SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 29
1




                                       BAB I


                               PENDAHULUAN


       Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna

sebagian   atau   seluruhnya   tanpa    mengganggu    kesehatan   ternak   yang

memakannya.Fungsi dari pakan antara lain untuk memelihara daya tahan tubuh

dan kesehatan dan untuk mempertahankan hidup dan juga menghasilkan produk

utama dari ternak (anak, susu, daging, telur). Agar ternak tumbuh sesuai dengan

yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan

dalam jumlah cukup.Daun Katuk (Sauropus androgynus L. Merr.) merupakan salah

satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Ketersediaannya di alam

sudah mulai jarang ditemukan karena ketersediannya juga dimanfaatkan manusia

sebagai alternatif tanaman obat. Peranan daun Katuk dlam ransum yaitu sebagai

penyedia kebutuhan akan serat kasar.

       Analisis proksimat merupakan salah satu metode untuk mengetahui

kandungan-kandungan nutrien yang ada di dalam bahan pakan.Analisis proksimat

meneliti tentang kandungan air, abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar dan

bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) yang terkandung dalam bahan pakan.

       Tujuan dari Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum adalah agar

mahasiswa dapat mengetahui kadar nutrien yang terkandung dalam daun katuk

dengan menggunakan analisis proksimat. Manfaat dari praktikum ini adalah

mahasiswa dapat melakukan analisis bahan pakan dalam daun katuk

menggunakan metode analisis proksimat.
2




                                        BAB II


                             TINJAUAN PUSTAKA


2.1.   Bahan Pakan


       Bahan pakan atau makanan ternak adalah semua bahan yang berasal dari

tumbuhan atau hewan yang diberikan pada ternak piaraan untuk keperluan hidup

dan reproduksi(Reksohadiprodjo, 1995).Kualitas bahan pakan ditentukan oleh

kandungan nutrien atau komposisi kimianya. Berdasarkan sifat karakteristik dan

kimia, serta penggunaannya secara internasional, bahan pakan dibagi menjadi

delapan kelas, yaitu hijauan kering dan jerami, pastura (tanaman padangan dan

hijauan segar), silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber

vitamin, dan sumber aditif (Agus, 2007).


2.1.1. Daun Katuk


       Daun katuk ( Sauropus androgynus L. Merr. ) merupakan alternatif tanaman

obat yang telah lama digunakan sebagai pelancar asi dan juga mampu menurunkan

kadar kolesterol kuning telur dan karkas ayam petelur (Ibrahim dalam Nugraha 2008).

Kandungan kimia daun katuk adalah protein, lemak, kalsium, fosfat, besi, vitamin

A, B, C, steroid, flavonoid, dan polifenol (Astuti et al.dalam Subekti, 2007).
3




2.2.     Analisis Proksimat


         Kandungan zat gizi pada masing-masing makanan ternak berbeda.Adanya

analisis bahan makanan terutama bertujuan untuk memperkirakan respons

produktivitas dari ternak bila mereka diberi ransum dengan komposisi bahan

makanan     tertentu   (Parakkasi   dalam   Hadiansyah,    2001).     Metode   yang

dikembangkan dari Weende Experiment Station di Jerman oleh Hanneberg dan

Stohman pada tahun 1865, yaitu sutau metode analisis di seluruh dunia dan

disebut analisis proksimat (Proximate analysis). Analisis ini didasarkan atas

komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tillman et al., 1991). Analisis

proksimat yang dilakukan dalam sebuah penelitian meliputi analisis kadar air,

abu, protein, lemak, karbohidrat, serat, dan mineral (Endra, 2006).

         Analisis kadar air dalam padadaunkatukmengandungkadar air sebesar

10,8% danbahankering 89,18% (Sartini dalam Santoso, 2009). Kadar air pada

permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban udara disekitarnya tinggi, maka

akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga bahan menjadi lembab atau

kadar airnya menjadi lebih tinggi (Winarno dalam Katja, 2012). Penentuan kadar

air ini dilakukan secara berulang kali agar diperoleh hasil akurat (Musfiroh et al.,

2008).

         Analisis kadar abu dalam daun katuk(Sauropus androgynus L. Merr.)

sebesar 12,71% (Sartini dalam Santoso, 2009). Penentuan kadar abu dilakukan

dengan cara mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu

sekitar 500-6000C dan kemudian dilakukan penimbangan setelah proses

pembakaran tersebut (Sudarmadji et al.dalam Endra, 2006). Komponen abu dalam
4




analisis proksimat tidak memberikan nilai yang penting. Jumlah abu dalam bahan

pakan hanya penting untuk menentukan kadar BETN (Tillman et al., 1991).

       Analisis kadar serat kasar dalam bahan pakan berupa daun katuk (Sauropus

androgynus L. Merr.) sebesar 31,19% (Sartini dalam Santoso, 2009). Faktor umur

pada tanaman pada saat pemotongan sangat berpengaruh terhadap kandungan gizi

tanaman tersebut. Umumnya, semakin tua umur tanaman pada saat pemotongan,

maka semakin berkurang kadar proteinnya dan serat kasarnya semakin tinggi

(Djajanegara et al.dalam Adrianton, 2010). Tanaman pada umur muda kualitas

lebih baik karena serat kasar lebih rendah, sedangkan kadar proteinnya lebih

tinggi (Susetyo et al.dalam Adrianton, 2010).

       Analisis kadarlemak kasar pada daun katuk (Sauropus androgynus L.

Merr.) sebesar 20,08%(Sartini dalam Santoso, 2009). Istilah ekstrak eter dipakai

untuk senyawa yang diperoleh dari ekstraksi bahan makanan dengan

menggunakan pelarut lemak(Tillman et al., 1991). Heksan merupakan senyawa

pelarut lemak yang mengandung 98,0% sampai dengan 100,5% C13H6Cl6O2,

dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan (Depkes RI dalam Erawati, 2011).

Apabila bahan contoh masih mengandung air yang tinggi maka bahan pelarut

akan sulit masuk kedalam jaringan atau sel dan pelarut menjadi jenuh dengan air,

selanjutnya ektraksi lemak kurang efisien sehingga hasil analisisnya kurang

mencerminkan hasil yang sesungguhnya (Darmasih, 2007).

       Analisis protein kasar dalam daun katuk (Sauropus androgynus L.

Merr.)sebesar 15,02% (Sartini dalam Santoso, 2009). Metode Kjeldahlmerupakan

pengukuran jumlah protein dalam bahan makanan melalui penentuan kandungan
5




N total bahan (Tambunan, 2002).Kadar protein kasar dapat dipengaruhi oleh jenis

tanaman, umur panen, dan tinggi pemotongan (Purbajanti et al., 2011). Tanaman

yang berdaun banyak mempunyai kadar protein tinggi, umur panen yang

terlambat akan menurunkan kadar protein kasar begitu juga sebaliknya. Kadar

protein kasar akan menurun sesuai dengan berkurangnya ketersediaan unsur hara

tanaman terutama unsur N (nitrogen) begitu juga sebaliknya kadar protein kasar

akan meningkat seiring dengan meningkatnya unsur N (Hardjowigeno dalam

Slamet et al., 2009).

         BETN merupakan selisih dari sisa bahan yang sudah dihitung (kadar abu,

kadar lemak kasar, kadar serat kasar, dan kadar protein kasar) (Jusaidi et al.,

2006).Analisis bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) pada daun katuk (Sauropus

androgynus L. Merr.) sebesar 10,15%(Sartini dalam Santoso, 2009). BETN berisi

zat-zat monosakarida, dsakaridai, trisakarida dan polisakarida terutama pati dan

kesemuanya mudah larut dalam larutan asam dan basa dalam analisis serat kasar

dan mempunyai daya cerna yang tinggi (Tillman et al. dalam Kusumaningrum et

al., 2012) Kandungan BETN yang tinggi menggambarkan fraksi karbohidrat

mudah tercerna seperti pati dan gula (glukosa) (Tillman et al. dalam Qomariyah,

2004).
6




                                   BAB III


                          MATERI DAN METODE


       Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum dengan materi Analisis

Proksimat dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa tanggal 17 dan 18 Desember

2012 dari pukul 05.30 WIB - selesai di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak,

Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.


3.1.   Materi


       Materi yang digunakanadalah daun katuk (serbuk), H2SO4 0,3 N, NaOH

1,5 N, aseton, aquadespanas, N - Heksan, katalisator (selenium), H2SO498%,

H3BO3 4%, indikator (MR + MB), NaOH 45%, HCl 0,1 N. Alat yang digunakan

adalah botol timbang dan timbangan analitis yang digunakan untuk menimbang

sampel, oven untuk menghilangkan kadar air dan mensterilisasikan alat dan

bahan, eksikator untuk menyerap panas alat dan bahan yang telah dioven, penjepit

untuk membantu dalam mengambil sampel, tanur listrik untuk analisis kadar abu,

crucible porcelain untuk tempat sampel, labu erlenmeyer untuk menempatkan

larutan, beaker glass untuk menempatkan larutan, gelas ukur sebagai pengukur

larutan yang akan digunakan, corong buchner untuk menyaring serat kasar, kertas

saring bebas abu untuk menyaring sampel pada analisis kadar serat kasar,

tabungsoxhlet untuk wadah sampel analisis kadar lemak kasar, pendingin tegak

untuk analisis lemak kasar dan destilasi, labu kjeldahl untuk analisis protein

kasar,biuret untuk alat titrasi, kompor listrik untuk memanaskan sampel pada
7




analisis kadar lemak kasar, labu penyari untuk menampung sari pada saat analisis

kadar lemak kasar, lemari asam untuk analisis protein kasar, serta kertas minyak

untuk menempatkan sampel.


3.2.   Metode


3.2.1. Kadar air


       Metode yang digunakan untuk analisis kadar air adalah mencuci botol

timbang, kemudian mengeringkan dalam oven pada suhu 105oC sampai 110oC

selama 1 jam, memasukkan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian

menimbang botol timbang menggunakan timbangan analitis. Menimbang

sejumlah sampel menggunakan timbangan analitis. Memasukkan sampel ke dalam

botol timbang,kemudian mengovennya selama 6 jam dengan suhu 110oC,

selanjutnya adalah memasukkan sampel kedalam eksikator selama 15 menit.

