9. • Manusia purba (prehistoric people) adalah jenis manusia yang
hidup jauh sebelum tulisan ditemukan.
• Manusia purba hidup pada jaman pleistosen kira-kira 2 juta tahun
yang lalu.
• Untuk mengetahui kehidupan manusia purba di Indonesia ada 2
cara,yaitu :
1. dengan melalui sisa-sisa tulang manusia,hewan dan
tumbuhan yang telah membantu (fosil)
2. dengan peninggalan peralatan dan perlengkapan
kehidupan manusia sebagai hasil budaya manusia,seperti alat-alat
:
rumah tangga,bangunan,perhiasan atau senjata
• Ciri-cirinya secara umum adalah :
a. bertubuh tegap
b. belum mempunyai peradaban dan hidup di alam
bebas menyatu dengan alamnya
c. tingkat kecerdasannya rendah
10. Meganthropus
• Jenis Meganthropus yang paling terkenal adalah Meganthropus
Palaeojavanicus yang ditemukan di Sangiran oleh Von Koenigswald tahun
1936-1941.
• Meganthropus Palaeojavanicus berasal dari kata mega = besar, palaeo =
tua, dan java = Jawa, berarti Meganthropus Palaeojavanicus berarti
manusia besar/raksasa dari Jawa
• Ciri-ciri yang dimiliki Meganthropus Paleojavanicus adalah :
1) mempunyai rahang yang tegap
2) mempunyai geraham yang besar
3) tonjolan kening mencolok
4) tulang pipi tidak tipis
5) memiliki sendi-sendi yang besar
6) mempunyai badan yang tegap
7) mempunyai otot rahang yang kuat
8) tidak mempunyai dagu
9) mempunyai tonjolan belakang yang tajam
10) mengonsumsi tumbuh0tumbuhan, dan
11) hidup berkelompok serta berpindah-pindah
11.
12. Pithecanthropus
• Pithecantropus yakni manusia kera.
• Ciri-ciri yang dimiliki oleh Pithecantropus adalah :
1) Tinggi tubuhnya kira-kira 165-180 cm
2) Badan tegap,namun tidak setegap Meganthropus
3) Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
4) Mempunyai rahang bawah yang kuat
5) Mempunyai tulang pipi yang tidak tipis
6) Volume otak 900 cc
7) Hidung lebar tidak berdagu
8) Makanannya bervariasi,mulai dari tumbuhan dan daging hewan
buruan
13. • Jenis ini memiliki 4 tipe Pithecantropus ,yakni :
1. Pithecantropus Mojokertensis
a) Adalah manusia kera dari Mojokerto ditemukan oleh Von
Koenigswald di Perning,Mojokerto,Jawa Timur pada lapisan
Pleistosen Bawah pada tahun 1936-1941
b) Penemuannya berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5
tahun.Diperkirakan hidup sekitar 2,5 juta sampai 2,25 juta tahun
yang lalu
2.Pithecantropus Soloensis
yakni manusia kera dari Solo yang ditemukan berbentuk 11 buah fosil
tengkorak beserta tulang rahang dan gigi.Ditemukan oleh Von Koenigswald
dan Weidenreich pada tahun 1936-1941 di Lembah Sungai Bengawan Solo
yang hidup sampai dengan akhir pleistosen tengah
14. 3. Pithecanthropus Robustus,
fosil jenis ini ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald pada
tahun 1939 di Trinil, Lembah Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari lapisan
pleistosen bawah. Von Koenigswald menganggap fosil ini sejenis dengan
Pithecanthropus Mojokertensis
4. Pithecanthropus Erectus
yakni manusia kera yang sudah dapat berjalan tegak ditemukan oleh
Eugene Dubois tahun 1890 di Trinil,Lembah Sungai Bengawan Solo yang
berasal dari pleistosen tengah.
15.
