Paragraf pertama membahas latar belakang tentang kista ovarium yang dapat terbentuk dari berbagai penyebab seperti pembesaran folikel ovarium normal, folikel de graf, atau korpus luteum. Kista ovarium dapat menyebabkan gejala nyeri abdomen akut atau kronis, dan kista besar dapat menyebabkan pembengkakan abdomen. Pengobatan kista besar biasanya melalui operasi. Paragraf terakhir menjelaskan tujuan penulis untuk men
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat
merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft,
atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan
abdomen dari epithelium ovarium.Pasien dapat melaporkan atau tidak
melaporkan nyeri abdomen akut atau kronik. Gejala-gejala tentang rupture
kista menstimulasi berbagai kedaruratan abdomen akut, seperti apendisitis, atau
kehamilan ektopik. Kista yang lebih besar dapat menyebabkan pembengkakan
abdomen dan penekanan pada organ-organ abdomen yang berdekatan.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan
atau fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan
untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi
yang terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah
jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak. Perawatan pascaoperatif
setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan
perawatan setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian.Penurunan
tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat.Komplikasi ini dapat
dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
Dari uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih banyak
bagaimana asuhan keperawatan yang diberikam pada penderita kista ovarium.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kista Ovarium?
2. Bagaimana Etiologi Kista Ovarium ?
3. Bagaimana Patofisiologi Kista Ovarium ?
4. Apa Tanda dan Gejala Kista Ovarium ?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Kista Ovarium ?
1
2. 6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Kista Ovarium ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Kista Ovarim ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian Kista Ovarium
2. Untuk mengetahui Etiologi Kista Ovarium
3. Untuk mengetahui Patofisiologi Kista Ovarium
4. Untuk mengetahui apa manifestasikliis Kista Ovarium
5. Untuk mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan Kista Ovarium
6. Untuk mengetahui Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Kista Ovarium
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Kista Ovarim
2
3. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kista adalah :
1. suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga
dapatdisebabkan oleh faktor kesuburan. (Soemadi,2006)
2. suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau
bendaseperti bubur. (Dewa, 2006)
3. suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi
cairanatau bahan setengah cair. (Sjamsuhidyat, 1998)
4. pembesaran suatu organ yang di dalamnya berisi cairan seperti balon
yangberisi air. (http//suara merdeka.com)
Menurut (Winkjosastro, et. all, 1999) kistoma ovari merupakan suatu
tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau
ganas.Kista ovarium merupakan pembengkakanDalam kehamilan, tumor
ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat
atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan
kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya
kepala ke dalam panggul.
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari
pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273).
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,
folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
B. Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan dari
bahan-nahan yang bersifat karsinogenik, bisa zat kimia, polutan, hormonal
dan lain-lain. Penyebab lain adalah:
3
4. 1. Adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya
pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
(Brunner & Suddarth, 1998: 1556)
2. Sel telur yang mengalami parthenogenesis, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan embrio atau biji tanpa fertilisasi oleh pejantan(Arief
Mansjoeer dkk, 1999: 388)
3. Penyakit-penyakit infeksi: endometrisis
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab.Faktor yang
menyebabkan gajala kista meliputi Gaya hidup tidak sehat, yaitu :
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
Zat tambahan pada makanan
Kurang olah raga
Merokok dan konsumsi alcohol
Terpapar denga polusi dan agen infeksius
Sering stress
Penyebab inilah yang nantinya akan menentukan tipe dari kista.
Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang
paling banyak ditemukan.Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan
folikel ovarium yang tidak terkontrol.Folikel adalah suatu rongga cairan yang
normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel
telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur.
Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan
bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.Cairan yang mengisi
kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan yang
terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.Pada beberapa kasus, kista dapat
pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini
disebut dengan Kista Dermoid.
