SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 24
TUGAS PERORANGAN 
MAKALAH 
“Perlindungan Hukum terhadap Anak pada 
Tahap Pemasyarakatan” 
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah 
Perlindungan dan Pemberdayaan Hak Anak 
Oleh : 
IMAS MASITOH 
145090212 
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 
JURUSAN KONSENTRASI PAUD 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SABILI 
B A N D U N G 
2 0 1 4 
1
DAFTAR ISI 
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i 
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii 
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv 
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 
A. Latar Belakang ................................................................................ 1 
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2 
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2 
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3 
A. Pengertian Anak .............................................................................. 3 
B. Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum ........................ 7 
C. Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan.. 9 
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 16 
A. Kesimpulan ..................................................................................... 16 
B. Saran ................................................................................................ 19 
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21 
1
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. Latar Belakang 
Dalam rangka mewujudkan SDM yang berkualitas, anak sebagai generasi 
penerus harus dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana yang menyediakan 
sarana dan prasarana yang dapat menopang kelangsungan hidup. Sehingga 
kelangsungan hidup, perkembangan fisik dan mental, serta perlindungan dari 
berbagai gangguan atau marabahaya yang dapat mengancam masa depan dapat 
tersedia sebagaimana mestinya.Lembaga Pemasyarakatan Anak. 
Di Indonesia sedang berlangsung perubahan tata nilai sosiokultural 
masyarakat. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap pola perilaku masyarakat dan 
juga pada proses perkembangan anak. Diperlukan sebuah kecermatan dan perhatian 
yang ekstra terhadap posisi dan eksistensi anak agar perkembangan anak tetap dalam 
koridor yang diharapkan dan dapat dihindarkan dari pengaruh negatif pertumbuhan, 
perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini. Fenomena yang terjadi 
memperlihatkan bahwa perilaku anak menjurus kepada tindak pidana kejahatan, 
seperti pemerkosaan, pencabulan, pencurian, perkelahian antar pelajar dan lain-lain 
sudah mulai menjamur. Hal ini dapat menyebabkan anak tersebut diharuskan 
berhadapan dengan proses hukum yang disamakan dengan orang dewasa. 
Bagi Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran mengenai fungsi 
pemidanaan bukan hanya pemenjaraan tetapi juga suatu usaha rehabilitasi dan
reintegrasi sosial bagi warga binaan pemasyarakatan. Usaha ini dilaksanakan secara 
terpadu antara pembina, yang dibina, dan juga masyarakat agar dapat meningkatkan 
kualitas warga binaan pemasyarakatan. Tujuan akhir dari usaha ini adalah agar warga 
binaan menyadari kesalahan, dapat memperbaiki diri, dan juga tidak mengulangi 
melakukan tindakan-tindakan pidana di masa yang akan datang. 
2 
B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, masalah-masalah yang dapat 
dirumuskan adalah sebagai berikut : 
1. Apa pengertian anak ? 
2. Apa pengertian anak yang bermasalah dengan hukum ? 
3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak pada tahap pemasyarakatan ? 
C. Tujuan Penulisan 
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan untuk : 
1. Mengetahui pengertian anak. 
2. Mengetahui pengertian anak yang bermasalah dengan hukum. 
3. Mengetahui perlindungan hukum terhadap anak pada tahap pemasyarakatan.
BAB II 
PEMBAHASAN 
3 
A. Pengertian Anak 
Apabila ditinjau dari aspek yuridis, maka pengertian “anak” dimata hukum 
positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjaring 
atau person under age), orang yang di bawah umur atau keadaan di bawah umur 
(minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga disebut sebagai anak yang di 
bawah pengawasan wali (minderjarige onvervoodij). 
Pada tingkat Internasional rupanya tidak terdapat keseragaman dalam 
perumusan batasan tentang anak, tingkatan umur seseorang dikategorikan sebagai 
anak antara satu negara dengan negara lain cukup beraneka ragam yaitu : 
Dua puluh tujuh negara bagian di Amerika Serikat menentukan batasan umur antara 
8-17 tahun, ada pula negara bagian lain yang menentukan batas umur antara 8-16. Di 
Inggris ditentukan batas umur antara 12-16 tahun. Australia, dikebanyakan negara 
bagian menentukan batas umur antara 8-16 tahun. Negeri Belanda menentukan batas 
umur antara 12-18 tahun. Negara Asia antara lain : Srilanka menentukan batas umur 
antara 8-16 tahun, Iran 6-18 tahun, Jepang dan Korea menentukan batas umur antara 
14-18 tahun, Kamboja menentukan antara 15-18 tahun sedangkan Negara Asean 
antara lain Filipina menentukan batasan umur antara 7-16 tahun. 
Maka bertitik tolak dari aspek tersebut ternyata hukum positif Indonesia (ius 
constitutum) tidak mengatur adanya unifikasi hukum yang baku dan berlaku
universal untuk menentukan kriteria batasan umur bagi seorang anak, hal tersebut 
dapat dilihat dalam berbagai peraturan ataupun hukum yang berlaku, yaitu : 
1. Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana 
4 
Anak. 
Pada Pasal 1 (3) merumuskan, bahwa anak adalah anak yang telah berumur 12 
(dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga 
melakukan tindak pidana. Jadi anak dibatasi syarat dengan umur antara 12 tahun 
sampai 18 tahun. 
2. Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak (Undang-undang No.23 Tahun 
2002 tentang Perlindungan Anak). 
Pada Pasal 1 (1) merumuskan bahwa anak adalah seseorang belum berusia 18 
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 
3. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan. 
Pada Pasal 1 angka (2) merumuskan Anak adalah seseorang yang belum mencapai 
umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Batasan umur ini juga digunakan Kitab 
Undang-undang Hukum Pidana serta Perdata, tetapi dalam Kitab Undang-undang 
Hukum Pidana tidak mengenal istilah anak, yang digunakan istilah dewasa yaitu 
telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun akan tetapi sudah atau 
pernah kawin, sedangkan belum dewasa adalah seseorang yang umurnya belum 
mencapai 21 tahun dan tidak atau belum pernah kawin.
5 
4. Dalam Hukum Perburuhan. 
Pada Pasal 1 (1) Undang-undang Pokok Perburuhan (Undang-undang No.12 
Tahun 1948) memberikan pengertian anak adalah orang laki-laki atau perempuan 
berumur 14 tahun kebawah. 
5. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). 
Pasal 45 KUHP, memberikan definisi anak yang belum dewasa apabila belum 
berumur 16 (enam belas) tahun. Oleh karena itu, apabila ia tersangkut dalam 
perkara pidana maka hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah tersebut 
dikembalikan kepada orang tuanya; walinya ataupun pemeliharanya dengan tidak 
dikenakan hukuman atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada 
pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman. Ketentuan Pasal 45, 46, dan 
47 KUHP ini sudah dihapus dengan lahirnya Undang-undang No.3 Tahun 1997. 
6. Anak menurut Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No.1 Tahun 1974). 
Pada Pasal 47 ayat (1) dan pasal 50 ayat (1) undang-undang Pokok Perkawinan 
memberikan batasan-batasan untuk disebut anak adalah belum mencapai umur 18 
tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan. 
7. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). 
Pada Pasal 330 KUH Perdata memeberikan penjelasan bahwa orang belum 
dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu) 
tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin.
6 
8. Menurut Hukum Adat Indonesia. 
Dalam hukum adat Indonesia maka batasan untuk disebut anak bersifat pluralistik. 
Dalam artian kriteria untuk menyebut seseorang tidak lagi disebut anak dan telah 
dewasa beraneka ragam istilahnya. Misalnya : telah “kuat gawe“, “akil baliq”, 
“menek bajang”, dan lain sebagainya. 
9. Menurut Pasal 1 Konvensi Anak merumuskan pengertian anak sebagai “setiap 
manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang 
berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal”. 
Berbagai kriteria untuk batasan usia anak pada dasarnya adalah 
pengelompokan usia maksimum sebagai perwujudan kemampuan seorang anak 
dalam status hukum sehingga anak tersebut akan beralih status menjadi usia dewasa 
