SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 18
BAB I
                              PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
          Anemia adalah keadaan dimana kadar sel-sel darah merah dan
   hemoglobin dalam darah kurang dari normal. Hemoglobin terdapat dalam sel-
   sel darah merah dan merupakan pigmen pemberi warna merah sekaligus
   pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh. Oksigen ini akan
   digunakan untuk membakar gula dan lemak menjadi energy. Hal ini dapat
   menjelaskan mengapa kurang darah dapat menyebabkanng gejala lemah dan
   lesu yang tidak biasa. Paru-paru dan jantung juga terpaksa kerja keras untuk
   mendapatkan oksigen dari darah yang menyebabkan nafas terasa pendek.
          Walaupun gejalanya tidak terlihat atau samar-samar dalam jangka
   waktu lama. Kondisi ini tetap dapat membahayakan jiwa jika dibiarkan dan
   tidak diobati. Jika anda mengalami gejala lemah lesu berkepanjangan,
   sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebabny.
   Anemia biasanya terdeteksi atau sedikitnya dapat dipastikan setelah
   pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar sel darah merah , hemotokrit dan
   hemoglobin. Pengobatan bisa bervariasi tergantung pada diagnosisnya
          Sel-sel darah baru dibuat setiap hari dalam sumsum tulang belakang.
   Zat gizi yan diperlukan untuk pembuatan sel-sel ini adalah besi, protein dan
   vitamin terutama asam folat dan B12. Dari semua ini, besi dan protein yang
   paling penting dalam pembentukan hemoglobin. Setiap orang harus memiliki
   sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah sekitar lima
   juta sel darah merah per millimeter darah.




                                       1
BAB II
                                PEMBAHASAN


A. Pengertian Anemia
           Anemia      adalah   berkurangnya   jumlah   eritrosit   serta   jumlah
   hemoglobin dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 1997).
           Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
   hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan sehingga tubuh akan
   mengalami hipoksia. Anemia bukan suatu penyakit atau diagnosis melainkan
   merupakan pencerminan ke dalam suatu penyakit atau dasar perubahan
   patofisilogis yang diuraikan oleh anamnese dan pemeriksaan fisik yang teliti
   serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium.

B. Manifestasi klinik
           Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat
   menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:
   (1) kecepatan timbulnya anemia
   (2) umur individu
   (3) mekanisme kompensasinya
   (4) tingkat aktivitasnya
   (5) keadaan penyakit yang mendasari, dan
   (6) parahnya anemia tersebut.
           Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit
   O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau
   lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder
   hipovolemia dan hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah
   merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%)
   memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan
   biasanya penderita asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat.
           Mekanisme kompensasi bekerja melalui:
   (1) peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah
      pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah
   (2) meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin


                                       2
(3) mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela
      jaringan, dan
   (4) redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (deGruchy, 1978 ). 4.


C. Etiologi
   1. Karena cacat sel darah merah (SDM)
              Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak
      sekali. Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan
      menimbulkan masalah bagi SDM sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi
      sebagai mana mestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera
      dihancurkan. Pada umumnya cacat yang dialami SDM menyangkut
      senyawa-senyawa protein yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini
      menyangkut protein, sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di
      DNA.

   2. Karena kekurangan zat gizi
              Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan
      oleh faktor luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena
      kelainan dalam SDM disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun
      sel tersebut. Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan
      adalah hanya memperpanjang usia SDM sehingga mendekati umur yang
      seharusnya, mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi
      penyulit yang terjadi.

   3. Karena perdarahan
              Kehilangan       darah   dalam   jumlah   besar   tentu   saja   akan
      menyebabkan kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi
      anemia. Anemia karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini
      secara nisbi jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi karena kecelakaan
      dan bahaya yang diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala
      usaha akan dilakukan untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin
      mengembalikan jumlah darah ke keadaan semula, misalnya dengan
      tranfusi.



