Analisis Transaksional (AT) dikembangkan oleh Eric Berne untuk menjelaskan kepribadian manusia dan interaksinya. Teori ini menyatakan bahwa setiap individu memiliki tiga ego state (orang tua, dewasa, anak) yang bertransaksi satu sama lain dan dengan ego state orang lain. AT berfokus pada interaksi sekarang (bukan masa lalu) dan meyakini manusia dapat berubah.
Modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantar
Konseling analisis transaksional
1. KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL (AT)
ERIC BERNE
A. TOKOH PENGEMBANG
Eric Berne (1910-1970) kelahiran Montreal, Canada, adalah pelopor Analisis
Transaksional (AT). Dia mulai mengembangkan AT ini sebagai terapi, bermula
ketika dia bertugas dalam Dinas Militer Amerika Serikat diminta membuka program
terapi kelompok bagi para serdadu yang mendapat gangguan emosional sebagai
akibat Perang Dunia ke-2.
Berne, pada mulanya seorang pengikut Freud dan melakukan praktik
Psikoanalisis dalam terapi. Sebab, saat itu psikoanalisis tengah mendapat perhatian
yang luar biasa. Bahkan Berne sendiri pernah mendapat kuliah psikoanlisis di Yale
Psychiatric Clinic (1936-1938) dan New York Psichoanalitical Institute (1941-
1943).
Setelah Berne berhenti bekerja pada Dinas Militer itu, dia mulai melakukan
eksperimen yang sungguh-sungguh. Akhirnya pada pertengahan tahun 50-an baru
dia memperkenalkan teorinya, Analisis Transaksional. Diluar dugaan, teori ini
mendapat sambutan baik dari kalangan ahli terapi kelompok, dalam pertemuan
Regional Perhimpunan Terapi Kelompok Amerika di Los Angeles tahun 1957 teori
ini diangkat sebagai salah satu tema yang dibahas. Tentu saja AT mulai mengundang
ingin tahu banyak orang, dan setelah menerapkannya banyak orang berdecak-
2. kagum atas hasilnya, sehinga dalam waktu singkat AT dapat diterima sebagai salah
satu model dalam kasanah konseling.
Oleh Jhon Dusay & K. Dusay dalam Current Psychotherapies (Corsini. Ed.
1984) membagi fase perkembangan AT; Pertama, adalah awal dari perkembangan
AT (1956-1962), ditandai masa dimana Berne menjajaki dan menemukan Ego State
sebagai suatu sistem berfikir, berperasaan, dan bertingkah laku. Fase kedua (1962-
1966) adalah masa perhatian Berne tertuju kepada Transaksi, dimana Ego State
orang menjadi stimulus bagi Ego State orang lain dalam berkomunikasi. Dia mulai
mengembangkan teorinya dalam rangka transakasi antar ego state sebagai suatu
bentuk terapi.
Sejak kematian Berne, 1970, pengikutnya selalu berupaya mengembangkan
AT ini. AT yang pada mulanya dipergunakan Berne untuk terapi kelompok, sekarang
telah meluas pula untuk terapi Individual. Pengikut Berne juga berhasil mendirikan
perhimpunan Analisis Transaksional Internasional yang bernama ITAA
(International Transaktional Analysis Association), anggotanya tersebar luas baik di
Amerika Serikat maupun di Amerika Selatan, Eropa, India atau Jepang. Melalui
jurnal AT, yang diterbitkan sejak tahun 1971, telah memberikan hadiah atau
penghargaan kepada orang-orang yang berjasa mengembangkan AT ini. Diantara
orang yang mendapat penghargaan atas jasanya dalam mengembangkan AT adalah
Claude Stainer yang mengembangakan Skript Matrix, Stephen Karpman dalam
Drama Triangle, Jhon Dusay dalam Egogram, serta Taibi Kahler dalam Miniscript.
B. KONDISI YANG MELATAR BELAKANGI LAHIRNYA ANALISIS TRANSAKSIONAL
(AT)
Sebelum Berne menggelar AT sebagai model terapi, telah terkondisi
beberapa hal yang mendorong kelahiran AT Kondisi tersebut berbentuk penemuan-
penemuan tentang apa yang akhirnya menjadi landaasan teori Berne. seperti ego
state, games dan transaksi serta skript (script).
3. Orang yang pertama yang mempercayai, bahwa adanya perbedaaan ego
manusia adalah Wilder Penfield. dan menyatakan bahwa status ego secara utuh
menyimpan reaksi yang permanen. Games dan Transaksional dikembangkan oleh
Berne bersamaan dengan gencarnya usaha penerapan teori komunikasi terhadap
isu psikologi yang dipelopori oleh George Bateson & Jurgen Kuesch. Teori Berne
tentang Skript banyak diilhami oleh Joseph Campbell, seorang ahli mitologi yang
mengatakan bahwa manusia mengikuti bentuk-bentuk mitologi yang diperolehnya.
Sedangkan sebelumnya Jung juga pernah mengunakan istilah persona. Skript yang
digunakan oleh Berne ini mirip dengnan persona dari Jung ini.
Semua kondisi ini bukanlah berarti mengecilkan penemuan Berne, tapi
merupakan cikal bakal saja yang wujudnya lahir di tangan Berne. Penemuan yang
terpisah kemudian dapat dirangkai Berne dalam suatu teori adalah jauh lebih besar
dan lebih berarti dari segalanya. Di tangan Bernelah, praktik AT ini pertama lahir
dan membuahkan hasil yang menarik perhatian banyak orang, sehingga mengakui
AT ini sebagai suatu model konseling.
C. PANDANGAN ANALISIS TRANSAKSIONAL (AT) TERHADAP MANUSIA
Manusia menurut AT selalu berubah dan bebas untuk menentukan pilihanya.
Persoalan: Kenapa manusia berubah ? Menurut Thomas A. Harris, MD ada tiga
perkara. Pertama, bahwa manusia (klien) adalah orang yang “telah cukup lama
menderita”, karena itu mereka ingin bahagia dan mereka berusaha melakukan
perubahan.
Faktor kedua, adanya kebosanan, kejenuhan atau putus asa.. Manusia tidak
tidak puas dengan kehidupan yang monoton, kendatipun tidak menderita bahkan
berkecukupan. Keadaan yang monoton akan melahirkan perasaan jenuh atau bosan,
karena itu individu terdorong dan berupaya untuk melakukan perubahan.
