem reproduksi kls 9i
Bab 2 sistem reproduksi kls 9i
 
Biologi tentang 'Perkembangan Janin'
Biologi tentang 'Perkembangan Janin'Biologi tentang 'Perkembangan Janin'
Biologi tentang 'Perkembangan Janin'
 
AnFis Reproduksi.pdf
AnFis Reproduksi.pdfAnFis Reproduksi.pdf
AnFis Reproduksi.pdf
 
Sistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi ManusiaSistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi Manusia
 
Alat reproduksi pada laki laki ppt
Alat reproduksi pada laki laki pptAlat reproduksi pada laki laki ppt
Alat reproduksi pada laki laki ppt
 
Modul-5-Pendidikan-Kehidupan-Keluarga.pptx
Modul-5-Pendidikan-Kehidupan-Keluarga.pptxModul-5-Pendidikan-Kehidupan-Keluarga.pptx
Modul-5-Pendidikan-Kehidupan-Keluarga.pptx
 
Sistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi ManusiaSistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi Manusia
 
Mid embriologi
Mid embriologiMid embriologi
Mid embriologi
 
SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
SISTEM REPRODUKSI MANUSIASISTEM REPRODUKSI MANUSIA
SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
 
Kelas xi sistem reproduksi manusia
Kelas xi sistem reproduksi manusiaKelas xi sistem reproduksi manusia
Kelas xi sistem reproduksi manusia
 
12. sistem urogenital
12. sistem urogenital12. sistem urogenital
12. sistem urogenital
 
Sistem Reproduksi.pptx
Sistem Reproduksi.pptxSistem Reproduksi.pptx
Sistem Reproduksi.pptx
 
sitem reproduksi manusia
sitem reproduksi manusiasitem reproduksi manusia
sitem reproduksi manusia
 

More from Darussalam Abinya Faizah Lz (6)

X 1 dasar-dasar-pakan-ternak
X 1 dasar-dasar-pakan-ternakX 1 dasar-dasar-pakan-ternak
X 1 dasar-dasar-pakan-ternak
 
X 2 dasar-dasar-pakan-ternak
X 2 dasar-dasar-pakan-ternakX 2 dasar-dasar-pakan-ternak
X 2 dasar-dasar-pakan-ternak
 
X 1 reproduksi-hewan
X 1 reproduksi-hewanX 1 reproduksi-hewan
X 1 reproduksi-hewan
 
Formula Pakan Ternak Unggas
Formula Pakan Ternak UnggasFormula Pakan Ternak Unggas
Formula Pakan Ternak Unggas
 
Penyakit Ayam Broiler
Penyakit Ayam BroilerPenyakit Ayam Broiler
Penyakit Ayam Broiler
 