                                         3
4. Karena otoimun
               Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan
        menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan.
        Keadaan ini sebanarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila
        hal tersebut terjadi terhadap SDM, umur SDM akan memendek karena
        dengan cepat dihancurkan oleh sistem imun.

D. Diagnosis (gejala atau tanda-tanda)
            Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah:
   1.    kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah
   2.    sakit kepala, dan mudah marah
   3.    tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi
   4.    pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan
         rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.

            Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman
   serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan
   merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan,
   dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik
   guna menilai kepucatan.
            Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan
   aliran darah yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung
   yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua
   dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada
   anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot jantung
   yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja
   jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan
   cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi
   berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus
   (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada
   susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran
   cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala




                                         4
ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan
    lidah dan mulut).

E. Patofisiologi
           Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
    kehilangasel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
    sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor
    atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah
    dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat
    akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
    merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
           Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
    atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
    samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
    kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
    peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
    mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
           Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
    (pada kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
    (hemoglobinemia).    Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
    haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
    mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
    kedalam urin (hemoglobinuria).
           Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan
    oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
    mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
    sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
    tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
    tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.




                                       5
Anemia
                                       ↓
                           viskositas darah menurun
                                       ↓
                         resistensi aliran darah perifer
                                       ↓
                      penurunan transport O2 ke jaringan
                                       ↓
                            hipoksia, pucat, lemah
                                       ↓
                           beban jantung meningkat
                                       ↓
                           kerja jantung meningkat
                                       ↓
                                payah jantung



F. Klasifikasi anemia
          Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro
   menunjukkan ukuran sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan
   warnanya. Sudah dikenal tiga klasifikasi besar.
          Yang pertama adalah anemia normositik normokrom. Dimana ukuran
   dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam
   jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemia jenis
   ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi,
   gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum, dan penyakit-
   penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.
          Kategori besar yang kedua adalah anemia makrositik normokrom.
   Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi
   normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan
   oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang
   ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada




                                       6
kemoterapi   kanker,   sebab   agen-agen     yang   digunakan    mengganggu
metabolisme sel.
       Kategori anemia ke tiga adalah anemia mikrositik hipokrom.
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam
jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan
insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan
sideroblastik dan kehilangan
       darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia
(penyakit hemoglobin abnormal kongenital).
       Anemia dapat juga diklasifikasikan menurut etiologinya. Penyebab
utama yang dipikirkan adalah
   (1) meningkatnya kehilangan sel darah merah dan
   (2) penurunan atau gangguan pembentukan sel.
        Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat disebabkan oleh
perdarahan atau oleh penghancuran sel. Perdarahan dapat disebabkan oleh
trauma atau tukak, atau akibat pardarahan kronik karena polip pada kolon,
penyakit-penyakit keganasan, hemoriod atau menstruasi. Penghancuran sel
darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama hemolisis, terjadi bila
gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek
       hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan
penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah merah itu sendiri
terganggu adalah:
      1. Hemoglobinopati, yaitu hemoglobin abnormal yang diturunkan,
          misal nya anemia sel sabit
      2. Gangguan sintetis globin misalnya talasemia
      3. Gangguan membran sel darah merah misalnya sferositosis
          herediter
      4. Defisiensi enzim misalnya defisiensi G6PD (glukosa 6-fosfat
          dehidrogenase).




