SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 13
TITRASI IODO – IODIMETRI
I. DASAR TEORI
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan
reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya
elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung
mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami
kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi
satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja.
Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namun demikian, oksidator dapat ditentukan
dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion
titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II) .
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri). Iodimetri merupakan titrasi
langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya
adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sample atau terbentuk dari hasil reaksi antara sample dengan ion
iodida . Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai penitar.
Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat – zat yang potensial oksidasinya lebih rendah dari
sistem iodium – iodida, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan
menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri, dimana digunakan larutan
iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya.
Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri
dari 2, yaitu (2);
a. Iodimetri metode langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku Iodium. Contohnya
pada penetapan kadar Asam Askorbat.
b. Iodimetri metode residual ( titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam
jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya pada
penetapan kadar Natrium Bisulfit.
Dalam titrasi iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa
hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin.
Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit. Substansi-substansi penting yang
cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu zat-zat dengan potensial
reduksi yang jauh lebih rendah adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida, sulfit, timah (II) dan
ferosianida, zat-zat ini bereaksi lengkap dan cepat dengan iod bahkan dalam larutan asam. Dengan zat
pereduksi yang agak lemah, misal arsen trivalen atau stibium trivalen, reaksi yang lengkap hanya akan terjadi
bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit asam, pada kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi
adalah minimum atau daya mereduksinya adalah maksimum.
Iodium merupakan kristal hitam mengkilat yang mudah dimurnikan dengan cara sublimasi (resublimated
Iodine), tidak larut dalam air,larut dalam alkohol dan dalam larutan KI,karena terbentuknya ion triiodida
menurut reaksi:
I2 + I⁻ I3⁻
Iodium merupakan indicator yang relative lemah dibanding dengan kalium kromat, senyawa serium (IV),
brom, dan kalium bikromat.
I2 + 2e 2I’E0 = 0,535 V
Karena potensial oksidasinya rendah, maka justru system ini lebih menguntungkan karena ia dapat mereduksi
oksidator-oksidator kuat, sehingga iodida dapat mereduksi oksidator tersebut dan kemudian dibebaskan
iodium. Iodium yang dibebaskan ini kemudian dapat dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat.
1. Iodimetri
Merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodium (I2) dan digunakan untuk analisis kuantitatif
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih kecil daripada sistem iodium-iodida atau dengan
kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat seperti Vitamin C,
tiosulfat, arsenit, sulfide, sulfit, Stibium (III), timah (II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari berbagai macam
zat ini tergantung pada konsentrasi ion hydrogen, dan hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat yang dapat
menghasilkan reaksi dengan iodium secara kuantitatif. Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan
mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Prinsip penetapannya yaitu apabila zat uji
(reduktor) langsung dititrasi dengan larutan iodium. ( I2 ) sebagai larutan standart.
Reaksinya : Reduktor → oksidator + e
I2 + 2e → 2I
2. Iodometri
Merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai
oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti
CuSO4 5H2O. Pada Iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebih dan
akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume
tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya
sampel. Prinsip penetapannya yaitu bila zat uji (oksidator) mula-mula direaksikan dengan ion iodida berlebih,
kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan larutan tiosulfat.
Reaksinya : oksidator + KI → I2
I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Metode titrasi langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi
tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia.
Pada metode iodimetri dan iodometri, larutan harus dijaga supaya pH larutan lebih kecil dari 8 karena dalam
larutan alkali iodium bereaksi dengan hidroksida (OH-) menghasilkan ion hipoiodit yang pada akhirnya
menghasilkan ion iodat menurut reaksi :
I2 + OH- HI + IO-
3IO- IO3- + 2I-
Sehingga apabila ini terjadi maka potensial oksidasinya lebih besar daripada iodium akibatnya akan
mengoksidasi tiosulfat (S2O32-) tapi juga menghasilkan sulfat (SO42-) sehingga menyulitkan perhitungan
stoikiometri (reaksi berjalan tidak kuantitatif). Oleh karena itu, pada metode iodometri tidak pernah dilakukan
dalam larutan basa kuat.
Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimetri), digunakan suatu larutan iodium dalam kalium
iodida dan karena itu spesi reaktifnya adalah ion triiodida (I3⁻). Untuk tepatnya semua persamaan yang
melibatkan reaksi-reaksi iodium seharusnya ditulis dengan I3⁻ dan bukan I2 ,misal :
I3⁻ + 2S2O32⁻ 3I⁻ + S₄O62⁻
Reaksi diatas lebih akurat dari pada :
I2 + 2S2O32⁻ 2I⁻+S₄O62⁻ namun demi kesederhanaan untuk selanjutnya penulisan larutan
iodium dengan menggunakan I2 bukan dengan I3.
Perbedaan Iodimetri Iodometri
jenis Langsung Tidak Langsung
Jumlah Satu Dua
Contoh
reaksi
I2 +
2Na2S2O4 à2NaI +
Na2S4O6
KIO3 + 5KI + 3H2SO4 àI2- +
K2SO4 + 3H2O
Analat Reduktor lemah Oksidator
Larutan
Baku
Iodium
KIO3 yang direaksikan dengan
KI dan menghasilkan iodium
II. LARUTAN BAKU
A. LARUTAN BAKU IODIUM
Pembuatan larutan baku iodium
Menurut FI Ed III, larutan iodium 0,1 N dibuat dengan melarutkan 12,69 g iodium P ke dalam larutan 18 g
kalium iodida P dalam 100 ml air, kemudian diencerkan dengan air hingga 1000 ml. Larutan iodium yang lebih
encer (0,02 : 0,001 N) dibuat dengan mengencerkan larutan iodium 0,1 N.
0,335 gram iod melarut dalam 1 dm3 air pada 25⁰C. Selain keterlarutan yang kecil ini , larutan air iod
mempunyai tekanan uap yang cukup berarti, karena itu konsentrasinya berkurang sedikit disebabkan oleh
penguapan ketika ditangani. Kedua kesulitan ini dapat diatasi dengan melarutkan iod itu dalam larutan air
kalium iodida. Makin pekat larutan itu,makin besar keterlarutan iod. Keterlarutan yang bertambah ini
disebabkan oleh pembentukan ion triiodida:
I2 + I I3-
Larutan yang dihasilkan mempunyai tekanan uap yang jauh lebih rendah ketimbang suatu larutan iod dalam
air murni, akibatnya kehilangan oleh penguapan menjadi sangat jauh berkurang. Meskipun demikian, tekanan
uapnya masih cukup berarti sehingga harus selalu diambil tindakan-tindakan pencegahan untuk menjaga agar
bejana-bejana yang mengandung iod tetap tertutup,kecuali sewaktu titrasi yang sesungguhnya. Bila larutan
iod dalam iodida dititrasi dengan suatu reduktor,iod yang bebas bereaksi dengan zat pereduksi itu. Ini
menggeser kesetimbangan ke kiri, dan akhirnya semua triiodida terurai, jadi larutan berperilaku seakan-akan
adalah suatu larutan iod bebas.
Untuk penyiapan larutan iod standar harus digunakan iod pro analisis atau yang disublimasi-ulang dan kalium
iodida yang bebas iodat (misalnya pro analisis).
Larutan dapat distandarisasi terhadap arsen(III) oksida murni atau dengan suatu larutan natrium tiosulfat yang
baru saja distandarkan terhadap kalium iodat.
Larutan iod paling baik diawetkan dalam botol kecil yang bersumbat-kaca. Ini harus diisi sepenuhnya,dan
disimpan di tempat yang gelap dan dingin.Kontak dengan gabus atau tutup karet harus dihindari.
Selain menggunakan larutan iodium dalam iodimetri dapat digunakan larutan baku KIO3 dan KI. Larutan ini
cukup stabil dalam menghasilkan iodium bila ditambahkan asam menurut reaksi :
IO3- + 5I- + 6 H+ → 3I2 + 3H2O
Larutan KIO3 dan KI memiliki dua kegunaan penting, pertama adalah sebagai sumber dari sejumlah iod yang
diketahui dalam titrasi, ia harus ditambahkan kepada larutan yang mengandung asam kuat, ia tak dapat
digunakan dalam medium yang netral atau memiliki keasaman rendah. Yang kedua, dalam penetapan
kandungan asam dari larutan secara iodometri, atau dalam standarisasi larutan asam keras.
Pada penggunaan iodium untuk titrasi ada dua sumber kesalahan yaitu :
a. Hilangnya iodium karena mudah menguap
b. Iodida dalam larutan asam mudah dioksidasi oleh udara menurut reaksi :
4I + O2 + 4H+ → 2I2 + 2H2O
Penguapan dari iodida dapat dikurangi dengan adanya kelebihan iodida karena terbentuk ion triiodida.
Dengan 4% KI, maka penguapan iodium dapat diabaikan, asalkan titrasinya tidak terlalu lama. Titrasi harus
dilakukan dalam labu tertutup dan dingin. Oksidasi iodida oleh udara dalm larutan netral dapat diabaikan,
akan tetapi oksidasinya bertambah jika pH larutan turun. Reaksi ini dikatalisis oleh logam dengan valensi
tertentu (terutama tembaga), ion nitrit dan cahaya matahari yang kuat. Oleh karena itu titrasi tidak boleh
dilakukan pada cahaya matahari langsung. Oksidasi iodida oleh udara dapat dipengaruhi oleh reaksi antara
iodida dengan oksidator terutama jika reaksinya berjalan lambat. Oleh karena itu larutan yang mengandung
iodida dan asam tidak boleh dibiarkan terlalu lama, maka larutan itu harus dibebaskan dari udar sebelum
penambahan iodida. Udara dikeluarkan dengan menambahkan karbondioksida.
B. LARUTAN BAKU NATRIUM THIOSULFAT
Pembuatan larutan baku tiosulfat
Menurut FI edisi III, larutan baku Na₂S₂O₃ 0,1 N dibuat dengan cara 26 gram natrium tiosulfat P dan 200
mg natrium carbonat P dilarutkan dalam air bebas CO₂ P segar hingga 1000 ml. Larutan Na₂S₂O₃ yang lebih
encer 0,05 N ; 0,02 N ; 0,01 N : 0,1 N dibakukan sebelum digunakan.
Natrium tiosulfat Na₂S₂O₃.5H₂O mudah diperoleh dalam keadaan kemurnian yang tinggi, tetapi selalu
ada sedikit ketidakpastian akan kandungan air yang setepatnya, karena sifat efloresen (melapuk-lekang) dari
garam itu dan karena alasan - alasan lain . Karena itu zat ini tidak sesuai sebagai standar primer.
Larutan baku tiosulfat jika disimpan lama - lama akan berubah titernya. Beberapa hal yang