16. Homo ( Manusia )
• Fosil ini pertama diteliti oleh Von Reitschoten di Wajak dan
dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama teman-temannya
• Ciri-ciri dari Homo ( Manusia ) adalah :
a) muka lebar
b) hidung dan mulutnya menonjol
c) dahi menonjol
d) bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dari manusia
sekarang
• Hidup dan perkembangan jenis Homo ini sekitar 40.000-25.000
juta tahun yang lalu
• Tempat penyebarannya tidak hanya di kepulauan Indonesia
saja,tetapi juga di Filipina dan China Selatan
• Homo Sapiens berarti manusia sempurna (baik dalam segi
fisik,volume otak,maupun postur badannya)
• Homo Sapiens dapat dikelompokkan menjadi beberapa
jenis :
17. 1. Homo Soloensis
• Fosil Homo Solensis ditemukan di Ngandong, Blora, di
Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar,
oppernooth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931-1933
dari lapisan Pleistosen Atas.
• Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai
300.000 tahun yang lalu.
• Volume otaknya mencapai 1300 cc.
• Menururt Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi
tingkatannya dibandingkan dengan Pithencantropus erectus
• Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dari
Pithecantropus Mojokertensis.
• Oleh sebagaian ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan
Homo Neanderthalensis yang merupakan manusia purba
jenis Homo Sapiens dari Asis, Eropa, dan Afrika berasal dari
lapisan Pleistosen Atas.
18. 2. Homo Wajakensis
• Fosil Homo Wajakesnsis ditemukan oleh Van
Riestchoten pada tahun 1889 di desa Wajak,
Tulungagung.
• Fosil ini kemudian diteliti oleh Eugene Dubois.
• Temuan fosil ini merupakan temuan fosil manusia
purba pertama yang dilaporkan berasal dari
Indonesia.
• Fosil Homo Wajakensis mempunyai tinggi badan
sekitar 130-210 cm, dengan berat badan antara 30-
150 jg.
• Volume otaknya mencapai 1300 cc. Manusia purba
jenis ini hidup antara 40.000 – 25.000 tahun yang lalu
pada pleistosen atas.
19.
20.
21. Peta Penemuan Fosil Manusia Purba di Jawa Tengah – Jawa
Timur
1. Sangiran
2 . Sambungmacan
3 . Sonde
4 . Trinil
5 . Ngandong
7 . Kedung Brubus
8 . Kalibeng
9 . Kabuh
10 . Pucangan
11 . Mojokerto (Jetis-Perning)
22. Trinil adalah sebuah desa yang terletak di pinggiran
Bengawan Solo, masuk wilayah adminstrasi Kabupaten Ngawi,
Jawa Timur. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois di
Trinil telah membawa penemuan sisa-sisa manusia purba yang
sangat berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian
Dubois dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari
lapisan ini ditemukan atap tengkorak Pithecantropus erectus,
dan beberapa buah tulang paha (utuh dan fragmen) yang
menujukkan pemiliknya telah berjalan tegak. Penemuan
Eugene Dubois di Trinil ini mebawa penemuan sisa-sisa
manusia purba yang sangat berharga bagi dunia
pengetahuan.
23. Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa
cekungan besar di pusat kubah akibat adanya erosi di bagian
puncaknya. Kubah tersebut diwarnai dengan perbukitan
yang bergelombang. Kondisi tersebut menyebabkan
tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung
fosil-fosil manusia purba dan binatang. Pertama kali
ditemukan pada tahun 1864 oleh P.E.C. Schemulling. Eugenen
Dubois pernah datang juga ke Sangiran, namun Dubois
kurang tertarik dengan temuan-temuan di Sangiran. G.H.R.
von Koengiswald pada tahun 1934 menemukan artefak litik di
wilayah Ngebug, sekitar 2 km di barat laut kubah Sangiran.
Semenjak penemuan von Koenigswald tersebut, situs Sangiran
menjadi terkenal berkaityan dengan penemuan-penemuan
fosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan.
24.