                                    7
Yang disebut diatas adalah gangguan herediter. Namun, hemolisis
dapat juga disebabkan oleh gangguan lingkungan sel darah merah yang
seringkali memerlukan respon imun. Respon isoimun mengenai berbagai
individu dalam spesies yang sama dan diakibatkan oleh tranfusi darah yang
tidak cocok. Respon otoimun terdiri dari pembentukan antibodi terhadap sel-
sel darah merah itu sendiri. Keadaan yang di namakan anemia hemolitik
otoimun dapat timbul tanpa sebab yang diketahui setelah pemberian suatu
obat tertentu seperti alfa-metildopa, kinin, sulfonamida, L-dopa atau pada
penyakit-penyakit seperti limfoma, leukemia limfositik kronik, lupus
eritematosus, artritis reumatorid dan infeksi virus. Anemia hemolitik otoimun
selanjutnya diklasifikasikan menurut suhu dimana antibodi bereaksi dengan
sel-sel darah merah –antibodi tipe panas atau antibodi tipe dingin.
        Malaria adalah penyakit parasit yang ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Penyakit ini akan
menimbulkan anemia hemolitik berat ketika sel darah merah diinfestasi oleh
parasit plasmodium, pada keadaan ini terjadi kerusakan pada sel darah merah,
dimana permukaan sel darah merah tidak teratur. Sel darah merah yang
terkena akan segera dikeluarkan dari peredaran darah oleh limpa(Beutler,
1983)
        Hipersplenisme (pembesaran limpa, pansitopenia, dan sumsum tulang
hiperselular atau normal) dapat juga menyebabkan hemolisis akibat
penjeratan dan penghancuran sel darah merah. Luka bakar yang berat
khususnya jika kapiler pecah dapat juga mengakibatkan hemolisis.
        Klasifikasi etiologi utama yang kedua adalah pembentukan sel darah
merah yang berkurang atau terganggu (diseritropoiesis). Setiap keadaan yang
mempengaruhi fungsi sumsum tulang dimasukkan dalam kategori ini. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah:
(1) keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukimia dan multipel
    mieloma; obat dan zat kimia toksik; dan penyinaran dengan radiasi dan
(2) penyakit-penyakit menahun yang melibatkan ginjal dan hati, penyakit-
    penyakit infeksi dan defiensi endokrin.




                                    8
Kekurangan vitamin penting seperti vitamin B12, asam folat, vitamin
C dan besi dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif
sehingga menimbulkan anemia. Untuk menegakkan diagnosis anemia harus
digabungkan pertimbangan morfologis dan etiologi.

1. Anemia aplastik
          Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk
   disumsum tulang yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini
   jumlah sel-sel darah yang dihasilkan tidak memadai. Penderita mengalami
   pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan
   trombosit. Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik dan
   normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang dan biopsi sumsum
   tulang menunjukkan suatu keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan
   hipoplasia yang nyata dan terjadi pergantian dengan jaringan lemak.
   Langkah-langkah     pengobatan        terdiri   dari   mengidentifikasi   dan
   menghilangkan agen penyebab. Namun pada beberapa keadaan tidak dapat
   ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini disebut idiopatik. Beberapa
   keadaan seperti ini diduga merupakan keadaan imunologis.

   a. Gejala-gejala anemia aplastik
             Kompleks      gejala    anemia        aplastik   berkaitan   dengan
      pansitopenia. Gejala-gejala lain yang berkaitan dengan anemia adalah
      defisiensi trombosit dan sel darah putih.
             Defisiensi trombosit dapat mengakibatkan:
      (1) ekimosis dan ptekie (perdarahan dalam kulit)
      (2) epistaksis (perdarahan hidung)
      (3) perdarahan saluran cerna
      (4) perdarahan saluran kemih
      (5) perdarahan susunan saraf pusat.




                                     9
Defisiensi sel darah putih mengakibatkan lebih mudahnya
   terkena infeksi.
          Aplasia berat disertai pengurangan atau tidak adanya retikulosit
   jumlah granulosit yang kurang dari 500/mm3 dan jumlah trombosit
   yang kurang dari 20.000 dapat mengakibatkan kematian dan infeksi
   dan/atau   perdarahan   dalam    beberapa   minggu     atau   beberapa
   bulan. Namun penderita yang lebih ringan dapat hidup bertahun-
   tahun. Pengobatan terutama dipusatkan pada perawatan suportif
   sampai terjadi penyembuhan sumsum tulang. Karena infeksi dan
   perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi sel lain merupakan
   penyebab utama kematian maka penting untuk mencegah perdarahan
   dan infeksi.