menyebabkan sangat kompleks dan saling bertentangan akan tetapi beberapa faktor yang dapat
menyababkan terurainya larutan tiosulfat dapat disebutka sebagai berikut :
1. Keasaman
Larutan tiosulfat dalam suasana alkali atau netral relatif stabil, tidak dikenal adanya asam tiosulfat atau
hidrogen tiosulfat. Proses peruraiannya sangat rumit, tetapi fakta yang dapat dikemukakan adalah jika
konsentrasi ion hidrogen lebih besar dari 2,5 x 10⁻⁵ maka terbentuk ion hidrogen sulfit yang sangat tidak stabil
dan terurai menurut reaksi :
HS₂O₃⁻ → HSO₃⁻ + S
Kemudian secara perlahan – lahan akan terurai lagi dan terbentuk pentationat menurut reaksi :
6H⁺ + 6S₂O₃ → 2S₅O₆2⁻ + 3H₂O
Jika HCl pekat maka yang terjadi adalah hidrogen sulfida dan hidrogen polisulfida dan tidak terbentuk ditionat
atau sulfat, sedangkan dengan HCl yang kurang pekat terutama jika ada katalisator arsen trioksida maka akan
terbentuk pentationat. Larutan tiosulfat paling stabil pada pH antara 9 - 10. Tops menganjurkan pemberian
natrium carbonat, pada pembuatan larutan baku tiosulfat, akan tetapi hal ini akan mengakibatkan terjadinya
reaksi samping pada saat titrasi larutan iodium yang netral. Di samping itu pada larutan yang sangat alkalis
maka kemungkinan terjadi reaksi sebagai berikut :
3Na₂S₂O₃ + 6NaOH → 2Na₂S + 4Na₂SO₃ + 3H₂O
Mohr juga menunjukan bahwa larutan tiosulfat dalam air diuraikan oleh asam karbonat menurut reaksi :
H₂O + CO₂ → H₂CO₃
Na₂S₂O₃ + H₂CO₃ → NaHCO₃ + NaHSO₃ + S
2. Oksidasi oleh udara
Tiosulfat secara perlahan – lahan akan dioksidasi oleh udara. Reaksinya terjadi dalam dua tingkat :
Na₂S₂O₃ + H₂SO₄ → Na₂SO₃ + S (lambat)
Na₂S₂O₃ + ½O₂ → Na₂SO₄ (dapat diukur)
Na₂S₂O₃ + ½O₂ → Na₂SO₄ + S
Menurut Schuleck, sulfur yang terjadi selama peruraian reaksinya diperkirakan berjalan sebagai berikut :
Na₂S₂O₃ + H₂O → Na₂SO₄ + H₂S
H₂S + ½O2 → H₂O + S
Na₂S₂O₃ + ½O₂ → Na₂SO₄ + S
Sebagai alasan terbentuknya tetraionat atau terjadi sulfit sebagai reaksi antara, karena tembaga mengkatalisis
peruraian ini dengan kuat sekali seperti diketahui bahwa tembaga dengan kuat mengkatalisis oksidasi dari
sulfit oleh udara menurut reaksi :
2Cu₂⁺ + 2S₂O₃²¯ → 2Cu⁺ + S₄O₆²¯ (segera)
2Cu⁺ + ½O₂ → 2Cu²⁺ + O²¯ (lambat)
O²¯ + 2H⁺ → H₂O (lambat)
2Cu²⁺+ S₂O₃²¯ + ½O₂ + 2H⁺ → 2Cu⁺ + S₄O₆²¯ + H₂O
Dari kenyataan di atas, maka dianjurkan pembuatan larutan baku tiosulfat dengan air yang didestilasi dengan
alat gelas dan sejauh mungkin bebas dari tembaga. Dari penelitian Kilpatrick diketemukan bahwa larutan
tiosulfat yang dibuat dengan air suling biasa terurai sebanyak 20 % setelah 200 hari.
3. Mikroorganisme
Dari beberapa percobaan ternyata bahwa sumber utama peruraian larutan baku tiosulfat adalah disebabkan
adanya mikroorganisme dalam larutan tersebut. Ternyata ada mikroorganisme dalam udara yang
menggunakan sulfur dengan cara mengambil sulfur dari tiosulfat menjadi sulfit yang oleh udara langsung
dioksidasi menjadi sulfat. Ada beberapa bakteri dalam udara yang bersifat demikian. Proses metabolisme dari
bakteri itu mungkin melalui reaksi sebagai berikut :
Na₂S₂O₃ + H₂O + O → Na₂S₂O₆ + 2NaOH, dan
Na₂S₂O₃ → NaSO₃ + S
Na₂SO₃ + O → NaSO₄ dan
S + 3O + H₂O → H₂SO₄
Oleh karena itu larutan tiosulfat yang dibuat steril akan stabil sekali dan hanya kalau terjadi kontaminasi
bakteri belerang maka akan terurai perlahan - lahan.
III. STANDARISASI
1. STANDARISASI LARUTAN NATRIUM TIOSULFAT
Metode titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana mula – mula iodium direaksikan dengan iodida
berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan natrium thiosulfat.
A. Dengan Kalium Iodat
Adapun cara pembakuannya dilakukan dengan cara sebagai berikut : Timbang kurang lebih 150 mg kalium
iodat yang sudah dikeringkan pada suhu 120⁰ C secara seksama, larutkan dalam 25 ml air yang telah
dididihkan. Tambahkan 2 gram kalium iodida yang bebas iodat dan 5 ml HCl pekat dalam erlenmeyer bertutup.
Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan natrium tiosulfat yang akan dibakukan sambil terus dikocok. Bila
larutan menjadi kuning pucat tambah 100 ml air dan 3 ml larutan kanji. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru
tepat hilang (tidak berwarna).
Pada pembakuan di atas reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
KIO₃ + 5KI + 6HCl → 3I₂ + 6KCl + 3H₂O
I₂ + 2Na₂S₂O₃ → 2NaI + Na₂S₄O₆
Pada reaksi di atas valensinya adalah 6 karena 1 mol KIO₃ setara dengan 3 mol I₂, sedangkan 1 mol I₂ setara
dengan 2e. Sehingga 1 mol KIO₃ setara dengan 6e akibatnya BE KIO₃ sama dengan BM/6.
Perhitungan normalitas dari natrium tiosulfat :
Mgrek natrium tiosulfat = mgrek kalium iodat
ml Na₂S₂O₃ = mg KIO₃ x Valensi
BM KIO₃ x ml Na₂S₂O₃
B. Dengan Kalium dikromat
Kalium dikromat direduksi oleh larutan kalium iodida yang asam dan ion dibebaskan.
Cr₂O₇²¯ + 6I¯ + 14H⁺ → 2Cr³⁺ + 3I₂ + &H₂O
Reaksi dapat terkena jumlah sesatan :
(1) Jumlah iodida (dari kelebihan iodida dan asam) mudah teroksidasi oleh udara, terutama dengan adanya
garam - garam kromium III, dan
(2) Reaksi tidak berlangsung sekejab. Karena itu, paling baik aliran arus karbondioksida melalui labu reaksi
sebelum dan selama titrasi (suatu metode yang lebih memudahkan tetapi kurang efisien adalah dengan
menambahkan sedikit natrium hidrogenkarbonat padat kepada larutan yang asam itu, serta menjaga agar labu
tertutup sebanyak mungkin), serta membiarkan selama 5 menit untuk kelengkapan reaksi.
Taruh 100 cm³ air suling dingin, yang baru dididihkan, dalam sebuah labu erlenmeyer 500 cm³, sebaiknya 3 g
kalium iodida yang bebas iodida, dan 2 g natrium hidrogenkarbonat yang murni, dan kocok sampai garam –
garam itu melarut. Tambahkan 6 cm³ asam klorida pekat perlahan – lahan sambil mengolak labu perlahan -
lahan untuk mencampurkan cairan – cairan : alirka 25,0 cm³ kalium dikromat 0,1 N standar(1), campurkan
larutan – larutan baik – baik, dan cuci dinding tabung dengan sedikit air yang telah dididihkan, dari botol
pencuci. Sumbat labu (atau tutupi dengan sebuah kaca arloji kecil), dan diamkan di tempat gelap selama 5
menit untuk melenkapkan reaksi. Bilas sumbat atau kaca arloji; dan encerkan larutan dengan 300 cm³ air
dingin yang telah dididihkan sebelumnya. Titrasi iod yang dibebaskan dengan larutan natrium tiosulfat yang
terkandung dalam sebuah buret, sementara terus – menerus cairan diolak supaya larutan – larutan
bercampur. Bila bagian terbesar iod telah bereaksi seperti ditunjukkan oleh larutan yang memperoleh warna
hijau kekuningan, tambahkan 2 cm³ larutan kanji dan bilas ke arah bawah dinding labu; warna harus berubah
menjadi biru. Teruskan penambahan larutan tiosulfat setetetes demi setetes, dan olak cairan terus – menerus,
sampai 1 tetes mengubah warna dari biru kehijauan menjadi hijau muda. Titik akhir tajam, dan mudah
diamati pada cahaya yang baik dengan latar belakang putih. Lakukan suatu penetapan blanko, dengan
mengganti larutan kalium dikromat dengan air suling; jika kalium iodida itu bebas iodat, blanko ini mestinya
kecil terabaikan.
Catatan: 1. Jika ini lebih disukai, boleh ditimbang dengan cermat kira – kira 0,20 g kalium dikromat pro analis,
larutkan dalam 50 cm³ air dingin, yang sebelumnya telah dididihkan, dan lakukan titrasi seperti diperinci di
atas.
Prosedur pilihan lain tersebut, mempergunakan serunutan tembag sulfat sebagai katalis untuk meningkatkan
kecepatan reaksi; akibatnya, asam yang lebih lemah (asam asetat) boleh digunakan, dan oksidasi oleh
atmosfer terhadap asam iodida akan berkurang. Taruh 25,0 cm³ kalium dikromat 0,1 N dalam sebuah labu
erlenmeyer 250 cm³, tambahkan 5,0 cm³ asam asetat glasial, 5 cm³ tembaga sulfat 0,001 M, dan cuci dinding
labu dengan air suling. Tambahkan 30 cm³ larutan kalium iodida 10 persen, dan titrasi iod yang dibebaskan
dengan larutan tiosulfat kira – kira 0,1 N, dengan memasukkan sedikit indikator kanji menjelang akhir. Titrasi
boleh dilengkapkan dalam 34 menit setelah penambahan larutan kalium iodida. Kurangi 0,05 cm³ sebagai
perhitungan atas iod yang dibebaskan oleh katalis tembaga sulfat.
Suatu larutan kalium permanganat yang telah distandarisasi dapat digunakan sebagai ganti larutan kalium
dikromat, dengan menambahkan 2 cm³ asam klorida pekat kepada tiap porsi @ 25 cm³ larutan kalium
permanganat; dalam hal ini prosedur pilihan lain, dimana ditimbang suatu bagian dari garam bersangkutan,
tak dapat dipakai.
C. Dengan larutan iod standar
Jika suatu larutan iod standar tersedia, ini dapat digunakan untuk menstandarkan larutan tiosulfat.
Ukuran Satu porsi @25cm3 larutan iod standar dan masukkan dalam sebuah labu erlenmeyer 250cm3 ,
tambahkan kira-kira 150cm3 air suling dan titrasi dengan larutan tiosilfat, dengan menambahkan 2cm3larutan
kanji ketika cairan berwarna kuning pucat.
Bila larutan tiosulfat ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung iod, reaksikeseluruhan yang terjadi
dengan cepat dan secara stoikiometris pada kondisi-kondisi eksperimen biasa (pH <5) adalah:
2 S2O32- + I2 = S4O62- +2I- atau 2 S2O32- + I3- = S4O62- + 3I-
Telah diperlihatkan bahwa zat perantara S2O3I- yang tak berwarna, terbentuk oleh reaksi reversibel yang
cepat:
S2O32- + I2 ↔ S2O3I- + I-
Zat perantara ini bereaksi dengan ion tiosulfat dengan memberi bagian utama dari reaksi keseluruhan :
S2O3I- + S2O32- = S4O62- + I-
Zat perantara ini juga bereaksi dengan ion iodida :
2 S2O3I- + I- = S4O62- + I3-
Ini menjelaskan pemunculan kembali iod setelah titik akhir pada titrasi larutan-larutan iod yang sangat encer
dengan tiosulfat.
D. Dengan serium (IV) sulfat.
Metode untuk menstandarkan larutan natrium tiosulfat ini, mempergunakan suatu standar sekunder, tetapi
memberi hasil-hasil yang memuaskan asalkan kondisi-kondisi eksperimen yang diberikan dibawah diikuti
dengan ketat; ini disebabkan oleh fakta bahwa larutan serium (IV) sulfat mengandung asam bebas, yang dalam
hal lain dapat menimbulkan sesatan yang berarti.
Untuk serium (IV) sulfat 0,1N, gunakan 25,0 cm3 dari larutan natrium tiosulfat sekitar 0,1N, 0,3-0,4 g kalium
iodida murni, 2 cm3 larutan kanji 0,2 persen, encerkan menjadi 250 cm3, dan titrasi dengan larutan serium
(IV) sulfat sampai ke titik akhir kanji iod, yakni sampai ke warna biru permanen yang pertama.
Reaksinya : 2Cc4+ + 2I- = 2Cc3+ + I2
2. STANDARISASI LARUTAN IODIUM
A. Dengan Arsen Trioksida
Adapun cara pembakuannya dilakukan dengan cara sebagai berikut. Timbang kurang lebih 150 mg arsen
trioksid secara seksama dan larutkan dalam 20 ml NaOH 1 N bila perlu dengan pemanasan, encerkan dengan
40 ml air dan tambah dengan 2 tetes metil orange dan diikuti dengan penambaha HCl encer sampai warna
kuning berubah menjadi pink. Tambahkan 2 gram NaHCO3, 20 ml air dan 3 ml larutan kanji. Titrasi dengan
