Jadwal kunjungan penyuluh ke kelompok tani tahun 2014
Pelanggaran ham-berat-yang-terjadi-di-indonesia
1. 5 PELANGGARAN HAM BERAT YANG TERJADI DI INDONESIA
1. Tragedi Trisakti
adalah peristiwa penembakan, pada
12 Mei 1998, terhadap mahasiswa
pada saat demonstrasi menuntut
Soeharto turun dari jabatannya.
Kejadian
ini
menewaskan
empat
mahasiswa Universitas Trisakti di
Jakarta, Indonesia serta puluhan
lainnya luka.
Mereka yang tewas adalah Elang
Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka
tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat
vital seperti kepala, leher, dan dada.
Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis
finansial Asia. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke
gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.
Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju gedung DPR/MPR
pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri--militer
datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak
Polri.
Akhirnya, pada pukul 17.15 para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak
majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke
arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar
berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan
penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.
2. 2. Kerusuhan Mei 1998
adalah kerusuhan yang
terjadi di Indonesia pada
13 Mei - 15 Mei 1998,
khususnya di ibu kota
Jakarta
namun
juga
terjadi
di
beberapa
daerah lain. Kerusuhan ini
diawali oleh krisis finansial
Asia dan dipicu oleh
tragedi Trisakti di mana
empat
mahasiswa
Universitas
Trisakti
ditembak
dan terbunuh
dalam demonstrasi 12 Mei 1998.
Pada kerusuhan ini banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan
oleh amuk massa — terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa[1].
Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Bandung, dan Surakarta.
Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami
pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut. Sebagian bahkan diperkosa
beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan
tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan
Indonesia. Tak hanya itu, seorang aktivis relawan kemanusiaan yang bergerak di
bawah Romo Sandyawan, bernama Ita Martadinata Haryono, yang masih
seorang siswi SMU berusia 18 tahun, juga diperkosa, disiksa, dan dibunuh
karena aktivitasnya. Ini menjadi suatu indikasi bahwa kasus pemerkosaan dalam
Kerusuhan ini digerakkan secara sistematis, tak hanya sporadis.
Amuk massa ini membuat para pemilik toko di kedua kota tersebut ketakutan
dan menulisi muka toko mereka dengan tulisan "Milik pribumi" atau "Proreformasi". Sebagian masyarakat mengasosiasikan peristiwa ini dengan
peristiwa Kristallnacht di Jerman pada tanggal 9 November 1938 yang menjadi
titik awal penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi dan berpuncak pada
pembunuhan massal yang sistematis atas mereka di hampir seluruh benua Eropa
oleh pemerintahan Jerman Nazi.
3. 3. Kerusuhan Banjarmasin
terjadi pada tanggal 23 Mei
1997,
Banjarmasin
dilanda
kerusuhan massal, menyusuli
kampanye Golkar pada hari
terakhir
putaran
kampanye
PPP menjelang pemilu 1997.
Dilihat dari skala kerusuhan
dan
jumlah
koreban
serta
kerugiannya, peristiwa yang
kemudian
disebut
sebagai
Jumat Membara atau Jumat Kelabu itu termasuk salah satu yang terbesar
dalam sejarah Orde Baru. Namun, akibat ketertutupan pemerintah, tidak ada
laporan yang akurasinya bisa dipercaya penuh mengenai apa yang sesungguhnya
terjadi di lapangan pada waktu itu. Dibandingkan dengan skalanya, berita-berita
pers sangat terbatas dan tidak sebanding.[1]
Tanggal 23 Mei 1997 kebetulan jatuh pada hari Jumat. Pada hari itu
berlangsung putaran terakhir masa kampanye Pemilu 1997, yang secara
kebetulan merupakan hari kampanye Golkar. Menurut rencana semula, setengah
hari kampanye diawali dengan kampanye simpatik berupa pendekatan kepada
kalangan bawah dengan target operasi buruh, pengojek, dan tukang becak.
