1. LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH
TANAH VERTISOL
Di susun oleh :
1. 1. Arif Nor Fauzi
:
11011004
2. 2. Esti Sulandari
:
11011014
3. 3. Fadlulloh
:
11011031
4. 4. Gilang Ramadani
:
11011015
5. 5. Restu Apriyanty
:
11011012
6. 6. Muhamad Yunus
:
11011024
7.
LABORATORIUM DASAR ILMU TANAH
PROGARAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2012
1
2. LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telah di terima sebagai salah satu persyaratan yang diperlukan
untuk mengikuti ujian mata kuliah DASAR ILMU TANAH Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta,Tahun akademik 2012/2013
Mengetahui
Yogyakarta, 24 Juli 2012
Asisten Pembimbing
Penyusun
2
3. KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan Taufiq-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
praktikum dan pembuatan laporan ini sebagai syarat mengikuti kuliah Dasar Ilmu
Tanah.
Laporan ini kami susun sebagai hasil analisis yang kami lakukan di
Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana
Yogyakarta. Hasil analisis ini kami susun dalam bentuk laporan tertulis.
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Warmanti Mildaryani, m.p, selaku Dosen Dasar Ilmu Tanah
2. Semua asisten, selaku asisten praktikum yang telah banyak membantu kelancaran
jalannya praktikum.
3. Staf Laboratorium Dasar Ilmu tanah Fakultas Agroindustri Universitas Mercu
Buana Yogyakarta.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya bertambah sempurna dalam
penyusunan laporan yang akan datang.
Yogyakarta , 24 Juli 2012
Penyusun
3
4. DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………………
Halaman Pengesahan……………………………………………………………….
Kata Pengantar ...........................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................
BAB I. Pendahuluan…………………………………………………………..…01
A. Latar belakang……………………………………………………………01
B. Tujuan…………………………………………………………………….0
9
BAB II.Dasar Teori………………………………………………………………11
A. Pengambilan Contoh Tanah……………………………………………...11
B. Profil tanah……………………………………………………………….12
C. Kadar lengas tanah……………………………………………………….19
D. Bahan organik tanah……………………………………………………...21
E. Kadar kapur ekuivalen…………………………………………………...21
F. Tekstur tanah……………………………………………………………..22
G. Struktur tanah………………………………………………………….....26
H. PH Tanah…………………………………………………………………32
BAB III. Pelaksanaan Praktikum………………………………………………...35
3.1. Profil tanah dan pengambilan contoh tanah…………………………35
3.1.1. Bahan dan alat……………………………………………..35
3.1.2.Cara Kerja………………………………………………….36
3.2. Penetapan Kadar lengas……………………………………………..38
3.2.1. Bahan dan alat…………………………………………….39
3.2.2. Cara Kerja…………………………………………………39
3.3. Penetapan Kadar Bahan Organik (BO)……………………………..40
3.3.1. Bahan dan alat…………………………………………….40
3.3.2. Cara Kerja…………………………………………………41
4
5. 3.4. Penetapan Tekstur …………………………………………………..45
3.4.1. Bahan dan alat……………………………………………..45
3.4.2. Cara Kerja…………………………………………………46
3.5. Penetapan struktur…………………………………………………..51
3.5.1. Bahan dan alat…………………………………………….51
3.5.2. Cara Kerja…………………………………………………52
3.6. Penetapan pH Tanah………………………………………………...55
3.6.1. Bahan dan alat…………………………………………….56
3.6.2. Cara Kerja…………………………………………………56
BAB IV. Hasil dan Pembahasan…………………………………………………57
BAB V. KESIMPULAN…………………………………………………………87
BAB VI. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………92
Lampiran. ……………………………………………………………..93
5
6. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia yang hidup di permukaan bumi ini sangat bergantung pada tanah.
Tanah besar sekali manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan serta
kehidupan di dunia, termasuk kehidupan manusia dan berbagai kehidupan yang
menunjang kehidupan manusia. Namun, kerap kali manusia melupakan akan arti
pentingnya tanah bagi kelangsungan hidup manusia. Kurangnya perhatian
manusia pada tanah ini, mungkin disebabkan karena pengertian dan pandangan
manusia yang berlainan tentang hasil utama alam ini. Maka agar kita lebih dapat
mempelajari tanah, kita harus mempunyai perngertian yang sama tentang tanah.
Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media
tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur
dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup
di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara atau
air.
Dalam definisi ilmiahnya tanah adalah kumpulan dari benda alam di
permukaan bumi yang tersusun dari horizon-horizon terdiri dari campuran bahan
mineral, bahan organik, air dan udara yang merupakan media untuk tumbuhnya
tanaman.
Ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
proses
pembentukan
tanah. Tetapi hanya lima faktor yang dianggap paling penting yaitu iklim,
organisme, bahan induk, topografi, dan waktu.
Guna mengetahui beberapa sifat tanah, maka dilakukannya praktikum
Dasar-dasar ilmu tanah yang mencakup acara Pemgambilan contoh tanah,Profil
tanah,kadar lenggas tanah,bahan organik organik,kadar kapur ekuivalen atau
setara,tekstur ,struktur, dan penetapan pH tanah.
6
7. 1.Profil Tanah Dan Contoh Pengambilan Tanah
Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi ruang yaitu
panjang, lebar, dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas (sets
of characteristic) yang merupakan hasil kerja faktor-faktor pembentuk tanah.
Akibat bekerjanya faktor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan
menampakkan profil yang berbeda. Ciri-ciri morfologi suatu tanah sangat berguna
untuk mengetahui jenis-jenis tanah dan tingkat kesuburan tanahnya. Tindakan
budidaya tanaman akan lebih tepat, bila didasarkan pada sifat morfologi tersebut.
Pengamatan profil meliputi (1) pengamatan dalam profil itu sendiri dan
(2) pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.
Termasuk faktor sekeliling antara lain : vegetasi, kedalaman air tanah, topografi,
usaha tani, ada tidaknya faktor penghambat seperti bahaya banjir, erosi, salinitas
keadaan berbatu dan sebagainya.
Untuk mengenal sustu jenis tanah, dilakukan praktikum pengenalan profil
di lapang. Profil tanah yang akan diamati ciri-cirinya harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut : (1) masih alami, (2) vertikal dan (3) bidang pengamatan profil
tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.
Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperlihatkan
berbagai lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari
sifat-sifat tanah secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis
dan klasifikasi tanah. Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga
biasanya dilakukan dengan bersamaan dan merupakan bagian pengamatan profil
tanah. Evaluasi terhadap sifat-sifat tanah ini kemudian dilanjutkan secara lebih
rinci di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah.
Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan dan
cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk
mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut “contoh
tanah satelit”. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung
untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut “contoh tanah komposit”.
Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis bila
dibandingkan dengan pengambilan secara individu ( Peterson dan calvin, 1986 ).
7
8. Adalagi contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (care) dan
disebut dengan contoh tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan
sifat tanah disebut contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di
lapangan sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah
rusak disebut contoh tanah terganggu.
2. Kadar Lengas
Tanah merupakan tubuh alam yang tersusun atas mineral, bahan
organik,air, dan gas yang dicirikan dengan adanya horizon atau lapisan-lapisan
yang dapat d i b e d a k a n
penambahan,
dari
material
awal
p e n g h i l a n g a n , pemindahan,
sebagai
dan
hasil
transformasi
e n e r gi d a n m a t e r i a l a t a u k e m a m p u a n u n t u k mendukung perakaran
tanaman di lingkungan yang alami.T a n a m a n m e m e r l u k a n m e d i a u n t u k
t u m b u h , t a n a h m e r u p a k a n m e d i a utama tempat tumbuh tanaman. Untuk
dapat tumbuh dengan baik, kebutuhan air dan mineral yang tersedia pada
tanah harus sesuai dengan kebutuhan tanaman t e r s e b u t . K e b u t u h a n a i r
p a d a t a n a m a n , d a l a m t a n a h t e r s i m p a n d a l a m b e n t u k lengas.
Berdasarkan hal ini , perlu dilakukan perhitungan kadar lengas
dalam tanah pada berbagai macan jenis tanah agar dapat diketahui
macam tanah yang baik untuk digunakan sebagai lahan pertanian.
3. Kadar Bahan Organik
Kita membutuhkan tanah sebagai sumber kehidupan dan sebagai media
tumbuhnya tanaman. Sebagai media tumbuhnya media tanaman tanah harus dapat
menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Salah satu
faktor yang harus ada adalah bahan organik tanah.
Bahan organik tanah merupakan timbunan binatang dan jasad renik yang
sebagian telah mengalami perombakan. Bahan organik ini biasanya berwarna
cokelat dan bersifat koloid yang dikenal dengan humus. Humus terdiri dari bahan
organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawasenyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalaui suatu
8
9. kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan senyawa yang
resisten berwarna hitam / cokelat dan mempunyai daya menahan air dan unsur
hara yang tinggi.
Tanah yang mengandung banyak humus atau mengandung banyak bahan
organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau tanah-tanah top soil. Bahan organik
tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yang
berfungsi memperbaiki struktur tanah, penyediaan unsur hara dan sebagainya.
Yang mana nantinya akan mempengaruhi seberapa jauh tanaman memberikan
hasil produktifitas yang tinggi.
Berdasarkan hal inilah, maka dipandang penting untuk melaksanakan
praktikum bahan organik tanah.
4.Kadar Kapur Ekuivalen
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan
magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering
ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah
dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah.
Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan
kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur
yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang
tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap
unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhannya.
Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini
berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan
tipe vegetasi. Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah.
Pada umumnya batuan kapur/ kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah.
Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam
pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut
(seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak
9
10. mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan
bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan
besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas
tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang
ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini
menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.
Berdasarkan uraian diatas maka praktikum kadar kapur ekuivalen/setara
pada tanah untuk mengetahui seberapa besar kandungan kadar kapur dalam tanah.
5.Tekstur Tanah
Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan
sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk
menjadi lebih keras dan menyangga kapasitas drainase, menyimpan air,
plastisitas, mudah untuk ditembus akar, aerase dan kemampuan untuk menahan
retensi unsur-unsur hara tanaman. Semuanya erat hubungannya dengan kondisi
fisik tanah. Salah satu sifat fisik tanah yang terpenting adalah tekstur tanah. .
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi
tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05
mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm
(penggolongan berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh
terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas
tanah, porositas dan lain-lain (Anonim I, 2009).
Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt),
pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur
tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir
seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir
tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut
memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan
10
11. sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah
jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung
tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir
yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan
demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami
kekeringan dan kekurangan hara.
Dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya
tanah ditunjukkan dalam sebaran besar butir (particle size distribution) yang
merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula
fraksi tanah yang lebih besar / kasar dari pasar.
Berdasarkan uraian diatas maka praktikum penetapan tekstur tanah perlu
diadakan untuk mengetahui jenis tekstur tanah pada lapisan I, II, dan III pada
tanah Vertisol.
6.Struktur Tanah
Tanah memiliki beberapa sifat-sifat fisik. Salah satunya adalah struktur
tanah. Struktur tanah merupakan salah satu sifat morfologi tanah yang dapat
diamati secara langsung. Morfologi tanah adalah deskripsi tubuh tanah yang
menunjukkan kenampakan-kenampakan, ciri-ciri dan sifat-sifat umum dalam
suatu profil tanah.
Ciri-ciri morfologi tanah merupakan petunjuk dari proses-proses yang
pernah dialami sesuatu jenis tanah selama pelapukan, pembentukan dan
perkembangannya. Perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah, akan meninggalkan
ciri dan sifat tanah yang berbeda pula pada suatu profil tanah.
Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer tanah dan agregat-agregat
primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidangbidang yang disebut agregat. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang
menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu
dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur
tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif
disusun satu sama lain.
11
12. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah praktikum struktur tanah
yang akan menganalisis bentuk, ukuran, perkembangan struktur tanah dan juga
kemantapan tanah.
8.Konsistensi Dengan Angka Atterberg
Ringan beratnya suatu tanah bukan saja berhuungan dengan mudah
tidahnya tanah diolah, namun juga berhubungan dengan gaya menahan air tanah,
infiltrasi, dan perkolasi.
Untuk menghindari faktor subyektif dalam mengklasifikasikan tanah berat
atau ringan, dipakai standar angka.
Atterberg menggunakan angka-angka konsistensi anah. Angka-angka ini
penting dalam menentukan tindakan pengolaha tanah., karena pengolahan tanah
akan sulit dilakukan kalau tanah terlalu kering ataupun terlalu basah.
Batas-batas konsistensinya antara lain :
1.
Batas cair (liquid limit)
Batas cair adalah kadar air tanah, dimana diatas itu tanah akan mulai
melumpur apabila diaduk. Batas plastis adalah kadar air, dimana tanah akan
mulai menimbulkan tanda tanda remah dengan pembuatan pengeeilintiran dengan
diameter 3 mm.
Kandungan air diantara plastis dan batas cair disebut indeks plastisitas,
yang penting dalam pengolahan tanah. Apabila pengolahan tanah dilakukan pada
kandungan air dibawah batas plastis maka tanah akan bergumpal dan pecah.
Sebaliknya bila diolah diatas batas cair maka tanah akan bersifat seperti benda
cair.
2.
Batas plastis (plastic limit)
Batas plastis adalah besar kadar air dimana tanah apabila digulung sampai
diameter 3.2 mm tanah akan retak-reatak.
3.
Batas susut (shrinkage limit)
Batas susut adalah kadar air dimana tanah akan mengalir akibat berat sendiri.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendah dan tingginya indeks
plastisitas (Angka Atterberg) antara lain :
12
13. 1. Komposisi butiran dari tanah.
Karena partikel liat dikelilingi oleh lapisan rangkap, yang terutama terdiri
dari air, maka dengan mudah saling bergerak. Hal ini berlawanan dengan partikel
pasir, tidak berkaitan satu dengan lainnya.
2. Pada kenyataan tipe mineral tanah juga penting.
Tanah Kaolinit akan menjadi plastis pada kair yang rendah disbanding
dengan montmorilonit.
3. Bentuk partikel.
Oleh karena liat terdiri dari lempeng-lempeng (laminer) yang dapat
berdekatan satu sama lain pada pengeringan, maka liat dapat berpengaruh
terhadap tenaga adhesi yang tinggi.berbeda dengan butiran pasir dengan bentuk
bentuk bundar dan tajam, tidak perperan yang penting.
4. Dengan adanya bahan organic, maka kadar air baik pada batas cair maupun
batas plastis terendah menjadi meningkat. Pada pengujian di laboratorium,
menggunakan batas-batas untuk mencirikan berat ringannya tanah yaitu Batas
Cair (Batas Mengalir = Liquid limit = BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG)
dan Batas Berubah Warna (BBW).
9.Penetapan pH Tanah
Penetapan reaksi tanah (pH) tertentu yang terukur pada tanah ditentukan
oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan pH tanah
adalah salah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk
mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah
menggambarkan status kimia tanah yang menunjukkan konsentrasi ion H + dalam
larutan. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila
konsentrasi ion H+ berkurang daan ion OH- bertambah, pH akan naik, status kimia
tanah mempengaruhi proses biologi seperti pertumbuhan tanaman.
Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinits tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H) dalam tanah. Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh sifat
13
14. dan ciri tanah yang komplit sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa,
sifat isel dan macam kation yang diserap.
Reaksi tanah yang dapat dikategorikan menjadi tiga belas yaitu: masam,
netral, dan basa. Tanah pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari
pada tanah yang memiliki sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat
pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induk
yang masam pada tanah podsolik yang banyak terdapat di Indonesia,
mempunyai aspek kesuburan keracunan ion-ion terutama keracunan H +.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk mengetahui gambaran
mengenai tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, maka diperlukan
adanya pengetahuan tentang pH suatu tanah.
B. Tujuan Praktikum
Dari berbagai analisis dan pengamatan yang dilakukan di laboratorium
dasar ilmu tanah, mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Pengambilan contoh tanah, betujuan untuk mengetahui bagaimana cara
pengambilan contoh tanah dan untuk mengetahui perbedaan pengambilan
contoh tanah yang disesuaikan dengan sifat-sifat tanah yang akan disidik.
2. Tujuan praktikum morfologi tanah adalah:Mengenal dan mengamati
bentuk profil tanah dan Menggambar suatu profil tanah.
3. Kadar lengas tanah, bertujuan untuk menetapkan kadar lengas contoh
tanah.
4. Kadar bahan Organik, bertujuan untuk menetapkan kadar bahan organik
tanah dan karbon.
5. Kadar kapur setara tanah, mempunyai tujuan untuk menetapkan kadar
CaCo3 secara tepat.
6. Tekstur tanah, bertujuan untuk menetapkan agihan zarah tanah [lembung,
debu, dan pasir] dan kelas tekstur tanah dengan segi tika tekstur USDA,
dan juga untuk menetapkan agihan [lempung dan debu] secara aktual.
7. Struktur tanah, bertujuan untuk menetapkan butir [BD] tanah, menetapkan
kerapatan massa [BV] tanah, menghitung porositas total [n] tanah, dan
menghitung nilai perbandingan dipersi [NPD] tanah.
14
15. 8. Konsistensi tanah, bertujuan untuk menetapkan batas Cair [BC] tanah,
menetapkan Batas lekat [BL] tanah, menetapkan batas gulung [BG] tanah,
menetapkan batas berubah warna [BBW] tanah, menghitung jangka Olah
[JO] tanah, menghitung Indeks plastisitas [IP] tanah, dan menghitung
persediaan air maksimum [PAM] dalam t
9. Penetapan pH tanah ini ,bertujuan : menentukan pH tanah pada sampel
tanah yang digunakan praktikum sebelumnya dengan perbandingan
tertentu
15
16. BAB II
DASAR TEORI
PENGAMBILAN CONTOH TANAH
Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanah (horizon/ lapisan/ solum) dengan cara-cara tertentu
disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Sifat-sifat fisika tanah, dapat kita
analisis melalui dua aspek, yaitu dispersi dan fraksinasi.
( Agus, Cahyono. 1998 ).
Contoh tanah adalah suatu volum massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan
dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium (Agus
et.al,2008).
Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu
pengambilan contoh tanah secara utuh/tak terusik dan pengambilan contoh tanah
tak utuh atau terusik (Agus et.al,2008).
Fraksinasi adalah penganalisisan sifat-sifat fisika tanah dengan cara
memisahkan butir-butir primer tanah tersebut. Untuk mencari dan atau
mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan pengambilan contoh tanah
dengan
tiga
cara,
yaitu
:
tidak
terusik,terusik,agregat
tidak
terusik(Soegiman,1982)
Untuk mencari dan atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat
menggunakan
pengambilan
contoh
tanah
dengan
tiga
cara,
yaitu
:
- Contoh tanah tidak terusik, yang diperlukan untuk analisis penetapan berat isi
atau
berat
volume,
agihan
ukuran
pori,
dan
untuk
permeabilitas
- Contoh tanah terusik, yang diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur,
tetapan atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, indeks
patahan, konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan, erodibilitas tanah
menggunakan hujan tiruan.
16
17. - Contoh tanah dalam keadaan agregat tidak terusik, yang diperlukan untuk
penetapan
agihan
ukuran
agregrat
dan
derajad
kemantapan
agregrat.
Contoh tanah tak terusik diperlukan untuk analisis penetapan berat jenis atau berat
volum,agihan ukuran pori dan permeabilitas (Agus et.al,2008).
Contoh tanah terusik diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur,
tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, indeks
patahan, konduktifitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan, erodibilitas tanah
menggunakan hujan tiruan (Agus et.al,2008).
MORFOLOGI TANAH
1.Profil Tanah
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan
muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak
demikian karena ada rongga-rongga udara (Pasaribu, 2007).
Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada
lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas
(humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan
regolith bedrock) (Anonim1, 2011).Horizon dan lapisan terbagi sesuai dengan
(Anonim2, 2011):
1. Horizon organik : horizon organik dari tanah mineral
a. Terbentuk pada bagian atas tanah mineral
b. Terdiri atas oleh bahan-bahan
30%
jika berfrasi lempung.organik
segar/terurai sebagian 50%.
c. Berkadar BO 20% jika berfraksi bukan lempung
·
O1 : horizon organik yang sebagian besar bagian-bagiannya masih jelas
menampakkan bentukasli.
·
O2 : horizon organik yang sudah tidak tersidik bentuk asli asalnya.
17
18. 2. Horizon mineral yang terdiri atas:
a. Horizon pengumpulan b.o yang terbentuk dekat permukaan
b. Lap yang telah kehilangan lempung, besi atau aluminium yang mengakibatkan
pengumpulan kwarsa atau mineral
c.
Horizon yang dirajai (a) atau (b) tapi memperlihatkan sifat ke horison B
atau C dibawahnya.
A1 : terbentuk/sedang terbentuk pada/dekat muka tanah dengan penimbunan b.o.
Terhumofikasi yang berhubungan dengan fraksi mineralnya.
A2 : berciri pokok hilangnya lempung, besi atau aluminium sehingga terjadi
pemekatan residuil kwarsa.
A3 : horizon peralihan antara A dan B dan dirajai oleh sifat-sifat khas A1dan A2
yang menumpanginya, tapi mempunyai beberapa sifat tambahan dari horizon B di
bawahnya. AB : peralihan antara A dan B, yang bagian atas berciri utama sifatsifat A, dan bagian bawah seperti horizon B. Biasanya karena terlalu tipis, bila
tebal harus dipisahkan.
Keduanya tidak bisa dipisahkan menjadi A3 dan B1
* Ciri-ciri Utamanya
a.
Pemekatan illuvial lempung silikat, besi, Al/humus baik sendiri-sendiri
maupun kombinasi.
b.
Pemekatan
residuil
seskudesido
atau
lempung
silikat
dengan
pelarutan/penghilangan karbonat-karbonat/garam-garam mudah larut.
c.
Terjadi pelarutan seskuidesida sehingga berwarna lebih tua, cemerlang atau
lebih merah tapi tak ada iluviasi besi.
d.
Perobahan bahan dari keadaan aslinya yang mengaburkan struktur batuan
asli, yang membentuk lempung-lempung silikat, membebaskan desida-desida
atau keduanya dan membentuk struktur granuler, gumpal atau prismatik.
Menurut
Hanafiah
(2007),
berdasarkan
pembentukannya,
bebatuan
ini
dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu:
1.
Batuan beku (igneous rock) yang merupakan bebatuan yang terbentuk dari
proses solidifikasi (pembekuan) magma cair. Apabila proses pembentukannya
18
19. terjadi jauh dibawah tanah, maka bebatuan yang terbentuk disebut plutonik
(batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang) jika pembekuannya terjadi didalam
liang-liang menuju permukaan tanah, dan disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau
lelehan) jika pembekuannya terjadi dipermukaan tanah.
2. Batuan sedimen (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk dari
proses konsolidassi (pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh
angina atau air dibawah permukaan bumi.
