Save street child bandung (sscb) gerakan pemuda indonesia berani bermimpi
Ibu pintar dan taqwa, pakar formula kebangkitan generasi (catatan pasca kimb khilafah, jalan baru melahirkan generasi cemerlang)
1. u Pintar dan Taqwa, Pakar Formula Kebangkitan Generasi (Catatan Pasca-KIMB: Khilafah, Jalan Bar…
11/27/12
Bagikan 0 Lainnya Blog Berikut» imamajibalfattih@gmail.com Dasbor Keluar
IPB-Engineer of Islamic Civilization
MINGGU, 03 JUNI 2012 PENGIKUT
Join this site
Ibu Pintar dan Taqwa, Pakar Formula Kebangkitan w ith Google Friend Connect
Generasi (Catatan Pasca-KIMB: Khilafah, Jalan Baru Members (22)
Melahirkan Generasi Cemerlang)
[Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si]
Kisah Irshad Manji belum lagi mendingin, negeri ini diterpa panasnya isu Lady Gaga
dan Corby. Aneh, mengapa harus ada perdebatan antara kebenaran dan kesalahan tentang
ketiganya? Padahal sudah nyata, mereka adalah para perempuan perusak generasi muda.
Memangnya apa yang patut dipuja dan dibanggakan dari mereka bertiga? Tidak ada. Bahkan Already a member? Sign in
bukan tidak mungkin, anak dari para perempuan seperti mereka akan sangat malu jika
mengetahui perilaku ibunya yang justru menghancurkan generasi.
MENGENAI SAYA ARSIP BLOG
Perempuan dalam Potret Kapitalistik
Muslimah ▼ 2012 (30)
Manji, Lady Gaga dan Corby tak diragukan lagi sepak terjangnya. Mereka termasuk
Ideologis IPB ▼ Juni (1)
para perempuan yang menjadikan ide-ide kapitalis sebagai pijakan. Mereka juga ‘dengan
Lihat profil lengkapku Ibu Pintar dan
sadar’ berkontribusi untuk mengajak kaum perempuan selainnya untuk terkooptasi pada ide-
Taqwa, Pakar
ide tersebut. Para pengusung ide serupa pun bersuara senada. Yaitu dengan menyatakan Formula
bahwa persoalan perempuan akan terselesaikan dengan membebaskan perempuan berkiprah Kebangkitan
dimana pun, terutama dalam ranah publik. Dengan itu suara dan partisipasinya Ge...
diperhitungkan, baik dalam keluarganya maupun masyarakat. Alih-alih mampu mengangkat ► Mei (3)
ipb-engineerofislamiccivilization.blogspot.com/2012/06/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html 1/11
2. u Pintar dan Taqwa, Pakar Formula Kebangkitan Generasi (Catatan Pasca-KIMB: Khilafah, Jalan Bar…
11/27/12
nasib perempuan, posisi perempuan dalam sistem demokrasi kapitalis justru menjadi racun ► April (5)
yang kian mengukuhkan kegagalan menyelesaikan persoalan-persoalan perempuan. ► Maret (10)
Sebaliknya, ide-ide kapitalis-sekular sukses menjerumuskan perempuan ke dalam jurang
► Februari (3)
kejahiliahan dan kegelapan. Kegelapan ini tidak akan pernah beranjak dari umat secara
keseluruhan selama umat Islam mencampakkan aturan-aturan dari Allah Swt dan Rasul-Nya. ► Januari (8)
Sebagaimana diketahui, kaum perempuan di berbagai belahan dunia, termasuk di
Dunia Islam, sudah lama mengalami ketertindasan di berbagai lini kehidupan. Kapitalisme
telah dengan congkaknya menuduh bahwa nasib perempuan dalam Islam tidak akan pernah
bahagia karena Islam bersikap tidak adil terhadap perempuan. Sistem kapitalis-liberal ini yang
telah sekian lama bercokol, nyatanya tidak pernah mengubah nasib perempuan.
Kehidupan kapitalistik telah merancukan pemikiran perempuan, bahwa untuk
mendapatkan hak-haknya, perempuan harus banyak uang, cantik dan pintar. Jika mereka
ingin setara dengan laki-laki, mereka harus banyak berkiprah di ranah publik. Peran sejati
perempuan dikaburkan, disesatkan, dikacaukan bahkan dilenyapkan. Perempuan tak lagi
menjadi istri mulia, ibu tangguh, perempuan pejuang. Kehidupan perempuan kembali
menjadi hina karena sistem yang digunakan bukan sistem Islam, yang punya cara pandang
berbeda 180 derajat dengan cara pandang Islam terhadap perempuan.