25. BudayaZamanBatu
Zaman Batu Tua (Paleolitikum/Paleolitik)
Zaman Batu Madya/Batu Tengah
(Mesolitikum/Mesolitik)
Zaman Batu Muda (Neolitikum/Neolitik)
Zaman Batu Besar
(Megalitikum/Megalitik)
27. 1. Kebudayaan Pacitan
• Alat-alat yang berasal dari kebudayaan Pacitan ditemukan oleh
Von Koenigwald tahun 1935 di Sungai Baksoko, desa Punung,
Pacitan, Jawa Timur
• Alat-alat ini berupa kapak genggam, kapak perimbas (cooper),
kapak penetak, pahat genggam dan alat serpih (flake)
• Alat ini digunakan untuk menguliti binatang buruan, mengiris
daging dan memotong ubu-ubian
• Alat serpih banyak ditemukan di Jawa, Sulawesi Selatan,
Sumatrea Selatan, dan Timor
• Kapak genggam selain ditemukan di Pacitan, juga ditemukan di
Sukabumi dan Ciamis (Jaw Barat), Parigi dan Gombong (Jawa
Tengah), Bengkulu dan Lahat (Sumatera Selatan),
Aawangbangkal (Kalimantan Selatan), dan Cabbenge (Sulawesi
Selatan), Flores, dan Timor.
• Kebudayaan Pacitan juga disebut kebudayaan Stone Culture
karena peralatannya terbuat dari batu
28. 2. Kebudayaan Ngandong
• Alat-alat kebudayaan Ngandong ditemukan oleh von
Koenigswald pada tahun 1941. Alat-alat dari tulang
dan tanduk ini dilanjutkan pada zaman megalitikum
dalam kehidupan di gua-gua, khususnya di Gua Lawa,
Sampung, Ponorogo.
• Alat-alat yang ditemukan di Ngandong, Jawa Timur
berupa kapak genggam dari batu dan alat-alat kecil
yang disebut alat serpih (flake).
29.
30. • Pendukung kebudayaan Pacitan adalah
Pithecanthropus erectus, dengan alasan sebagai
berikut:
1. Alat-alat dari Pacitgan ditemukan pada lapisan
yang sama dengan Pithecanthropus erectus, yaitu
pada pleistosen tengah (lapisan dan fauna Trinil).
2. Di Chou-Kou-Tien, Cina ditemukan sejumlah fosil
sejenis Pithecanthropus erectus, yaitu Sinanthropus
pekinensis, dan juga ditemukan alat-alat batu yang
serupa dengan alat-alat batu dari Pacitan
• Pendukung kebudayaan Ngandong, yaitu Homo
soloensis dan Homo wajakensis dengan alasan
sebagai berikut :
1. Di Ngadirejo, Sambungmacan (Sragen) ditemukan
kapak genggam bersama tulang-tulang binatang
dan atap tengkorak Homo soloensis .
2. Alat-alat Ngandong berasal dari lapisan yang sama
dengan Homo wajakensis, yaitu pleistosen atas.
33. • Di abris sous roche banyak ditemukan alat-alat bantu
dan tulang dari zaman batu madya. Abris sous roche
: gua-gua yang digunakan sebagai tempat tinggal.
Pada tahun 1928-1931Van Stein Callenfeils
mengadakan penelitian pertama mengenai abris
sous roche di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo (Jawa
Timur).
• Selain alat-alat dari Sampung ini ditemukan pula fosil
manusia Papua Melanesoid yang merupakan nenek
moyang bangsa Papua dan Melanesia sekarang.
Alat-alat batu dan tulang dari zaman batu madya ini
juga ditemukan di Besuki, Jawa Timur oleh Van
Heekern. Di gua-gua di Bojonegoro juga ditemukan
alat-alat dari kerang dan tulang bersama dengan
fosil manusia Papua Melanesoid.