3. Batuan peralihan (metamorf) yang merupakan batuan beku atau batuan
sedimen yang telah mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya
pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau gas aktif.
Horizon O adalah lapisan teratas yang hampir seluruhnya mengandung bahan
organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horizon ini. Juga
humus. Humus dari horizon O bercampur dengan mineral lapuk untuk
membentuk horizon A, soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organik dan
aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan. Dua horizon teratas ini sering
disebut topsoil.
Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada
topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona pencucian, dan membantu
melarutkan mineral seperti besi dan kalsium. Pergerakan air ke bawah pada
horizon E membawa serta mineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus,
ke lapisan di bawahnya. Pencucian (atau eluviasi) mineral lempung dan terlarut
ini dapat membuat horizon ini berwarna pucat seperti pasir (Hakim, 2007).
Material yang tercuci ke bawah ini berkumpul pada horizon B, atau zona
akumulasi. Lapisan ini kadang agak melempung dan berwarna merah/coklat karat
akibat kandungan hematit dan limonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon
B. Horizon ini sering disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih
keras (hardpan), dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basah di mana mineral
lepung, silika dan oksida besi terakumulasi akibat pencucian dari horizon E.
Lapisan hardpan ini sangat sulit untuk digali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh
secara lateral di atasnya dan bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon
berakar dangkal ini biasanya terlepas dari akarnya oleh angin (Pairunan, 1985).
19
20. Horizon C ialah material batuan asal yang belum seluruhnya lapuk yang berada di
bawah horizon B. Material batuan asal ini menjadi subjek pelapukan mekanis
maupun kimiawi dari frost action, akar tumbuhan, asam organik, dan agen
lainnya. Horizon C merupakan transisi dari batuan asal (sedimen) di bawahnya
dan soil yang berkembang di atasnya (Buckman, 1992).
Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian
tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan
sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan
contoh tanah dapat dilakukan dengan teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah
secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh (Anonim1, 2011).
Menurut Anonim2 (2011), untuk penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam
pengambilan contoh tanah yaitu:
· Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk
analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), tagihan ukuran pori
(pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh).
·Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate)
yang diperlukan untuk penetapan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat
(aggregate stability).
·Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan
kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar
lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik
tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian) tanah
menggunakan hujan tiruan.
Secara umum, analisis contoh tanah menurut (Anonim2, 2011) bertujuan
untuk:
a. Menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara tanah).
b. Mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun tanah.
20
21. Tanah Vertisol
Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang
tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH
antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang
tinggi (Munir, 1996).
Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan
mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan
kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan
iklim tropis dan subtropis (Munir, 1996).
Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya
tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini
mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya
dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk
pertanian hendaknya diketahui bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi
berbeda disbanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat
digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan
kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai
implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas
antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar
5 dalam air (Lopulisa, 2004).
Proses pembentukan tanah ini telah menghasilkan suatu bentuk
mikrotopografi yang khusus yang terdiri dari cekungan dan gundukan kecil yang
biasa disebut topografi gilgai. Kadang-kadang disebut juga topografi polygonal
(Hardjowigeno, 1993).
Koloid tanah yang memiliki muatan negetif besar akan dapat menjerap
sejumlah besar kation. Jumlah kation yang dapat dijerap koloid dalam bentuk
dapat tukar pH tertentu disebut kapasitas tukar kation. KTK merupakn jumlah
muatan negatif persatuan berat koloid yang dinetralisasi oleh kation yang muda
diganti (Pairunan,dkk,1997).
21
22. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat
tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga
menentuka besarnya KTK tanah (Hakim,dkk,1986).
Pada umumnya Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsure P merupakan
pembatas hara terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P
kurang dari 5 ppm. Ini berpengaruh pada pemupukan P yang cukup kecil jika
produksi tanaman pada musim berikutnya rendah. P menjadi nyata jika tanaman
yang tumbuh pada kondisi irigasi yang baik, jika produksinya tinggi maka
dianjurkan untuk mencoba menambah pemakaian pupuk N (Munir, 1996).
Kadar fosfor Vertisol ditentukn oleh banyak atau sedikitnya cadangan
mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor
ini meliputi beberapa hal yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk
fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor (Pairunan, dkk, 1997).
Pada tanah Vertisol P tersedia adalah sangat tinggi pada Vertisol yang
berkembang dari batuan basik tetapi rendah pada tanah yang berkembang dari
bahan vulkanis. Pada segi lain vertisol yang berkembang dari bahan induk marl
atau napal, kandungan P total tersedia adalah rendah (Soepardi, 1979).
Vertisol adalah tanah yang memiliki KTK dan kejenuhan hara yang tinggi.
Rekasi tanah bervariasi dengan asam lemah hingga alkaline lemah, nilai pH antara
6,0 sampai 8,0, pH tinggi (8,0 – 9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi
dan Vertisol masam (pH 5,0 – 6,2) (Munir, 1996).
KTK tanah-tanah Vertisol umumnya sangat tinggi disbanding dengan
tanah-tanah mineral lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan liat
yang terbungkus mineral Montmorillonit dengan muatan tetap yang tinggi.
Kandungan bahan organik sungguhpun tidak selalu harus tinggi mempunyai KTK
yang sangat tinggi. Katio-kation dapat tukar yang dominant adalah
Ca dan
Mg sdan pengaruhnya satu sama lain sangat berkaitan dengan asal tanah
(Lopulisa, 2004).
22
23. Kejenuhan basa ynag tinggi, KTK yang tinggi, tekstur yang relative halus,
permeabilitas yang rendah dan pH yang relative tinggi dan status hara yang tidak
seimbang merupaka karakteristik Vertisol (Hardjowigeno, 1985).
Faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan soil
1. Kemiringan
Daerah dengan kemiringan terjal akan mengandung sedikit soil atau tidak
sama sekali, Hal ini disebabkan oleh gravitasi yang membuat air dan partikel soil
bergerak ke bawah. Vegetasi akan jarang sehingga akan sedikit akar tanaman
yang menyentuh batuan lapuk dan akan sangat jarang bahan organik yang
menyediakan nutrien. Kontras dengan yang tadi, daerah bottomland akan sangat
tebal, namun drainasenya kurang baik dan soil akan jenuh air.
2. Material Asal
Material asal adalah sumber dari mineral lapuk yang membentuk hampir
seluruh soil. Soil yang berasal dari granit lapuk akan menjadi pasiran karena
partikel kuarsa dan feldspar yang terlepas dari granit. Setelah butiran feldspar
lapuk, mineral lempung berukuran halus akan terbentuk. Soil yang terbentuk akan
memiliki variasi ukuran butir yang sangat baik untuk drainase dan kemampuan
menahan air.
Pembentukan soil dari basalt tidak akan menjadi pasiran, bahkan saat tahap awal
pembentukannya. Jika pelapukan kimiawi lebih prevalent dari pada mekanis,
butiran feldspar yang lapuk akan langsung menjadi mineral lempung halus.
Karena batuan asal tidak mengandung butiran kasardan kuarsa, soil yang
terbentuk akan kekurangan pasir. Soil seperti ini tidak akan terdrainase dengan
baik, walau bisa saja tetap subur.
3. Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik
bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air.
Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan
pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa
partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral.
23
24. Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan
pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti
bakteri, jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik
menjadi humus.
4. Waktu
Karakter soil berubah seiring berjalannya waktu. Soil yang masih muda
masih mencerminkan struktur material asalnya. Soil yang sudah dewasa akan
lebih tebal. Pada daerah volkanik aktif, rentang waktu antarerupsi dapat
ditentukan dengan meneliti ketebalan soil yang terbentuk pada masing-masing
aliran ekstrusif. Soil yang telah terkubur dalam-dalam oleh aliran lava, debu
vulkanik, endapan glasial, atau sedimen lainnya disebut paleosol. Soil seperti ini
dapat dilacak secara regional dan dapat mengandung fosil. Maka dari itu, soil ini
sangat berguna untuk dating batuan dan sedimen, serta untuk menginterpretasi
iklim dan topografi lampau.
5.
Iklim
Iklim barangkali merupakan faktor terpenting yang menentukan ketebalan dan
karakter soil. Material asal pada topografi yang sama dapat terbentuki menjadi
soil yang berbeda jika iklimnya berbeda. Temperatur dan curah hujan menentukan
pelapukan kimiawi atau mekaniskah yang paling dominan, dan akan berpengaruh
kepada laju dan kedalaman pelapukan. Iklim juga menentukan jenis organisme
yang dapat hidup di soil tersebut.
2. Kadar Lengas Tanah
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh
berbagai kakas (matrik,osmosis, dan kapiler). Kakas ini meningkat sejalan dengan
peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektrostatik zarah
tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan beberapa banyak air yang dapat
diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap
dinamakan air ketersediaan (Notohadiprabowo,2006).
24
25. Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang
berhubungan dengan tekanan air. Status energi bebas (tekanan) lengas tanah
dipengaruhi oleh perilaku dan keberadaannya oleh tanaman. Lengas tanah
dipengaruhi oleh keberadaan gravitasi dan tekanan osmosis apabila tanah
dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi (Bridges, 1979).
Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika
tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan
ini jumlah tanah yang disimpan didalam tanah merupakan jumlah air maksimum
disebut kapasitas penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan
mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian
lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh (Hillel,1983).
Di dalam tanah air dapat bertahan tetap berada di dalam ruang pori karena
adanya berbagai gaya yang yang bekerja pada air tersebut. Untuk dapat
mengambil air dari rongga pori tanah diperlukan gaya atau energi yang diperlukan
untuk melawan energi yang menahan air. Gaya – gaya yang menahan air hingga
bertahan dalam rongga pori berasal dari absorbsi molekul air oleh padatan tanah,
gaya tarik menarik antara molekul air, adanya larutan garam dan gaya kapiler
(Yong et al.,1975).
Jumlah air tanah yang bermanfaat untuk tanaman mempunyai batas –
bata tertentu. Seperti pada kekurangan air, kelebihan air dapat merupakan
kesukaran. Air yang kelebihan itu tidaklah beracun, akan tetapi kekurangan udara
pada tanah – tanah yang tergenanglah yang menyebabkan kerusakan. Tanaman
dapat ditanam dengan memuaskan dalam larutan air bila aerasi diberikan dengan
baik (Kelly,2002).
Dalam kaitanya dengan daya penyimpanan air, tanah pasiran mempunyai
daya pengikat terhadap lengas tanah yang relative rendah karena permukaan
kontak antara tanah pasiran ini didominasi oleh pori – pori mikro satu. Oleh
karena itu, air yang jatuh ketanah pasiran akan segera mengalami perkolasi dan air
kapiler akan mudah lepas karena evaporasi (Mukhid,2010).
25
26. 3.Kadar Bahan Organik
Bahan organik adalah hasil-hasil peruaraian tubuh bekas jasad hidup
(tumbuhan dan binatang) sehingga menunjukkan perbedaan dalam ukuran,
bangun, komposisi, dan watak, fisiokimiawi dari aslinya, yang telah menyatu
dengan jarah-jarah penyusun tanah lainnya. Pemasok bahan organik adalah
tumbuhan dan binatang. Sreresah dan bangkai hewan yang berada di atas dandi
dalm tubuh tanah, akan segera diserang oleh binatang pencacah dan jasad renik
pengurai, yang menjadikan sumber energy(Arsyad,1989).
