SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 6
Baixar para ler offline
Penilaian Indeks DMF-T … (Indirawati T.N, Magdarina D.A)

PENILAIAN INDEKS DMF-T ANAK USIA 12 TAHUN
OLEH DOKTER GIGI DAN BUKAN DOKTER GIGI
DI KABUPATEN KETAPANG
PROPINSI KALIMANTAN BARAT
ASSESSMENT OF DMF-T INDEX FOR CHILDREN AGED 12 YEARS OLD
BY DENTIST AND NON DENTIST IN KETAPANG DISTRICT
WEST KALIMANTAN PROVINCE

Indirawati Tjahja Notohartojo 1*, Magdarina D.A2
1

Pusat Tehnologi Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Balitbangkes, Kemenkes RI; Jl. Percetakan Negara No. 29,
Jakarta, Indonesia.
2
Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan
*Korespondensi Penulis: indirawati@litbang.depkes.go.id
Submitted : 30-03-2012; Revised : 20-01-2013; Accepted : 05-02-2013

Abstrak
Indeks DMF-T adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen. Karies gigi
umumnya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung
berbagai macam bakteri. Indikator utama pengukuran DMF-T menurut WHO adalah pada anak usia 12 tahun. Penelitian
ini menggunakan desain penelitian Uji beda mean , dengan membandingkan hasil pengukuran 10 (sepuluh) dokter gigi
dan 10 (sepuluh) bukan dokter gigi. Penelitian dilakukan di propinsi Kalimantan Barat, dikarenakan memiliki DMF-T
tinggi. Subjek penelitian berjumlah 30 anak, yang terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan berusia 12 tahun.
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pemeriksaan dokter gigi dan bukan dokter gigi dan untuk mendapatkan
ketepatan pemeriksaan agar hasil survei kesehatan gigi dan mulut melalui Riskesdas yang akan datang atau survei
lainnya yang dilakukan dengan metode observasi dapat diprediksi dengan lebih tepat. Hasil penelitian didapatkan ratarata DMF-T dengan pemeriksa dokter gigi adalah 3.35, sedangkan pemeriksa bukan dokter gigi adalah 3.15, dengan
beda mean 0.1967, dan nilai p ; 0.0001, yang berarti bermakna. Agar didapat hasil yang baik dan akurat dalam
pengukuran DMF-T sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi atau perawat gigi.
Kata kunci : karies, indeks DMF-T, dokter gigi, bukan dokter gigi

Abstract
DMF-T index is an index to assess oral health status in terms of permanent tooth caries. Dental caries are usually
caused by poor oral hygiene, so that there is an accumulation of plaque contains a variety of bacteria. The main indicator
of DMF-T measurements according to the WHO is for 12-years old children. A cross sectional study was conducted to
compare DMF-T index assessed by 10 dentists and 10 non dentists. It was conducted in West Kalimantan province, due
to having high DMF-T index. A total of 30 children aged 12 years old, consisting of boys and girls, were examined. The
purpose of this study was to obtain the accuracy of examination in order to decide wheter non dentist are suitable to
assess DMF-T index for the coming Riskesdas or other surveys conducted by observational method. The average of
DMF-T index assessed by dentists (3.35) and non dentists (3.15) was significantly different (mean difference 0.1967,
p=0.0001). To get good and accurate results of DMF-T index, it is better to be be done by dentist or dental nurse.
Keywords : caries, DMF-T index, dentist, non dentist.

41
Media Litbangkes Vol. 23 No. 1, Maret 2013: 41-46

Pendahuluan
Status kesehatan gigi - mulut pada umumnya
dinyatakan dalam prevalensi karies gigi dan
penyakit periodontal, hal ini disebabkan karena
penyakit karies gigi dan penyakit periodontal
hampir dialami seluruh masyarakat di dunia.1,2
Untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut
dalam hal ini karies gigi digunakan nilai DMF-T
(Decay Missing Filled Teeth). Nilai DMF-T adalah
angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies
pada seseorang atau sekelompok orang. Angka D
adalah gigi yang berlubang karena karies gigi,
angka M adalah gigi yang dicabut karena karies
gigi, angka F adalah gigi yang ditambal atau ditumpat karena karies dan dalam keadaan baik .
Nilai DMF-T adalah penjumlahan D+ F+ T.3,4,5
Berdasarkan laporan Riskesdas 2007, ada
lima propinsi yang memiliki DMF-T tinggi
diantaranya propinsi Kalimantan Barat. Propinsi
Kalimantan Barat memiliki nilai DMF-T tinggi
sebesar 6,38.6 Penelitian ini penting dilakukan, agar
penelitian kesehatan gigi-mulut melalui Riskesdas
ataupun survey lain dengan metode yang sama
dapat mencerminkan gambaran penyakit gigi yang
sebenarnya. Rencananya Riskesdas akan dilaksanakan secara periodik, sehingga penelitian melalui
Riskesdas dapat memberi gambaran tentang
penyakit gigi dan mulut. Langkah yang perlu
ditempuh adalah mengukur tingkat ketepatan
pengukuran pada pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulut dengan menggunakan formulir Riskesdas
oleh dokter gigi dan non dokter gigi dengan sampel
penelitian kelompok usia 12 tahun, dan menggunakan instrumen sederhana yaitu dua buah kaca
mulut. Bukan dokter gigi meliputi lulusan D3, yaitu
Akademi Keperawatan, Akademi Gizi, Akademi
Farmasi, Akademi Kesehatan Lingkungan.
Untuk mengukur derajat keparahan penyakit
gigi dan mulut masyarakat diperlukan indikator dan
standart penilaian. Menurut WHO, indeks DMF-T
adalah untuk menilai status kesehatan gigi dan
mulut dalam hal karies gigi pada gigi permanen,
sedang untuk gigi sulung mengunakan indeks dmft. Indikator utama pengukuran DMF-T menurut
WHO adalah anak usia 12 tahun, yang dinyatakan
dengan indeks DMF-T yaitu ≤ 3, yang berarti pada
usia 12 tahun jumlah gigi yang berlubang (D),
dicabut karena karies gigi (M), dan gigi dengan
tumpatan yang baik (F), tidak lebih atau sama
dengan 3 gigi per anak.7

42

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan angka koreksi agar hasil survei kesehatan
gigi dan mulut melalui Riskesdas yang akan datang
atau survei lainnya yang dilakukan dengan metode
observasi dapat diprediksi dengan lebih tepat.6
Metode
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian gabungan yang dilakukan di puskesmas Kedondong, kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan
Barat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
uji beda Mean. Pengumpulan data dilakukan
dengan pemeriksaan intra oral, yaitu pemeriksaan
DMF-T oleh dokter gigi dan bukan dokter gigi.
Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan
kalibrasi pada peneliti dibawah pengawasan para
pakar yang telah berpengalaman di lapangan.
Kalibrasi dilakukan agar dipastikan bahwa penilaian yang dilakukan peneliti setara dengan penilaian
yang dilakukan para pakar. Sampel penelitian
adalah subjek yang berusia 12 tahun yang berjumlah 30 subjek. Populasi dalam penelitian ini
adalah anak laki-laki dan anak perempuan yang
menetap di wilayah Kabupaten Ketapang Propinsi
Kalimantan Barat dan bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini, dinyatakan dalam informed concent.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
formulir isian untuk hasil pemeriksaan intra oral,
kaca mulut, sonde, excavator, sarung tangan,
masker, kapas, alkohol 70%, senter, dan disinfektan.
Klasifikasi tingkat keparahan karies gigi pada
usia 12 tahun atau lebih dikategorikan menjadi lima
katagori, yaitu tingkat keparahan sangat rendah
dengan nilai DMF-T sebesar 0,0 – 1,0. Kemudian
tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T
sebesar 1,2 -2,6. Tingkat keparahan sedang dengan
nilai DMF-T sebesar 2,7 – 4,4. Dan tingkat
keparahan tinggi dengan nilai DMF-T sebesar 4,5 –
6,5, serta tingkat keparahan sangat tinggi dengan
nilai DMF-T sebesar > 6,6.7
Kerangka Konsep
Pemeriksaan Karies Gigi
D (Decay/Karies,
-M (Missing),
-F (Filling),
-DMF-T

