Seorang wanita 50 tahun datang dengan keluhan kejang berulang selama 3 hari. Pemeriksaan menemukan kesadaran somnolen tanpa kelainan pada pemeriksaan saraf dan penunjang. Pasien memiliki riwayat epilepsi selama 7 tahun yang tidak diobati selama sebulan terakhir.
3. gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya
gejala-gejala yang datang dalam serangan-
serangan, berulang-ulang yang disebabkan
lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf
otak, yang bersifat reversibel dengan
berbagai etiologi
4. Status epileptikus
bangkitan epilepsi yang berlangsung terus
menerus selama lebih dari tiga puluh menit
tanpa diselingi oleh masa sadar
merupakan keadaan darurat medis.
5. Pengkajian
Kesan umum
Kesadaran Metode AVPU
Alert (A) : Klien tidak berespon
terhadap lingkungan sekelilingnya.
Respon velbal (V) : klien tidak berespon
terhadap pertanyaan perawat.
Respon nyeri (P) : klien tidak berespon
terhadap respon nyeri.
Tidak berespon (U) : klien tidak berespon
terhadap stimulus verbal dan nyeri ketika dicubit
dan ditepuk wajahnya
6. Pengkajian primer
pengkajian cepat (30 detik) untuk
mengidentifikasi dengan segera masalah
aktual dari kondisi life treatening
(mengancam kehidupan).
Pengkajian berpedoman pada
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika
hal memungkinkan.
7. Airway & C-spine control
Ditujukan untuk mengkaji sumbatan total atau
sebagian dan gangguan servikal :
Ada/tidaknya sumbatan jalan nafas
Distres pernafasan
Adanya kemungkinan fraktur cervical
fase iktal: biasanya ditemukan klien
mengatupkan giginya sehingga menghalangi
jalan napas, klien menggigit lidah, mulut berbusa
fase posiktal: biasanya ditemukan perlukaan
pada lidah dan gusi akibat gigitan tersebut.
8. Breathing
Pada fase iktal, pernapasan klien
menurun/cepat, peningkatan sekresi mukus,
dan kulit tampak pucat bahkan sianosis.
Pada fase post iktal, klien mengalami apnea
9. Circulation :
Pada fase iktal terjadi peningkatan nadi dan
sianosis, klien biasanya dalam keadaan tidak
sadar.
Disability
Klien bisa sadar atau tidak tergantung pada jenis
serangan atau karakteristik dari epilepsi yang
diderita. Biasanya pasien merasa bingung, dan
tidak teringat kejadian saat kejang
Exposure
Pakaian klien di buka untuk melakukan
pemeriksaan thoraks, apakah ada cedera
tambahan akibat kejang
12. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler, peningkatan sekresi mucus
2. Resiko tinggi injuri b.d perubahann kesadaran ,
kerusakan kognitif,selama kejang atau kerusakan
perlindungan diri.
3. Gangguan harga diri/identitas pribadi berhubungan
dengan stigma berkenaan dengan kondisi, persepsi
tidak terkontrol ditandai dengan pengungkapan
tentang perubahan gaya hidup, takut penolakan;
perasaan negative tentang tubuh
4. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses
perjalanan penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi
13. Dx.Kep 1…..Intervensi
Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari
benda/zat tertentu/gigi palsu
Letakkan klien pada posisi miring, permukaan datar,
miringkan kepala selama serangan kejang
Tanggalkan pakaian pada daerah leher, dada, dan
abdomen
Masukkan spatel lidah/ jalan napas buatan atau
gulungan benda lunak sesuai indikasi
Lakukan penghisapan sesuai indikasi
Berikan tambahan oksigen/ ventilasi manual sesuai
kebutuhan pada fase posiktal
Siapkan/bantu melakukan intubasi jika ada indikasi.
14. Dx.Kep 2
Kaji karakteristik kejang
Jauhkan pasien dari benda benda tajam /
membahayakan bagi pasien
Masukkan spatel lidah/jalan napas buatan
atau gulungan benda lunak sesuai indikas
Kolaborasi dalam pemberian obat anti kejang
15. Dx.Kep 3
Diskusikan perasaan pasien mengenai diagnostic, persepsi diri
terrhadap penanganan yang dilakukannya
Anjurkan untuk mengungkapkan/ mengekspresikan perasaannya
Identifikasi/antisipasi kemungkinan reaksi orang pada keadaan
penyakitnya.Anjurkan klien untuk tidak merahasiakan masalahnya
Gali bersama pasien mengenai keberhasilan yang telah diperoleh
atau yang akan dicapai selanjutnya dan kekuatan yang dimilikinya
Tentukan sikap/kecakapan orang terdekat. Bantu menyadari
perasaan tersebut adalah normal, sedangkan merasa bersalah dan
menyalahkan diri sendiri tidak ada gunanya
Tekankan pentingnya orang terdekat untuk tetap dalam keadaan
tenang selama kejang
16. Dx.Kep 4
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien
Jelaskan pada keluarga klien tentang
penyakit kejang demam melalui penyuluhan
Beri kesempatan pada keluarga untuk
menanyakan hal yang belum dimengerti
Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
pada klien
17. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses
keperawatan.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan tindakan yang telah dilakukan.
Disamping itu evaluasi dapat dijadikan
sebagai bahan pengkajian untuk proses
berikutnya.
Pada kasus epilepsi evaluasi dilakukan atas
tindakan yang dilakukan sesuai dengan
diagnosa dan tujuan yang sudah ditetapkan
19. Seorang wanita, 50 tahun datang dalam keadaan penurunan
kesadaran dengan dengan keluhan kejang sejak kurang lebih 3
hari SMRS. Kejang seluruh badan disertai busa, setelah kejang
pasien tertidur kemudian sadar. Kejang berlangsung tiap 15
menit lamanya kira-kira 1 menit. Pasien tidak demam, batuk,
pilek, mual, muntah disangkal. Pasien mempunyai riwayat
pengobatan untuk epilepsi, namun sejak 1 bulan yang lalu
pasien tidak periksa dan tidak mengkonsumsi obat, 5 hari
SMRS pasien mengkonsumsi 1 jenis obat yang dibeli sendiri.
Pasien memiliki riwayat epilepsi sejak 7 tahun yang lalu,
riwayat tumor, hipertensi, diabetes melitus, stroke, trauma
kepala disangkal. Pasien pernah mondok 2 kali dengan keluhan
serupa. Riwayat epilepsi dalam keluarga disangkal.
20. Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapat
kesadaran somnolen dengan tanda vital tekanan
darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 76 x/menit,
frekuensi pernafasan 20 x/menit dan suhu
36,50C. Pada pemeriksaan saraf kranialis tidak
ditemukan adanya kelainan. Untuk kekuatan
otot dengan nilai 5 baik pada ekstrimitas
superior maupun inferior.Tidak ditemukan
adanya refleks patologis.Tidak ditemukan
adanya kelainan pada pemeriksaan penunjang
berupa darah rutin.