Akibatnya, kapitalisme seperti meminta ‘upah’ dengan menjadikan perempuan
menjadi barang dagangan, alat promosi berbagai produk untuk menarik pembeli. Perempuan
dilacurkan, dijual, dieksploitasi tenaganya dalam industri, bahkan dibunuh karena arogansi
penguasa lalim. Perempuan dipaksa bekerja di sektor publik, dijadikan TKW di luar negeri;
dijadikan ikon utama di dunia fesyen, hiburan bahkan seluruh komoditas yang bersifat
komersial. Sebagian diekploitasi secara seksual dalam bisnis pornografi, pornoaksi, bahkan
pelacuran. Sebagian mengalami tindakan kekerasan fisik maupun psikis baik di sektor publik
maupun di ranah domestik; ditelantarkan, dilecehkan, diperkosa bahkan dibunuh. Sebagian
menderita kemiskinan dan kebodohan yang berkepanjangan. Sebagian lagi harus meregang
nyawa atau terancam setiap saat di bawah rezim kejam seperti yang dialami Muslimah saat
ini, seperti di Suriah, Palestina ataupun di negeri Muslim yang lain.
Perempuan Pintar, Sadarlah!
Abad milenium adalah abad modern di mana perempuan berpendidikan tinggi
bukan sesuatu yang langka. Bukan rahasia bahwa kapasitas berpikir para perempuan telah
diperhitungkan dalam peradaban dunia, termasuk Indonesia. Hal ini senada dengan
ipb-engineerofislamiccivilization.blogspot.com/2012/06/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html 2/11
3. u Pintar dan Taqwa, Pakar Formula Kebangkitan Generasi (Catatan Pasca-KIMB: Khilafah, Jalan Bar…
11/27/12
pernyataan Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Ananta Kusuma Seta, tentang sumberdaya manusia usia produktif yang
berpendidikan tinggi.
Ananta mengatakan bahwa Indonesia akan mendapatkan ‘bonus demografi’ dalam
kurun waktu 15 tahun ke depan. Maksud ‘bonus demografi’ itu adalah mayoritas penduduk
Indonesia lebih banyak dipenuhi usia angkatan kerja. Artinya, pada rentang waktu 2010-2025,
negara ini akan dipenuhi oleh usia produktif. Jika mereka adalah orang yang berpengetahuan,
Indonesia akan menjadi negara maju. Peningkatan akses pendidikan tinggi bagi rentang usia
19-23 tahun dirasakan sangat penting. Karena dari 21 juta penduduk berusia 19-23 tahun
tersebut, hanya 5,4 juta orang yang bisa mengakses jenjang pendidikan tinggi
(antaranews.com, 07/04/2012). Tak heran jika Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin
Limpo, menyatakan bahwa tidak ada yang dapat menyangkali bahwa kemajuan suatu bangsa
dan negara sangat ditentukan pendidikan serta ekonomi dan pendidikan menjadi pilar moral
dan peradaban bangsa (antaranews.com, 19/03/2012).
Mahasiswi adalah sebutan bagi perempuan terpelajar selepas sekolah menengah.
Pada masanya, sejumlah perguruan tinggi akan siap menampung dengan serangkaian
program studi yang menjanjikan. Setiap perguruan tinggi memiliki target tertentu dari
kurikulum yang dicanangkannya. Pada umumnya, kurikulum tersebut dimaksudkan untuk
menjadikan para peserta didik mudah dalam belajar, mampu meraih nilai terbaik dengan
wujud IPK tinggi atau tertinggi, dan sejumlah titel sebagai perempuan berprestasi.
Secara otomatis, hal ini mengkondisikan mahasiswi ingin segera lulus dan
memperoleh pekerjaan yang layak dengan modal IPK tinggi dan masa studi yang singkat.
Pekerjaan yang diinginkan pun tidak jauh dari terminologi posisi bergengsi dan gaji tinggi,
yang tentunya akan makin menambah prestige individu dan keluarga. Demikian halnya bagi
para orang tua yang telah berjuang membiayai pendidikan anak-anaknya, sehingga setelah
lulus sang anak diharapkan dapat membalas budi yang telah ditanam oleh orang tua
sebelumnya.