Hasil Pemeriksaan
Bukan Dokter
Gigi(perawat, akademi
Farmasi, kesling dll)

Hasil Pemeriksaan oleh
Dokter Gigi
Penilaian Indeks DMF-T … (Indirawati T.N, Magdarina D.A)

Besar Sampel
Rumus Besar sampel: ,8,9,10
N = Z12. α/2 ∂2
e2
SD deviasi/∂ .DMF-T studi terdahulu = 1,35
Derajat kepercayaan 95% → Z1 – α/2 = 1,96
Simpangan maximal rata- rata DMF-T = 0,5
N = (1,96)2. (1,35)2 = 27,96
(0,5) 2
Untuk antisipasi sampel drop out + 10 % = 30
orang
Persiapan Sebelum dilakukan Pemeriksaan
Pertama-tama dilakukan dahulu pelatihan
pengumpul data untuk dokter gigi dan bukan dokter
gigi. Hal ini dilakukan dalam rangka menyamakan
persepsi di dalam kelas maupun praktik lapangan di
bawah pengawasan seorang dokter gigi yang sudah
terlatih. Pada saat pelatihan perlu dilakukan kalibrasi, caranya adalah model yang telah diperiksa
pertama kali oleh pelatih, akan diperiksa ulang oleh
para petugas pengumpul data. Pemeriksaan dicatat
pada formulir pemeriksaan gigi permanen. Hasil
pemeriksaan dari petugas pengumpul data dibandingkan dengan hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh pelatih. Petugas pengumpul data
dicocokkan dengan pelatih. Bila ada perbedaan
maka perbedaan tersebut didiskusikan bersama
untuk meningkatkan kesamaan persepsi/akurasi.11
Kemudian sejumlah 10 (sepuluh) orang
dokter gigi dan 10 (sepuluh) orang bukan dokter
gigi bertugas memeriksa keadaan gigi dan mulut
dari 30 (tiga puluh) responden dengan 2 (dua) buah
kaca mulut sesuai dengan cara yang dilakukan pada
Riskesdas 2007. Dokter gigi dan bukan dokter gigi
menghitung jumlah gigi yang karies, ditumpat dan
dicabut dari setiap responden, dengan menggunakan kaca mulut. Kaca mulut digunakan untuk
memudahkan melihat situasi dalam mulut. Pemeriksa bergilir memeriksa responden menurut alur
pemeriksaan. Setiap responden diperiksa oleh 10
(sepuluh) orang dokter gigi dan 10 (sepuluh) orang
bukan dokter gigi. Untuk itu pada masing-masing
meja disediakan 2 (dua) buah kaca mulut dan 20
formulir pemeriksaan, yang akan diisi oleh 20 (dua
puluh) pemeriksa. Pemeriksaan dilakukan di
ruangan dengan pencahayaan atau penerangan yang
cukup, berupa cahaya matahari. Pada usia 12 tahun
ini, dimana kemungkinan keadaan gigi masih
bercampur (gigi sulung dan gigi tetap), untuk itu
perlu pengamatan lebih teliti pada setiap gigi yang

ada, apakah gigi tersebut gigi permanen ataukah
gigi sulung. Penilaian pada gigi sulung atau gigi
decidui tidak dilakukan.
Hasil12
Tabel 1. Karakteristik Pemeriksa Dokter Gigi dan
Bukan Dokter Gigi
Dokter
Gigi

No

Keterangan

1

Usia
Dibawah 40
4
Tahun
Diatas
40
6
tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
1
Perempuan
9
Pendidikan
S1
10
D3
Pekerjaan
Fungsional
9
Peneliti
Petugas
1
Struktural
Mengunakan Alat Bantu
Pakai kaca
6
mata
Tidak pakai
4
kaca mata

2

3

4

5

Persentase

Bukan
Dokter
Gigi

Persentase

40

10

100

60

-

-

10
90

8
2

80
20

100
-

10

0
100

90

0

0

10

10

100

60

-

-

40

10

100

Pada tabel 1, terlihat bahwa usia dokter gigi
yang berusia dibawah 40 tahun terdapat 4 orang,
sedang yang berusia 40 tahun keatas berjumlah 6
orang. Sedang pada yang bukan dokter gigi ratarata berusia dibawah 40 tahun. Untuk dokter gigi
lebih banyak ditemukan perempuan yaitu berjumlah
9 (sembilan) orang, dibandingkan yang laki-laki
hanya 1(satu) orang. Sedang pada yang bukan
dokter gigi, pemeriksa laki-laki lebih banyak yaitu
8 orang, sedangkan pemeriksa perempuan yang
bukan dokter gigi hanya 2 orang saja. Pendidikan
pemeriksa dokter gigi adalah S1, sedangkan
pendidikan pemeriksa bukan dokter gigi adalah D3,
yang terdiri dari lulusan akademi keperawatan,
akademi Gizi, akademi sanitasi lingkungan, dan
akademi Farmasi. Pada variabel pekerjaan, rata-rata
adalah dokter gigi yang merupakan peneliti pusat,
sedang dokter gigi daerah adalah peneliti daerah
yang merangkap sebagai fungsional dokter gigi
puskesmas. Pada yang bukan dokter gigi adalah
petugas struktural di puskesmas yang merangkap
juga sebagai fungsional puskesmas. Untuk alat
bantu, dalam hal ini adalah kaca mata. Ditemukan
60% peneliti pusat menggunakan kaca mata, sedang
yang 40% tidak menggunakan kaca mata.

43
Media Litbangkes Vol. 23 No. 1, Maret 2013: 41-46

Sedangkan yang bukan dokter gigi 100% tidak
menggunakan alat bantu berupa kaca mata. Pada
yang bukan dokter gigi ditemukan rata-rata
pemeriksanya adalah laki-laki, usia lebih muda dan
tidak menggunakan kaca mata. Hal ini juga
menambah ketelitian dalam melakukan pemeriksaan gigi dan mulut.
.
Tabel 2. Rata-Rata D, M, F dan DMF-T Pada Usia 12
Tahun Dengan Pemeriksaan Dokter Gigi dan
Bukan Dokter Gigi
No

