SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 7
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut WHO tidak hanya berkaitan dengan kesehatan
fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial, WHO dan UNICEF, Deklarasi
Alma Ata 1978, menambahkan sehingga setiap orang akan mampu hidup
produktif, baik secara ekonomi maupun sosial. Kesehatan reproduksi yaitu
keadaan sehat jasmani psikologis dan sosial yang berhubungan dengan
fungsi dan proses sistem reproduksi (ICPD, 1993). Reproduksi sehat berarti
prilaku individu yang berkaitan dengan fungsi dan proses reproduksi
termasuk prilaku seksual yang sehat. Kesehatan reproduksi remaja adalah
suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi
yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan tetapi sehat secara mental, sosial
dan kultural (Mubarak, 2007).
Keadaan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia saat ini masih
belum seperti yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan keadaan di
negara ASEAN lainnya, Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek
kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi selain berdampak
secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental, emosi,
keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial. (Departemen Kesehatan RI,
2001).
2
Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
khususnya kebersihan alat genital salah satunya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara
reproduksi. Hal tersebut diperkuat oleh Notoatmodjo (2003) bahwa
pengetahuan merupakan domain yang berpengaruh dalam membentuk
perilaku seseorang. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Lawrence
Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2007) bahwa perilaku seseorang
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, pendukung dan
pendorong. Dari ketiga factor tersebut, pengetahuan merupakan faktor
predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan demikian
perilaku yang kurang baik dalam membersihkan genitalia disebabkan oleh
pengetahuan yang kurang.
Berdasarkan data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita
menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan, paling tidak
sekali dalam hidupnya. Perawatan genitalia eksterna yang tidak baik akan
menjadi pemicu terjadinya keputihan yang patologis. Faktanya banyak
remaja putri yang belum mengerti dan peduli bagaimana cara merawat
organ reproduksinya (Donatila, 2011).
Keputihan adalah cairan yang keluar melalui vagina secara
berlebihan selain darah yang membasahi vestibulum dan vagina, dan
memberikan keluhan subjektif pada penderita. Keputihan sendiri dibedakan
menjadi dua yaitu keputihan normal dan keputihan abnormal. Di Indonesia
kejadian keputihan lebih tinggi yaitu mencapai 70% wanita mengalami
keputihan yang disebabkan oleh jamur dan parasit seperti cacing kremi atau
protozoa (Trichomonas vaginalis). Angka ini berbeda tajam dengan Eropa
3
yang hanya 25% saja, karena cuaca di Indonesia yang lembab sehingga
mudah terinfeksi jamur Candida albicans yang merupakan salah satu
penyebab keputihan. Kondisi seperti ini bisa dicegah dengan kebiasaan
hygiene pribadi yang baik, sedangkan kebisaan ini sendiri merupakan
perilaku yang harus dibiasakan oleh setiap individu, untuk itu dalam hal ini
perawat mempunyai peranan penting untuk mendidik masyarakat khususnya
remaja tentang pentingnya hygiene pribadi yang baik untuk mencegah
terjadinya keputihan yang patologis. (http://www.foxitsoftware.com)
Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh
sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah
gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para
remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir
semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang
menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini
tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat
mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal
yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk
adanya penyakit yang harus diobati (www.kompas.com.2005).
Keputihan yang fisiologis terjadi pada saat seorang perempuan
terangsang system birahinya menjelang menstruasi, sesudah menstruasi,
atau ditengah-tengah siklus, jumlahnya tidak begitu banyak, berwarna jernih,
putih (kadang-kadang meninggalkan bekas kuning di celana dalam), tidak
berbau dan tidak disertai keluhan seperti gatal, nyeri, bengkak pada alat
kelamin. Kebanyakan keputihan yang berbau dan warnanya kuning harus
4
diwaspadai karena beresiko timbulnya penyakit atau infeksi genitalia.