Jeratan kapitalistik pun tanpa belas kasihan melanda para perempuan pintar.
Perempuan sebagai kaum terpelajar yang seharusnya bisa berkiprah dan berkontribusi dalam
kemashlahatan umat, tanpa sadar nyatanya telah menjadi komprador para pembuat
kebijakan imperialistik. Atau jika tidak terkategori komprador, mereka telah masuk jebakan
yang lain, yaitu individualisme. Keterpelajarannya hanya digunakan secara pribadi, atas nama
prestasi dan prestige semata, serta perut sendiri.
ipb-engineerofislamiccivilization.blogspot.com/2012/06/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html 3/11
4. u Pintar dan Taqwa, Pakar Formula Kebangkitan Generasi (Catatan Pasca-KIMB: Khilafah, Jalan Bar…
11/27/12
Saat mencari pekerjaan, terkadang lowongan pekerjaan yang tersedia tidak sesuai
dengan disiplin ilmu yang telah dimiliki. Hal ini biasanya cukup terbaca oleh dunia kerja
sehingga lowongan yang diiklankan bertajuk ‘untuk semua jurusan’. Sebutlah pekerjaan
sebagai karyawati di bank, wartawati atau pialang di bursa efek. Pekerjaan tersebut tidak
mensyaratkan latar belakang disiplin ilmu tertentu. Disamping itu, tawaran gajinya pun
membuat makin semangat untuk meraihnya. Jika demikian, lalu bagaimana nasib dan
pemanfaatan ilmu yang telah diperoleh di bangku akademik?
Wajar, jika hal ini menjadi persimpangan bagi kalangan mahasiswi
pascakelulusannya. Di satu sisi, dirinya merasa harus mendapatkan pekerjaan demi
kompensasi sebagai penyambung hidup. Di sisi lain, ada tanggung jawab moral terhadap
disiplin ilmu yang dimiliki. Pada umumnya, sisi individual seringkali dimenangkan, karena
mereka merasa tidak akan ada yang bertanggung jawab terhadap kelanjutan hidup selain
dirinya sendiri. Pada akhirnya, tanggung jawab moral terhadap disiplin ilmu itu pun
dinomorsekiankan.
Sementara itu, ada fenomena yang berbeda bagi mahasiswi sebagai
pertanggungjawaban disiplin ilmunya di dalam kampus. Tak sedikit mahasiswi yang direkrut
sebagai asisten dosen atau peneliti. Hal ini tentu wajar, karena kampus memang tempat
mencetak generasi unggul, di mana keunggulan itu akan terwujud dengan konsep ilmu lil
‘amal. Hanya saja, dunia kampus mengkondisikan ilmu para alumninya ini terabdikan secara
‘sempurna’, di mana seluruh potensi, energi dan pemikirannya diperas habis hanya untuk
memperoleh sejumlah uang lelah.
Tentu sangat disayangkan, jika potensi perempuan terpelajar ini hanya untuk
perubahan semu. Punya suara politik tetapi tidak mempunyai peran politik nyata untuk
kebaikan umat. Sebabnya, yang mempunyai politik nyata adalah kaum kapitalis borjuis-para
liberalis yang telah menyebabkan perempuan lelah bekerja, untuk sebuah fatamorgana. Fakta
kehidupan nonakademik di kampus dengan bentuk acara kemahasiswaan yang lebih sering
‘having fun’ terbukti membuat para mahasiswi timpang dari label asalnya sebagai kaum
terpelajar sekaligus the agent of change. Hal ini adalah bukti gerusan trend dan lifestyle yang
ternyata menjadikan mereka pragmatis. Akibatnya, label the agent of change yang seharusnya
merupakan label umum bagi sosoknya, tidak lagi terintegrasi dengan potensi dan
semangatnya sebagai kaum muda. Alhasil, kisah ini pun merangkai kesimpulan bahwa kondisi
perempuan sekarang sama persis seperti pada masa sebelum kedatangan Islam.