Kelompok

Sam
pel

Beda
Mean
Dokter Gigi

1
2
3
4

Decay (D)
Missing(M)
Filling(F)
DMF-T

30
30
30
30

2.9766±2.6272
0.34±0.7253
0.0333±0.2137
3.35±2.9032

Bukan
Dokter Gigi
2.6±2.626
0.5466±1.0606
0.0233±0.3509
3.1533±2.8313

Nilai
p

0.2733
0.2066
0.0100
0.1967

0.0001
0.0001
0.0001
0.0001

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata
decay (D) atau gigi berlubang pada responden usia
12 tahun adalah 2.97 dengan pemeriksa dokter gigi,
sedangkan pemeriksa bukan dokter gigi adalah 2.6,
dan memiliki beda mean sebesar 0,2733, dengan
nilai p <0.05, yaitu 0.0001, yang berarti berbeda
bermakna. Sedang rata-rata missing (M) atau gigi
dicabut karena karies dengan pemeriksa dokter gigi
adalah 0.34, sedang pemeriksa bukan dokter gigi
adalah 0.55, dengan beda rata-rata missing (M)
adalah 0.2066, dengan nilai p <0.05, yaitu 0.0001,
yang berarti berbeda bermakna. Demikian pula nilai
filling (penambalan gigi ) dengan pemeriksa dokter
gigi adalah 0.033, sedang pemeriksa bukan dokter
gigi adalah 0.023, beda rata-rata filling (F) adalah
0.0100, dengan nilai p < 0.05, yaitu 0.0001, yang
berarti berbeda bermakna. Rata-rata nilai DMF-T
pada responden usia 12 tahun dengan pemeriksa
dokter gigi adalah 3,35, sedangkan pemeriksa
bukan dokter gigi adalah 3.15, dengan memiliki
beda mean sebesar 0.1967, dengan nilai p <0.05,
yaitu 0.0001, yang berarti berbeda bermakna.
Pembahasan
Pada tabel 1, menunjukkan bahwa usia
pemeriksa dibedakan menjadi usia diatas 40 tahun
dan usia dibawah 40 tahun. Pemilihan usia 40 tahun
ini, dikarenakan pada usia tersebut merupakan usia
yang matang dan tidak berubah dalam menentukan
pilihan atau pendapat.13 Pada Pemeriksa dokter gigi
umumnya berusia diatas 40 tahun, dan berjumlah 9
(sembilan) orang adalah perempuan, sedangkan

44

pemeriksa dokter gigi laki-laki hanya 1 (satu) orang
saja. Seperti diketahui perempuan dalam segi fisik
memang lebih lemah dibandingkan dengan lakilaki. Tetapi bukan berarti perempuan tidak bisa
mengerjakan apa yang kaum pria kerjakan, bahkan
kerja perempuan lebih teliti.14 Rata-rata pemeriksa
dokter gigi adalah peneliti baik itu peneliti pusat
maupun peneliti daerah. Pemeriksa dokter gigi
umumnya menggunakan kaca mata, namun kejelian
pemeriksa peneliti pusat dan peneliti daerah sudah
cukup memadai. Hal ini dikarenakan kebiasaan dari
dokter gigi daerah sebagai dokter gigi puskesmas,
merupakan pekerjaan sehari-hari yang dilakukan di
puskesmas. Demikian pula pada yang bukan dokter
gigi, rata–rata pemeriksa yang bukan dokter gigi
masih berusia muda, dimana usia dibawah 40 tahun
dan rata-rata tidak menggunakan kaca mata. Seperti
diketahui, dalam melakukan diagnosis memerlukan
pengamatan dan
dengan pencahayaan yang
cukup.15.
Pada tabel 2, didapatkan rata-rata Decay (gigi
berlubang) dengan pemeriksa dokter gigi pada usia
12 tahun, adalah 2.98, sedangkan dengan pemeriksa
bukan dokter gigi adalah 2.6, terdapat beda mean
(rata-rata) 0.27, dengan nilai p < 0.05, yaitu 0.0001,
yang berarti berbeda bermakna. Demikian pula
pada Missing (M), memiliki beda mean antara
pemeriksaan dokter gigi dan bukan dokter gigi
adalah 0.21, dengan nilai p:0.0001, < 0.05, yang
berarti berbeda bermakna. Pada usia 12 tahun ini,
filling atau penambalan gigi hampir tidak ditemukan, namun ada perbedaan pemeriksaan antara
dokter gigi dan non dokter gigi yaitu sebesar 0.01,
dengan nilai p:0.0001, berarti bermakna. Jadi nilai
DMF-T usia 12 tahun dengan pemeriksa dokter gigi
adalah 3.35, sedang bukan dokter gigi adalah 3.15,
terdapat perbedaan rata –rata DMF-T sebesar 0.2,
dengan nilai p :0.0001, yang berarti bermakna (p <
0.05).
Indikator utama pengukuran DMF-T menurut
WHO adalah anak usia 12 tahun,adalah ≤ 3, yang
berarti pada usia 12 tahun jumlah gigi yang
berlubang (D), dicabut karena karies gigi (M), dan
gigi dengan tumpatan yang baik (F) , tidak lebih
atau sama dengan 3 gigi per anak.7
Apabila kita lihat lebih rinci, indeks DMF-T
pada penelitian ini berkisar antara 3.15 dan 3.35,
hal ini sesuai dengan pengukuran DMF-T menurut
WHO pada anak usia 12 tahun, yaitu ≤ 3. Demikian
pula keinginan responden untuk menambalkan
giginya kecil, hal ini dimungkinkan karena gigi
yang berlubang masih sedikit yaitu 3 gigi per
Penilaian Indeks DMF-T … (Indirawati T.N, Magdarina D.A)

responden. Ini sesuai dengan pendapat dari WHO,
yang menyatakan pada usia 12 tahun merupakan
usia dimana gigi yang mengalami karies atau gigi
berlubang sebanyak 3 (tiga) gigi. Berdasarkan
laporan SKRT pada tahun 1995, indeks DMF-T
adalah 2.21. Sedangkan pada penelitian ini, indeks
DMF-T yang diperiksa oleh dokter gigi sudah
meningkat yaitu 3.35 dan 3.15 yang diperiksa oleh
bukan dokter gigi. Tingkat keparahan kerusakan
gigi pada usia 12 tahun sebesar 3.35 menurut
kriteria termasuk kriteria sedang yaitu berada pada
2,7- 4,4.
Dari laporan SKRT (2001) menunjukkan
bahwa prevalensi karies aktif pada penduduk umur
10 tahun ke atas yang belum ditangani adalah
52,3% dan penduduk yang pernah mengalami
karies sebesar 71,20%. Performance Treatment
Index (PTI) atau motivasi untuk menumpatkan gigi
yang karies pada umur 12 – 18 tahun sangat rendah
sekitar 4-5 %, sedangkan besarnya kerusakan yang
belum ditangani dan memerlukan penumpatan dan
atau pencabutan pada usia 12-18 tahun sebesar
72,4% - 82,5%.16
Pada penelitian ini ditemukan nilai missing
kecil, demikian juga dengan penambalan giginya.
Hal ini dimungkinkan karena nilai DMF-T nya
berkisar antara 3 gigi. Demikian pula responden
masih berusia muda, dan belum mengetahui
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Padahal salah satu tujuan Oral Health 2020 yang
telah disepakati WHO, FDI, dan IADR untuk
penyakit karies gigi di Indonesia adalah
mengurangi komponen D (Decay) pada usia 12
tahun.4 Oleh karena itu penyelenggaraan yang
bersifat pemeliharaan, peningkatan dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut masih perlu
digalakkan.
Kesimpulan
Penilaian indeks DMF-T dengan pemeriksa
dokter gigi adalah 3.35, sedangkan pemeriksa
bukan dokter gigi adalah 3.15, dengan beda mean
0.1967, dan nilai p; 0.0001, yang berarti berbeda
bermakna.
Saran
Pemeriksa sebaiknya dilakukan oleh dokter
gigi atau bila tidak memungkinkan dilakukan oleh
perawat gigi.