b. Pencegahan anemia aplastik dan terapi yang di lakukan
          Tindakan pencegahan dapat mencakup lingkungan yang
   dilindungi (ruangan dengan aliran udara yang mendatar atau tempat
   yang nyaman) dan higiene yang baik. Pada pendarahan dan/atau
   infeksi perlu dilakukan terapi komponen darah yang bijaksana, yaitu
   sel darah merah, granulosit dan trombosit dan antibiotik. Agen-agen
   perangsang sumsum tulang seperti androgen diduga menimbulkan
   eritropoiesis, tetapi efisiensinya tidak menentu. Penderita anemia
   aplastik kronik dipertahankan pada hemoglobin (Hb) antara 8 dan 9 g
   dengan tranfusi darah yang periodik.
          Penderita anemia aplastik berusia muda yang terjadi secara
   sekunder akibat kerusakan sel induk memberi respon yang baik
   terhadap tranplantasi sumsum tulang dari donor yang cocok (saudara
   kandung dengan antigen leukosit manusia [HLA] yang cocok). Pada
   kasus-kasus yang dianggap terjadi reaksi imunologis maka digunakan
   globulin antitimosit (ATG) yang mengandung antibodi untuk melawan
   sel T manusia untuk mendapatkan remisi sebagian. Terapi semacam ini
   dianjurkan untuk penderita yang agak tua atau untuk penderita yang
   tidak mempunyai saudara kandung yang cocok.




                               10
2. Anemia defisiensi besi
          Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai
   anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis
   hemoglobin.
          Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia.
   Khususnya       terjadi   pada   wanita   usia   subur,   sekunder   karena
   kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi
   selama hamil.

   a. Penyebab lain defisiensi besi adalah:
       (1) asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi yang diberi
           makan susu belaka sampai usia antara 12-24 bulan dan pada
           individu tertentu yang hanya memakan sayur- sayuran saja;
       (2) gangguan absorpsi seperti setelah gastrektomi dan
       (3) kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan saluran
           cerna yang lambat karena polip, neoplasma, gastritis varises
           esophagus, makan aspirin dan hemoroid.
               Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata
       mengandung 3 sampai 5 g besi, bergantung pada jenis kelamin dan
       besar tubuhnya. Hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin
       yang dilepas pada proses penuaan serta kematian sel dan diangkut
       melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk eritropoiesis.
       Dengan kekecualian dalam jumlah yang kecil dalam mioglobin (otot)
       dan dalam enzim-enzim hem, sepertiga sisanya disimpan dalam hati,
       limpa dan dalam sumsum tulang sebagai feritin dan sebagai
       hemosiderin untuk kebutuhan-kebutuhan lebih lanjut.

   b. Patofisiologi anemia defisiensi besi
               Walaupun dalam diet rata-rata terdapat 10 - 20 mg besi, hanya
       sampai 5% - 10% (1 - 2 mg) yang sebenarnya sampai diabsorpsi. Pada
       persediaan besi berkurang maka besi dari diet tersebut diserap lebih
       banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi fero dalam lambung
       dan duodenum; penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejunum



                                     11
proksimal. Kemudian besi diangkut oleh transferin plasma ke sumsum
   tulang untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di
   jaringan.

c. Tanda dan gejala anemia pada penderita defisiensi besi
          Setiap milliliter darah mengandung 0,5 mg besi. Kehilangan
   besi umumnya sedikit sekali, dari 0,5 sampai 1 mg/hari. Namun
   wanita yang mengalami menstruasi kehilangan tambahan 15 sampai
   28 mg/bulan. Walaupun kehilangan darah karena menstruasi berhenti
   selama hamil, kebutuhan besi harian tetap meningkat, hal ini terjadi
   oleh karena volume darah ibu selama hamil meningkat, pembentukan
   plasenta, tali pusat dan fetus, serta mengimbangi darah yang hilang
   pada waktu melahirkan.
          Selain tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh anemia,
   penderita defisiensi besi yang berat (besi plasma lebih kecil dari 40
   mg/ 100 ml;Hb 6 sampai 7 g/100 ml)mempunyai rambut yang rapuh
   dan halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya
   berbentuk seperti sendok (koilonikia). Selain itu atropi papilla lidah
   mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging,
   dan meradang dan sakit. Dapat juga timbul stomatitis angularis,
   pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit di sudut-sudut mulut.
          Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah
   normal atau hampir normal dan kadar hemoglobin berkurang. Pada
   sediaan hapus darah perifer, eritrosit mikrositik dan hipokrom
   disertain poikilositosis dan aniositosis. Jumlah retikulosit mungkin
   normal atau berkurang. Kadar besi berkurang walaupun kapasitas
   meningkat besi serum meningkat.

