SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 2
Teori Dasar Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari karakteristik
mikrostruktur suatu logam, paduan logam dan material lainnya serta hubungannya
dengan sifat-sifat material tersebut. Ada beberapa metode yang dipakai, yaitu :
,ikroskopik (optik maupun elektron), difraksi (sinar-X, elektron dan neutron), analisis(X-
ray fluorense, electron microprobe) dan juga metalografi stereometri. Pada praktikum
metalografi ini digunakan metode mikroskop. Pengamatan metalografi dengan
mikroskop umumnya dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Metalografi makro Yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran 10 –
100 kali
1. Metalografi mikro Yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran di atas
100 kali Sebelum dilakukan pengamatan mikrostruktur dengan mikroskop maka
diperlukan preparasi sampel Tahapan kerja preparasi sampel :
 Penentuan Wilayah Kerja Sampel Dalam pemotongan dan pengambilan
sampel, perlu diperhatikan wilayah daerah kerja sampel yang akan diamati yang
biasanya disebut sebagai bidang orientasi dasar, yaitu :
 bidang transversal : tegak lurus terhadap arah sumbu deformasi
panas
 bidang planar : sejajar dengan sumbu pengerjaan dan memiliki
luas permukaan yang paling besar dan yang paling sering bersinggungan
dengan rol
 bidang longitudinal : tegak lurus terhadap bidaqng planar dan
sejajar dengan arah pengerjaan
 Pemotongan sample Teknik pemotobgan sampel dapat dilakukan dengan
:
 pematahan : untuk bahan getas dank eras
 pengguntingan : untuk baja karbon rendah yang tipis dan lunak
 penggergajian : untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB
 pemotongan abrasi
 electric discharge machining : untuk bahan dengan konduktivitas
baik di mana sampel direndam dalam fluida dielektrik lebih dahulu
sebelum dipotong dengan memasang catu listrik antara elektroda dan
sampel
 Pemasangan sampel (monting) Prosedur mounting dilakukan apabila
sampel terlalu kecil, bentuk tak beraturan, sangat lunak, mudah pecah dan
berongga. Caranya adalah dengan meletakkan sampel ke dalam cetakan
mounting, lalu memasukkan resin yang telah dicampur denga hardener. Larutan
mounting harus memiliki sifat : a. tak bereaksi dengan sampel b. kekentalannnya
sedang dalam bentuk cair dan bebas udara pada bentuk padatnya c. adhesi
yang baik dengan sampel d. kekuatan dan tahanan yang sama besar dengan
sampel e. kemampuan susut yang rendah Permukaansampel yang akan diuji
harus ada di bagian bawah. Setelah dibiarkan selama 25 menit maka bahan
mounting telah siap dan sampel telah siap dipreparasi dengan langkah
berikutnya.
 Pengamplasan Pengamplasan bertujuan untuk meratakan dan
menghjluskan permukaan sampel yang akan diamati.
Pengamplasan ini dilakukan secara berurutan yaitu denga memakai amplas
kasar hingga amplas halus (no # tinggi). Pengamplasan kasar dilakukan dengan
menggunakan amplas dengan nomor di bawah 180 #, sedangkan pengamplasan
halus menggunakan amplas dengan nomor lebih tinggi dari 180 #.
Pengamplasan dimulai dengan meletakkan sampel pada kertas amplas dengan
permukaan yang akan diamati bersentuhan langsung dengan bagian kertas
amplas yang kasar, kemudian sampel ditekan dengan gerakan searah. Selama
pengamplasan terjadi gesekan antara permukaan sampel dan kertas amplas
yang memungkinkan terjadinya kenaikan suhu yang dapat mempengaruhi
mikrostruktur sampel sehingga diperlukan pendinginan dengan cara
mengaliri air. Apabila ingin mengganti arah pengamplasan, sampel diusahakan
berada pada kedudukan tegak lurus terhadap arah mula-mula. Pengamplasan
selesai apabila tidak teramati lagi adanya goresan-goresan pada permukaan
sampel, selanjutnya sampel siap dipoles.
 Pemolesan Pemolesan bertujuan untuk lebih menghaluskan dan
melicinkan permukaan sampel yang akan diamati setelah pengamplasan. Seperti
halnya pengamplasan, pemolesan dibagi dua yaitu pemolesan kasar dan halus.
Pemolesan kasar menggunakan abrasive dalam range sekitar 30 - 3µm,
sedangkan pemolesan halus menggunakan abrasive sekitar 1µm atau di
bawahnya. Sebelum pemolesan dilakukan, sampel terlebih dulu dibersihkan
dengan air. Pemolesan dimulai dengan menyalakan mesin poles pada kecepatan
sedang. Bagian permukaan sampel yang akan diuji ditekan ke mesin poles
sambil dialiri air. Sampel digerakkan secara radial dengan bagian permukaan
sampel yang telah dipoles harus dilihatb secara berkala. Berikutnya dilakukan
pemolesan halus denga cara yang sama seperti di atas tetapi dengan mengganti
air dengan autosol.
 Etsa / Ecthing Dilakukan dengan mengkikis daerah batas butir sehingga
struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop optik. Zat
etsa bereaksi dengan sampel secara kimia pada laju reaksi yang berbeda
tergantung pada batas butir, kedalaman butir dan komposisi dari sampel. Sampel
yang akan dietsa haruslah bersih dan kering. Slema etsa, permukaan sampel
diusahakan harus selalu terendam dalam etsa. Waktu etsa harus diperkirakan
sedemikian sehingga permukaan sampel yang dietsa tidak menjadi gosong
karena pengikisan yang terlalu lama. Oleh karena itu sebelum dietsa, sampel
sebaiknya diolesi alkohol untuk memperlambat reaksi. Pada pengetsaan masing-
masing zat etsa yang digunakan memiliki karakteristik tersendiri sehingga
pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa yang
umum digunakan untuk baja ialah nital dan picral. Setelah reaksi etsa selesai, zat
etsa dihilangkan dengan cara mencelupkan sampel ke dalam aliran air panas.
Seandainya tidak memungkinkan dapat digunakan air bersuhu ruang dan
dilanjutkan dengan pengeringan dengan alat pengering. Permukaan sampel yang
telah dietsa tidak boleh disentuh untuk mencegah permukaan menjadi kusam.
Stelah dietsa, sampel siap untuk diperiksa di bawah mikroskop.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados (10)