Ketelitian dalam pemeriksaan
sangat
tergantung pada pencahayaan, dan kondisi lapangan
tempat pemeriksaan.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Kementerian Riset dan Tehnologi (Ristek) dan
mantan Kepala Biomedis dan Farmasi yang telah
memberi kesempatan pada kami untuk mengadakan
penelitian ini. Kepada seluruh pihak yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini tidak lupa kami
juga ucapkan terima kasih. Demikian pula kami
ucapkan terima kasih kepada para ,peneliti yang
telah berpartisipasi dalam penelitian ini, sehingga
penelitian bisa terlaksana dengan baik dan lancar.
Daftar Pustaka
1. Carranza FA., 2003; Glickman’s Clinical Periodontology. 9th edition, Philadelphia.W.B. Saunders, p:
100 -62, 543, 726 – 45.
2. Carranza FA., 2006;
Glickman’s Clinical
Periodontology. 10th edition, Philadelphia W.B.
Saunders, p : 110-19, 344 -70.
3. Pedoman Survei Dasar Kesehatan Gigi dan Mulut
di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Direktorat
Jendarl Pelayanan Medik., Jakarta 2002.
4. Hobdell M, at al. Global Goals for Oral Health
2020. International Dental Journal (2003) 53, 285288.
5. Sundoro EH. Serba–Serbi Ilmu Konsevasi Gigi,
Jakarta FKG Uiversitas Indonesia. 2005, hal 32 172.
6. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas
2007., Departemen Kesehatan R.I., Jakarta 2008.
7. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jendral
Pelayanan Medik, Direktorat Kesehatan Gigi; Profil
Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Indonesia Pada
Pelita VI. Jakarta, th 1999, halaman 17 – 69.
8. Sastroasmoro
S.
Dasar–Dasar
Metodologi
Penelitian Klinis. Jakarta. Binarupa Aksara 1995.
Hal 187-212.
9. Sutrisna B. Pengantar Metoda Epidemiologi.
Jakarta., Dian rakyat , 1994.
10. Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi.
Jakarta , ECG Cetakan I, 2008.
11. Pedoman pengukuran dan Pemeriksaan. Riset
Kesehatan Dasar 2007, Departemen Kesehatan R.I.,
Jakarta 2008
12. Tjahja I.N., dkk. Laporan Akhir Penelitian Tahun
2010., Jakarta, 2012.

45
Media Litbangkes Vol. 23 No. 1, Maret 2013: 41-46

13. penyuluh blogpot.com/2012/06/umur 40 tahun
tidak boleh berubah.html, diunduh 15-2-2013
14. www.aquator-news.com/utama//kerja.perempuanlebih-teliti, diunduh 15-2-2013

46

15. id.wikipedia.org/wiki/karies gigi) diunduh 18-22013.
16. SKRT 2001. Studi Morbiditas dan Disabilitas.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
R.I. 2001; Jakarta tahun 2002: 18-52.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

3.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi23.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi2asih gahayu
 
Alat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikAlat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikERA MULIANA SADARI
 
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityPemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityVina Widya Putri
 
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikanAnastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikanrizkyautama
 
Minimal intervensi di kedokteran gigi
Minimal intervensi di kedokteran gigiMinimal intervensi di kedokteran gigi
Minimal intervensi di kedokteran gigiasih gahayu
 
Atraumatic restorative treatment (art)
Atraumatic restorative treatment (art)Atraumatic restorative treatment (art)
Atraumatic restorative treatment (art)wahyuni majid
 
Rekam Medik Gigi " Odontogram " Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008
Rekam Medik Gigi " Odontogram "  Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008Rekam Medik Gigi " Odontogram "  Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008
Rekam Medik Gigi " Odontogram " Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008asih gahayu
 
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaVina Widya Putri
 
satpel penyakit gigi dan mulut pada anak
satpel penyakit gigi dan mulut pada anaksatpel penyakit gigi dan mulut pada anak
satpel penyakit gigi dan mulut pada anakwahyuni majid
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitasfirman putra sujai
 
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiVina Widya Putri
 
Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Gigi dan MulutKesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Gigi dan MulutAtika Fauziyyah
 
Endodontic 4
Endodontic 4Endodontic 4
Endodontic 4RSIGM
 
Indikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaIndikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaChusna Wardani
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiFerdiana Agustin
 
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana PutraPresentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana PutraWilli Fragcana Putra
 
Dasar dasar+komunikasi+efektif
Dasar dasar+komunikasi+efektifDasar dasar+komunikasi+efektif
Dasar dasar+komunikasi+efektifMUHAMMAD AL Qarni
 
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIAKODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIAdentalid
 

Mais procurados (20)

3.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi23.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi2
 
Alat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrikAlat scalling manual & elektrik
Alat scalling manual & elektrik
 
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityPemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
 
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikanAnastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
 
Minimal intervensi di kedokteran gigi
Minimal intervensi di kedokteran gigiMinimal intervensi di kedokteran gigi
Minimal intervensi di kedokteran gigi
 
Atraumatic restorative treatment (art)
Atraumatic restorative treatment (art)Atraumatic restorative treatment (art)
Atraumatic restorative treatment (art)
 
7. anomali gigi
7. anomali gigi7. anomali gigi
7. anomali gigi
 
Rekam Medik Gigi " Odontogram " Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008
Rekam Medik Gigi " Odontogram "  Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008Rekam Medik Gigi " Odontogram "  Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008
Rekam Medik Gigi " Odontogram " Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008
 
Kavitas kelas i rk
Kavitas kelas i rkKavitas kelas i rk
Kavitas kelas i rk
 
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, LeukoplakiaLesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
Lesi Putih, Variasi Normal, Leukoplakia
 
satpel penyakit gigi dan mulut pada anak
satpel penyakit gigi dan mulut pada anaksatpel penyakit gigi dan mulut pada anak
satpel penyakit gigi dan mulut pada anak
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
 
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
 
Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Gigi dan MulutKesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Gigi dan Mulut
 
Endodontic 4
Endodontic 4Endodontic 4
Endodontic 4
 
Indikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaIndikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psa
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
 
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana PutraPresentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
Presentasi Kista Odontogenik dan Tumor Odontogenik - Willi Fragcana Putra
 
Dasar dasar+komunikasi+efektif
Dasar dasar+komunikasi+efektifDasar dasar+komunikasi+efektif
Dasar dasar+komunikasi+efektif
 
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIAKODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
 

Destaque

Kti prostodonsia irma unhas
Kti prostodonsia irma unhasKti prostodonsia irma unhas
Kti prostodonsia irma unhasIrma Ariany Syam
 
Contoh judul karya tulis kedokteran gigi
Contoh judul karya tulis kedokteran gigiContoh judul karya tulis kedokteran gigi
Contoh judul karya tulis kedokteran gigiIrma Ariany Syam
 
Laporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan Gigi
Laporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan GigiLaporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan Gigi
Laporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan GigiAlninda Hutami
 
Keterangan plak dan disclosing solution
Keterangan plak dan disclosing solutionKeterangan plak dan disclosing solution
Keterangan plak dan disclosing solution07051994
 
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18SiLvi Fata
 
Cara cara membuat pengenalan
Cara cara membuat pengenalanCara cara membuat pengenalan
Cara cara membuat pengenalanBeejanSuif
 
Contoh pengenalan,objektif kajian,lokasi kajian PBS PA
Contoh pengenalan,objektif kajian,lokasi kajian PBS PAContoh pengenalan,objektif kajian,lokasi kajian PBS PA
Contoh pengenalan,objektif kajian,lokasi kajian PBS PAAthirah Amalina
 

Destaque (11)

Kti prostodonsia irma unhas
Kti prostodonsia irma unhasKti prostodonsia irma unhas
Kti prostodonsia irma unhas
 
Tugas makalah ibu halimah
Tugas makalah ibu halimahTugas makalah ibu halimah
Tugas makalah ibu halimah
 