d. Pengobatan anemia pada penderita defisiensi besi
          Pengobatan defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan
   menemukan     penyebab     dasar   anemia.   Pembedahan      mungkin
   diperlukan untuk menghambat perdarahan aktif yang diakibatkan oleh
   polip, tukak, keganasan dan hemoroid; perubahan diet mungkin



                               12
diperlukan untuk bayi yang hanya diberi makan susu atau individu
      dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam
      dosis besar.Walaupun modifikasi diet dapat menambah besi yang
      tersedia (misalnya hati, masih dibutuhkan suplemen besi untuk
      meningkatkan hemoglobin dan mengembalikan persediaan besi. Besi
      tersedia dalam bentuk parenteral dan oral. Sebagian penderita
      memberi respon yang baik terhadap senyawa-senyawa oral seperti
      ferosulfat. Preparat besi parenteral digunakan secara sangat selektif,
      sebab harganya mahal dan mempunyai insidens besar terjadi reaksi
      yang merugikan.

3. Anemia megaloblastik
         Anemia megaloblastik diklasifikasikan menurut morfologinya
   sebagai anemia makrositik normokrom.

   a. Sebab-sebab atau gejala anemia megaloblastik
             Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defisiensi
      vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan sintesis DNA
      terganggu. Defisiensi ini mungkin sekunder karena malnutrisi,
      malabsorpsi, kekurangan faktor intrinsik (seperti terlihat pada anemia
      pernisiosa dan postgastrekomi) infestasi parasit, penyakit usus dan
      keganasan, serta agen kemoterapeutik. Individu dengan infeksi cacing
      pita (dengan Diphyllobothrium latum) akibat makan ikan segar yang
      terinfeksi, cacing pita berkompetisi dengan hospes dalam mendapatkan
      vitamin B12 dari makanan, yang mengakibatkan anemia megaloblastik
      (Beck, 1983).
             Walaupun anemia pernisiosa merupakan prototip dari anemia
      megaloblastik defisiensi folat lebih sering ditemukan dalam praktek
      klinik. Anemia megaloblastik sering kali terlihat pada orang tua
      dengan malnutrisi, pecandu alkoholatau pada remaja dan pada
      kehamilan dimana terjadi peningkatan kebutuhan untuk memenuhi
      kebutuhan fetus dan laktasi. Kebutuhan ini juga meningkat pada
      anemia hemolitik, keganasan dan hipertiroidisme. Penyakit celiac dan



                                  13
sariawan tropik juga menyebabkan malabsorpsi dan penggunaan obat-
   obat yang bekerja sebagai antagonis asam folat juga mempengaruhi.

b. Pencegahan anemia pada penderita anemia megaloblastik
          Kebutuhan minimal folat setiap hari kira-kira 50 mg mudah
   diperoleh dari diet rata-rata. Sumber yang paling melimpah adalah
   daging merah (misalnya hati dan ginjal) dan sayuran berdaun hijau
   yang segar. Tetapi cara menyiapkan makanan yang benar juga
   diperlukan untuk menjamin jumlah gizi yang adekuat. Misalnya 50%
   sampai 90% folat dapat hilang pada cara memasak yang memakai
   banyak air.
          Folat diabsorpsi dari duodenum dan jejunum bagian atas,
   terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan dalam hati.
   Tanpa adanya asupan folat persediaan folat biasanya akan habis kira-
   kira dalam waktu 4 bulan. Selain gejala-gejala anemia yang sudah
   dijelaskan penderita anemia megaloblastik sekunder karena defisiensi
   folat dapat tampak seperti malnutrisi dan mengalami glositis berat
   (radang lidah disertai rasa sakit), diare dan kehilangan nafsu makan.
   Kadar folat serum juga menurun (<4 mg/ml).
          Pengobatan anemia pada penderita anemia megaloblastik.
   Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya pengobatan bergantung
   pada identifikasi dan menghilangkan penyebab dasarnya. Tindakan ini
   adalah memperbaiki defisiensi diet dan terapi pengganti dengan asam
   folat atau dengan vitamin B12. penderita kecanduan alkohol yang
   dirawat di rumah sakit sering memberi respon “spontan” bila di
   berikan diet seimbang.