Modul Ayam Broiler
Modul Ayam BroilerModul Ayam Broiler
Modul Ayam Broiler
 

Recently uploaded

PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 

OPTIMASI REPRODUKSI

  • 1. PRODUKSI TERNAK SMK BINA NUSANTARA 2014 MODUL SMK PETERNAKAN
  • 2. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 2 ANATOMI DAN FISIOLOGI REPRODUKSI natomi reproduksi yang di- maksud dalam tulisan ini adalah mempelajari bentuk dan struktur bagian-bagian dari alat ke- lamin ternak jantan dan betina. Sedangkan fisiologi reproduk- si adalah mempelajari fungsi dan proses-proses baik biofisika mau- pun biokimia yang terjadi dalam or- gan-organ alat reproduksi tersebut. Sedangkan reproduksi pada suatu ternak merupakan suatu proses ya- ng kompleks dan melibatkan selu- ruh tubuh ternak. Anatomi Reproduksi Ternak 1) Organ-organ Reproduksi Ruminansia Jantan Gambar 1. Organ Reproduksi Ternak Ruminansia Jantan Tugas utama bagi pejantan adalah mampu memproduksi calon- calon individu baru yang normal dan sehat. Calon-calon individu ba- ru ini disebut spermatozoa. Untuk mendapatkan keturunan yang baik maka sebagai pejantan harus mam- pu menghasilkan spermatozoa yang baik dan sempurna. Dari spermato- zoa yang baik diharapkan akan menghasilkan individu-individu ya- ng baik pula. Sistim reproduksi ternak jan- tan terdiri atas : A
  • 3. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 2 a. sepasang testis atau disebut gonad, buah zakar atau kelenjar kelamin utama. b. saluran reproduksi yang terdiri atas epididymis, vas deferens, ampula dan urethra. Saluran ini dilengkapi dengan kelenjar acce- sories atau kelenjar tambahan dimana kelenjar ini fungsinya untuk mengencerkan sperma. c. alat kelamin bagian luar, yang terdiri atas penis, yang dibung- kus oleh preputium dan Scrotum 1.1 Gonad (Testis) Testis merupakan bagian alat kelamin yang utama. Pada hewan mamalia terdiri dari dua testis yang terbungkus didalam skrotum. Skrotum ini akan memberikan lingkungan yang le- bih cocok dimana dalam skro- tum dilengkapi dengan suatu termoregulator yang dapat me- ngatur suhu skrotum tetap kon- stan yaitu selalu dalam kondisi lebih rendah daripada suhu tu- buh, karena untuk pembentu- kan sperma dibutuhkan suhu yang rendah. Bentuk, ukuran atau berat serta letak testis tiap species hewan cukup bervariasi. Namun pada umumnya bentuk testis adalah bulat panjang kearah ver- tikal, dengan struktur dasar tes- tis terdiri atas beribu-ribu tubuli seminiferosa yang dikelilingi oleh kapsul berserabut atau trobe- kula. Lapisan-lapisan tenunan pembungkus testis apabila disa- yat secara melintang, maka akan terlihat mulai dari luar kedalam adalah: a. epidermis yaitu bagian kulit terluar b. korium yaitu berupa jaringan bagian kulit yang mengan- dung banyak urat darah dan syaraf. c. tunika dartos yaitu suatu fascia pelindung yang juga mengandung unsur serabut urat daging, jadi dapat ber- kontarksi. d. tenunan pengikat yang long- gar e. tunika vaginalis komunis (bagian dari peritoneum) f. rongga sempit yang merupa- kan bagian dari rongga pe- rut yang menjulur ke daerah inguinal yang merupakan suatu kantong dimana se- lanjutnya ditempati oleh tes- tis yang turun dari rongga
  • 4. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 3 perut sewaktu masih dalam perkembangan embrio. g. tunika albugenia merupakan bagian dfari pembungkus langsung pada parenchyma testis. Tunika albugenia ini banyak mengandung sera- but-serabut fascia yang licin dan mengkilat dan berwarna putih yang banyak mengan- dung buluh syaraf. h. parenchyma testis, merupa- kan bagian yang paling uta- ma atau inti, karena bagian ini tempat pembuatan sper- matozoa, tepatnya di tubuli seminiferi. Dibagian paren- chyma ini terdiri atas tubuliseminiferi, sel-sel inter- stitial, saluran-saluran cai- ran testis dan spermatozoa. i. mediastenum testis, merupa- kan bagian tengah dari tes- tis dan merupakan perlua- san dari testis. j. pembentukan Spermatozoa diproduksi dalam suatu saluran yang sangat kecil dan berkelok-kelok yang di- sebut tubulus spermaticus. Tubuli ini merupakan suatu tubulus atau saluran yang kecil, panjang dan berkelok- kelok dan memenuhi selu- ruh pembungkusnya yaitu lobulus. Lobulus berupa kan- tong kecil yang pada umum- nya berbentuk kerucut atau lancip, dimana pada ujung medialnya berbentuk lancip dan ujung lateralnya lebar dan merupakan dasar dari kerucut tersebut. Dinding tubuli seminiferi terdiri atas sel-sel membran ba- sal, epithel benih, sel-sel penun- jang dan sel penghasil cairan testis. Tubuliseminiferi akan ber- muara pada ujung medialnya yang berbentuk kerucut dan langsung berhubungan dengan rete testis. Epitel benih terdiri atas :  sel benih atau sperma togo- nium. Spermatogonium akan mengalami proses pembela- han secara reduksi dan me- ngalami perubahan bentuk yaitu dari bentuk poligonal menjadi sel yang berekor.  sel sertoli. Sel ini melekat pada membran basal, ber- bentuk panjang dan mem- punyai peranan dalam mera- wat spermatozoa yang masih muda. Disamping itu sel sertoli menghasilkan hor- mon dan cairan testis.
  • 5. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 4 Spermatogonium terletak diatas membran basal dari tubuli seminiferi. Spermatogonium terse- but akan berkembang melalui pembelahan sel. Spermatogonium akan membelah menjadi dua yai- tu yang satu tetap berada dalam membran basal sedangkan yang kedua berubah menjadi sperma- tosit I (satu). Kemudian akan membelah lagi menjadi sperma- tosit II dan berubah lagi menjadi spermatid. Spermatid akan mengalami perubahan bentuk menjadi sper- matozoa muda, yang kemudian akan dirawat oleh sel-sel sertoli sampai protein goblet yang ma- sih berada dalam pangkal ekor menjadi kecil. Setelah itu sper- matozoa akan terlepas dari sel sertoli dan terbawa oleh cairan testis dan segera masuk kedalam lumen tubuli seminiferi yaitu ma- suk kedalam retetestis dan dite- ruskan kebagian mediastinum yang akhirnya spermatozoa yang belum dapat bergerak tersebut akan berdesak-desakan untuk memasuki epididymus. Rete testis terletak dian- tara tubulus seminiferosa dan duktuli efferens yang berhubu- ngan dengan ductus epididymus pada bagian kepala atau caput. Rete testis ini terdiri dari salu- ran-saluran yang beranastomose dalam medias tinum testis. Diantara lobuli terdapat sel-sel interstitial atau disebut juga sel Leydig. Sel ini merupakan peng- hasil hormon androgen atau tes- tosteron. Testosteron adalah hor- mon yang berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan sek- sual dari pejantan. Apabila sel leydig terganggu maka produksi testosteron akan terganggu pula. Berbeda dengan hewan betina yang mengenal siklus berahi dimana pada periode tertentu sa- ja hanya ada satu sel ovum yang masak atau diproduksi dan siap untuk diovulasikan atau dike- luarkan untuk melakukan ferti- lisasi atau peleburan antara sel kelamin jantan (spermatozoa) de- ngan sel telur (ovum). Hal ini tidak terjadi pada hewan jantan. Hewan jantan akan memproduksi sel sperma- tozoa secara terus menerus tan- pa ada hentinya. Kecepatan pro- duksi sperma akan tergantung dari kondisi makanan yang di- konsumsi dan tingkat protein yang terkandung dalam maka- nan tersebut. Selain fungsi uta-
  • 6. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 5 manya sebagai penghasil sel be- nih jantan atau spermatozoa, fungsi testis lain yang tidak kalah pentinganya yaitu mem- produksi hormon androgen. 1.2 Epididymis Epididymus merupakan suatu saluran yang bentuknya bulat dan panjang serta berke- lok-kelok yang menghubungkan vasa efferensia pada testis de- ngan ductus deferens. Epididy- mus terletak diatas testis dan melekat pada tunika albugenis. Secara garis besarnya, saluran epididymus dapat dibedakan menjadi : a) kepala epididymus (caput epididymus), bagian dari epi- didymus yang melekat pada bagian ujung dari testis di- mana pembuluh-pembuluh darah dan syaraf masuk. Ba- gian ini lebih besar daripada bagian yang lain. b) bagian badan atau leher (Corpus epididymus) adalah bagian yang sejajar dengan aksis longitudinal dari testis. Ukurannya jauh lebih kecil dibanding kan pada bagian kepala. Bagian ini menjulur terus ke bawah sampai ham- pir melewati testis. c) bagian ekor (Cauda epididy- mus) yaitu berupa jendolan di ujung bawah dari testis. Ba- gian ekor ini terletak lang- sung dibawah corpus, yang mulai berbelok keatas. Saluran epididymus di ba- gian kepala terdapat duktuli efe- rentis yang jumlahnya 12 sampai 15 buah, yang menampung sper- matozoa dari rete testis. Jadi setelah spermatozoa muda terle- pas dari sel sertoli, kemudian masuk dalam lumen tubuli semi- nifera dan bergerak menuju ke epididymus setelah melewati duktuli eferentis. Ductuli eferen- tis dindingnya bercilia dan mem- punyai sel-sel epitel yang meng- hasilkan cairan. Dengan adanya cairan dan cilia tersebut maka spermatozoa dapat terdorong dan bergerak mengarah ke ba- dan epididymus. Epididymus mempunyai fungsi beberapa ma- cam, di antaranya : 1) epididymus merupakan tem- pat transportasi, di mana masa spermatozoa yang di- alirkan dari rete testis ke da- lam ductuli efferentis dan akhirnya akan diangkut ke
  • 7. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 6 dalam duktus defferens. Transportasi ini dapat dila- kukan karena adanya gera- kan silia dan gerakan peris- taltik dari musculature pada dinding epididymus pada sa- at pra ejakulasi. 2) epididymus merupakan tem- pat untuk membuat konsen- trasi sperma menjadi sangat tinggi. Hal ini disebabkan ka- rena cairan testis yang men- jadi medium dari masa sper- matozoa, airnya diserap oleh epitel dinding epididymus se- hingga sampai di ekor epidi- dymus, konsentrasi semen sangat tinggi. 3) epididymus juga merupakan tempat untuk pemasakan atau pendewasaan bagi sper- matozoa. Pemasakan ini dise- babkan karena adanya se- kresi dari sel-sel epitel di ductus epididymus. Dimana tadinya sperma dengan bu- tiran sitoplasma kemudian akan butiran tersebut akan menggeser dibagian paling bawah ekor dan akhirnya terlepas. 4) Epididymus merupakan tem- pat untuk menimbun sper- matozoa. Pada epididymus bagian ekor, keadaannya sa- ngat cocok untuk tempat pe- nimbunan bagi spermatozoa yang belum dapat bergerak ini, sehingga hampir 50 per- sen jumlah spermatozoa ter- dapat di daerah tersebut. 1.3 Duktus Deferens Duktus deferens atau vas deferens merupakan pipa yang berotot, terentang mulai dari ekor epididymus sampai ke ure- tra. Dindingnya tebal, mengan- dung serabut urat-urat daging yang licin, sehingga pada saat ejakulasi maka dapat mendorong spermatozoa dari epididymus keduktus ejakulatoris yang ter- dapat dalam ampula. Vas defe- rens akan memasuki ruang ab- domen bersama-sama dengan pembuluh-pembuluh darah dan syaraf yang ke testis dan bersatu menjadi satu kesatuan yang disebut funiculus spermaticus. Vas deferens dari kedua testis ini setelah meninggalkan ekor epi- didimus akan bergerak melalui kanal inguinalis terus keatas dan sesampainya diatas fesica urina- ria, akan terletak berjajar dan secara lambat laun menjadi be- sar karena adanya kelenjar-ke-
  • 8. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 7 lenjar yang ada di dinding duktus deferens, dan bagian ini disebut ampula. Panjang ampula tidak panjang (pada sapi sekitar 4 cm) dan setelah meninggalkan prostata maka keduanya akan mengecil lagi. 1.4 Skrotum Kantong testis disebut skrotum. Skrotum merupakan suatu kulit yang bentuknya se- perti kantong yang ukuran, ben- tuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandung- nya. Kulit skrotum tipis dan se- dikit atau tidak berambut. Su- sunan lapisan skrotum dari pa- ling luar adalah : 1) epidermis: tidak memliki ram- but atau sedikit rambut 2) tunika dartos. Merupakan se- lapis jaringan fibroelastik yang bercampur dengan serabut otot polos. Serabut-serabut otot po- los ini pada saat cuaca dingin akan berkontraksi dan mem- bantu mempertahankan posisi terhadap dinding abdominal dan pada saat panas akan me- relaks dan menyebabkan testis turun menjauhi ruang perut. Dengan demikian maka skro- tum dapat mengatur tempera- tur testis agar temperaturnya tetap dipertahankan 40oC sam- pai 70oC lebih rendah dari pa- da temperatur tubuh. Mekanis- me dari sistim thermoregulator ini karena adanya kerja dari dua muskulus yaitu muskulus kremaster externa, muskulus kremaster interna dan tunika dartos. 3) Fasia superfisial merupakan la- pisan tipis jaringan ikat 4) Fasia bagian dalam yang terdiri atas tiga lapis yang sulit di- pisahkan apabila dilakukan pembedahan. 5) Tunika vaginalis komunis, yang merupakan lapisan luar penu- tup testis. 1.5 Urethra Urethra merupakan bagian saluran yang tergantung dari tempat bermuaranya ampula sampai ke ujung spenis. Urethra merupakan saluran untuk urine dan untuk semen sehingga dise- but saluran urogenitalis. Urethra terbagi atas tiga bagian yaitu : � Bagian pelvis � Bagian yang membengkok � Bagian penis
