2. Titrasi Redoks
• Metode analisis titrasi asam basa dapat diterapkan
untuk reaksi redoks
• Titrasi redoks melibatkan reaksi terkontrol antara
larutan oksidator dengan larutan reduktor
• Titik ekivalen terjadi ketika oksidator dan
reduktor telah bereaksi dengan jumlah yang
ekivalen
• Titik akhir dapat ditentukan dengan/tanpa
indikator, tergantung sifat reaksi
4. Standar Primer yang Umum
• Dalam titrasi redoks, dua standar primer
yang umum digunakan:
– Ammonium besi(II) sulfat, (NH4)2Fe(SO4)2
• Spesi aktif: Fe2+(aq)
• Fe2+(aq)
Fe3+ + e-
– Asam oksalat, H2C2O4.2H2O
• Spesi aktif: H2C2O4(aq)
• H2C2O4(aq)
2CO2(g) + 2H+ + 2e-
5. KMnO4 sebagai Oksidator
• Salah satu oksidator yang sering digunakan adalah
KMnO4.
• KMnO4. bereaksi secara berbeda dalam suasana asam
dan basa.
In Acidic Solution
–Dalam suasana asam, reaksi reduksi KMnO4 :
MnO4- + 8H+ + 5eMn2+ + 4H2O
Sebagai pemberi suasana asam, digunakan asam sulfat,
karena tidak ada reaksi samping.
Jika digunakan asam klorida, terjadi reaksi samping:
2MnO4- +10Cl- + 16H+ +2eMn2+ + 4H2O + 5Cl2
7. Titrasi Permanganat
Kondisi yang harus dipenuhi
– Disimpan pada suhu rendah dan dijauhkan
dari cahaya
– Titrasi dilakukan pada suhu 60oC
– Digunakan asam sulfat pada titrasi sebagai
pengkondisi asam
8. Oksidator yang Umum
• Problem saat menggunakan KMnO4
– Padatannya jarang murni
– Larutannya kurang stabil karena terjadi
dekomposisi parsial:
MnO − ( aq ) + 4H (+aq ) + 3e − → MnO 2(s ) + 2H 2 O ( l)
4
– Pembentukan MnO2 memberikan efek katalitik,
meningkatkan laju dekomposisi
– Larutan permanganat disimpan dalam botol coklat
untuk mencegah interaksi langsung dengan
cahaya dan mencegah terjadinya dekomposisi.
9. Standarisasi Kalium
Permanganat
• Kalium permanganat tidak dapat digunakan
sebagai standar primer karena tidak stabil
• Ammonium besi(II) sulfat, Natrium oxalat dan
asam oksalat digunakan sebagai standar primer
untuk menstandarisasi kalium permanganat
• Permanganat ditempatkan dalam buret, sedangkan
standar primer dalam labu erlenmeyer (untuk
titrasi)
11. Titik Akhir
• Permanganat berwarna ungu, sedangkan
produknya tidak berwarna tidak diperlukan
indikator dalam titrasinya.
12. Titrasi yang umum menggunakan permanganat
sebagai oksidator
Agen pereduksi
Larutan asam
oksalat
H2C2O4
Ammonium
besi(II) sulfat
(NH4)2Fe(SO4)2
Hidrogen
peroxide, H2O2
Reaksi redoks
2MnO4- + 6H+ + 5 H2C2O4
8H20
MnO4- + 8H+ + 5Fe2+
2MnO4- + 6H+ + 5H2O2
10CO2 + 2Mn2+ +
Titik akhir,
(KMnO4
dalam buret)
Colourless to
a faint pink
5Fe3+ + 2Mn2+ + 4H20
Colourless to
faint pink
5O2 + 2Mn2+ + 8H20
Colourless to
faint pink
13. Titrasi redoks menggunakan
kalium dikromat
• Kalium dikromat dapat digunakan sebagai
oksidator
• Keunggulannya: larutannya stabil dan dapat
digunakan sebagai standar primer
• Setengah reaksinya:
2
+
Cr2 O 7 −aq ) + 14H (+aq ) + 6e − → 2Cr(3aq ) + 7 H 2 O ( l )
(
14. Titrasi Redoks Menggunakan Iodin
• Iodin (I2) digunakan sebagai oksidator lemah
• Reaksi: I 2( aq ) + 2e − → 2I (−aq )
• Digunakan kanji sebagai indikator. Kelebihan
iodin menyebabkan pembentukan kompleks iodkanji yang berwarna biru (menandakan
tercapainya titik akhir titrasi)
kanji
15. Analisis Wine (Anggur)
• Kandungan SO2 dalam anggur dapat
ditentukan dengan mengoksidasinya dengan
iodin
• Iodin hanya bereaksi dengan SO2 dalam
anggur, tidak dengan alkohol (sebagaimana
terjadi pada titrasi permanganat atau dikromat)
• Reaksi oksidasi SO2 :
SO 2 ( g ) + 2H 2 O ( l ) → SO 2−aq ) + 4H (+aq ) + 2e −
4(
16. Soal
1. A 20 mL solution of 0.0512 M oxalic acid was used to
standardise an unknown solution of potassium permanganate.
An average of 21.24 mL of permanganate was required.
Calculate the concentration of the potassium permanganate
solution.
2. Calcium Oxalate was precipitated from 1.00 mL blood by the
addition of Sodium Oxalate so the Ca2+ concentration in the
blood could be determined. This precipitate was dissolved in a
sulfuric acid solution, which then required 2.05 mL of 4.88 x
10-4 M KMnO4 to reach the endpoint via the reaction.
a) Calculate the moles of Ca2+.
b) Calculate the Ca2+ concentration in blood.