                              14
BAB III
                                 PENUTUP


A. Kesimpulan
            Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal
   sebagai berikut: Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah
   hemoglobin dalam 100 ml darah. Etiologi anemia Karena cacat sel darah
   merah (SDM).Karena kekurangan zat gizi,Karena perdarahan,Karena
   otoimun.
            Patofisiologi anemia /Timbulnya anemia mencerminkan adanya
   kegagalan sumsum atau kehilangasel darah merah secara berlebihan atau
   keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
   pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
   diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis
   (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai
   dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
   merah.




                                      15
DAFTAR PUSTAKA


     http://www.blogdokter.net/2008/06/17/anemia/

     http://www.totalkesehatananda.com/index.html

     http://yudhim.blogspot.com/2008/08/tentang-penyakit-anemi.html

     Sukandar, Elin Yulinah, dkk., 2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI
Penerbitan, Jakarta

     Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta




                                     16
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ...........................................................................                 i
DAFTAR ISI ..........................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN
     A. Latar Belakang ..........................................................................          1
BAB II PEMBAHASAN
     A. Pengertian Anemia ....................................................................             2
     B. Manifestasi klinik ......................................................................          2
     C. Etiologi .......................................................................................   3
     D. Diagnosis (gejala atau tanda-tanda) ........................................                       4
     E. Patofisiologi................................................................................      5
     F. Klasifikasi anemia ....................................................................            6
BAB III PENUTUP
     A. Kesimpulan ................................................................................        15

DAFTAR PUSTAKA




                                                          17
                                                           ii
KATA PENGANTAR


       Puji dan Syukur penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini yang berjudul “Anemia” tepat pada waktunya.
       Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing dan semua pihak
yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
       Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca, atas kritik dan sarannya, penulis mengucapkan
terimakasih.




                                                Pariaman, Desember      2012




                                                            Penulis




                                      i
                                     18

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Diet Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia
Diet Pada Ibu Hamil dengan PreeklampsiaDiet Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia
Diet Pada Ibu Hamil dengan PreeklampsiaWira Rotinsulu
 
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja Shela Rizky Tarinda
 
Askep addison disease
Askep addison diseaseAskep addison disease
Askep addison diseaseSri Nala
 
Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 
Penilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamilPenilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamiltris nia
 
Ruang Lingkup Dan Prinsip Promosi Kesehatan
Ruang Lingkup Dan Prinsip Promosi KesehatanRuang Lingkup Dan Prinsip Promosi Kesehatan
Ruang Lingkup Dan Prinsip Promosi Kesehatanpjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)Sinta Sari
 
Pathway nefrolitiasis
Pathway nefrolitiasisPathway nefrolitiasis
Pathway nefrolitiasisMasykur Khair
 
Kasus skenario 1 modul 2
Kasus skenario 1 modul 2Kasus skenario 1 modul 2
Kasus skenario 1 modul 2Dayat Dacil
 
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianMakalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianDidik Nurkantoro
 
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Amee Hidayat
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAbdul Ghony
 

Mais procurados (20)

Diet Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia
Diet Pada Ibu Hamil dengan PreeklampsiaDiet Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia
Diet Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia
 
pemenuhan Kebutuhan nutrisi
pemenuhan Kebutuhan nutrisipemenuhan Kebutuhan nutrisi
pemenuhan Kebutuhan nutrisi
 