Kemudian, setengah hari berikutnya, usai ibadah Jumat, kampanye akan
dilanjutkan dengan panggung hiburan rakyat di lapangan Kamboja. Pada acara
tersebut akan hadir Menteri Sekretaris Kabinet (Mensekkab) Saadilah
Mursjid, Ketua MUI KH Hasan Basri, dan artis-artis ibu kota. Rencana itu tidak
pernah terwujud, karena yang terjadi kemudian adalah malapetaka berupa
kerusuhan massal.
4. 4. Tragedi Semanggi
menunjuk kepada dua kejadian
protes
masyarakat
terhadap
pelaksanaan dan agenda Sidang
Istimewa yang mengakibatkan
tewasnya warga sipil. Kejadian
pertama
dikenal
Tragedi Semangg
dengan
i I terjadi
pada 11-13 November 1998,
masa
pemerintah
transisi
Indonesia, yang menyebabkan tewasnya 17 warga sipil. Kejadian kedua dikenal
dengan Tragedi
Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 yang
menyebabkan tewasnya seorang mahasiswa dan sebelas orang lainnya di seluruh
jakarta serta menyebabkan 217 korban luka - luka.
Pada bulan November 1998 pemerintahan transisi Indonesia mengadakan
Sidang Istimewa untuk menentukan Pemilu berikutnya dan membahas agendaagenda pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena
mereka tidak mengakui pemerintahan B. J. Habibie dan tidak percaya dengan
para anggota DPR/MPR Orde Baru. Mereka juga mendesak untuk menyingkirkan
militer dari politik serta pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde
Baru.
5. 5. Insiden Santa Cruz
(juga dikenal sebagai Pembantaian
Santa
Cruz)
adalah
penembakan
pemrotes Timor Timur di kuburan
Santa Cruz di ibu kota Dili pad a 12
November 1991.
Para
pemrotes,
kebanyakan
mahasiswa, mengadakan aksi protes
mereka
terhadap
pemerintahan
Indonesia pada penguburan rekan
mereka,
Sebastião
Gomes,
yang
ditembak mati oleh pasukan Indonesia sebulan sebelumnya. Para mahasiswa telah
mengantisipasi kedatangan delegasi parlemen dari Portugal, yang masih diakui oleh PBB
secara legal sebagai penguasa administrasi Timor Timur. Rencana ini dibatalkan setelah
Jakarta keberatan karena hadirnya Jill Joleffe sebagai anggota delegasi itu. Joleffe
adalah seorang wartawan Australia yang dipandang mendukung gerakan kemerdekaan
Fretilin.
Dalam prosesi pemakaman, para mahasiswa menggelar spanduk untuk penentuan nasib
sendiri dan kemerdekaan, menampilkan gambar pemimpin kemerdekaan Xanana Gusmao.
Pada saat prosesi tersebut memasuki kuburan, pasukan Indonesia mulai menembak. Dari
orang-orang yang berdemonstrasi di kuburan, 271 tewas, 382 terluka, dan 250 menghilang.
Salah satu yang meninggal adalah seorang warga Selandia Baru, Kamal Bamadhaj, seorang
pelajar ilmu politik dan aktivis HAM berbasis di Australia.
Pembantaian ini disaksikan oleh dua jurnalis Amerika Serikat; Amy Goodman dan Allan
Nairn; dan terekam dalam pita video oleh Max Stahl, yang diam-diam membuat rekaman
untuk Yorkshire Television di Britania Raya. Para juru kamera berhasil menyelundupkan
pita video tersebut ke Australia. Mereka memberikannya kepada seorang wanita Belanda
untuk menghindari penangkapan dan penyitaan oleh pihak berwenang Australia, yang telah
diinformasikan oleh pihak Indonesia dan melakukan penggeledahan bugil terhadap para
juru kamera itu ketika mereka tiba di Darwin. Video tersebut digunakan dalam dokumenter
First Tuesday berjudul In Cold Blood: The Massacre of East Timor, ditayangkan di ITV di
Britania pada Januari 1992. Tayangan tersebut kemudian disiarkan ke seluruh dunia,
hingga sangat mempermalukan permerintahan Indonesia. Di Portugal dan Australia, yang
keduanya memiliki komunitas Timor Timur yang cukup besar, terjadi protes keras.