(Wahyudi, UNFA).
Para remaja harus waspada terhadap gejala keputihan. Penelitian
menunjukan, keputihan yang lama walau dengan gejala biasa-biasa saja,
lama kelamaan dapat merusak selaput dara. Sebagian besar cairan itu
mengandung kuman-kuman penyakit, dan kuman penyakit dapat merusak
selaput dara sampai hampir habis, sehingga pada saat hubungan badan
yang pertama tidak mengeluarkan darah. (www.indomedia.com.2005)
SMAN 19 Garut ini merupakan SMA yang letaknya cukup jauh dari
pusat kota. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMAN 19 Garut ini cukup baik.
Namun jika dinilai melalui tingkat kesehatan masih jauh lebih rendah. Saat
ini tercatat jumlah siswa perempuan kelas X dan XI SMAN 19 Garut tahun
2011/2012 sebanyak 255 siswa, yang terdiri dari siswa IPA 135 orang dan
siswa IPS 120 orang. Siswa yang sekolah di SMA ini kurang informasi
tentang pengaruh kesehatan yang dapat timbul, terutama tentang
kebersihan alat genitalianya (vulva hygiene). Kebanyakan siswa ini malu
untuk mengungkapkan ketidaktahuannya tentang cara menjaga kebersihan
alat genitalianya, sehingga angka terjadinya keputihan akibat dari kesalahan
cara membersihkannyapun lebih tinggi di banding SMA lainnya.
Hasil studi pendahuluan dilakukan pada kelas XI IPA dan XI IPS.
Kelas XI IPA sebanyak 10 orang, kelas XI IPS sebanyak 10 orang dengan
jumlah siswa 20 orang, didapatkan 12 orang (60%) mengatakan
menggunakan sabun sirih sebagai pembersih alat genitalianya dan
mengalami keputihan yang berwarna kuning dan berbau. Hal ini dilihat dari
pernyataan siswa yang mengatakan sering mengalami gatal-gatal pada alat
5
genitalianya. Sementara 8 orang lainnya mengatakan tidak menggunakan
sabun sirih untuk membersihkan alat genitalianya dan mengalami keputihan
berwarna bening dan tidak berbau.
Kejadian keputihan akibat kesalahan cara perawatan alat genitalia
dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan akan menimbulkan berbagai
penyakit infeksi genitalia diantaranya vulvitis (infeksi vulva), vaginitis
kandidiasi (keputihan kental bergumpal dan terasa sangat gatal), servisitis
dan endometritis (infeksi pada lapisan dalam dari rahim).
Dari fenomena yang didapat, penulis tertarik untuk mengetahui
“Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Sabun Antiseptik Daun Sirih
dengan Kejadian Keputihan di SMAN 19 Garut”. Dengan demikian, untuk
meminimalkan keadaan tersebut, perawat perlu mengidentifikasi
pengetahuan remaja tentang sabun antiseptik daun sirih dan kejadian
keputihan sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti membuat rumusan
masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah hubungan pengetahuan remaja
tentang sabun antiseptik daun sirih dengan kejadian keputihan di SMAN 19
Garut tahun 2012?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
6
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang sabun
antiseptik daun sirih dengan kejadian keputihan di SMAN 19 Garut tahun
2012.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang sabun
antiseptik daun sirih di SMAN 19 Garut tahun 2012.
b. Untuk mengetahui gambaran kejadian keputihan di SMAN 19 Garut
tahun 2012.
c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang sabun
antiseptik daun sirih dengan kejadian keputihan di SMAN 19 Garut
tahun 2012.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan khususnya ilmu kesehatan reproduksi tentang cara
personal hygiene yang baik.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu
kesehatan reproduksi dalam menentukan besar kecilnya kejadian
7
keputihan yang behubungan dengan penggunaan sabun antiseptik
daun sirih sebagai sabun pembersih vagina (vulva hygiene).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi kesehatan di masyarakat
Hasil penelitian ini bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dapat
menjadi data dasar untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
program kesehatan reproduksi remaja tentang kejadian keputihan
yang disebabkan karena sabun antiseptik daun sirih yang nantinya
dapat berkembang menjadi penyakit infeksi genitalia.
b. Bagi institusi sekolah
Bagi institusi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi pengetahuan remaja tentang penggunaan sabun
antiseptik daun sirih terhadap keputihan sehingga mampu
menentukan besar kecilnya risiko terjadinya keputihan pada remaja
dan dapat memotivasi supaya mampu melakukan personal hygiene
yang lebih baik.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Kesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remajaKesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remaja
Idil Akbar
 
