Dokumen ini membahas pentingnya pengembangan ekonomi kreatif di NTB melalui pembentukan forum kreatif. Ekonomi kreatif diyakini mampu meningkatkan daya saing daerah dengan melibatkan berbagai stakeholder termasuk UMKM. Forum kreatif diharapkan dapat memberi masukan kebijakan, mengkoordinir lembaga terkait, memfasilitasi pengembangan UKM, serta memperkuat jejaring bisnis lokal dan internasional.
1. Focus Group Discussion Pembedayaan Daerah melalui Pembentukan
Forum Kreatif di NTB pada tanggal 1 Juli 2013
DR. IR. SUGENG BUDIHARSONO
2. Sejak pertama dicetuskan oleh para penggagas ekonomi
kreatif seperti Richard Florida, Daniel Pink, John Howkin
sampai kepada John Hartley, ekonomi kreatif telah
membangunkan negara-negara di seluruh benua untuk
menggali dan mengembangkan potensi kreativitas yang
dimilikinya.
Industri Kreatif didefinisikan sebagai industri yang berasal
dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, dan bakat
individu untuk menciptakan lapangan kerja dan
kesejahteraan dengan menghasilkan dan mengekspoitasi
daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
Ekonomi Kreatif adalah sistem kegiatan manusia yang
berkaitan dengan produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi
barang dan jasa hasil industri kreatif.
3. Industri Kreatif merupakan jantung Ekonomi Kreatif.
Ekonomi Kreatif adalah kegiatan ekonomi yang input dan
outputnya adalah GAGASAN.
Pengembangan Ekonomi Kreatif mulai marak
diperbincangkang sejak tahun 2006, dan semakin menjadi
fokus perhatian setelah Pemerintahan SBY membentuk
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada akhir
tahun 2011.
Akar Ekonomi Kreatif bermula dari ekonomi berbasi ilmu
pengetahuan kemampuan SDM.
Ekonomi kreatif telah didaulat sebagai gelombang ekonomi
keempat setelah era ekonomi informasi (lihat gambar
berikut)
5. WAKTU
Kesejahteraan,TeknologidanGlobalisasi
ABAD 18 ABAD 19 ABAD 20 ABAD 21
Era
Pertanian
Era
Industrial
Era
Informasi
Era Konsep
dan Kreatif
Jawa, Bali
dan
sebagian
Sumatera
dan
sebagian
Sulawesi
Jawa, Bali,
Sumatera,
Kalimantan,
Sulawesi,
Nusa
Tenggara,
Maluku,
Papua
Jawa, Bali
dan
sebagian
Sumatera
dan
sebagian
Sulawesi
Jawa, Bali
dan
sebagian
NTB
6. No Kreatifitas Inovasi
1. Intuitif/Imaginatif Rasional, percobaan,
2. Individualistik Kolektif
3. Lebih berhubungan dengan estitika dan
bakat (talenta)
Lebih berkaitan dengan
penciptaan/penemuan
4. Alat untuk inovasi/disruptive Sering berasosiasi dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi
5. Susah mengukurnya (copyright) Mudah mengukurnya (paten, kerja
yang terpublikasi)
Assimilated to progress
6, Lebih spontan Metode, spesifikasi dan prosee,
evaluasi
7. Ekspresi dari nilai-nilai dan human spirit
7. Bagi daerah yang tidak terlalu diberkahi SDA yang
berlimpah namun memiliki SDM yang cukup baik
kualitasnya, maka industri kreatif dapat
dikembangkan.
Banyak perguruan tinggi dan lembaga penelitian
yang seharusnya dapat mendukung pengembangan
industri kreatif.
Industri Kreatif akan melibatkan banyak stakeholder
dan kelompok sasaran. Sebagian besar kelompok
sasaran adalah UMKM, sehingga dengan
mengembangkan industri kreatif akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
Industri kreatif meningkatkan daya saing
Industri kreatif yang berbasis ekosistem (Blue
Economy) akan menjamin keberlanjutan
pembangunan.
8. Pengembangan ekonomi kreatif berbasis
Blue Economy, yaitu bahwa kreatifitas
bersumber dari ekosistem dan bersifat
cascading (berjenjang), yaitu limbah dari
suatu proses produksi dan konsumsi
menjadi input bagi proses produksi dan
konsumsi selanjutnya, sampainya limbahnya
mendekati nol
Blue Economy baru dikembangkan pada
tahun 2010 oleh Gunter Pauli.
9. Film, Video dan Fotografi PERMAINAN INTERAKTIF RISET DAN PENGEMBANGAN KULINER
PERCETAKAN DAN PENERBITAN
ARSITEKTUR MUSIK
LAYANAN KONPUTER DAN
PIRANTI LUNAK
IKLAN
KERAJINAN
DUNIA PERTUNJUKAN
TV DAN RADIO
PASAR SENI FASHION DESAIN
13. 1. Memberi masukan kepada pemerintah provinsi dalam
formulasi kebijakan ekonomi kreatif untuk
meningkatkan daya saing daerah;
2. Mengkoordinir Instansi/Lembaga pengembangan
ekonomi kreatif terkait dan Forum Kreatif di aras
Kabupaten/Kota;
3. Memfasilitasi pengembangan UKM melalui
Klaster/Sentra Industri kreatif;
4. Meningkatkan kreatifitas masyarakat dan inovasi
dalam pengembangan industri kreatif di tingkat
provinsi.
5. Memfasilitasi Forum Kreatif Kabupaten/Kota dalam
rangka memperkuat jejaring usaha baik dengan dunia
usaha nasional maupun internasional.
14. Forum Kreatif perlu dibentuk baru apabila
belum ada forum sejenis, misalnya Forum
Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) dlsb.
Apabila sudah ada forum PEL, maka
alternatifnya adalah dapat membentuk
forum tersendiri atau memperkuat Forum
PEL yang sudah ada dengan menambahkan
Bidang yang mengurusi Industri Kreatif (
dengan sub-bidang 15 sub-sektor industri
kreatif-apabila ada semua)
15. Kelompok I:
Apakah perlu membentuk forum baru atau forum yang sudah ada
(misalnya sudah ada forum Pengembangan Ekonomi Lokal-PEL)?
Bagaimana susunan keanggotaan forum baru dengan
mempertimbangkan 15 sub-sektor industri kreatif dan stakeholder
lainnya (pemerintah, DPRD, akademisi, R&D, dunia usaha lainnya:
perbankan dlsb)
Bagaimanakan susunan keanggotaan forum kreatif apabila sudah ada
forum PEL di tingkat provinsi?
Kelompok II:
Apakah Rencana Kegiatan Tindak Lanjut (RKTL) untuk pembentukan
Forum Kreatif baik yang masih baru ataupun memperkuat forum yang
sudah ada?
Mohon disusun Program Financial Matrix untuk RKTL tersebut dalam
waktu 1 tahun sampai 5 tahun