  • 9. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 8 1.6 Penis dan Praeputium Penis merupakan organ ko- pulasi pada hewan jantan, yang akan menyemprotkan semen ke- dalam alat reproduksi betina dan untuk lewatnya urine. Penis da- pat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu : a. Gland penis yang dapat bergerak bebas b. Badan c. Bagian pangkal atau akar yang melekat pada ischial arch pada pelvis yang ter- tutup oleh otot ischioca- vernosus. Penis dilengkapi dengan dua macam perlengkapan yaitu musculus retraktor penis yang dapat merelax dan mengkerut dan corpus covernosum penis yang berfungsi untuk menegang kan penis. Dalam keadaan non aktif. Musculus retractor penis akan mengkerut, kemudian penis akan membentuk huruf S sehingga pe- nis dapat tersimpan dalam prepu- tium. Penis terbungkus oleh tuni- ca albugenia yang ber warna pu- tih. Bentuk penis ternak pada umumnya sama yaitu bulat pan- jang. Pada sapi penis ini bertipe fibroelastis artinya selalu dalam keadaan agak kaku dan kenyal meskipun dalam keadaan non aktif atau tidak ereksi. Sedangkan praeputium merupakan lipatan kulit yang ada di sekitar ujung penis. Pada ternak-ternak terten- tu, praeputium mempunyai ben- tuk yang agak khas, sebagai con- toh preputium pada kuda mem- punyai lipatan yang rangkap, praeputium pada babi mempu- nyai divertikulum atau kantong disebelah dorsal dari orificium preputial, yang mempunyai fungsi untuk mengakumulasi urine, se- kret dan sel-sel mati. Eraksi dan Ejalukasi. Ereksi merupakan pening- katan turgiditas (pembesaran) or- gan yang disebabkan oleh pema- sukan darah lebih besar daripada pengeluaran yang menghasilkan penambahan tekanan dalam pe- nis. Ereksi pada ternak ruminan- sia, saat ereksi baik panjang maupun besarnya tetap hampir sama dan terjadi karena fleksura sigmoid menjadi lurus. Ejakulasi merupakan suatu gerak refleks yang mengosongkan epididymus, urethra dan kelenjar-kelenjar ac- cesoris, dimana ejakulasi ini di- sebabkan karena adanya rangsa- ngan pada gland penis atau dapat juga ditimbulkan dengan adanya
  • 10. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 9 massase dari kelenjar-kelenjar aksesori melalui rektum atau de- ngan elektro ejakulator. 2) Organ-organ Reproduksi Ruminansia Betina Sistim reproduksi ternak betina terdiri atas : a. Sepasang ovarium atau penghasil telur. b. Saluran reproduksi yang terdiri atas tuba fallopii atau oviduct, uterus atau rahim, cerviks atau leher rahim dan vagina c. Alat kelamin bagian luar yang terdiri atas vulva dan klitoris. Gambar 2. Organ Reproduksi Ternak Ruminansia Betina 2.1. Ovarium Ovarium merupakan bagian alat kelamin yang utama, karena fung- sinya untuk menghasilkan sel gonad (ovum). Seperti juga halnya dengan testis pada ternak jantan, ovarium bersifat endokrin dan bersifat sitoge- nik. Bersifat endokrin karena ovarium mampu menghasilkan hormon
  • 11. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 2 yang akan diserap secara langsung kedalam peredaran darah. Ovarium juga bersifat sitigenik artinya bahwa ovarium juga mampu menghasilkan sel yaitu ovum atau sel telur. Oleh karena itu ovarium sering juga disebut induk telur, indung telur atau pengarang telur. Berbeda dengan ternak- ternak lainnya, pada jenis unggas, ovarium tidak sepasang tetapi hanya satu yaitu dibagian kiri sedangkan sebelah kanan mengalami rudimenter. Pada ternak atau hewan menyusui maka jumlahnya adalah sepasang, yang letaknya dekat ginjal, tepatnya dibelakang ginjal kanan dan kiri. Besarnya ovarium bervariasi antar jenis ternak, hal ini tergantung dari jenis ternak, umur dan masa reproduksi ternak. Bentuk ovarium pada kebanyakan species hewan adalah hampir sama yaitu seperti biji almond, tetapi ada beberapa ternak yang mem- punyai bentuk ovarium yang berbeda seperti pada ternak babi bentuk ovariumnya tampak dengan lobul-lobul karena banyaknya folikel dan corpus lutea. Sedangkan pada kuda bentuknya mirip seperti kacang karena adanya fosa ovarii. Perbedaan bentuk ovarium tersebut karena pada dasarnya pada hewan dapat dibedakan dua sifat dalam melahirkan anak yaitu hewan yang bersifat polytocus yaitu melahirkan anak dalam jumlah banyak dalam satu kali kelahiran seperti babi, kucing dan tikus sehingga ben- tuknya seperti buah murbei. Sedangkan sifat yang kedua adalah terma- suk dalam golongan hewan monotokes maka bentuk ovariumnya bulat panjang atau bundar. Bentuk dan Berat Ovarium dijelaskan pada Tabel 1 Tabel 1. Bentuk dan Berat Ovarium pada Berbagai Ternak No Jenis ternak Berat ovarium Bentuk ovarium 1 kuda 70-90 gram Seperti kacang tanah 2 sapi 11-18 gram Oval 3 Domba 2-3 gram Seperti buah almond 4 Babi 8-16 gram Seperti buah murbei 5 Anjing 3 – 12 gram Memanjang, menipis, Oval 6 Kucing 3-12 gram Memanjang, menipis, oval Bagian ovarium terdiri atas bagian medula atau bagian sentral dan merupakan bagian yang berongga (vaskular). Sedangkan bagian luar atau korteks terdiri atas jaringan ikat iregular yang padat. Lapisan luar dari korteks adalah kapsul jaringan ikat yang padat yaitu tunika albugenia.
  • 12. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 3 Sedangkan lapisan yang paling luar merupakan suatu lapis tunggal dari epitel germinal atau disebut sel kelamin primer. Ada dua komponen yang amat penting yang terdapat dalam ova- rium. Komponen tersebut adalah follikel dan korpus luteum. Kedua kom- ponen ini memegang peranan penting dalam proses reproduksi. 2.2 Tuba Uterin Atau Tuba Fallopii (Oviduct) Selain bangsa unggas, hewan betina mempunyai sepasang oviduct. Saluran ini menghubungkan antara ovarium dengan uterus. Oviduct merupakan saluran kecil yang panjang dan berkelok-kelok. Bagian oviduct terdiri atas: Infundibulum, ampula dan bagian yang terakhir yang berhu- bungan langsung dengan uterus disebut istmus Infundibulum merupakan bagian yang paling ujung dari oviduct dan berbentuk seperti corong yang bibirnya tidak teratur dan berjumbai- jumbai. Tetapi ada beberapa species yang bentuk infun dibulum berben- tuk kapsul. Bagian ujung dari infundibulum membentuk fimbria. Fimbria ini letaknya dekat sekali dengan ovarium bahkan biasanya menyelimuti ovarium. Fimbriae mempunyai sifat ovotoxis artinya bergerak kearah adanya ovum. Bahkan ada yang berpendapat bahwa fimbriae ini dapat mengusap-usap ovarium untuk mem percepat proses ovulasi, dapat mengambil ovum yang jatuh kedalam ruang abdomen dan bahkan fim- briae kiri dapat menangkap ovum yang di ovulasikan dari ovarium kanan dan sebaliknya. Fungsi dari oviduct adalah : 1) menerima telur yang diovulasikan ovarium 2) menerima spermatozoa dari uterus 3) mempertemukan sel ovum dengan spermatozoa 4) menyalurkan sel ovum yang telah dibuahi (zigote) ke dalam uterus menyeleksi sperma. Bagian oviduct yang mempunyai konstruksi khusus dan disebut utero tubal junction (UTJ) mempunyai fungsi untuk me nyeleksi sperma yang akan masuk kedalam tuba fallopii dari uterus. 5) kapasitasi spermatozoa. Adanya cairan oviduct menyebabkan sperma- tozoa mengalami proses pendewasaan
  • 13. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 4 2.3 Uterus Uterus pada umumnya terdiri atas badan uterus atau corpus uteri, tanduk uterus (cornu uteri) yang pada umumnya berbentuk lancip dan cerviks atau leher uterus. Bentuk uterus pada setiap jenis hewan berva- riasi. Bentuk-bentuk uterus pada beberapa jenis hewan adalah : a. uterus duplex, yaitu uterus yang uterus yang serviksnya ada dua buah, corpus tidak ada dan cornunya terpisah satu dengan lainnya. Bentuk uterus ini terdapat pada tikus, mencit, kelinci dan marmut. b. uterus bikornua, yaitu uterus yang mempunyai serviks satu dan corpus uterinya sangat pendek. Sebagai contoh terdapat pada ternak babi. c. uterus bibartitus yaitu uterus yang mempunyai serviks satu dan corpus uteri cukup jelas dan panjang. Sebagai contoh terdapat pada hewan sapi, d. uterus simpleks yaitu uterus yang tidak mempunyai kornu uteri, corpus uterinya besar dan mempunyai satu cerviks. Sebagai contoh terdapat pada bangsa primata. Dinding uterus terdapat tiga lapis, dari luar kedalam yaitu : 1) membran serosa merupakan lapis pertama dari luar atau merupakan dinding luar 2) myometrium atau lapisan urat daging licin, yang mengandung urat syaraf dan pembuluh darah 3) endometrium, yaitu lapisan yang merupakan dinding lumen uterus dan terdiri atas epitel, lapisan kelenjar dan jaringan pengikat. Uterus mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses reproduksi. Yaitu sejak estrus sampai bunting dan melahirkan. Fungsi uterus adalah : a. pada saat estrus: Yaitu kelenjar endometrium yang terdapat pada dinding uterus menghasilkan cairan uterus yang diperlukan oleh spermatozoa untuk mendewasakan dirinya (kapasitasi) sehingga se- makin tinggi kemampuannya untuk membuahi ovum b. pada saat kopulasi, uterus akan berkontraksi sehingga mampu mengangkut spermatozoa dari uterus ke tuba fallopii.
  • 14. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 5 c. pada waktu metestrus dan awal diestrus. Kelenjarkelenjar endome- trium mulai berkembang dan tumbuh memanjang dan menghasilkan cairan uterus yang merupakan substrat yang cocok untuk per- tumbuhan embrio muda. d. pada saat diestrus pada ternak yang tidak bunting maka telur yang tidak dibuahi oleh sperma, didalam uterus akan diresorbsi oleh endo- metrium. e. pada saat kebuntingan uterus membesar secara berlahanlahan se- suai dengan pertumbuhan embrio. f. Pada saat kelahiran uterus akan melakukan kontraksi sedemikian kuat sehingga dapat mengangkut fetus yang sedemikian beratnya untuk melampaui simfisis pelvis dan keluar dari badan. g. pada saat selesai partus/melahirkan, maka uterus akan mengalami pengecilan kembali atau involusi. 2.4 Cerviks atau Leher Rahim Cerviks merupakan spincter otot polos yang kuat dan tertutup ra- pat, kecuali pada saat estrus atau pada saat menjelang kelahiran. Cerviks terletak diantara uterus dan vagina, dan merupakan pintu masuk keda- lam uterus karena dapat terbuka atau tertutup yang sesuai dengan siklus berahi. Pada saat berahi serviks agak relaks sehingga memungkinkan sper- matozoa dapat masuk dalam uterus. Kemudian pada saatkebuntingan maka sel-sel goblet yang terdapat pada cerviks akan memproduksi mucus dalam jumlah yang besar sehingga dapat mencegah masuknya zat-zat yang membawa infeksi dari vagina kedalam uterus. Lumen serviks ter- bentuk dari beberapa gelang-gelang penonjolan dari mucosa cerviks yang dapat mengecil dengan kuat sekali. Fungsi cerviks yang utama adalah untuk menutup lumen uteri sehingga tidak memberi kemungkinan untuk masuknya jasad renik baik mikroskopis maupun makroskopis. Oleh sebab itu lumen serviks selalu dalam keadaan tertutup, kecuali pada saat melahirkan dan pada saat berahi lumen serviks akan membuka sedikit sehingga spermatozoa dapat masuk.
  • 15. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 6 2.5 Vagina Vagina adalah bagian saluran reproduksi yang terletak didalam pel- vis, diantara cerviks dan vulva. Vagina terbagi atas bagian vestibulum yai- tu bagian ke sebelah luar yang berhubungan dengan vulva dan partio vaginalis cervics yaitu bagian kesebelah cerviks. Pada ternak betina dara, terdapat selapus tipis yang merupakan sekat atau batas antara vestibulum vaginae dan partiovaginalis cercivis, yang disebut Hymen. Vagina berperan sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopu- lasi. 2.5 Vulva (Pudendum Femininum) Vulva adalah bagian eksternal dari genetalia betina yang terentang dari vagina sampai kebagian yang paling luar. Pertautan antara vulva de- ngan vagina ditandai oleh orifis uretral eksternal. Pada berbagai jenis ternak bibir vulva adalah sederhana saja dan tidak terdiri atas labio mayor dan minor. Kemudian bagian paling bawah dari vulva terdapat klitoris yang merupakan organ yang asal usul embrio- nalnya sama dengan penis pada hewan jantan. 3) Organ-organ Reproduksi Unggas Jantan Gambar 3. Organ Reproduksi Unggas Jantan
  • 16. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 7 Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari testes, ductus deferens, dan organ kopulasi yang terdapat dalam kloaka. Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya karena testes tidak terdapat dalam skrotum tetapi tetap berada dalam rongga badan dan terletak didekat tulang bela- kang dekat bagian anterior. Testis. Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di ab- dominal kearah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum. Fungsi testis menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma. Saluran Deferens. Saluran deferens jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam jantan tua tampak berkelok kelok. Letak kearah caudal, menyilang ureter dan bermuara pada kloaka sebelah lateral urodeum. Alat Kopulasi. Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu lubang papila kecil yang terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi. Alat kopulasi ini juga dapat disebut penis, tetapi pada unggas bentuknya spiral seperti pegas. 4) Organ-organ Reproduksi Unggas Betina Gambar 4. Organ Reproduksi Unggas Betina