Tingkat kesuburan
Tingkat kesuburanTingkat kesuburan
Tingkat kesuburan
Aya Ndutt
 
Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'
Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'
Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'
chakaixing
 
01 konsep kesehatan reproduksi
01 konsep kesehatan reproduksi01 konsep kesehatan reproduksi
01 konsep kesehatan reproduksi
Abror Addahuri
 

Mais procurados (19)

Kesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remajaKesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remaja
 
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_ppMasalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
Masalah gangguan pada_kespro_dan_upaya_mengatasinya_pp
 
Kesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remajaKesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remaja
 
Kedokteran
KedokteranKedokteran
Kedokteran
 
Jurnal kdk 4
Jurnal kdk 4Jurnal kdk 4
Jurnal kdk 4
 
Epidemiologi dalam kesehatan reproduksi
Epidemiologi dalam kesehatan reproduksiEpidemiologi dalam kesehatan reproduksi
Epidemiologi dalam kesehatan reproduksi
 
Kesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remajaKesehatan reproduksi-remaja
Kesehatan reproduksi-remaja
 
Kesehatan reproduksi-remaja (2)
Kesehatan reproduksi-remaja (2)Kesehatan reproduksi-remaja (2)
Kesehatan reproduksi-remaja (2)
 
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi
 
Materi
MateriMateri
Materi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Tingkat kesuburan
Tingkat kesuburanTingkat kesuburan
Tingkat kesuburan
 
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
 
Unsafe abortion 1
Unsafe abortion 1Unsafe abortion 1
Unsafe abortion 1
 
Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'
Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'
Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'
 
01 konsep kesehatan reproduksi
01 konsep kesehatan reproduksi01 konsep kesehatan reproduksi
01 konsep kesehatan reproduksi
 
Ppt pik remaja
Ppt pik remajaPpt pik remaja
Ppt pik remaja
 
1 pengantar kespro3 f.pptx
1 pengantar kespro3 f.pptx1 pengantar kespro3 f.pptx
1 pengantar kespro3 f.pptx
 
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencanaKonsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
 

Semelhante a Bab i

PPT SeminarHasil.pptx
PPT SeminarHasil.pptxPPT SeminarHasil.pptx
PPT SeminarHasil.pptx
laborra
 
Jtptunimus gdl-kurniamagh-5595-2-babi
Jtptunimus gdl-kurniamagh-5595-2-babiJtptunimus gdl-kurniamagh-5595-2-babi
Jtptunimus gdl-kurniamagh-5595-2-babi
Chenk Alie Patrician
 
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.pptx
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.pptxASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.pptx
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.pptx
IrmaTrisnawati
 

Semelhante a Bab i (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Total bab
Total babTotal bab
Total bab
 
PPT SeminarHasil.pptx
PPT SeminarHasil.pptxPPT SeminarHasil.pptx
PPT SeminarHasil.pptx
 
Riset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologisRiset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologis
 
makalah Keputihan
makalah Keputihanmakalah Keputihan
makalah Keputihan
 
Jtptunimus gdl-kurniamagh-5595-2-babi
Jtptunimus gdl-kurniamagh-5595-2-babiJtptunimus gdl-kurniamagh-5595-2-babi
Jtptunimus gdl-kurniamagh-5595-2-babi
 
SATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docx
SATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docxSATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docx
SATUAN ACARA Penyuluhan Prakonsepsi.docx
 
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis IlmiahKarya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah
 
JURNAL PENGABDIAN.pdf
JURNAL PENGABDIAN.pdfJURNAL PENGABDIAN.pdf
JURNAL PENGABDIAN.pdf
 
makalah askeb.docx
makalah askeb.docxmakalah askeb.docx
makalah askeb.docx
 
ANITA RUSNITA_PPT_OK.pptx
ANITA RUSNITA_PPT_OK.pptxANITA RUSNITA_PPT_OK.pptx
ANITA RUSNITA_PPT_OK.pptx
 
2. makalah PMS
2. makalah PMS2. makalah PMS
2. makalah PMS
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Makalah pencegahan primer sekunder tersier
Makalah pencegahan primer sekunder tersierMakalah pencegahan primer sekunder tersier
Makalah pencegahan primer sekunder tersier
 
Kesehatan reproduksi remaja (revisi)
Kesehatan reproduksi remaja (revisi)Kesehatan reproduksi remaja (revisi)
Kesehatan reproduksi remaja (revisi)
 
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docxGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
 
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.pptx
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.pptxASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.pptx
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA NN.pptx
 
Tugas konkeb
Tugas konkebTugas konkeb
Tugas konkeb
 
Tugas konkeb
Tugas konkebTugas konkeb
Tugas konkeb
 

Mais de Chenk Alie Patrician (20)

Senam hamil
Senam hamilSenam hamil
Senam hamil
 
Ibu bayi sehat
Ibu bayi sehatIbu bayi sehat
Ibu bayi sehat
 
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bblTanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
 
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bblTanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
 
Senam nifas
Senam nifasSenam nifas
Senam nifas
 
Senam hamil
Senam hamilSenam hamil
Senam hamil
 
Memandikan bayi
Memandikan bayiMemandikan bayi
Memandikan bayi
 
Memandikan bayi haha
Memandikan bayi hahaMemandikan bayi haha
Memandikan bayi haha
 