baku iodium perlahan-lahan hingga timbul warna biru tetap.
Arsen trioksid sukar larut dalam air akan tetapi mudah larut dalam larutan natrium hidroksida (NaOH) dengan
membentuk natrium arsenit menurut reaksi :
As2O3 + 6 NaOH → 2 Na2AsO3 + 3 H20
Jika iodium ditambahkan pada larutan alkali maka iodium akan bereaksi dengan NaOH membentuk natrium
hipoiodit atau senyawa-senyawa serupa yang mana tidak akan bereaksi secara cepat dengan natrium arsenit
2 NaOH + I2 → NaIO + NaI + H2O
Kelebihan natrium hidroksida dinetralkan dengan HCl menggunakan metil orange sebagai indikator.
Penambahan NaHCO3 untuk menetralkan asam iodida (HI) yang terbentuk yang mana asam iodida ini
menyebabkan reaksi berjalan bolak-balik (reversibel). Natrium bikarbonat akan menghilangkan asam iodida
secepat asam iodida terbentuk sehingga reaksi berjalan ke kanan secara sempurna. Reaksi secara lengkap
pada pembakuan iodium dengan arsen trioksid sebagai berikut :
As2O3 + 6NaOH → 2Na3AsO3 + 3H2O
Na3AsO3 + I2 + 2NaHCO3 → Na3AsO4 + 2NaI + 2CO2 + H2O
Pada reaksi diatas dapat diketahui bahwa valensinya adalah empat. Karena 1 mol As2O3 setara dengan 2 mol
Na3AsO3 sedangkan 1 mol Na3AsO3 setara dengan 1 mol I2 akibatnya 1 mol As2O3 setara dengan 2 mol
I2 sehingga perhitungan normalitas dari iodium setara dengan 2 mol I2 sehingga perhitungan normalitas dari
iodium :
mgrek iodium = mgrek arsen trioksid
ml I2 x N I2 = mmol As2O3 x valensi
N I2 = mg As2O3 x valensi
BM As2O3 x ml I2
B. Dengan larutan natrium tiosulfat standar
Gunakanlah larutan natrium tiosulfat, yang baru saja distandarkan, sebaiknya terhadap kalium iodat.
Pindahkan 25 cm3 larutan iod itu ke sebuah Erlenmeyer 250 cm3, encerkan menjadi 100 cm3 dan tambahkan
larutan tiosulfat standar dari buret sampai larutan berwarna kuning pucat. Tambahkan 2 cm3 larutan kanji,
dan teruskan penambahan larutan tiosulfat perlahan-lahan sampai larutan tepat tak berwarna.
Reaksi antara iodium dengan tiosulfat yang mana tiosulfat dioksidasi oleh iodium menjadi tetrationat menurut
reaksi :
2S2O32- + I2 → 2I- + S4O62-
Titrasi iodium dengan tiosulfat tidak dapat dilakukan dalam suasana alkalis dan pH yang diperbolehkan
tergantung dari konsentrasi iodium. Supaya terjadi oksidasi yang kuantitatif dari tiosulfat menjadi tetraionat
oleh iodium maka pH harus kurang dari 7,6 untuk titrasi dengan iodium 0,1 N. Jika larutan iodium
konsentrasinya 0,01 N maka pH nya harus kurang dari 6,5 dan kurang dari 5 jika konsentrasi iodium 0,001 N.
Sedangkan untuk iodium yang sangat encer sekali maka suasananya harus asam sekali.
IV. INDIKATOR
Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium
juga memberikan warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon
tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi.
Penggunaan indikator pelarut organik ini sangat penting terutama jika larutannya sangat asam sehingga kanji
terhidrolisa, titrasinya berjalan sangat lambat dan larutannya sangat encer.
Kerugian pemakaian pelarut organik sebagai indikator antara lain pada saat titrasi harus digunakan labu
bertutup gelas, selama titrasi harus digojog kuat-kuat untuk menyari iodium dari air dan kadang-kadang harus
ditunggu pemisahannya. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan kanji, karena warna biru tua dari
kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kanji dengan adanya iod akan
memberikan kompleks berwarna biru kuat yang akan terlihat apabila konsentrasi iodium 2x10-5 M dan
konsentrasi iodida lebih besar dari 2x10-4 M. Kepekaan warna berkurang dengan kenaikan suhu larutan dan
adanya pelarut-pelarut organik. Ada pendapat bahwa warna biru itu adalah dikarenakan adsorpsi iod atau ion
triiodida pada permukaan makromolekul kanji. Dalam konsentrasi iodida 4x10-5sudah memungkinkan iodium
dalam konsentrasi 2x10-5 atau lebih memberikan warna biru yang nyata. Jika konsentrasi iodida dinaikkan
tidak begitu berbeda intensitasnya, akan tetapi bila konsentrasi iodida diturunkan maka penurunan intensitas
warna kelihatan. Tanpa iodida, iod-kanji tidak memberikan warna. Apabila suhunya dinaikkan maka kepekaan
warna menurun. Pada suhu 50⁰ kepekaannya menjadi 10x lebih kurang daripada suhu 25⁰. Penambahan
pelarut seperti etil alkohol menurunkan kepekaan juga. Jika mengandung 50% atau lebih etanol menyebabkan
warna tidak timbul. Kanji tidak dapat digunakan dalam medium yang sangat asam karena akan terjadi
hidrolisis dari kanji itu.
Komponen utama kanji yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki rantai lurus dan memberikan warna
biru jika bereaksi dengan iodium. Amilopektin memiliki rantai bercabang dan memberikan warna merah violet
jika bereaksi dengan iodium.
Keuntungan penggunaan kanji adalah harganya murah, sedangkan kerugiannya adalah tidak mudah larut
dalam air dingin, tidak stabil pada suspensi dengan air, karenanya dalam proses pembuatannya harus dibantu
dengan pemanasan.
Penambahan indikator kanji sebaiknya dilakukan pada saat medekati titik akhir titrasi karena iod dengan
kanji membentuk kompleks yang berwarna biru yang tidak larut dalam air dingin sehingga dikhawatirkan
mengganggu penetapan titik akhir titrasi. Karena adanya kelemahan ini, dianjurkan pemakaian kanji natrium
glukonat yang mana indikator ini tidak higroskopis; cepat larut dan stabil dalam penyimpanan; tidak
membentuk kompleks yang tidak larut dengan iodium sehingga boleh ditambahkan pada awal titrasi dan titik
akhir jelas; reprodusibel dan tidak tiba-tiba. Sayangnya indikator ini harganya mahal.
Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai berikut :
Amilum + I2 → iod-amilum (biru)
Iod-amilum (biru) + Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6 + amilum (tak berwarna)
V. PENETAPAN KADAR
1. Titrasi Langsung
Sebagai contoh adalah penetapan kadar vitamin C atau asam askorbat dengan cara : lebih kurang 400
mg asam askorbat yang ditimbang seksama, larutan dalam campuran yang terdiri atas 100 ml air bebas
karbon dioksida dan 25 ml asam sulfat encer. Titrasi segera dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator
kanji sampai terbentuk warna biru tetap. Tiap ml iodium setara dengan 8,806 mg asam askorbat.
Asam askorbat merupakan redukator yang kuat dan secara sederhana dapat dititrasi dengan larutan
baku iodium. Disini asam askorbat dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat sedangkan iodium direduksi
menjadi iodida menurut reaksi berikut :
HO OH
H H +2HI
HOH2C C + I2 à HOH2C C
OH OH
2. Titrasi tidak langsung
Titrasi ini dilakukan dengan menitrasi kembali kelebihan larutan baku iodium dengan larutan baku tiosulfat.
Biasanya dilakukan terhadap senyawa-senyawa yang bersifat reduktor lemah seperti glukosa dan kalomel.
Sebagai contoh adalah penetapan kadar kalomel dengan cara : lebih kurang 250 mg kalomel yang ditimbang
seksama masukkan dalam labu iodium, tambahkan 10 ml air, 25 ml iodium 0,1 N dan 10 ml larutan natrium
iodida 20% (b/v0. Tutup labu dan goyang-goyangkan hingga reaksi sempurna. Titrasi dengan natrium tiosulfat
0,1 N setara dengan 23,607 mg Hg2CI2.
Kalomel tidak larut dalam air maka tidak dapat ditetapkan melalui kloridanya secara argentometri. Kalomel
dalam larutan iodium dan natrium iodida larut dengan segera dengan membentuk garam rangkap menurut
reaksi berikut :
Hg2CI2 +6 NaI+ I2 2K2HgI4 + 2NaCI
Supaya reaksi sempurna maka harus selalu digoyang-goyangkan dan jika sudah larut sempurna. Maka itu
merupakan tanda bahwa reaksi sempurna kemudian kelebihan larutan baku iodium yang ditambahkan
dititrasi kembali dengan larutan baku tiosulfat. setara dengan 2 elektron maka valensinya adalah 2Karena
pada oksidasi ini tiap 1 mol kalomel setara dengan 1 mol iodium yang berarti setara dengan 2 elektron maka
valensinya adalah 2 sehingga berat ekivalennya ( BE ) adalah setengah dari berat molekulnya.
3. Dengan menitrasi iodium yang dibebaskan dari penambahan kalium iodide
Sebagai contoh adalah penetapan kadar tembaga (II) sulfat dengan cara : lebih kurang 1g tembaga (II) sulfat
yang ditimbang seksama. Larutkan dalam 50 ml air, tambahkan 3g kalium iodida P dan 5 ml asam asetat P.
Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N menggunakan indicator kanji LP hingga warna biru lemah. Tambahkan 2 g
kalium tiosianat P dan lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang. Tiap ml natrium tiosianat 0,1 N setara dengan
24,97 mg CuSO4.5H2O. Penetapan kadar ini berdasarkan reaksi antara tembaga (II) sulfat dengan kalium
iodida dimana tembaga diendapkan sebagai tembaga (I) iodide dan dilepaskan satu atom iodium setiap ion
tembaga (II).
2Cu2+ + 4I 2Cu+ + 2I- + I2
Atau
2CuSO4.5H2O + 4KI 2CuI + I2 + 2K2SO4 + 10H2O
I2 + Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
Pada reaksi diatas 2 mol CuSO4. 5H2O setara dengan 1 mol I2 yang berarti dengan 2 elektron sehingga 2 mol
CuSO4.5H2O setara dengan 2 elektron atau 1 mol CuSO4. 5H2O setara dengan 1 elektron akibatnya BE
tembaga sulfat sama dengan BMnya.
VI. CONTOH PERHITUNGAN
1. Pembakuan Na2S2O3O2O1N
Pipet 10,0 ml KIO30,01 N masukkan dalam Erlenmeyer tambah larutan 1 ml larutan KI 10% dan 1 ml
H2SO4 10%. Titrasi dengan Na2S2O3 O,O1N sampai warna kuning muda, tambahkan larutan amilum 1%.
Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. Ternyata Na2S2O3 yang diperlukan 10,50 ml. hitung N Na2S2O3 ?
Jawab : N1 . V1 = N2 . V2
0,01 . 10 = N2 . 10,50
N2 = 0,01. 10
10,50
N2 = 0,0095 N
2. Pembakuan larutan I2 0,01N degan Na2S2O3 hasil standarisasi pada soal no. 1
Pipet 10,0 ml larutan I2 masukkan dalam erlenmeyer. Titrasi dengan Na2S2O3hasil standarisasi pada soal no. 1
sampai warna kuning muda. Tambahkan larutan aluminium 1%. Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang.
ternyata Na2S2O3 yang diperlukan 9,10 ml. hitung N I2 ?
Jawab: N1 . V1 = N2 . V2
0,0095 X 9.10 = N2 . 10
N2 = 0,0095 X 9,10
10
N2 = 0,0086 N
3. 20 tablet antalgin ditimbang dengan seksama beratnya 14244,2 mg. (tiap tablet mengandung 500 mg
antalgin). Kemudian diserbuk. Timbang seksama serbuk tablet setara dengan 100,0 mg metampiron
diencerkan dengan akuades ke dalam labu ukur 50,0 ml. kemudian disaring dan diambil filtra 10,0 ml
dimasukkan ke dalam erlenmeyer ditritrasi dengan iodium hasil stndarisasi pada soal no. 2 menggunakan
indikator larutan amilum 1%. Sehingga iodium yang diperlukan 12,0 ml. 1ml iodium 0,1 N setara dengan 17,57
mg antalgin. Berapa mg antalgin terdapat dalam tiap tablet ?
Jawab :
- Bobot rata-rat tiap tablet = 14.244,2/20=712,21 mg
- Untuk sampel bobot yang ditimbang setara dengan 100 mg atalgin :
100/500 X 712,21 mg = 142,442 mg = 142,4 mg
Kadar = x rata2tablet x fp
Kadar = x rata2tablet x fp
= X 712,21 X
= 453,4 mg/tablet
Jadi kadar antalgin yang diperoleh 453,4 mg/tablet.
IODIMETRI DAN IODOMETRI