Setelah itu menimbang botol dan sampel. Mengulang pengeringan 3 kali masing-

masing 1 jam sampai berat sampel konstan (selisih maksimal 0,2 mg).

Menghitung kadar air dengan rumus :


                                             –
Kadar air=                                                     x100 %
8




3.2.2. Kadar abu


       Metode yang digunakan untuk analisis kadar abu ini adalah mencuci

crucible porcelaindengan air sampai bersih, kemudian mengeringkannya dalam

oven pada suhu 110oC selama 1 jam dan mendinginkan dalam eksikator selama 15

menit, kemudian menimbangnya. Menimbang sejumlah sampel, penimbangan

dengan menggunakancrucible porcelainsebagai tempatnya.Setelah itu memijarkan

sampel dan crucible porcelain dalam tanur listrik pada suhu 600oC selama 6 jam,

sampai menjadi abu putih semua.Mengangkat crucible porcelaindari tanur listrik

dan mendinginkannya sampai suhu 120oC, kemudian mendinginkannya kembali

dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu menimbangnya, kemudian

menghitung kadar abu dengan rumus :


                               –
Kadar abu =                                            x 100%



3.2.3. Kadar serat kasar


       Metode yang digunakan untuk analisis kadar serat kasar adalah

mempersiapkan semua alat-alat dan pereaksi yang akan digunakan. Mencuci

semua alat dan memasukkannya ke dalam oven dengan suhu 110oC selama 1 jam

dan memasukkanya ke dalam eksikator selama 15 menit. Menimbang sampel dan

memasukkannya ke dalam gelas beker. Memasukkan H2SO4 0,3 N 50 ml dalam

gelas beker yang berisi sampel tersebut dan memasaknya hingga mendidih dan
9




menunggu selama 30 menit. Menambahkan NaOH 1,5 N 25 ml serta memasaknya

sampai mendidih dan menunggu selama 30 menit.

       Menimbang crucible porcelaindan kertas saring, memasukkan ke dalam

oven selama 1 jam dengan suhu 110oC dan memasukkan di dalam eksikator

selama 15 menit. Cairan yang berisi sampel disaring dengan menggunakan

crucible porcelaindan kertas saring yang dipasang corong bunchner. Mencuci

sampel berturut-turut dengan 50 ml aquades panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml

aquades panas dan 25 mlaseton. Mengoven crucible porcelain dan kertas saring

beserta isinya pada suhu 1100C selama 1 jam memasukkan ke eksikator selama 15

menit. Selanjutnya menimbang crucible porcelaindan isinya. Kemudian

memijarkan crucible porcelaindan isinya dalam tanur pada suhu 600oC selama 6

jam sampai menjadi abu putih dan mendinginkannya dalam eksikator selama 15

menit. Setelah itu menimbangnya. Penghitungan kadar serat kasar dengan rumus :

                                   –                 –
Kadar serat kasar =                                                 x 100 %


3.2.4. Kadar lemak kasar


       Metode yang digunakan dalam analisis kadar lemak kasar adalah

menimbang sampel dan kertas saring. Membungkus sampel dengan kertas saring

dan memasukkan ke dalam oven selama 6 jam pada suhu110oC dan eksikator

selama 15 menit, serta menimbang kertas saring. Memasukkan sampel dan kertas

saring dalam alat soxhlet yang telah dipasang dalam pendingin tegak, kemudian

menambahkan N-Hexan serta memasang alat pendingin tegak yang dialiri air

dingin. Melakukan penyaringan selama 3 jam, sampel dikeluarkan dan diangin-
10




anginkan.memasukkannya dalam oven dengan suhu 110oC selama 1 jam,

memasukkan ke eksikator selama 15 menit. Menimbang kertas saring yang berisi

sampel tersebut dengan menggunakan timbangan analitis. Perhitungan untuk

analisis kadar lemak adalah sebagai berikut:

                                      –
Kadar Lemak =                                               x 100 %
                                       –
Keterangan :

Berat setelah oven 1 : Berat sebelum ekstraksi

Berat setelah oveb 2 : Berat setelah ekstraksi


3.2.5. Kadar protein kasar


        Metode yang digunakan dalam analisis kadar protein kasar adalah mencuci

labu destruksi, kemudian memasukkannya dalam oven pada suhu 110oC selama 1

jam. Menimbang sampel sebanyak 1 gram, kemudian memasukannya ke dalam

labu        destruksi.Menambahkan          selenium       sebagai       katalisator

sebanyak1gram.Menambahkan H2SO4 98% 15 ml. Memanaskan semua bahan

yang ada dalam labu destruksi tersebut secara perlahan-lahan dalam lemari asam

hingga berwarna hijau jernih.Perubahan warna yang terjadi secara bertahap adalah

hitam, merah, hijau keruh dan kemudian hijau jernih.

       Proses selanjutnya adalah proses destilasi yaitu mendinginkan labu destruksi

tersebut lalu memasukkan larutan destruksi kedalam labu destilasi. Menambahkan

aquades sebanyak 50 ml, dan NaOH 45% sebanyak 40 ml. Menyiapkan larutan

penangkap yaitu asam borat (H3BO3 4%) sebanyak 20 ml dan indikator MR+MB

sebanyak 2 tetes. Menampung hasil destilasi dalam erlenmeyer yang telah berisi
11




larutan penangkap dengan melihat perubahan warna dari ungu menjadi hijau

jernih. Selanjutnya melakukan titrasi dengan menggunakan HCl 0,125 N, hingga

terjadi perubahan warna dari hijau jernih menjadi warna ungu.

     Membuat larutan blanko yaitu memasukkan aquades 50 ml dan 40 ml

NaOH 45% kedalam labu destilasi. Melakukan destilasi dan menangkapnya

dengan campuran H3BO3 sebanyak 20 ml dan indikator MR + MB sebanyak 2

tetes sampai penangkap tersebut berubah warna dari ungu menjadi hijau.

Mentitrasi dengan menggunakan HCl 0,125 N sampai membentuk warna unggu

kembali, kemudian menghitung protein kasar dengan rumus :

                             –
Kadar protein =                                                 x 100%


Keterangan :

Blanko : campuran 50 ml aquades dan 40 ml NaOH 45%.
12




                                        BAB IV


                             HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.      HasilPraktikum


          Berdasarkanhasil

praktikumBahanPakanFormulasiRansumdiperolehhasilsebagaiberikut :

Tabel 1.HasilPraktikumAnalisisProksimatDaunKatuk
             Parameter                   100 % BK1                  Literatur2
 Kadar Air                                    -                        10,8
 Kadar BahanKering (BK)                    84,81                      89,18
 Kadar Protein Kasar (PK)                  23,70                      15,02
 Kadar LemakKasar (LK)                       7,8                      20,08
 Kadar Abu                                 10,60                      12,71
 Kadar SeratKasar (SK)                     29,64                      31,19
 Kadar BETN                                28,26                      10,18
Sumber : 1. Data PraktikumBahanPakanFormulasiRansum, 2012.
        2. Sartini dalam Santoso (2009).


4.2.      Pembahasan


4.2.1. Kadar air


          Berdasarkanhasilpraktikum,     diperolehbahwakandunganbahankering(BK)

pada      daun    katuk   (Sauropus    androgynus   L.Merr.)sebesar84,81%.    Hasil

iniberbedadenganpendapatSartini           dalam     Santoso      (2009)          yang

menyatakanbahwakandunganbahanpakanpadadaunkatukmengandungkadar                    air

sebesar                               10,8%                       danbahankering

89,18%.Perbedaantersebutdapatterjadikarenapengaruhdaribeberapafaktor,

antaralain       :umurtanaman,   tempatpenanaman,      danfaktorlingkungan.      Hal
13




inisesuaidenganpendapat Winarno dalam Katja (2012) yang menyatakan bahwa

kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban udara disekitarnya

tinggi, akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga bahan menjadi lembab

atau kadar airnya menjadi lebih tinggi. Perhitungan tersebut diperoleh dari proses

pengeringan didalam ovenpada suhu 105-1100C selama 4-6 jam hingga beratnya

konstan. Ditambahkan oleh Musfiroh et al. (2008) bahwa penentuan kadar air ini

dilakukan secara berulang kali agar diperoleh hasil yang akurat.


4.2.2. Kadar abu


       Berdasarkanhasilpraktikum,      diperolehbahwa      kadarabudaun     katuk

dalambahankering 10,60%. Hal iniberbeda denganpendapat Sartini dalam Santoso

(2009) bahwa kadar abu dalam daun katuk sebesar 12,71%. Kadar abu dilakukan

dengan cara menanur daun katuk selama 6 jam pada suhu 400-6000C, akan tetapi

nilai abu tersebut hanya digunakan pada perhitungan analisis kadar BETN. Hal ini

sesuai dengan pendapat Sudarmadji et al.dalam Endra (2006) yang menyatakan

bahwa penentuan kadar abu dilakukan dengan cara mengoksidasikan semua zat

organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-6000C dan kemudian dilakukan

penimbangan setelah proses pembakaran tersebut. Ditambahkan oleh Tillman et

al.(1991) bahwa komponen abu dalam analisis proksimat tidak memberikan nilai

yang penting. Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan

kadar BETN.
14




4.2.3. Kadar seratkasar


       Berdasarkanhasilpraktikum,            diperolehbahwa           kandungan

kadarseratkasarpada        daunkatukdalambahankeringsebesar      29,64%.     Hal

inisesuaidenganpendapatSartini dalam Santoso (2009) bahwa kadar serat kasar

dalam berupa daun katuk sebesar 31,19%. Tinggi rendahnya kadar nutrien dalam

bahan pakan tergantung dari kualitas tanaman tersebut, semakin tinggi umur

tanaman maka semakin tinggi kadar seratnya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Djajanegara et al. dalam Adrianton (2010) yang menyatakan bahwa umur

tanaman pada saat pemotongan sangat berpengaruh terhadap kandungan gizi

tanaman tersebut. Umumnya, semakin tua umur tanaman pada saat pemotongan,

semakin berkurang kadar proteinnya dan serat kasarnya semakin tinggi.