Faktor ketiga, manusia bisa berubah karena adanya penemuan tiba-tiba. Ini
merupakan hasil AT yang dapat diamati. Banyak orang yang pada mulanya tak-mau
atau tak-tahu dengan perubahan, tapi dengan adanya informasi, cerita, atau
4. pengetahuan baru yang membuka cakrawala barunya, timbullah semangatnya
untuk menyelidiki terus dan berupaya melakukan perubahan.
AT punya pandangan yang optimis atas manusia. Manusia dapat berubah asal dia
mau. Perubahan manusia itu adalah persoalan di sini dan sekarang (here and now).
Berbeda dengan Psikoanalisis, yang cenderung deterministik, di mana sesuatu yang
terjadi pada manusia sekarang di mengerti dari masa lalunya. Bagi AT, manusia
sekarang punya kehendak, karena itu perilaku manusia sekarang adalah persoalan
sekarang dan di sini. Kendatipun ada hubungannya dengan masa lalu, tapi bukan
seluruhnya perilaku hari ini ditentukan oleh pengalaman masa lalunya.
Harris berkata, bahwa kita harus menjawab masalah ini bukan dengan menolak
hubungan sebab akibat antara alam yak sadar dengan perilaku manusia, melainkan
dengan mencari sebab itu, Sebab seseuatu perbuatan, justru berada pada masa
sekarang bukan di masa lalu seseorang.
D. TEORI ANALISIS TRANSAKSIONAL (AT) TENTANG KEPRIBADIAN MANUSIA
Memahami konsep pokok AT tentang kepribadian manusia tersimpul dalam
istilah yang digunakan dalam teori ini. Yaitu Ego State, Transaksional, Games,
Stroke, Egogram, dan Skript .
1. Ego State (Keadaan Ego)
Ketika Berne menghadapi klien, ia menemukan bahwa kliennya
kadang-kadang berfikir, berperasaan dan berperilaku seperti anak-anak,
tapi di lain kesempatan terlihat seperti orang tua atau orang dewasa.
Berdasarkan pengalamanya dengan klien itu, Berne berkesimpulan
bahwa manusia memiliki berbagai bentuk kondisi ego, atau disebutnya
dengan ego state. Status ego manusia itu ada tiga macam : Orang tua
(Parent), Dewasa (Adult) dan Anak-anak (Child).
-Orang tua (Parent = Exteropsyche)
-Dewasa (Adult = Neopsyche)
5. -Anak-anak (Child = Archaeopsyche)
Kondisi ego orang tua (O) atau aslinya disebut oleh Berne dengan
Exteropsyche adalah prototype yang ditampilkan seseorang seperti
layaknya bokap atau nyokap Yakni penampilan yang terikat kepada
sistem nilai, moral dan serangkaian kepercayaan. Bentuk nyatanya
berupa pengontrolan, membimbing, membantu mengarahkan,
menasehati, menuntun atau dapat pula mengecam, mengkritik,
mengumando, melarang, mencegah atau memerintah dsb. Kata-kata yang
sering digunakan oleh status ego O ini adalah, Jangan…………
seharusnya…………. tidak baik…………. bagus…………..…. semestinya
…………..….hendaknya.
Keadaan ego Dewasa (D) adalah reaksi yang bersifat realistis dan
logis. Status ego ini sering disebut komplek Karena bertindak dan
mengambil keputusan berdasarkan hasil pemerosesan informasi dari
data dan fakta lapangan. Karena itu, Berne menyebut status ego ini
dengan Neopsyche. Kata-kata yang sering dipergunakan adalah benar,
salah, praktis, dsb.
Keadaan ego Anak-anak (A) atau archaeopsyche, merupakan
keadaaan dan reaksi emosi yang kadang-kadang adaptif, intuitif, kreatif,
dan emosional, tetapi kadang-kadang juga bertindak lepas, ingin terbebas
dari pengaruh orang lain.. Kata-kata yang ssering digunakan dapat
berupa “Wah !”, Tidak mau…………..Tidak bisa……..dsb.
Ketiga status ego dari Berne ini mempunyai perbedaaan nyatadengan
konsep Freud mengenai Id, Ego dan Super Ego. Keunggulan konsep Berne
mengenai status ego ini, karena ketiga macam status ini dapat diamati
secara nyata, ketimbang konsep Freud yang abstrak.
Menurut Berne, ketiga macam statu ego ini, O, D, A, dapat dilihat secara
terpisah pada setiap orang. Artinya, dalam keadaan atau waktu yang
berbeda orang dapat menampilkan status ego yang berbeda pula. Orang
6. normal (sehat) adalah orang yang dapat melahirkan status ego yang
sesuai dengan keadaan lingkungannya.
Berne melukiskan adanya tiga macam bentuk ego yang berada dalam diri
seseorang. Normal, Kontaminasi (Campuran) dan Eksklusi. Normal
adalah bersifat terpisah, Kontaminasi adalah dua atau lebih status ego
tercampur seperti tercampurnya status ego O dengan A. Sedangkan
eksklusi yaitu salah satu ego yang menguasai seseorang dalam waktu
yang lama sehingga menyingkirkan dua ego lainnya.
Struktur Kontaminasi Eksklusi Kepribadian Normal ( Delusion )
(Fixation)
2.Transaksi
Transaksi merupakan inti dari konsep AT. Istilah transaksi
sebenarnya adalah istilah yang sering dipergunakan dalam lapangan
komunikasi. Sesuai dengan teori ini, transaksi diatikan sebagai hubungan
stimulus respons atau dua ego state. Transaksi akan terjadi bila
seseorang (A) memberikan rangsangan (stimulus) kepada orang lain (B),
B memberi respons dan pada gilirannya respons B itu menjadi stimulus
bagi A dan begitu seterusnya.
Menurut Berne, transaksi itu terjalin antar ego state. Kalau dua orang
beraada pada suatu ruanngan, berarti pertemuannya 6 ego state. Dari
sudut Ego state ini, Berne mengemukakan adanya 3 macam, yaitu
transaksi yang bersifat Komplementer, Crossed (Silang) dan Ulterior
(tersamar atau semu).