Terjebak dalam fakta di depan mata hingga tak mampu berpikir visioner, intelektual
ipb-engineerofislamiccivilization.blogspot.com/2012/06/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html 4/11
5. perempuan menjadi terbingungkan tentang arah konsep ilmu lil ‘amal tersebut. Kondisi ini
menjelaskan bahwa ilmunya tidak untuk kemashlahatan umat sebagai objek yang diurus oleh
negara, di mana intelektual sebagai pihak atau staf ahli yang pasti menjadi rujukan. Akan
tetapi yang terjadi, pemanfaatan ilmu itu hanya untuk kemashlahatan sejumlah pemilik
kapital yang akan menggajinya, antara lain melalui maraknya tawaran proyek penelitian.
Bahkan, bukan tidak mungkin jika posisi intelektual ini sebatas menjadi ‘pemanis’ dalam
pengguliran sebuah kebijakan/undang-undang negara, agar beralasan untuk dilegalkan meski
isinya sangat liberal-imperialistik.
Kepintaran Perempuan, Software Menuju Taqwa
Menuntut ilmu merupakan bagian dari aktivitas ibadah, sebagaimana firman Allah
Swt dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Dan Allah Swt telah menjamin orang-orang yang
berilmu dalam Al-Qur’an: “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS Al-
Mujadilah [58]: 11). Juga firman Allah Swt: “…Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu…” (TQS Al-Hujuraat
[49]: 13). Berdasarkan ayat-ayat tersebut, merupakan suatu fitrah manusia jika kepintaran
adalah software baginya untuk menuju taqwa.
Islam telah menempatkan perempuan sebagai bagian dari masyarakat sebagaimana
halnya laki-laki. Keberadaan keduanya di tengah-tengah masyarakat tidak dapat dipisahkan.
Keduanya bertanggung jawab menghantarkan kaum Muslim menjadi umat terbaik di dunia.
Karena itu, aktivitas politik dalam pengertian pengaturan urusan umat bukan kewajiban laki-
laki saja, melainkan juga merupakan kewajiban kaum perempuan sebagai bagian dari umat.
Oleh karena itu, dalam menilik pentingnya ilmu untuk diamalkan sekaligus peran muslimah
sebagai pendidik dan pencetak generasi, layaklah jika mereka melahirkan generasi cerdas
taqwa pejuang syariah dan Khilafah serta sebagai mitra laki-laki dalam membangun
masyarakat Islam.” Salim T.S. Al Hassani, profesor emiritus di University of Manchester,
Inggris, dalam tulisannya, ‘Women’s Contribution to Classical Islamic Civilisation: Science,
Medicine and Politics’, menyatakan bahwa selain dalam bidang agama mereka juga berkiprah
di bidang ilmu pengetahuan.
Tanggung jawab perempuan sebagai makhluk Allah Swt pun secara tegas diungkap
dalam beberapa nash yang bersifat umum seperti QS Ali Imran [3] ayat 104: “Dan hendaklah
6. u Pintar dan Taqwa, Pakar Formula Kebangkitan Generasi (Catatan Pasca-KIMB: Khilafah, Jalan Bar…
11/27/12
ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.” --
[217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah
segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Kemudian, di dalam hadits penuturan
Hudzaifah ra. juga disebutkan bahwa Rasulullaah saw. pernah bersabda: “Barangsiapa yang
tidak memperhatikan kepentingan kaum Muslim, ia tidak termasuk di antara mereka.
Barangsiapa bangun pada pagi hari dan tidak memperhatikan urusan kaum Muslim, ia
bukanlah golongan mereka.” (HR ath-Thabari).
Di antara sekian tanggung jawab dan kewajiban perempuan, Allah Swt telah
menetapkan bahwa tugas utama perempuan adalah ummun wa robbatul bayt (ibu dan
pengatur rumah tangga). Sebagaimana sabda Rasulullaah saw: “Setiap diri kalian adalah
pemimpin. Masing-masing kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang
dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin, ia bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin keluarganya, ia bertanggung jawab
atas apa yang dipimpinnya. Seorang perempuan (istri) adalah pemimpin (pengurus) rumah
suaminya dan anak-anaknya, ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR
Bukhori dan Muslim). Sebagai ibu, perempuan wajib merawat, mengasuh, mendidik dan
memelihara anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang mulia di hadapan Allah Swt.
Sebagai pengatur rumah tangga, dia berperan membina, mengatur dan menyelesaikan
urusan rumah tangganya agar memberikan ketenteraman dan kenyamanan bagi anggota-
anggota keluarga yang lain, sekaligus menjadi mitra utama laki-laki sebagai pemimpin
rumahtangganya berdasarkan hubungan persahabatan dan kasih sayang. Dengan peran
khususnya ini, sesungguhnya perempuan dipandang telah memberikan sumbangan besar
kepada umat dan masyarakatnya.