Ditambahkan oleh Susetyo et al.dalam Adrianton (2010) bahwa tanaman pada

umur muda kualitas lebih baik karena serat kasar lebih rendah, sedangkan kadar

proteinnya lebih tinggi.


4.2.4. Kadar lemakkasar


       Berdasarkanhasilpraktikum,                             diperolehhasilbahwa

kandunganlemakkasardalam bahan pakan berupa daunkatuksebesar 7,8%. Hal

iniberbedadenganpendapat Sartini dalam Santoso (2009) bahwa kandungan lemak

kasar pada daun katuk sebesar 20,08%. Perbedaan tersebutdapat terjadi karena

diperkirakan masih adanya kandungan air dalam sampel tersebut. Hal ini sesuai

dengan pendapat Darmasih (1997) yang menyatakan bahwa apabila bahan contoh

masih mengandung air yang tinggi maka bahan pelarut akan sulit masuk kedalam
15




jaringan atau sel dan pelarut menjadi jenuh dengan air, selanjutnya ektraksi lemak

kurang efisien sehingga hasil analisisnya kurang mencerminkan yang sebenarnya.

Kadar Lemak Kasar diperoleh dari sampel bahan kering yang di ekstraksi dengan

N – Hexan, kemudian dikeringkan dalam oven. Hal ini sesuai dengan pendapat

Tilman et al. (1991) yang menyatakan bahwa istilah ekstrak ether dipakai untuk

senyawa yang diperoleh dari ekstraksi bahan makanan dengan menggunakan

pelarut lemak. Ditambahkan oleh Depkes RI dalam Erawati (2011) bahwa heksan

merupakan senyawa yang mengandung 98,0% sampai dengan 100% C13H6Cl6O2,

dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.


4.2.5. Kadar protein kasar


       Berdasarkanhasilpraktikum,                                 diperolehbahwa

kandunganproteinkasardaunkatuk          dalam    100%bahankering          diperoleh

sebesar23,70%. Hasil iniberbeda denganpendapatdari Sartini dalam Santoso

(2009)bahwa     kandungan     protein    kasar   dalam    daun    katuk    sebesar

15,02%.Perbedaan hasil tersebut dipengaruhi dari unsur nitrogen yang terkandung

dalam suatu bahan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno dalam

Slamet et al. (2009) yang menyatakan bahwa kadar protein kasar akan menurun

sesuai dengan berkurangnya ketersediaan unsur hara tanaman terutama unsur N

begitu juga sebaliknya kadar protein kasar akan meningkat seiring dengan

meningkatnya unsur N. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar protein kasar

yaitu faktor umur dan pemotongannya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari

Purbajanti et al. (2011) bahwa kadar protein kasar dipengaruhi oleh jenis tanaman,
16




umur panen, dan tinggi pemotongan. Tanaman yang berdaun banyak mempunyai

kadar protein tinggi, umur panen yang terlambat akan menurunkan kadar protein

kasar begitu juga sebaliknya. Penentuan kadar protein kasar ditentukan

berdasarkan metoda Kjedahl. Hal ini sesuai dengan pendapat Tambunan (2002)

bahwa metode Kjeldahl yaitu pengukuran jumlah protein dalam bahan makanan

melalui penentuan kandungan N total bahan.


4.2.6. Kadar bahanekstraktanpa nitrogen (BETN)


       Berdasarkanhasilpraktikum, diperolehbahwa kandunganbahanekstraktanpa

nitrogen              (BETN)dalambahankeringsebesar28,26%.                   Hal

iniberbedadenganpendapatSartini dalam Santoso (2009) bahwa kadar BETN

(Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) sebesar 10,15%. Perbedaan tersebut dapat terjadi

karena tingginya kadar serat kasar dalam bahan pakan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Tillman et al. dalam Kusumaningrum et al. (2012) yang menyatakan

bahwa BETN berisi zat-zat mono, di, tri dan polisakarida terutama pati dan

kesemuanya mudah larut dalam larutan asam dan basa dalam analisis serat kasar

dan mempunyai daya cerna yang tinggi.Ditambahkan oleh Tillman et al.dalam

Qomariyah (2004) bahwa kandungan BETN yang tinggi menggambarkan fraksi

karbohidrat mudah tercerna seperti pati dan gula (glukosa). Kadar BETN

diperoleh dari 100% bahan pakan dikurangi dengan jumlah dari serat kasar, lemak

kasar, protein kasar, abu, dan air. Hal ini sesuai dengan pendapat Jusaidi et al.

(2006) bahwa BETN merupakan selisih dari sisa bahan yang sudah dihitung.
17




                                      BAB V


                         KESIMPULAN DAN SARAN


5.1.   Kesimpulan


       Daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr.) merupakan bahan pakan

klasifikasi internasional nomor 1 yaitu kelas hijauan dan jerami, karena kadar

serat kasar lebih dari dua puluh persen. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh

hasil bahwa kadar abu, serat kasar, dan kadar lemak kasar kurang dari standar

sedangkan kadar protein kasar, kadar air dan BETN melebihi dari kadar standar.

Tinggi rendahnya kadar nutrien dalam bahan pakan dapat terjadi karena beberapa

faktor yaitu pengaruh dari kualitas tanaman, umur tanaman, serta waktu

pemotongan. Pada tanaman yang umurnya lebih muda kualitasnya lebih baik

karena serat kasar lebih rendah dan kadar protein kasar lebih tinggi.


5.1.   Saran


       Peralatan yang ada di dalam laboratorium hendaknya ditambah dan

disesuaikan dengan banyaknya kelompok yang akan praktikum. Praktikan juga

harus lebih teliti dan cermat pada saat melakukan analisis, sehingga hasil yang

dianalisis dapat sesuai dengan standar yang tertulis pada buku acuan.
18




                             DAFTAR PUSTAKA


Adrianton. 2010. Pertumbuhan dan nilai gizi tanaman Rumput Gajah pada
     berbagai interval pemotongan. Jurnal Agroland. 17(3) : 192-197.

Agus, A. 2007. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. PT Citra Aji Parama,
     Yogyakarta.

Darmasih. 1997. Penetapan kadar lemak kasar dalam makanan ternak non
    ruminansia dengan metode kering. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Endra, Y. 2006. Analisis proksimat dan komposisi asam amino buah Pisang Batu
     (Musa balbisiana colla). Skripsi, Bogor.

Erawati, A.M. 2011. Gambaran histopatologi hati dan ginjal Tikus laktasi setelah
     mengkonsumsi ekstrak dan fraksi Sauropus androgynus (L.) merr sejak
     bunting sampai 10 hari pospartus. Skripsi, Bogor.

Hadiansyah, D. 2001. Evaluasi modifikasi penentuan serak kasar menurut
     Association Of Official Analytical Chemist (AOAC). Skripsi, Bogor.

Jusaidi, D., B.A. Dewantara., dan I. Mokoginto. 2006. Pengaruh kadar L-
      ascorbyl-2-phospate magnesium yang berbeda sebagai sumber vitamun C
      dalam pakan terhadap pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius hypophthalamus)
      ukuran sejari. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5 (1) : 21-29.

Katja, D.G. 2012. Kualitas minyak Bunga Matahari komersial dan minyak hasil
      ekstraksi biji Bunga Matahari (Helianthus anuus L.). Jurnal Ilmiah Sains. 12
      (1) : 59-64.

Kusumaningrum, M., C.I. Sutrisno., dan B.W.H.E. Prasetiyono. 2012. Kualitas
    kimia ransum sapi potong berbasis limbah pertanian dan hasil samping
    pertanian yang difermentasikan dengan Aspergillus niger. Animal
    Agriculture Journal. 1 (2) : 109-119.

Musfiroh, I., W. Indriyati., Muchtaridi., dan Y. Setiya. 2008. Analisis proksimat
     dengan penetapan kadar beta karoten dalam selai lembaran Terung Belanda
     (Cyphomandra betacea Sendtn.) dengan metode Spektrofotometri sinar
     tampak. Jurnal Farmaka. 6 (2) : 1-8.
19




Nugraha, A.P.D. 2008. Respon penggunaan tepung daun Katuk (Sauropus
     androgynus L. Merr) dalam ransum terhadap kolesterol Itik Lokal. Skripsi,
     Bogor.

Purbajanti, E.D., R.D. Soetrisno., E. Hanudin., dan S.P.S. Budhi. 2011. Produksi,
     kualitas, dan kecernaan in vitro tanaman Rumput Benggala (Panicum
     maximum) pada lahan salin. Buletin Peternakan. 35 (1) : 30-37.

Qomariyah, N. 2004. Uji derajat keasaman (pH), kelarutan, kerapatan, dan sudut
    tumpukan untuk mengetahui kualitas bahan pakan sumber protein. Skripsi,
    Bogor.

Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropis. BPFE-Yogyakarta,
     Yogyakarta.

Santoso, U. 2009. Manfaat Daun Katuk Bagu Kesehatan Manusia dan
     Produkstifitas Ternak. http://uripsantoso.wordpress.com. (Diakses tanggal
     22 Desember 2012).

Slamet, W., F. Kusmiyati., E.D. Purbayanti., dan Surahmanto. 2009. Produksi dan
     kualitas hijauan Alfafa (Medicago sativa) pemotongan pertama pada media
     tanamn yang berbeda dan penggunaan inokulan. Seminar Nasional
     Kebangkitan Peternakan. Hal : 295-301.

Subekti, S. 2007. Komponen sterol dalam ekstrak daun Katuk (Sauropus
     andrygonus L. Merr) dan hubungannya dengan sistem reproduksi Puyuh.
     Skripsi, Bogor.

Tambunan, E.E.N. 2002. Pengaruh lama penyimpanan ransum komersial ayam
    broiler starter bentuk crumble terhadap beberapa sifat fisik dan kandungan
    protein kasar. Skripsi, Bogor.

