2. Pre-eklamsi adalah suatu komplikasi
kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi disertai
proteinuria atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih.
3. Tekanan darah140/90 mmhg atau lebih atau
kenaikan diastolik 15 mmhg atau lebih dan
kenaikan sistolik 30 mmhg atau lebih.
Proteinuria kuantitatif 0,3 grlt dalam 24 jam
atau pemeriksaan kuantitatif positif satu
atau dua.
Nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri
otot perut bagian atas tidak ada.
Oliguria tidak ada.
4. Tekanan sistolik 160mmhg atau tekanan
distolik 110mmhg atau lebih.
Proteinuria kuantitatif 5 gr atau lebih dalam
24 jam. Pemeriksaan kuantitatif positif tiga
atau positif empat.
Oliguria, urine 400 ml atau kurang dalam 24
jam.
Keluhan cerebral, gangguan penglihatan atau
nyeri daerah epigastrium.
5. Faktor resiko antara lain :
Riwayat pre-eklamsi.
Primigravida, karena pada primigravida
pembentukkan antibody penghambat (blocking
antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya pre-eklamsi.
Kegemukan (obesitas).
Kehamilan ganda, preeklamsi sering terjadi pada
wanitayang mempunyai bayi kembar atau lebih.
Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut
meliputi hipertensi kronik, diabetes, penyakit
ginjal atau penyakit degenerate seperti
reumatik.
6. tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan diastolik
> 110 mmHg
terjadi peningkatan kadar enzim hati dan atau
ikterus
trobosit < 400ml / mm3
terkadang disertai oligouria 400ml / 24 jam
protein urine > 2-3 gr / liter
ibu hamil mengeluh nyeri epigastrium
skotoma
nyeri frontal yang berat
perdarahan retina dan
oedema pulmonum.
7. Tergantung derajat pre-eklamsinya, yang
termasuk komplikasi antara lain atonia uteri
(uterus couvelaire), sindrom HELLP
(Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low
Platelet Cown), ablasi retina, KID(Koagulasi
Intravaskular Diseminata), gagal ginjal,
perdarahan otak, odema paru, gagal jantung,
shock dan kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan
akut kronisnya insufisiensi uteroplasental,
misalnya pertumbuhan janin terhambat dan
prematuritas.
8. Secara klinis, pastikian usia kehamilan,
kematangan serviks, dan kemungkinan
pertumbuhan janin terhambat.
Pada pasien rawat jalan, anjurkan istirahat
baring 2jam siang hari dan tidur >8 jam malam
hari. Bila sukar tidur dapat diberikan
penobatpital 1-2 x 30mg. Dapat juga diberikan
asetosal 1 x 00mg. Kunjungan ulang dilakukan 1
minggu kemudian untuk menilai perkembangan
kehamilan dan kesejah teraan janin, apakah ada
perburukan keluhan subyektif, peningkatan berat
badan berlebihan, kenaikan tekanan darah, dan
melakukan pemeriksaan penunjang lain sesuai
kebutuhan, terutama protein urine.
9. Eklamsi berat
Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang.
Memulihkan organ vital pada keadaan normal, dan
melahirkan bayi dengan trauma sekecil kecilnya pada ibu
dan bayi.segera rawat pasien dirumah sakit, berikan mg
so4 dalam infus dekstrosa 5% dengan kecepatan 15-25
tetes per menit.
Eklamsi
Eklamsi harus ditangani dirumah sakit. Bila pasien dirujuk,
sebelumnya pasien perlu diberi pengobatan awal untuk
mengatasi kejang dan pemberian obat antihipertensi.
Berikan O2 4-6 1/menit, pasang infus dekstrosa 5% 500 ml
/6 jam dengan kecepatan 20 tetes permenit, pasang
kateter urin, pasang goedel atau spatel. Bahu diganjal kain
setebal 5 cm agar leher defleksi sedikit. Posisi tempat
tidur dibuat sedikit fowler agar kepala tetap tinggi.fiksasi
Pasien secara baik agar tidak jatuh.