atau menjadiseorang subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri 
terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindaka hukum yang dilakukan oleh anak 
itu. 
Beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa indikator untuk mengatakan 
bahwa seseorang telah dikatakan telah dewasa adalah bahwa ia dapat melakukan 
perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang lain baik orang tua maupun 
wali. Berdasarkan penjelasan-penjelasan beberapa peraturan perundang-undangan 
diatas, maka dapat dilihat bahwa pengertian anak adalah bervariatif dimana hal 
tersebut dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak 
apakah anak tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat 
dari pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah 
seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut 
memerlukan bimbingan untuk kedepannya. 
B. Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum 
Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem 
Peradilan Pidana Anak, anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah 
mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas) 
tahun yang diduga melakukan tindak pidana, yaitu : 
1) Yang diduga, disangka, didakwa, atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak 
7 
pidana; 
2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat dan/atau mendengar sendiri 
terjadinya suatu tindak pidana. 
Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak 
yang terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena : 
1) Disangka, didakwa, atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum; atau 
2) Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan 
orang/kelompok orang/lembaga/negara terhadapnya; atau 
3) Telah melihat, mendengar, merasakan, atau mengetahui suatu peristiwa 
pelanggaran hukum. 
Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat 
dibagi menjadi :
8 
1) Pelaku atau tersangka tindak pidana; 
2) Korban tindak pidana; 
3) Saksi suatu tindak pidana. 
Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency. Juvenile atau 
yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak; anak muda, 
sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian 
diperluas menjadi jahat, kriminal, pelanggar peraturan dan lain-lain. Kamus Besar 
Bahasa Indonesia, delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara 
ringan norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat. 
Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut 
bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu 
perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif. 
Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai 
berikut : Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan 
anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan 
remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu 
mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang. 
Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan 
atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang 
merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat 
membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan.
Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile 
9 
Delinquency, sebagai : 
1. Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan, bagi 
anak-anak merupakan delinquency. Jadi semua tindakan yang dilarang oleh 
hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya, membunuh dan lain sebagainya; 
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang 
menimbulkan keonaran dalam masyarakat; 
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial 
termasuk gelandangan, pengemis dan lain-lain. 
Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan 
yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya. Suatu perbuatan 
tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana, kesusilaan dan ketertiban umum 
bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan 
(crime), namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang 
berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency). 
C. Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan 
1. Lembaga Pemasyarakatan Anak 
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang “Pemasyarakatan” 
merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak 
pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi, berupa pidana penjara,
terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan 
ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak). 
Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak 
dilakukan dalam sistem pemasyarakatan. Menurut ketentuan Pasal 60 Undang- 
Undang No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, bahwa Anak didik 
pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa. Anak yang 
ditempatkan di Lapas Anak, berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal 
maupun informal sesuai bakat dan kemampuan, serta memperoleh hak lain. 
Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut 
dilakukan oleh suatu lembaga, yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk 
melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3 
Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan). Mengacu ketentuan 
dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI 
dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60, menentukan: 
a. Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang 
10 
dewasa. 
b. Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak 
memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta 
hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 
Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas 
Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang 
Pemasyarakatan, bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas
Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur, jenis kelamin, lamanya pidana 
yang dijatuhkan, jenis kejahatan, dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau 
11 
perkembangan pembinaan. 
Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan 
sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah 
mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda 
dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki 
kematangan jiwa, sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode 
pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak 
tersebut. 
2. Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya 
Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang 
Pemasyarakatan, terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan, 
yaitu : 
a. Anak Pidana. 
Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana 
di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun; 
b. Anak Negara. 
Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada 
negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur 
18 (delapan belas) tahun;
12 
c. Anak Sipil. 
Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh 
penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur 
18 (delapan belas) tahun. 
Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut, berdasarkan Pasal 22 
ayat (1), Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 
1995 tentang Pemasyarakatan, masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan 
memiliki hak yang hampir sama, yaitu : 
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; 
b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; 
c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran; 
d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; 
e. Menyampaikan keluhan; 
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak 
dilarang; 
g. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum atau orang tertentu lainnya; 
h. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga; 
i. Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 
Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik 
Pemasyarakatan itu, adalah : 
a. Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan :
13 
1) Pembebasan bersyarat; 
2) Cuti menjelang bebas. 
b. Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan : 
1) Pembebasan bersyarat; 
2) Cuti menjelang bebas; 
3) Pengurangan masa pidana (remisi). 
Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur 
mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas, meliputi hak untuk memperoleh 
pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya, serta hak lain 
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan tersebut 
kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana, Anak 
Negara, serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang 
Pemasyarakatan. 
3. Pembinaan Narapidana Anak 
Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak, sebagai berikut : 
a. Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara 
pembinaan dengan yang dibina. 
b. Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya 
melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga 
menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji. Dengan menempatkan anak didik
pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan 
hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain. 
c. Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis. 
d. Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan 
14 
dengan keadaan yang dihadapi. 
e. Pendekatan individual dan kelompok. 
f. Untuk menambah kesungguhan, keikhlasan, dan tanggung jawab melaksanakan 
tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap 
negara, hukum, dan masyarakat. Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki 
kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk “Etos Kerja”, yang berisi petugas 
Pemasyarakatan adalah abdi hukum, pembina narapidana atau anak didik dan 
pengayom pelaksanaan tugas, bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan 
tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila. 
Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan 
pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan 
kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan, serta memperhatikan hak 
terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi 
anak, serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan 
kepentingan anak, namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif 
bagi anak, terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak, 
semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum
remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada 
15 
yang dipandang tepat. 
Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu 
sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan 
bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, 
memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan 
perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang. 
Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung 
keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang 
baik. Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana 
yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik. 
Dalam pembinaan itu, yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan 
membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk 
menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat 
sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi 
baik dan bermoral tinggi.
BAB III 
PENUTUP 
16 
A. Kesimpulan 
Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik 
kesimpulan sebagai berikut: 
 Pengertian anak adalah bervariatif, dimana hal tersebut dilihat dari 
pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak 
tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari 
pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di 
Indonesia. Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur 
adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak 
tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya. 
 Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem 
Peradilan Pidana Anak, anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak 
yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 
18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana, yaitu : 
a. Yang diduga, disangka, didakwa, atau dijatuhi pidana karena melakukan 
tindak pidana; 
b. Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat dan/atau 
mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana.
 Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan. 
1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut 
dilakukan oleh suatu lembaga, yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk 
melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 
1 angka 3 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan). 
Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang 
Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan 
17 
Anak Pasal 60, menentukan: 
a. Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus 
terpisah dari orang dewasa. 
b. Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam 
ayat (1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan 
bakat dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan 
perundang-undangan yang berlaku. 
2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang 
Pemasyarakatan, terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik 
Pemasyarakatan, yaitu : 
a. Anak Pidana. 
b. Anak Negara. 
c. Anak Sipil. 
Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut, berdasarkan Pasal 
22 ayat (1), Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, masing-masing jenis 
Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama, yaitu : 
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; 
b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; 
c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran; 
d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; 
18 
e. Menyampaikan keluhan; 
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya 
yang tidak dilarang; 
g. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum atau orang tertentu 
lainnya; 
h. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi 
keluarga; 
i. Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang 
berlaku. 
3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak, sebagai berikut : 
a. Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan 
antara pembinaan dengan yang dibina. 
b. Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah 
lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama 
mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji. 
Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia
yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban 
yang sama dengan manusia lain. 
c. Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis. 
d. Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang 
disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi. 
e. Pendekatan individual dan kelompok. 
f. Untuk menambah kesungguhan, keikhlasan, dan tanggung jawab 
melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan 
dalam pengabdian terhadap negara, hukum, dan masyarakat. Petugas 
pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan 
dalam bentuk “Etos Kerja”. 
19 
B. Saran 
Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran, 
yakni : 
1. Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa, baik jasmani, rohani maupun 
sosial. Misalnya, belum memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri, akal yang 
belum sempurna, belum dapat membedakan yang benar dan salah, baik dan 
buruk, serta belum matang dan stabil. Oleh karena itu apabila seseorang anak 
melakukan tindak pidana maka tidak hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang 
ditimbulkan oleh tindak pidana yang dilakukan, tetapi diperhatikan juga kondisi 
dan latar belakang melakukan tindak pidana tersebut.
2. Apapun dan bagaimanapun kondisi anak, tetap membutuhkan perlindungan dan 
perhatian guna meningkatkan, mengembangkan dirinya sebagai generasi penerus 
dan menjadi manusia yang berkualitas. Walaupun anak telah melakukan tindak 
pidana maka perlindungan dan perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan 
(pola pembinaan) harus menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan 
tidak hanya seolah-olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja. Oleh karena 
itu, sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna 
meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola pembinaan 
20 
secara terpadu. 
3. Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai dengan 
yang diharapkan, maka petugas diberi kesempatan untuk menambah ilmunya 
melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh kementerinan hukum dan 
HAM. Mengangkat petugas petugas seperti : dokter, psikiater, sosiolog, 
krimonolog, dan ilmu- ilmu lainnya yang dibutuhkan dalam pembinaan.
21
DAFTAR PUSTAKA 
 http://imadiklus.googlecode.com/files/11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak 
22 
sebagai Salah Satu Upaya.pdf 
 http://repository.unand.ac.id/17030/1/RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAK 
BERKAITAN_DENGAN_EFEKTIVITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDA 
NA.pdf 
 http://www.kumham-jogja.karya-ilmiah-lainnya.perlindungan-hak-hak-anak-pelaku- 
kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana 
 http://aminhamid09.wordpress.com/2012/11/15/perlindungan-hukum-terhadap-anak- 
pada-tahap-penyidikan/