Tillman, A.D., Hartadi, H., Reksohadiprodjo, S., Prawirokusowo, S.,
     Lebdosoekojo, S. 1991. Ilmu Makanan Ternak. Gadjah Mada University
     Press, Yogyakarta.
20




                                      LAMPIRAN


Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air


  Analisis          Berat         Berat          Berat          Botol       B. Setelah
 Kadar Air         Kertas        Sampel         Kertas        Timbang          Oven
                   Minyak                      Minyak
                                                 Sisa
              --------------------------------------g------------------------------------
    7.          0,2320          1,0002          0,2320        17,9709         18,8137
    8.          0,2435          1,0003          0,2435        21,3981         22,2518
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012.

Sampel Sebenarnya 7 =(Sampel + Kertas Minyak) – Kertas Minyak Sisa
                         = (1,0002+0,2320) – 0,2320
                         = 1,0002
Sampel Sebenarnya 8 = (Sampel + Kertas Minyak) – Kertas Minyak Sisa
                         = (1,0003 + 0,2435) – 0,2435
                         = 1,0003


Perhitungan Kadar Air :

Kadar Air                = (Berat Sampel+Berat Botol) - Berat Setelah Oven x 100%
                                      Sampel Masuk

Kadar Air 7              = (1,0002 + 17,9709) – 18,8137          x 100%
                                       1,0002

                         = 15,73%

Kadar Air 8              = (1,0003 + 21,3981) – 22,2518          x 100%
                                       1,0003

                         = 14,65%
21




Lampiran 1. (lanjutan)


Kadar Air rata-rata   = Kadar Air 7 + Kadar Air 8
                                   2
                      = 15,73 + 14,65
                              2
                      = 14,65%

BK                    = 100% - % Kadar Air rata-rata

BK                    = 100% - 14,65%

                      = 84,81%
22




Lampiran 2. Perhitungan Kadar Abu


  Analisis        Berat            Berat             Berat            Berat          Berat
 Kadar Abu       Kertas           Sampel            Kertas             CP            Tanur
                Minyak                          Minyak Sisa
              ------------------------------------------g-------------------------------------
    7.           0,2776           1,0001            0,2776          20,3752         20,4660
    8.           0,2460           1,0004            0,2460          21,1884         21,2777
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012.

Perhitungan Kadar Abu :
Sampel Masuk7                     = (Sampel + Kertas Minyak) – Kertas Minyak Sisa

                                  = (1,0001 + 0,2776) – 0,2776

                                  = 1,0001

Sampel Masuk 2                    = (Sampel + Kertas Minyak) – Kertas Minyak Sisa

                                  = (1,0004 + 0,2460) – 0,2460

                                  = 1,0004

Kadar Abu                         = Berat setelah tanur – Berat CP         x 100%
                                             Berat sampel

Kadar Abu 7                       = 20,4660 - 20,3752 x100%
                                         1,0001

                                  = 9,07%

Kadar Abu 8                       = 21,2777 – 21,1884x100%
                                         1,0004

                                  = 8,92%
23




Lampiran 2. (lanjutan)


Kadar Abu rata-rata      = Kadar Abu 1 + Kadar Abu 2
                                      2

                         = 9,07% + 8,92%
                                2

                         = 8,99%


Konversi dalam 100% BK   =      100        x rata-rata kadar Abu
                          Rata-rata kadar air

                         = 100 x 8,99
                            84,81

                         = 10,60%
24




Lampiran 3. Perhitungan Kadar Serat Kasar


Analisis     Berat        Berat        Kertas      Kertas Berat CP Setelah                 Setelah
Kadar SK    Kertas       Sampel         Sisa       Saring                      Oven         Tanur
            ---------------------------------------------g-------------------------------------------
   7.       0,2381       1,0006        0,2398 1,0435           19,8858 21,1829 19,8915
   8.       0,2495       1,0000        0,2495 1,0473           17,9858 29,2969 17,9947
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012.

Sampel Masuk 7           = (Sampel + Kertas Minyak) – Berat Kertas Minyak Sisa

                         = (1,0006 + 0,2381) – 0,2398

                         = 0,9989

Sampel Masuk 8           = (Sampel + Kertas Minyak) – Berat Kertas Minyak Sisa

                         = (1,0000 + 0,2495) – 0,2495

                         = 1,0000

Perhitungan Kadar Serat Kasar:

SK               =(Berat setelah oven – setelah tanur) – Berat Kertas Saringx 100%
                                Sampel Masuk

SK 7           = (21,1829 – 19,8915) – 1,0435 x100%
                           0,9989

               = 24,81%

SK8            = (19,2969 – 17,9949) – 1,0473         x 100%
                 1,0000

               = 25,47%
25




Lampiran 3. (lanjutan)


SK rata-rata             = Kadar SK 7 + Kadar SK 8
                                      2

                         = 24,81% + 25,47%
                                2

                         = 25,14%

Konversi dalam 100% BK   =    100         x kadar SK
                              BK

                         = 100 x 25,14%
                           84,81

                         = 29,64%
26




Lampiran 4. Perhitungan Kadar Lemak Kasar


  Analisis         Berat           Kertas         Sebelum               Sesudah
 Kadar LK         Sampel           Saring         Ekstraksi             Ekstraksi
               --------------------------------------g-----------------------------------
    7.            1,0007           0,9975          1,8642                1,7921
    8.            1,0005           1,0042          1,8567                1,7945
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012.

Perhitungan Kadar Lemak Kasar:

Kadar LK     = Sebelum di ekstrak – Setelah di ekstrak x100%
       Sampel Sebelum di ekstrak – Kertas Saring

Kadar LK7        = 1,8642- 1,7921        x100%
                 1,8642 – 0,9975

                 = 8,31%

Kadar LK8        = 1,8567 – 1,7945 x100%
                   1,8567 – 1,0042

                 = 7,29%

LK rata-rata     = Kadar LK 7 + Kadar LK 8
                              2

                 =8,31% + 7,29%
                        2
                 = 7,8%
27




Lampiran 5. Perhitungan Kadar Protein Kasar


 Analisis       Berat           Berat              Berat            Titran         Titran
 Kadar PK      Kertas          Sampel          Kertas Sisa         Sampel         Blanko
               --------------------------------------g------------------------------------
   7.          0,2400          1,0007             0,2429              23            0,65
   8.          0,2430          1,0006             0,2447              15            0,65
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012.

Sampel Sebenarnya7 = ( Kertas Minyak + Sampel) – Kertas Minyak Sisa
                         = (0,2400 + 1,0007) – 0,2429
                         = 0,9978
Sampel Sebenarnya 8 = (Kertas Minyak + Sampel – Kertas Minyak Sisa
                         = (0,2230 + 1,0006) – 0,2447
                         = 0,9989
Perhitungan Protein Kasar :

Kadar PK                = (titran sampel – titran blanko) x NHCl x 0,014 x 6,25
x100%
                                           Sampel Masuk

Kadar PK 7               = ( 23 – 0,65) x 0,125 x 0,014 x 6,25 x100%
                                 0,9978

                         = 24,49%


Kadar PK 8               = (15 – 0,65) x 0,125 x 0,014 x 6,25 x100%
                                1,9989

                         = 15,71%

PK rata-rata             = Kadar PK 1 + Kadar PK 2
                               2

                         = 24,49% + 15,71
                2

                         = 20,1%
28




Lampiran 5. (lanjutan)


Konversi dalam 100% BK   =     100     x kadar PK
                               BK

                         =100 x 20,1
                           84,81

                         = 23,70%
29




Lampiran 6. Perhitungan BETN

BETN = 100% - (Kadar Abu% +Kadar SK% +Kadar LK% +Kadar PK%)

      = 100% - (10,60% + 29,.64% + 7,8% + 23,70%)

      = 100 – 71,74%

      = 28,26%

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

1361 2532-1-pb - copy
1361 2532-1-pb - copy1361 2532-1-pb - copy
1361 2532-1-pb - copyYupri Kotouki
 
SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...
SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...
SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...Repository Ipb
 
PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...
PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...
PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...Repository Ipb
 
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...Repository Ipb
 
PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO SILASE PAK...
PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO SILASE PAK...PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO SILASE PAK...
PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO SILASE PAK...Brawijaya University
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4PPGhybrid3
 
Proposal seminar
Proposal seminarProposal seminar
Proposal seminarDboys S
 
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Mujiyanto -
 
Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2wahyuddin S.T
 
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Berbasis Ramah Lingkungan Pad...
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Berbasis Ramah Lingkungan Pad...Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Berbasis Ramah Lingkungan Pad...
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Berbasis Ramah Lingkungan Pad...Ethelbert Phanias
 
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakan
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakanBahan ajar hands out pengujian kualitas pakan
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakanDediKusmana2
 
Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"
Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"
Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"Biology Education
 
Efektivitas daun kesum sebagai perlindungan ginjal oleh Apoteker Anda
Efektivitas daun kesum sebagai perlindungan ginjal oleh Apoteker AndaEfektivitas daun kesum sebagai perlindungan ginjal oleh Apoteker Anda
Efektivitas daun kesum sebagai perlindungan ginjal oleh Apoteker AndaSamir Jalali
 
Laporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 AirLaporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 AirMelina Eka
 
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...Nasibah Mamas
 
Identifikasi senyawa kimia pada daging kurma ajwa
Identifikasi senyawa kimia pada daging kurma ajwaIdentifikasi senyawa kimia pada daging kurma ajwa
Identifikasi senyawa kimia pada daging kurma ajwamuhammadfurqon36
 

Mais procurados (20)

1361 2532-1-pb - copy
1361 2532-1-pb - copy1361 2532-1-pb - copy
1361 2532-1-pb - copy
 
SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...
SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...
SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...
 
Penanganan_Hewan_Percobaan.docx
Penanganan_Hewan_Percobaan.docxPenanganan_Hewan_Percobaan.docx
Penanganan_Hewan_Percobaan.docx
 
PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...
PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...
PENGARlJH IRR-\DIASI SINAR GAMMA COBALT 60 TERHADAP KARAKTER MORFOLOGI TANAMA...
 