Muslimah, Pakar Formulasi Generasi Cemerlang
Anak adalah generasi potensial untuk membangun bangsa dan peradaban, di mana
perempuan, khususnya Muslimah, adalah para pencetaknya. Seorang ibu mempunyai peran
penting yang berpengaruh besar dalam perubahan kehidupan anaknya. Tak ada satu
perubahan apa pun dan bagaimana pun yang tidak menyertakan keterlibatan kaum
Muslimah di dalamnya. Kaum Muslimah lahir dari umat yang agung, umat yang punya akar
sejarah yang baik, yang telah menerangi dunia dengan cahaya Islam dan keadilan hukum-
hukumnya. Perjalanan waktu membuktikan bahwa Muslimah berperan nyata dalam
ipb-engineerofislamiccivilization.blogspot.com/2012/06/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html 6/11
7. kegemilangan peradaban. Mereka menjadi mulia, cerdas, pintar dan bermartabat dengan
keadilan hukum Islam. Maka jelas, generasi cemerlang pun lahir dari ibu yang cemerlang.
Allah Swt telah dengan jelas memperingatkan umat manusia untuk menjaga anak-
anak, para generasi penerus. Firman Allah Swt: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar.’ ” (TQS Luqman [31]: 13). Anak dilahirkan bukan untuk disodorkan
pada kerusakan, melainkan dijaga dari segala racun pemikiran kufur. Hal ini akhirnya tak bisa
dilepaskan dari konsep kebangkitan generasi. Karena kebangkitan adalah formula utama bagi
generasi cemerlang, di mana ibu yang bertaqwa sebagai pakarnya.
Bangkitnya manusia sejatinya tergantung dari pemikirannya tentang hidup, alam
semesta dan manusia itu sendiri, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada
sebelum alam kehidupan dan sesudah kehidupan dunia. Agar manusia mampu bangkit, maka
harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran manusia dewasa ini,
untuk kemudian diganti dengan pemikiran lain. Sebab, pemikiranlah yang membentuk dan
memperkuat persepsi (mafahim) terhadap segala sesuatu. Disamping itu, manusia selalu
mengatur tingkah-lakunya di dalam kehidupan ini, termasuk dalam memecahkan
permasalahan, sesuai dengan persepsinya terhadap kehidupan. Namun, persepsi ini tidak
akan mengantarkan kepada kebangkitan yang benar, kecuali jika sesuai dengan fitrah
manusia, memuaskan akal dan memberikan ketenangan hati. Maka tidak bisa tidak, persepsi
itu hanyalah yang berlandaskan Islam. Aqidah Islam telah menjelaskan bahwa di balik alam
semesta, manusia dan kehidupan, terdapat Allah Swt sebagai Sang Khaliq. Islam pun
menjamin bahwa dalam Islam terdapat penyelesaian permasalahan kehidupan berdasarkan
penanganan potensi manusia, yaitu kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah) dan naluri
(ghorizah) (Kitab Nizhomul Islam Bab Thoriqul Iman). Oleh karena itu, dalam perbuatan
seorang hamba harus ada keyakinan akan hubungannya dengan Allah Swt secara mutlak
sebagai bentuk ketaqwaannya.
Kegemilangan peradaban, sebagaimana yang pernah dicapai belasan abad oleh
umat Islam terdahulu, tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan peran para ibu. Mereka telah
berhasil mendidik dan memelihara generasi umat sehingga tumbuh menjadi individu-
individu yang mumpuni, yakni generasi mujtahid dan mujahid yang telah berhasil
membangun masyarakat dan peradaban Islam hingga mengalami kegemilangan. Oleh karena
itu, jelas menjadi ibu sesungguhnya merupakan peran yang sangat mulia dan memiliki nilai
8. u Pintar dan Taqwa, Pakar Formula Kebangkitan Generasi (Catatan Pasca-KIMB: Khilafah, Jalan Bar…
politis dan strategis, karena dari para ibu inilah akan lahir para pemimpin umat yang cerdas
dan berkualitas.
Gemilangnya cahaya Islam akhirnya mengubah segalanya. Panggung peradaban
Islam tak hanya didominasi oleh laki-laki. Perempuan pun muncul untuk memberi kontribusi.