35. • Dua orang peneliti dari Swiss (Fritz Sarasin dan Paul
Sarasin) pada tahun 1893-1896 mengadakan
penelitian di Gua Lamoncong, Sulawesi Selatan. Gua-
gua tersebut masih didiami suku bangsa Toala dan
juga mereka berhasil menemukan alat-alat serpih
(falke), mata panah bergerigi, dan alat-alat tulang.
• Van Stein Callenfeils memastikan bahwa kebudayaan
Toala merupakan kebudayaan mesolitikum.Alat-alat
yang menyerupai alat kebudayaan Toala juga
ditemukan di NTT yaiut, Flores, Roti, Timor dan di daerah
Pariangan, Bandung.
36.
37. • Di sepanjang pesisir Sumatra Timur Laut, antara
Langsa (Aceh), dan Medan ditemukan bekas-bekas
tempat tinggal manusia dari Zaman Batu Madya.
Temuan itu berupa tumpukan kulit kerang yang
membatu dan tingginya ada yang mencapai 7
meter.
• Dalam bahasa Denmark, tumpukan kulit kerang ini
disebut kjokkenmoddinger (sampah dapur).
Kebudayaan kapak sumatra (pebble) dan kapak
pendek di kepulauan Nusantara berasal dari
kebudayaan Bascon-Hoabinh di daerah Teluk Tonkin,
Indo Cina. Kebudayaan ini menyebar ke kepulauan
Nusantara melalui jalan barat yaitu Malaka dan
Sumatar sedangkan kebudayaan flake datang dari
Asia Daratan melalui jalan timur, yaitu melalui
Jepang, Formosa (Taiwan) dan Filipina.
38.
39. • Manusia pendukung kebudayaan mesolitikum
adalah manusia dari ras Papua Melanesoid. Hal ini
dapat dibuktikan dengan ditemukasnnya fosil-fosil
manusia ras Papua Melanesoid, baik pada
kebudayaan Sampung maupun di bukit kerang di
Sumatra. Adapun pendukung kebudayaan Toala
menurut Sarasin diperkirakan nenek moyang suku
Toala sekarang yang juga merupakan keturunan
bangsa Wedda dari Sri Langka.
42. • Kapak persegi adalah kapak yang berbentuk persegi
memanjang dengan penampang lintangnya
berbentuk persegi panjang atau trapesium.
• Pemberian nama kapak persegi ini berasal dari Van
Heine Geldern.
• Ada berbagai ukuran, yang besar ialah beliung atau
cangkul, sedangkan yang kecil ialah tarah untuk
mengerjakan kayu.
• Kapak-kapak persegi ditemukan di Indonesia bagian
barat, yaitu di Sumatra, Jawa dan Bali. Di Indonesia
bagian timur juga ditemukan kapak persegi, yaitu di
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan sedikit di
Kalimantan.
• Pusat-pusat kerajinan kapak persegi juga ditemukan di
beberapa tempat di Jawa dan Sumatra, seperti di
Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Purwakarta,
Kerawang, Tasikmalaya, Pacitan dan lereng selatan
Gunung Ijen, Jawa Timur.
43.
44.
45. • Kapak Lonjong adalah kapak yang penampangnya
berbentuk lonjing atau bulat telur. Bahan yang
digunakan untuk membuat kapak lonjong adalah
batu kali yang berwarna hitam.
• Ada dua macam kapak lonjong, yaitu kapak longjong
yang besar disebut walznbeil, banyak ditemukan di
Irian sehingga dinamakan Neolitikum Papua dan
kapak yang kecil disebut kleinbeil, banyak ditemukan
di Kepulauan Tanimbar dan Seram.
• Penemuan kapak lonjong terbatas hanya di Indonesia
bagian timur, yaitu di Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores,
Maluku, Tanimbar, Leti dan Papua.