Menurut etiologinya, kista ovarium dibagi menjadi dua, yaitu
(Ignativicius, Bayne, 1991) :
4
5. 1. Kista non neoplasma, disebabkan karena ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron, diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam kortek. Biasanya tunggal atau multiple, berbentuk
variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri atau epitelium
tuba. Berukuran 1 cm sampai beberapa cm.
b. Kista fungsional
1). Kista folikel
Kista folikel adalah pembesaran folikel de Graff yang tidak
pecah dan terus menerus mengeluarkan cairan. Kista ini disebabkan
karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak
matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Bila
ruptur menyebabkan nyeri akut pada pelvis. Kista ini biasanya
unilateral dan berdiameter 5-8 cm. Sel-selnya dapat mensekresi
estrogen atau relatif tenang. Karena itu gejalanya bervariasi. Siklus
menstruasi mungkin memanjang dan mungkin terjadi menoragia, atau
mungkin siklusnya normal atau lebih pendek. Banyak terjadi pada
wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
2). Kista korpus luteum,
Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi. Ditandai dengan keterlambatan menstruasi
atau menstruasi yang panjang, nyeri abdomen bawah atau pelvis. Jika
ruptur pendarahan intraperitonial, terapinya adalah operasi
oovorektomi.
3). Kista tuka lutein,
Kista tuka lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa, terjadi pada 50 % dari semua kehamilan.
Dibentuk sebagai hasil lamanya slimulasi ovarium dari berlebihnya
HCG. Tindakannya adalah mengangkat mola hidatidosa.
4). Kista stein laventhal,
5
6. Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimulasi ovarium kemudian memproduksi kista
yang banyak. Hiperplasia endometrium atau koriokarsinoma dapat
terjadi. Pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan produksi LH
dan ovorektomi.
2. Kista neoplasma (Wiknjosastro, et.all, 1999)
a. Kistoma ovarii simpleks. Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan
torsi (putaran tangkai). Di duga kista ini adalah jenis kistadenoma
serosum yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
Tindakannya adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
b. Kistadenoma ovarii musinosum. Asal tumor belum diketahui secara
pasti, namun diduga berasal dari teratoma yang pertumbuhan satu elemen
mengalahkan elemen yang lain, atau berasal dari epitel germinativum.
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal ovarium). Bila kista terdapat implantasi pada peritonium
disertai asites maka harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas, dan
30% sampai 35% akan mengalami keganasan.
d. Kista endometroid. Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada
hubungannya dengan endometriosis. Kista biasanya unilateral dengan
permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang
menyerupai lapisan epitel endometrium.
e. Kista dermoid. Adalah suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-
struktur ektoderma dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit,
rambut, gigi dan produk glandula sebasea putih menyerupai lemak
nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen ektoderm dan
mesoderm. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
C. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone
dan kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi
fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh
wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel
6
7. yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium.Folikel tersebut
gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam
ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista
ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan
selalu jinak.
Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-lutein.Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuk FSH dan HCG.Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena
stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang
berlebih.Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal
dari folikel graaf yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera
menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul
langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil,
dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada
kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm,
sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis.
7
8. D. Pathway
E. Gambaran Klinis Kistadenoma Ovari
Mayoritas penderita tumor ovarium tidak menunjukkan adanya gejala
sampai periode waktu tertentu.Hal ini disebabkan perjalanan penyakit
ovarium berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnosis sering
ditemukan pada waktu pasien dalam keadaan stadium lanjut.Sampai pada
waktunya klien mengeluh adanya ketidakteraturan menstruasi, nyeri pada
perut bawah, rasa sebah pada perut, dan timbul benjolan pada perut.
Pada umumnya kista jenis ini tak mempunyai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya
licin, akan tetapi dapat pula berbagala karena kista ovariumpun dapat
8
9. berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih
keabu-abuan.Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam
rongga kista sebesar 50 %; dan keluar pada permukaan kista sebesar 5 %.Isi
kista cair kuning dan kadang-kadang coklat karena campuran darah.Tidak
jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papiloma).
F. Manifestasi Klinik
Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan sangat
berbahaya dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderitaSebagian besar
kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak
berbahaya.Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan
menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari
gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain
seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau
kanker ovarium.
