1. Cara yang Benar dalam Menganalisis Masalah
Apakah segala sesuatu mengalami perubahan ?
Tanpa ada perkecualian segala sesuatu berubah dan akan terus berubah. Kita tidak dapat berpikir
tentang sesuatu yang telah mutlak selesai dan lengkap dan tidak akan barubah lagi. Apabila
memperhatikan sekeliling kita, alam dan masyarakat manusia, kita dapat menyaksikan segala sesuatu --
bahkan manusia — terus berubah. Kita bisa melihat berbagai macam hal tumbuh berkembang dan
berubah. Perubahan dapat tarjadi secara perlahan-lahan atau tiba-tiba dan mendadak. Segala sesuatu
mempunyai permulaan dan akhir.
Bila segala sesuatu berubah, maka pemahaman manusia mengenai sesuatu hal dan pengetahuannya
berubah dan berkembang pula. Analisa yang akurat terhadap sebab-sebab dan cara-cara bagaimana
sesuatu benda dan peristiwa berubah merupakan lompatan jauh ke depan dan dapat memicu kemajuan
pengetahuan manusia. Dan melalui kemajuan pengetahuan manusia sanggup secara aktif dan efektif
mangubah sesuatu untuk keuntungannya sendiri. Oleh karena kita mengetahui dan menyadari segala
sesuatu terus berubah, maka kita tidak akan mundur atau menyerah pada saat menghadapi setiap
masalah dan situasi sulit. Akan tetapi sabaliknya kita akan secara aktif mencoba mengatasi masalah
untuk memajukan kepentingan demokrasi nasional rakyat .
Apakah sebab-sebab segala sesuatu berubah ?
Sebab-sebab terjadinya perubahan: sabab internal, sebab dari dalam. Fakta utama yang menentukan
tarjadinya perubahan sesuatu hal — benda atau paristiwa– dan gerakannya, adalah kontradiksi di
dalamnya, kontradiksi adalah kasatuan dan perjuangan dari sisi-sisi atau aspek-aspek yang
bertentangan didalam satu hal.
Contoh mengapa masyarakat Indonesia berubah dan berkembang? Apakah disebabkan oleh nasib atau
kah oleh bantuan negara lain? Apa yang menyebabkan masyarakat bergerak adalah kontradiksi di
dalamnya. Kontradiksi di antara kelas-kelas yang ada. Perjuangan dan pertentangan di antara kelas-kelas
masyarakat. Di satu pihak ada-kelas penguasa yang menindas dan menekan perkembangan tanah air
negeri Indonesia. Di pihak lain, ada kelas pekerja yang diperas yang bekerja untuk pembangunan
kebebasan dan demokrasi.
Kondisi eksternal, kondisi diluar dipihak lain mempengaruhi terjadinya perubahan. Tiada sesuatu yang
terpisah dari lingkungannya. Dalam perkembangan dan pergerakannya, sesuatu hal beraksi bergerak
dan menerima reaksi dari segala sesuatu di sekelilingnya. Ini adalah kondisi eksternal yang memparcepat
atau memperlambat sebagai faktor cocok atau tidak-cocok terjadinya perubahan suatu obyek.
Contoh, bahwa faktor yang menentukan perkembangan yang kontinyu dari kawan-kawan dalam
perjuangan adalah gagasan-gagasan yang benar dan salah dalam pikirannya, sokongannya terhadap
kepentingan demokrasi-nasional-rakyat melawan siapa saja dan apa saja yang bertentangan dengan ini.
Sekarang, semuanya tergantung pada kawan tersebut untuk memutuskan apakah ia akan terus berjuang
untuk revolusi atau mundur dan menyerah. Tetapi kemudian faktor-faktor eksternal di sekeliling dia juga
2. memiliki pengaruh penting dalam keputusannya. Misalnya, kolektifnya. kawan-kawan yang menjadi
“political officer” di unitnya, keluarganya, kekasihnya, massa dan orang-orang terdekat lain.
Apakah artinya membagi satu menjadi dua ?
Membagi satu menjadi dua tidak berbeda dari studi kontradiksi. Hal ini akan menjadi inti pembahasan
dari usaha mempelajari ciri-ciri dan perjuangan dari hal-hal yang saling bertentangan.
Analisa membagi satu menjadi dua adalah cara yang benar dalam menganalisa. Melalui cara ini, kita
mengetahui mengapa dan bagaimana perubahan suatu obyek atau peristiwa terjadi. Kita menangkap
esensi suatu obyek dan kita membenturkan pergetahuan kita dengan kondisi obyektif yang melekat
pada suatu obyek.