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
ECPAT Indonesia
 
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
ECPAT Indonesia
 
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
ECPAT Indonesia
 
4.ham dian 127855 copy
4.ham dian 127855   copy4.ham dian 127855   copy
4.ham dian 127855 copy
Dian Indriani
 

Mais procurados (20)

Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
 
Hak Anak di Indonesia
Hak Anak di IndonesiaHak Anak di Indonesia
Hak Anak di Indonesia
 
Modul 3 - Aturan Hukum Ekspoitasi Seksual Anak
Modul 3 - Aturan Hukum Ekspoitasi Seksual AnakModul 3 - Aturan Hukum Ekspoitasi Seksual Anak
Modul 3 - Aturan Hukum Ekspoitasi Seksual Anak
 
Materi perlindungan anak
Materi perlindungan anakMateri perlindungan anak
Materi perlindungan anak
 
Konvensi hak anak edit
Konvensi hak anak editKonvensi hak anak edit
Konvensi hak anak edit
 
Uu perlindungan-anak
Uu perlindungan-anakUu perlindungan-anak
Uu perlindungan-anak
 
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
 
Analisis uu
Analisis uu Analisis uu
Analisis uu
 
Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2
 
Konvensi Hak Anak & KLA
Konvensi Hak Anak & KLAKonvensi Hak Anak & KLA
Konvensi Hak Anak & KLA
 
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
 
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan AnakPusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
 
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
 
Hak Anak
Hak AnakHak Anak
Hak Anak
 
Akte kelahiran 28 nov
Akte kelahiran 28 novAkte kelahiran 28 nov
Akte kelahiran 28 nov
 