Transaksi Komplementer adalah transaksi antar dua ego state yang
sama, seperti O dengan O, D dengan D, atau A dengan A Transaksi O-O
lihatlah orang yang tengah bertengkar. Contoh D-D seperti seminar.
Contoh A-A orang lagi pacaran.
Transaksi silang merupakan transaksi antar dua ego state yang
berbeda. Ada tiga bentuk dengan contohnya: O–D (ujian skripsi), O–A
7. (guru di kelas) D–A (dokter-pasien) .
Transaksi tersamar atau semu adalah transaksi antar dua ego namun
diikuti terjadinya transaksi dua ego lain yang tidak kelihatan atau
tertutup, namun dirasakan oleh orang yang melakukannya. Transaksi
yang tak kelihatan itu mengandung kesan psikologis. Tapi transaksi itu
Bentuk ketiga transaksi tersebut adalah :
Komplementer Silang Tersamar
Dari ketiga macam transaksi tersebut diatas, maka transaksi yang baik
adalah Transaksi antara ego state Dewasa dengan Dewasa, karena lebih
bersifat realitis dan logis.
3.Permainan(Games)
Komunikasi antara dua manusia sebenarnya bagaikan sebuat
permainan (games), ada yang kalah (korban) dan ada pula yang menang
(penindas). Orang yang kalah atau menang dapat silih berganti. Kalau
yang kalah berhasil mencari penyelamatan, dia akan bergerak menjadi
penindas dan mengeser lawannya jadi korban, dan begitulah seterusnya..
Orang menjadi pemenang akan merasa puas. Penindas diinndikasikan
bilamana ia berhasil menggunakan egostate O. Namun bila lawannya
berhasil mencari penyelamatan dan kemudian menggunakan egostate O
8. terhadapnya ia akan merasa terhina. Sehingga oleh Compos disebut
Orang yang menang disebut pendulang kopon emas, dan yang kalah
disebut pengumpul kopon cokelat.
Oleh karena itu perilaku seseorang dapat berubah dalam setiap
transaksi dengan orang lain. Kadang-kadang dia bersifat penindas, dan
kadang-kadang sebagai korban. Perubahan bentuk peranan ini dapat
digambarkan dalam drama segi tiga (threangle) di bawah.
4.Stroke(Dorongan atau Perhatian )
Interaksi antar manusia membutuhkan atroke atau berupa dorongan
atau perhatian agar tercipta perubahan. Stroke ini dapat dibedakan atas
stroke negatif dan positif, stroke bersyarat dan tanpa syarat.
Stroke positif adalah stroke yang mengakibatkan seseorang merasa
dihargai dan diperhatikan sehinga menimbulkan motivasi yang kuat
baginya untuk melakukan perubahan. Stroke negatif adalah yang
mengakibatkan seseorang merasa kecewa atau penyesalan. "Saya tidak
jadi berimu hadiah, karena kamu telat" Stroke bersyarat adalah dorongan
atau perhatian yang diberikan bila dia berhasil melakukan suatu
prasyaratnya terlebih dahulu. “Kamu akan saya sayangi bila kamu patuh”.
Sedangkan stroke tanpa syarat seperti “ Ibu menyayangimu nak“
5.Skript(Script)
Istilah skript bagi Berne dipergunakan untuk menunjukan pola
kehidupan yang dapat berwujud cara bertingkah laku yang diyakini,
sebagai cara, nasib, atau modus bagi dirinya. Tidak jarang pula skript
boleh menjadi batas atau standar sukses yang ditanamkan orang tuanya.
Skript ini bisa mempengaruhi interksi seseorang dengan orang lain.
Kendatipun hal ini tidak disadarinya. Skript ini bisa mempengaruhi sehat
tidaknya (OK tidak OK) seseorang dalam memandang diri dan
lingkungannya.
Skript ini menurut AT dapat dirubah dengan memahami kembali atau
mendefinisikannya kembali melalui interaksi seseorang dengan terapist.
9. 6. Egogram ( Takaran Energi Ego )
Istilah Egogram dikembangkan oleh Dusay yang dipakai untuk
menunjukan fungsi dan besarnya kekuatan energi yang terdapat pada
masing-masing ego state, terutama yang berhubungan dengan aspek
emosional. Kendatipun Berne membagi ego state atas O, D dan A,
Dusay membagi Egogram manusia atas 5 macam yang dikembangkan
dari Ego state tersebut.
Status Ego Egogram
Parent : Orang tua (O) Critical Parent : Kritikan O (KO)
Nurturing Parent : Pemeliharaan O (PO)
Adult : Dewasa (D) Adult : (D)
Child : Anak-anak (A) Free Child : Kebebasan Anak (KA)
Adapted Child : Adaptasi Anak (AA)
Kelima macam Egogram ini mempunyai energi yang berbeda untuk
setiap orang. Perbedaan energi egogram inilah yang menyebabkan
perbedaan kepribadian seseorang.
Orang yang rendah energi KO, bersifat mudah tergoda, rendah NO
kesepian atau depresi, rendah D kesulitan konsentrasi atau
memecahkan masalah, rendah KA kehilangan kreativitas, intuitif dan
semangat hidup, sedangkan rendah AA bersikap tidak kompromi atau
konfrontasi.
10. Seseorang yang baik jadi Konselor adalah punya D sangat tinggi, PO
lebih tinggi dari KO, AA lebih rendah dari KA serta sangat rendah KA.
Gambar "STATUS EGO"
Kepribadian Konselor
6.SikapDasarManusia
Sejak kecil manusia selalu berhubungan dengan dirinya dan
orang lain. Bagaimana seseorang menerima diri dan orang lain itu
akan membentuk sikap dasarnya. Sikap dasar ini menenmtukan
keberhasilannya dalam hidup ini, termasuk menentukan bermasalah
tidaknya seseorang.
Sehubungan dengan penilain seseorang terhadap dirinya (I)
dan orang lain (you), Thomas Harris (1985 : 50) mengklasifikasikan
adanya 4 macam sikap dasar sesuai dengan perkembangan manusia.