  • 17. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 8 Organ reproduksi pada unggas adalah ovarium dan oviduct untuk unggas betina dan testis untuk unggas jantan. Pada unggas betina organ reproduksi bagian kiri yang berkembang normal dan berfungsi dengan baik (Nesheim et al., 1972), tetapi untuk bagian kanan mengalami rudi- meter (Sarwono, 1988). Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan oviduct. Pada ovarium terdapat banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri dari infudibu- lum, magnum, ithmus, kelenjar kerabang telur dan vagina (Nalbandov, 1990). Secara lengkap oviduct dan ovarium digambarkan oleh Nesheim et al. (1979) seperti tampak pada gambar 18. 4.1 Ovarium Ovarium terletak pada daerah kranial ginjal diantara rongga dada dan rongga perut pada garis punggung sebagai penghasil ovum. Ovarium sangat kaya akan kuning telur atau yang disebut yolk. Ovarium terdiri atas dua lobus besar yang banyak mengandung folikel-folikel (Nalbandov, 1990). Ovarium biasanya terdiri dari 5 sampai 6 ovum yang telah berkem- bang dan sekitar 3.000 ovum yang belum masak yang berwarna putih (Akoso, 1993). Yolk merupakan tempat disimpannya sel benih (discus germinalis) yang posisinya pada permukaan dipertahankan oleh latebra. Yolk di- bungkus oleh suatu lapisan membran folikuler yang kaya akan kapiler darah, yang berguna untuk menyuplai komponen penyusun yolk melalui aliran darah menuju discus germinalis. Ovum juga dibungkus oleh suatu membran vitelina dan pada ovum masak membran vitelina dibungkus oleh membran folikel. Bagian yolk mempunyai suatu lapisan yang tidak mengandung pembuluh kapiler darah yang disebut stigma. Pada bagian stigma inilah akan terjadi perobekan selaput folikel kuning telur, sehingga telur akan jatuh dan masuk ke dalam ostium yang merupakan mulut dari infundibulum (Nesheim et al., 1979).
  • 18. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 9 Gambar 5. Ovarium dari ayam petelur (Nesheim et al., 1979) Perkembangan kuning telur dimulai setelah oocyt (discus germi- nalis) berkembang secara perlahan-lahan pada hari ke-10 sampai 8 sebelum ovulasi, dengan adanya penimbunan zat-zat makanan. Pada hari ke- 7 sampai 4 sebelum ovulasi pembentukan yolk terjadi sangat cepat. Pada hari ke-7 sampai 6 sebelum ovulasi yolk, sebesar 1/10 kali yolk masak. Pada hari ke-6 sebelum ovulasi terjadi lapisan konsentris yolk dan diameter yolk berkembang dari 6 sampai 35 mm. Lapisan konsentris terdiri dari lapisan putih dan kuning yang dipengaruhi oleh perbedaan xanthophyl pakan dan periode siang malam. Pada hari ke-4 sebelum ovulasi yolk sudah berebentuk sempurna seperti pada yolk masak. Pada hari ke-3 penimbunan komponen yolk mulai lambat dan berhenti sama sekali pada hari ke-1 sebelum ovulasi dengan diameter sekitar 40 mm (Nesheim et al., 1979). Proses perkembangan folikel yolk ini dipengaruhi oleh hormon pituitari setelah terjadinya kematangan seksual pada ayam betina (Nalbandov, 1990). Ovarium menghasilkan beberapa hormon pada saat perkembangan- nya, folikel-folikel pada ovarium ini berkembang karena adanya FSH (Follicle-Stimulating Hormone) yang diproduksi oleh kelenjar pituitari bagian anterior (Nesheim et al., 1979). Anak ayam belum dewasa mem- punyai oviduk yang masih kecil dan belum berkembang sempurna.
  • 19. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 10 Perlahan lahan oviduk akan mengalami perkembangan dan sempurna pada saat ayam mulai bertelur, dengan dihasilkannya FSH tersebut (Akoso, 1993). Setelah ayam dewasa ovarium juga memproduksi hormon estrogen. Hormon estrogen memacu pertumbuhan saluran reproduksi dan me- rangsang terjadinya kenaikkan Ca, protein, lemak dan substansi lain da- lam darah untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang pertum- buhan tulang pinggul dan brutu. Progresteron juga dihasilkan oleh ova- rium, yang berfungsi sebagai hormon releasing factor di hipothalamus un- tuk membebaskan LH dan menjaga saluran telur berfungsi normal (Akoso, 1993). 4.2 Oviduk Oviduk terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus. Pada unggas oviduk hanya satu yang ber- kembang baik dan satunya mengalami rudimeter. Bentuknya panjang dan berkelok-kelok yang merupakan bagian dari ductus Muller. Ujungnya melebar membentuk corong dengan tepi yang berjumbai (Nalbandov, 1990). Oviduk terdiri dari lima bagian yaitu: infundibulum atau funnel, magnum, ithmus, uterus atau shell gland dan vagina (Nesheim et al., 1979).
  • 20. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 11 Gambar 6. Organ reproduksi ayam betina (Nesheim et al., 1979) Oviduk mempunyai struktur yang kompleks untuk menghasilkan bahan sekitar 40 g (10 g padat dan 30 g air) dalam waktu sekitar 26 jam. Secara garis besar terdiri lapisan perotoneal eksternal (serosa), lapisan otot longitudinal luar dan sirkuler dalam, lapisan jaringan pengikat pem- bawa pembuluh darah dan syaraf, serta lapisan mukosa yang melapisi seluruh duktus. Pada ayam muda mukosa bersifat sederhana tanpa leku- kan maupun lipatan. Pada saat mendekati dewasa kelamin serta men- dapat stimulus dari estrogen dan progresteron, maka oviduk menjadi sa- ngat kompleks dengan terbentuknya ikatan-ikatan primer, sekunder dan tersier. Pada puncak aktivitas sekresinya, sel-sel menunjukkan bentuk variasinya dari kolumner tinggi sipleks sampai kolumner transisional yang memiliki silia. Oviduk unggas tidak dapat membedakan antara ovum
  • 21. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 12 dengan benda-benda asing, sehingga akan tetap mensekresikan albumen, kerabang lunak dan kerabang keras disekitar benda asing tersebut (Nalbandov, 1990). 4.3 Infundibulum. Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan mempunyai panjang sekitar 9 cm (North, 1978). Infundibulum berbentuk seperti corong atau fimbria dan menerima telur yang telah diovulasikan. Pada bagian kalasiferos merupakan tempat terbentuknya kalaza yaitu suatu bangunan yang tersusun dari dua tali mirip ranting yang bergulung memanjang dari kuning telur sampai ke kutub-kutub telur (Nalbandov 1990). Pada bagian leher infundibulum yang merupakan bagian ka- lasiferos juga merupakan tempat penyimpanan sperma, sperma juga tersimpan pada bagian pertemuan antara uterus dan vagina. Penyim- panan ini terjadi pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi (Sastrodi- hardjo dan Resnawati, 1999). Infundibulum selain tempat ovulasi juga merupakan tempat terjadinya fertilasi. Setelah fertilasi, ovum akan mengalami pemasakkan setelah 15 menit di dalam infundibulum, dan dengan gerak peristaltik ovum yang terdapat pada yolk akan masuk ke bagian magnum (Nesheim et al., 1979). 4.4 Magnum. Magnum merupakan saluran kelanjutan dari oviduk dan merupa- kan bagian terpanjang dari oviduk. Batas antara infundibulum dengan magnum tidak dapat terlihat dari luar (Nalbandov, 1990). Magnum mempunyai panjang sekitar 33 cm dan tempat disekresikan albumen telur. Proses perkembangan telur dalam magnum sekitar 3 jam (North, 1978). Albumen padat yang kaya akan mucin disekresikan oleh sel goblet yang terletak pada permukaan mukosa magnum dan jumlah albumen yang disekresikan sekitar 40 sampai 50% total albumen telur.
  • 22. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 13 4.5 Ithmus. Setelah melewati infundibulum telur masuk ke dalam Ithmus. Antara ithmus dan magnum terdapat garis pemisah yang nampak jelas yang disebut garis penghubung ithmus-magnum (Nalbandov, 1990). Panjang ithmus sekitar 10 cm dan merupakan tempat terben- tuknya membran sel (selaput kerabang lunak) yang banyak tersusun dari serabut protein, yang berfungsi melindungi telur dari masuknya mikroorganisme ke dalam telur (North, 1978). Membran sel yang ter- bentuk terdiri dari membran sel dalam dan membran sel luar, di dalam ithmus juga disekresikan air ke dalam albumen. Calon telur di dalam ithmus selama 1,25 jam (Sastrodihardjo dan Resnawati, 1999). Dua lapisan membran sel telur saling berhimpit dan ada bagian yang memisah/melebar membentuk bagian yang disebut rongga udara (air cell), air cell akan berkembang mencapi 1,8 cm. Rongga udara bisa digunakan untuk mengetahui umur telur dan besar telur (North, 1978). 4.6 Uterus. Uterus merupakan bagian oviduk yang melebar dan berdinding kuat. Di dalam uterus telur mendapatkan kerabang keras yang terben- tuk dari garam-garam kalsium (Nalbandov, 1990). Uterus (shell gland) mempunyai panjang sekitar 10 sampai 12 cm dan merupakan tempat perkembangan telur paling lama di dalam oviduk, yaitu sekitar 18 sam- pai 20 jam (North, 1978). Selain pembentukan kerabang pada uterus juga terjadi penyem- purnaan telur dengan disekresikannya albumen cair, meneral, vitamin dan air melalui dinding uterus dan secara osmosis masuk ke dalam membran sel. Pada uterus terjadi penambahan albumen antara 20 sampai 25% (North, 1978). Deposisi kalsium sudah terjadi sebagian kecil di ithmus dan dilanjutkan di uterus. Deposisi terjadi pada bagian inner shell, lapisan mammillary (berupa kristal kalsit) yang membetuk lapisan material berongga. Komposisi komplit dari kerabang telur berupa kalsit (CaCO3), dan sedikit sodium, potasium dan magnesium (North, 1978).
  • 23. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 14 Formasi terbentuknya kerabang telur dengan adanya ketersediaan ion kalsium dan ion carbonat didalam cairan uterus yang akan mem- bentuk kalsium karbonat. Sumber utama ion karbonat terbentuk kare- na adanya CO2 dalam darah hasil metabolisme dari sel yang terdapat pada uterus, dan dengan adanya H2O, keduanya dirombak oleh enzim carbonic anhydrase (dihasilkan pada sel mukosa uterus) menjadi ion bikarbonat yang akhirnya menjadi ion karbonat setelah ion hidrogen terlepas. Beberapa hubungan antara kalsium dalam darah, CO2 dan ion bikarbonat di dalam uterus dalam peristiwa pembentukan kerabang telur dapat dilihat pada gambar 19. Untuk itu pada ayam petelur perlu diperhatikan bahwa kebutuhan kalsium terutama harus disediakan pada pakan, karena jika kekurangan kalsium akan mengambil dari cadangan kalsium pada tulang (Nesheim et al., 1979). Gambar 7. Pembentukan kerabang telur dalam uterus (Nesheim et al., 1979) Pembentukan kerabang juga diikuti dengan pewarnaan kerabang. Warna dominan dari kerabang telur adalah putih dan coklat, yang pewarnaannya tergantung pada genetik setiap individu (North, 1978). Pigmen kerabang (oopirin) dibawa oleh darah (50 –70%) dan disekresi- kan saat 5 jam sebelum peneluran. Pembentukan kerabang berakhir de-
  • 24. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 15 ngan terbentuknya kutikula yang disekresikan sel mukosa uterus beru- pa material organik dan juga mukus untuk membentuk lapisan selu- bung menyelimuti telur yang akan mempermudah perputaran telur ma- suk ke vagina. Pada kutikula terdapat lapisan porus yang berguna un- tuk sirkulasi air dan udara. 4.7 Vagina. Bagian akhir dari oviduk adalah vagina dengan panjang sekitar 12 cm (North, 1978). Telur masuk ke bagian vagina setelah pembentukan oleh kelenjar kerabang sempurna (di dalam uterus). Pada vagina telur hanya dalam waktu singkat dan dilapisi oleh mucus yang berguna untuk menyum- bat pori-pori kerabang sehingga invasi bakteri dapat dicegah. Kemudian telur dari vagina keluar melalui kloaka (Nalbandov, 1990). 4.8 Kloaka Kloaka terdiri dari 3 bagian, yaitu kuprodeum atau saluran keluarnya feses, urodeum atau saluran keluarnya urin dan protodeum atau saluran keluarnya sperma atau sel telur (Frandson, 1992). Telur juga dikeluarkan lewat kloaka yang bermuara di protodeum. Meningkatnya kandungan pro- tein dalam pakan dengan kandungan energi yang sama dapat mening- katkan produksi telur, tetapi tidak berpengaruh terhadap berat telur. Be- rat telur yang berkurang diantaranya disebabkan oleh defisiensi protein dan asam amino untuk pembentukan sebutir telur. Selain faktor tersebut berat telur juga dipengaruhi oleh genetik ayam, dimana ayam buras yang mempunyai kemampuan genetik rendah hanya akan mampu menghasil- kan berat telur optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya (Nasution dan Adrizal, 2009). 5) Organ-organ Reproduksi Aneka Ternak Jantan dan Betina Sistem reproduksi tersusun atas sistem genital interna dan eksterna. Pada hewan betina organ interna berupa sepasang ovarium dan uterus. Ovarium terletak sebelah kaudal dari ren dan didalamnya terdapat folikel- folikel Graaf berbentuk gelembung. Uterus berjumlah sepasang dan berkelok-kelok dan terbagi atas infundirambutm, tuba, dan uterus. Organ
  • 25. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 16 ksterna tersusun atas vagina, vulva, labium majus, labium ninus, dan clitoris (Tim Dosen anatomi hewan UGM). Gambar 7a. Sistem reproduksi pada kelinci Lepus nigricollis) betina (kiri), jantan (Kanan) (Grove dan Newel, 1942). Gambar 7b. Anak kelinci (Lepus nigricollis) yang baru dilahirkan (Hustamin, 2006). Kelinci terkenal karena kemampuan reproduksinya, yang betina berevolusi segera setelah senggama sehingga pembuahan terjamin. Selain itu kelinci betina mempunyai sistem reproduksi yang istimewa, yaitu mampu mengandung 2 rumpun anak sekaligus karena memiliki rahim ganda. Pembuahan pada rahim yang 1 tidak menghalangi ovulasi pada rahim yang satunya lagi. Gejala ini disebut Superfetasi, dan meskipun langka dianggap cukup sering terjdi (Oliver, 1984). Sedangkan pada jantan