pengujian lentur
pengujian lenturpengujian lentur
pengujian lentur
 
Karakterisasi bet
Karakterisasi betKarakterisasi bet
Karakterisasi bet
 
Uji keausaan (wear test)
Uji keausaan (wear test)Uji keausaan (wear test)
Uji keausaan (wear test)
 
Pemilihan bahan & proses wahyu
Pemilihan bahan & proses wahyuPemilihan bahan & proses wahyu
Pemilihan bahan & proses wahyu
 
Lap 4. tlw thd gosokan & uji tetes
Lap 4. tlw thd gosokan & uji tetesLap 4. tlw thd gosokan & uji tetes
Lap 4. tlw thd gosokan & uji tetes
 
Semen teknologi bahan
Semen teknologi bahanSemen teknologi bahan
Semen teknologi bahan
 
Kromatografi kertas
Kromatografi kertasKromatografi kertas
Kromatografi kertas
 
Bismillah
BismillahBismillah
Bismillah
 
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIANBab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
 
Makalah praktek isolasi
Makalah praktek isolasiMakalah praktek isolasi
Makalah praktek isolasi
 

Último

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Último (20)

AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 

Metalografi

  • 1. Teori Dasar Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari karakteristik mikrostruktur suatu logam, paduan logam dan material lainnya serta hubungannya dengan sifat-sifat material tersebut. Ada beberapa metode yang dipakai, yaitu : ,ikroskopik (optik maupun elektron), difraksi (sinar-X, elektron dan neutron), analisis(X- ray fluorense, electron microprobe) dan juga metalografi stereometri. Pada praktikum metalografi ini digunakan metode mikroskop. Pengamatan metalografi dengan mikroskop umumnya dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Metalografi makro Yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran 10 – 100 kali 1. Metalografi mikro Yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran di atas 100 kali Sebelum dilakukan pengamatan mikrostruktur dengan mikroskop maka diperlukan preparasi sampel Tahapan kerja preparasi sampel :  Penentuan Wilayah Kerja Sampel Dalam pemotongan dan pengambilan sampel, perlu diperhatikan wilayah daerah kerja sampel yang akan diamati yang biasanya disebut sebagai bidang orientasi dasar, yaitu :  bidang transversal : tegak lurus terhadap arah sumbu deformasi panas  bidang planar : sejajar dengan sumbu pengerjaan dan memiliki luas permukaan yang paling besar dan yang paling sering bersinggungan dengan rol  bidang longitudinal : tegak lurus terhadap bidaqng planar dan sejajar dengan arah pengerjaan  Pemotongan sample Teknik pemotobgan sampel dapat dilakukan dengan :  pematahan : untuk bahan getas dank eras  pengguntingan : untuk baja karbon rendah yang tipis dan lunak  penggergajian : untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB  pemotongan abrasi  electric discharge machining : untuk bahan dengan konduktivitas baik di mana sampel direndam dalam fluida dielektrik lebih dahulu sebelum dipotong dengan memasang catu listrik antara elektroda dan sampel  Pemasangan sampel (monting) Prosedur mounting dilakukan apabila sampel terlalu kecil, bentuk tak beraturan, sangat lunak, mudah pecah dan berongga. Caranya adalah dengan meletakkan sampel ke dalam cetakan mounting, lalu memasukkan resin yang telah dicampur denga hardener. Larutan mounting harus memiliki sifat : a. tak bereaksi dengan sampel b. kekentalannnya sedang dalam bentuk cair dan bebas udara pada bentuk padatnya c. adhesi yang baik dengan sampel d. kekuatan dan tahanan yang sama besar dengan sampel e. kemampuan susut yang rendah Permukaansampel yang akan diuji harus ada di bagian bawah. Setelah dibiarkan selama 25 menit maka bahan mounting telah siap dan sampel telah siap dipreparasi dengan langkah berikutnya.