Contoh judul karya tulis kedokteran gigi
Contoh judul karya tulis kedokteran gigiContoh judul karya tulis kedokteran gigi
Contoh judul karya tulis kedokteran gigi
 
Tugas makalah ibu halimah 2
Tugas makalah ibu halimah 2Tugas makalah ibu halimah 2
Tugas makalah ibu halimah 2
 
Laporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan Gigi
Laporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan GigiLaporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan Gigi
Laporan Komuda Penyuluhan dan Pemeriksaan Gigi
 
Ppt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fixPpt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fix
 
Kti stikes rita rintaka
Kti stikes rita rintakaKti stikes rita rintaka
Kti stikes rita rintaka
 
Keterangan plak dan disclosing solution
Keterangan plak dan disclosing solutionKeterangan plak dan disclosing solution
Keterangan plak dan disclosing solution
 
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
 
Cara cara membuat pengenalan
Cara cara membuat pengenalanCara cara membuat pengenalan
Cara cara membuat pengenalan
 
Contoh pengenalan,objektif kajian,lokasi kajian PBS PA
Contoh pengenalan,objektif kajian,lokasi kajian PBS PAContoh pengenalan,objektif kajian,lokasi kajian PBS PA
Contoh pengenalan,objektif kajian,lokasi kajian PBS PA
 

Semelhante a Penilaian Indeks DMFT

Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1andiprasetya42
 
Jurnal ahmad rizki aditama
Jurnal ahmad rizki aditamaJurnal ahmad rizki aditama
Jurnal ahmad rizki aditamasapakademik
 
3408-6831-1-SM.pdf
3408-6831-1-SM.pdf3408-6831-1-SM.pdf
3408-6831-1-SM.pdfAGUSHARO
 
Presentasi sidang nur asiah
Presentasi sidang nur asiahPresentasi sidang nur asiah
Presentasi sidang nur asiahpagungun
 
Presentasi Sidang Nur Asiah
Presentasi Sidang Nur AsiahPresentasi Sidang Nur Asiah
Presentasi Sidang Nur Asiahpagungun
 
Presentasi sidang nurasiah
Presentasi sidang nurasiahPresentasi sidang nurasiah
Presentasi sidang nurasiahpagungun
 
2 pelayanan_asuhan_gigi_dan_mulut_andividu.docx
2 pelayanan_asuhan_gigi_dan_mulut_andividu.docx2 pelayanan_asuhan_gigi_dan_mulut_andividu.docx
2 pelayanan_asuhan_gigi_dan_mulut_andividu.docxochaefin
 
abstrackk.pdf
abstrackk.pdfabstrackk.pdf
abstrackk.pdfJaenana
 
fdokumen.com_ukgs5695d46b1a28ab9b02a161a3.ppt
fdokumen.com_ukgs5695d46b1a28ab9b02a161a3.pptfdokumen.com_ukgs5695d46b1a28ab9b02a161a3.ppt
fdokumen.com_ukgs5695d46b1a28ab9b02a161a3.pptNurulKhumaerahIlyas
 
Penatalaksanaan Tingkah Laku pada Pasien Dental Anak
Penatalaksanaan Tingkah Laku pada Pasien Dental AnakPenatalaksanaan Tingkah Laku pada Pasien Dental Anak
Penatalaksanaan Tingkah Laku pada Pasien Dental AnakAlninda Hutami
 
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Vina Widya Putri
 
Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...
Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...
Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...Universitas Sumatera Utara
 
PRESENTASI POA WIDIA Presentations, Docu
PRESENTASI POA WIDIA Presentations, DocuPRESENTASI POA WIDIA Presentations, Docu
PRESENTASI POA WIDIA Presentations, DocuRimbunJaya
 

Semelhante a Penilaian Indeks DMFT (20)

Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
 
Jurnal ahmad rizki aditama
Jurnal ahmad rizki aditamaJurnal ahmad rizki aditama
Jurnal ahmad rizki aditama
 
3408-6831-1-SM.pdf
3408-6831-1-SM.pdf3408-6831-1-SM.pdf
3408-6831-1-SM.pdf
 
jurnal paedo
jurnal paedojurnal paedo
jurnal paedo
 
PAPER 2.docx
PAPER 2.docxPAPER 2.docx
PAPER 2.docx
 
PAPER 2.docx
PAPER 2.docxPAPER 2.docx
PAPER 2.docx
 
Edukasi kesehatan.pdf
Edukasi kesehatan.pdfEdukasi kesehatan.pdf
Edukasi kesehatan.pdf
 
Jurnal karies gigi
Jurnal karies gigiJurnal karies gigi
Jurnal karies gigi
 
Presentasi sidang nur asiah
Presentasi sidang nur asiahPresentasi sidang nur asiah
Presentasi sidang nur asiah
 
Presentasi Sidang Nur Asiah
Presentasi Sidang Nur AsiahPresentasi Sidang Nur Asiah
Presentasi Sidang Nur Asiah
 
Presentasi sidang nurasiah
Presentasi sidang nurasiahPresentasi sidang nurasiah
Presentasi sidang nurasiah
 
2 pelayanan_asuhan_gigi_dan_mulut_andividu.docx
2 pelayanan_asuhan_gigi_dan_mulut_andividu.docx2 pelayanan_asuhan_gigi_dan_mulut_andividu.docx
2 pelayanan_asuhan_gigi_dan_mulut_andividu.docx
 
abstrackk.pdf
abstrackk.pdfabstrackk.pdf
abstrackk.pdf
 
5. bab i
5. bab i5. bab i
5. bab i
 
fdokumen.com_ukgs5695d46b1a28ab9b02a161a3.ppt
fdokumen.com_ukgs5695d46b1a28ab9b02a161a3.pptfdokumen.com_ukgs5695d46b1a28ab9b02a161a3.ppt
fdokumen.com_ukgs5695d46b1a28ab9b02a161a3.ppt
 
116-220-1-SM.pdf
116-220-1-SM.pdf116-220-1-SM.pdf
116-220-1-SM.pdf
 
Penatalaksanaan Tingkah Laku pada Pasien Dental Anak
Penatalaksanaan Tingkah Laku pada Pasien Dental AnakPenatalaksanaan Tingkah Laku pada Pasien Dental Anak
Penatalaksanaan Tingkah Laku pada Pasien Dental Anak
 
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
 
Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...
Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...
Seminar Penelitian Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan M...
 
PRESENTASI POA WIDIA Presentations, Docu
PRESENTASI POA WIDIA Presentations, DocuPRESENTASI POA WIDIA Presentations, Docu
PRESENTASI POA WIDIA Presentations, Docu
 

Último

Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiRizalMalik9
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxkemenaghajids83
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...AGHNIA17
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxindah849420
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxArdianAdhiwijaya
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfsrirezeki99
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 

Último (20)

Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 

Penilaian Indeks DMFT

  • 1. Penilaian Indeks DMF-T … (Indirawati T.N, Magdarina D.A) PENILAIAN INDEKS DMF-T ANAK USIA 12 TAHUN OLEH DOKTER GIGI DAN BUKAN DOKTER GIGI DI KABUPATEN KETAPANG PROPINSI KALIMANTAN BARAT ASSESSMENT OF DMF-T INDEX FOR CHILDREN AGED 12 YEARS OLD BY DENTIST AND NON DENTIST IN KETAPANG DISTRICT WEST KALIMANTAN PROVINCE Indirawati Tjahja Notohartojo 1*, Magdarina D.A2 1 Pusat Tehnologi Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Balitbangkes, Kemenkes RI; Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta, Indonesia. 2 Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan *Korespondensi Penulis: indirawati@litbang.depkes.go.id Submitted : 30-03-2012; Revised : 20-01-2013; Accepted : 05-02-2013 Abstrak Indeks DMF-T adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen. Karies gigi umumnya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai macam bakteri. Indikator utama pengukuran DMF-T menurut WHO adalah pada anak usia 12 tahun. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Uji beda mean , dengan membandingkan hasil pengukuran 10 (sepuluh) dokter gigi dan 10 (sepuluh) bukan dokter gigi. Penelitian dilakukan di propinsi Kalimantan Barat, dikarenakan memiliki DMF-T tinggi. Subjek penelitian berjumlah 30 anak, yang terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan berusia 12 tahun. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pemeriksaan dokter gigi dan bukan dokter gigi dan untuk mendapatkan ketepatan pemeriksaan agar hasil survei kesehatan gigi dan mulut melalui Riskesdas yang akan datang atau survei lainnya yang dilakukan dengan metode observasi dapat diprediksi dengan lebih tepat. Hasil penelitian didapatkan ratarata DMF-T dengan pemeriksa dokter gigi adalah 3.35, sedangkan pemeriksa bukan dokter gigi adalah 3.15, dengan beda mean 0.1967, dan nilai p ; 0.0001, yang berarti bermakna. Agar didapat hasil yang baik dan akurat dalam pengukuran DMF-T sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi atau perawat gigi. Kata kunci : karies, indeks DMF-T, dokter gigi, bukan dokter gigi Abstract DMF-T index is an index to assess oral health status in terms of permanent tooth caries. Dental caries are usually caused by poor oral hygiene, so that there is an accumulation of plaque contains a variety of bacteria. The main indicator of DMF-T measurements according to the WHO is for 12-years old children. A cross sectional study was conducted to compare DMF-T index assessed by 10 dentists and 10 non dentists. It was conducted in West Kalimantan province, due to having high DMF-T index. A total of 30 children aged 12 years old, consisting of boys and girls, were examined. The purpose of this study was to obtain the accuracy of examination in order to decide wheter non dentist are suitable to assess DMF-T index for the coming Riskesdas or other surveys conducted by observational method. The average of DMF-T index assessed by dentists (3.35) and non dentists (3.15) was significantly different (mean difference 0.1967, p=0.0001). To get good and accurate results of DMF-T index, it is better to be be done by dentist or dental nurse. Keywords : caries, DMF-T index, dentist, non dentist. 41
  • 2. Media Litbangkes Vol. 23 No. 1, Maret 2013: 41-46 Pendahuluan Status kesehatan gigi - mulut pada umumnya dinyatakan dalam prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal, hal ini disebabkan karena penyakit karies gigi dan penyakit periodontal hampir dialami seluruh masyarakat di dunia.1,2 Untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini karies gigi digunakan nilai DMF-T (Decay Missing Filled Teeth). Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau sekelompok orang. Angka D adalah gigi yang berlubang karena karies gigi, angka M adalah gigi yang dicabut karena karies gigi, angka F adalah gigi yang ditambal atau ditumpat karena karies dan dalam keadaan baik . Nilai DMF-T adalah penjumlahan D+ F+ T.3,4,5 Berdasarkan laporan Riskesdas 2007, ada lima propinsi yang memiliki DMF-T tinggi diantaranya propinsi Kalimantan Barat. Propinsi Kalimantan Barat memiliki nilai DMF-T tinggi sebesar 6,38.6 Penelitian ini penting dilakukan, agar penelitian kesehatan gigi-mulut melalui Riskesdas ataupun survey lain dengan metode yang sama dapat mencerminkan gambaran penyakit gigi yang sebenarnya. Rencananya Riskesdas akan dilaksanakan secara periodik, sehingga penelitian melalui Riskesdas dapat memberi gambaran tentang penyakit gigi dan mulut. Langkah yang perlu ditempuh adalah mengukur tingkat ketepatan pengukuran pada pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan formulir Riskesdas oleh dokter gigi dan non dokter gigi dengan sampel penelitian kelompok usia 12 tahun, dan menggunakan instrumen sederhana yaitu dua buah kaca mulut. Bukan dokter gigi meliputi lulusan D3, yaitu Akademi Keperawatan, Akademi Gizi, Akademi Farmasi, Akademi Kesehatan Lingkungan. Untuk mengukur derajat keparahan penyakit gigi dan mulut masyarakat diperlukan indikator dan standart penilaian. Menurut WHO, indeks DMF-T adalah untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi pada gigi permanen, sedang untuk gigi sulung mengunakan indeks dmft. Indikator utama pengukuran DMF-T menurut WHO adalah anak usia 12 tahun, yang dinyatakan dengan indeks DMF-T yaitu ≤ 3, yang berarti pada usia 12 tahun jumlah gigi yang berlubang (D), dicabut karena karies gigi (M), dan gigi dengan tumpatan yang baik (F), tidak lebih atau sama dengan 3 gigi per anak.7 42 Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan angka koreksi agar hasil survei kesehatan gigi dan mulut melalui Riskesdas yang akan datang atau survei lainnya yang dilakukan dengan metode observasi dapat diprediksi dengan lebih tepat.6 Metode Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian gabungan yang dilakukan di puskesmas Kedondong, kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan uji beda Mean. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan intra oral, yaitu pemeriksaan DMF-T oleh dokter gigi dan bukan dokter gigi. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan kalibrasi pada peneliti dibawah pengawasan para pakar yang telah berpengalaman di lapangan. Kalibrasi dilakukan agar dipastikan bahwa penilaian yang dilakukan peneliti setara dengan penilaian yang dilakukan para pakar. Sampel penelitian adalah subjek yang berusia 12 tahun yang berjumlah 30 subjek. Populasi dalam penelitian ini adalah anak laki-laki dan anak perempuan yang menetap di wilayah Kabupaten Ketapang Propinsi Kalimantan Barat dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, dinyatakan dalam informed concent. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulir isian untuk hasil pemeriksaan intra oral, kaca mulut, sonde, excavator, sarung tangan, masker, kapas, alkohol 70%, senter, dan disinfektan. Klasifikasi tingkat keparahan karies gigi pada usia 12 tahun atau lebih dikategorikan menjadi lima katagori, yaitu tingkat keparahan sangat rendah dengan nilai DMF-T sebesar 0,0 – 1,0. Kemudian tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T sebesar 1,2 -2,6. Tingkat keparahan sedang dengan nilai DMF-T sebesar 2,7 – 4,4. Dan tingkat keparahan tinggi dengan nilai DMF-T sebesar 4,5 – 6,5, serta tingkat keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T sebesar > 6,6.7 Kerangka Konsep Pemeriksaan Karies Gigi D (Decay/Karies, -M (Missing), -F (Filling), -DMF-T Hasil Pemeriksaan Bukan Dokter Gigi(perawat, akademi Farmasi, kesling dll) Hasil Pemeriksaan oleh Dokter Gigi