Komponen organik tanah berasal dari biomassa yang mencirikan suatu tanah
aktif. Komponen organik tak hidup terbentuk dari melalui pelapukan kimia dan
biologi, yang dipishkan ke dalam :
(1) bahan-bahan yang anatomi bahan aslinya masih tampak dan
(2) bahan-bahan yang telah terlapuk sempurna (Hardjowigeno,2003).
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Disamping itu bahan organic tanah
memiliki fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik
tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan
dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan
meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto,2005).
4.Kadar kapur Ekuivalen
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan
magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering
ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah
dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah.
Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan
kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur
yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang
tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap
26
27. unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhannya.
Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini
berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan
tipe vegetasi. Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah.
Pada umumnya batuan kapur/kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah.
Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam
pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut
(seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak
mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan
bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan
besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas
tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang
ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini
menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.
5.Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)
yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir,
fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah, 2008).
Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang
ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai
kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan
pasir berukuran 2 mm ke bawah (Notohadiprawito, 1978).
Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk,
sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat
teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini
digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan
klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun
27
28. digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal
adalah pasir, liat dan lempung(Buckmandan Brady, 1992)
Pembagian kelas tektur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas
tekstur menurut USDA.Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran,
plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan,
penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam
suatu wilayah geogtrafis (A.K. Pairunan, dkk, 1985).
Tekstur tanah dapat menentukan ssifat-sifat fisik dan kimia serta mineral
tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu
berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, warna, berat, dan
sifat lainnya. Analisis laboratorium yang mengisahkan hara tanah disebut analisa
mekanis. Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara
dihancurkan
lebih
dulu
disaring
dan
dihancurkan
dengan
ayakan
2
mm. Sementara itu sisa tanah yang berada di atas ayakan dibuang. Metode ini
merupakan
metode
hidrometer
yang
membutuhkan
ketelitian
dalam
pelaksanaannya. Tekstur tanah dapat ditetapkan secara kualitatif dilapangan
(Hakim, 1986).
Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti yang tertera pada diagram
segitiga tekstur tanah USDA yang meliputi pasir, pasir berlempung, lempung
berpasir, lempung, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat,
lempung berdebu, debu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Lal, 1979).
Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah
dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak
kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hardjowigeno, 1995).
Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan
dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah
dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2
mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir
lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus,
dan berliat sangat halus (Hardjowigeno, 1995).
28
29. a. Karakteristik tekstur tanah
Sifat-sifat fisik tanah banyak bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk
berbagai penggunaan. Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah menyimpan
air, drainase, penetrasi, akar tanaman, tata udara, dan pengikatan unsur hara,
semuanya sangat erat kaitannya dengan sifat fisik tanah (Lal, 1979).
Karakteristik tekstur tanah terdiri atas fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat.
Suatu tanah disebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85% pasir,
bertekstur debu apabila berkadar minimal 80% debu dan bertekstur liat apabila
berkadar minimal 40% liat (Hanafiah, 2008).
Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah dapat digolongkan menjadi tanah
bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70%
pasir atau pasir berlempung (Nyakpa, 1989).
Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung
minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (Nyakpa,
1989).
Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung terdiri dari tanah bertekstur
sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir atau
lempung berpasir halus. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur
lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu atau debu. Tanah
bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat, lempung liat berpasir
atau lempung liat berdebu (Hakim, 1986).
Dalam penetapan tekstur tanah ada tiga jenis metode yang biasa digunakan
yaitu metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari
jempol dan telunjuk), metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti
dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan
pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan
asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu
larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara
kuadratik (Hardjowigeno, 1995).
Tanah bertekstur kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket sera tidak bisa
membentuk gulungan atau lempengan continue sebaliknya jika partikel tanah
29
30. terasa halus lengket dan dapat dibuat gulungan maka berarti tanah bertekstur liat.
Tanah bertekstur debu akan mempunyai partikel-partikel yang terasa agak halus
dan licin tetapi tidak lengket serta gulungan yang terbentuk rapuh dan mudah
hancur. Tanah bertekstur lempung akan mempunyai partikel-partikel yang
mempunyai jenis ketiganya secara proporsional, apabila yang terasa lebih
dominan adalah sifat pasir maka berarti tanah bertekstur lempung berpasir dan
seterusnya (Buckmandan Brady, 1992).
b. Hubungan tekstur dengan pertumbuhan tanah
Pemahaman tanaman sebagai media tumbuh tanaman pertama kali
dikemukakan
oleh
Dr.H.L.Jones
dari
Cornell
University
Inggris
(Darmawijaya,1990), yang mengkaji hubungan tanah pada tanaman tingkat tinggi
untuk mendapatkan produksi pertanian yang seekonomis mungkin.
Kajian tanah dari aspek ini disebut edaphologi (edaphos=bahan tanah
subur), namun pada realitasnya kedua defenisi selalu terintegrasi.
Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefenisikan sebagai
lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai
kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara atau nutrisi dan unsur-unsur esensial sedangkan secara biologis berfungsi
sebagai habitat biota yang berpatisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat adiktif bagi tanaman (Hanafiah, 2008).
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro,
tanah yang didominasi debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan
didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Hal ini berbanding
terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan
luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga
makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya untuk menahan tanah
(Hakim, 1986).
Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta
makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi tetapi makin mudah pula air untuk
30
31. hilang dari tanah dan sebaliknya, makin tidak poreus tanah akan makin sulit akar
untuk berpenetrasi serta makin sulit air dan udara untuk bersirkulasi. Oleh karena
itu, maka tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua kondisi
ini, sehingga tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan
yang optimum bagi tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik
ketimbang tanah bertekstur debu (Nyakpa, 1989).
Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa yang sangat tahan
terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar
dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah
hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah
bertekstur pasir (Hardjowigeno, 1993).
Pada tanah-tanah di daerah tropika nisbah debu liat merupakan kriteria
penting dalam mengevaluasi fenomena seperti migrasi liat, taraf pelapukan fisik,
dan umur bahan induk tanah serta klasifikasi tanah (Lal, 1979).
6. Struktur Tanah
Struktur tanah dapat dibagi dalam struktur makro dan mikro. Struktur
makro/struktur lapisan bawah tanah adalah penyusunan agregat-agregat tanah satu
dengan yang lainnya sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butir-butir
primer tanah ke dalam butir-butir majemuk/agregat-agregat yang satu sama lain
dibatasi oleh bidang-bidang belah alami.
Struktur tanah menggambarkan cara bersatunya partikel-partikel primer
tanah (pasir, debu dan liat) menjadi butir-butir (agregat) tanah. Agregat yang
terbentuk secara alami dinamakan ped. Struktur tanah dijelaskan dalam bentuk
ukuran dan tingkatan perkembangan ped (Tim Asisten, 2010).
Menurut bentuk ped, struktur tanah dapat digolongkan dalam bentuk
lempeng (platy), prismatik, kolumnar, kubus menyudut, kubus membulat
(subangular blocky), kersay (granular), dan remah (crumb). Tanah yang tidak
membentuk struktur dapat berupa butiran tunggal (single grain) atau massif
(massa tanah tidak tidak menunjukkan bidang-bidang pemisah) (Tim Asisten,
2010).
Klasifikasi struktur tanah (bukan klasifikasi tanah yang cocok untuk usaha
pertanian) sangat berkaitan dengan klasifikasi lapangan yang digunakan bagi
31
32. peelaahan morfologi tanah. Secara umum komponen pengklasifikasian tanah
meliputi (Kartaspoetra dan Mulyani, 1987):
1. Tipe struktur meliputi bentuk dan susunan agregat.
2. Kelas struktur meliputi ukuran
3. Derajat struktur yaitu kemantapan atau kekuatan agregat.
Terdapat beberapa bentuk struktur tanah diantaranya adalah (Tim Asisten,
2010):
• Granular
• Platy
• Wedge
• Blocky (sub angular dan angular)
• Prismatic
• Columnar
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan
struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh
suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalangumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan yang
berbeda-beda. Terdapat beberapa bentuk struktur tanah yaitu (Hardjowigeno,
1987):
1. Bentuk lempeng (platy)
Sumbu vertikal < sumbu horizontal. Ditemukan di horizon E atau pada
lapisan padas liat.
2. Prisma
Sumbu vertikal > sumbu horizontal, bagian atasnya rata. Ditemukan di
horizon B pada tanah daerah iklim kering.
3. Gumpal bersudut
Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut tajam. Sumbu vertikal = sumbu
horizontal.
Ditemukan di horizon B pada tanah daerah iklim basah.
4. Gumpal membulat
32
33. Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat. Sumbu vertikal =
sumbu horizontal. Terdapat pada tanah horizon B umumnya tanah pada daerah
iklim basah.
5. Granuler
Berbentuk bulat dengan porous.
6. Remah
Berbentuk bulat dengan sangat porous.
Struktur lempeng mempunyai ketebalan kurang dari 1 mm sampai lebih dari
10 mm. Prisma dan tiang antara kurang dari 10 mm sampai lebih dari 100 mm.
Gumpal antara kurang dari 100 mm sampai lebih dari 50 mm. Granuler kurang
dari 5 mm sampai lebih dari 50 mm. Granuler kurang dari 1 mm sampai lebih dari
10 mm. Remah kurang dari 1 mm sampai lebih dari 5 mm (Hardjowigeno, 1987).
Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasar atas kemantapan atau
ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Ketahanan struktur
tanah dibedakan menjadi tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah
mudah hancur), tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agak
sukar hancur), dan tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukar
hancur). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah. Tanahtanah permukaan yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat
perkembangan yang kuat. Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapan
yang lebih tinggi daripada tanah basah. Jika dalam mennetukan kemantapan
struktur tidak disebutkan kelembabannya, biasanya dianggap tanah dianggap
dalam keadaan mendekati kering atau sedikit lembab, karena dalam keadaan
tersebut struktur tanah dalam keadaan yang paling baik (Hardjowigeno, 1987).
Derajat struktur tanah dapat dibedakan menjadi (Kartaspoetra dan Mulyani, 1987)
:
1. Yang tidak beragregat, yaitu pejal (jika berkoherensi dan butir tunggal) lepaslepas (jika tidak berkoherensi).
2. Yang derajat strukturnya lemah, jika tersentuh akan mudah hancur, derajatnya
dapat dibedakan lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah.
3. Yang derajat strukturnya cukup, dalam hal ini agregatnya sudah jelas terbentuk
dan masih dapat dipecah-pecah
4. Yang derajat strukturnya kokoh, agregatnya mantap dan jika dipecahkan
(dipecah-pecah) agak liat (terasa ada ketahanannya), derajatnya dapat dibedakan
lagi menjadi yang sangat kokoh dan yang cukup kokoh.
Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama
lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau saling melekat menjadi satu satuan
33
34. yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal (Hardjowigeno, 1987).
Tanah dengan struktur baik (granuler dan remah) mempunyai tata udara yang
baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah
yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling
betsinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak yang terbentuk. Di
samping itu, struktur tanah harus tidak mudah rusak (mantap) sehingga pori-pori
tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan (Hardjowigeno, 1987).
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur tanah antara lain adalah (Ariyanto,
2010):
1. Lempung dan ion tertukar
2. Perekat-perekat organik
3. Tanaman dan sisa tanaman
4. Senyawa organik dan perekat
5. Mikrobia
6. Binatang dan udara
Tanah harus stabil, yakni agregat-agregatnya harus cukup tahan terhadap
benturan tetesan hujan dan air, kalau tidak demikan tanah akan menjadi hancur
dan kompak, kurang dapat melalukan air, menyebabkan tanah cepat jenuh air
(Tim Asisten, 2010).