Ketika kita mengnalisa sesuatu, kita harus selalu memusatkan diri pada mempelajari esensi, mempelajari
aspek-aspek, sisi-sisi, ciri-ciri, dan kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan yang menggerakkan
obyek tersebut. Di dalam diri seorang kawan atau di dalam suatu unit kerja misalnya, kita menganalisa
pertentangan gagagasan-gagasan, ciri-ciri negatif dan positif, benar atau salah, revolusioner atau tidak.
Di dalam desa-desa kita, kita menganalisa kontradiksi antara pihak revolusioner dan kontra-revolusioner
antara kelas penguasa yang pemeras dan penindas di satu pihak, dengan massa yang diperintah ditindas
dan diparas dipihak lain.
Bagaimana kita menggunakan perbandingan dan perbedaan dalam analisa kita ?
Perbandingan dan perbedaan atau kontras adalah dua metode yang kita gunakan dalam menganalisa.
Bila kita menganalisa kontradiksi yang membuat suatu obyek bergerak, maka kita akan dapat
mengetahuinya dengan lebih baik dengan cara membandingkan dan memperbedakan, membuat
kontras dengan kontradisi yang lain. Misalnya, kontradiksi di satu desa kita bandingkan dan kontraska
dengan desa yang lain.
Dengan perbandingan, kita menganalisa ciri-ciri umum yang malekat di dalam kontradiksi yang dipelajari
dan kita menemukan ciri-ciri tersebut pada kontradiksi yang lain. Perbandingan membantu kita dalam
mamusatkan analisa pada esensi obyek dan mambimbing kita dalam mempelajari kontradiksi.
Contoh, bila kita manganalisa masalah seorang kawan, kita mengetahui segera bahwa sebagai seorang
kawan, ia mengangkat kepentingan demokrasi-nasional rakyat –suatu ciri umum semua kawan-kawan.
Ini membimbing kita manganalisa dan mangatasi masalahnya. Contoh lain adalah kita mengetahui
bahwa kontradiksi di desa kita adalah sama dengan kontradiksi yang ada di semua desa-desa di
Indonesia. Itulah sebabnya mengapa revolusi agraria bisa diterapkan dan harus dilaksanakan di desa
kita. Bahkan summing-up terhadap pengalaman-pengalaman protes dan pemberontakan petani baik
yang telah terjadi dalam sejarah maupun selama tiga puluh tahun terakhir di bawah rejim boneka fasis
Soeharto, memberikan ide pada kita mengenai bagaimana perlunya dan cara melaksanakan revolusi
agraria di desa yang kita gerakkan.
Akan tetapi, pasti tidak mungkin satu kontradiksi sama secara komplit dengan kontradiksi lain. Setiap
kontradiksi memiliki ciri-ciri tertentu yang secara khusus melekat pada tiap kontradiksi, suatu ciri
3. inheren dari suatu kontradiksi. Itulah sebabnya, tidak pada tempatnya membandingkan bulat-bulat
sama satu masalah dengan masalah yang lain, dan menjiplak jalan keluarnya.
Bersamaan dengan perbandingan, perlu juga dilakukan pembedaan atau kontras, agar mengetahui ciri-
ciri khusus, partikular, dari kontradiksi yang dipelejari. Dengan membuat kontras, kita merumuskan
pemahaman kita terhadap suatu obyek. Pambedaan perlu untuk merumuskan solusi atau metode
perjuangan yang tepat dan cocok.
Contoh, adalah tidak mungkin menjiplak tiap tahap yang dijalankan oleh satu desa dalam pengurangan
sewa tanah. Sebab, mungkin sekali bentuk korupsi tuan tanah berbeda-beda. Mungkin juga watak dan
kekuasaan tuan tanah, mandornya, tukang-pukulnya, BABINSA dan HANSIP di desa tersebut sedikit
barbeda. Dan mungkin juga kekuatan dan kesiapan massa, organisasi massa patani di desa dan
kepemimpinannya, dan seterusnya, juga berbeda. Jadi, dalam merumuskan sebuah rencana aksi
pengurangan sewa tanah, perlu dipelajari situasi-situasi dan kebutuhan-kabutuhan, khusus dan
istimewa yang khas desa tersebut.
Mengapa perlu mengaitkan analisa umum dan analisa khusus ?
Setiap obyek yang kita analisa merupakan bagian dari obyek yang lebih luas dan besar. Untuk
menghindari analisa sepihak atau mata kuda, kita harus memperhitungkan relasi obyek yang kita analisa
dengan keseluruhan bagiannya. Kita harus mencatat bagaimana relasi tersabut mempengaruhi dan
mencerminkan perkembangan dari hal yang lebih besar terhadap satu obyek. Dengan kata lain, ketika
kita menganalisa suatu obyek, kita mengetahui bahwa obyek tersebut merupakan bagian khusus dari
keseluruhan hal yang umum. Dengan cara seperti itu, kita akan dapat memahami sebab-sebab dan
perkembangan obyek tersebut secara lebih baik lagi.