Saya tidak Oke - Kamu Oke
Saya tidak Oke - Kamu tidak Oke
Saya Oke - Kamu tidak Oke
Saya Oke - Kamu Oke
Sikap dasar pertama, saya tidak Oke – Kamu Oke, adalah sikap
yang paling awal diperoleh manusia, yakni sikap seorang bayi. Dia
menganggap dirinya jelek atau tidak mampu dan menganggap orang
11. lain baik dan penuh perhatian padanya. Karena itu ia sering kali
mengunakan ego state anak-anak
Sikap dasar kedua, saya tidak Oke – Kamu tidak Oke, adalah
sikap dasar yang memandang jelek baik atas dirinya maupun kepada
orang lain. Kondisi seperti ini menandakan seseorang bermasalah
atau depresi. Namun dalam kadar yang kecil terlihat pada perilaku di
masa remaja yang tidak peduli dengan diri dan berontak terhadap
aturan bahkan orang tua sendiri..
Sikap dasar ketiga, Saya Oke – Kamu tidak Oke, adalah sikap
yang memandang jelek terhadap orang lain. Mereka suka mengkritik,
atau menyalahkan orang lain. Ego state yang sering digunakannya
dalam bertransaksi adalah O.
Sedangkan sikap dasar keempat, Saya dan Kamu Oke, adalah
sikap hidup yang baik, atau posisi kepribadian yang sehat, dia bisa
memandang realistis sebagai mana adanya dirinya dan orang lain. Ini
terlihat bagi orang yang suka menggunakan ego state D.
E. PROSES KONSELING
AT bertujuan membantu Klien mengembangkan status egonya sehingga
dapat berfungsi lebih baik dengan cara menganalisa transaksi yang dilakukannya.
Proses Konseling dalam AT ini dilakukan bahwa setiap transaksi dianalisis, Klien
yang nampaknya mengelakkan tanggung jawab diarahkan untuk mau menerima
tanggung jawab pada dirinya. Sehingga Klien dapat menyeimbangkan Egogramnya,
mendefinisikan kembali skiptnya, serta melakukan instrospeksi terhadap games
yang dijalaninya..
Menurut Harris, proses konseling AT pada bagian pendahuluan digunakan
untuk menentukan kontrak dengan klien, baik mengenai masalah maupun tanggung
jawab kedua pihak. Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien tentang ego statenya
dengan diskusi bersama Klien ( Shertzer & Stone, 1980 : 209).
12. Kontrak bagi Dusay (Cosini, 1984 : 419 ) adalah berbentuk pernyataan klien
– terapis untuk bekerja sama mencapai tujuan dan masing-masing terikat untuk
saling bertangung jawab, karena terapist bukanlah pula orang yang menanti
mukjizat terapist. Kontrak dalam AT menurut Dusay mencakup 4 (empat)
Komponen:
1. Saling menyetujui, yakni terjadinya persetujuan dalam keadaaan ego state
dewasa antara Klien – terapist untuk melakukan perubahan yang spesifik.
2. Kompetensi, yakni kesediaan terapist untuk memberikan layanan yang
menggunakan kompetensi yang dimilikinya, yakni merobah dan mengatasi
persepsi klien yang salah atas diri dan lingkungannya. Kontrak untuk hidup
sehat dan panjang umur berada diluar jangkauan kompetisi therapist
3. Tujuan yang legal, adalah menyangkut materi dan tujuan dari kontrak yang
bersifat legal.
4. Konpensasi, yakni menyangkut imbalan bagi terapist yang telah
mengorbankan waktu dan kemampuannya.
Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian terapist bersama klien menggali
ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuan konseling.
F. TEKNIK KONSELING
Dalam AT konseling diarahkan kepada bagaimana klien bertransaksi dengan
lingkungannya. Karena itu, dalam melakukan konseling ini, terapist memfokuskan
perhatian terhadap apa yang dikatakan klien kepada orang lain dan apa yang
dikatakan orang lain kepada klien. Untuk itu, teknik yang sering digunakan dalam
AT diantaranya adalah analisis struktur, analisis transaksional, analisis skript, dan
analisis mainan.
1. Analisis Struktur
Analisis struktur maksudnya adalah analisis terhadap status ego yang
menjadi dasar struktur kepribadian klien. Analis hendaknya bisa
mengenal 1) apakah klien menggunakan ego state tertentu, 2) apakah ego
state klien, normal, terkontaminasi atau eksklusif, dan 3) bagaimanakah
13. energi egogram klien tersebut.
Dengan mengetahui struktur ego state klien, akan diketahui masalah yang
dihadapi klien. Bila klien dominan menggunakan ego state A masalah
yang dihadapinya kurngnya rasa pecaya diri atau dipandang rendah o
rang lain. Bila O yang domninan maka klien tengah ditakuti, dijauhi,
disishkan atau diasingkan orang lain.
2. Analisis transaksional
Transaksi antara konselor – klien pada hakekatnya adalah tranasksi
antar status ego keduanya. Konselor menganalisa status ego yang terlihat
dari respons atau stimulus klien. Dengan orang lain Baik dari kata-kata
yang diungkapkan klien, maupun dengan bahasa non verbal. Data atau
informasi yang diperoleh dari transaksi dijadikan konselor untuk bahan
analisis atau problem yang dihadapi klien..
3. Analisis Mainan
Analisis mainan adalah analisis hubungan transaksi yang terselubung
antara Klien dengan konselor atau dengan Lingkungannya. Mungkin Klien
dalam transaksinya sering mengumpulkan “kupon emas atau kupon
Coklat” (perasaan menang atau perasaan kalah). Bila klien dalam games
sering berperan sebagai pemenang, maka ada kemungkinan ia menjadi
amat takut sewaktu-waktu akan menerima kopon cokelat yang banyak..
4. Analisis Skript
Analisis Skript ini merupakan usaha terapist yang terakhir, dan
diperlukan mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien.
Analisis skript ini hendaknya sampai menyelidiki transaksi seseorang
sejak masa kecil dan standar sukses yang telah ditanamkan orang tuanya.
Disamping keempat macam teknik yang digunakan di atas, treatment
dari AT sering pula menggunakan teknik khusus, seperti: Interogasi,
Spesifikasi, Konfrontasi, Eksplanasi, Ilustrasi, Konformasi, Interpretasi,
Kristalisasi
14. G. SIKAP DAN PERANAN KONSELOR
Inti pokok dari AT terletak pada usaha konselor (terapist) menganalisis
transaksi klien dengan teknik-teknik yang telah disebutkan diatas. Dengan demikian
telihat sikap dan peranan konselor di sini :
1. Berusaha meletakkan tanggung jawab pada klien
Karena pada hakekatnya setiap hendaknya bertanggung jawab atas
kehidupannya, maka bagi AT juga mengarahkan agar pada diri klien
tumbuh rasa tanggung jawab dan kemampuan untuk mengambil
tanggung jawab atas kehidupannya.