Komponen-komponen tanah yang mengikat fraksi pasir dan debu
membentuk struktur yang tersusun adalah liat, bahan organik, dan seskuioksida.
Bila ikatan antara partikel-partikel tanah lemah, tenaga mekanik akan mudah
menceraiberaikan partikel-partikel tanah dan akibatnya pori-pori tanah tertutup
dan kontinuitas pori-pori tanah terganggu (Tim Asisten, 2010).
Tanah yang hancur menutupi pori-pori pada lapisan atas tanah akan mengurangi
kapasitas infiltrasi air pada tanah tersebut. Tanah yang kompak pada lapisan
paling atas tanah menyebabkan aerasi memburuk dan menimbulakan aliran
permukaan yang lebih besar sehingga resiko aerasi tanah menjadi lebih serius
(Tim Asisten, 2010).
7. Konsistensi angka atterberg
Konsistensi tanah adalah sebagai suatu sifat tanah yang menunjukkan
derajat kohesi dan adhesi antara partikel- partikel tanah dan ketahanan massa
tanah terhadap perubahan bentuk disebabkan oleh tekanan.
Daya kohesi adalah daya yang terjadi antara partikel partikel tanah sendri,
sedangkan daya adhesi terjadi antara partikel partikel tanah dengan tekanan yang
berasal dari luar.
34
35. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif atau diistilahkan dengan penentuan Angka Atterberg.
Prinsip penetapan konsistensi tanah secara kualitatif adalah penentuan ketahanan
massa tanah terhadap remasan, tekanan, atau pijatan tanah pada berbagai kadar air
tanah.
a. Konsistensi Basah
1. Kelekatan (Stickiness)
Yang menunjukkan derajad adhesi tanah, yang ditentukan dengan memijit
tanah antara ibu jari dan telunjuk. Melihat dari lekatnya dibagi menjadi beberapa
kelas :
a. Tidak melekat, bila kedua jari dilepaskan tidak ada tanah yang tertinggal.
b. Agak melekat, bila kedua jari dilepaskan sebagaian tanah ada yang tetinggal
pada salah satu jari.
c. Lekat, bila kedua jari direnggangkan, tanah tertinggal pada kedua jari.
d. Sangat lekat, bila kedua jari tangan direnggangkan tanah melekat sekali,
sehingga sukar untuk melepaskan kedua ibu jari.
2. Platisitas (Plasticity)
Menunjukkan derajad kohesi tanah, berubah bentuk tanpa retak bila dipirit
antara ibu jari dan telunjuk. Melihat dapat tidaknya dibuat gelintiran, mudah
tidaknya berubah bentuk dan sebagainya dapat dibagi menjadi beberapa kelas :
a. Tidak platis, tidak dapat berbentuk gelintiran tanah, massa tanah mudah
berubah bentuk.
b. Agak platis, terbentuk gelintiran tanah, massa tanah mudah berubah bentuk.
c. Sanggat plastis, dapat terbentuk gelintiran tanah, tahan terhadap tekanan.
b. Konsistensi Lembab
Dalam keadaan lembab, dimana kandungan air tanah berada diantara keadaan
kering (titik layu) dan kapasitas lapang, konsistensi ditentukan dengan meremas
massa tanah pada telapak tangan. Dengan mengetahui ketahanan tanah terhadap
remasan dikenal beberapa kelas konsistensi tanah :
35
36. a. Lepas, butir butir tanah terlepas satu dengan lainnya tidak terikat dan
melekat bila ditahan.
b. Sangat gembur, dengan sedikit tekanan mudah bercerai, bila digemgam
mudah bergumpal, melekat bila ditekan.
c.
Gembur, bila diremas dapat bercerai, bila digenggam massa tanah
bergumpal, melekat bila ditekan.
d. Teguh, massa tanah tahan terhadap remasan, hancur dengan tekanan besar.
e.
Sangat teguh, massa tanah tahan terhadap remasan, tidak mudah berubah
bentuk.
f.
Sangat teguh, massa tanah sangat tahan terhadap remasan, bila digenggam
bentuk tidah berubah.
c. Konsistensi kering
Dalam keadaan kering, dimana kadar air kurang dari titik layu permanen,
konsistensi tanah ditentukan dengan meremas atau menekan massa tanah pada
telapak tangan. Dengan melihat daya tahan tanah terhadap remasan dan tekanan
telapak tangan, konsistensi tanah dalam keadaan kering dibagi beberapa kelas :
a.
Lepas, butir butir tanah terlepas, satu dengan lainnya tidak terikat.
b.
Lunak, dengan sedikit tekanan antara jari tangan, tanah mudah terurai
menjadi butir, kohesi kecil.
c.
Agak keras, agat tahan terhadap tekanan, massa tanah rapuh.
d.
Keras, tahan terhadap tekanan, massa tanah dapat dipatahkan dengan
tangan (tidak dengan jari- jari).
e.
Sangat keras, tahan terhadap tekanan, massa tanah sukar dipatahkan dengan
tangan.
f.
Sangat keras sekali, sangat tahan terhadap tekanan, massa tanah tidak dapat
dipecahkan dengan tangan.
Angka atterberg menunjukkan kadar air pada berbagai batas konsistensi, yakni
penetapan batas cair dan batas plastis suatu tanah, yang selanjutnya dipergunakan
untuk mengetahui indeks plastisitas suatu tanah.
Batas cair adalah kadar air tanah, dimana diatas itu tanah akan mulai melumpur
apabila diaduk. Batas plastis adalah kadar air, dimana tanah akan mulai
36
37. menimbulkan tanda tanda remah dengan pembuatan pengeeilintiran dengan
diameter 3 mm.
Kandungan air diantara plastis dan batas cair disebut indeks plastisitas, yang
penting dalam pengolahan tanah. Apabila pengolahan tanah dilakukan pada
kandungan air dibawah batas plastis maka tanah akan bergumpal dan pecah.
Sebaliknya bila diolah diatas batas cair maka tanah akan bersifat seperti benda
cair. Jadi pengolahan tanah yang paling tepat adalah kadar air tanah berada
diantara batas cair dan batas plastis.
Faktor factor yang berpengaruh terhadap rendah dan tingginya indeks plastisitas
(Angka Atterberg):
1. Komposisi butiran dari tanah. Karena partikel liat dikelilingi oleh lapisan
rangkap, yang terutama terdiri dari air, maka dengan mudah saling
bergerak. Hal ini berlawanan dengan partikel pasir, tidak berkaitan satu
dengan lainnya.
2. Pada kenyataan tipe mineral tanah juga penting. Tanah Kaolinit akan
menjadi plastis pada kair yang rendah disbanding dengan montmorilonit.
3. Bentuk partikel. Oleh karena liat terdiri dari lempeng-lempeng (laminer)
yang dapat berdekatan satu sama lain pada pengeringan, maka liat dapat
berpengaruh terhadap tenaga adhesi yang tinggi.berbeda dengan butiran
pasir dengan bentuk bentuk bundar dan tajam, tidak
perperan
yang penting.
4. Dengan adanya bahan organic, maka kadar air baik pada batas cair
maupun batas plastis terendah menjadi meningkat.
8. Penetapan pH Tanah
Reaksi tanah merupakan salah satu sifat kimia dari tanah yang mencakup
berbagai unsur-unsur dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap. Reaksi tanah
menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dimana status kimia tanah
merupakan suatu faktor yang mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada
pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim berarti menunjukkan keadaan
37
38. kimia tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu (Pairunan,dkk,
1985).
Larutan tanah adalah air tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang
merupakan hara bagi tanaman. Konsentrasi ion-ion terlalu sangat beragam dan
tergantung pada jumlah ion yang terlarut dan jumlah bahan pelarut. Pada musim
kemarau atau kering dimana air banyak yang menguap, maka konsentrasi garam
akan berubah drastis yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman
(Hakim,dkk, 1986).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang
komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang
terserap. Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan
pH nya semakin rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H
beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih
tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama
(Pairunan,dkk, 1985).
Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan pH tanah. Kemasaman
tanah bersumber dari asam organik dan anorganik serta H + dan Al3+ dapat
tukar pada misel tanah. Sedangkan tanah alkalis dapat bersumber dari hasil
hidroksil dari ion dapat tukar atau garam-garam alkalis seperti : Belerang dan
sebagainya (Hakim dkk, 1986).
pH tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H + di dalam tanah, hal
ini dapat dilihat pada persamaan berikut: pH = - log (H+). Dilihat dari pHnya
lebih besar dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basa jika pHnya lebih
besar dari 7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7 serta jika tanah
memiliki pH di bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam (Pairunan,
dkk, 1997).
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut
masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat
menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah
mempengaruhi proses-proses biologik (Hakim, dkk, 1986).
38
39. pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung
berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya
unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral
biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah
dapat
kurang dari
3,0.
Alkalis
dapat
menunjukkan pH
lebih
dari
3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi,
asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu
tanaman (Sarwono, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang
terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan
dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai
dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan
komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH
tanah (Kemas, 2005), selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik
mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air
dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah
menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang
dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak
mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam.
39
40. BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Profil Tanah dan pengambilan contoh tanah
Tingkat kebenaran hasil analisis tanah dilaboratorium sangat dipengaruhi oleh
cara pengambilan contoh tanah di lapangan. Metoda atau cara pengambilan
contoh tanah yang tepat
sesuai dengan jenis analisis yang akan dilakukan
merupakan pernyataan penting yang perlu diperhatikan. Untuk nalisis tanah
khususnya mengenai sifat-sifat fisik tanah, ada empat cara pengambilan contoh
tanah yaitu:
1. Contoh tanah utuh (undisturbed soil sample), untuk penetapan-penetapan berat
volume (bulk density): porositas tanah, kurva pF dan permcabilitas.
2. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregat), untuk
penetapan-penetapan agregat dan nilai COLE (Coeffisient of linear
extensibility).
3. Contoh tanah terganggu atau tidak utuh (disturbed soil sample), untuk
penetapan-penetapan kadar air, tekstur, konsistensi dan batas-batas angka
atterberg, warna dan sebagainya.
4. Contoh tanah dari suatu profil, cara pengambilan contoh tanah ini, kombinasi
cara pengambilan nomor 1, 2 dan 3.
Pengangkutan contoh tanah khususnya untuk keperluan penetapan berat volume:
pF dan permcabilitas harus dilakukan dengan cara hati-hati. Jangan sampai ada
guncangan-guncangan yang dapat merusak struktur tanah.
1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh
Alat dan Perlengkapan
a. Tabung kuningan (copper ring)
Alat ini harus memenuhi syarat Area ratio < 0,1 untuk menghindari
kerusakan (perubahan sifat fisik) tanah akibat tekanan-tekanan mendatar.
Nilai Area Ratio (AR) dapat diperoleh dari
40
41. AR =
De 2 Dd 2
Dd 2
Dimana
De = diameter lingkaran luar
Dd = diameter lingkaran dalam
Masing-masing tabung diberi tanda nomor dan dilengkapi dengan
sepasang penutup dari plastik. Tempat menyimpan tabung adalah peti
khusus yang bentuk dan ukurannya disesuaikan dengan ukuran dan jumlah
tabung.
b. Sekop, cangkul atau cetok
c. Pisau yang tajam dan tipis.
Cara Kerja
1. Ratakan dan bersihkan lapisan atas tanah yang akan diambil, kemudian
letakkan tabung tegak pada lapisan tanah tersebut. Nomor yang ada pada
tabung jangan sampai berbalik.