• Hal tersebut sesuai dengan penelitian Van Heekern
dan W.F. vsn Beers yang mengatakan bahwa di
Kalumpang (Sulawesi Utara) sudah terjadi perpaduan
antara tradisi kapak persegi dan kapak lonjong yang
ditaksir pada tahun 600-1.000 tahun yang lalu.
46.
47. • Alat serpih dibuat dengan cara memukul bongkahan
batu menjadi pecahan-pecahan kecil yang
berbentuk segitiga, trapesium, atau setengah bulat.
• Alat ini digunakan untuk alat pemotong, gurdi atau
penusuk. Alat serpih ada yang dikerjakan lagi menjadi
panah atau ujung tombak.
48.
49. • Gurdi dan pisau neolitik banyak ditemukan di
kawasan tepi danau, misalnya Danau Kerinci (Jambi),
Danau Bandung, Danau Cangkuang, Leles Garut,
Danau Leuwiliang Bogor (Jawa Barat), Danau
Tondano-Minahasa (Sulawesi Utara), dan sebuah
danau di Flores Barat (Nusa Tenggara Timur).
50. • Perhiasan neolitik ini dibuat dari batu mulia, yang
berupa gelang. Benda tersebut banyak ditemukan di
Tasikmalaya, Cirebon, dan bandung. Jenis perhiasan
itu antara lain gelang, kalung, manik-manik, dan
anting-anting. Bahan-bahan yang digunakan untuk
pembuatan perhiasan adalah batu-batu indah,
seperti agat, kalsedon, dan jaspis.
51. • Gerabah pada zaman batu muda memegang
peranan penting sebagai wadah atau tempat. Fungsi
gerabah pada saat itu digunakan sebagai barang
untuk keperluan sehari-hari dalam rumah tangga,
untuk keperluan acara dan ada pula gerabah yang
dibuat indah untuk keperluan dekorasi.
• Gerabah banyak ditemukan di lapisan teratas bukit-
bukit kerang di Sumatra dan di bukit-bukit pasir pantai
selatan Jawa, antara lain, di Yogyakarta dan Pacitan,
Kendeng Lembu (Banyuwangi), Tanggerang dan
Minanga Sippaka (sulawesi Tenggara). Selain itu, di
Melolo (Sumatra Barat) banyak ditemukan gerabah
yang berisi tulang belulang manusia.
52.
53. • Manusia pendukung kebudayaan kapak persegi
zaman batu muda berada di Indonesia bagian timur.
Mereka berasal dari ras Proto-Melayu (Melayu Tua)
yang datang ke Indonesia menggunakan perahu
bercadik sekitar 2.000 tahun lalu. Penduduk Indonesia
sekarang yang termasuk ke dalam ras Proto-Melayu,
antara lain suku Sasak, Batak, Dayak, dan Toraja,
sedangkan manusia pendukung kebudayaan kapak
lonjong di Indonesia bagian timur adalah ras Papua
Melanesoid.
56. • Punden berundak adalah bangunan bertingkat yang
dihubungkan oleh tanjakan kecil yang berfungsi
sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek
moyang.
• Bangunan ini banyak ditemukan di Kosala dan Arca
Domas Banten, Cisolok Sukabumi, serta Pugungharjo
di Lampung.
57.
58. • Menhir adalah tiang atau tugu terbuat dari batu yang
didirikan sebagai tanda peringatan dan
melambanghkan arwah nenek moyang sehingga
menjadi benda pujaan dan ditempatkan pada suatu
tempat.
• Fungsi menhir adalah sebagai sarana pemujaan
terhadap arwah nenek moyang, tempat
memperingati seseorang (kepala suku) yang telah
meninggal, tempat menampung kedatangan roh
serta tempat untuk menambatkan hewan kurban.
• Menhir banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa
Barat, dan Sulawesi Tengah. Tempat-tempat temuan
menhir di Indonesia antara lain Pasemah (Sumatra
Selatan); Pugungharjo (Lampung); Kosala dan Lebak
Sibedug, Leles, Karang Muara, Cisolok (Jawa Barat);
Pekauman Bondowoso (Jawa Timur); Trunyan dan
Sembiran (Bali); Belu (Timor); serta Besoha dan Toraja
(Sulawes
59.