  • 26. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 17 memiliki organ reproduksi interna dan eksterna. Pada organ interna terdiri dari testis dan epididimis. Testis terdapat sepasang yang terletak dalam scrotum. Testis merupakan pengahasil sperma terus dikeluarkan melalui epididimis yang merupakan tempat pematangan kemudian ke vasdeferens. Sedangkan pada organ eksterna berupa penis. Penis ini merupakan merupakan alat kopulasi dan tersusun dari corpus cavernosusm penis dan corpus gavernosum urethrae. Disamping itu juga terdapat kelenjar- kelenjar yang membantu sistem reproduksi (Kastawi, 1992). Pemaparan tersebut sebagaimana yang telah dilakukannya pengamatan dengan menghasilkan hasil seperti itu pula. 6) Organ Pelengkap (Assesorris ) Organ tambahan mempunyai hubungan dengan saluran pencernaan dengan adanya suatu duktus yang berfungsi sebagai saluran untuk me- ngekskresikan material dari organ tambahan ke saluran pencernaan yang berguna untuk kelancaran proses pencernaan pakan. Ada tiga organ pen- cernaan tambahan yaitu hati, pankreas dan limpa (North, 1978). Hati Hati terletak diantara gizzard dan empedu, berwarna kemerahan dan terdiri dari dua lobus, yaitu lobus dexter dan sinister. Hati mengeluar- kan cairan berwarna hijau kekuningan yang berperan dalam mengemulsikan lemak (North, 1978). Cairan tersebut tersimpan di dalam sebuah kantung yang disebut kantung empedu yang terletak di lobus sebelah kanan. Makanan yang berada pada duodenum akan merangsang kantung empedu untuk mengkerut dan menumpahkan cairan empedu (Akoso, 1993). Hati juga menyimpan energi siap pakai (glikogen) dan menguraikan hasil sisa protein menjadi asam urat yang dikeluarkan melalui ginjal (Lehninger, 1994). Pankreas Pankreas terletak pada lipatan duodenum. Pankreas mensekresikan cairan pankreas ke duodenum melalui ductus pancreaticus dan menghasilkan enzim yang mendigesti karbohidrat, lemak dan protein (North, 1978).
  • 27. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 18 Limpa Limpa berbentuk agak bundar, berwarna kecoklatan dan terletak pada titik antara proventriculus, gizzard dan hati (Jull, 1971). Fungsi dari limpa sampai sekarang belum diketahui, hanya diduga sebagai tempat untuk memecah sel darah merah dan untuk menyimpan Fe dalam darah.
  • 28. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 19 FISIOLOGI REPRODUKSI TERNAK A. Jenis-jenis Hormon Reproduksi dan Kelenjar yang Memproduksinya serta Mekanisme Kerja Hormon Reproduksi Kelenjar endokrin merupakan organ spesifik yang menghasilkan suatu produk kimia disebut hormon. Hormon tersusun dari beberapa substansi kimia seperti protein, steroid dan substansi lain akan dilepas ke dalam aliran darah dan ditransportasikan untuk meningkatkan, menurunkan atau mem- berikan efek metabolik terhadap fungsi organ (North, 1978). Pusat rangsangan syaraf yang mempengaruhi kerja hormon pada unggas terdapat pada hipothalamus. Rangsangan syaraf dari luar akan di- transformasikan menuju hipothalamus sehingga hipothalamus akan men- sekresikan hormon- releasing factor (HRS). HRS yang dihasilkan hipothalamus akan mengatur regulasi hormon yang dihasilkan oleh pituitari pars an- terior/PPA (anterior pars pituitary). PPA memproduksi hormon yang sifatnya dapat mengatur kerja dari beberapa kelenjar endokrin. Beberapa hormon yang disekresikan PPA antara lain Thyroid-stimulating hormone (TSH), Adrenocor- ticotrophic hormone (ACTH), dan dua dua jenis Gonadotrophic hormone (GTH) yang masing-masing berefek pada aktivitas kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan kelenjar kelamin dan juga menghasilkan Growth hormone (GH) yang me- ngatur pertumbuhan tubuh unggas. Beberapa kelenjar tersebut akan terang- sang untuk menghasilkan hormon tertentu yang mempunyai fungsi tertentu (Nesheim et al., 1979).
  • 29. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 20 Gambar 8. Hubungan antara sistem syaraf, kelenjar endokrin dan sistem reproduksi unggas jantan dan betina (Nesheim et al., 1979). Fungsi Beberapa Hormon Hormon tiroid mempengaruhi tingkat metabolisme, pertumbuhan bulu dan pewarnaan bulu, hormon produk sekresi dari kelenjar adrenal mempe- ngaruhi metabolisme mineral dan karbohidrat serta mengurangi stres, hipo- tiroid mempunyai karateritik terhadap pertumbuhan bulu lambat dan kemun- duran aktivitas reproduksi. Hormon pada saluran gastrointestinal dapat me- ngatur pengeluaran cairan pada proventrikulus dan pankreas, mengatur kon- traksi limpha dan perpindahan pakan unggas karena kontraksi pada saluran digesti. Insulin dan glucagon yang dihasilkan oleh Langerhans dan sel Beta pada pankreas mengatur metabolisme karbohidrat. Kelenjar parathiroid dan ultimobranchial body mensekresikan hormon yang mengatur deposisi kalsium pada tulang dan kerabang telur. Hormon yang dihasilkan oleh pituitari pars posterior PPP (pars posterior pituitary) mengatur regulasi tekanan darah dan keseimbangan air pada ayam petelur (Nesheim et al., 1979). Hormon juga me- ngatur sistem reproduksi pada unggas (gambar 16).
  • 30. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 21 Tabel 2 . Kelenjar endokrin beserta hormon yang dihasilkan dan fungsinya Kelenjar Hormon Fungsi Testis Androgen Perkembangan karakter sekunder. Produksi sperma (spermatogenesis). Tingkah laku reproduksi. Ovarium  Estrogen  Progesteron  Androgen  Perkembangan karakter sekunder. Pigmentasi bulu. Perkembangan oviduk.  Mengatur keseimbangan PPA. Pengaturan oviduk bersama estrogen pada gerak peristaltik dan sekresi.  Pertumbuhan comb. PPA FSH (Follicle Stimu- lating Hormone) LH (Luteinizing Hor- mone) LTH (Luteotropic Hormone)/Prolaktin TH (Thyrotropic Hor- mone) ATH (Adrenotropic Hormone) GPH (Growth Pro- moting Hormone)  Stimulasi perkembangan folikel (calon telur) dalam ovarium  Proses ovulasi.  Proses mengeram.  Stimulasi glandula tiroid.  Stimulasi glandula adrenal.  Stimulasi proses pertumbuhan bulu. PPP  Oksitosin/Pitosin  Vasopresin/Pitesin Kontraksi saluran darah. Metabolisme sel. Tiroid Tiroksin Proses pertumbuhan bulu. Paratiroid Parathormon Peningkatan Ca darah (untuk kera- bang). Adrenal  Adrenalin  Cortin o Vasokontraktor (menaikkan tekanan darah dan stimulir kegiatan jantung). o Fasilator konversi protein menjadi KH. Langerhans Insulin Metabolisme KH (pengeluaran energi dan cadangan energi). B. Pubertas pada Ternak Suatu proses reproduksi akan berlangsung secara periodik dan terus menerus akan dimulai sejak tenak tersebut mengalami pubertas atau de- wasa kelamin. Pada saat itu ternak sudah dapat menghasilkan keturunan karena pada saat itu organ reproduksinya telah mampu memproduksi gamet-gamet yang masak. Jadi pubertas pada ternak adalah suatu periode dalam kehidupan makhluk jantan atau betina dimana proses-proses repro- duksi mulai terjadi. Pada saat inilah maka organ-organ reproduksi mulai berfungsi. Pada ternak, pubertas ditandai dengan adanya keinginan ternak
  • 31. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 22 tersebut untuk melakukan perkawinan. Umur dewasa kelamin pada setiap jenis ternak tidak sama. Umur dewasa kelamin ini juga tergantung pada keadaan iklim, keadaan makanan, heriditas dan tingkat pelepasan hormon. Umur dewasa kelamin pada jenis ternak tertentu dapat dilihat pada Tabel 3. Umur Dewasa Kelamin pada Berbagai Jenis Ternak Jenis ternak Umur Pubertas Variasi Sapi Kuda Domba Kambing Kerbau babi 12 bulan 18 bulan 8 bulan 8 bulan 24 bulan 6 bulan 6-24 bulan 10-24 bulan 4-12 bulan 4-12 bulan 12- 40 bulan 4-8 bulan Pada semua ternak bahwa dewasa kelamin akan tercapai pada saat dewasa tubuh tercapai. Pada saat ini ternak sudah mampu untuk melaku- kan perkawinan, tetapi pada saat itu tubuhnya belum mampu untuk mela- kukan proses reproduksi selanjutnya seperti bunting, melahirkan dan me- nyusui. Pada saat itu tubuhnya masih dalam proses pertumbuhan, sehing- ga apabila ternak tersebut bunting maka tubuhnya harus menyediakan makanan untuk pertumbuhan dirinya dan pertumbuhan anak yang dikan- dungnya. Apabila hal ini terjadi maka kemungkinankemungkinan yang ti- dak diinginkan akan terjadi seperti terjadi kematian baik pada induk mau- pun anaknya, akan melahirkan anak-anak yang cacat atau lemah, kecil dll. Untuk menghindari hal-hal tersebut diatas maka sebaiknya perkawinan hendaknya ditangguhkan beberapa saat sampai tubuhnya cukup dewasa atau dewasa tubuh telah tercapai. C. Oogenesis dan Spermatogenesis Spermatogenesis, artinya proses pembentukan sperma. Proses ini terjadi di dalam alat genital pria, yakni testis. Pembentukan sperma ini dimulai pada saat pubertas, ketika produksi hormon gonadotropin sudah cukup maksimal untuk merangsang pembentukan spermatozoa. Pada mulanya, diwaktu masih dalam kandungan, sel-sel germinal primordial tampak pada tingkat perkembangan yang dini di antara sel endoderm di dinding kantung kuning telur di dekat allantois. Kemudian pada minggu ke-3 masa janin, mereka akan bermigrasi ke rigi urogenital
  • 32. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 23 yang saat itu tumbuh di daerah lumbal. Semenjak dari dalam kandungan sampai masa pubertas nanti, sel-sel germinal primordial ini akan me- ngalami fase istirahat, sampai suatu saat ketika lumen tubulus seminiferus telah sempurna dibentuk pada pubertas, mereka akan berdiferensiasi menjadi spermatogonia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, spermatog- onia itu berasal dari sel-sel germinal primordial tersebut. Spermatogonia tipe A adalah spermatogonia awal yang dibentuk. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, saat ini diketahui bahwa spermatogonia tipe A ini akan mengalami serangkaian fase pembelahan secara mitosis, dan akhirnya membentuk spermatogonia tipe B. Spermatogonia tipe B ini kemudian yang akan bergerak ke lumen, termo- difikasi dan membesar membentuk spermatosit primer. Spermatosit primer nantinya akan semakin ke arah lumen sambil membelah secara miosis menjadi spermatosit sekunder. Pada fase miosis pertama ini (atau miosis I), proses yang berlangsung cukup lama adalah pada tahap profase I, yakni sekitar 22 hari. Sedangkan proses selanjutnya yakni metafase, anafase dan telofase berlangsung dengan cepat. Setelah terbentuk spermatosit sekunder, alamiahnya ia akan langsung membelah kembali secara miosis (atau miosis II) menjadi sperma- tid. (Inilah mengapa secara histologis sel spermatosit sekunder jarang ditemukan dalam preparat histologi). Spermatid yang dihasilkan sekarang telah haploid, atau memiliki setengah dari kromosom induknya (sperma- tosit primer). Langkah selanjutnya adalah tahap dimana spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoa. Proses ini secara keseluruhan dikenal dengan spermiogenesis. Spermiogenesis terdiri dari empat tahapan: 1. Pembentukan akrosom, yaitu pelindung kepala sperma yang menutupi separoh permukaan nukleus sperma dan berisi enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus lapisan-lapisan sel telur pada saat fertilisasi. (contohnya, enzim hyaluronidase dan proteolitik). 2. pemadatan inti/kondensasi nukleus. 3. pembentukan leher, badan tengah dan ekor dari sperma 4. penglepasan sitoplasma yang tersisa menjadi bahan residu yang kemudian difagosit oleh sel sertoli.
  • 33. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 24 Hasil akhir dari spermatogensis adalah spermatozoa yang haploid (n), dimana 1 spermatosit primer menghasilkan 4 spermatozoa. Proses ini ber- langsung di dalam testis lebih kurang selama 64 hari, dimana sebenarnya spermatozoa yang terbentuk adalah sekitar 300 juta sel spermatoza baru setiap hari. Gambar 8: Proses pembelahan spermatogesis Oogenesis adalah proses pembentukan sel; telur. Mula-mula dalam ovarium terjadi oosit primer yang kemudian membelah tidak sama besar dan terbentuk oosit sekunder (yang besar) dan benda kutub (yang kecil). Inti kedua sel tersebut sebenarnya sama besar, tetapi berbeda dalam jumlah plasma sel
  • 34. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 25 Gambar 9: Proses Pembelahan Oogenesis 1. Sel-Sel Kelamin Primordial Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri (dalam kandungan). Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama- sama membentuk folikel primordial. 2. Folikel Primordial Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
  • 35. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 26 3. Oosit Primer Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA. 4. Pembelahan Meiosis Pertama Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat mem- belah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi. Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya. 5. Oosit Sekunder Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit. Oosit sekunder membelah membentuk ootid yang akan berdiferensiasi menjadi ovum dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar dan satu ovum masak, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional D. Siklus Berahi/Estrus pada Ternak Ternak-ternak betina menjadi birahi pada interval waktu yang te- ratur, namun berbeda dari spesies satu ke spesies yang lainnya (Frandson, 1993). Interval antara timbulnya satu periode birahi ke permulaan periode berikutnya disebut sebagai suatu siklus estrus. Siklus estrus pada da-