Contoh, desa yang sedang kita organisir dan kita gerakan, merupakan bagian dari satu kecamatan,
kabupaten dan propinsi. Lingkungan di kota kecamatan dan kabupaten, misalnya tardapat baberapa
kompi tentara, KODIM, KORAMIL, KAPOLRES, BABINSA, HANSIP dan seterusnya, merupakan titik berat
reaksi militer, yang sudah jelas kekuatannya di desa. Musuh bisa malancarkan operasi militer secara
langsung, atau sekadar mangerahkan formasi BABINSA dan HANSIP harus menjadi perhitungan kita.
Dengan manghubungkan analisa di desa dan relasinya dengan lingkungan di kota, kita dapat memahami
bagaimana dan mengapa reaksi militer musuh terjadi. Kita tidak boleh menganggap bahwa hal ini hanya
marupakan reaksi biasa atas satu insiden yang terjadi di desa, misalnya.
Contoh lain, komite desa kita tidak bergerak terpisah dari gerakan. Sebab, rencana-rencana kita
memang tidak mamberikan tugas tersebut pada tingkat seksi dan kabupaten. Di dalam assessment, kita
juga memperhatikan dampak dan pengaruh dan pedoman dari atas dan gerakan secara umum dalam
skope kota atau seksi.
Analisa kita terhadap suatu obyek harus memperhatikan telah bagian-bagian yang membentuk
kebulatan suatu obyek. Dengan cara demikian pemahaman kita mengenai suatu hal akan menjadi lebih
lengkap, penuh dan mendalam. Kita mengulail kesimpulan-kesimpulan akhir dan menolak kesimpulan-
kesimpulan awal.
4. Di dalam assesment kita, misalnya, bukanlah untuk mengatakan bahwa secara umum jalannya
perjuangan adalah baik. akan tetapi kita harus mencatat perjuangan dari berbagai macam kelompok dan
pelaksanaan berbagai macam tugas-tugas, di dalam paindidikan, organizing dan pengerahan massa.
Hanya dengan cara analisa inilah implementasi program dan rancana kita akan menjadi jelas, penuh dan
benar.
Bagaimana suatu obyek berubah ?
Pada awalnya, satu aspek dari kontradiksi lebih kuat dan superior dari aspek lain yang lemah. Aspek
yang dominan menentukan ciri dasar atau esensi suatu obyek. Masyarakat Indonesia, sebagai contoh,
setengah-jajahan dan setengah-feodal karena diperintah dan didominasi oleh imperialisme Amerika,
feodalisme dan kapitalisme birokrat.
Akan tetapi situasi ini tidaklah stagnan, mandeg. Perjuangan dari dua aspek tidaklah berhenti. Bantuk
dan kekuatan dari masing-masing aspek terus barubah. Kita menyebut hal ini sebagai perubahan
kuantitatif. Satu tingkat nampak seakan-akan obyek tidak berubah. Apa yang dapat kita perhatikan bila
terjadi perubahan hanyalah bentuk luar atau penampilan luar obyek.
Di dalam masyarakat Indonesia, pertentangan kelas kelihatan menyolok dalam bermacam-macam
perubahan dalam bentuk seperti: meningkatnya jumlah pengangguran, protes-protes massal petani,
peemberontakan bersenjata petani, perang di pedesaan Aceh dan Timor-timur, buruh-buruh mogok,
dan berbagai macam perjuangan massa, termasuk gerakan mahasiswa yang patriotik dan nasionalis.
Akan tetapi, belum terjadi perubahan terhadap relasi mendasar kelas-kelas di negeri ini. Inilah
sebabnya mengapa esensi setengah-feodal dan setengah-jajahan masyarakat Indoneesia masih tetap di
dalam.
Dengan terus memperkuat aspek fundamental dan memperlemah aspek pokok, maka saatnya akan tiba
ketika aspek fundamental yang menjadi aspek yang memajukan, akan menjadi aspek pokok yang akan
mandominasi kini. Perubahan ini kita sebut perubahan kualitatif. Perubahan posisi dominasi dari aspek-
aspek yang saling berlawanan akan disertai lompatan-jauh ke depan yang akan merubah esensi sebuah
obyek.