60. • Kubur peti batu banyak ditemukan di daerah
Kuningan, Jawa Barat . Kubur peti batu yaitu peti
jenazah yang terpendam di dalam tanah,
berbenttuk persegi panjang yang sisi, alas, dan
tutupnya terbuat dari papan batu byang disusun
menjadi peti.
61.
62. • Waruga adalah kubur batu yang berbentuk kubus
atau bulat dengan tutup berebntuk atap rumah.
Bentuk dan fungsi waruga seperti sarkofagus, tetapi
dengan penempatan posisi mayat jongkok terlipat.
Waruga hanya ditemukan di Minahasa.
63.
64. • Sarkofagus atau keranda adalah peti jenazah yang
bentuknya seperti lesung tetapi mempunyai tutup.
• Salah satu tempat penemuan sarkofagus adalah di
Bali.
• Isinya tulang belulang manusia, barang-barang
perunggu dan besi serta manik-manik. Sarkofagus
juga ditemukan di Bondowoso, Jawa Timur.
• Untuk melindungi roh jasad yang sudah mati dari
gangguan mati, pada sarkofagus sering dipahatkan
motif kedok topeng dengan berbagai ekspresi.
• Sarkofagus juga dapat diartikan sebagai “perahu
roh”.
65.
66. • Dolmen adalah meja batu besar dengan permukaan
rata sebagai tempat meletakkan sesaji, tempat
meletakkan roh dan menjadi tempat duduk ketua
suku agar mendapat berkat magis dari leluhurnya.
67.
68. • Arca atau patung adalah bangunan yang terbuat
dari batu berbentuk binatang atau manusia yang
melambangkan nenek moyang dan menjadi pujaan.
• Peninggalan megalitik ini banyak ditemukan di
dataran tinggi Pasemah (pegunungan antara wilayah
Palembang dan Bengkulu).
• Penyelidikan di Pasemah ini dilakukan oleh Dr. Van der
Hoop dan Van Heine Geldern.
• Di lembah Bada, Sulawesi Tengah ditemukan juga dua
buah arca yang melambngkan sosok lelaki dan
perempuan.
72. • Nekara merupakan genderang besar yang terbuat
dari perunggu berpinggang di bagian tengahnya
dan tertutup bagian atasnya.
• Nekara berfungsi sebagai sarana upacara (kesuburan
dan kematian), dijadikan simbol status sosial, untuk
memanggil roh leluhur untuk turun ke dunia ,memberi
berkat serta memanggil hujan.
• Nekara ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Pulau
Sangean, Rote, Selayar, dan Kepulauan Kei. Nekara
yang terbesar terdapat di Pura Penataran Sasih di
desa Intaran daerah Pejeng, Bali dan nekara terkecil
ditemukan di Alor (dinamakan Moko atau Mako).
73.
74. • Kapak corong adalah kapak yang bagian tajamnya
seperti kapak batu, hanya bagian tangkainya
berbentuk corong.
• Kapak corong yang besar berfungsi sebagai cangkul,
kapak corong yang kecil digunakan untuk upacara
atau sebagai tanda kebesaran seorang kepala suku.
• Kapak corong ini banyak ditemukan di Sumatra
Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Kepulauan
Selayar, dan dekat Danau Sentani, Papua.
75.
76. • Bejana Perunggu adalah benda berbentuk seoerti
gitar Spanyol yang tidak bertangkai. Pola hiasan
dalam bejana perunggu adalah hiasan anyaman
dan menyerupai huruf “J”.
• Di Indonesia, bejana perunggu ditemukan oleh para
ahli di daerah Madura dan Sumatra, juga ditemukan
di Pnom Penh (Kamboja), maka tidak dapat
disangsikan lagi bahwa kebudayaan logam di
Indonesia memang termasuk satu golongan dengan
kebudayaan logam Asia yang berpusat di Dongson.