  • 36. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 27 sarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu ; proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus (Marawali, dkk., 2001). Berikut ini adalah konsentrasi hormon dalam darah selama siklus estrus. Gambar 10. Hormon dalam Darah Selama Siklus Estrus (Anonim, 2008a) 1. Proestrus Proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan merosotnya progesteron serta melanjut sampai terjadinya fase estrus selama 1-3 hari (Anonim, 2003a ). Akibat kehilangan hambatan progesteron, GnRH me- ningkat dan menyebabkan stimulasi LH dan FSH. FSH menyebabkan ma- turasi akhir folikel yang tumbuh. Folikel yang tumbuh menghasilkan estrogen oleh sel-sel granulosa dan sel theka interna. Fase ini dianggap sebagai fase penumpukan. Dalam fase ini folikel ovarium dengan ovumnya yang menempel membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel ke dalam aliran darah merangsang peningkatan vaskularisasi dan pertumbuhan sel genital dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang terjadi (Frandson, 1993). 2. Estrus Estrus didefinisikan sebagai periode waktu ketika betina resepsif terhadap jantan dan akan membiarkan untuk dikawini (Anonim, 2003a). Menurut Frandson (1993), fase estrus ditandai dengan sapi yang berusaha dinaiki oleh sapi pejantan, keluarnya cairan bening dari vulva dan pe- ningkatan sirkulasi sehingga tampak merah.
  • 37. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 28 Lama estrus pada sapi sekitar 12-24 jam (Putro, 2008). Estrus pada sapi biasanya berlangsung selama 12 – 18 jam. Variasi terlihat antar individu selama siklus estrus, pada sapi-sapi di lingkungan panas mempu- nyai periode estrus yang lebih pendek sekitar 10-12 jam (Anonim, 2003a). Selama atau segera setelah periode ini, terjadilah ovulasi. Ini terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam darah dan penaikan tingkat LH. Sesaat sebelum ovulasi, folikel membesar dan turgid serta ovum yang ada di situ mengalami pemasakan. Estrus berakhir kira-kira pada saat pecahnya foli- kel ovari atau terjadinya ovulasi (Frandson, 1993). 3. Metestrus Metestrus adalah fase pasca ovulasi di mana corpus luteum ber- fungsi. Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjangnya LTH (Lu- teotropik Hormon) yang disekresi oleh adenohipofisis. Selama periode ini terdapat penurunan estrogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovari (Frandson, 1993). Selama meteestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel mulai terisi dengan darah. Darah membentuk struktur yang disebut korpus hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari, korpus hemoragikum mulai berubah menjadi jaringan luteal, menghasilkan korpus luteum atau CL. Fase ini sebagian besar berada dibawah pengaruh progesteron yang diha- silkan oleh korpus luteum (Guyton, 1994). Pada masa ini terjadi ovulasi, kurang lebih 10-12 jam sesudah estrus, kira-kira 24 sampai 48 jam sesu- dah birahi. Metestrus terjadi 2-4 hari pada siklus estrus (Anonim, 2003a). 4. Diestrus Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus berahi, korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap sa- luran reproduksi menjadi nyata (Marawali, dkk.,2001). Pada sapi dimulai kira-kira sampai hari ke-5 siklus, ketika suatu peningkatan progesteron dalam darah dapat dideteksi pertama kali, dan berakhir dengan regresi corpus luteum pada hari 16 dan 17 (Anonim, 2003a). Berikut ini adalah keadaan korpus luteum dan folikel pada ovarium sapi selama siklus estrus.
  • 38. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 29 Gambar 11. Keadaan korpus luteum dan folikel pada ovarium sapi selama siklus estrus. (Anonim, 2007) E. Ovulasi dan Fertilisasi 1. OVULASI Ovulasi adalah Ovulasi adalah interaksi dari hipotalamus – hipofise – ovarium dan endometrium. Ovarium memiliki 2 peran utama : 1.Fungsi endokrin untuk menghasilkan estrogen dan progesteron dalam rangka mempersiapkan uterus untuk menerima hasil konsepsi 2.Gametogenesis dan ovulasi Proses Ovulasi  Perkembangan folikel ovarium terjadi sebagai akibat dari stimulasi hor- mon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise  Hipotalamus dan hipofise merupakan organ yang saling terkait. Secara bersama-sama keduanya mengatur struktur dan fungsi ovarium melalui siklus menstruasi.  Hipotalamus menghasilkan GnRH - Gonadotropin Releasing Hormone yang selanjutnya akan merangsang produksi FSH – follicle stimulating hormone dan LH – Luteinizing Hormone
  • 39. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 30 Gambar 12: Ovulasi Ovarium Proses Ovulasi di Pengaruhi Oleh Kendali Hipofisis. Perubahan dalam ovarium terutama dikendalikan oleh hipofise anterior yang menghasilkan produksi 3 hormon utama : 1. FSH – follicle stimulating hormone, yang merangsang pertumbuhan foli- kel ovarium 2. LH – Luteinizing Hormone, yang menyebabkan ovulasi dan menyebab- kan luteinisasi sel granulosa setelah ovulasi 3. Prolactine Pada akhir siklus menstruasi kadar estrogen rendah. Rendahnya kadar estrogen ini merangsang produksi FSH oleh hipofise. Selanjutnya FSH menstimulasi pertumbuhan sejumlah folikel ovarium. Folikel yang terstimulasi akan meningkatkan kadar kadar estrogen dan kenaikan kadar estrogen dapat mempengaruhi hipofisis sehingga menyebabkan penurunan kadar FSH ( proses umpan balik negatif ).
  • 40. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 31 Gambar 13: Kadar FSH dan LH Pada sebagian besar kasus, dari 10 – 20 folikel tumbuh dibawah pengaruh FSH namun hanya satu diantaranya (folikel dominan) yang dapat tumbuh cukup besar dan memiliki densitas reseptor FSH yang cukup memadai sehingga dapat memberikan respon dengan rendahnya kadar FSH sehingga dapat terus berkembang sampai tahapan ovulasi. Kadar estrogen terus meningkat. Pada pertengahan siklus menstruasi situasi ovarium mengendalikan adanya perubahan fungsi hipofise. Peningkatan kadar estrogen yang terjadi akan menyebabkan terjadinya „surge‟ kadar FSH dan LH ( proses umpan balik positif ). Peristiwa ini akan memicu terjadinya ovulasi. Peranan LH dalam hal ini adalah untuk : o Menyebabkan adanya produksi prostaglandin dan ensim proteolitik lokal sehingga dapat terjadi ekstrusi sel telur dari folikel yang telah matang o Pertumbuhan corpus luteum sehingga menghasilkan progesteron.
  • 41. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 32 2. FERTILISASI Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid. Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa tumbuhan, hewan, dan sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita dan semua antofita, gametnya tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses dari fertilisasi. Gambar 14: Proses Bertemunya Sel Sperma dengan Sel Telur
  • 42. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 33 F. Implantasi Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Pada akhir minggu pertama ( hari ke 5 sampai ke 7 ) zygot mencapai cavum uteri. Pada saat itu uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir dibawah pengaruh progesteron dari kor- pus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif. Kontak antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuskan berbagai reaksi seluler, sehingga sel – sel trofoblast zigot tersebut akan menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus ( terjadi implantasi). Setelah implantasi, sel– sel trofoblas yang tertanam di dalam endometrium terus berkembang membentuk jaringan bersama dengan sistem pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin. Gambar 15: proses perkembangan dan perjalanan ovum dari ovarium sampai kavum uteri
  • 43. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 34 Keterangan : A : Oosit tidak bersegmen B : Fertilisasi C : Terbentuk pro-nuklei D : Pembelahan kumparan pertama E : Stadium 2 sel F : Stadium 4 sel G : Stadium 8 sel H : Morula I & J : Pembentukan blastokista G. Proses Pembentukan Telur. Telur pada unggas mengandung banyak zat-zat makanan untuk persediaan perkembangbiakan embrio pada masa penetasan. Telur tidak ubahnya susu pada mamalia adalah hasil sekresi dari sistem reproduksi dan mekanisme endokrin, metabolik dan kimia faali. Bertelur sama dengan mekanisme laktasi. Telur unggas lebih besar dari pada telur mamalia, karena telur unggas harus mengandung makanan untuk perkembangan embrionik selama pertumbuhan di luar tubuh induk. Embrio unggas sangat tergantung pada zat makanan yang terdapat dalam telur. Karena itu lemak dari sudut kalori lebih pekat dari pada gula, maka telur lebih kaya akan lemak dari pada gula (dibandingkan dengan susu) (Anggorodi, 1984). 1. Yolk / Kuning telur Kuning telur terdiri dari badan berbentuk bola besar, dari 25 sampai 150 μm garis tengah, yang terbagi-bagi adalah dalam suatu tahapan yang berkelanjutan. Yolk yang kecil ukurannya sangat kecil diperkirakan berdiameter sekitar 2 μm. Kuning telur berisi hanya sekitar 50% air. Sisa terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan 1: 2; lipid yang ada da- lam bentuk lipoprotein (Bell dan Freeman, 1971). Lebih lanjut menyatakan pada umumnya sintesis protein kuning telur berasal dari hati atas rang- sangan hormon oestrogen. Kemudian diangkut oleh darah nemuju indung telur (ovarium). Dalam ovarium ayam petelur mengandung 1000 sampai 3000 folikel, ukurannya sangat bervariasi dari ukuran mikrokopik sampai sebesar satu kuning telur. Kuning telur yang lebih kecil mulai tumbuh dengan cepat sekitar 10 hari sebelum dilepaskan ke dalam infundibulum. Kuning telur diliputi oleh suatu membran folikuler, yang menempelkannya pada ovari.
  • 44. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 35 Membran ini memiliki suatu bagian yang terlihat hanya sedikit mengan- dung pembuluh darah. Bagian atau daerah itu disebut stigma. Inilah tempat dimana kuning telur robek dan melepaskan ovum pada saat ovulasi. Karena zat-zat makanan disalurkan melalui membran folikuler dari aliran darah menuju ke ovum, sejumlah darah kadang-kadang dilepaskan bersama-sama kuning telur itu karena tempat pecahnya tidak selalu tepat pada stigma. Inilah yang kadang menyebabkan munculnya suatu blood spot di dalam telur (James Blakely dan David, 1985). 2. Reproduksi pada ayam Pola reproduksi pada ayam berbeda dengan mamalia terutama beberapa segi yang terpenting, ayam bertelur dengan berirama bertelur, yaitu bertelur satu atau lebih pada hari yang berurutan, kemudian diikuti satu hari istirahat. Ayam yang prolefik bertelur 5 butir atau lebih dalam satu irama bertelur (clutch). Timbulnya clutch dikarenakan pembentukan telur diburuhkan total waktu 25 – 26 jam dan ovulasi berikutnya pada clutch yang sama terjadi 30 – 60 menit setelah ovulasi telur sebelumnya. Jadi karena ovulasi tidak terjadi secara teratur setiap siklus 24 jam, maka waktu ovulasi hari berikutnya pada clutch yang sama akan terlambat (Nalbandov, 1990). 3. Pengendalian Hormon Bertelur. Reproduksi burung adalah yang berkaitan dengan sistem pengen- dalian pada ayam yang sedang bertelur, yang disebut hierarki folikuler yakni gradasi berat dan ukuran folikel. Hanya satu folikel yaitu yang terbesar yang menjadi masak dan di ovulasikan dalam waktu satu hari, segera setelah folikel ini pecah, kemudian nomor 2 terbesar tumbuh menjadi besar, demikian seterusnya peristiwa tersebut terjadi berurutan. Rincian permainan hormonal antara ovarium dengan sistem hipotalamus- hipofiseal unggas semuanya jelas, kecuali kita ketahui benar-benar ialah bahwa ovarium burung secara total tergantung pada hormon Gonadotrofik yang berasal dari pituitari. Telah diketahui bahwa hipotalamus dalam pengendalian pelapisan LH dan FSH hipofisa. Diakuinya hipotalamus
  • 45. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 36 melalui cara pembedahan, tepatnya pada nuklei praoptik di daerah para- ventrikuler, ternyata dapat menghentikan ovulasi (Nalbandov, 1990). 4. Oviduk. Setelah ovulasi ovum ditangkap oleh fimbria dan masuk kedalam infundibulum kuning telur akan berdiam kurang lebih selama ¼ jam dan dibagian ini terjadi pertemuan dengan sel jantan, setelah itu diteruskan ke magnum (Rasyaf, 1992). Lebih lanjut Nalbandov, (1990) menuliskan bahwa disini telur menerima lapisan albumen. Sekresi albumen pada magnum yang dikontrol oleh dua hormon. Hormon estrogen yang fungsi utamanya menyebabkan perkembangan anatomi dan perkembangan kelenjar seluruh oviduk, tetapi estrogen saja tidak dapat menyebabkan pembentukan calon albumen dalam kelenjar, atau sekresi albumen sendiri ke dalam lumen magnum. Hormon yang kedua dibutuhkan untuk kepentingan kedua- duanya, baik pembentukan atau sekresi albumen. Androgen dan progesteron yang kedua-duanya beraksi terhadap magnum yang berkembang karena estrogen, dapat menyebabkan pertumbuhan granula albumen dan pelepasan granula ini ke dalam lumen. Setelah pertumbuhan magnum yang di prakarsai oleh estrogen dan pembentukan granula albumen yang disebabkan baik androgen ataupun progesteron, satu peristiwa lagi masih tertinggal yaitu sekresi albumen kedalam lumen. Hal ini biasanya terpicu oleh adanya benda asing di magnum , apakah itu ovum ataukah benda asing yang berada dalam magnum. Setelah mendapat albumen dalam perjalanan di magnum selama 2,5 jam atau 3 jam, telur bergerak ke isthmus, disini disekersikan kerabang lunak. Bagian oviduk ini secara histologis berbeda dengan magnum tetapi dikontrol oleh hormon yang sama, yang beraksi dengan cara yang sama dan dalam rangkaian tahap yang sama, seperti yang terjadi pada magnum. James Blakely dan David, (1985)mengemukakan di daerah isthmus mendapat pelapisan membran yaitu membran luar dan membran dalam, dalam keaadaan normal masing-masing membran menempel, kecuali pada suatu tempat dimana membran tersebut berpisah yaitu pada ujung tumpul telur. Perpisahan kedua membran tersebut membentuk suatu rongga