  • 3. Penilaian Indeks DMF-T … (Indirawati T.N, Magdarina D.A) Besar Sampel Rumus Besar sampel: ,8,9,10 N = Z12. α/2 ∂2 e2 SD deviasi/∂ .DMF-T studi terdahulu = 1,35 Derajat kepercayaan 95% → Z1 – α/2 = 1,96 Simpangan maximal rata- rata DMF-T = 0,5 N = (1,96)2. (1,35)2 = 27,96 (0,5) 2 Untuk antisipasi sampel drop out + 10 % = 30 orang Persiapan Sebelum dilakukan Pemeriksaan Pertama-tama dilakukan dahulu pelatihan pengumpul data untuk dokter gigi dan bukan dokter gigi. Hal ini dilakukan dalam rangka menyamakan persepsi di dalam kelas maupun praktik lapangan di bawah pengawasan seorang dokter gigi yang sudah terlatih. Pada saat pelatihan perlu dilakukan kalibrasi, caranya adalah model yang telah diperiksa pertama kali oleh pelatih, akan diperiksa ulang oleh para petugas pengumpul data. Pemeriksaan dicatat pada formulir pemeriksaan gigi permanen. Hasil pemeriksaan dari petugas pengumpul data dibandingkan dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pelatih. Petugas pengumpul data dicocokkan dengan pelatih. Bila ada perbedaan maka perbedaan tersebut didiskusikan bersama untuk meningkatkan kesamaan persepsi/akurasi.11 Kemudian sejumlah 10 (sepuluh) orang dokter gigi dan 10 (sepuluh) orang bukan dokter gigi bertugas memeriksa keadaan gigi dan mulut dari 30 (tiga puluh) responden dengan 2 (dua) buah kaca mulut sesuai dengan cara yang dilakukan pada Riskesdas 2007. Dokter gigi dan bukan dokter gigi menghitung jumlah gigi yang karies, ditumpat dan dicabut dari setiap responden, dengan menggunakan kaca mulut. Kaca mulut digunakan untuk memudahkan melihat situasi dalam mulut. Pemeriksa bergilir memeriksa responden menurut alur pemeriksaan. Setiap responden diperiksa oleh 10 (sepuluh) orang dokter gigi dan 10 (sepuluh) orang bukan dokter gigi. Untuk itu pada masing-masing meja disediakan 2 (dua) buah kaca mulut dan 20 formulir pemeriksaan, yang akan diisi oleh 20 (dua puluh) pemeriksa. Pemeriksaan dilakukan di ruangan dengan pencahayaan atau penerangan yang cukup, berupa cahaya matahari. Pada usia 12 tahun ini, dimana kemungkinan keadaan gigi masih bercampur (gigi sulung dan gigi tetap), untuk itu perlu pengamatan lebih teliti pada setiap gigi yang ada, apakah gigi tersebut gigi permanen ataukah gigi sulung. Penilaian pada gigi sulung atau gigi decidui tidak dilakukan. Hasil12 Tabel 1. Karakteristik Pemeriksa Dokter Gigi dan Bukan Dokter Gigi Dokter Gigi No Keterangan 1 Usia Dibawah 40 4 Tahun Diatas 40 6 tahun Jenis Kelamin Laki-laki 1 Perempuan 9 Pendidikan S1 10 D3 Pekerjaan Fungsional 9 Peneliti Petugas 1 Struktural Mengunakan Alat Bantu Pakai kaca 6 mata Tidak pakai 4 kaca mata 2 3 4 5 Persentase Bukan Dokter Gigi Persentase 40 10 100 60 - - 10 90 8 2 80 20 100 - 10 0 100 90 0 0 10 10 100 60 - - 40 10 100 Pada tabel 1, terlihat bahwa usia dokter gigi yang berusia dibawah 40 tahun terdapat 4 orang, sedang yang berusia 40 tahun keatas berjumlah 6 orang. Sedang pada yang bukan dokter gigi ratarata berusia dibawah 40 tahun. Untuk dokter gigi lebih banyak ditemukan perempuan yaitu berjumlah 9 (sembilan) orang, dibandingkan yang laki-laki hanya 1(satu) orang. Sedang pada yang bukan dokter gigi, pemeriksa laki-laki lebih banyak yaitu 8 orang, sedangkan pemeriksa perempuan yang bukan dokter gigi hanya 2 orang saja. Pendidikan pemeriksa dokter gigi adalah S1, sedangkan pendidikan pemeriksa bukan dokter gigi adalah D3, yang terdiri dari lulusan akademi keperawatan, akademi Gizi, akademi sanitasi lingkungan, dan akademi Farmasi. Pada variabel pekerjaan, rata-rata adalah dokter gigi yang merupakan peneliti pusat, sedang dokter gigi daerah adalah peneliti daerah yang merangkap sebagai fungsional dokter gigi puskesmas. Pada yang bukan dokter gigi adalah petugas struktural di puskesmas yang merangkap juga sebagai fungsional puskesmas. Untuk alat bantu, dalam hal ini adalah kaca mata. Ditemukan 60% peneliti pusat menggunakan kaca mata, sedang yang 40% tidak menggunakan kaca mata. 43
  • 4. Media Litbangkes Vol. 23 No. 1, Maret 2013: 41-46 Sedangkan yang bukan dokter gigi 100% tidak menggunakan alat bantu berupa kaca mata. Pada yang bukan dokter gigi ditemukan rata-rata pemeriksanya adalah laki-laki, usia lebih muda dan tidak menggunakan kaca mata. Hal ini juga menambah ketelitian dalam melakukan pemeriksaan gigi dan mulut. . Tabel 2. Rata-Rata D, M, F dan DMF-T Pada Usia 12 Tahun Dengan Pemeriksaan Dokter Gigi dan Bukan Dokter Gigi No Kelompok Sam pel Beda Mean Dokter Gigi 1 2 3 4 Decay (D) Missing(M) Filling(F) DMF-T 30 30 30 30 2.9766±2.6272 0.34±0.7253 0.0333±0.2137 3.35±2.9032 Bukan Dokter Gigi 2.6±2.626 0.5466±1.0606 0.0233±0.3509 3.1533±2.8313 Nilai p 0.2733 0.2066 0.0100 0.1967 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata decay (D) atau gigi berlubang pada responden usia 12 tahun adalah 2.97 dengan pemeriksa dokter gigi, sedangkan pemeriksa bukan dokter gigi adalah 2.6, dan memiliki beda mean sebesar 0,2733, dengan nilai p <0.05, yaitu 0.0001, yang berarti berbeda bermakna. Sedang rata-rata missing (M) atau gigi dicabut karena karies dengan pemeriksa dokter gigi adalah 0.34, sedang pemeriksa bukan dokter gigi adalah 0.55, dengan beda rata-rata missing (M) adalah 0.2066, dengan nilai p <0.05, yaitu 0.0001, yang berarti berbeda bermakna. Demikian pula nilai filling (penambalan gigi ) dengan pemeriksa dokter gigi adalah 0.033, sedang pemeriksa bukan dokter gigi adalah 0.023, beda rata-rata filling (F) adalah 0.0100, dengan nilai p < 0.05, yaitu 0.0001, yang berarti berbeda bermakna. Rata-rata nilai DMF-T pada responden usia 12 tahun dengan pemeriksa dokter gigi adalah 3,35, sedangkan pemeriksa bukan dokter gigi adalah 3.15, dengan memiliki beda mean sebesar 0.1967, dengan nilai p <0.05, yaitu 0.0001, yang berarti berbeda bermakna. Pembahasan Pada tabel 1, menunjukkan bahwa usia pemeriksa dibedakan menjadi usia diatas 40 tahun dan usia dibawah 40 tahun. Pemilihan usia 40 tahun ini, dikarenakan pada usia tersebut merupakan usia yang matang dan tidak berubah dalam menentukan pilihan atau pendapat.13 Pada Pemeriksa dokter gigi umumnya berusia diatas 40 tahun, dan berjumlah 9 (sembilan) orang adalah perempuan, sedangkan 44 