2. Gali tanah disekitar tabung dengan sekop atau cetok
3. Iris atau haluskan potongan tanah di sekitar tabung hingga mendekati
tabung
4. Tekan tabung hingga tiga per empat masuk ke dalam tanah
5. Letakkan tabung lain di atas tabung pertama
6. tekan lagi tabung tersebut sampai permukaan tabung pertama masuk ke
dalam tanah sekitar satu sentimeter.
7. Tabung beserta contoh tanah di dalamnya diambil (digantin) dengan sekop
atau cangkul
8. Pisahkan tabung kedua dari tabung pertama dengan hati-hati, kemudian
potonglah tanah kelebihan yang ada pada bagian atas dan bawah tabung
pertama hingga rata.
9. Tutuplah tabung yang berisi contoh tanah tersebut dengan plastik penutup
dan simpan ke dalam kotak (peti) khusus yang telah disediakan.
Pengambilan contoh tanah tersebut baik dilakukan pada waktu dalam keadaan
kapasitas lapang. Kalau tanah terlalu kering sebaiknya disiram dulu dengan air
secukupnya sehari sebelum pengambilan contoh. Selain itu yang perlu
41
42. diperhatikan jangan sampai menggunakan palu atau alat pemukul lainnya
untuk memasukkan tabung ke dalam tanah.
2. Pengambilan Contoh Tanah dengan Agregat Utuh
Alat Perlengkapan
a. Kotak yang kuat dan berukuran cukup untuk membawa (menyimpan) kirakira dua kilogram bongkah tanah dengan agregat utuh.
b. Cetok, sekop atai cangkul
c. Kantong plastik tempat contoh untuk penetapan-penetapan selain
penetapan struktural.
Cara Kerja
1. Gali tanah sampai kedalaman yang diinginkan untuk penetapan stabilitas
agregat biasanya cukup dengan mengambil lapisan yang sesuai dengan
kedalam perakaran.
2. Ambil gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi dengan belah-belah alami
(agregat utuh), lalu masukkan ke dalam kotak yang telah disediakan tadi.
Atau dapat juga menggunakan tempat lain andaikata kotak semacam itu
tidak ada. Asalkan dijaga agar selama dalam penganggkutan agregatagregat tanah tersebut tetap utuh.
3. Pengambilan Contoh Tanah Terganggu atau tidak Utuh
Alat Perlengkapan
a. Kantong plastik yang berukuran cukup untuk diisi kira-kira dua kilogram
contoh tanah, dan plastik kecil untuk label.
b. Label, spidol dan karet gelang untuk pengikat
c. Pisau belati, sekop atau cangkul
Cara Kerja
1. Gali tanah sampai kedalaman yang diinginkan
42
43. 2. Ambil dan masukkan contoh tanah ke dalam kantong plastik. Beri tanda
(nomor dan kode) pada label. Bungkus label dengan plastik kecil,
masukkan ke dalam kantong plastik lalu diikat dengan karet gelang.
Pemberian tanda dapat juga pada plastik pembungkus tanah.
4. Pengambilan Contoh Tanah dari Suatu Profil
Cara Kerja
1. Gali lubang profil (lihat acara II)
2. Bersihkan dan ratakan tanah di atas sisi lubang yang telah di deskripsi
secukupnya.
3. Ambil contoh tanah utuh seperti cara pertama. Apabila diperlukan dapat
juga diambil contoh tanah dengan agregat utuh contoh tanah terganggu
atau tidak utuh.
4. Selesai pengambilan contoh-contoh tanah pada lapisan pertama, sisa
lapisan pertama dibuang sampai timbul lapisan kedua, demikian
seterusnya hingga lapisan terakhir (yang dikehendaki) dalam profil.
1.1. Penetapan Kadar Lengas
3.2.1 Bahan dan Alat :
a. Bor tanah
e. Mistar kayu/gulung
b. Sekop atau cangkul
f. Buku warna tanah
c. Pisau belati
g. Daftar pengamat
d. Altometer (observation log)
Khemikalia :
a. H2O2 30%
b. HCl 0,1 N
3.2.2 Cara Kerja :
1. Pilih suatu tempat yang mewakili suatu kawasan/lahan, tentukan batasbatasnya dengan pengeboran. Penentuan batas ini bertujuan untuk membuat
43
44. baku masing-masing satuan tanah (klasifikasi) sebagai pembanding terhadap
satuan tanah lainnya.
2. Gali lubang dengan ukuran dalam 1 m, lebar 1,5 m, dan panjang 2 m. Dinding
profil tanah dibuat menghadap ke utara, dan untuk masuk ke lubang dibuatkan
tangga.
3. Tentukan batas-batas horizon tanah, ketebalannya, dan amati masing-masing
horizon mengenai ciri-cirinya.
Catat pengamatan saudara dalam daftar pengamatan (observation log).
4. Catat pula ciri-ciri morphologi lahan di sekitar profil tanah, ukur tinggi tempat
dengan altimeter dan gambar penampang profil tanah yang diamati.
1.2. Kadar Lengas Tanah
3.2.1 Alat dan Bahan
a.
6 buah botol timbang kuningan
b.
Timbangan analitis ( ketelitian 0.0002 gr)
c.
Alat pengering ( oven )
d.
Eksikator
Bahan
Contoh tanah kering angin gumpalan, halus (0,2mm) dan 0,5 mm
3.2.2 Cara kerja
1. Timbang botol timbangan kuningan kosong, bersih dan bertutup misal
beratnya a gram
2. Masukkan contoh tanah kedalam botol timbangan sampai separuh
penuh, timbang botol berisi tanah dan bertutup misal beratnya b gram
3. Dengan tutup terbuka masukkan botol timbangan berisi tanah kedalam
oven yang panasnya telah diatur antara 1050 C – 1100 C. biarkan di
44
45. dalam oven selama paling sedikit 4 jam, lebih lama lebih baik jangan
sampai kurang
4. Setelah 4 jam botol timbangan berisi tanah kembali ditutup serapatrapatnya keluarkan dari oven dan didingikan dalam eksikator selama
15 menit, kemudian ditimbang miasal beratnya c gram.
5. Lakukan langkah-langkah 1-4 untuk menetapkan kadar lengas contoh
tanah yang tersedia.
3.3 Kadar Bahan Organik
3.3.2 Alat Dan Bahan
a. Labu takar 50 ml
b. Pipet ukur 10 ml dan 5 ml
Gelas ukur 10 ml
c. Pipet teteas sampai 0,0002 gram
d. Botol pemancar air
e. Labu erlenmeyer 250 ml
f. Buret 50 ml
g. Timbangan analitis teliti
BAHAN
a. K2Cr2O7
b. H2SO4 pekat
c. H3PO4
d. FeSO2 0,1 N
e. Indikator Diphenylamine
f. Aqua destilata
45
46. 3.3.1 CARA KERJA
1. Timbang contoh tanah kering udara sekitar 1 gram dengan alas gelas
arloji yang bersih dan kering yang telah diketahui beratnya
2. Masukkan ke dalam labu takar 50 ml dan tambahkan 10 ml K2Cr2O7
3. Tambahkan kemudian 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur
4. Kemudian dikocok dengan gerakan memutar dan mendatar
5. Warna harus tetap merah jingga, kalu warnanya menjadi hijau/ biru,
tambahkan lagi K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat, dan jumlah penambahan
harus dicatat.
Diamkan kira-kira 30 menit sampai larutan menjadi dingin.
Penambahan blangko juga harus sama banyak.
6. Tambahkan 5 ml H3PO4 85% dan 1 ml indikator diphenylamine
7. Jadikan volume 50 ml dengan menambahkan air suling, hendaknya
memakai botol meancar air.
8. Kocok dengan cara membalik-balik labu takar sampai homogen dan
biarkan mengencap.
9. Ambil 5ml larutan jernih dengan pipet ukur, kemudian masukkan
kedalam labu erlenmayer 250ml dan tambahkan air suling 15 ml.
10. Kemudian dititrasi dengan larutan FeSO2 0,1 N hingga warnanya
menjadi kehijaua-hijauan.
11. Langkah-langkah ini diulang lagi tanpa contoh tanah untuk keperluan
analisa belangko.
Fungsi analisa blangko untuk koreksi alat, bahan atau reagensia
mengenal kemurniannya dan untuk mempermudah hitungan.
Jalannya reaksi
2 K2Cr2O7 + 8 H2SO4 2 K2SO4 + 2 Cr2 (SO4) 3 + 8 2O 8 + 3 O2 + x cal C
+ O CO2 + sisa indikator
K2Cr2O7 + 6 FeSO4 + 7 H2SO4 Cr2(SO4)3 indikator + 3 Fe (SO4)3 +
K2SO4+ 7 H2
46
47. 3.4. Kadar Kapur Ekuivalen/Setara
3.4.1. Alat
a.
Calcimeter ( alat CO2 Mohr)
b.
Gelas arloji
c.
Timbangan analitis teliti sampai 0.0002 gram
3.4.2. Bahan
Contoh tanah kering – udara diantara 2,0 mm
Khemikalia
HCl 2 N
3.4.1. Cara kerja
1. Timbang contoh tanah yang menggunakan gelas arloji yang bersih, kering,
sebanyak sekitar 15 gram ( misal a gram ). Untuk ini perlu diketahui
dahulu berat gelas arlojinya. Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke
dalam gelas piala 500ml, butir-butir tanah yang mungkin masih menempel
di gelas arloji dapat sedikit dibilas dengan air.
2. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% ( semua diukur
dengan tabung ukur), gelas piala ditutp dengan gelas arloji yang bersih dan
kering, kemudian dibiarkan semalam. Tindakan ini dimaksudkan untuk
menghilangkan bahan organik yang ada di dalam tanah.
3. Keesokan harinya gelas piala tertutup dipanasi diatas pemanas air yang
telah menidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan sampai
tanahnya meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari penangas air.
Setelah reaksi pertama mereda ( setelah 5- 10 menit) tambahkan lagi
H2O230 % sebanyak 15 ml, tutup kembali dengan menggunakan gelas
arloji dan biarkan di penangas air selama 10 menit lagi. Setelah reaksinya
mereda, celupkan gelas pialanya kedalam air yang mendidih kedalam
47
48. penangas air selama 5 menit dalam keadaan tercelup. Tanah yang sudah
bersih dari bahan menjadi muda dan butir-butir pasir sudah kelihatan
bersih permukaannya. Untuk memastika, setelah larutan agak dingin diberi
lagi beberapa ml lagi H2O230 %. Kalau tidak timbul reaksi lagi, tidak
terjadi lagi gelembung-gelembung pemercikan, ini berarti bahan organik
telah betul-betul habis. Jika reaksi timbul, maka langkah yang terakhir tadi
dapat diulang secukupnya.
4. Butir-butir tanaha yang menempel digelas arloji dan didnding gelas piala
dibilas masuk dengan air bersih. Suspensi lalu diencerkan sampai kira-kira
150 ml dengan air suling, ditutup kembali, dan didihkan diatas api spritus
selama 5 menit. Dijaga jangan sampai membuih atau memericik dan
tumpah, setelah ini dibiarkan mendingin.
5. Seteleah dingin gelas arloji tertutup dan dinding gelas piala dibilas dengan
air sampai bersih.
Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok dengan
batang kaca berujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk
menghilangkan kapur, garam-garam lain dan kation- kation basa
beradsorbsi. Kalau tanah mengandung kapur berlebih dari 2 % maka untuk
setiap persenya ditambah lagi 2,5 ml HCl 2N. Encerkan suspensi sampai
volume kira-kira 250ml dengan air dan tanah digosok-gosok dengan
batang kaca berujung karet. Reaksi antara tanah dengan asam dibiarkan
berlangsung selama 1 jam dengan beberapa kali digosok-gosok dengan
batang kaca. Selama pekerja ini batang kaca tetap diletakkan dalam gelas
piala, dan jangan diletakan dimana-mana karena ujungnya ada tanah yang
menempel. Setelahwaktu ini dilampaui, larutan diatas endapan tanah
diperikasa keasamannya dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas lakmus
biru harus berubah warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa
telah hilang semuanya. Kalau kertas lakmus tidak berubah warnanya,
berarti asamnya kurang dan perlu ditambah lagi kira-kira 10 ml. Tanahnya
diaduk-aduk lagi dan dibiarkan selama 1 jam. Periksa lagi apakah
sekarang audah ada kelebihan asam.
48
49. 6. Pasang corong gelas 0,10 cm diatas tabung erlenmayer 750ml, lapisi
dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring
terletak 5 mmdibawah bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat
betul tanpa ada gelembung-gelembung udara diantaranya. Seringkali
suspensi tanah sampai semua tanah dipindahkan secara kuantitatif diatas
kertas saring. Dibantu dengan biasan air batang kaca, sambil dibilas bersih
ujung kaca yang bertanah tadi.
7. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCL 0,2N. Setiap kali
pencucian menggunakan 50ml.
Pendispersian :
8. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas
saring dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan
corong, jangan sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 0,10 cm
yang bersih.
Dengan memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai
menjamah tanahnya, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu
erlenmayer 500ml dengan menggunakan corong yang dipakai menyaring
tadi. Untuk ini diperlukan pancaran air secukupnya jangan berlebihan.
Tanah yang masih menempel di dinding dakhil ( bagian dalam ) corong
juga dimasukkan kedalaam tanbung erlenmayer dengan pancaran air dan
kuas. Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang menepel
padanya,
9. Tambahkan 10 ml larutan NaOH 1 N setepat mungkin dengan
menggunakan tabung ukur yang telah dicuci bersih dari menggunakan
tabung ukur yang telah dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl.
Sumbatlah labu erlenmayer dengan sumbatan karet atau selembar plastik
serapat-rapanta, letakkan tegak dan kuat pada alat pengocok dan kocoklah
dengan kuat selama 15 menit untuk mendapatkan hasil pendispersian yang
baik.
49
50. 3.5. Tekstur Tanah
3.5.1. Alat dan Bahan
a. 2 buah gelas arloji 0,8 dan 10 cm
b. Timbangan analisi teliti sampai 0,0002 gram
c. 2 buah corong gelas 10 dan 15 cm
d. Tabung sedimentasi 1000 ml dengan tutup karet atau plastik
e. Alat pipet dengan volume 25 ml
f. Stop-watch teliti sampai 0,1 detik
g. Batang kaca pengaduk berujung karet
h. Thermometer teliti sampai 0,10 C
i. 2 buah cawan penguap 8 cm
j. 2 buah labu erlenmeyer (bersumbat karet) 500 ml dan 250 ml
k. Kertas waring Watman No. 50
l. Kuas
m. Gelas piala 500 ml
n. Tabung ukur 25 ml
o. Penangas air
p. Lampu spiritus
q. Penumpu kaki tiga
r. Botol pemancar air
s. Piring seng
t. Alat pengering (oven)
u. Eksikatoe
v. Kertas lakmus biru
Khemikalia :
a. 25 ml H2O2 30%
b. 200 ml HCl 0,2 N
c. 20 ml HCl 2 N
d. 10 ml NaOH 1 N
50
51. Bahan :
Contoh tanah halus kering – udara 2,00 mm
3.5.2. Cara Kerja :
Pendispersian
1. Timbang contoh tanah yang mengunakan gelas arloji yang bersih, kering,
sebanyak sekitar 15 gram (misal a gram). Untuk ini perlu diketahui dahulu
berat gelas arlojinya.
Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke dalam gelas piala 500 ml,
butir-butir tanah yang mungkin masih menempel di gelas arloji dapat
sedikit dibilas dengan air.
2. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% (semua diukur
dengan tabung ukur), gelas piala ditutup dengan gelas arloji dapat sedikit
dibilas dengan air.
3. Keesokan harinya gelas piala tertutup itu dipanasi di atas penangas air
yang telas mendidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan
sampai tanahnya meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari
penangas air. Setelah reaksi pertama mereda (5 – 10 menit) tambahkan
lagi H2O2 30% sebanyak 15 ml, tutup kembali dengan gelas arloji dan
biarkan di atas penangas air selama 10 menit lagi. Setelah reaksinya
mereda, celupkan gelas pialanya ke dalam air yang mendidih dalam
penangas air selama 5 menit dalam keadaan tercelup. Tanah yang sudah
bersih dari bahan menjadi muda dan butir-butir pasir sudah kelihatan
bersih permukaannya. Untuk memastikan, setelah larutan agak dingin
diberi beberapa ml H2O2 30%. Kalau tidak timbul reaksi lagi, tidak lagi
terjadi gelembung-gelembung percikan, ini berarti bahan organik betulbetul telah habis. Jika reaksi masih timbul, maka langkah yang terakhir
tadi dapat diulang secukupnya.
4. Butir-butir tanah yang menempel di gelas arloji dan dinding gelas piala
dibilas masuk dengan air sampai bersih.
Suspensi lalu di encerkan sampai kira-kira 150 ml dengan air suling,
ditutup kembali, dan di didihkan di atas api spiritus hati-hati selama 5
51
52. menit. Dijaga sampai membuih atau memercik, dan tumpah. Setelah itu
dibiarkan mendingin.
5. Setelah dingin gelas arloji penutup dan dinding gelas piala dibilas dengan
air sampai bersih.
Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok dengan
batang kaca ujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk menghilangkan
kapur, garam-garam lain dan kation-kation basa beradsorbsi. Kalau tanah
mengandung kapur lebih dari 2% maka untuk setiap persennya ditambah
lagi 2,5 ml HCl 2 N. Encerkan suspensi sampai volume kira-kira 250 ml
dengan air dan tanah digosok-gosok dengan batang kaca berujung karet
sebaik-baiknya. Reaksi antara tanah dengan asam dibiarkan berlangsung
selama 1 jam dengan beberapa kali digosok-gosok dengan batang kaca.
Selama pekerjaan ini batang kaca tetap diletakan di dalam gelas piala, dan
jangan di letakkan dimana-mana karena ujungnya ada tanah yang
menempel. Setelah waktu ini di lampaui, larutan di atas endapan tanah
diperiksa keasamannya dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas lakmus
biru harus berubah warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa
telah ada kelebihan asam dan kapurnya pasti telah hilang semuanya. Kalau
kertas lakmus tidak berubah warnanya, berarti asamnya berkurang dan
perlu ditambah lagi kira-kira 10 ml. Tanahnya di aduk-aduk lagi dan
biarkan selama 1 jam. Periksa lagi apakah sekarang sudah ada kelebihan
asam.
6. Pasang corong gelas 10 cm diatas tambung erlenmeyer 750 ml, lapisi
dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring
terletak 5 mm dibawah bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat
betul tanpa ada gelembung-gelembung udara diantaranya. Saringlang
suspensi tanah sampai semua tanah terpindahkan secara kuantitatif diatas
kertas saring. Dibantu dengan biasan air dan batang kaca, sampai dibilas
bersih ujung kaca yang bertanah tadi.
52
53. Ingat :setiap kali menuang jangan sampai permukaan cairan dalam
corong kurang dari 5 mm jaraknya dari tepi kertas saring dan
sebagian besar tanah jatuh ditengah corong.
7. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCl 0,2 N. Setiap kali
pencucian menggunakan 50 ml.
Sebelum pencucian berikutnya dikerjakan, biarkan cairan pencuci
diteruskan dengan air suling sampai filtrat yang menetes dari corong
bersifat netral, diuji dengan kertas lakmus biru. Air pencuci diberikan
dengan pancaran sambil membersihkan butir-butir tanah dibagikan atas
kertas saring dan mengaduk endapan tanah dengan pancaran airnya.
Pada setiap kalinya jangan menggunakan air terlalu banyak, biarkan airnya
mendrainase sempurna terlebih dahulu sebelum ditambahkan air lagi.
Biasanya pencucian cukup setelah 6 kali.
Pendipersian :
8. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas
saring dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan
corong jangan sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 10 cm yang
bersih.
Dengan memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai
menjamah tanahnya, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu
erlenmeyer 500 ml dengan menggunakan corong yang dipakai menyaring
tadi. Untuk ini diperlukan pancaran air secukupnya, jangan berlebihan.
Tanah yang masih menempel di dinding-dakhil (bagian dalam) corong
juga dimasukan ke dalam tabung erlenmeyer dengan pancaran air dan
kuas. Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang menempel
padanya dengan cara sebagai berikut :
Tuangkan air sedikit diatas gelas arloji 9 cm yang bersih dan kuas
dicelupkan dan digosokkan, air cucian ini lalu dituangkan ke dalam labu
erlenmeyer. Pekerjaan ini diulangi 2-3 kali sampai kuas bersih betul dan
akhirnya gelas arrloji dan corongnya dibilas juga dengan air. Pada saat
53
54. pemindahan tanah ini selesai volume suspensi dalam labu erlenmeyer
tidak boleh lebih dari 250 ml.
9. Tambahkan 100 ml larutan NaOH 1 N mungkin dengan menggunkan
tabung ukur yang telah dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl.
Sumbatlah labu erlenmeyer dengan sumbat karet atau selembar plastik
serapat-rapatnya, letakkan tegak dan kuat pada alat pengocok, dan
kocoklah dengan kuat selama 15 menit untuk mendapatkan hasil
pendispersian yang baik.
10. Suspensi dimasukkan kedalam tabung sedimentasi dan tambahkan air
sampai tanda 1000 ml, siapkan alat pipet yang bersih dengan menghisap
dan memancarkan air bersih beberapa kali, dan alat diatur supaya
kecepatan penghisapannya 25 ml per 10-15 detik. Volume pipet 25 ml.
Ambil gelas piala, isi dengan air dan celupkan thermometer ke dalamnya
dan letakkan di samping alat pemimpet.
11. Pemimpet I : (lempung + debu) total
Tabung sedimentasi disumbar rapat dengan sumbat karet atau selembar
plastik, dapat dibantu dengan telapak tangan dan dibalik-balik teratur kirakira 15 kali dengan kecepatan 1 kali balik tiap 2 detik supaya suspensi
menjadi homogen. Jadi lamanya pemutar balikan kira-kira 30 detik.
Pada waktu tabung sedimentasi dibalik dengan harus dilihat jangan sampai
masih ada tanah yang melekat di dasarnya.
Kemudian diletakkan pelan-pelan dibawah pipet sedemikian rupa sehingga
kalau nantinya pipet dicelupkan dapat terletak di tengah-tengahnya. Segera
setelah tabung diletakkan waktu pengendapan mulai dihitung dengan
menggunakan stop-watch. Temperatur air dalam gelas piala diamati,
dianggap sebagai temperatur suspensi dan dari daftar yang tersedia dapat
dilihat bebrapa lama harus menunggu sebelum pemipetan dapat dilalkukan
pada temoeratur tersebut. Pemimpetan I dilakukan pada kedalaman 20 cm
dari permukaan suspensi. Beberapa detik sebelumnya, pipet diturun
kedalam suspensi dengan hati-hati jangan sampai merusak atau mengaduk
suspensi sehingga ujungnya terletak kedalam 20 cm dari permukaan
54
55. suspensi. Setelah tiba saatnya pemipetn dilakukan dengan kecepatan
mengisi 25 ml/10-15 detik. Kemudian pipet ditarik keluar dan isinya
dikosongkan dan berapa beratnya, dalam keadaan kosong dan bersih
(misal b gram).