Liflet payudara kel 7
Liflet payudara kel 7Liflet payudara kel 7
Liflet payudara kel 7
 
Leaflet tnda bhya
Leaflet tnda bhyaLeaflet tnda bhya
Leaflet tnda bhya
 
Leaflet senam hamil
Leaflet senam hamilLeaflet senam hamil
Leaflet senam hamil
 
Leaflet pemeriksaan ibu hamil
Leaflet pemeriksaan ibu hamilLeaflet pemeriksaan ibu hamil
Leaflet pemeriksaan ibu hamil
 
Leaflet panduan pijat bayi cie
Leaflet panduan pijat bayi cieLeaflet panduan pijat bayi cie
Leaflet panduan pijat bayi cie
 
Leaflet imunisasi
Leaflet imunisasiLeaflet imunisasi
Leaflet imunisasi
 
Leaflet hamil berkualitas
Leaflet hamil berkualitasLeaflet hamil berkualitas
Leaflet hamil berkualitas
 
Leaflet bersalin
Leaflet bersalinLeaflet bersalin
Leaflet bersalin
 
Leaflet perawatan payudarah
Leaflet   perawatan payudarahLeaflet   perawatan payudarah
Leaflet perawatan payudarah
 
Ketidaknyamanan masa kehamilan
Ketidaknyamanan masa kehamilanKetidaknyamanan masa kehamilan
Ketidaknyamanan masa kehamilan
 