Modul 3 - Pelayanan Hukum
Modul 3 -  Pelayanan HukumModul 3 -  Pelayanan Hukum
Modul 3 - Pelayanan Hukum
 
Perlindungan hak asasi manusia
Perlindungan hak asasi manusiaPerlindungan hak asasi manusia
Perlindungan hak asasi manusia
 
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anakPerlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
 
4.ham dian 127855 copy
4.ham dian 127855   copy4.ham dian 127855   copy
4.ham dian 127855 copy
 
Panduan Partisipasi Anak dan Orang Muda
Panduan Partisipasi Anak dan Orang MudaPanduan Partisipasi Anak dan Orang Muda
Panduan Partisipasi Anak dan Orang Muda
 

Destaque

Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
24hourparenting
 
Brandguide
BrandguideBrandguide
Brandguide
avablu
 
EPS Basic Corporate Brief - Dec2014PDF
EPS  Basic Corporate Brief - Dec2014PDFEPS  Basic Corporate Brief - Dec2014PDF
EPS Basic Corporate Brief - Dec2014PDF
Kathleen Agresto
 

Destaque (14)

KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptKEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
 
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif 2
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif  2Kekerasan pada anak dan aspek kuratif  2
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif 2
 
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
 
Kekerasan anak
Kekerasan anakKekerasan anak
Kekerasan anak
 
Brandguide
BrandguideBrandguide
Brandguide
 
Blogi firmowe made in Poland - O idei konkursu
Blogi firmowe made in Poland - O idei konkursuBlogi firmowe made in Poland - O idei konkursu
Blogi firmowe made in Poland - O idei konkursu
 
Czytelnik czyli kto? O content marketingu.
Czytelnik czyli kto? O content marketingu. Czytelnik czyli kto? O content marketingu.
Czytelnik czyli kto? O content marketingu.
 
10 Issac
10 Issac10 Issac
10 Issac
 
EPS Basic Corporate Brief - Dec2014PDF
EPS  Basic Corporate Brief - Dec2014PDFEPS  Basic Corporate Brief - Dec2014PDF
EPS Basic Corporate Brief - Dec2014PDF
 
Blog ślubny - Perfect Wedding
Blog ślubny - Perfect Wedding Blog ślubny - Perfect Wedding
Blog ślubny - Perfect Wedding
 
Resume_Dubai
Resume_DubaiResume_Dubai
Resume_Dubai
 
Blog Play - dlaczego blog?
Blog Play - dlaczego blog?Blog Play - dlaczego blog?
Blog Play - dlaczego blog?
 
2 Two trees
2 Two trees2 Two trees
2 Two trees
 
Dlaczego mBlog robi karierę w mBanku?
Dlaczego mBlog robi karierę w mBanku?Dlaczego mBlog robi karierę w mBanku?
Dlaczego mBlog robi karierę w mBanku?
 

Semelhante a Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak

PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...
PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...
PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...
Law Firm "Fidel Angwarmasse & Partners"
 
sistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptx
sistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptxsistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptx
sistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptx
ajengrisnaa2
 
Pendewasaan (handlichting)
Pendewasaan (handlichting)Pendewasaan (handlichting)
Pendewasaan (handlichting)
Zainal Abidin
 
Tanggung jawab sebagai wsarga negara indonesia
Tanggung jawab sebagai wsarga negara indonesiaTanggung jawab sebagai wsarga negara indonesia
Tanggung jawab sebagai wsarga negara indonesia
Operator Warnet Vast Raha
 

Semelhante a Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak (20)

Hukum_Perlindungan_Anak.pdf
Hukum_Perlindungan_Anak.pdfHukum_Perlindungan_Anak.pdf
Hukum_Perlindungan_Anak.pdf
 
konsep anak.pdf
konsep anak.pdfkonsep anak.pdf
konsep anak.pdf
 
Sistem perilndungana anak
Sistem perilndungana anakSistem perilndungana anak
Sistem perilndungana anak
 
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptxPerlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
 
PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...
PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...
PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...
 
RESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docxRESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docx
 
Makalah hak dan_kewajiban_warga_negara
Makalah hak dan_kewajiban_warga_negaraMakalah hak dan_kewajiban_warga_negara
Makalah hak dan_kewajiban_warga_negara
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARAHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
 
Makalah mata kuliah_pendidikan_kewarganean
Makalah mata kuliah_pendidikan_kewarganeanMakalah mata kuliah_pendidikan_kewarganean
Makalah mata kuliah_pendidikan_kewarganean
 
Makalah mata kuliah_pendidikan_kewarganean
Makalah mata kuliah_pendidikan_kewarganeanMakalah mata kuliah_pendidikan_kewarganean
Makalah mata kuliah_pendidikan_kewarganean
 
Makalah mata kuliah_pendidikan_kewarganean
Makalah mata kuliah_pendidikan_kewarganeanMakalah mata kuliah_pendidikan_kewarganean
Makalah mata kuliah_pendidikan_kewarganean
 
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...
Hukum perdata internasional - Memahami status anak dari hasil perkawinan camp...
 