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
 
Askep addison disease
Askep addison diseaseAskep addison disease
Askep addison disease
 
Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisi
 
Penilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamilPenilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamil
 
Ruang Lingkup Dan Prinsip Promosi Kesehatan
Ruang Lingkup Dan Prinsip Promosi KesehatanRuang Lingkup Dan Prinsip Promosi Kesehatan
Ruang Lingkup Dan Prinsip Promosi Kesehatan
 
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
 
Leaflet anemia
Leaflet anemiaLeaflet anemia
Leaflet anemia
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Pathway nefrolitiasis
Pathway nefrolitiasisPathway nefrolitiasis
Pathway nefrolitiasis
 
Kasus skenario 1 modul 2
Kasus skenario 1 modul 2Kasus skenario 1 modul 2
Kasus skenario 1 modul 2
 
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianMakalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
 
Ggk
GgkGgk
Ggk
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Ppt gagal ginjal
Ppt gagal ginjalPpt gagal ginjal
Ppt gagal ginjal
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 

Destaque

MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)
MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)
MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)eriska eqy eprilina
 
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi BesiAnemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi BesiImron Rosyadi
 
patofisiologi anemia defisiensi besi
patofisiologi anemia defisiensi besipatofisiologi anemia defisiensi besi
patofisiologi anemia defisiensi besiDonna Potter
 
Askep anemia.doc
Askep anemia.docAskep anemia.doc
Askep anemia.docSumadin1112
 
Makalah arthritis rheumatoid
Makalah arthritis rheumatoidMakalah arthritis rheumatoid
Makalah arthritis rheumatoidKANDA IZUL
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemiaMakalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemiaSeptian Muna Barakati
 
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)Feny Kartika
 
Copy of asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia.presentasipptx
Copy of asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia.presentasipptxCopy of asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia.presentasipptx
Copy of asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia.presentasipptxOperator Warnet Vast Raha
 
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...Warnet Raha
 
8 группа игры и игрушки
8 группа игры и игрушки8 группа игры и игрушки
8 группа игры и игрушкиCnit-srstu
 
Analisis jurnal anemia
Analisis jurnal anemiaAnalisis jurnal anemia
Analisis jurnal anemiaRoby Hermawan
 
96575015 diabetes-gestasional (1)
96575015 diabetes-gestasional (1)96575015 diabetes-gestasional (1)
96575015 diabetes-gestasional (1)Dyana Utami
 
Analisis studi etnografi
Analisis studi etnografiAnalisis studi etnografi
Analisis studi etnografifajrisaptaji
 
Makalah bayi tabung (rekayasagenetika ) dan sistem imun
Makalah bayi tabung (rekayasagenetika ) dan sistem imunMakalah bayi tabung (rekayasagenetika ) dan sistem imun
Makalah bayi tabung (rekayasagenetika ) dan sistem imunMJM Networks
 

Destaque (20)

MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)
MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)
MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)
 
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi BesiAnemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi Besi
 
patofisiologi anemia defisiensi besi
patofisiologi anemia defisiensi besipatofisiologi anemia defisiensi besi
patofisiologi anemia defisiensi besi
 
Anemia defisiensi besi pada ibu hamil
Anemia defisiensi besi pada ibu hamil Anemia defisiensi besi pada ibu hamil
Anemia defisiensi besi pada ibu hamil
 
Askep anemia.doc
Askep anemia.docAskep anemia.doc
Askep anemia.doc
 
Studi kasus anemia ringan
Studi kasus anemia ringanStudi kasus anemia ringan
Studi kasus anemia ringan
 
Makalah arthritis rheumatoid
Makalah arthritis rheumatoidMakalah arthritis rheumatoid
Makalah arthritis rheumatoid
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemiaMakalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
 
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
 
Makalah tentang alergi obat
Makalah tentang alergi obatMakalah tentang alergi obat
Makalah tentang alergi obat
 
Askep anak anemia
Askep anak anemiaAskep anak anemia
Askep anak anemia
 
Copy of asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia.presentasipptx
Copy of asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia.presentasipptxCopy of asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia.presentasipptx
Copy of asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia.presentasipptx
 
Anemia hemolitik
Anemia hemolitikAnemia hemolitik
Anemia hemolitik
 
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MU...
 