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionDokter Tekno
 
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-iNurwidayanti1212
 
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaRidha Faturachmi
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiwd_amaliah
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokswd_amaliah
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationwd_amaliah
 
Farmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanFarmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanuus17F
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometriFransiska Puteri
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetriwd_amaliah
 
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK BogorPenetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK BogorDeviPurnama
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionAlfian Nopara Saifudin
 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonDwi Atika Atika
 
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation risyanti ALENTA
 

Mais procurados (20)

Etil asetat
Etil asetatEtil asetat
Etil asetat
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
 
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
 
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasi
 
Larutan dan Kelarutan
Larutan dan KelarutanLarutan dan Kelarutan
Larutan dan Kelarutan
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redoks
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kation
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
Iodimetri
IodimetriIodimetri
Iodimetri
 
Kimia analisis ku
Kimia analisis kuKimia analisis ku
Kimia analisis ku
 
Farmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanFarmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
 
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK BogorPenetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
 
Titrasi redoks
Titrasi redoksTitrasi redoks
Titrasi redoks
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid keton
 
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gas
 

Destaque

Alat bahan,hasil pengamatan,pembahasan,kesimpulan
Alat bahan,hasil pengamatan,pembahasan,kesimpulanAlat bahan,hasil pengamatan,pembahasan,kesimpulan
Alat bahan,hasil pengamatan,pembahasan,kesimpulanerwinnaruto
 
Reaksi oksidasi-reduksi
Reaksi oksidasi-reduksiReaksi oksidasi-reduksi
Reaksi oksidasi-reduksiEKO SUPRIYADI
 
Kelompok 4 bst yodo-yodi
Kelompok 4 bst yodo-yodiKelompok 4 bst yodo-yodi
Kelompok 4 bst yodo-yodiNur Latifah
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaTillapia
 
Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometriTitrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometrilee_walker94
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaasterias
 
Ar, Mr dan Persamaan Reaksi
Ar, Mr dan Persamaan ReaksiAr, Mr dan Persamaan Reaksi
Ar, Mr dan Persamaan ReaksiAkhmad Farid
 
Kelompok 4 (gol asam)
Kelompok 4 (gol asam)Kelompok 4 (gol asam)
Kelompok 4 (gol asam)Eunfie
 
Kesetimbangan kimia2
Kesetimbangan kimia2Kesetimbangan kimia2
Kesetimbangan kimia2Devi Paramita
 

Destaque (13)

Alat bahan,hasil pengamatan,pembahasan,kesimpulan
Alat bahan,hasil pengamatan,pembahasan,kesimpulanAlat bahan,hasil pengamatan,pembahasan,kesimpulan
Alat bahan,hasil pengamatan,pembahasan,kesimpulan
 
Reaksi oksidasi-reduksi
Reaksi oksidasi-reduksiReaksi oksidasi-reduksi
Reaksi oksidasi-reduksi
 
Kelompok 4 bst yodo-yodi
Kelompok 4 bst yodo-yodiKelompok 4 bst yodo-yodi
Kelompok 4 bst yodo-yodi
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
 
Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometriTitrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometri
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
 
Ar, Mr dan Persamaan Reaksi
Ar, Mr dan Persamaan ReaksiAr, Mr dan Persamaan Reaksi
Ar, Mr dan Persamaan Reaksi
 
Kelompok 4 (gol asam)
Kelompok 4 (gol asam)Kelompok 4 (gol asam)
Kelompok 4 (gol asam)
 
Ebook kimia analisis
Ebook kimia analisisEbook kimia analisis
Ebook kimia analisis
 
Asam basa
Asam basaAsam basa
Asam basa
 
ppt kesetimbangan kimia
 ppt kesetimbangan kimia ppt kesetimbangan kimia
ppt kesetimbangan kimia
 