Mereka menunjukkan kecemerlangan pemikirannya dalam berbagai bidang. Perempuan
menjadi sosok yang memahami kemuliaan cahaya Islam dan tak kenal lelah mendidik umat
untuk memahami cahaya petunjuk tersebut. Hal ini telah bermula sejak zaman Nabi
Muhammad saw dan para shahabatnya saat merintis masyarakat berperadaban, yaitu
peradaban yang menyatukan iman, ilmu, amal dan jihad.
Faktanya, Madinah merupakan sebuah kota di mana para ayah dengan tenang
meninggalkan istri-istri dan anak-anaknya selama berbulan-bulan, bahkan tahunan, untuk
berdakwah, berdagang dan berjihad ke penjuru benua. Para ayah itu yakin, Madinah akan
mendidik istri dan anaknya menjadi manusia-manusia unggulan. Madinah merupakan kota
pendidikan yang lengkap dan suci. Ada Rasul saw yang ma’shum dan cerdas, ada masyarakat
shahabat yang militan dan berakhlaq mulia, ada masjid yang makmur dan buka 24 jam, dan
yang terpenting ada wahyu Allah Swt yang turun terus-menerus selama 10 tahun. Di
Madinah, jika seorang ilmuwan memisahkan aqidah-akhlaq dengan ilmu yang dikuasainya,
maka kealimannya batal. Seorang yang menjadi salah satu simpul sanad bagi sebuah hadits,
jika dia ketahuan berdusta sekali saja, namanya akan tercatat sampai akhir zaman di kitab
musthalahal hadits sebagai kadzab (pendusta) yang riwayatnya tidak valid. Apalagi kalau dia
sampai meninggalkan shalat dan bermaksiat. Coba kita bayangkan, di rumahnya anak-anak
itu punya ibu yang hafizhah Qur'an dan hadits serta terjaga kehormatannya oleh syari’ah. Di
masjid, anak-anak itu akan bertemu Rasulullaah saw dan para shahabat utama. Subhanallaah.
Madinah selanjutnya menginspirasi Damaskus, Baghdad, Cordova dan Istambul
untuk menjadi pusat peradaban dunia selama berabad-abad. Madinah, Damaskus dan
Baghdad bersuka cita memetik butir-butir mutiara sains yang diberikan Al-Qur'an dan As-
Sunnah. Berbagai cabang baru ilmu pengetahuan (new branches of knowledge) di bidang
astronomi, fisika, kedokteran, biologi, matematika, ekonomi, sastra, teknologi perang,
sampai filsafat dijabarkan terus tanpa henti oleh para ulama. Mereka hafal Al-Qur'an, hafal
ribuan hadits, beribadah, berinfaq, dan berjihad seperti para shahabat, pada saat yang sama
mereka mengembangkan ilmu-ilmu baru dari semua yang diimani dan diamalkan itu. Inilah
yang disebut oleh para ulama, “Orang Barat bisa maju karena meninggalkan agamanya,
sedangkan kaum Muslimin hanya akan maju jika ia mendalami agamanya.”
ipb-engineerofislamiccivilization.blogspot.com/2012/06/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html 8/11
9. u Pintar dan Taqwa, Pakar Formula Kebangkitan Generasi (Catatan Pasca-KIMB: Khilafah, Jalan Bar…
11/27/12
Generasi Cemerlang Hanya dengan Khilafah Islam
Konferensi Intelektual Muslimah untuk Bangsa (KIMB) persembahan Muslimah
Hizbut Tahrir Indonesia, tanggal 20 Mei 2012 lalu di UI Depok, adalah kontribusi nyata untuk
mewujudkan muslimah intelektual yang akan melahirkan generasi cemerlang tersebut. Dan
adalah tripartite agent yang berkompeten dalam menyiapkan anak-anak menjadi generasi
yang berpendidikan dan cerdas serta memegang teguh aqidah dan syariat, yaitu keluarga,
masyarakat dan lingkungan, serta pemerintah atau negara.
Output pendidikan melalui jalur keluarga akan optimal apabila disiapkan mulai orang
tua memasuki masa pra-nikah, setelah masa pernikahan dan saat bayi masih di dalam
kandungan, serta berlanjut sampai ke jenjang pernikahan si anak. Tahap ini menjadi
tanggung jawab penuh orang tua. Dalam hal ini, ibu sebagai subjek utama untuk melahirkan
generasi, juga memiliki peran utama untuk mendidiknya. Ada satu aspek penting yang tidak
boleh hilang, yaitu bahwa proses pembentukan karakter (character building) harus menjadi
unsur yang berimbang dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan.