2. Menyediakan lingkungan yang menunjang
Untuk mencapai perubahan klien atau keseimbangan ego state klien,
konselor berusaha sebagai penyedia fasilitas yang mendorong terjadinya
perubahan ego state klien.
3. Memisahkan mite dengan realitas
Karena pengaruh skript, banyak klien dipengaruhi oleh mitologi yang
telah diadapsinya sejak lama. Dalam rangka memperbaiki kembali
(memahami kembali) skript kehidupan klien itu, konselor AT mempunyai
peranan untuk memisahkan mite yang berpengaruh dalam skript klien
dengan realitas kehidupan yang sebenarnya.
4. Melakukan Konfrontasi atas keanehan yang tampak
Keanehan atau keadaan ego state klien yang tidak seimbang dapat
diperbaiki terapist dengan melakukan konfrontasi.Terapist hendaknya
bisa membentuk dan merekonstruksi menjadi seimbang.
Jadi, dengan melihat peranan dan sikap konselor di atas,
memperlihatkan bahwa konselor dalam AT bersifat aktif. Dia lebih
banyak menentukan jalanya konseling.
15. H. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
Dari uraian di atas, kiranya telah dapat dipahami sosok tubuh AT. Walaupun
uraian teori ini lebih mengarah pada analisis transaksinya dari pada kaitannya
dengan peran, proses, treatment. Namun dapat dibandingkan dengan pendekatan
lain. AT merupakan salah satu pendekatan yang berbeda dengan beberapa
pendekatan yang telah berkembang sebelumnya.
Bila kita lihat, bandingkan, atau nilai dari berbagai pendekatan lain, ternyata
AT juga punya kelemahan disamping kebaikanya, seperti layaknya pendekatan lain.
Adanya keunggulan hendaknya bisa kita manfaatkan, dan adanya kelemahan justru
membuka peluang dan menantang, mencari dan menemukan pendekatan lain.
Paling kurang terbukanya kesempatan untuk memperbaiki kelemahannya.Diantara
keunggulan dan kelemahan AT itu antara lain:
1. Keunggulan AT
Dengan melihat Konsepsi, penekanan, pelaksanaan serta penerimaan
pada klien, maka ada beberapa kebaikan dari AT:
a. Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia
Seperti telah disebutkan pada bab terdahulu, AT memandang
manusia dapat berubah bila dia mau. Manusia punya kehendak
dan kemauan. Kemauan inilah yang memungkinkan manusia
berubah, tidak statis. Sehingga manusia bermasalah sekalipun
dapat berubah lebih baik, bila kemauannya dapat tumbuh. Karena
itu AT lebih Optimis dan realistis memandang manusia.
Bila kita bandingkan dengan Psikoanalisa, Freud, AT nampak
selangkah lebih maju. Psikoanalisis memandang manusia
deterministik. Perilaku manusia bagaikan suatu rotasi dari
pengalaman masa kecil, kendatipun pengalaman masa kecil itu tak
diingatnya lagi (Unconscious). AT tidak menolak adanya pengaruh
masa kecil ini. Konsepnya tentang skript kehidupan mengakui
adanya kontribusi pengalaman masa kecil atas kehidupan
sekarang. Tapi karena manusia punya kehendak dan kemauan
16. untuk bebas, “pengalaman itu dapat dirubah “ (Shertzer & Stone,
1982, 237).
Skript kehidupan manusia diakui AT bersisi dua, ada yang
negatif dan ada yang positif. Sesuai dengan nilai-nilai yang
diterimanya dari orang tuanya atau interaksinya dengan
lingkungan. Karena skrip itu mempengaruhi seseorang untuk
mengambil kesimpulan, maka keputusan orang itu dapat Oke atau
Tidak Oke terhadap diri dan lingkungannya.
Hal ini juga lebih realitis dari konsep Rogers yang memandang
manusia baik, rasional dapat dipercaya, dapat mengubah dirinya
lebih baik atau dapat merealisasikan dirinya menjadi makhluk
Insanul Kamil.
b. Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini
Tujuan pokok terapi AT adalah mengatasi masalah klien agar
dia punya kemampuan dan memiliki rasa bebas untuk
menentukan pilihannya. Untuk mengatasi masalah klien itu, AT
berusaha membangkitkan kemauan dan kemampuan orang
dengan melakukan analisis interaksinya dengan orang lain. Hal ini
dimulai dengan mennganalisis interaksinya dengan terapist.
Analisis seperti di atas, analisis interaksi klien dengan terapist
atau orang lain, adalah persoalan interaksi sekarang. Kini dan di
sini (here and now).
Metoda analisis struktur, status ego dengan egogram, analisis
permainan semuanya merupakan analisis terhadap perilaku yang
di tampilkan klien pada saat ini, di sini di hadapan konselor. Kalau
analisis itu (struktur, ego state, dan mainan) tidak mencapai hasil
baru AT menggunakan analisis skrip, yang orientasinya pada masa
lalu. Alternatif ini dipergunakan AT sebagai cara terakhir, bila
analisis sebelumnya gagal merenggut hasil.
17. c. Mudah Diobservasi
Banyak teori yang lahir dibelakang labor ilmiah, tak terkecuali
untuk teori-teori Psikologi. Pada umumnya teori yang muncul dari
laboratorium itu sulit diamati karena itu terlihat abstrak, sehingga
kadang-kadang tak jarang pula yang hanya merupakan konstruk
pikiran manusia penemunya.
Berbeda dengan AT, ajaran Berne tentang status ego ( O, D dan A)
adalah konsep yang dapat diamati secara nyata dalam setiap
interaksi atau komunikasi manusia.Status ego Berne jauh lebih
observable dari teori Freud mengenai Id, Ego dan Super Ego, yang
hanya dapat dijadikan konstruk pikiran kita atas perilaku
seseorang. Lain dengan Ego Orang tua, Dewasa dan Anak, dia
dapat diamati secara jelas tanpa menggunakan laboratorium.