Laporan Kimia Dasar
Laporan Kimia DasarLaporan Kimia Dasar
Laporan Kimia Dasar
 
Kesetimbangan kimia2
Kesetimbangan kimia2Kesetimbangan kimia2
Kesetimbangan kimia2
 

Semelhante a IODIMETRI DAN IODOMETRI

Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...guest1fb560
 
9. IODOMETRI IODIMETRI_0f95062684edf3e37ea5f733f9290dd7.pdf
9. IODOMETRI IODIMETRI_0f95062684edf3e37ea5f733f9290dd7.pdf9. IODOMETRI IODIMETRI_0f95062684edf3e37ea5f733f9290dd7.pdf
9. IODOMETRI IODIMETRI_0f95062684edf3e37ea5f733f9290dd7.pdfAnissaFitriani2
 
Tugas kimia Aanalisis XI-4
Tugas kimia Aanalisis XI-4Tugas kimia Aanalisis XI-4
Tugas kimia Aanalisis XI-4Auliabcd
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatYasherly Amrina
 
Identifikasi aldehida dan keton
Identifikasi aldehida dan ketonIdentifikasi aldehida dan keton
Identifikasi aldehida dan ketonmuhlisun_azim
 
Logam Alkali Kimia
Logam Alkali KimiaLogam Alkali Kimia
Logam Alkali KimiaAlifahLovela
 
Tugas papper larutan standar
Tugas papper larutan standarTugas papper larutan standar
Tugas papper larutan standarTak Seorang Pun
 
Reaksi, Aplikasi, dan Titrasi Asam Basa (Kimia Kelas XI)
Reaksi, Aplikasi, dan Titrasi Asam Basa (Kimia Kelas XI)Reaksi, Aplikasi, dan Titrasi Asam Basa (Kimia Kelas XI)
Reaksi, Aplikasi, dan Titrasi Asam Basa (Kimia Kelas XI)Rifki Ristiovan
 
Tugas Kimia kelas XII: Kimia Unsur
Tugas Kimia kelas XII: Kimia UnsurTugas Kimia kelas XII: Kimia Unsur
Tugas Kimia kelas XII: Kimia UnsurMuthiara Azzahra
 
Diazotasi
DiazotasiDiazotasi
DiazotasiD_DEVRI
 
Study literatur anion
Study literatur anionStudy literatur anion
Study literatur anionLinda Rosita
 
Titrasi Metode Yodo-yodimetri
Titrasi Metode Yodo-yodimetriTitrasi Metode Yodo-yodimetri
Titrasi Metode Yodo-yodimetriAuliabcd
 

Semelhante a IODIMETRI DAN IODOMETRI (20)

Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
 
Yodo yodimetri
Yodo yodimetriYodo yodimetri
Yodo yodimetri
 
9. IODOMETRI IODIMETRI_0f95062684edf3e37ea5f733f9290dd7.pdf
9. IODOMETRI IODIMETRI_0f95062684edf3e37ea5f733f9290dd7.pdf9. IODOMETRI IODIMETRI_0f95062684edf3e37ea5f733f9290dd7.pdf
9. IODOMETRI IODIMETRI_0f95062684edf3e37ea5f733f9290dd7.pdf
 
Tugas kimia Aanalisis XI-4
Tugas kimia Aanalisis XI-4Tugas kimia Aanalisis XI-4
Tugas kimia Aanalisis XI-4
 
Yodometri
YodometriYodometri
Yodometri
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfat
 
Identifikasi aldehida dan keton
Identifikasi aldehida dan ketonIdentifikasi aldehida dan keton
Identifikasi aldehida dan keton
 
Logam Alkali Kimia
Logam Alkali KimiaLogam Alkali Kimia
Logam Alkali Kimia
 
257862550 laporan-titrasi-oksidimetri
257862550 laporan-titrasi-oksidimetri257862550 laporan-titrasi-oksidimetri
257862550 laporan-titrasi-oksidimetri
 
Tugas papper larutan standar
Tugas papper larutan standarTugas papper larutan standar
Tugas papper larutan standar
 
Reaksi, Aplikasi, dan Titrasi Asam Basa (Kimia Kelas XI)
Reaksi, Aplikasi, dan Titrasi Asam Basa (Kimia Kelas XI)Reaksi, Aplikasi, dan Titrasi Asam Basa (Kimia Kelas XI)
Reaksi, Aplikasi, dan Titrasi Asam Basa (Kimia Kelas XI)
 
Kimia unsur
Kimia unsurKimia unsur
Kimia unsur
 
Tugas Kmia Unsur
Tugas Kmia  UnsurTugas Kmia  Unsur
Tugas Kmia Unsur
 
Tugas Kimia kelas XII: Kimia Unsur
Tugas Kimia kelas XII: Kimia UnsurTugas Kimia kelas XII: Kimia Unsur
Tugas Kimia kelas XII: Kimia Unsur
 
Kimia teknik
Kimia teknikKimia teknik
Kimia teknik
 
Redoks & elektrokimia
Redoks & elektrokimiaRedoks & elektrokimia
Redoks & elektrokimia
 
Diazotasi
DiazotasiDiazotasi
Diazotasi
 
Asam askrobat
Asam askrobatAsam askrobat
Asam askrobat
 
Study literatur anion
Study literatur anionStudy literatur anion
Study literatur anion
 
Titrasi Metode Yodo-yodimetri
Titrasi Metode Yodo-yodimetriTitrasi Metode Yodo-yodimetri
Titrasi Metode Yodo-yodimetri
 

Último

Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxPuskesmasTete
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptxAyu Rahayu
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 

Último (20)

Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 

IODIMETRI DAN IODOMETRI

  • 1. TITRASI IODO – IODIMETRI I. DASAR TEORI Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja. Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namun demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II) . Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri). Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sample atau terbentuk dari hasil reaksi antara sample dengan ion iodida . Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai penitar. Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat – zat yang potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium – iodida, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya. Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari 2, yaitu (2); a. Iodimetri metode langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku Iodium. Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat. b. Iodimetri metode residual ( titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar Natrium Bisulfit. Dalam titrasi iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit. Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu zat-zat dengan potensial reduksi yang jauh lebih rendah adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida, sulfit, timah (II) dan ferosianida, zat-zat ini bereaksi lengkap dan cepat dengan iod bahkan dalam larutan asam. Dengan zat pereduksi yang agak lemah, misal arsen trivalen atau stibium trivalen, reaksi yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit asam, pada kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum atau daya mereduksinya adalah maksimum. Iodium merupakan kristal hitam mengkilat yang mudah dimurnikan dengan cara sublimasi (resublimated Iodine), tidak larut dalam air,larut dalam alkohol dan dalam larutan KI,karena terbentuknya ion triiodida menurut reaksi: I2 + I⁻ I3⁻ Iodium merupakan indicator yang relative lemah dibanding dengan kalium kromat, senyawa serium (IV), brom, dan kalium bikromat.
  • 2. I2 + 2e 2I’E0 = 0,535 V Karena potensial oksidasinya rendah, maka justru system ini lebih menguntungkan karena ia dapat mereduksi oksidator-oksidator kuat, sehingga iodida dapat mereduksi oksidator tersebut dan kemudian dibebaskan iodium. Iodium yang dibebaskan ini kemudian dapat dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. 1. Iodimetri Merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodium (I2) dan digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih kecil daripada sistem iodium-iodida atau dengan kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat seperti Vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfide, sulfit, Stibium (III), timah (II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari berbagai macam zat ini tergantung pada konsentrasi ion hydrogen, dan hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat yang dapat menghasilkan reaksi dengan iodium secara kuantitatif. Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Prinsip penetapannya yaitu apabila zat uji (reduktor) langsung dititrasi dengan larutan iodium. ( I2 ) sebagai larutan standart. Reaksinya : Reduktor → oksidator + e I2 + 2e → 2I 2. Iodometri Merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4 5H2O. Pada Iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel. Prinsip penetapannya yaitu bila zat uji (oksidator) mula-mula direaksikan dengan ion iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan larutan tiosulfat. Reaksinya : oksidator + KI → I2 I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6 Metode titrasi langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Pada metode iodimetri dan iodometri, larutan harus dijaga supaya pH larutan lebih kecil dari 8 karena dalam larutan alkali iodium bereaksi dengan hidroksida (OH-) menghasilkan ion hipoiodit yang pada akhirnya menghasilkan ion iodat menurut reaksi : I2 + OH- HI + IO- 3IO- IO3- + 2I- Sehingga apabila ini terjadi maka potensial oksidasinya lebih besar daripada iodium akibatnya akan mengoksidasi tiosulfat (S2O32-) tapi juga menghasilkan sulfat (SO42-) sehingga menyulitkan perhitungan stoikiometri (reaksi berjalan tidak kuantitatif). Oleh karena itu, pada metode iodometri tidak pernah dilakukan dalam larutan basa kuat. Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimetri), digunakan suatu larutan iodium dalam kalium iodida dan karena itu spesi reaktifnya adalah ion triiodida (I3⁻). Untuk tepatnya semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iodium seharusnya ditulis dengan I3⁻ dan bukan I2 ,misal : I3⁻ + 2S2O32⁻ 3I⁻ + S₄O62⁻ Reaksi diatas lebih akurat dari pada :
  • 3. I2 + 2S2O32⁻ 2I⁻+S₄O62⁻ namun demi kesederhanaan untuk selanjutnya penulisan larutan iodium dengan menggunakan I2 bukan dengan I3. Perbedaan Iodimetri Iodometri jenis Langsung Tidak Langsung Jumlah Satu Dua Contoh reaksi I2 + 2Na2S2O4 à2NaI + Na2S4O6 KIO3 + 5KI + 3H2SO4 àI2- + K2SO4 + 3H2O Analat Reduktor lemah Oksidator Larutan Baku Iodium KIO3 yang direaksikan dengan KI dan menghasilkan iodium II. LARUTAN BAKU A. LARUTAN BAKU IODIUM Pembuatan larutan baku iodium Menurut FI Ed III, larutan iodium 0,1 N dibuat dengan melarutkan 12,69 g iodium P ke dalam larutan 18 g kalium iodida P dalam 100 ml air, kemudian diencerkan dengan air hingga 1000 ml. Larutan iodium yang lebih encer (0,02 : 0,001 N) dibuat dengan mengencerkan larutan iodium 0,1 N. 0,335 gram iod melarut dalam 1 dm3 air pada 25⁰C. Selain keterlarutan yang kecil ini , larutan air iod mempunyai tekanan uap yang cukup berarti, karena itu konsentrasinya berkurang sedikit disebabkan oleh penguapan ketika ditangani. Kedua kesulitan ini dapat diatasi dengan melarutkan iod itu dalam larutan air kalium iodida. Makin pekat larutan itu,makin besar keterlarutan iod. Keterlarutan yang bertambah ini disebabkan oleh pembentukan ion triiodida: I2 + I I3- Larutan yang dihasilkan mempunyai tekanan uap yang jauh lebih rendah ketimbang suatu larutan iod dalam air murni, akibatnya kehilangan oleh penguapan menjadi sangat jauh berkurang. Meskipun demikian, tekanan uapnya masih cukup berarti sehingga harus selalu diambil tindakan-tindakan pencegahan untuk menjaga agar bejana-bejana yang mengandung iod tetap tertutup,kecuali sewaktu titrasi yang sesungguhnya. Bila larutan iod dalam iodida dititrasi dengan suatu reduktor,iod yang bebas bereaksi dengan zat pereduksi itu. Ini menggeser kesetimbangan ke kiri, dan akhirnya semua triiodida terurai, jadi larutan berperilaku seakan-akan adalah suatu larutan iod bebas. Untuk penyiapan larutan iod standar harus digunakan iod pro analisis atau yang disublimasi-ulang dan kalium iodida yang bebas iodat (misalnya pro analisis). Larutan dapat distandarisasi terhadap arsen(III) oksida murni atau dengan suatu larutan natrium tiosulfat yang baru saja distandarkan terhadap kalium iodat. Larutan iod paling baik diawetkan dalam botol kecil yang bersumbat-kaca. Ini harus diisi sepenuhnya,dan disimpan di tempat yang gelap dan dingin.Kontak dengan gabus atau tutup karet harus dihindari.
  • 4. Selain menggunakan larutan iodium dalam iodimetri dapat digunakan larutan baku KIO3 dan KI. Larutan ini cukup stabil dalam menghasilkan iodium bila ditambahkan asam menurut reaksi : IO3- + 5I- + 6 H+ → 3I2 + 3H2O Larutan KIO3 dan KI memiliki dua kegunaan penting, pertama adalah sebagai sumber dari sejumlah iod yang diketahui dalam titrasi, ia harus ditambahkan kepada larutan yang mengandung asam kuat, ia tak dapat digunakan dalam medium yang netral atau memiliki keasaman rendah. Yang kedua, dalam penetapan kandungan asam dari larutan secara iodometri, atau dalam standarisasi larutan asam keras. Pada penggunaan iodium untuk titrasi ada dua sumber kesalahan yaitu : a. Hilangnya iodium karena mudah menguap b. Iodida dalam larutan asam mudah dioksidasi oleh udara menurut reaksi : 4I + O2 + 4H+ → 2I2 + 2H2O Penguapan dari iodida dapat dikurangi dengan adanya kelebihan iodida karena terbentuk ion triiodida. Dengan 4% KI, maka penguapan iodium dapat diabaikan, asalkan titrasinya tidak terlalu lama. Titrasi harus dilakukan dalam labu tertutup dan dingin. Oksidasi iodida oleh udara dalm larutan netral dapat diabaikan, akan tetapi oksidasinya bertambah jika pH larutan turun. Reaksi ini dikatalisis oleh logam dengan valensi tertentu (terutama tembaga), ion nitrit dan cahaya matahari yang kuat. Oleh karena itu titrasi tidak boleh dilakukan pada cahaya matahari langsung. Oksidasi iodida oleh udara dapat dipengaruhi oleh reaksi antara iodida dengan oksidator terutama jika reaksinya berjalan lambat. Oleh karena itu larutan yang mengandung iodida dan asam tidak boleh dibiarkan terlalu lama, maka larutan itu harus dibebaskan dari udar sebelum penambahan iodida. Udara dikeluarkan dengan menambahkan karbondioksida. B. LARUTAN BAKU NATRIUM THIOSULFAT Pembuatan larutan baku tiosulfat Menurut FI edisi III, larutan baku Na₂S₂O₃ 0,1 N dibuat dengan cara 26 gram natrium tiosulfat P dan 200 mg natrium carbonat P dilarutkan dalam air bebas CO₂ P segar hingga 1000 ml. Larutan Na₂S₂O₃ yang lebih encer 0,05 N ; 0,02 N ; 0,01 N : 0,1 N dibakukan sebelum digunakan. Natrium tiosulfat Na₂S₂O₃.5H₂O mudah diperoleh dalam keadaan kemurnian yang tinggi, tetapi selalu ada sedikit ketidakpastian akan kandungan air yang setepatnya, karena sifat efloresen (melapuk-lekang) dari garam itu dan karena alasan - alasan lain . Karena itu zat ini tidak sesuai sebagai standar primer. Larutan baku tiosulfat jika disimpan lama - lama akan berubah titernya. Beberapa hal yang menyebabkan sangat kompleks dan saling bertentangan akan tetapi beberapa faktor yang dapat menyababkan terurainya larutan tiosulfat dapat disebutka sebagai berikut : 1. Keasaman Larutan tiosulfat dalam suasana alkali atau netral relatif stabil, tidak dikenal adanya asam tiosulfat atau hidrogen tiosulfat. Proses peruraiannya sangat rumit, tetapi fakta yang dapat dikemukakan adalah jika konsentrasi ion hidrogen lebih besar dari 2,5 x 10⁻⁵ maka terbentuk ion hidrogen sulfit yang sangat tidak stabil dan terurai menurut reaksi : HS₂O₃⁻ → HSO₃⁻ + S Kemudian secara perlahan – lahan akan terurai lagi dan terbentuk pentationat menurut reaksi : 6H⁺ + 6S₂O₃ → 2S₅O₆2⁻ + 3H₂O Jika HCl pekat maka yang terjadi adalah hidrogen sulfida dan hidrogen polisulfida dan tidak terbentuk ditionat atau sulfat, sedangkan dengan HCl yang kurang pekat terutama jika ada katalisator arsen trioksida maka akan