Pemahaman akan keseimbangan antara syakhsiyah (kepribadian), tsaqofah dan ilmu
kehidupan harus dikembangkan secara proporsional. Metode penanaman dan pengkristalan
pemahaman serta kesadaran anak terhadap pentingnya aqidah Islam dalam proses
pembelajaran harus digiatkan. Karena proses untuk membangun bangsa yang peduli
terhadap masalah umat sangat erat kaitannya dengan upaya mencetak generasi muda
sebagai the agent of change.
Namun, pendidikan anak tidak dapat semata-mata dilakukan oleh keluarga.
Penjagaan generasi juga terkait dengan kontribusi masyarakat. Yaitu menyiapkan generasi
cerdas yang diwujudkan dengan partisipasi menciptakan lingkungan yang suportif dan
kondusif. Masyarakat sebagai pengontrol hendaknya memiliki perasaan, pemikiran, peraturan
yang sama, yaitu atas landasan Islam agar segala bentuk perilaku individu dalam
kehidupannya itu senantiasa terjaga dengan benar. Masyarakat pun harus kondusif dengan
suasana ‘amar ma’ruf nahyi mungkar.
Selanjutnya, negara sebagai penegak aturan adalah negara yang menegakkan aturan
Allah Swt dalam pemeliharaan urusan rakyatnya, baik dari sisi kebutuhan jasmani (hajatul
udhowiyah) maupun naluri (ghorizah). Negara melalui kebijakan pemerintah yang
berlandaskan syariat Islam dalam bingkai Khilafah, akan memfasilitasi proses pendidikan dan
pembelajaran, sehingga rakyat senantiasa terkondisikan untuk menyempurnakan
ipb-engineerofislamiccivilization.blogspot.com/2012/06/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html 9/11
10. ketaatannya kepada Allah. Negara Khilafah, yang akan mengatur dunia dengan syariah Islam,
akan memberi hak-hak dan peran perempuan sebagaimana perintah Allah Swt. Khilafah juga
bertanggung jawab menjaga para generasi pemain panggung peradaban, hingga tidak
memungkinkan munculnya golongan perusak generasi semacam Manji, Lady Gaga dan
Corby.
Karena itu, perempuan Muslimah dan ibu generasi harus berkiprah dan berkontribusi
untuk tegaknya syariah Islam dalam naungan Khilafah. Para perempuan Muslimah yang
berkiprah untuk perubahan dengan tidak menjadikan penerapan syariah Islam dalam Khilafah
sebagai jalan dan target perubahan, maka mereka akan merasa lelah dan sia-sia karena
perubahan hakiki tidak akan pernah terwujud. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam
QS. Ar-Ra’du ayat 11: ”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Kiprah perempuan Muslimah dalam
upaya penegakan Khilafah ini telah disambut oleh Allah Swt dalam QS Ali ‘Imran [3] ayat 195:
“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu,
baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang
lain...” Dengan demikian bukanlah mimpi, bahwa Khilafah adalah model pemerintahan
cemerlang yang juga akan melahirkan generasi cemerlang hingga masyarakat yang bernaung
di dalamnya memperoleh kesejahteraan dan meraih kemuliaan di dunia dan akhirat, insya
Allah.
Wallaahu a’lam bish showab [].
Diposkan oleh Muslimah Ideologis IPB di 10:40 AM
Recommend this on Google
Label: demokrasi, dunia nyata, Indonesia, kapitalisme, Khilafah, muslimah,
perempuan, perjuangan, sistem Islam, umat Islam
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
11. u Pintar dan Taqwa, Pakar Formula Kebangkitan Generasi (Catatan Pasca-KIMB: Khilafah, Jalan Bar…
11/27/12
Mska kmna Ad..
aukn oetr na.
Beri komentar sebagai: KALAM-UPI (Google) Keluar
Publikasikan Pratinjau Subscribe by email
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Beranda Posting Lama
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Template Picture Window. Gambar template oleh simonox. Diberdayakan oleh Blogger.
ipb-engineerofislamiccivilization.blogspot.com/2012/06/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html 11/11