Kista ovarium biasanya tidak menimbulkan gejala dan tidak sengaja
terdeteksi melalui USG saat pemeriksaan rutin kandungan. Namun, beberapa
orang dapat mengalami gejala ini:
1. Kram perut bawah atau nyeri panggul yang timbul tenggelam dan tiba-tiba
menusuk
2. Siklus haid tidak teratur
3. Perut bawah sering terasa penuh atau tertekan
4. Nyeri haid yang luar biasa, bahkan terasa hingga ke pinggang belakang
5. Nyeri panggul setelah olahraga intensif atau senggama
6. Sakit atau tekanan yang menyertai saat berkemih atau BAB
7. Mual dan muntah
8. Rasa nyeri atau keluarnya flek darah dari vagina
Pertumbuhan primer diikuti oleh infiltrasi kejaringan sekitar yang
menyebabkan berbagai keluhan samar-samar:
1. Perasaan sebah
2. Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
3. Makan sedikit terasa cepat kenyang
4. Sering kembung
9
10. 5. Nyeri sanggama
6. Nafsu makan menurun
7. Rasa penuh pada perut bagian bawah
8. Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung kemih dan juga
tekanan pada dubur
9. Gangguan menstruasi.Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola
haid kecuali tumor itu sendiri mengeluarakan hormon seperti pada tumor
sel granulosa yang dapat menyebabkan hipermenorrea.
10. Akibat Pertumbuhan adalah dengan adanya tumor didalam perut bisa
menyebabkan pembengkakan perut.Tekanan pada alat atau organ sekitar
disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut.Misalnya
sebuah kista yang tidak seberapa besar tetapi posisinya terletak didepan
uterus sehingga dapat menekan kandung kencing dan menyebabkan
gangguan miksi dan sedang kista besar yang terletak didalam rongga perut
kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berta pada perut.Selain gangguan
miksi obstipasi dan oedema pada tungkai dapat terjadi
11. Rasa mual dan ingin muntah
G. Proses Penyembuhan Luka
Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama,
perbedaan terjadi menurut waktu pada tlap-tiap fase penyembuhan dan waktu
granulasi jaringan. (Long, 1996), fase-fase penyembuhan luka antara lain :
1. Fase I
Pada fase ini leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak, terbentuk
fibrin yang bertumpuk mengisi luka dari benang fibrin.Lapisan tipis dari
sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka. Kekuatan
luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik. Setelah
besar pasien akan merasa sakit pada fase ini dan berlangsung selama 3
hari.
2. Fase II
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang
dan ceruk mulai berisi kolagen serabut protein putih. Semua lapisan sel
epitel beregenerasi dalam 1 minggu, jaringan ikat kemerahan karena
10
11. banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka
dengan baik dalam 6 sampai 7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini,
tergantung pada tempat dan luasnya bedah.
3. Fase III
Kolagen terus tertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus
darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu
yang luas, terjadi pada minggu ke dua hingga enam post bedah, pasien
harus menjaga agar tidak menggunakan otot yang terkena.
4. Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah bedah, pasien akan mengeluh gatal
di seputar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini luka
menciut dan menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi
kontraktur karena penciutan luka akan terjadi ceruk yang berlapis putih.
H. Komplikasi
1. Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-
angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-
gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam
jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang
menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
2. Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter 5
cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun
gangguan ini jarang bersifat total. Selain itu, Pada torsi tangkai ada
kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah kedalam rungan
abdomen.
3. Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada
perut dan dapat menekan vesica urinaria sehingga terjadi ketidakmampuan
untuk mengosongkan kandung kemih secara sempurna. Kemudian dapat
juga terjadi Infeksi pada tumor yang Menimbulkan gejala: badan panas,
nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas sehari-hari.
4. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga besar
kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang
menyebabkan pemeriksaan pelvic menjadi penting
11
12. 5. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi
6. Peningkatan resiko pembentukan tumor – tumor dependen – estrogen di
payudara dan endometrium
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor
itudalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
2. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
gigi dalam tumor.Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan
pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
3. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab
asites.Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk.
4. USG
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi dari
pada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa
mendengarnya sama sekali . Suara yang dapat didengar manusia
mempunyai frekuensi antara 20-20.000 Cpd (cicles per detik = Hz).
Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence acustic tertentu.
dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam
echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas echo. Suatu rongga
berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites, pembuluh darah
besar, perikardial, atau pleural efusion. . Pada USG kista ovarium akan
terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan
terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin,
dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari
dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta)
atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik
12
13. echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari
elemen-elemen darah di dalam kista.
a. Transabdominal Sonogram
Transabdominal ultrasonography lebih baik dibandingkan endovaginal
ultrasonography untuk mengevaluasi besarnya massa serta struktur
intra abdominal lainnya, seperti ginjal, hati, dan asites. Syarat
pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan dalam keadaan
vesica urinaria terisi/penuh.
b. Endovaginal Sonogram
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan/memperlihatkan secara detail
struktur pelvis. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara endovaginal.
Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan vesica urinaria kosong.
c. Kista Dermoid
Gambaran USG kista dermiod menunjukkan komponen yang padat
yang dikelilingi dengan kalsifikasi.
d. Kista Endometriosis
Menunjukkan karakteristik yang difuse, low level echoes pada
endometrium, yang memberikan gambaran yang padat.
e. Polikistik Ovarium
Menunjukkan jumlah folikel perifer dan hiperechoid stroma.
5. MRI
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan
dengan CT-scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan
produk darah. CT-Scan dapat pemberian petunjuk tentang organ asal dari
massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam beberapa/banyak
kasus.USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista
ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.
J. Penatalaksanaan
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas
ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi
salpingooforektomi.Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi,
13
14. perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan
tuba (Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)
Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan
oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi
abdomen yang berat.Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita
abdomen sebagai penyangga.Asuhan post operatif merupakan hal yang berat
karena keadaan yang mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti
hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda
vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi.Terapi intravena, antibiotik
dan analgesik biasanya diresepkan.Intervensi mencakup tindakan pemberiaan
rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan
kebutuhan emosional Ibu.(Hlamylton, 1995).
Efek anestesi umum.Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena
kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-
tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus
mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan,
berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak
boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat
benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti
darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah
operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran. (Long,
1996).Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda
– tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi. ( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
14
15. K. PROSES KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
Menurut doenges ( 2000.997 ) hal - hal yang terus terkaji pada klien
dengan post operasi laparatomi adalah :
1.Data biografi klien
2.Aktivitas/Istirahat
Kelemahan atau keletihan. perubahan pola istirahat dan jam kebisaan tidur,
adanya factor -faktor yang mempengaruhi tidur misal : nyeri, ansietas,
keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.
3.Sirkulasi
Palpitasi, nyeri perut, perubahan pada TD
4.Integritas ego
Factor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan dalam
penampilan insisi pembedahan, perasaan tidak berdaya, putus asa,depresi,menarik
diri.
5.Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi misal:darah pada feces,nyeri pada defekasi,
perubahan eliminasi urinarius misalnya: nyeri, perubahan pada bising usus.
6.Makanan/cairan
Anoreksia, mual / muntah.intoleransi makanan, perubahan pada berat badan
penurunan BB, perubahan pada kelembaban / turgor kulit, edema.
7.Neurosensori
Pusing, sinkop
8.Nyeri / kenyamanan
Tidak ada nyeri / derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri berat ( dihubungkan dengan proses penyakit ).
9.Pernapasan
Merokok, pemajanan abses
10.Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama, berlebihan,
demam, ruam kulit / ulserasi.
11.Seksualitas
15
16. Perubahan pada tingkat kepuasan
12.Interaksi social
Ketidak adekuatan / kelemahan system pendukung, riwayat perkawinan, masalah
tentang fungsi / tanggung jawab peran.
13.Penyuluhan / pembelajaran
Riwayat penyakit pada kelurga, riwayat pengobatan, pengobatan sebelumnya atau
operasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada
abdomen
2. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan sekunder post laparatomy.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sekunder pengangakatan bedah
kulit.( jaringan, perubahan sirkulasi).
4. Gangguan rasa nyaman ( cemas ) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
5. Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang ketidakmampuan
memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan
seksual.
C. INTARVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa I
Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada
abdomen.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil dan Evaluasi: skala nyeri 0, pasien mengungkapkan berkurangnya
rasa nyeri, tanda-tanda vital normal.
INTERVENSI RASIONAL
a. kaji tingkat dan intensitas a.mengidentifikasi lingkup masalah.
16
17. nyeri. b.Menurunkan tingkat ketegangan
b. Atur posisi senyaman pada daerah nyeri.
mungkin. c.Menghilangkan rasa nyeri.
c. Kolaborasi untuk d. Merelaksasi otot-otot tubuh.
pemberian obat analgetik.
d. Ajarkan dan lakukan
telhnik relaksasi.
Diagnosa II
Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan sekunder post laparatomy.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi (TTV normal, tidak ada peningkatan
leukosit).