  • 5. terbentuk pentationat. Larutan tiosulfat paling stabil pada pH antara 9 - 10. Tops menganjurkan pemberian natrium carbonat, pada pembuatan larutan baku tiosulfat, akan tetapi hal ini akan mengakibatkan terjadinya reaksi samping pada saat titrasi larutan iodium yang netral. Di samping itu pada larutan yang sangat alkalis maka kemungkinan terjadi reaksi sebagai berikut : 3Na₂S₂O₃ + 6NaOH → 2Na₂S + 4Na₂SO₃ + 3H₂O Mohr juga menunjukan bahwa larutan tiosulfat dalam air diuraikan oleh asam karbonat menurut reaksi : H₂O + CO₂ → H₂CO₃ Na₂S₂O₃ + H₂CO₃ → NaHCO₃ + NaHSO₃ + S 2. Oksidasi oleh udara Tiosulfat secara perlahan – lahan akan dioksidasi oleh udara. Reaksinya terjadi dalam dua tingkat : Na₂S₂O₃ + H₂SO₄ → Na₂SO₃ + S (lambat) Na₂S₂O₃ + ½O₂ → Na₂SO₄ (dapat diukur) Na₂S₂O₃ + ½O₂ → Na₂SO₄ + S Menurut Schuleck, sulfur yang terjadi selama peruraian reaksinya diperkirakan berjalan sebagai berikut : Na₂S₂O₃ + H₂O → Na₂SO₄ + H₂S H₂S + ½O2 → H₂O + S Na₂S₂O₃ + ½O₂ → Na₂SO₄ + S Sebagai alasan terbentuknya tetraionat atau terjadi sulfit sebagai reaksi antara, karena tembaga mengkatalisis peruraian ini dengan kuat sekali seperti diketahui bahwa tembaga dengan kuat mengkatalisis oksidasi dari sulfit oleh udara menurut reaksi : 2Cu₂⁺ + 2S₂O₃²¯ → 2Cu⁺ + S₄O₆²¯ (segera) 2Cu⁺ + ½O₂ → 2Cu²⁺ + O²¯ (lambat) O²¯ + 2H⁺ → H₂O (lambat) 2Cu²⁺+ S₂O₃²¯ + ½O₂ + 2H⁺ → 2Cu⁺ + S₄O₆²¯ + H₂O Dari kenyataan di atas, maka dianjurkan pembuatan larutan baku tiosulfat dengan air yang didestilasi dengan alat gelas dan sejauh mungkin bebas dari tembaga. Dari penelitian Kilpatrick diketemukan bahwa larutan tiosulfat yang dibuat dengan air suling biasa terurai sebanyak 20 % setelah 200 hari. 3. Mikroorganisme Dari beberapa percobaan ternyata bahwa sumber utama peruraian larutan baku tiosulfat adalah disebabkan adanya mikroorganisme dalam larutan tersebut. Ternyata ada mikroorganisme dalam udara yang menggunakan sulfur dengan cara mengambil sulfur dari tiosulfat menjadi sulfit yang oleh udara langsung dioksidasi menjadi sulfat. Ada beberapa bakteri dalam udara yang bersifat demikian. Proses metabolisme dari bakteri itu mungkin melalui reaksi sebagai berikut : Na₂S₂O₃ + H₂O + O → Na₂S₂O₆ + 2NaOH, dan Na₂S₂O₃ → NaSO₃ + S
  • 6. Na₂SO₃ + O → NaSO₄ dan S + 3O + H₂O → H₂SO₄ Oleh karena itu larutan tiosulfat yang dibuat steril akan stabil sekali dan hanya kalau terjadi kontaminasi bakteri belerang maka akan terurai perlahan - lahan. III. STANDARISASI 1. STANDARISASI LARUTAN NATRIUM TIOSULFAT Metode titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana mula – mula iodium direaksikan dengan iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan natrium thiosulfat. A. Dengan Kalium Iodat Adapun cara pembakuannya dilakukan dengan cara sebagai berikut : Timbang kurang lebih 150 mg kalium iodat yang sudah dikeringkan pada suhu 120⁰ C secara seksama, larutkan dalam 25 ml air yang telah dididihkan. Tambahkan 2 gram kalium iodida yang bebas iodat dan 5 ml HCl pekat dalam erlenmeyer bertutup. Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan natrium tiosulfat yang akan dibakukan sambil terus dikocok. Bila larutan menjadi kuning pucat tambah 100 ml air dan 3 ml larutan kanji. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang (tidak berwarna). Pada pembakuan di atas reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : KIO₃ + 5KI + 6HCl → 3I₂ + 6KCl + 3H₂O I₂ + 2Na₂S₂O₃ → 2NaI + Na₂S₄O₆ Pada reaksi di atas valensinya adalah 6 karena 1 mol KIO₃ setara dengan 3 mol I₂, sedangkan 1 mol I₂ setara dengan 2e. Sehingga 1 mol KIO₃ setara dengan 6e akibatnya BE KIO₃ sama dengan BM/6. Perhitungan normalitas dari natrium tiosulfat : Mgrek natrium tiosulfat = mgrek kalium iodat ml Na₂S₂O₃ = mg KIO₃ x Valensi BM KIO₃ x ml Na₂S₂O₃ B. Dengan Kalium dikromat Kalium dikromat direduksi oleh larutan kalium iodida yang asam dan ion dibebaskan. Cr₂O₇²¯ + 6I¯ + 14H⁺ → 2Cr³⁺ + 3I₂ + &H₂O Reaksi dapat terkena jumlah sesatan : (1) Jumlah iodida (dari kelebihan iodida dan asam) mudah teroksidasi oleh udara, terutama dengan adanya garam - garam kromium III, dan (2) Reaksi tidak berlangsung sekejab. Karena itu, paling baik aliran arus karbondioksida melalui labu reaksi sebelum dan selama titrasi (suatu metode yang lebih memudahkan tetapi kurang efisien adalah dengan menambahkan sedikit natrium hidrogenkarbonat padat kepada larutan yang asam itu, serta menjaga agar labu tertutup sebanyak mungkin), serta membiarkan selama 5 menit untuk kelengkapan reaksi.
  • 7. Taruh 100 cm³ air suling dingin, yang baru dididihkan, dalam sebuah labu erlenmeyer 500 cm³, sebaiknya 3 g kalium iodida yang bebas iodida, dan 2 g natrium hidrogenkarbonat yang murni, dan kocok sampai garam – garam itu melarut. Tambahkan 6 cm³ asam klorida pekat perlahan – lahan sambil mengolak labu perlahan - lahan untuk mencampurkan cairan – cairan : alirka 25,0 cm³ kalium dikromat 0,1 N standar(1), campurkan larutan – larutan baik – baik, dan cuci dinding tabung dengan sedikit air yang telah dididihkan, dari botol pencuci. Sumbat labu (atau tutupi dengan sebuah kaca arloji kecil), dan diamkan di tempat gelap selama 5 menit untuk melenkapkan reaksi. Bilas sumbat atau kaca arloji; dan encerkan larutan dengan 300 cm³ air dingin yang telah dididihkan sebelumnya. Titrasi iod yang dibebaskan dengan larutan natrium tiosulfat yang terkandung dalam sebuah buret, sementara terus – menerus cairan diolak supaya larutan – larutan bercampur. Bila bagian terbesar iod telah bereaksi seperti ditunjukkan oleh larutan yang memperoleh warna hijau kekuningan, tambahkan 2 cm³ larutan kanji dan bilas ke arah bawah dinding labu; warna harus berubah menjadi biru. Teruskan penambahan larutan tiosulfat setetetes demi setetes, dan olak cairan terus – menerus, sampai 1 tetes mengubah warna dari biru kehijauan menjadi hijau muda. Titik akhir tajam, dan mudah diamati pada cahaya yang baik dengan latar belakang putih. Lakukan suatu penetapan blanko, dengan mengganti larutan kalium dikromat dengan air suling; jika kalium iodida itu bebas iodat, blanko ini mestinya kecil terabaikan. Catatan: 1. Jika ini lebih disukai, boleh ditimbang dengan cermat kira – kira 0,20 g kalium dikromat pro analis, larutkan dalam 50 cm³ air dingin, yang sebelumnya telah dididihkan, dan lakukan titrasi seperti diperinci di atas. Prosedur pilihan lain tersebut, mempergunakan serunutan tembag sulfat sebagai katalis untuk meningkatkan kecepatan reaksi; akibatnya, asam yang lebih lemah (asam asetat) boleh digunakan, dan oksidasi oleh atmosfer terhadap asam iodida akan berkurang. Taruh 25,0 cm³ kalium dikromat 0,1 N dalam sebuah labu erlenmeyer 250 cm³, tambahkan 5,0 cm³ asam asetat glasial, 5 cm³ tembaga sulfat 0,001 M, dan cuci dinding labu dengan air suling. Tambahkan 30 cm³ larutan kalium iodida 10 persen, dan titrasi iod yang dibebaskan dengan larutan tiosulfat kira – kira 0,1 N, dengan memasukkan sedikit indikator kanji menjelang akhir. Titrasi boleh dilengkapkan dalam 34 menit setelah penambahan larutan kalium iodida. Kurangi 0,05 cm³ sebagai perhitungan atas iod yang dibebaskan oleh katalis tembaga sulfat. Suatu larutan kalium permanganat yang telah distandarisasi dapat digunakan sebagai ganti larutan kalium dikromat, dengan menambahkan 2 cm³ asam klorida pekat kepada tiap porsi @ 25 cm³ larutan kalium permanganat; dalam hal ini prosedur pilihan lain, dimana ditimbang suatu bagian dari garam bersangkutan, tak dapat dipakai. C. Dengan larutan iod standar Jika suatu larutan iod standar tersedia, ini dapat digunakan untuk menstandarkan larutan tiosulfat. Ukuran Satu porsi @25cm3 larutan iod standar dan masukkan dalam sebuah labu erlenmeyer 250cm3 , tambahkan kira-kira 150cm3 air suling dan titrasi dengan larutan tiosilfat, dengan menambahkan 2cm3larutan kanji ketika cairan berwarna kuning pucat. Bila larutan tiosulfat ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung iod, reaksikeseluruhan yang terjadi dengan cepat dan secara stoikiometris pada kondisi-kondisi eksperimen biasa (pH <5) adalah: 2 S2O32- + I2 = S4O62- +2I- atau 2 S2O32- + I3- = S4O62- + 3I- Telah diperlihatkan bahwa zat perantara S2O3I- yang tak berwarna, terbentuk oleh reaksi reversibel yang cepat:
  • 8. S2O32- + I2 ↔ S2O3I- + I- Zat perantara ini bereaksi dengan ion tiosulfat dengan memberi bagian utama dari reaksi keseluruhan : S2O3I- + S2O32- = S4O62- + I- Zat perantara ini juga bereaksi dengan ion iodida : 2 S2O3I- + I- = S4O62- + I3- Ini menjelaskan pemunculan kembali iod setelah titik akhir pada titrasi larutan-larutan iod yang sangat encer dengan tiosulfat. D. Dengan serium (IV) sulfat. Metode untuk menstandarkan larutan natrium tiosulfat ini, mempergunakan suatu standar sekunder, tetapi memberi hasil-hasil yang memuaskan asalkan kondisi-kondisi eksperimen yang diberikan dibawah diikuti dengan ketat; ini disebabkan oleh fakta bahwa larutan serium (IV) sulfat mengandung asam bebas, yang dalam hal lain dapat menimbulkan sesatan yang berarti. Untuk serium (IV) sulfat 0,1N, gunakan 25,0 cm3 dari larutan natrium tiosulfat sekitar 0,1N, 0,3-0,4 g kalium iodida murni, 2 cm3 larutan kanji 0,2 persen, encerkan menjadi 250 cm3, dan titrasi dengan larutan serium (IV) sulfat sampai ke titik akhir kanji iod, yakni sampai ke warna biru permanen yang pertama. Reaksinya : 2Cc4+ + 2I- = 2Cc3+ + I2 2. STANDARISASI LARUTAN IODIUM A. Dengan Arsen Trioksida Adapun cara pembakuannya dilakukan dengan cara sebagai berikut. Timbang kurang lebih 150 mg arsen trioksid secara seksama dan larutkan dalam 20 ml NaOH 1 N bila perlu dengan pemanasan, encerkan dengan 40 ml air dan tambah dengan 2 tetes metil orange dan diikuti dengan penambaha HCl encer sampai warna kuning berubah menjadi pink. Tambahkan 2 gram NaHCO3, 20 ml air dan 3 ml larutan kanji. Titrasi dengan baku iodium perlahan-lahan hingga timbul warna biru tetap. Arsen trioksid sukar larut dalam air akan tetapi mudah larut dalam larutan natrium hidroksida (NaOH) dengan membentuk natrium arsenit menurut reaksi : As2O3 + 6 NaOH → 2 Na2AsO3 + 3 H20 Jika iodium ditambahkan pada larutan alkali maka iodium akan bereaksi dengan NaOH membentuk natrium hipoiodit atau senyawa-senyawa serupa yang mana tidak akan bereaksi secara cepat dengan natrium arsenit 2 NaOH + I2 → NaIO + NaI + H2O Kelebihan natrium hidroksida dinetralkan dengan HCl menggunakan metil orange sebagai indikator. Penambahan NaHCO3 untuk menetralkan asam iodida (HI) yang terbentuk yang mana asam iodida ini menyebabkan reaksi berjalan bolak-balik (reversibel). Natrium bikarbonat akan menghilangkan asam iodida secepat asam iodida terbentuk sehingga reaksi berjalan ke kanan secara sempurna. Reaksi secara lengkap pada pembakuan iodium dengan arsen trioksid sebagai berikut : As2O3 + 6NaOH → 2Na3AsO3 + 3H2O Na3AsO3 + I2 + 2NaHCO3 → Na3AsO4 + 2NaI + 2CO2 + H2O Pada reaksi diatas dapat diketahui bahwa valensinya adalah empat. Karena 1 mol As2O3 setara dengan 2 mol Na3AsO3 sedangkan 1 mol Na3AsO3 setara dengan 1 mol I2 akibatnya 1 mol As2O3 setara dengan 2 mol I2 sehingga perhitungan normalitas dari iodium setara dengan 2 mol I2 sehingga perhitungan normalitas dari iodium : mgrek iodium = mgrek arsen trioksid