Oleh karena itu dinamakan kebudayaan Dongson.
77.
78. • Biasanya perhiasan ditemukan sebagai bekal kubur.
Bentuk perhiasan beraneka ragam dan ditemukan di
daerah Bogor, Bali, dan Malang.
• Manik-manik yang ditemukan di wilayah Indonesia
memiliki bermacam-macam bentuk dan biasanya
digunakan sebagai perhiasan atau bekal kubur.
Tempat penemuannya antara lain di Sangiran,
Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, Bone dll.
79.
80. • Arca-arca perunggu yang menggambarkan tentang
manusia dan binatang ditemukan di Bangkinang
(Riau), Palembang, Bogor, dan Lumajang (Jawa
Timur).
• Bentuk arca beraneka ragam, seperti
menggambarkan orang sedang menari, berkuda dan
memegang busur panah.
• Yang menarik dari arca tersebut adalah di bagian
kepalanya diberi tempat untuk mengaitkan tali atau
menggantung.
81.
82. • Penemuan benda-benda besi berbeda dengan
benda perunggu, jumlah penemuan benda-benda
besi terbatas. Sering kali benda-benda besi
ditemukan sebagai bekal kubur, seperti di dalam
kubur-kubur di Wonosari (Jawa Tengah) dan Besuki
(Jawa Timur). Benda besi yang ditemukan berupa
mata panah, pisau, sabit, pedang, mata tombak,
gelang-gelang besi, dll.
83.
84. • Cara membuat gerabah pada zaman logam
telah mengalami kemajuan dengan ragam
hiasnya yang lebih kaya.
• Jenisnya juga semakin beragam, seperti : kendi,
mangkuk, tempayan, belangga untuk tempat air,
dll.
• Ada juga gerabah yang digunakan sebgai bekal
kubur, mangkuk, kendi, belangga, serta manik-
manik tanah liat yang dibakar dan diberi hiasan
warna-warni.
• Tempat penemuan gerabah misalnya di
Gilimanuk (Bali), Leuwiliang (Bogor), dan Anyer
(Jawa Barat)
85. Teknik Bivalve (Setangkap)
Teknik bivalve atau teknik setangkap adalah teknik
cetakan dengan menggunakan dua alat yang dijadikan
satu dan dapat ditangkupkan
Teknik A Cire Perdue (Cetakan Licin)
Awal dari teknik a cire perdue adalah membuat benda logam
dari lilin yang berisi tanah liat sebagai intinya. Bentuk lilin ini dihias
dengan berbagai pola hias, ketika sudah lengkap dibungkus lagi
dengan tanah liat yang lunak dengan bagian atas dan bawah
diberi lubang. Dari lubang atas dituangkan perunggu cari dan
dari bawah dialirkan lilin yang melelh. Bila perunggu yang
dituangkan sudah dingin,maka cetakan tersebut dipecah untuk
mengambil benda yang sudah jadi.
86. • Manusia pendukung kebudayaan perunggu di
Indonesia adalah pendatang baru dari Asia
Tenggara. Mereka merupakan penduduk Deutro
Melayu (Melayu Muda) dengan membawa
kebudayaan Dongson (Vietnam) yaitu kebudayaan
perunggu Asia Tenggara. Deutro Melayu : nenek
moyang dari suku bangsa Jawa, Bali, Bugis, Madura
dsb.
• Pada zaman logam ini menunjukkan adanya
pembaruan antara penduduk Melayu Mongoloid
(Proto Melayu dan Deutro Melayu) dan penduduk
Papua Melanesoid (Austro Melanesoid). Hal ini dapat
diketahui dengan ditemukannya rangka-rangka
manusia Jawa, Sulawesi, Sumba, dan Timor yang
menunjukkan ciri-ciri Melayu Mongoloid dan Autro
Melanesoid.