INTERVENSI RASIONAL
a. pantau dan observasi terus a. deteksi dini tentang terjadi nya
tentang keadaan luka operasi. infeksi yang lebih berat.
b. Lakukan perawatan luka operasi b. Menekan sekecil mungkin
secara aseptik dan antiseptik. sumber penularan eksterna.
c. Kolaborasi dalam pemberian c. Membunuh mikro organisme
antibiotik. secara rasional.
Diagnosa III
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sekunder pengangkatan bedah
kulit.( jaringan, perubahan sirkulasi).
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan kulit yang berat.
17
18. Kriteria hasildan Evaluasi:kulit tidak terlihat berwarna merah
INTERVENSI RASIONAL
Kaji balutan / untuk karakteristik drainase, Untuk melihat terjadi nya kerusakan kulit
kemerahan dan nyeri pada insisi dan lengan. setelah operasi.
Tempatkan pada posisi semi fowler pada
punggung / sisi yang tidak sakit dengan Untuk mengurangi rasa nyeri yang di
lengan tinggi dan disokong dengan bantal. rasakan pasien.
Jangan melakukan pengukaran TD,
menginjeksikan obat / memasukan IV pada
Agar tidak terjadi kerusakan dan nyeri yg
lengan yang sakit.
lebih kuat.
Diagnosa IV
Gangguan rasa nyaman ( cemas ) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang tingakt pemahaman pasien Mengetahui sejauh mana
tentang penyakitnya. pemahaman pasien tentang apa yang
dijelaskan.
Dorong klien untuk mengungkapkan Dengan cara ini akan membantu
pikiran dan perasaannya. mengurangi cemas klien.
Berikan informasi tentang penyakitnya, Membantu klien dalam memahami
prognosis, dan pengobatan secara tentang penyakitnya.
18
19. prosedur secara jelas dan akurat.
Monitor tanda-tanda vital. Respon fisik akan menggambarkan
tingkat kecemasan klien.
Minta pasien untuk member umpan balik Mengetahui tingkat kecemasan
tentang apa yang telah terjadi. pasien.
Tujuan : Pasien mengetahui tentang efek sawing dari operasinya.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan memahami tentang kondisinya.
Diagnosa V
Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang ketidakmampuan
memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan
seksual.
Tujuan : tidak terjadi gangguan konsep diri.
Kriteria hasil dan Evaluasi:
Klien dapat menerima kondisinya
Klien tenang
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji sejauh mana rasa khawatir 1. Mengetahui sejauh mana rasa
2. klien. khawatir klien.
Beri kesempatan klien untuk 2. Supaya mengurangi beban klien.
3. mengungkapkan perasaannya 3. Gangguan konsep diri diri tidak
Lakukan prosedur perawatan yang bertambah.
tepat sehingga tidak terjadi
4. komplikasi berupa cacat fisik .
Beri support mental dan ajak 4. Klien merasa masih ada orang yang
keluarga dalam memberikan masih peduli sama klien
support
19
20. DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, dkk.1999 Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Babak M. Irene, 1995. Maternity Nursing. Fourth Edition. Philadelpian Mosby.
Brunner dan Suddarth, 1998. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Jual. 1983. Nursing Diagnosis: application to clinical
practice. Philadelphia: J.B. Lippincott
Carpenito, Lynda Jual. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC
Doenges E. Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal/Bayi. Jakarta:
EGC.
Hanifa, 1997. Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.
Sardjadi, 1995.Patologi Ginekologi. Jakarta; EGC.
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
20
21. PATHWAYS
DegenerasiOvarium Infeksi Ovarium
Histerektomi Cistoma Ovarii Pembesara Ruptur
n Ovarium Ovarium
Resiko perdarahan
Oovorektomi Hari ke V
Gangguan
perfusi jaringan
Kurang Luka Operasi
informasi Hilangnya
Organ
Diskontinuitas Pembatasan Perubaha
Kurang Reproduksi jaringan nutrisi n nutrisi
pengetahuan Resti injuri
Nyeri Penurunan Anestasi
Cemas metabolisme
Nervus vagus
Kerusakan Penurunan
Integritas Hipolisis peristaltik Reflek
Port d’entri kulit usus menelan
Ganggguan
Konsep Diri Penaikan asam laktat Absorbsi air menurun
di kolon
Resiko terjadi
infeksi Keletihan Resti aspirasi
Resiko
konstipasi
Ggn mobilisasi
Self care defisit
21