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
 
PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO SILASE PAK...
PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO SILASE PAK...PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO SILASE PAK...
PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO SILASE PAK...
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4
 
Proposal seminar
Proposal seminarProposal seminar
Proposal seminar
 
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
 
Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2
 
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Berbasis Ramah Lingkungan Pad...
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Berbasis Ramah Lingkungan Pad...Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Berbasis Ramah Lingkungan Pad...
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Berbasis Ramah Lingkungan Pad...
 
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakan
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakanBahan ajar hands out pengujian kualitas pakan
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakan
 
Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"
Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"
Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"
 
antidiare
antidiareantidiare
antidiare
 
Efektivitas daun kesum sebagai perlindungan ginjal oleh Apoteker Anda
Efektivitas daun kesum sebagai perlindungan ginjal oleh Apoteker AndaEfektivitas daun kesum sebagai perlindungan ginjal oleh Apoteker Anda
Efektivitas daun kesum sebagai perlindungan ginjal oleh Apoteker Anda
 
Laporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 AirLaporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 Air
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
Jurnal echino
Jurnal echinoJurnal echino
Jurnal echino
 
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
 
Identifikasi senyawa kimia pada daging kurma ajwa
Identifikasi senyawa kimia pada daging kurma ajwaIdentifikasi senyawa kimia pada daging kurma ajwa
Identifikasi senyawa kimia pada daging kurma ajwa
 

Semelhante a LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK

Buku peengetahuan bahan makanan ternak
Buku peengetahuan bahan makanan ternakBuku peengetahuan bahan makanan ternak
Buku peengetahuan bahan makanan ternakRiswansyah Yusup
 
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakLaporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakDewi Purwati
 
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdfAlazizSetiawan1
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitIrpandi Uciha
 
PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...
PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...
PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...Dian Hidayattullah
 
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docx
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docxEkstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docx
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docxfitrialavita
 
Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...
Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...
Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...Repository Ipb
 
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxDodolaneNoya
 
118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf
118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf
118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdfAgathaHaselvin
 
laporan pengetahuan bahan pangan umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan umbi umbianlaporan pengetahuan bahan pangan umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan umbi umbianYuni Qurrota
 
Andrew hidayat 101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu
 Andrew hidayat   101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu Andrew hidayat   101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu
Andrew hidayat 101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcuAndrew Hidayat
 
1. bentuk dan ukuran revisi 2
1. bentuk dan ukuran   revisi 21. bentuk dan ukuran   revisi 2
1. bentuk dan ukuran revisi 2Noer Azza
 
ppt hubungan serangga dengan jamur tiram
ppt hubungan serangga dengan jamur tiramppt hubungan serangga dengan jamur tiram
ppt hubungan serangga dengan jamur tiramrahmatanislami
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PFANIAANDYANI
 

Semelhante a LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK (20)

Buku peengetahuan bahan makanan ternak
Buku peengetahuan bahan makanan ternakBuku peengetahuan bahan makanan ternak
Buku peengetahuan bahan makanan ternak
 
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakLaporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
 
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencit
 
Jurnal Teknologi Pertanian
Jurnal Teknologi PertanianJurnal Teknologi Pertanian
Jurnal Teknologi Pertanian
 
Laporan resmi praktikum int
Laporan resmi praktikum intLaporan resmi praktikum int
Laporan resmi praktikum int
 
PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...
PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...
PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...
 
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docx
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docxEkstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docx
Ekstraksi dan Analisis KLT Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz.docx
 
Pounder Terifik
Pounder TerifikPounder Terifik
Pounder Terifik
 
Terafik Restorn
Terafik RestornTerafik Restorn
Terafik Restorn
 
Intern Terifik
Intern TerifikIntern Terifik
Intern Terifik
 
Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...
Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...
Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...
 
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
 
118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf
118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf
118587-ID-analisis-perbandingan-bentuk-jaringan-pe.pdf
 
laporan pengetahuan bahan pangan umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan umbi umbianlaporan pengetahuan bahan pangan umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan umbi umbian
 
Andrew hidayat 101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu
 Andrew hidayat   101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu Andrew hidayat   101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu
Andrew hidayat 101806-id-pengaruh-penambahan-sari-temulawak-curcu
 
1. bentuk dan ukuran revisi 2
1. bentuk dan ukuran   revisi 21. bentuk dan ukuran   revisi 2
1. bentuk dan ukuran revisi 2
 
Intern Tertum
Intern TertumIntern Tertum
Intern Tertum
 
ppt hubungan serangga dengan jamur tiram
ppt hubungan serangga dengan jamur tiramppt hubungan serangga dengan jamur tiram
ppt hubungan serangga dengan jamur tiram
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-P
 

Mais de Ilmianisa Azizah

LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictLAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictIlmianisa Azizah
 
Review Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
Review Manajemen ternak unggas - Ayam ArabReview Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
Review Manajemen ternak unggas - Ayam ArabIlmianisa Azizah
 
Makalah manajemen ternak unggas
Makalah manajemen ternak unggasMakalah manajemen ternak unggas
Makalah manajemen ternak unggasIlmianisa Azizah
 
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan KerjaLAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan KerjaIlmianisa Azizah
 
Mikrobiologi fermentasi pangan
Mikrobiologi fermentasi panganMikrobiologi fermentasi pangan
Mikrobiologi fermentasi panganIlmianisa Azizah
 

Mais de Ilmianisa Azizah (8)

LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictLAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
 
Review Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
Review Manajemen ternak unggas - Ayam ArabReview Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
Review Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
 
Makalah manajemen ternak unggas
Makalah manajemen ternak unggasMakalah manajemen ternak unggas
Makalah manajemen ternak unggas
 
ILMU REPRODUKSI TERNAK
ILMU REPRODUKSI TERNAK ILMU REPRODUKSI TERNAK
ILMU REPRODUKSI TERNAK
 
"CHORD" More than words
"CHORD" More than words "CHORD" More than words
"CHORD" More than words
 
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan KerjaLAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
 
Artikel peternakan
Artikel peternakanArtikel peternakan
Artikel peternakan
 
Mikrobiologi fermentasi pangan
Mikrobiologi fermentasi panganMikrobiologi fermentasi pangan
Mikrobiologi fermentasi pangan
 

LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya.Fungsi dari pakan antara lain untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan dan untuk mempertahankan hidup dan juga menghasilkan produk utama dari ternak (anak, susu, daging, telur). Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup.Daun Katuk (Sauropus androgynus L. Merr.) merupakan salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Ketersediaannya di alam sudah mulai jarang ditemukan karena ketersediannya juga dimanfaatkan manusia sebagai alternatif tanaman obat. Peranan daun Katuk dlam ransum yaitu sebagai penyedia kebutuhan akan serat kasar. Analisis proksimat merupakan salah satu metode untuk mengetahui kandungan-kandungan nutrien yang ada di dalam bahan pakan.Analisis proksimat meneliti tentang kandungan air, abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) yang terkandung dalam bahan pakan. Tujuan dari Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum adalah agar mahasiswa dapat mengetahui kadar nutrien yang terkandung dalam daun katuk dengan menggunakan analisis proksimat. Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat melakukan analisis bahan pakan dalam daun katuk menggunakan metode analisis proksimat.
  • 2. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Pakan Bahan pakan atau makanan ternak adalah semua bahan yang berasal dari tumbuhan atau hewan yang diberikan pada ternak piaraan untuk keperluan hidup dan reproduksi(Reksohadiprodjo, 1995).Kualitas bahan pakan ditentukan oleh kandungan nutrien atau komposisi kimianya. Berdasarkan sifat karakteristik dan kimia, serta penggunaannya secara internasional, bahan pakan dibagi menjadi delapan kelas, yaitu hijauan kering dan jerami, pastura (tanaman padangan dan hijauan segar), silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan sumber aditif (Agus, 2007). 2.1.1. Daun Katuk Daun katuk ( Sauropus androgynus L. Merr. ) merupakan alternatif tanaman obat yang telah lama digunakan sebagai pelancar asi dan juga mampu menurunkan kadar kolesterol kuning telur dan karkas ayam petelur (Ibrahim dalam Nugraha 2008). Kandungan kimia daun katuk adalah protein, lemak, kalsium, fosfat, besi, vitamin A, B, C, steroid, flavonoid, dan polifenol (Astuti et al.dalam Subekti, 2007).
  • 3. 3 2.2. Analisis Proksimat Kandungan zat gizi pada masing-masing makanan ternak berbeda.Adanya analisis bahan makanan terutama bertujuan untuk memperkirakan respons produktivitas dari ternak bila mereka diberi ransum dengan komposisi bahan makanan tertentu (Parakkasi dalam Hadiansyah, 2001). Metode yang dikembangkan dari Weende Experiment Station di Jerman oleh Hanneberg dan Stohman pada tahun 1865, yaitu sutau metode analisis di seluruh dunia dan disebut analisis proksimat (Proximate analysis). Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tillman et al., 1991). Analisis proksimat yang dilakukan dalam sebuah penelitian meliputi analisis kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, serat, dan mineral (Endra, 2006). Analisis kadar air dalam padadaunkatukmengandungkadar air sebesar 10,8% danbahankering 89,18% (Sartini dalam Santoso, 2009). Kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban udara disekitarnya tinggi, maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga bahan menjadi lembab atau kadar airnya menjadi lebih tinggi (Winarno dalam Katja, 2012). Penentuan kadar air ini dilakukan secara berulang kali agar diperoleh hasil akurat (Musfiroh et al., 2008). Analisis kadar abu dalam daun katuk(Sauropus androgynus L. Merr.) sebesar 12,71% (Sartini dalam Santoso, 2009). Penentuan kadar abu dilakukan dengan cara mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-6000C dan kemudian dilakukan penimbangan setelah proses pembakaran tersebut (Sudarmadji et al.dalam Endra, 2006). Komponen abu dalam
  • 4. 4 analisis proksimat tidak memberikan nilai yang penting. Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan kadar BETN (Tillman et al., 1991). Analisis kadar serat kasar dalam bahan pakan berupa daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr.) sebesar 31,19% (Sartini dalam Santoso, 2009). Faktor umur pada tanaman pada saat pemotongan sangat berpengaruh terhadap kandungan gizi tanaman tersebut. Umumnya, semakin tua umur tanaman pada saat pemotongan, maka semakin berkurang kadar proteinnya dan serat kasarnya semakin tinggi (Djajanegara et al.dalam Adrianton, 2010). Tanaman pada umur muda kualitas lebih baik karena serat kasar lebih rendah, sedangkan kadar proteinnya lebih tinggi (Susetyo et al.dalam Adrianton, 2010). Analisis kadarlemak kasar pada daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr.) sebesar 20,08%(Sartini dalam Santoso, 2009). Istilah ekstrak eter dipakai untuk senyawa yang diperoleh dari ekstraksi bahan makanan dengan menggunakan pelarut lemak(Tillman et al., 1991). Heksan merupakan senyawa pelarut lemak yang mengandung 98,0% sampai dengan 100,5% C13H6Cl6O2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan (Depkes RI dalam Erawati, 2011). Apabila bahan contoh masih mengandung air yang tinggi maka bahan pelarut akan sulit masuk kedalam jaringan atau sel dan pelarut menjadi jenuh dengan air, selanjutnya ektraksi lemak kurang efisien sehingga hasil analisisnya kurang mencerminkan hasil yang sesungguhnya (Darmasih, 2007). Analisis protein kasar dalam daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr.)sebesar 15,02% (Sartini dalam Santoso, 2009). Metode Kjeldahlmerupakan pengukuran jumlah protein dalam bahan makanan melalui penentuan kandungan
  • 5. 5 N total bahan (Tambunan, 2002).Kadar protein kasar dapat dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur panen, dan tinggi pemotongan (Purbajanti et al., 2011). Tanaman yang berdaun banyak mempunyai kadar protein tinggi, umur panen yang terlambat akan menurunkan kadar protein kasar begitu juga sebaliknya. Kadar protein kasar akan menurun sesuai dengan berkurangnya ketersediaan unsur hara tanaman terutama unsur N (nitrogen) begitu juga sebaliknya kadar protein kasar akan meningkat seiring dengan meningkatnya unsur N (Hardjowigeno dalam Slamet et al., 2009). BETN merupakan selisih dari sisa bahan yang sudah dihitung (kadar abu, kadar lemak kasar, kadar serat kasar, dan kadar protein kasar) (Jusaidi et al., 2006).Analisis bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) pada daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr.) sebesar 10,15%(Sartini dalam Santoso, 2009). BETN berisi zat-zat monosakarida, dsakaridai, trisakarida dan polisakarida terutama pati dan kesemuanya mudah larut dalam larutan asam dan basa dalam analisis serat kasar dan mempunyai daya cerna yang tinggi (Tillman et al. dalam Kusumaningrum et al., 2012) Kandungan BETN yang tinggi menggambarkan fraksi karbohidrat mudah tercerna seperti pati dan gula (glukosa) (Tillman et al. dalam Qomariyah, 2004).
  • 6. 6 BAB III MATERI DAN METODE Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum dengan materi Analisis Proksimat dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa tanggal 17 dan 18 Desember 2012 dari pukul 05.30 WIB - selesai di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. Materi Materi yang digunakanadalah daun katuk (serbuk), H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N, aseton, aquadespanas, N - Heksan, katalisator (selenium), H2SO498%, H3BO3 4%, indikator (MR + MB), NaOH 45%, HCl 0,1 N. Alat yang digunakan adalah botol timbang dan timbangan analitis yang digunakan untuk menimbang sampel, oven untuk menghilangkan kadar air dan mensterilisasikan alat dan bahan, eksikator untuk menyerap panas alat dan bahan yang telah dioven, penjepit untuk membantu dalam mengambil sampel, tanur listrik untuk analisis kadar abu, crucible porcelain untuk tempat sampel, labu erlenmeyer untuk menempatkan larutan, beaker glass untuk menempatkan larutan, gelas ukur sebagai pengukur larutan yang akan digunakan, corong buchner untuk menyaring serat kasar, kertas saring bebas abu untuk menyaring sampel pada analisis kadar serat kasar, tabungsoxhlet untuk wadah sampel analisis kadar lemak kasar, pendingin tegak untuk analisis lemak kasar dan destilasi, labu kjeldahl untuk analisis protein kasar,biuret untuk alat titrasi, kompor listrik untuk memanaskan sampel pada
  • 7. 7 analisis kadar lemak kasar, labu penyari untuk menampung sari pada saat analisis kadar lemak kasar, lemari asam untuk analisis protein kasar, serta kertas minyak untuk menempatkan sampel. 3.2. Metode 3.2.1. Kadar air Metode yang digunakan untuk analisis kadar air adalah mencuci botol timbang, kemudian mengeringkan dalam oven pada suhu 105oC sampai 110oC selama 1 jam, memasukkan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian menimbang botol timbang menggunakan timbangan analitis. Menimbang sejumlah sampel menggunakan timbangan analitis. Memasukkan sampel ke dalam botol timbang,kemudian mengovennya selama 6 jam dengan suhu 110oC, selanjutnya adalah memasukkan sampel kedalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu menimbang botol dan sampel. Mengulang pengeringan 3 kali masing- masing 1 jam sampai berat sampel konstan (selisih maksimal 0,2 mg). Menghitung kadar air dengan rumus : – Kadar air= x100 %
  • 8. 8 3.2.2. Kadar abu Metode yang digunakan untuk analisis kadar abu ini adalah mencuci crucible porcelaindengan air sampai bersih, kemudian mengeringkannya dalam oven pada suhu 110oC selama 1 jam dan mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian menimbangnya. Menimbang sejumlah sampel, penimbangan dengan menggunakancrucible porcelainsebagai tempatnya.Setelah itu memijarkan sampel dan crucible porcelain dalam tanur listrik pada suhu 600oC selama 6 jam, sampai menjadi abu putih semua.Mengangkat crucible porcelaindari tanur listrik dan mendinginkannya sampai suhu 120oC, kemudian mendinginkannya kembali dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu menimbangnya, kemudian menghitung kadar abu dengan rumus : – Kadar abu = x 100% 3.2.3. Kadar serat kasar Metode yang digunakan untuk analisis kadar serat kasar adalah mempersiapkan semua alat-alat dan pereaksi yang akan digunakan. Mencuci semua alat dan memasukkannya ke dalam oven dengan suhu 110oC selama 1 jam dan memasukkanya ke dalam eksikator selama 15 menit. Menimbang sampel dan memasukkannya ke dalam gelas beker. Memasukkan H2SO4 0,3 N 50 ml dalam gelas beker yang berisi sampel tersebut dan memasaknya hingga mendidih dan