Begitu juga dengan sikap dasar manusia yang memilah
manusia atas 4 posisi (saya tidak oke-kamu yang oke, saya dan
kamu tidak oke, saya oke-kamu tidak oke, dan saya dan kamu oke)
yang dikembangkan Harris, jauh lebih maju dari konsep karen
Horney yang hanya mengemukakan 3 disposisi manusia. Helpless
(minta pertolongan), hostility (menyerang) dan issolation
(mengasingkan diri) (Bischof, 1970, 212).
Horney membagi 3 disposisi ini dari sudut orang lain. Helpless,
punya arah gerak kepada orang lain (Moving toward people).
Menyerang merupakan arah menentang orang lain (moving
againts people), sedangkan isolasi punya arah melarikan diri dari
orang lain (moving away from people).
Sedangkan Harris membagi sikap dasar manusia itu atas dasar
pandangan terhadap diri sendiri dan orang lain. Karena itu,
konsep ini lebih maju dari Horney yang hanya melihat dari orang
lain saja, pandangan terhadap diri sendiri juga mempengaruhi
hubungan dengan orang lain.
18. d. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Fokus AT terpusat pada cara bagaimana klien berinteraksi,
maka treatment juga mengacu pada interaksi, cara bebicara, kata-
kata yang dipergunakannya dalam berkomunikasi. Analisis
terhadap interaksi klien pada ruangan konseling, memberi
kesempatan kepada klien untuk memperbaiki cara interaksinya
dan komunikasinya baik di dalam ruangan Konseling. Karena itu,
AT tidak hanya berusaha memperbaiki sikap, persepsi, atau
pemahamannya tentang dirinya tetapi sekaligus mempunyai
sumbangan positif terhadap keterampilan berkomunikasi dengan
orang lain. Hal semacam ini tidak dimilliki oleh pendekatan
lainnya.
2. Kelemahan AT
Disamping decak kagum orang atas ajaran Berne ini, yang telah
berhasil merekrut teori-teori komunikasi kelapangan psikologi, bukanlah
berarti teori ini tidak punya kelemahan, banyak kritik dilontarkan pada
AT, diantaranya :
a. Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment
AT mengharapkan, kontrak treatment antara konselor-klien
harus terjadi antara status ego Dewasa-dewasa. Artinya
menghendaki bahwa klien mengikat kontrak secara realistis,
sebagai orang yang membutuhkan pertolongan.
Tetapi dalam kenyataannya, cukup banyak ditemui bahwa banyak
klien yang punya anggapan jelek terhadap dirinya, atau tidak
realistis. Karena itu, sulit tercapainya kontrak, karena ia tidak
dapat mengungkapkan tujuan apa yang sebenarnya diinginkannya.
Sehingga memerlukan beberapa kali pertemuan. Hal semacam ini
dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya.
19. b. Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego
Apakah ungkapan klien termasuk status Ego Orang tua,
Dewasa, atau Anak-anak merupakan penilaian yang subyektif.
Mungkin dalam hal yang ekstrim tidak ada perbedaan dalam
menafsirkannya. Tapi bila pernyataan itu mendekati dua macam
status ego akan sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda antara
orang yang satu dengan yang lainnya. Kesalahan atau perbedaan
dalam menafsirkan status ego ini telah dibuktikan oleh Thomson
dalam Dusay (Corsini, 1984) yang telah merekam suatu
wawancara konseling, kemudian kepada konselor dan calon
konselor AT disuruh menganalisis wawancara itu dari 3 macam
status ego. Hasilnya memperlihatkan adanya perbedaan
penafsiran diantara konselor dan calon konselor tadi.
Di pihak lain error dari pihak klien mungkin pula muncul
kepermukaan. Secepat ia memasuki ruangan konseling secepat itu
pula terjad perubahan pola komunikasinya. Interaksinya diluar
ruangan konseling tidak sama dengan didalam ruangan konseling.
Bisa diluar lebih baik dengan menampilkan status ego dewasa,
tapi di dalam ruangan konseling lebih banyak menampilakn status
ego Anak-anak.
Latar belakang kebudayaan serta bahasa sangat
mempengaruhi pemahaman mengenai status ego ini. Karena itu
analisis terhadap status ego ini bila antara konselor dengan klien
punya latar belakang kebudayaan dan bahasa yang sama. Dan
adalah sangat sulit terciptanya penafsiran yang sama pada
masyarakat yang punya strata sosial berbeda, paternalis dsb.
Perbedaan dalam memahami status ego ini, menyebabkan sulitnya
kesamaan dalam menakar egogram klien.
20. c. Kurang Petunjuk Mengenai Tingkah laku Konselor
Bagi orang yang ingin mempraktikkan AT ini perlu petunjuk
bagaimana menganalisis transaksi itu secara tepat dan hemat.
Termasuk persoalan bentuk-bentuk responsnya, dan konten dari
ungkapan klien. Mungkin di atas telah disebutkan adanya analisis
struktur, permainan, Skrip dengan penggunaan beberapa teknik,
namun teknik mana yang dipakai dalam menganalisis itu tidak /
belum dikembangkan secara khusus dalam teori AT ini. Karena
belum adanya petunjuk khusus ini, orang menganggap AT kurang
terinci, karena tidak ada petunjukanya
I. KEMUNGKINAN PENERAPANNYA PADA SEKOLAH
Banyak laporan, terutama dari praktioner (penganut) AT, bahwa AT berhasil
dengan memuaskan. Banyak klien yang telah disembuhkan dengan cara ini, serta
“decak kagum “ pun dialamatkan pada temuan Berne ini. Terbentuknya
perhimpunan AT, ITAA, dan terbitnya jurnal AT membuktikan bahwa AT sebagai
suatu pendekatan yang sudah besar dan berkembang luas dikalangan ahli terapi.
Persoalan sekarang, apakah keberhasilan AT ini dapat pula diterapkan
disekolah, terutama di sekolah kita Indonesia yang berlandaskan filsafat Pancasila?
Persoalan ini tidaklah sederhana. Keterampilan AT pada klinik Psikologi boleh jadi
cocok atau boleh jadi tidak. Penerapan yang tepat meminta uji coba yang cukup
matang.