Makalah adopsi (pegangkatan anak)
Makalah adopsi (pegangkatan anak)Makalah adopsi (pegangkatan anak)
Makalah adopsi (pegangkatan anak)
 
sistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptx
sistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptxsistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptx
sistem peradilan pidana anak (SPPA) ppt.pptx
 
Pendewasaan (handlichting)
Pendewasaan (handlichting)Pendewasaan (handlichting)
Pendewasaan (handlichting)
 
Policy brief abh
Policy brief abhPolicy brief abh
Policy brief abh
 
Proposal Skripsi
Proposal Skripsi Proposal Skripsi
Proposal Skripsi
 
Tanggung jawab sebagai wsarga negara indonesia
Tanggung jawab sebagai wsarga negara indonesiaTanggung jawab sebagai wsarga negara indonesia
Tanggung jawab sebagai wsarga negara indonesia
 
14. PPT-HAK-ANAK (1).pptx
14. PPT-HAK-ANAK (1).pptx14. PPT-HAK-ANAK (1).pptx
14. PPT-HAK-ANAK (1).pptx
 
PPT-HAK-ANAK pramuka.pptx
PPT-HAK-ANAK pramuka.pptxPPT-HAK-ANAK pramuka.pptx
PPT-HAK-ANAK pramuka.pptx
 

Último

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Último (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 

Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak

  • 1. TUGAS PERORANGAN MAKALAH “Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan” Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perlindungan dan Pemberdayaan Hak Anak Oleh : IMAS MASITOH 145090212 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN KONSENTRASI PAUD SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SABILI B A N D U N G 2 0 1 4 1
  • 2. DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2 C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3 A. Pengertian Anak .............................................................................. 3 B. Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum ........................ 7 C. Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan.. 9 BAB III PENUTUP .......................................................................................... 16 A. Kesimpulan ..................................................................................... 16 B. Saran ................................................................................................ 19 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21 1
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan SDM yang berkualitas, anak sebagai generasi penerus harus dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana yang menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menopang kelangsungan hidup. Sehingga kelangsungan hidup, perkembangan fisik dan mental, serta perlindungan dari berbagai gangguan atau marabahaya yang dapat mengancam masa depan dapat tersedia sebagaimana mestinya.Lembaga Pemasyarakatan Anak. Di Indonesia sedang berlangsung perubahan tata nilai sosiokultural masyarakat. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap pola perilaku masyarakat dan juga pada proses perkembangan anak. Diperlukan sebuah kecermatan dan perhatian yang ekstra terhadap posisi dan eksistensi anak agar perkembangan anak tetap dalam koridor yang diharapkan dan dapat dihindarkan dari pengaruh negatif pertumbuhan, perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini. Fenomena yang terjadi memperlihatkan bahwa perilaku anak menjurus kepada tindak pidana kejahatan, seperti pemerkosaan, pencabulan, pencurian, perkelahian antar pelajar dan lain-lain sudah mulai menjamur. Hal ini dapat menyebabkan anak tersebut diharuskan berhadapan dengan proses hukum yang disamakan dengan orang dewasa. Bagi Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran mengenai fungsi pemidanaan bukan hanya pemenjaraan tetapi juga suatu usaha rehabilitasi dan
  • 4. reintegrasi sosial bagi warga binaan pemasyarakatan. Usaha ini dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan juga masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan. Tujuan akhir dari usaha ini adalah agar warga binaan menyadari kesalahan, dapat memperbaiki diri, dan juga tidak mengulangi melakukan tindakan-tindakan pidana di masa yang akan datang. 2 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, masalah-masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian anak ? 2. Apa pengertian anak yang bermasalah dengan hukum ? 3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak pada tahap pemasyarakatan ? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengertian anak. 2. Mengetahui pengertian anak yang bermasalah dengan hukum. 3. Mengetahui perlindungan hukum terhadap anak pada tahap pemasyarakatan.
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 3 A. Pengertian Anak Apabila ditinjau dari aspek yuridis, maka pengertian “anak” dimata hukum positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjaring atau person under age), orang yang di bawah umur atau keadaan di bawah umur (minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga disebut sebagai anak yang di bawah pengawasan wali (minderjarige onvervoodij). Pada tingkat Internasional rupanya tidak terdapat keseragaman dalam perumusan batasan tentang anak, tingkatan umur seseorang dikategorikan sebagai anak antara satu negara dengan negara lain cukup beraneka ragam yaitu : Dua puluh tujuh negara bagian di Amerika Serikat menentukan batasan umur antara 8-17 tahun, ada pula negara bagian lain yang menentukan batas umur antara 8-16. Di Inggris ditentukan batas umur antara 12-16 tahun. Australia, dikebanyakan negara bagian menentukan batas umur antara 8-16 tahun. Negeri Belanda menentukan batas umur antara 12-18 tahun. Negara Asia antara lain : Srilanka menentukan batas umur antara 8-16 tahun, Iran 6-18 tahun, Jepang dan Korea menentukan batas umur antara 14-18 tahun, Kamboja menentukan antara 15-18 tahun sedangkan Negara Asean antara lain Filipina menentukan batasan umur antara 7-16 tahun. Maka bertitik tolak dari aspek tersebut ternyata hukum positif Indonesia (ius constitutum) tidak mengatur adanya unifikasi hukum yang baku dan berlaku
  • 6. universal untuk menentukan kriteria batasan umur bagi seorang anak, hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai peraturan ataupun hukum yang berlaku, yaitu : 1. Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana 4 Anak. Pada Pasal 1 (3) merumuskan, bahwa anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Jadi anak dibatasi syarat dengan umur antara 12 tahun sampai 18 tahun. 2. Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak (Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak). Pada Pasal 1 (1) merumuskan bahwa anak adalah seseorang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 3. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan. Pada Pasal 1 angka (2) merumuskan Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Batasan umur ini juga digunakan Kitab Undang-undang Hukum Pidana serta Perdata, tetapi dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana tidak mengenal istilah anak, yang digunakan istilah dewasa yaitu telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun akan tetapi sudah atau pernah kawin, sedangkan belum dewasa adalah seseorang yang umurnya belum mencapai 21 tahun dan tidak atau belum pernah kawin.
  • 7. 5 4. Dalam Hukum Perburuhan. Pada Pasal 1 (1) Undang-undang Pokok Perburuhan (Undang-undang No.12 Tahun 1948) memberikan pengertian anak adalah orang laki-laki atau perempuan berumur 14 tahun kebawah. 5. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal 45 KUHP, memberikan definisi anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16 (enam belas) tahun. Oleh karena itu, apabila ia tersangkut dalam perkara pidana maka hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah tersebut dikembalikan kepada orang tuanya; walinya ataupun pemeliharanya dengan tidak dikenakan hukuman atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman. Ketentuan Pasal 45, 46, dan 47 KUHP ini sudah dihapus dengan lahirnya Undang-undang No.3 Tahun 1997. 6. Anak menurut Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No.1 Tahun 1974). Pada Pasal 47 ayat (1) dan pasal 50 ayat (1) undang-undang Pokok Perkawinan memberikan batasan-batasan untuk disebut anak adalah belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan. 7. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Pada Pasal 330 KUH Perdata memeberikan penjelasan bahwa orang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu) tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin.
  • 8. 6 8. Menurut Hukum Adat Indonesia. Dalam hukum adat Indonesia maka batasan untuk disebut anak bersifat pluralistik. Dalam artian kriteria untuk menyebut seseorang tidak lagi disebut anak dan telah dewasa beraneka ragam istilahnya. Misalnya : telah “kuat gawe“, “akil baliq”, “menek bajang”, dan lain sebagainya. 9. Menurut Pasal 1 Konvensi Anak merumuskan pengertian anak sebagai “setiap manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal”. Berbagai kriteria untuk batasan usia anak pada dasarnya adalah pengelompokan usia maksimum sebagai perwujudan kemampuan seorang anak dalam status hukum sehingga anak tersebut akan beralih status menjadi usia dewasa atau menjadiseorang subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindaka hukum yang dilakukan oleh anak itu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa indikator untuk mengatakan bahwa seseorang telah dikatakan telah dewasa adalah bahwa ia dapat melakukan perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang lain baik orang tua maupun wali. Berdasarkan penjelasan-penjelasan beberapa peraturan perundang-undangan diatas, maka dapat dilihat bahwa pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di
  • 9. Indonesia. Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya. B. Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana, yaitu : 1) Yang diduga, disangka, didakwa, atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak 7 pidana; 2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat dan/atau mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana. Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak yang terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena : 1) Disangka, didakwa, atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum; atau 2) Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan orang/kelompok orang/lembaga/negara terhadapnya; atau 3) Telah melihat, mendengar, merasakan, atau mengetahui suatu peristiwa pelanggaran hukum. Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat dibagi menjadi :
  • 10. 8 1) Pelaku atau tersangka tindak pidana; 2) Korban tindak pidana; 3) Saksi suatu tindak pidana. Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency. Juvenile atau yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak; anak muda, sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian diperluas menjadi jahat, kriminal, pelanggar peraturan dan lain-lain. Kamus Besar Bahasa Indonesia, delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif. Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai berikut : Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang. Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan.