  • 9. ml I2 x N I2 = mmol As2O3 x valensi N I2 = mg As2O3 x valensi BM As2O3 x ml I2 B. Dengan larutan natrium tiosulfat standar Gunakanlah larutan natrium tiosulfat, yang baru saja distandarkan, sebaiknya terhadap kalium iodat. Pindahkan 25 cm3 larutan iod itu ke sebuah Erlenmeyer 250 cm3, encerkan menjadi 100 cm3 dan tambahkan larutan tiosulfat standar dari buret sampai larutan berwarna kuning pucat. Tambahkan 2 cm3 larutan kanji, dan teruskan penambahan larutan tiosulfat perlahan-lahan sampai larutan tepat tak berwarna. Reaksi antara iodium dengan tiosulfat yang mana tiosulfat dioksidasi oleh iodium menjadi tetrationat menurut reaksi : 2S2O32- + I2 → 2I- + S4O62- Titrasi iodium dengan tiosulfat tidak dapat dilakukan dalam suasana alkalis dan pH yang diperbolehkan tergantung dari konsentrasi iodium. Supaya terjadi oksidasi yang kuantitatif dari tiosulfat menjadi tetraionat oleh iodium maka pH harus kurang dari 7,6 untuk titrasi dengan iodium 0,1 N. Jika larutan iodium konsentrasinya 0,01 N maka pH nya harus kurang dari 6,5 dan kurang dari 5 jika konsentrasi iodium 0,001 N. Sedangkan untuk iodium yang sangat encer sekali maka suasananya harus asam sekali. IV. INDIKATOR Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberikan warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Penggunaan indikator pelarut organik ini sangat penting terutama jika larutannya sangat asam sehingga kanji terhidrolisa, titrasinya berjalan sangat lambat dan larutannya sangat encer. Kerugian pemakaian pelarut organik sebagai indikator antara lain pada saat titrasi harus digunakan labu bertutup gelas, selama titrasi harus digojog kuat-kuat untuk menyari iodium dari air dan kadang-kadang harus ditunggu pemisahannya. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kanji dengan adanya iod akan memberikan kompleks berwarna biru kuat yang akan terlihat apabila konsentrasi iodium 2x10-5 M dan konsentrasi iodida lebih besar dari 2x10-4 M. Kepekaan warna berkurang dengan kenaikan suhu larutan dan adanya pelarut-pelarut organik. Ada pendapat bahwa warna biru itu adalah dikarenakan adsorpsi iod atau ion triiodida pada permukaan makromolekul kanji. Dalam konsentrasi iodida 4x10-5sudah memungkinkan iodium dalam konsentrasi 2x10-5 atau lebih memberikan warna biru yang nyata. Jika konsentrasi iodida dinaikkan tidak begitu berbeda intensitasnya, akan tetapi bila konsentrasi iodida diturunkan maka penurunan intensitas warna kelihatan. Tanpa iodida, iod-kanji tidak memberikan warna. Apabila suhunya dinaikkan maka kepekaan warna menurun. Pada suhu 50⁰ kepekaannya menjadi 10x lebih kurang daripada suhu 25⁰. Penambahan pelarut seperti etil alkohol menurunkan kepekaan juga. Jika mengandung 50% atau lebih etanol menyebabkan warna tidak timbul. Kanji tidak dapat digunakan dalam medium yang sangat asam karena akan terjadi hidrolisis dari kanji itu. Komponen utama kanji yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki rantai lurus dan memberikan warna biru jika bereaksi dengan iodium. Amilopektin memiliki rantai bercabang dan memberikan warna merah violet jika bereaksi dengan iodium.
  • 10. Keuntungan penggunaan kanji adalah harganya murah, sedangkan kerugiannya adalah tidak mudah larut dalam air dingin, tidak stabil pada suspensi dengan air, karenanya dalam proses pembuatannya harus dibantu dengan pemanasan. Penambahan indikator kanji sebaiknya dilakukan pada saat medekati titik akhir titrasi karena iod dengan kanji membentuk kompleks yang berwarna biru yang tidak larut dalam air dingin sehingga dikhawatirkan mengganggu penetapan titik akhir titrasi. Karena adanya kelemahan ini, dianjurkan pemakaian kanji natrium glukonat yang mana indikator ini tidak higroskopis; cepat larut dan stabil dalam penyimpanan; tidak membentuk kompleks yang tidak larut dengan iodium sehingga boleh ditambahkan pada awal titrasi dan titik akhir jelas; reprodusibel dan tidak tiba-tiba. Sayangnya indikator ini harganya mahal. Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai berikut : Amilum + I2 → iod-amilum (biru) Iod-amilum (biru) + Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6 + amilum (tak berwarna) V. PENETAPAN KADAR 1. Titrasi Langsung Sebagai contoh adalah penetapan kadar vitamin C atau asam askorbat dengan cara : lebih kurang 400 mg asam askorbat yang ditimbang seksama, larutan dalam campuran yang terdiri atas 100 ml air bebas karbon dioksida dan 25 ml asam sulfat encer. Titrasi segera dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji sampai terbentuk warna biru tetap. Tiap ml iodium setara dengan 8,806 mg asam askorbat. Asam askorbat merupakan redukator yang kuat dan secara sederhana dapat dititrasi dengan larutan baku iodium. Disini asam askorbat dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat sedangkan iodium direduksi menjadi iodida menurut reaksi berikut : HO OH H H +2HI HOH2C C + I2 à HOH2C C OH OH 2. Titrasi tidak langsung Titrasi ini dilakukan dengan menitrasi kembali kelebihan larutan baku iodium dengan larutan baku tiosulfat. Biasanya dilakukan terhadap senyawa-senyawa yang bersifat reduktor lemah seperti glukosa dan kalomel. Sebagai contoh adalah penetapan kadar kalomel dengan cara : lebih kurang 250 mg kalomel yang ditimbang
  • 11. seksama masukkan dalam labu iodium, tambahkan 10 ml air, 25 ml iodium 0,1 N dan 10 ml larutan natrium iodida 20% (b/v0. Tutup labu dan goyang-goyangkan hingga reaksi sempurna. Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N setara dengan 23,607 mg Hg2CI2. Kalomel tidak larut dalam air maka tidak dapat ditetapkan melalui kloridanya secara argentometri. Kalomel dalam larutan iodium dan natrium iodida larut dengan segera dengan membentuk garam rangkap menurut reaksi berikut : Hg2CI2 +6 NaI+ I2 2K2HgI4 + 2NaCI Supaya reaksi sempurna maka harus selalu digoyang-goyangkan dan jika sudah larut sempurna. Maka itu merupakan tanda bahwa reaksi sempurna kemudian kelebihan larutan baku iodium yang ditambahkan dititrasi kembali dengan larutan baku tiosulfat. setara dengan 2 elektron maka valensinya adalah 2Karena pada oksidasi ini tiap 1 mol kalomel setara dengan 1 mol iodium yang berarti setara dengan 2 elektron maka valensinya adalah 2 sehingga berat ekivalennya ( BE ) adalah setengah dari berat molekulnya. 3. Dengan menitrasi iodium yang dibebaskan dari penambahan kalium iodide Sebagai contoh adalah penetapan kadar tembaga (II) sulfat dengan cara : lebih kurang 1g tembaga (II) sulfat yang ditimbang seksama. Larutkan dalam 50 ml air, tambahkan 3g kalium iodida P dan 5 ml asam asetat P. Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N menggunakan indicator kanji LP hingga warna biru lemah. Tambahkan 2 g kalium tiosianat P dan lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang. Tiap ml natrium tiosianat 0,1 N setara dengan 24,97 mg CuSO4.5H2O. Penetapan kadar ini berdasarkan reaksi antara tembaga (II) sulfat dengan kalium iodida dimana tembaga diendapkan sebagai tembaga (I) iodide dan dilepaskan satu atom iodium setiap ion tembaga (II). 2Cu2+ + 4I 2Cu+ + 2I- + I2 Atau 2CuSO4.5H2O + 4KI 2CuI + I2 + 2K2SO4 + 10H2O I2 + Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6 Pada reaksi diatas 2 mol CuSO4. 5H2O setara dengan 1 mol I2 yang berarti dengan 2 elektron sehingga 2 mol CuSO4.5H2O setara dengan 2 elektron atau 1 mol CuSO4. 5H2O setara dengan 1 elektron akibatnya BE tembaga sulfat sama dengan BMnya. VI. CONTOH PERHITUNGAN 1. Pembakuan Na2S2O3O2O1N Pipet 10,0 ml KIO30,01 N masukkan dalam Erlenmeyer tambah larutan 1 ml larutan KI 10% dan 1 ml H2SO4 10%. Titrasi dengan Na2S2O3 O,O1N sampai warna kuning muda, tambahkan larutan amilum 1%. Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. Ternyata Na2S2O3 yang diperlukan 10,50 ml. hitung N Na2S2O3 ? Jawab : N1 . V1 = N2 . V2 0,01 . 10 = N2 . 10,50 N2 = 0,01. 10 10,50 N2 = 0,0095 N
  • 12. 2. Pembakuan larutan I2 0,01N degan Na2S2O3 hasil standarisasi pada soal no. 1 Pipet 10,0 ml larutan I2 masukkan dalam erlenmeyer. Titrasi dengan Na2S2O3hasil standarisasi pada soal no. 1 sampai warna kuning muda. Tambahkan larutan aluminium 1%. Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. ternyata Na2S2O3 yang diperlukan 9,10 ml. hitung N I2 ? Jawab: N1 . V1 = N2 . V2 0,0095 X 9.10 = N2 . 10 N2 = 0,0095 X 9,10 10 N2 = 0,0086 N 3. 20 tablet antalgin ditimbang dengan seksama beratnya 14244,2 mg. (tiap tablet mengandung 500 mg antalgin). Kemudian diserbuk. Timbang seksama serbuk tablet setara dengan 100,0 mg metampiron diencerkan dengan akuades ke dalam labu ukur 50,0 ml. kemudian disaring dan diambil filtra 10,0 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer ditritrasi dengan iodium hasil stndarisasi pada soal no. 2 menggunakan indikator larutan amilum 1%. Sehingga iodium yang diperlukan 12,0 ml. 1ml iodium 0,1 N setara dengan 17,57 mg antalgin. Berapa mg antalgin terdapat dalam tiap tablet ? Jawab : - Bobot rata-rat tiap tablet = 14.244,2/20=712,21 mg - Untuk sampel bobot yang ditimbang setara dengan 100 mg atalgin : 100/500 X 712,21 mg = 142,442 mg = 142,4 mg Kadar = x rata2tablet x fp Kadar = x rata2tablet x fp = X 712,21 X = 453,4 mg/tablet Jadi kadar antalgin yang diperoleh 453,4 mg/tablet.