Secara rasional, keberhasilan AT di klinik-klinik Psikoterapi mungkin sekali
kita rekrut ke sekolah. Malah kita lebih optimis lagi, karena dapat mengamati
langsung perubahan klien di luar ruangan konseling. Betapa tidak, titik sentral dari
analisisnya terletak pada transaksi. Selama klien masih berada di sekolah, selama
itu pula kita dapat menganalisis transaksinya baik dengan temannya atau gurunya.
Lebih optimis lagi, bahwa AT dapat berhasil bila digunakan sebagai penyuluh
kelompok. Karena orang yang sehat kreteria AT adalah yang punya perasaan bebas
untuk menentukan pilihannya. Transaksi yang digunakan adalah terciptanya
21. transaksi antar status ego Dewasa. Kemungkinan tumbuh dan berkembang
transaksi antar ego Dewasa ini lebih besar dengan teman sebaya. Jadi kondisi ini
memungkinkan konselor menerapkan AT sebagai penyuluh kelompok di sekolah.
Kondisi sekolah yang menunjang penerapan AT sebagai pendekatan
penyuluhan kelompok ini, justru sebaliknya bagi penyuluh individual. Harapan agar
komunikasi atau transaksi antara konselor – klien dapat terbentuk transaksi antara
ego state dewasa-dewasa, justru sulit terbina. Karena adanya jarak antara Konselor
dengan Klien. Jarak itu adalah faktor usia. Konselor lebih cenderung jauh lebih tua
dari klien yang siswa ( 12 – 15 untuk SMTP, 15 – 19 tahun untuk SMTA). Karena itu
transaksi yang mungkin sering muncul adalah antara ego state Dewasa (Konselor) –
Anak-anak (Pada siswa).
Kondisi ini ditopang oleh faktor budaya kita. Indonesia sebagai bangsa yang
berlandaskan pada Pancasila bukanlah negara yang berfaham Liberal. Adat dan
sopan santun ketimuran selalu melengket pada masyarakat Indonesia. Cara
berbicara dengan orang yang sama besar atau lebih kecil tidak sama dengan cara
berbicara dengan orang yang dihormati dan atau lebih besar. Pada beberapa daerah,
bahasa yang digunakanpun juga berbeda, lebih halus dan lembut. Karena itu,
keberhasilan AT pada masyarakat Amerika yang egaliter belim tentu bisa sama
dengan masyarakat kita.
22. J. STRUKTUR KEPRIBADIAN
Analisis transaksional meyakini pada diri individu terdapat unsure-unsur
kepribadian yang terstruktur dan itu meruakan satu kesatuan yang disebut dengan
“ego state”. Adapun unsur kepribadian itu terdiri dari:
1. Ego state child
Pernyataan ego dengan ciri kepribadian anak-anak seperti bersifat manja,
riang, lincah dan rewel. Tiga bagian dari ego state child ini ialah:
a) Adapted child (kekanak-kanakan)
Unsure ini kurang baik ditampilkan saat komunikasi karena banyak
orang tidak menyukai dan hal ini menujukkan ketidak matangan dalam
sentuhan.
b) Natural child (anak yang alamiah)
Natural child ini banyak disenangi oleh orang lain karena sifatnya
yang alamiah dan tidak dibuat-buat serta tidak berpura-pura, dan
kebanyakan orang senang pada saat terjadinya transaksi.
c) Little professor
Unsur ini ditampilkan oleh seseorang untuk membuat suasana riang
gembira dan menyenangkan padahal apapun yang dilakukannya itu tidaklah
menunjukkan kebenaran.
2. Ego state parent
Ciri kepribadian yang diwarnai oleh siafat banyak menasehati, memerintah
dan menunjukkan kekuasaannya. Ego state parent ini terbagi dua yaitu:
a) Critical parent
Bagian ini dinilai sebagai bagian kepriadian yang kurang baik, seperti
menujukkan sifat judes, cerewet, dll.
b) Nurturing parent
Penampilan ego state seperti ini baik seperti merawat dan lain
sebagianya.
23. 3. Ego state adult
Berorientasi kepada fakta dan selalu diwarnai pertanyaan apa, mengapa dan
bagaimana.
Dengan demikian untuk kita ketahui bahwasanya dalam tiap individu ego state
yang tiga diatas selalu ada yang berbeda Cuma kadarnya saja. Berapa banyak
ego state yang ada dalam individu akan mempengaruhi tingkah lakuorang
tersebut.
Berdasarkan keberadaan ego state terdapat tiga komposisi yang ada dalam diri
individu adalah:
1. Ego state normal
Sesuai dengan situasi dan kondisi dimana orang itu berada. Penampilan ego
state yang normal ini dapat dilihat dalam suasana yang serius.
2. Ego state kaku
Ego state yang ditmpilaknnya tidak berbeda tetapi hanya satu saja.
3. Ego state cair
Tidak ada batasan antara penampilan ego state yang satu dengan yang lain.
K. MOTIVASI HIDUP
Hansen (dalam Taufik, 2000:101) membagi kebutuhan psikologis manusia
menjadi tiga bagian menurut analisis transaksional yaitu:
1. Kebutuhan akan memperoleh rangsangan
Sentuhan yang diberika bisa bersifat jasmaniah(salaman, tepukan,belaian),
rohaniah (perhatian, senyuman, sapaan), positif (pujian, sanjungan)maupun
negative(ejekan, cemoohan, hinaan).
Sentuhan akan memberikan warna tersendiri bagi individu, jika sentuhan itu
bersifat sistematis maka anak-akan menerima apa adanya. Misalnya anak yang
24. biasa mendengar kata-kata kasar dari orang tua, apabila dia tidak mendengar
kata-kata tersebut maka ia akan merasakan keanehan.
2. Kebutuhan untuk menstruktur waktu
Enam bentuk hubungan yang dipilih seseorang dalam mencari sentuhan;
a) With drawl
Memutuskan hubungan atau hubungan menarik diri. Individu
mencari sentuhan dengan berbicara sendiri, berfantasi.
b) Ritual
Individu melaukan hubungan social untuk memperoleh sentuhan
dengan sedikit modal energy atau juga melihat sedikit resiko.
c) Pas time
Individu mencari sentuhan dengn melalukan waktumembiarkan
waktu berlalu tanpa sesuatu yang jelas.
d) Activity
Melakukan suatu kegiatan dimana dalam kegiatan itu diperoleh
sentuhan.
e) Games
Individu yang berupaya memperoleh sentuhan dengan cara
melakukan permainan dengan orang lain.
f) Intimacy
Individu memperoleh sentuhan dengan melakukan hubungan intim
baik dengan individu lain ataupun dengan benda.