  • 9. 9 menunggu selama 30 menit. Menambahkan NaOH 1,5 N 25 ml serta memasaknya sampai mendidih dan menunggu selama 30 menit. Menimbang crucible porcelaindan kertas saring, memasukkan ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu 110oC dan memasukkan di dalam eksikator selama 15 menit. Cairan yang berisi sampel disaring dengan menggunakan crucible porcelaindan kertas saring yang dipasang corong bunchner. Mencuci sampel berturut-turut dengan 50 ml aquades panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml aquades panas dan 25 mlaseton. Mengoven crucible porcelain dan kertas saring beserta isinya pada suhu 1100C selama 1 jam memasukkan ke eksikator selama 15 menit. Selanjutnya menimbang crucible porcelaindan isinya. Kemudian memijarkan crucible porcelaindan isinya dalam tanur pada suhu 600oC selama 6 jam sampai menjadi abu putih dan mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu menimbangnya. Penghitungan kadar serat kasar dengan rumus : – – Kadar serat kasar = x 100 % 3.2.4. Kadar lemak kasar Metode yang digunakan dalam analisis kadar lemak kasar adalah menimbang sampel dan kertas saring. Membungkus sampel dengan kertas saring dan memasukkan ke dalam oven selama 6 jam pada suhu110oC dan eksikator selama 15 menit, serta menimbang kertas saring. Memasukkan sampel dan kertas saring dalam alat soxhlet yang telah dipasang dalam pendingin tegak, kemudian menambahkan N-Hexan serta memasang alat pendingin tegak yang dialiri air dingin. Melakukan penyaringan selama 3 jam, sampel dikeluarkan dan diangin-
  • 10. 10 anginkan.memasukkannya dalam oven dengan suhu 110oC selama 1 jam, memasukkan ke eksikator selama 15 menit. Menimbang kertas saring yang berisi sampel tersebut dengan menggunakan timbangan analitis. Perhitungan untuk analisis kadar lemak adalah sebagai berikut: – Kadar Lemak = x 100 % – Keterangan : Berat setelah oven 1 : Berat sebelum ekstraksi Berat setelah oveb 2 : Berat setelah ekstraksi 3.2.5. Kadar protein kasar Metode yang digunakan dalam analisis kadar protein kasar adalah mencuci labu destruksi, kemudian memasukkannya dalam oven pada suhu 110oC selama 1 jam. Menimbang sampel sebanyak 1 gram, kemudian memasukannya ke dalam labu destruksi.Menambahkan selenium sebagai katalisator sebanyak1gram.Menambahkan H2SO4 98% 15 ml. Memanaskan semua bahan yang ada dalam labu destruksi tersebut secara perlahan-lahan dalam lemari asam hingga berwarna hijau jernih.Perubahan warna yang terjadi secara bertahap adalah hitam, merah, hijau keruh dan kemudian hijau jernih. Proses selanjutnya adalah proses destilasi yaitu mendinginkan labu destruksi tersebut lalu memasukkan larutan destruksi kedalam labu destilasi. Menambahkan aquades sebanyak 50 ml, dan NaOH 45% sebanyak 40 ml. Menyiapkan larutan penangkap yaitu asam borat (H3BO3 4%) sebanyak 20 ml dan indikator MR+MB sebanyak 2 tetes. Menampung hasil destilasi dalam erlenmeyer yang telah berisi
  • 11. 11 larutan penangkap dengan melihat perubahan warna dari ungu menjadi hijau jernih. Selanjutnya melakukan titrasi dengan menggunakan HCl 0,125 N, hingga terjadi perubahan warna dari hijau jernih menjadi warna ungu. Membuat larutan blanko yaitu memasukkan aquades 50 ml dan 40 ml NaOH 45% kedalam labu destilasi. Melakukan destilasi dan menangkapnya dengan campuran H3BO3 sebanyak 20 ml dan indikator MR + MB sebanyak 2 tetes sampai penangkap tersebut berubah warna dari ungu menjadi hijau. Mentitrasi dengan menggunakan HCl 0,125 N sampai membentuk warna unggu kembali, kemudian menghitung protein kasar dengan rumus : – Kadar protein = x 100% Keterangan : Blanko : campuran 50 ml aquades dan 40 ml NaOH 45%.
  • 12. 12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HasilPraktikum Berdasarkanhasil praktikumBahanPakanFormulasiRansumdiperolehhasilsebagaiberikut : Tabel 1.HasilPraktikumAnalisisProksimatDaunKatuk Parameter 100 % BK1 Literatur2 Kadar Air - 10,8 Kadar BahanKering (BK) 84,81 89,18 Kadar Protein Kasar (PK) 23,70 15,02 Kadar LemakKasar (LK) 7,8 20,08 Kadar Abu 10,60 12,71 Kadar SeratKasar (SK) 29,64 31,19 Kadar BETN 28,26 10,18 Sumber : 1. Data PraktikumBahanPakanFormulasiRansum, 2012. 2. Sartini dalam Santoso (2009). 4.2. Pembahasan 4.2.1. Kadar air Berdasarkanhasilpraktikum, diperolehbahwakandunganbahankering(BK) pada daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.)sebesar84,81%. Hasil iniberbedadenganpendapatSartini dalam Santoso (2009) yang menyatakanbahwakandunganbahanpakanpadadaunkatukmengandungkadar air sebesar 10,8% danbahankering 89,18%.Perbedaantersebutdapatterjadikarenapengaruhdaribeberapafaktor, antaralain :umurtanaman, tempatpenanaman, danfaktorlingkungan. Hal
  • 13. 13 inisesuaidenganpendapat Winarno dalam Katja (2012) yang menyatakan bahwa kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban udara disekitarnya tinggi, akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga bahan menjadi lembab atau kadar airnya menjadi lebih tinggi. Perhitungan tersebut diperoleh dari proses pengeringan didalam ovenpada suhu 105-1100C selama 4-6 jam hingga beratnya konstan. Ditambahkan oleh Musfiroh et al. (2008) bahwa penentuan kadar air ini dilakukan secara berulang kali agar diperoleh hasil yang akurat. 4.2.2. Kadar abu Berdasarkanhasilpraktikum, diperolehbahwa kadarabudaun katuk dalambahankering 10,60%. Hal iniberbeda denganpendapat Sartini dalam Santoso (2009) bahwa kadar abu dalam daun katuk sebesar 12,71%. Kadar abu dilakukan dengan cara menanur daun katuk selama 6 jam pada suhu 400-6000C, akan tetapi nilai abu tersebut hanya digunakan pada perhitungan analisis kadar BETN. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarmadji et al.dalam Endra (2006) yang menyatakan bahwa penentuan kadar abu dilakukan dengan cara mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-6000C dan kemudian dilakukan penimbangan setelah proses pembakaran tersebut. Ditambahkan oleh Tillman et al.(1991) bahwa komponen abu dalam analisis proksimat tidak memberikan nilai yang penting. Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan kadar BETN.
  • 14. 14 4.2.3. Kadar seratkasar Berdasarkanhasilpraktikum, diperolehbahwa kandungan kadarseratkasarpada daunkatukdalambahankeringsebesar 29,64%. Hal inisesuaidenganpendapatSartini dalam Santoso (2009) bahwa kadar serat kasar dalam berupa daun katuk sebesar 31,19%. Tinggi rendahnya kadar nutrien dalam bahan pakan tergantung dari kualitas tanaman tersebut, semakin tinggi umur tanaman maka semakin tinggi kadar seratnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Djajanegara et al. dalam Adrianton (2010) yang menyatakan bahwa umur tanaman pada saat pemotongan sangat berpengaruh terhadap kandungan gizi tanaman tersebut. Umumnya, semakin tua umur tanaman pada saat pemotongan, semakin berkurang kadar proteinnya dan serat kasarnya semakin tinggi. Ditambahkan oleh Susetyo et al.dalam Adrianton (2010) bahwa tanaman pada umur muda kualitas lebih baik karena serat kasar lebih rendah, sedangkan kadar proteinnya lebih tinggi. 4.2.4. Kadar lemakkasar Berdasarkanhasilpraktikum, diperolehhasilbahwa kandunganlemakkasardalam bahan pakan berupa daunkatuksebesar 7,8%. Hal iniberbedadenganpendapat Sartini dalam Santoso (2009) bahwa kandungan lemak kasar pada daun katuk sebesar 20,08%. Perbedaan tersebutdapat terjadi karena diperkirakan masih adanya kandungan air dalam sampel tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmasih (1997) yang menyatakan bahwa apabila bahan contoh masih mengandung air yang tinggi maka bahan pelarut akan sulit masuk kedalam
  • 15. 15 jaringan atau sel dan pelarut menjadi jenuh dengan air, selanjutnya ektraksi lemak kurang efisien sehingga hasil analisisnya kurang mencerminkan yang sebenarnya. Kadar Lemak Kasar diperoleh dari sampel bahan kering yang di ekstraksi dengan N – Hexan, kemudian dikeringkan dalam oven. Hal ini sesuai dengan pendapat Tilman et al. (1991) yang menyatakan bahwa istilah ekstrak ether dipakai untuk senyawa yang diperoleh dari ekstraksi bahan makanan dengan menggunakan pelarut lemak. Ditambahkan oleh Depkes RI dalam Erawati (2011) bahwa heksan merupakan senyawa yang mengandung 98,0% sampai dengan 100% C13H6Cl6O2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. 4.2.5. Kadar protein kasar Berdasarkanhasilpraktikum, diperolehbahwa kandunganproteinkasardaunkatuk dalam 100%bahankering diperoleh sebesar23,70%. Hasil iniberbeda denganpendapatdari Sartini dalam Santoso (2009)bahwa kandungan protein kasar dalam daun katuk sebesar 15,02%.Perbedaan hasil tersebut dipengaruhi dari unsur nitrogen yang terkandung dalam suatu bahan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno dalam Slamet et al. (2009) yang menyatakan bahwa kadar protein kasar akan menurun sesuai dengan berkurangnya ketersediaan unsur hara tanaman terutama unsur N begitu juga sebaliknya kadar protein kasar akan meningkat seiring dengan meningkatnya unsur N. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar protein kasar yaitu faktor umur dan pemotongannya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Purbajanti et al. (2011) bahwa kadar protein kasar dipengaruhi oleh jenis tanaman,