  • 46. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 37 udara. Telur tinggal di isthmus selama kurang lebih 1,5 jam dan setelah menerima kerabang lunak dan air, dikuatkan oleh Rasyaf (1992) dibagian ini ditambahkan pula Natrium, Kalsium dan garam. Telur tersebut bergerak ke kelenjar kerabang atau yang dinamakan pula uterus, telur tinggal di daerah ini selama kurang lebih 22 jam, dan kerabang kapur disekresikan menyelubungi (Nalbandov, 1990). Tabel 4. Rataan panjang bagian pembentukan telur dan lama waktu proses berjalan Bagian Panjang (cm) Waktu (jam) Infundibulum 11,0 0,25 Magnum 33,6 3,00 Isthmus 10,6 1,25 Uterus 10,1 20,15 Vagina 6,9 0,15 Sumber : Rasyaf 2003 5. Pengeluran Telur (Oviposisi). Dalam kondisi normal telur dibentuk bagian tumpul terlebih dahulu. Jika induk tidak terggangu pada saat bertelur, sebagian besar telur akan dikeluarkan dengan ujung tumpul lebih dulu. Hal ini tidak diketahui secara pasti sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat sebelum dikeluarkan, telur diputar secara horisontal (tidak ujung ke ujung), 180 derajat sesaat sebelum telur itu dikeluarkan. Ovulasi pada ayam secara normal terjadi 30 menit setelah telur dikeluarkan. Interval waktu dapat bervariasi antara 7 sampai 74 menit (James Blakely dan David, 1985). Lebih lanjut menyatakan pengeluaran telur dirangsang oleh cahaya sehingga merangsang dan meningkatkan suplai FSH. Hormon ini pada gilirannya melalui aktivitas ovari mengakibatkan terjadinya ovulasi dan oviposisi. 6. Sifat Mengeram. Induk ayam mengeram diakibatkan oleh pengaruh hormon prolaktin dari pituitari anterior, ayam menghabiskan waktu dengan duduk diatas sarang dan menetaskan serta mengasuh anak-anaknya. Bila sifat keibuan ini demikian kuat sehingga induk ayam terus
  • 47. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 38 menerus duduk diatas sarang, hal ini merugikan karena pada saat mengeram ayam tidak memproduksi telur (James Blakely dan David, 1985). H. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio pada Ternak a) Ternak Ruminansia Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu : a. Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. b. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembela- han sel (cleavage). Secara umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain: 1. Sel tunggal (yang telah dibuahi) 2. Blastomer 3. Blastula 4. Gastrula 5. Neurula 6. Embrio / Janin Tahapan fase embrionik yaitu : a. Morula Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat. Morulasi yaitu proses terbentuknya morula
  • 48. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 39 b. Blastula Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus me- ngalami pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blasto- soel. Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula. c. Gastrula Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh. Gastrula pada beberapa hewan tertentu, seperti hewan tingkat rendah dan hewan tingkat tinggi, berbeda dalam hal jumlah lapisan dinding tubuh embrionya. Triploblastik yaitu hewan yang mempunyai 3 lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm, mesoderm dan endoderm. Hal ini dimiliki oleh hewan tingkat tinggi page 1 /seperti Vermes, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata dan semua Vertebrata. Diploblastik yaitu hewan yang mempunyai 2 lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm dan endoderm. Dimiliki oleh hewan tingkat rendah seperti Porifera dan Coelenterata. Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula. Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula. Contohnya : a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera. b. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang- /osteon) alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren. c. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup.
  • 49. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 40 Contohnya : a. Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata. Pertumbuhan dan perkembangan manusia. Setelah peristiwa fertilisasi, zygote akan berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio akan tertanam pada dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari setelah proses fertilisasi. Sel-sel embrio yang sedang tumbuh mulai memproduksi hormon yang disebut dengan hCG atau human chorionic gonadotropin, yaitu bahan yang terdeteksi oleh kebanyakan tes kehamilan. HCG membuat hormon keibuan untuk mengganggu siklus menstruasi normal,membuat proses kehamilan jadi berlanjut. Janin akan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ ari-ari. Embrio dilindungi oleh selaput-selaput yaitu: 1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan menghasilkan cairan ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan. 2. Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jon- jot yang menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalam nya terdapat pembuluh darah. 3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel me nghilang page 2 /3 dan pembuluh darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta, mengangkut sari makanan dan O2, termasuk zat sisa dan CO2. 4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amni on.merupakn tempat munculnya pembuluhdarah yang pertama. B. Periode Perkembangan Embrio Periode Embrio / organogenesis merupakan suatu periode ketika sel-sel berada dalam proses pembentukan organ-organ spesifik dalam tubuh embrio. Merupakan periode dimulainya implantasi sampai saat dimulainya pembentukan organ tubuh bagian dalam. Pada sapi berkisar hari ke 12-45, kucing 6-24, dan kuda 12-50 setelah fertilisasi. Selama periode ini akan terbentuk lamina germinativa selaput embrionik dan organ tubuh (Toelihere,1979).
  • 50. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 41 Periode perkembangan embrio adalah sebagai berikut: a. Periode Persiapan Kedua parent disiapkan untuk melakukan perkawinan. Gamet mengalami proses pematangan sehingga mampu melakukan pembuahan. b. Periode Pembuahan Kedua parent kawin, gamet melakukan perjalanan ke tempat pembuahan, kemudian kedua jenis gamet pun melakukan pembuahan. c. Periode Pertumbuhan Awal Pertumbuhan sejak zigot mengalami pembelahan berulang kali sampai saat embrio memiliki bentuk primitif yaitu bentuk dan susunan tubuh embrio masih sederhana dan kasar. Periode ini terdiri dari empat tingkat: 1) Tingkat Pembelahan Cleavage atau disebut juga segmentasi terjadi setelah pembuahan. Zigot membelah berulang kali samapai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomere. Pembelahan itu bisa meliputi seluruh bagian, bisa pula hanya pada sebagian kecil zigot. Pada umumnya pembelahan itu secara mitosis. Pada akhir pembelahan akan terbentuk morula yang masif, dalamnya tidak berongga. 2) Tingkat Blastula Sementara sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus, terbentuklah rongga di tengah, atau pada ayam di bawah germinal disc. Rongga ini makin lama makin besar, berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga itu kini disebut blastula, rongganya disebut blastocoel. Pasa Eutheria ini blastula memiliki dua kelompok sel atau jaringan yang jelas dapat dibedakan: a) Embrioblast atau gumpalan sel dalam (inner cell mass), akan tumbuh menjadi embrio. b) Tropoblast, akan menyalurkan makanan dari uterus induk. Ada pula yang memberi nama dua daerah utama blastula, yaitu: a) Epiblast, bagi blastomere yang terletak sebelah atas atau daerah kutub animalus. Sebagian besar akan menumbuhkan ectoderm.
  • 51. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 42 b) Hypoblast, bagi blastomere yang terletak sebelah bawah atau daerah kutub vegetativus. Sebagian besar menumbuhkan endoderm. Blastula memiliki daerah-daerah sel yang akan menjadi bakal pembentuk alat. Pada embryogenesis berikutnya daerah-daerah itu akan ber- gerak menyusun diri untuk menjadi lapisan-lapisan atau jejeran sel tersendiri. Dikenal lima daerah bakal pembentuk alat, yaitu: Bakal ectoderm epidermis, Bakal ectoderm saraf, Bakal notochord, Bakal mesoderm, dan Bakal endoderm (entoderm). 3) Tingkat Gastrula Pada gastrula akan terbentuk tiga lapisan: ectoderm, endoderm, dan mesoderm. Dalam proses gastrulasi disamping terus terjadi pembelahan dan perbanyakan sel terjadi pula berbagai macam gerakan sel dalam usaha untuk mengatur dan menderetkan sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan. Ada dua kelompok gerakan, yaiu: a) Epiboli Gerakan melingkup, terjadi di sebelah luar embrio. Berlangsung pada bakal ectoderm epidermis dan saraf. Sementara bakal endoderm dan mesoderm bergerak, epiboli menyesuaikan diri sehinggak ectoderm terus menyelaputi seluruh embrio. b) Emboli Gerakan menyusup, terjadi di sebelah dalam embrio. Berlangsung pada daerah-daerah bakal mesoderm, notochord, pre-chorda, dan endoderm. Daerah-daerah itu bergerak kea rah blastocoel. Dibagi atas tujuh macam, yaitu: Involusi, gerakan membelok ke dalam, Konvergensi, gerakan menyempit, Invaginasi, gerakan melipat suatu lapisan, Evaginasi, gerakan menjulur suatu lapisan, Delaminasi, gerakan memisahkan diri sekelmpok sel dari kelompok utama atau lapiasan asal,
  • 52. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 43 Divergensi, gerakan memencar, Extensi, gerakan meluas. 4) Tingkat Tubulasi a) Pertumbuhan panjang dan lebar di bagian kepala, sehingga terangkat dari bagian bawahnya, b) Pertumbuhan panjang dan besar bagian badan embrio, c) Pertumbuhan bagian ekor, d) Pertumbuhan melengkung bagian dorsal embrio, sehingga terangkat dari bawahnya, e) Periode antara (transisi) Perantara periode awal dan akhir. Di sini embrio mengalami transfor- masi bentuk dan susunan tubuh secara berangsur sehingga akhirnya men- capai bentuk efinitive yaitu embrio sudah seperti bentuk dewasa, bentuk dan susunan tubuh merupakan efinitiv setiap spesies hewan. Bagian- bagian tubuh embrio dari bentuk efinitiv mengalami deferensiasi terperinci dan lengkap (Yatim, 1990). f) Periode pertumbuhan akhir Pertumbuhan penyempurnaan bentuk efinitive sampai kelahiran. Bagi hewan yang tidak berberudu sukar membuat batas antara periode antara dengan periode akhir sehingga digabung menjadi tingkat organogenesis, yakni proses pembentukan alat tubuh serat mengkoordinasikannya dalam berbagai sistem (Yatim, 1990). Tabel 5. Lama Kebuntingan Spesies Lama Kebuntingan Kuda 11 bulan Sapi 9 bulan 10 hari Domba 5 bulan Babi 3 bulan 3 minggu dan 3 hari Anjing 2 bulan
  • 53. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 44 C. Pembentukan Embrio atau Organogenesis Pada periode embrio/organogenesis ini meliputi pembentukan: 1) Lapisan-lapisan lembaga (germ layer) a) Endoderm (Lapisan germ yang paling dalam) Pertama tampak ketika suatu lapisan sel tunggal terdorong keluar dari inner cell mass dan tumbuh mengelilingi blasto- kul merupakan awal/origo dari sistem digesti, hepar, pulmo, organ internal lain b) Mesoderm (Lapisan germ/lembaga tengah) Lapisan sel-sel inner cell mass, yang terdorong di antara endo- derm dan ektoderm origo dari sistem skelet, otot, sistem sirkulasi dan sistem reproduksi c) Ektoderm (Lapisan germ yang paling luar) Origo dari sistem syaraf, organ indera, rambut, gl.mamme (Toelihere,1979). 2) Trofoblast akan menjadi: a) Amnion Non-vaskuler, berisi cairan yang dihasilkan fetus bantalan untuk proteksi Robek saat kelahiran b) Yolk sac Sebagai cadangan makanan. Mammalia: atropi c) Allantois Penuh dengan pembuluh darah menyatu dengan chorion (Allan- tochorion) membawa darah ke chorion d) Chorion Membran fetus terluar melekat pada induk (Toelihere,1979). D. Tahapan Perkembangan pada Masa Embrio Tahap – tahap proses perkembangan embrio yaitu melalui tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan
  • 54. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 45 akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertum- buhan dan perkembangan menjadi embrio. 1) Bulan pertama: Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk pipa, system saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit embrio berukuran 0,6 cm. 2) Bulan kedua : Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan (cartilago). Embrio berukuran 4 cm. 3) Bulan ketiga : Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram. 4) Bulan keempat : Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janinmencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm. 5) Bulan kelima : Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras dan menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra Sonographi). 6) Bulan keenam : Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memu- tarkan badan (posisi). 7) Bulan ketujuh : Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina. 8) Bulan kedelapan : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 – 3000m. 9) Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan. E. Hormon yang Berperan dalam Perlembangan Embrio Mekanisme kerja hormon yang sangat berperan dalam kebuntingan salah satunya adalah progesterone yang berfungsi menormalkan/mene- kan kerja hormon estrogen sehingga semua organ bekerja dalam keadaan seimbang (menjaga kebuntingan) (Toelihere,1979). Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium, sedangkan progesteron mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium.