25. 3. Kebutuhan untuk memperoleh posisi hidup
Analisis transaksional menurut A.Harris dalam Taufik (2009) membagi
empat posisi hidup yang sering dipilih oleh seseorang yaitu;
a) Saya OK kamu OK
Posisi ini ialah posisi yang dipilih oleh seseorang apabila ia merasa
beres dan orang lain juga beres. Hubungannya yang terjadi bersifat
evolusioner yaitu berubah secara lambat.
b) Saya OK kamu tidak OK
Posisi ini dipilih oleh seseorang apabila ia merasa posisinya beres dan
posisi orang lain tidak beres. Hubungan ini cendrung untuk merubah
pihak kedua dan bersifat revolusioner yaitu perubahan secara cepat.
c) Saya tidak OK kamu OK
Orang yang berada dalam posisi ini ialah orang yang merasa dirinya
tidak beres dan orang lainlah yang beres. Sifat hubungannya ini
devolusioner yaitu berubah secara lambat. Biasanya orang yang memilih
posisi ini mempunyai sifat rendah diri.
d) Saya tidak OK kamu tidak OK
Orang yang berada pada posisi ini merasa dirinya tidak beres dan
orang lain pun dirasaka tidak beres. Hubungannya tidak jelas yaitu siapa
yang mengubah siapa yang bersifat obvolusioner.
L. JENIS-JENIS TRANSAKSI
Gerald Corey (dalam Taufik, 2009:108) membagi jenis transaksi menjadi tiga
bagian yaitu:
1. Transaksi sejajar
Individu yang berkomunikasi dengan menggunakan ego state tertentu
sehingganya respon yang ditampilakan oleh orang lain sesuai dengan yang
diharapkan
26. 2. Transaksi silang
Penampilan ego state seseorang sehingganya respon yang diberikan
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
3. Transaksi terselubung
Penampilan ego state seseorang yang dalam komunikasi yang
memiliki tujuan terselubung dari maksud pembicaraannya.
M. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG SEHAT
Ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut Hansen (dalam Taufik, 2009;111)
adalah:
1. Individu dapat menampilkan ego statenya secara luwes sesuai dengan tempat
ia berada
2. Individu berusaha menemukan naskah hidupnya secara bebas serta
memungkinkan pula ia memperoleh sentuhan secara bebas pula.
3. Memilih posisi hidup revolusioner, saya OK kamu Ok
4. Ego statenya bersifat fleksibel tidak kaku dan tidak pul cair.
N. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG ABNORMAL
Masih dalam buku sumber yang sama cirri kepribadian yang abnormal ialah:
1. Kecendrungan untuk memilih posisi devolusioner, obvolusioner dan pada
dirinya ada unsure tidak Ok
2. Kecenderungan untuk menggunakan ego state yang tunggal
3. Ego state yang ditampilkannya terlalu cair
4. Ego statenya tercemar.
27. O. TUJUAN DAN PROSES KONSELING
Adapun tujuan dari konseling ini ialah:
1. Mendekontaminasikan ego state yang terganggu
2. Membantu mengunakan ketiga ego state yang terganggu
3. Membantu menggunakan ego state adult secara optimal
4. Mendorong berkembangnya life position SOKO dan lifi script baru dan produktif.
Berikut ini akan dibahas hal-hal yang harus diperhatikan konselor dalam melakukan
konseling dengan menggunakan analisis transaksional.
1. Analisis struktur
Menjelaskan kepada klien bahwasanya kita sebagai indvidu mengemban tiga
ego state dan menjelaskan tentang ego state itu satu persatu, sehingganya
individu itu sadar ego state yang mana yang lebih dominan dalam dirinya.
2. Analisis transaksional
Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok, sehingganya konselor
dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih dominan dan apakah ego
state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau belum.
3. Analisis permainan
Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien untuk
mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah kline mampu menanggung resiko
atau malah bergerak kearah resiko yang tingkatnya lebih rendah.
4. Analisis naskah hidup
Hal ini dilakukan apabila konselor sudah meyakini bahwasanya kliennya
terjangkiti posisi hidup yang tidak sehat.
28. P. TEKNIK-TEKNIK KONSELING
Teknik konseling yang digunakan adalah:
1. Permission
Memperbolehkan klien melakukan apa yang tidak boleh dilakukan oleh
orang tuanya
2. Protection
Melindungi klien dari ketakutan karena klien disuruh melanggar terhadap
peraturan orang tuanya.
3. Potency
Mendorong klien untuk menjauhkan diri klien dari injuction yang diberikan
orang tuanya.
4. Operation
a). Interrogation
Mengkonfrontasikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada diri
klien sehingganya berkembang respon adult dalam dirinya.
b). Specification
Mengkhususkan hal-hal yang dibicarakan sehingganya klien paham
tentang ego statenya.
c). Confrontation
Menunjukkan kesenjangan atau ketidak beresan pada diri klien
d). Explanation
Transaksi adult-adult yang terjadi antara konselor dengan klien untuk
menejlaskan mengapa hal ini terjadi (konselor mengajar klien)
29. e). Illustration
Memberikan contoh pengajaran kepada klien agar ego statenya
digunakan secara tepat.
f). Confirmation
Mendorong klien untuk bekerja lebih keras lagi.
g). Interpretation
Membantu klien menyadari latar belakang dari tingkah lakunya
h). Crystallization
Menjelaskan kepada klien bahwasanya klien sudah boleh mengikuti
games untuk mendapatkan stroke yang diperlukannya.
KEPUSTAKAAN
Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang: Jurusan BK FIP UNP
Taufik. 2009. Model-model konseling. Padang: Jurusan BK FIP UNP
Muhammad Surya. 2003. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bany Quraisy
30. TUGAS
MODEL-MODEL KONSELING
Dosen Pembina :
Dra.Zikra,M.Pd.,Kons
“KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL”
(KONSTRAN)
OLEH :
RIJALUL FIKRIKHAIR
15629/2010
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013