  • 2.  Pengamplasan Pengamplasan bertujuan untuk meratakan dan menghjluskan permukaan sampel yang akan diamati. Pengamplasan ini dilakukan secara berurutan yaitu denga memakai amplas kasar hingga amplas halus (no # tinggi). Pengamplasan kasar dilakukan dengan menggunakan amplas dengan nomor di bawah 180 #, sedangkan pengamplasan halus menggunakan amplas dengan nomor lebih tinggi dari 180 #. Pengamplasan dimulai dengan meletakkan sampel pada kertas amplas dengan permukaan yang akan diamati bersentuhan langsung dengan bagian kertas amplas yang kasar, kemudian sampel ditekan dengan gerakan searah. Selama pengamplasan terjadi gesekan antara permukaan sampel dan kertas amplas yang memungkinkan terjadinya kenaikan suhu yang dapat mempengaruhi mikrostruktur sampel sehingga diperlukan pendinginan dengan cara mengaliri air. Apabila ingin mengganti arah pengamplasan, sampel diusahakan berada pada kedudukan tegak lurus terhadap arah mula-mula. Pengamplasan selesai apabila tidak teramati lagi adanya goresan-goresan pada permukaan sampel, selanjutnya sampel siap dipoles.  Pemolesan Pemolesan bertujuan untuk lebih menghaluskan dan melicinkan permukaan sampel yang akan diamati setelah pengamplasan. Seperti halnya pengamplasan, pemolesan dibagi dua yaitu pemolesan kasar dan halus. Pemolesan kasar menggunakan abrasive dalam range sekitar 30 - 3µm, sedangkan pemolesan halus menggunakan abrasive sekitar 1µm atau di bawahnya. Sebelum pemolesan dilakukan, sampel terlebih dulu dibersihkan dengan air. Pemolesan dimulai dengan menyalakan mesin poles pada kecepatan sedang. Bagian permukaan sampel yang akan diuji ditekan ke mesin poles sambil dialiri air. Sampel digerakkan secara radial dengan bagian permukaan sampel yang telah dipoles harus dilihatb secara berkala. Berikutnya dilakukan pemolesan halus denga cara yang sama seperti di atas tetapi dengan mengganti air dengan autosol.  Etsa / Ecthing Dilakukan dengan mengkikis daerah batas butir sehingga struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop optik. Zat etsa bereaksi dengan sampel secara kimia pada laju reaksi yang berbeda tergantung pada batas butir, kedalaman butir dan komposisi dari sampel. Sampel yang akan dietsa haruslah bersih dan kering. Slema etsa, permukaan sampel diusahakan harus selalu terendam dalam etsa. Waktu etsa harus diperkirakan sedemikian sehingga permukaan sampel yang dietsa tidak menjadi gosong karena pengikisan yang terlalu lama. Oleh karena itu sebelum dietsa, sampel sebaiknya diolesi alkohol untuk memperlambat reaksi. Pada pengetsaan masing- masing zat etsa yang digunakan memiliki karakteristik tersendiri sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa yang umum digunakan untuk baja ialah nital dan picral. Setelah reaksi etsa selesai, zat etsa dihilangkan dengan cara mencelupkan sampel ke dalam aliran air panas. Seandainya tidak memungkinkan dapat digunakan air bersuhu ruang dan dilanjutkan dengan pengeringan dengan alat pengering. Permukaan sampel yang telah dietsa tidak boleh disentuh untuk mencegah permukaan menjadi kusam. Stelah dietsa, sampel siap untuk diperiksa di bawah mikroskop.