pemeriksa dokter gigi laki-laki hanya 1 (satu) orang saja. Seperti diketahui perempuan dalam segi fisik memang lebih lemah dibandingkan dengan lakilaki. Tetapi bukan berarti perempuan tidak bisa mengerjakan apa yang kaum pria kerjakan, bahkan kerja perempuan lebih teliti.14 Rata-rata pemeriksa dokter gigi adalah peneliti baik itu peneliti pusat maupun peneliti daerah. Pemeriksa dokter gigi umumnya menggunakan kaca mata, namun kejelian pemeriksa peneliti pusat dan peneliti daerah sudah cukup memadai. Hal ini dikarenakan kebiasaan dari dokter gigi daerah sebagai dokter gigi puskesmas, merupakan pekerjaan sehari-hari yang dilakukan di puskesmas. Demikian pula pada yang bukan dokter gigi, rata–rata pemeriksa yang bukan dokter gigi masih berusia muda, dimana usia dibawah 40 tahun dan rata-rata tidak menggunakan kaca mata. Seperti diketahui, dalam melakukan diagnosis memerlukan pengamatan dan dengan pencahayaan yang cukup.15. Pada tabel 2, didapatkan rata-rata Decay (gigi berlubang) dengan pemeriksa dokter gigi pada usia 12 tahun, adalah 2.98, sedangkan dengan pemeriksa bukan dokter gigi adalah 2.6, terdapat beda mean (rata-rata) 0.27, dengan nilai p < 0.05, yaitu 0.0001, yang berarti berbeda bermakna. Demikian pula pada Missing (M), memiliki beda mean antara pemeriksaan dokter gigi dan bukan dokter gigi adalah 0.21, dengan nilai p:0.0001, < 0.05, yang berarti berbeda bermakna. Pada usia 12 tahun ini, filling atau penambalan gigi hampir tidak ditemukan, namun ada perbedaan pemeriksaan antara dokter gigi dan non dokter gigi yaitu sebesar 0.01, dengan nilai p:0.0001, berarti bermakna. Jadi nilai DMF-T usia 12 tahun dengan pemeriksa dokter gigi adalah 3.35, sedang bukan dokter gigi adalah 3.15, terdapat perbedaan rata –rata DMF-T sebesar 0.2, dengan nilai p :0.0001, yang berarti bermakna (p < 0.05). Indikator utama pengukuran DMF-T menurut WHO adalah anak usia 12 tahun,adalah ≤ 3, yang berarti pada usia 12 tahun jumlah gigi yang berlubang (D), dicabut karena karies gigi (M), dan gigi dengan tumpatan yang baik (F) , tidak lebih atau sama dengan 3 gigi per anak.7 Apabila kita lihat lebih rinci, indeks DMF-T pada penelitian ini berkisar antara 3.15 dan 3.35, hal ini sesuai dengan pengukuran DMF-T menurut WHO pada anak usia 12 tahun, yaitu ≤ 3. Demikian pula keinginan responden untuk menambalkan giginya kecil, hal ini dimungkinkan karena gigi yang berlubang masih sedikit yaitu 3 gigi per
  • 5. Penilaian Indeks DMF-T … (Indirawati T.N, Magdarina D.A) responden. Ini sesuai dengan pendapat dari WHO, yang menyatakan pada usia 12 tahun merupakan usia dimana gigi yang mengalami karies atau gigi berlubang sebanyak 3 (tiga) gigi. Berdasarkan laporan SKRT pada tahun 1995, indeks DMF-T adalah 2.21. Sedangkan pada penelitian ini, indeks DMF-T yang diperiksa oleh dokter gigi sudah meningkat yaitu 3.35 dan 3.15 yang diperiksa oleh bukan dokter gigi. Tingkat keparahan kerusakan gigi pada usia 12 tahun sebesar 3.35 menurut kriteria termasuk kriteria sedang yaitu berada pada 2,7- 4,4. Dari laporan SKRT (2001) menunjukkan bahwa prevalensi karies aktif pada penduduk umur 10 tahun ke atas yang belum ditangani adalah 52,3% dan penduduk yang pernah mengalami karies sebesar 71,20%. Performance Treatment Index (PTI) atau motivasi untuk menumpatkan gigi yang karies pada umur 12 – 18 tahun sangat rendah sekitar 4-5 %, sedangkan besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan dan atau pencabutan pada usia 12-18 tahun sebesar 72,4% - 82,5%.16 Pada penelitian ini ditemukan nilai missing kecil, demikian juga dengan penambalan giginya. Hal ini dimungkinkan karena nilai DMF-T nya berkisar antara 3 gigi. Demikian pula responden masih berusia muda, dan belum mengetahui pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Padahal salah satu tujuan Oral Health 2020 yang telah disepakati WHO, FDI, dan IADR untuk penyakit karies gigi di Indonesia adalah mengurangi komponen D (Decay) pada usia 12 tahun.4 Oleh karena itu penyelenggaraan yang bersifat pemeliharaan, peningkatan dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut masih perlu digalakkan. Kesimpulan Penilaian indeks DMF-T dengan pemeriksa dokter gigi adalah 3.35, sedangkan pemeriksa bukan dokter gigi adalah 3.15, dengan beda mean 0.1967, dan nilai p; 0.0001, yang berarti berbeda bermakna. Saran Pemeriksa sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi atau bila tidak memungkinkan dilakukan oleh perawat gigi. Ketelitian dalam pemeriksaan sangat tergantung pada pencahayaan, dan kondisi lapangan tempat pemeriksaan. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Riset dan Tehnologi (Ristek) dan mantan Kepala Biomedis dan Farmasi yang telah memberi kesempatan pada kami untuk mengadakan penelitian ini. Kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini tidak lupa kami juga ucapkan terima kasih. Demikian pula kami ucapkan terima kasih kepada para ,peneliti yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini, sehingga penelitian bisa terlaksana dengan baik dan lancar. Daftar Pustaka 1. Carranza FA., 2003; Glickman’s Clinical Periodontology. 9th edition, Philadelphia.W.B. Saunders, p: 100 -62, 543, 726 – 45. 2. Carranza FA., 2006; Glickman’s Clinical Periodontology. 10th edition, Philadelphia W.B. Saunders, p : 110-19, 344 -70. 3. Pedoman Survei Dasar Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendarl Pelayanan Medik., Jakarta 2002. 4. Hobdell M, at al. Global Goals for Oral Health 2020. International Dental Journal (2003) 53, 285288. 5. Sundoro EH. Serba–Serbi Ilmu Konsevasi Gigi, Jakarta FKG Uiversitas Indonesia. 2005, hal 32 172. 6. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2007., Departemen Kesehatan R.I., Jakarta 2008. 7. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Direktorat Kesehatan Gigi; Profil Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Indonesia Pada Pelita VI. Jakarta, th 1999, halaman 17 – 69. 8. Sastroasmoro S. Dasar–Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta. Binarupa Aksara 1995. Hal 187-212. 9. Sutrisna B. Pengantar Metoda Epidemiologi. Jakarta., Dian rakyat , 1994. 10. Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan. Dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi. Jakarta , ECG Cetakan I, 2008. 11. Pedoman pengukuran dan Pemeriksaan. Riset Kesehatan Dasar 2007, Departemen Kesehatan R.I., Jakarta 2008 12. Tjahja I.N., dkk. Laporan Akhir Penelitian Tahun 2010., Jakarta, 2012. 45
  • 6. Media Litbangkes Vol. 23 No. 1, Maret 2013: 41-46 13. penyuluh blogpot.com/2012/06/umur 40 tahun tidak boleh berubah.html, diunduh 15-2-2013 14. www.aquator-news.com/utama//kerja.perempuanlebih-teliti, diunduh 15-2-2013 46 15. id.wikipedia.org/wiki/karies gigi) diunduh 18-22013. 16. SKRT 2001. Studi Morbiditas dan Disabilitas. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan R.I. 2001; Jakarta tahun 2002: 18-52.