Perubahan kualitatif dalam masyarakat Indonesia dewasa ini akan datang pada saat revolusi-demokrasi
nasional berhasil: Kelas penguasa yang semula menindas dan memeras, akan diperintah, dan kelas yang
ditindas dan diperas akan men,jadi kelas yang memerintah. Akan terjadi perubahan esensi masyarakat
Indonesia, perubahan aspek dasar kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan di negeri ini.
Adalah penting untuk membedakan analisa antara perubahan kuantitatif dan kualitatif terhadap suatu
hal. Dengan cara ini, kita tidak bakal diperdayakan oleh perubahan-perubahan atas penampilan dan
esensi. Terdapat perbedaan misalnya, antara reformasi dan revolusi. Tambahan pula, cara ini
memberikan kejernihan pada kita, mengenai apa kebutuhan-kebutuhan dan syarat-syarat supaya
perubahan signifikan atas suatu benda dan peristiwa dapat terjadi.
7. Bagaimana suatu kontradiksi bisa diatasi dan suatu obyek dapat berakhir ?
5. Kontradiksi berakhir pada saat persatuan dan perjuangan dari aspek-aspek yang bertentangan lenyap,
ketika dasar-dasar salah satu aspek yang menentang telah lenyap –aspek yang sudah matang
terkebelakang, runtuh, bobrok dan reaksioner. Maka, persatuan diantara aspek-aspek yang
bertentangan hancur dan kontradiksi diatasi. Dan bila ini terjadi, suatu obyek akan berakhir. Kontradiksi
yang baru akan mulai dalam obyek yang baru.
Contoh, sepanjang hubungan feodal yang mendasar tetap berlangsung di pedesaan, maka dasar-dasar
bagi Imperialisme Amerika dan kapitalisme birokrat untuk menduduki kekuasaan tetap mungkin. Akan
tetapi, di dalam kemenangan revolusi damokrasi nasional rakyat, perubahan posisi dari dua kubu yang
saling bartentangan, dari kelas-kelas yang bertarung di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini akan
terjadi. Dan untuk mengatasi kontradiksi ini dan mengakhiri watak setengah-jajahan dan setengah-
feodal masyarakat Indonesia, maka perlu dimplementasikan revolusi agraria dan secara sistematis
menghancurkan sisa-sisa aturan politik reaksioner di seluruh Pojok negeri. Hanya dengan cara
demikianlah foodalisme dan kapitalisme birokrat akan lenyap. Dominasi ampuh imperialisme Amerika
akan diganyang habis, dan dari puing-paing masyarakat kuno itu, kebebasan sejati demokrasi dan
Indonsia yang maju akan didirikan.
Dengan mengetahui bagaimana kontradiksi diatasi dan bagaimana sebuah obyek barakhir, kini menjadi
jelas dalam analisa kita tanggungjawab-tanggungjawab apa yang diperlukan dan dalam situasi apa kita
dapat menyingkirkan dasar-dasar dari hal-hal yang saling berlawanan. Jelas bagi kita untuk
menyempurnakan solusi masalah-masalah yang kita hadapi dan dan hal-hal lain yang perlu kita penuhi
untuk mencapai solusi akhir.
Adalah tanggung-jawab analisa kita untuk mengetahui tidak hanya bagaimana mangatasi kontradiksi,
tetapi juga bagaimana mamenamgkan perjuangan demi kepentingan rakyat. Ada dua jenis pertarungan;
pertarungan yang antagonistik, yang ditandai dangan kekerasan, dan pertarungan yang non-antagonistik
atau moderat. Pertarungan antara kelas penguasa dan kelas yang dihisap dan ditindas marupakan
partarungan yang antaganistik karena kontradiksi yang terjadi tidak akan dapat diatasi tanpa metode
kekerasan seperti revolusi. Sedangkan pertarungan ide-ide yang benar dan salah di dalam tubuh gerakan
merupakan perjuangan yang non-antagonistik. Hal ini dapat diatasi melalui cara-cara moderat seperti
diskusi dan kritik yang demokratis, dan tidak dengan sikap kekerasan.
Dengan menganalisa jenis-jenis pertarungan dari sebuah kontradiksi akan memperjelas kita mengenai
metode yang perlu dalam manangani pertentangan. Penanganan dengan kekerasan terhadap
kontradiksi yang non-antagonistik akan menghancurkan tujuan dan kepentingan rakyat. Akan tetapi
sebaliknya, jika kita menganggap bahwa pertarungan antara kelas penindas dan penghisap dan kelas
yang dihisap dan ditindas, maka kita melorot pada reformisme, yang akan menghalangi dan merugikan
gerakan kita, dan hanya menguntungkan musuh.
Saya, Abied, dari sebuah tempat paling indah di dunia.
Salam …
Regards,