Cawan dan sisinya dimasukkan kedalam dapur pengering untuk diluapkan
dan dikeringkan dalam temperatur 1050-1000C. Lamanya pengeringann
paling sedikit 4 jam setelah ini cawan dimasukan kedalam eksikator dan
setelah dingin ditimbang (misal c gram)
12. Pemimpetan II (lempung) total
Suspensi dalam tabung sedimentasi dihomogenkan lagi seperti dalam
langkah ke-11. Selanjutnya juga dikerjakan seperti lengkah ke-11, akan
tetapi pemipetan disini dilakukan pada kedalaman 5 cm.
Disini pengamatan temperatur untuk menentukan lamanya beberapa kali
untuk diambil rata-ratanya. Jadi berbeda dengan pemipetan I yang hanya
diadakan 1 kali saja. Hal ini tejadi karena waktu menunggunya lebih lama,
lebih dari 3 jam sehingga besar kemungkinan temperaturnya selama itu
akan berubah-ubah.
Pengamatan temperatur dilakukan sebagai berikut : segera setelah tabung
diletakkan,
sehabis
dihomogenkan
suspensinya,
mulai
dilakukan
perhitungan waktu menunggu. Kemudian setelah lewat 1 jam, lewat 2 jam,
dan setelah beberapa lama waktu menunggunya, sedangkan diperoleh ratarata keempat pengamatan akan diperoleh angka koreksinya untuk
mendapatkan waktu menunggu yang difinitif. Setelah cawan penguap
kosong dan bersih ditimbang (misal d gram), hasil pemimpetan II
ditampung kedalamnya. Kemudian diuapkan dan dikeringkan dalam oven
dan ditimbang seperti langkah ke-11
55
56. 3.6. Agihan (debu + lempung) aktual
3.6.1 Alat dan Bahan
Sama dengan yang dipergunakan dalam analisa granuler cara pipet
Bahan :
Contoh tanah kering yang digunakan dalam analisa granuler cara pipet
3.6.2. Cara kerja :
1. Seperti langkah ke-1 dalam acara granuler ( misal berta contoh tanah halus
a gram)
2. Miringkan gelas pialanya hingga contoh tanah menyebar sepanjang kirakira 4-5 cm pada dindingnya. Tambahkan air sedikit demi sedikit dengan
dialirkan lewat dinding gelas piala hingga tanah menjadi basah karena
kapilaritas dan bukan karena dituangi air.
3. Setelah tanah menjadi basah betul, tambahkan air sampai volume suspensi
mencapai kira-kira 250 ml. Juga disini penahanan air jangan dikenakan
langsung pada tanahnya.
Biarkan tanah mengurangi dengan sendirinya dalam air selama paling
sedikit 15 menit.
4. Tuangkan suspensi tanh secara kuantitatif kedalam tabung sedimentasi
dengan pertolongan pancaran air, membilasnya jangan langsung kena
tanahnya.
Tambahkan air sampai volume 1000 ml.
5. Seperti langkah ke-11dalam analisa granuler.
3.7. Struktur Tanah
Kerapatan Butir (BJ) Tanah
3.7.2. Alat dan Bahan
a. Piknometer
b. Kawat pengaduk halus
c. Thermometer teliti sampai 0,10C
d. Botol pemancar air
e. Corong gelas keciltol timbang untuk ditetapkan kadar
56
57. f. Timbangan analitis sampai teliti 0,0002 gram
g. Dapur pengering (oven)kan ditetapkan kadar lengasnya
h. Potongan kertas atau serbet. Volome botol timbang
Bahan :
Contoh tanah halus 2,0 mm kering-udara
3.7.2. Cara Kerja :
1. Timbang piknometer kosong, bersih dan bersumbat (misal a gram)
2. Isilah piknometer dengan air suling hingga penuh dengan
menggunakan pemancar air sampai batas garis tanda pada pipa
kapiler dalam sumbatnya. Kalau tidak ada garis batas/tanda, maka
sampai ujung atas pipa kapilernya.
Caranya : isilah piknometer sampai di atas leher, lalu sumbat
dipasang. Pemasangan sumbat harus teliti agar tidak terdapat
gelembung udara yang tertinggal dalam piknometer. Air akan naik
ke dalam pipa kapiler, dan menghisap kelebihan air. Bersihkan
dengam kertas tetes-tetes air yang mungkin masih menempel di
bagian luar piknometer.
3. Timbang piknometer penuh air (misal b gram). Kemudian ukur
temperatu air dalam piknometer dengan pembulatak kurang dari
0,50C dibulatkan ke bawah (misal t10C). Lihat dalam daftar yang
tersedia di labolatorium berupa BJ piknometer itu (misalnya BJ 1)
4. Air dalam piknometer dibuang, bersihkan semua tetes-tetes air
yang mungkin ada di bagian luarnya dengan lap dan keringkan
baguab dakhilnya dengan cara sebagai berikut :
Tuangkan ke dalam sedikit alkohok, goyangkan piknometer sampai
semua tetes larut, lalu dibuang, sisa alkohol dibuang dengan eter
dengan cara seperti tadi, setelah dibuang biarkan sisa eter
menguap. Periksa dengan dibuai.
5. Isilah piknometer dengan contoh tanah seberat 5 gram. Dasar
piknometer tertutup selapis tanah setelah kira-kira 0,75 cm bila
57
58. memakai piknometer 25 ml. Pasang sumbatnya dan timbang
piknometer berisi tanah ini (misal c gram)
6. Piknometer diisi dengan air suling sampai kira-kira separuh penuh,
tanah
diaduk-aduk
kuat
dengan
pengaduk
halus
untuk
menghilangkan udara yang tersekap dalam tanah. Pengeluaran
gelembung-gelembung
udara
dapat
dibantu
dengan
cara
mengguncang-guncangkan piknometer. Setelah ini, piknometer
sisinya dibiarkan semalam dengan sumbat terpasang sehingga tidak
kemasukan kotoran atau debu. Peringatan : sebelum kawat
pengaduk dicabut dari dalam piknometer perlu dibilas dengan
sedikit air untuk menghilangkan butiran-butiran tanah yang
menempel padanya, supaya tidak ada tanah yang terikut kawat
pengaduk.
7. Keesokan harinya penghilangan gelembung-gelembung udara yang
munngkin masih tertinggal diulangi lagi, kemudian dibiarkan
sebentar untuk mengendapkan sebagian besar tanahnya, lalu air
suling dengan hati-hati sampai penuh. Caranya seperti pada
langakah ke-2. Penaqmbahan air ini diusahakan agar tanah tidak
ikut teraduk untuk menjaga agar tidak ada butir-butir tanah yang
hilang berikut kelebihan air yang harus dihilangkan.
8. Timbang piknometer berisi tanah dan air penuh ini (misal d gram).
Setelah itu ukur temperatur dalam piknometer (misal t20C). Dari
daftar dapat diketahui beberapa BJ pada temperatur ini (misal BJ2)
58
59. 3.8. Kerapatan Massa (BV) Tanah
3.8.2. Alat dan Bahan
a.Cawan pemanas lilin
b.Lampu spritus
c.Penumpu kaki tiga
d.Tabung ukur
e.Pipet ukur 10 ml ketelitian 0,1 ml
f.Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram
g.Thermometer teliti sampai 0,10C
h.Kuas
i.2 botol timbangan kuningan
k.Dapur pengering
l.Eksikator
m.2 utas tali/ benang halus
n.Lilin
Bahan
Contoh tanah asli
3.8.1. Cara kerja
1. Timbang sebongkah tanah ( a gram)
1. Cairkan lilin sampai suhu 600C dan celupkan bongkah tanah tersebut yang
sebelumnya telah diberi tali.
2. Setelah lilin mengeras kemudian ditimbang ( b gram)
3. Isi tabung ukur sampai volum p ml dan bongkah tanah di celupkan. Sekarang
4. menggunakan pipet ukur air ditambahkan sampai permukaanya tepat tanda
garis tertentu q ml. Catat berapa ml air yang telah ditambahkan dari pipet r ml.
5. Ambil bongkah tanah lain yang sejenis dan teteapkan kadar lengasnya pada
acara kadar lengas tanah untuk mendapatkan berat tanah kering mutlak.
59
60. Porositas Tanah (n) Tanah
Yang disebut porositas. Total tanah adalah persentase volume pori-pori total tanah
yang ada dalam tanah terhadap volume total bongkah tanah.
Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) tanah
Yang disebut dengan perbandingan tanah adalah hasil bagi antara ( debu +
lempung) aktual dengan ( debu+ lempung) aktual, dinyatakan dalam persen.
3.9. Penetapan ph Tanah
3.9.1. Alat dan Bahan
a. Beaker glass 50 ml
b. Pengaduk kaca
c. Alat pH meter dengan elektroda lengkap
d. Thermometer teliti 0,10C
e. Gelas ukur
f. Botol pemancar air
Khemikalia:
KCl 1 N
Bahan :
Contoh tanah asli gumpalan
3.9.2. Cara Kerja :
1. Ambil dan timbang contoh tanah asli gumpalan, kira-kira 10 gram.
Masukkan ke dalam beaker glass 50 ml dan tambahkan air suling
sebanyak 25 ml, lalu diaduk-aduk untuk melarutkan tanah selama jangka
waktu 30 menit dengan batang kaca pengaduk
2. Biarkan larutan tanah itu mengendap selama 30 menit
3. Setelah larutan mengendap, ukur pHnya dengan cara sebagai berikut :
Siapkan alat pH meter dengan menyambungkan elektrode pada
meternya
60
61.
Siapkan elektrode pada larutan penyangga pH 7 dan tekan tombol
pada tanda “ON”, sesuaikan keadaan tombol “TEMP” pada angka
temeratur larutan penyangga pH 7 dan aturlah tombol “CALIB”
hingga terbaca angka 7,00 pada layar pH meter
Cuci elektrode dengan pancaran air suling di bagian ujungnya
sampai bersih
Celupkan elektrode pada larutan penyangga pH 4 dan tombol
“TEMP” agar sesuai dendan temperatur larutan penyangga pH 4,
kemudian aturlah tombol “SLOPE” hingga terbaca angka 4,00
pada layar pH meter
Cucilah lagi elektrode dengan air suling hingga bersih dengan
pancaran air
Dengan mengikuti langkah dari a sampai e, maka dengan begitu
pH meter telah terkalibrasi dan siap digunakan untuk mengukur pH
meter yang diteliti
4. Laksanakan langkah-langkah ke-1 sampai ke-2 dengan menggunakan
larutan KCl 1N sebanyak 25 ml untuk menentukan pH tanah yang sama
dengan tanah di atas tadi
61
62. BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kadar Lengas
a. Hasil
Ukuran
Kode
Berat botol Berat
botol+ Berat setelah
(a)
29,312
28,037
15,579
29,061
27,722
B1
18,080
28,546
27,534
B2
18,588
28,680
27,698
C1
17,188
27,632
26,603
C2
0,5mm
17,191
A2
2 mm
di oven (c)
A1
Gumpalan
tanah (b)
22,193
32,008
31,056
b. Perhitungan
=
−
=
100%
29,312 − 28,037
100% = 11,755 %
28,037 − 17,191
3.9.3. Tanah ukuran gumpalan
=
−
−
29,061 − 27,722
100% = 11,026%
27,722 − 15,579
=
11,755% + 11,026
2
= 11,3905%
3.9.4. Tanah ukuran 2 mm
62