  • 16. 16 umur panen, dan tinggi pemotongan. Tanaman yang berdaun banyak mempunyai kadar protein tinggi, umur panen yang terlambat akan menurunkan kadar protein kasar begitu juga sebaliknya. Penentuan kadar protein kasar ditentukan berdasarkan metoda Kjedahl. Hal ini sesuai dengan pendapat Tambunan (2002) bahwa metode Kjeldahl yaitu pengukuran jumlah protein dalam bahan makanan melalui penentuan kandungan N total bahan. 4.2.6. Kadar bahanekstraktanpa nitrogen (BETN) Berdasarkanhasilpraktikum, diperolehbahwa kandunganbahanekstraktanpa nitrogen (BETN)dalambahankeringsebesar28,26%. Hal iniberbedadenganpendapatSartini dalam Santoso (2009) bahwa kadar BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) sebesar 10,15%. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena tingginya kadar serat kasar dalam bahan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et al. dalam Kusumaningrum et al. (2012) yang menyatakan bahwa BETN berisi zat-zat mono, di, tri dan polisakarida terutama pati dan kesemuanya mudah larut dalam larutan asam dan basa dalam analisis serat kasar dan mempunyai daya cerna yang tinggi.Ditambahkan oleh Tillman et al.dalam Qomariyah (2004) bahwa kandungan BETN yang tinggi menggambarkan fraksi karbohidrat mudah tercerna seperti pati dan gula (glukosa). Kadar BETN diperoleh dari 100% bahan pakan dikurangi dengan jumlah dari serat kasar, lemak kasar, protein kasar, abu, dan air. Hal ini sesuai dengan pendapat Jusaidi et al. (2006) bahwa BETN merupakan selisih dari sisa bahan yang sudah dihitung.
  • 17. 17 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr.) merupakan bahan pakan klasifikasi internasional nomor 1 yaitu kelas hijauan dan jerami, karena kadar serat kasar lebih dari dua puluh persen. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa kadar abu, serat kasar, dan kadar lemak kasar kurang dari standar sedangkan kadar protein kasar, kadar air dan BETN melebihi dari kadar standar. Tinggi rendahnya kadar nutrien dalam bahan pakan dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu pengaruh dari kualitas tanaman, umur tanaman, serta waktu pemotongan. Pada tanaman yang umurnya lebih muda kualitasnya lebih baik karena serat kasar lebih rendah dan kadar protein kasar lebih tinggi. 5.1. Saran Peralatan yang ada di dalam laboratorium hendaknya ditambah dan disesuaikan dengan banyaknya kelompok yang akan praktikum. Praktikan juga harus lebih teliti dan cermat pada saat melakukan analisis, sehingga hasil yang dianalisis dapat sesuai dengan standar yang tertulis pada buku acuan.
  • 18. 18 DAFTAR PUSTAKA Adrianton. 2010. Pertumbuhan dan nilai gizi tanaman Rumput Gajah pada berbagai interval pemotongan. Jurnal Agroland. 17(3) : 192-197. Agus, A. 2007. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. PT Citra Aji Parama, Yogyakarta. Darmasih. 1997. Penetapan kadar lemak kasar dalam makanan ternak non ruminansia dengan metode kering. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Endra, Y. 2006. Analisis proksimat dan komposisi asam amino buah Pisang Batu (Musa balbisiana colla). Skripsi, Bogor. Erawati, A.M. 2011. Gambaran histopatologi hati dan ginjal Tikus laktasi setelah mengkonsumsi ekstrak dan fraksi Sauropus androgynus (L.) merr sejak bunting sampai 10 hari pospartus. Skripsi, Bogor. Hadiansyah, D. 2001. Evaluasi modifikasi penentuan serak kasar menurut Association Of Official Analytical Chemist (AOAC). Skripsi, Bogor. Jusaidi, D., B.A. Dewantara., dan I. Mokoginto. 2006. Pengaruh kadar L- ascorbyl-2-phospate magnesium yang berbeda sebagai sumber vitamun C dalam pakan terhadap pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius hypophthalamus) ukuran sejari. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5 (1) : 21-29. Katja, D.G. 2012. Kualitas minyak Bunga Matahari komersial dan minyak hasil ekstraksi biji Bunga Matahari (Helianthus anuus L.). Jurnal Ilmiah Sains. 12 (1) : 59-64. Kusumaningrum, M., C.I. Sutrisno., dan B.W.H.E. Prasetiyono. 2012. Kualitas kimia ransum sapi potong berbasis limbah pertanian dan hasil samping pertanian yang difermentasikan dengan Aspergillus niger. Animal Agriculture Journal. 1 (2) : 109-119. Musfiroh, I., W. Indriyati., Muchtaridi., dan Y. Setiya. 2008. Analisis proksimat dengan penetapan kadar beta karoten dalam selai lembaran Terung Belanda (Cyphomandra betacea Sendtn.) dengan metode Spektrofotometri sinar tampak. Jurnal Farmaka. 6 (2) : 1-8.
  • 19. 19 Nugraha, A.P.D. 2008. Respon penggunaan tepung daun Katuk (Sauropus androgynus L. Merr) dalam ransum terhadap kolesterol Itik Lokal. Skripsi, Bogor. Purbajanti, E.D., R.D. Soetrisno., E. Hanudin., dan S.P.S. Budhi. 2011. Produksi, kualitas, dan kecernaan in vitro tanaman Rumput Benggala (Panicum maximum) pada lahan salin. Buletin Peternakan. 35 (1) : 30-37. Qomariyah, N. 2004. Uji derajat keasaman (pH), kelarutan, kerapatan, dan sudut tumpukan untuk mengetahui kualitas bahan pakan sumber protein. Skripsi, Bogor. Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropis. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Santoso, U. 2009. Manfaat Daun Katuk Bagu Kesehatan Manusia dan Produkstifitas Ternak. http://uripsantoso.wordpress.com. (Diakses tanggal 22 Desember 2012). Slamet, W., F. Kusmiyati., E.D. Purbayanti., dan Surahmanto. 2009. Produksi dan kualitas hijauan Alfafa (Medicago sativa) pemotongan pertama pada media tanamn yang berbeda dan penggunaan inokulan. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Hal : 295-301. Subekti, S. 2007. Komponen sterol dalam ekstrak daun Katuk (Sauropus andrygonus L. Merr) dan hubungannya dengan sistem reproduksi Puyuh. Skripsi, Bogor. Tambunan, E.E.N. 2002. Pengaruh lama penyimpanan ransum komersial ayam broiler starter bentuk crumble terhadap beberapa sifat fisik dan kandungan protein kasar. Skripsi, Bogor. Tillman, A.D., Hartadi, H., Reksohadiprodjo, S., Prawirokusowo, S., Lebdosoekojo, S. 1991. Ilmu Makanan Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
  • 20. 20 LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air Analisis Berat Berat Berat Botol B. Setelah Kadar Air Kertas Sampel Kertas Timbang Oven Minyak Minyak Sisa --------------------------------------g------------------------------------ 7. 0,2320 1,0002 0,2320 17,9709 18,8137 8. 0,2435 1,0003 0,2435 21,3981 22,2518 Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012. Sampel Sebenarnya 7 =(Sampel + Kertas Minyak) – Kertas Minyak Sisa = (1,0002+0,2320) – 0,2320 = 1,0002 Sampel Sebenarnya 8 = (Sampel + Kertas Minyak) – Kertas Minyak Sisa = (1,0003 + 0,2435) – 0,2435 = 1,0003 Perhitungan Kadar Air : Kadar Air = (Berat Sampel+Berat Botol) - Berat Setelah Oven x 100% Sampel Masuk Kadar Air 7 = (1,0002 + 17,9709) – 18,8137 x 100% 1,0002 = 15,73% Kadar Air 8 = (1,0003 + 21,3981) – 22,2518 x 100% 1,0003 = 14,65%
  • 21. 21 Lampiran 1. (lanjutan) Kadar Air rata-rata = Kadar Air 7 + Kadar Air 8 2 = 15,73 + 14,65 2 = 14,65% BK = 100% - % Kadar Air rata-rata BK = 100% - 14,65% = 84,81%
  • 22. 22 Lampiran 2. Perhitungan Kadar Abu Analisis Berat Berat Berat Berat Berat Kadar Abu Kertas Sampel Kertas CP Tanur Minyak Minyak Sisa ------------------------------------------g------------------------------------- 7. 0,2776 1,0001 0,2776 20,3752 20,4660 8. 0,2460 1,0004 0,2460 21,1884 21,2777 Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012. Perhitungan Kadar Abu : Sampel Masuk7 = (Sampel + Kertas Minyak) – Kertas Minyak Sisa = (1,0001 + 0,2776) – 0,2776 = 1,0001 Sampel Masuk 2 = (Sampel + Kertas Minyak) – Kertas Minyak Sisa = (1,0004 + 0,2460) – 0,2460 = 1,0004 Kadar Abu = Berat setelah tanur – Berat CP x 100% Berat sampel Kadar Abu 7 = 20,4660 - 20,3752 x100% 1,0001 = 9,07% Kadar Abu 8 = 21,2777 – 21,1884x100% 1,0004 = 8,92%
  • 23. 23 Lampiran 2. (lanjutan) Kadar Abu rata-rata = Kadar Abu 1 + Kadar Abu 2 2 = 9,07% + 8,92% 2 = 8,99% Konversi dalam 100% BK = 100 x rata-rata kadar Abu Rata-rata kadar air = 100 x 8,99 84,81 = 10,60%
  • 24. 24 Lampiran 3. Perhitungan Kadar Serat Kasar Analisis Berat Berat Kertas Kertas Berat CP Setelah Setelah Kadar SK Kertas Sampel Sisa Saring Oven Tanur ---------------------------------------------g------------------------------------------- 7. 0,2381 1,0006 0,2398 1,0435 19,8858 21,1829 19,8915 8. 0,2495 1,0000 0,2495 1,0473 17,9858 29,2969 17,9947 Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012. Sampel Masuk 7 = (Sampel + Kertas Minyak) – Berat Kertas Minyak Sisa = (1,0006 + 0,2381) – 0,2398 = 0,9989 Sampel Masuk 8 = (Sampel + Kertas Minyak) – Berat Kertas Minyak Sisa = (1,0000 + 0,2495) – 0,2495 = 1,0000 Perhitungan Kadar Serat Kasar: SK =(Berat setelah oven – setelah tanur) – Berat Kertas Saringx 100% Sampel Masuk SK 7 = (21,1829 – 19,8915) – 1,0435 x100% 0,9989 = 24,81% SK8 = (19,2969 – 17,9949) – 1,0473 x 100% 1,0000 = 25,47%
  • 25. 25 Lampiran 3. (lanjutan) SK rata-rata = Kadar SK 7 + Kadar SK 8 2 = 24,81% + 25,47% 2 = 25,14% Konversi dalam 100% BK = 100 x kadar SK BK = 100 x 25,14% 84,81 = 29,64%
  • 26. 26 Lampiran 4. Perhitungan Kadar Lemak Kasar Analisis Berat Kertas Sebelum Sesudah Kadar LK Sampel Saring Ekstraksi Ekstraksi --------------------------------------g----------------------------------- 7. 1,0007 0,9975 1,8642 1,7921 8. 1,0005 1,0042 1,8567 1,7945 Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012. Perhitungan Kadar Lemak Kasar: Kadar LK = Sebelum di ekstrak – Setelah di ekstrak x100% Sampel Sebelum di ekstrak – Kertas Saring Kadar LK7 = 1,8642- 1,7921 x100% 1,8642 – 0,9975 = 8,31% Kadar LK8 = 1,8567 – 1,7945 x100% 1,8567 – 1,0042 = 7,29% LK rata-rata = Kadar LK 7 + Kadar LK 8 2 =8,31% + 7,29% 2 = 7,8%
  • 27. 27 Lampiran 5. Perhitungan Kadar Protein Kasar Analisis Berat Berat Berat Titran Titran Kadar PK Kertas Sampel Kertas Sisa Sampel Blanko --------------------------------------g------------------------------------ 7. 0,2400 1,0007 0,2429 23 0,65 8. 0,2430 1,0006 0,2447 15 0,65 Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2012. Sampel Sebenarnya7 = ( Kertas Minyak + Sampel) – Kertas Minyak Sisa = (0,2400 + 1,0007) – 0,2429 = 0,9978 Sampel Sebenarnya 8 = (Kertas Minyak + Sampel – Kertas Minyak Sisa = (0,2230 + 1,0006) – 0,2447 = 0,9989 Perhitungan Protein Kasar : Kadar PK = (titran sampel – titran blanko) x NHCl x 0,014 x 6,25 x100% Sampel Masuk Kadar PK 7 = ( 23 – 0,65) x 0,125 x 0,014 x 6,25 x100% 0,9978 = 24,49% Kadar PK 8 = (15 – 0,65) x 0,125 x 0,014 x 6,25 x100% 1,9989 = 15,71% PK rata-rata = Kadar PK 1 + Kadar PK 2 2 = 24,49% + 15,71 2 = 20,1%
  • 28. 28 Lampiran 5. (lanjutan) Konversi dalam 100% BK = 100 x kadar PK BK =100 x 20,1 84,81 = 23,70%
  • 29. 29 Lampiran 6. Perhitungan BETN BETN = 100% - (Kadar Abu% +Kadar SK% +Kadar LK% +Kadar PK%) = 100% - (10,60% + 29,.64% + 7,8% + 23,70%) = 100 – 71,74% = 28,26%