  • 11. Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile 9 Delinquency, sebagai : 1. Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan, bagi anak-anak merupakan delinquency. Jadi semua tindakan yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya, membunuh dan lain sebagainya; 2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang menimbulkan keonaran dalam masyarakat; 3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial termasuk gelandangan, pengemis dan lain-lain. Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya. Suatu perbuatan tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana, kesusilaan dan ketertiban umum bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan (crime), namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency). C. Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan 1. Lembaga Pemasyarakatan Anak Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang “Pemasyarakatan” merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi, berupa pidana penjara,
  • 12. terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak). Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak dilakukan dalam sistem pemasyarakatan. Menurut ketentuan Pasal 60 Undang- Undang No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, bahwa Anak didik pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa. Anak yang ditempatkan di Lapas Anak, berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal maupun informal sesuai bakat dan kemampuan, serta memperoleh hak lain. Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut dilakukan oleh suatu lembaga, yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan). Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60, menentukan: a. Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang 10 dewasa. b. Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas
  • 13. Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur, jenis kelamin, lamanya pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan, dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau 11 perkembangan pembinaan. Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki kematangan jiwa, sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak tersebut. 2. Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan, yaitu : a. Anak Pidana. Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun; b. Anak Negara. Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun;
  • 14. 12 c. Anak Sipil. Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun. Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut, berdasarkan Pasal 22 ayat (1), Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama, yaitu : a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran; d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; e. Menyampaikan keluhan; f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang; g. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum atau orang tertentu lainnya; h. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga; i. Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan itu, adalah : a. Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan :
  • 15. 13 1) Pembebasan bersyarat; 2) Cuti menjelang bebas. b. Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan : 1) Pembebasan bersyarat; 2) Cuti menjelang bebas; 3) Pengurangan masa pidana (remisi). Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas, meliputi hak untuk memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya, serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan tersebut kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana, Anak Negara, serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 3. Pembinaan Narapidana Anak Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak, sebagai berikut : a. Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara pembinaan dengan yang dibina. b. Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji. Dengan menempatkan anak didik
  • 16. pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain. c. Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis. d. Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan 14 dengan keadaan yang dihadapi. e. Pendekatan individual dan kelompok. f. Untuk menambah kesungguhan, keikhlasan, dan tanggung jawab melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap negara, hukum, dan masyarakat. Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk “Etos Kerja”, yang berisi petugas Pemasyarakatan adalah abdi hukum, pembina narapidana atau anak didik dan pengayom pelaksanaan tugas, bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila. Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan, serta memperhatikan hak terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi anak, serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan kepentingan anak, namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif bagi anak, terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak, semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum
  • 17. remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada 15 yang dipandang tepat. Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang. Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang baik. Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik. Dalam pembinaan itu, yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi baik dan bermoral tinggi.
  • 18. BAB III PENUTUP 16 A. Kesimpulan Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:  Pengertian anak adalah bervariatif, dimana hal tersebut dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya.  Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana, yaitu : a. Yang diduga, disangka, didakwa, atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana; b. Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat dan/atau mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana.
  • 19.  Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan. 1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut dilakukan oleh suatu lembaga, yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan). Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan 17 Anak Pasal 60, menentukan: a. Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang dewasa. b. Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan, yaitu : a. Anak Pidana. b. Anak Negara. c. Anak Sipil. Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut, berdasarkan Pasal 22 ayat (1), Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang
  • 20. Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama, yaitu : a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran; d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; 18 e. Menyampaikan keluhan; f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang; g. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum atau orang tertentu lainnya; h. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga; i. Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak, sebagai berikut : a. Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara pembinaan dengan yang dibina. b. Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji. Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia
  • 21. yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain. c. Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis. d. Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi. e. Pendekatan individual dan kelompok. f. Untuk menambah kesungguhan, keikhlasan, dan tanggung jawab melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap negara, hukum, dan masyarakat. Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk “Etos Kerja”. 19 B. Saran Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran, yakni : 1. Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa, baik jasmani, rohani maupun sosial. Misalnya, belum memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri, akal yang belum sempurna, belum dapat membedakan yang benar dan salah, baik dan buruk, serta belum matang dan stabil. Oleh karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang dilakukan, tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang melakukan tindak pidana tersebut.
  • 22. 2. Apapun dan bagaimanapun kondisi anak, tetap membutuhkan perlindungan dan perhatian guna meningkatkan, mengembangkan dirinya sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas. Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja. Oleh karena itu, sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola pembinaan 20 secara terpadu. 3. Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka petugas diberi kesempatan untuk menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh kementerinan hukum dan HAM. Mengangkat petugas petugas seperti : dokter, psikiater, sosiolog, krimonolog, dan ilmu- ilmu lainnya yang dibutuhkan dalam pembinaan.
  • 23. 21
  • 24. DAFTAR PUSTAKA  http://imadiklus.googlecode.com/files/11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak 22 sebagai Salah Satu Upaya.pdf  http://repository.unand.ac.id/17030/1/RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAK BERKAITAN_DENGAN_EFEKTIVITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDA NA.pdf  http://www.kumham-jogja.karya-ilmiah-lainnya.perlindungan-hak-hak-anak-pelaku- kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana  http://aminhamid09.wordpress.com/2012/11/15/perlindungan-hukum-terhadap-anak- pada-tahap-penyidikan/