  • 55. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 46 b) Ternak Unggas Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur berupa kuning telur, albumen, dan kerabang telur. Itulah sebabnya telur unggas selalu relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapat seluruhnya dilihat, dengan mata telanjang, melainkan perlu bantuan alat khusus seperti mikroskop atau kaca pembesar. Namun, untuk menggambarkan bagaimana perkembangannya, berikut dijelaskan ciri-ciri embrio pada ayam berbagai umur. Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur, amnion, dan alantois. Kantung kuning yang telur dindingnya dapat menghasilkan enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal, se- dangkan alantois berfungsi pembawa sebagai ke oksigen em- brio,menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa pencer- naan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta membantu alantois, serta membantu mencerna albumen. 1. Umur Satu Hari  Bentuk awal embrio pada hari pertama belum terlihat jelas, sel benih berkembang menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah ini merupakan sel benih betina yang sudah dibuahi yang dinamakan zygot blastoderm.  Setelah lebih kurang 15 menit setelah pembuahan, mulailah terjadi pembiakan sel-sel bagian awal perkembangan embrio. Jadi didalam tubuh induk sudah terjadi perkembangan embrio. 2. Umur dua hari Bentuk awal embrio hari kedua mulai terlihat jelas. Pada umur ini sudah terlihat primitive streake – suatu bentuk memanjang dari pusat blastoderm – yang kelak akan berkembang menjadi embrio. Pada blastoderm terdapat garis-garis warna merah yang merupakan petunjuk mulainya sistem sirkulasi darah.
  • 56. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 47 3. Umur tiga hari Pada jantung hari ketiga ini, sudah mulai terbentuk dan berdenyut serta bentuk embrio sudah mulai tampak. Dengan menggunakan alat khusus seperti mikroskop gelembung dapat dilihat gelembung bening, kantung amnion, dan awal perkembangan alantois. Gelembung-gelembung bening tersebut nantinya akan menjadi otak. Sementara kantong amnion yang berisi cairan warna putih berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan membuat embrio bergerak bebas. 4. Umur empat hari. Di hari ini, mata sudah mulai kelihatan. Mata tersebut tampak sebagai bintik gelap yang terletak disebelah kanan jantung. Selain itu jantung sudah membesar. Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang. 5. Umur lima hari  Pada hari kelima ini, embrionya sudah mulai tampak lebih jelas. Kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Ekor dan kepala embrio sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C.  Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat bahwa telah terjadi perkembangan alat reproduksi dan sudah terbentuk jenis kelaminnya. Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan. 6. Umur enam hari Pada hari keenam ini kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Mata sudah tampak menonjol. Dengan mikroskop dapat dilihat bahwa rongga dada sudah mulai berkembang dan jantung sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion dan alan- tois, kantong kuning telur, seta paruhnya.
  • 57. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 48 7. Umur tujuh hari Pada umur tujuh hari, paruhnya sudah tampak seperti bintik gelap pada dasar mata. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat bahagian tubuh lainnya sudah mulai terbentuk, yaitu otak dan leher. 8. Umur delapan hari pada hari kedelapan ini, mata embrio sudah jelas terlihat. 9. Umur sembilan hari Umur sembilan hari ini lipatan dan pembuluh darahnya sudah bertambah seta jari kakinya mulai terbentuk. 10. Umur sepuluh hari Umur sepuluh hari ini biasanya paruhnya sudah mulai keras. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat folikel bulu embrio yang mulai terbentuk. 11. Umur sebelas hari Embrio pada hari kesebelas sudah tampak seperti ayam. embrio ini menjadi semakin besar sehingga yolk akan menyusut dan paruhnya sudah mulai terlihat jelas. 12. Umur dua belas hari Embrio umur dua belas hari sudah semakin besar dan mulai masuk ke yolk sehingga yolk semakin kecil. Mata sebelah kanan mulai membuka sedikit, sedangkan telinganya sudah terbentuk dan sudah tampak permulaan pertumbuhan bulu bagian bawah. 13. Umur tiga belas hari Pada hari ketiga belas, sisik dan cakar sudah mulai tampak jelas.
  • 58. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 49 14. Umur empat belas hari Perkembahan embrio pada hari keempat belas ini, punggung telah tampak meringkuk atau melengkung. Sementara bulu hampir menutupi seluruh tubuhnya. 15. Umur lima belas hari Pada umur lima belas hari ini, biasanya kepala embrio sudah mengarah kebagian tumpul bagian telur. 16. Umur enam belas hari Embrio pada umur enam belas hari sudah mengambil posisi yang baik didalam kerabang. Sisik, cakar dan paruh sudah mulai mengeras dan bertanduk 17. Umur tujuh belas hari Pada umur tujuh belas hari ini, paruh embrio sudah mengarah kekantung udara. 18. Umur delapan belas hari Pada umur delapan belas hari ini, embrio yang sudah tampak jelas seperti ayam akan mempersiapkan diri akan menetas. Jari kaki, sayap, dan bulunya berkembang dengan baik. 19. Umur sembilan belas hari Pada umur sembilan belas hari, biasanya paruh ayam sudah siap mematuk dan menusuk selaput kerabang dalam. 20. Umur dua puluh hari Pada umur dua puluh hari ini kantung kuning telur sudah masuk seluruhnya kedalam rongga perut. Embrio ayam ini hampir menempati seluruh rongga di dalam telur, kecuali kantung udara. Pada hari kedua puluh ini terjadi serangkaian proses penetasan yang dimulai dengan kerabang mulai terbuka. Untuk membuka kerabang ini, ayam menggunakan paruhnya dengan cara mematuk.
  • 59. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 50 Semakin lama, kerabang akan semakin besar membuka, sehingga ayam dapat bernafas. Pada saat ini kelembaban sangat penting agar pengeringan selaput kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat dicegah. Selanjutnya ayam memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan kakinya. Dengan bantuan sayapnya, keadaan pecahnya kerabang semakin besar. 21. Umur dua puluh satu hari Dihari ke dua puluh satu ini, ayam sudah membuka kerabangnya walaupun belum seluruhnya. Dari keadaan ini biasanya tubuh ayam memerlukan waktu 12 – 18 jam untuk keluar dari kerabang. Setelah keluar dari kerabang, tubuh masih basah. Agar kering, diperlukan waktu sekitar 6 – 12 jam, bila sudahkering, ayam tersebut dapat dikeluarkan dari dalam ruang mesin penetas. I. Kebuntingan Yang dimaksud kebuntingan dipandang dari segi teknis sebenarnya dimulai sejak saat sel kelamin betina bersatu dengan sel kelamin jantan didalam saluran alat reproduksi paling atas atau ovoduct dan tepatnya dibagian ampula. Sedangkan Frandson (1992) mengatakan bahwa ke buntingan berarti keadaan dimana anak sedang berkembang didalam uterus seekor hewan betina. Satu periode kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya kelahiran normal. Pada ternak sapi fertilisasi terjadi setelah 11 sampai 15 jam dari inseminasi/perkawinan. Sedangkan untuk manusia, fertilisasi ini akan terjadi 14 sampai 15 hari setelah terakhir menstruasi. Pertumbuhan mahluk baru hasil fertili- sasi atau pembuahan antara ovum dengan spermatozoa, dapat dibedakan tiga tahap/periode yaitu :  periode ovum yaitu periode yang dimulai dari fertilisasi sampai implan tasi.  Periode embrio yaitu periode dari saat terjadinya implantasi sampai saat dimulainya pem bentukan alat-alat tubuh bagian dalam
  • 60. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 51  Periode fetus yaitu periode terakhir yaitu dimulai dari terbentuknya alat- alat tubuh bagian dalam dan extremitas (anggota tubuh) sampai terjadi kelahiran. Pengetahuan tentang apakah ternak yang dipelihara mengalami kebuntingan atau tidak adalah sangat penting. Ada beberapa cara untuk membantu mendiagnose suatu ternak bunting atau tidak. Berbagai cara yang dapat dilakukan adalah :  ternak tidak mengalami berahi lagi. Sebagai indikasi kebuntingan yang cukup sederhana dan efektif adalah bahwa setelah 45 hari setelah per- kawinan ternak tersebut tidak berahi lagi. Cara ini akan ada juga mele- setnya karena ada ternak-ternak tertentu yang mengalami silent heart (berahi tenang). Hal ini bisa disebabkan karena dalam ovariumnya ter- dapat corpus luteum yang persisten.  perubahan kontur abdomen. Pada ternak yang bunting maka akan ter- jadi penurunan pada dinding abdominal (pelebaran abdomen).  pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan palpasi per rektum yaitu dengan cara memasukkan tangan dalam rektum dan meraba organ- organ reproduksi tertentu. Untuk ini dibutuhkan seorang yang ahli dan terampil. Diagnose kebuntingan ini didasarkan kepada tingkat perkem- bangan fetus dan perubahan-perubahan pada genetalia dan struktur- struktur yang terkait pada hewan betina.  Sinar x. Diagnose kebuntingan dengan menggunakan sinar X kurang begitu efektif dan bermanfaat. Sinar X akan efektif apabila digunakan untuk menetapkan kebuntingan setelah tulang-tulang fetus telah me- ngalami kalsifikasi  Ultra suara (Ultra sound). Ultra sound dapat digunakan untuk mende- teksi kebuntingan pada berbagai jenis ternak seperti sapi. Teknik ultra sonik didasarkan kepada timbulnya bunyi dengan frekuensi yang tinggi (1 sampai 10 juta cycle tiap detik) melalui jaringan.  Uji Biologik dengan mengamati adanya hormon gonado tropin dalam serum darah maka dapat di pastikan bahwa ternak tersebut bunting. Hormon gonadotropin dihasilkan/diproduksi oleh placenta sewaktu bunting.
  • 61. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 52 Metode pemeriksaan kebuntingan pada berbagai jenis ternak tertera pada Tabel Tabel. 6. Metode Pemeriksaan Kebuntingan pada Berbagai Jenis Ternak Spesies Metode yg Digunakan Contoh yg diperlukan Cara Mulai dpt di pergunakan Sapi Domba Palpasi rektal Biopsi vaginal Ultra suara - Mucosa vaginal perabaan Histologik Alat elektron 30-35 hari 40 hari 70 hari J. Kelahiran Ternak dapat melahirkan secara normal tanpa bantuan peternak. Namun demikian pada beberapa kasus induk kesulitan melahirkan sehing- ga perlu bantuan peternak. Bantuan diberikan untuk menolong induk, anak dan mengurangi kerugian peternak. 1. Faktor Penyebab Kesulitan Melahirkan Sebanyak 80% sapi melahirkan normal. Beberapa pedet mening- gal karena cedera, dan karena terlambat keluar dari rahim induk. Fak- tor penyebab ada tiga yaitu dari pedet, induk, dan posisi bayi sapi. 1.1. Pengaruh Pedet Pedet yang ukurannya terlalu besar menyebabkan kesulitan melahirkan. Ukuran bayi tergantung dari jenis sapi, pejantan, jenis kelamin bayi, umur induk, silsilah, dan makanan induk sapi. 1.2. Pengaruh Induk Penyebab kesulitan induk melahirkan adalah umur dan uku- ran pelvic. Sapi dara perlu lebih banyak bantuan dari sapi dewasa, hal ini dikarenakan ukuran sapi dara lebih kecil. Ukuran pelvic (saluran kelahiran) makin besar sejalan dengan kedewasaan induk. Sapi pada umur 2-3 tahun memiliki pelvic yang kecil, sehingga memiliki tingkat kesulitan paling tinggi sehingga perlu bantuan pa- da saat melahirkan. Untuk mengurangi resiko bisa dipilih mengu- rangi berat pedet dengan seleksi pejantan, dan memilih sapi dara dengan pelvic yang lebar.
  • 62. Dasar-dasar Pembibitan Ternak darusku@gmail.com aa_darusku@ymail.com SMK BINA NUSANTARA – MANGARAN - SITUBONDO Page 53 1.3. Posisi Bayi Kurang lebih 5% bayi sapi pada posisi yang tidak normal. Posisi tersebut antara lain, kaki depan atau kepala terbalik, pantat didepan, bayi terputar, dll. Hal ini membutuhkan bantuan dokter hewan untuk mengembalikan bayi ke posisi normal. Jika posisi tidak dapat dibetulkan perlu mengoperasi induk sapi. Contohposisi abnormal seperti gambar 2. Tahap Melahirkan Tahap 1. Pra-kelahiran Tahap pra kelahiran (2 sampai 6 jam). Dalam perut induk selama kebuntingan posisi pedet terlentang. Menjelang kelahiran posisi beru- bah telungkup dengan posisi kaki dan kepala ke depan saluran ke- lahiran. Seperi tertera pada Gambar 109. Posisi ini memudahkan saat melahirkan dan sedikit hambatan proses melahirkan. cervic akan mele- bar dan uterus mulai kontraksi. Pada awalnya kontraksi setiap 15 me- nit, dan kemudian fekuensinya meningkat. Pada akhir pra kelahiran cervic melebar dan vagina menjadi saluran kelahiran. Plasenta didorong ke pelvis dan membantu pembesaran cervic. Tahap 2. Melahirkan Melahirkan normal pada sapi dewasa sekitar 1-2 jam, sedangkan pada sapi dara lebih lama. Tahap ini dimulai saat pedet memasuki sa- luran kelahiran, biasanya terjadi pada saat induk berbaring. Proses me- lahirkan selama 1 jam atau kurang pada sapi dewasa, jika prosesnya lebih dari 2-3 jam maka perlu bantuan untuk melahirkan. Tahap 3 Membersihkan Placenta akan dikeluarkan dengan kontraksi uterus. Secara nor- mal sapi akan mengeluarkan palcenta dalam waktu 2 sampai 8 jam. 3. Persiapan Membantu Melahirkan Proses melahirkan sapi berlangsung selama 2 jam setelah keluar- nya air ketuban, jika lebih lama maka pedet akan lahir mati atau lemah. Karena waktu untuk membantu sangat penting maka harus dilakukan pengamatan sesering mungkin. Untuk Membantu melahirkan, peralatan dan fasilitas harus disiapkan dengan baik. Alat, kandang, tali penarik