Kb kumplit
Kb kumplitKb kumplit
Kb kumplit
 
Kb k omplit
Kb k omplitKb k omplit
Kb k omplit
 

Bab i

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan menurut WHO tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial, WHO dan UNICEF, Deklarasi Alma Ata 1978, menambahkan sehingga setiap orang akan mampu hidup produktif, baik secara ekonomi maupun sosial. Kesehatan reproduksi yaitu keadaan sehat jasmani psikologis dan sosial yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi (ICPD, 1993). Reproduksi sehat berarti prilaku individu yang berkaitan dengan fungsi dan proses reproduksi termasuk prilaku seksual yang sehat. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan tetapi sehat secara mental, sosial dan kultural (Mubarak, 2007). Keadaan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia saat ini masih belum seperti yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan keadaan di negara ASEAN lainnya, Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental, emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial. (Departemen Kesehatan RI, 2001).
  • 2. 2 Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi khususnya kebersihan alat genital salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Hal tersebut diperkuat oleh Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan domain yang berpengaruh dalam membentuk perilaku seseorang. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2007) bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, pendukung dan pendorong. Dari ketiga factor tersebut, pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan demikian perilaku yang kurang baik dalam membersihkan genitalia disebabkan oleh pengetahuan yang kurang. Berdasarkan data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan, paling tidak sekali dalam hidupnya. Perawatan genitalia eksterna yang tidak baik akan menjadi pemicu terjadinya keputihan yang patologis. Faktanya banyak remaja putri yang belum mengerti dan peduli bagaimana cara merawat organ reproduksinya (Donatila, 2011). Keputihan adalah cairan yang keluar melalui vagina secara berlebihan selain darah yang membasahi vestibulum dan vagina, dan memberikan keluhan subjektif pada penderita. Keputihan sendiri dibedakan menjadi dua yaitu keputihan normal dan keputihan abnormal. Di Indonesia kejadian keputihan lebih tinggi yaitu mencapai 70% wanita mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur dan parasit seperti cacing kremi atau protozoa (Trichomonas vaginalis). Angka ini berbeda tajam dengan Eropa
  • 3. 3 yang hanya 25% saja, karena cuaca di Indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur Candida albicans yang merupakan salah satu penyebab keputihan. Kondisi seperti ini bisa dicegah dengan kebiasaan hygiene pribadi yang baik, sedangkan kebisaan ini sendiri merupakan perilaku yang harus dibiasakan oleh setiap individu, untuk itu dalam hal ini perawat mempunyai peranan penting untuk mendidik masyarakat khususnya remaja tentang pentingnya hygiene pribadi yang baik untuk mencegah terjadinya keputihan yang patologis. (http://www.foxitsoftware.com) Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (www.kompas.com.2005). Keputihan yang fisiologis terjadi pada saat seorang perempuan terangsang system birahinya menjelang menstruasi, sesudah menstruasi, atau ditengah-tengah siklus, jumlahnya tidak begitu banyak, berwarna jernih, putih (kadang-kadang meninggalkan bekas kuning di celana dalam), tidak berbau dan tidak disertai keluhan seperti gatal, nyeri, bengkak pada alat kelamin. Kebanyakan keputihan yang berbau dan warnanya kuning harus
  • 4. 4 diwaspadai karena beresiko timbulnya penyakit atau infeksi genitalia. (Wahyudi, UNFA). Para remaja harus waspada terhadap gejala keputihan. Penelitian menunjukan, keputihan yang lama walau dengan gejala biasa-biasa saja, lama kelamaan dapat merusak selaput dara. Sebagian besar cairan itu mengandung kuman-kuman penyakit, dan kuman penyakit dapat merusak selaput dara sampai hampir habis, sehingga pada saat hubungan badan yang pertama tidak mengeluarkan darah. (www.indomedia.com.2005) SMAN 19 Garut ini merupakan SMA yang letaknya cukup jauh dari pusat kota. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMAN 19 Garut ini cukup baik. Namun jika dinilai melalui tingkat kesehatan masih jauh lebih rendah. Saat ini tercatat jumlah siswa perempuan kelas X dan XI SMAN 19 Garut tahun 2011/2012 sebanyak 255 siswa, yang terdiri dari siswa IPA 135 orang dan siswa IPS 120 orang. Siswa yang sekolah di SMA ini kurang informasi tentang pengaruh kesehatan yang dapat timbul, terutama tentang kebersihan alat genitalianya (vulva hygiene). Kebanyakan siswa ini malu untuk mengungkapkan ketidaktahuannya tentang cara menjaga kebersihan alat genitalianya, sehingga angka terjadinya keputihan akibat dari kesalahan cara membersihkannyapun lebih tinggi di banding SMA lainnya. Hasil studi pendahuluan dilakukan pada kelas XI IPA dan XI IPS. Kelas XI IPA sebanyak 10 orang, kelas XI IPS sebanyak 10 orang dengan jumlah siswa 20 orang, didapatkan 12 orang (60%) mengatakan menggunakan sabun sirih sebagai pembersih alat genitalianya dan mengalami keputihan yang berwarna kuning dan berbau. Hal ini dilihat dari pernyataan siswa yang mengatakan sering mengalami gatal-gatal pada alat
  • 5. 5 genitalianya. Sementara 8 orang lainnya mengatakan tidak menggunakan sabun sirih untuk membersihkan alat genitalianya dan mengalami keputihan berwarna bening dan tidak berbau. Kejadian keputihan akibat kesalahan cara perawatan alat genitalia dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan akan menimbulkan berbagai penyakit infeksi genitalia diantaranya vulvitis (infeksi vulva), vaginitis kandidiasi (keputihan kental bergumpal dan terasa sangat gatal), servisitis dan endometritis (infeksi pada lapisan dalam dari rahim). Dari fenomena yang didapat, penulis tertarik untuk mengetahui “Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Sabun Antiseptik Daun Sirih dengan Kejadian Keputihan di SMAN 19 Garut”. Dengan demikian, untuk meminimalkan keadaan tersebut, perawat perlu mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang sabun antiseptik daun sirih dan kejadian keputihan sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah hubungan pengetahuan remaja tentang sabun antiseptik daun sirih dengan kejadian keputihan di SMAN 19 Garut tahun 2012?” C. Tujuan 1. Tujuan Umum
  • 6. 6 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang sabun antiseptik daun sirih dengan kejadian keputihan di SMAN 19 Garut tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang sabun antiseptik daun sirih di SMAN 19 Garut tahun 2012. b. Untuk mengetahui gambaran kejadian keputihan di SMAN 19 Garut tahun 2012. c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang sabun antiseptik daun sirih dengan kejadian keputihan di SMAN 19 Garut tahun 2012. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan khususnya ilmu kesehatan reproduksi tentang cara personal hygiene yang baik. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu kesehatan reproduksi dalam menentukan besar kecilnya kejadian
  • 7. 7 keputihan yang behubungan dengan penggunaan sabun antiseptik daun sirih sebagai sabun pembersih vagina (vulva hygiene). 2. Manfaat Praktis a. Bagi institusi kesehatan di masyarakat Hasil penelitian ini bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dapat menjadi data dasar untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program kesehatan reproduksi remaja tentang kejadian keputihan yang disebabkan karena sabun antiseptik daun sirih yang nantinya dapat berkembang menjadi penyakit infeksi genitalia. b. Bagi institusi sekolah Bagi institusi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan remaja tentang penggunaan sabun antiseptik daun sirih terhadap keputihan sehingga mampu menentukan besar kecilnya risiko terjadinya keputihan pada remaja dan dapat memotivasi supaya mampu melakukan personal hygiene yang lebih baik.