8 группа игры и игрушки
8 группа игры и игрушки8 группа игры и игрушки
8 группа игры и игрушки
 
Analisis jurnal anemia
Analisis jurnal anemiaAnalisis jurnal anemia
Analisis jurnal anemia
 
96575015 diabetes-gestasional (1)
96575015 diabetes-gestasional (1)96575015 diabetes-gestasional (1)
96575015 diabetes-gestasional (1)
 
Anemia pada ibu hamil
Anemia  pada ibu hamilAnemia  pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamil
 
Analisis studi etnografi
Analisis studi etnografiAnalisis studi etnografi
Analisis studi etnografi
 
Makalah bayi tabung (rekayasagenetika ) dan sistem imun
Makalah bayi tabung (rekayasagenetika ) dan sistem imunMakalah bayi tabung (rekayasagenetika ) dan sistem imun
Makalah bayi tabung (rekayasagenetika ) dan sistem imun
 

Semelhante a Makalah anemia

Semelhante a Makalah anemia (20)

Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docx
 
Darah
DarahDarah
Darah
 
Askep anemia 1
Askep anemia 1Askep anemia 1
Askep anemia 1
 
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.pptANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_ANEMIA.ppt
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_ANEMIA.pptASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_ANEMIA.ppt
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_ANEMIA.ppt
 
Askep_Anemia.doc
Askep_Anemia.docAskep_Anemia.doc
Askep_Anemia.doc
 
Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darahSistem peredaran darah
Sistem peredaran darah
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
 
Animea Defesiensi
Animea DefesiensiAnimea Defesiensi
Animea Defesiensi
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
Askep syok hipovolemik
Askep syok hipovolemikAskep syok hipovolemik
Askep syok hipovolemik
 
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 

Mais de MJM Networks

Proposal kewirausahaan sate
Proposal kewirausahaan sateProposal kewirausahaan sate
Proposal kewirausahaan sateMJM Networks
 
Leaflet asma bronkhial
Leaflet asma bronkhialLeaflet asma bronkhial
Leaflet asma bronkhialMJM Networks
 
Iman kepada-kitab-allah
Iman kepada-kitab-allahIman kepada-kitab-allah
Iman kepada-kitab-allahMJM Networks
 
I jaz-alquran-kel-10
I jaz-alquran-kel-10I jaz-alquran-kel-10
I jaz-alquran-kel-10MJM Networks
 
Hipotesis komparatif-dan-uji-sampel
Hipotesis komparatif-dan-uji-sampelHipotesis komparatif-dan-uji-sampel
Hipotesis komparatif-dan-uji-sampelMJM Networks
 
Handout statistik non-parametrik
Handout statistik non-parametrikHandout statistik non-parametrik
Handout statistik non-parametrikMJM Networks
 
Funsi dan tugas guru agama
Funsi dan tugas guru agamaFunsi dan tugas guru agama
Funsi dan tugas guru agamaMJM Networks
 
Fungsi pemimpin madrasah dalam pengelolaan pembelajaran pai erik
Fungsi pemimpin madrasah dalam pengelolaan pembelajaran pai erikFungsi pemimpin madrasah dalam pengelolaan pembelajaran pai erik
Fungsi pemimpin madrasah dalam pengelolaan pembelajaran pai erikMJM Networks
 
Satuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejanSatuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejanMJM Networks
 
Manajemen asuhan kebidanan trimester 1
Manajemen asuhan kebidanan trimester 1Manajemen asuhan kebidanan trimester 1
Manajemen asuhan kebidanan trimester 1MJM Networks
 
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normal
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normalManajemen asuhan kebidanan anak balita normal
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normalMJM Networks
 
LEAFLET Perawatan luka
LEAFLET Perawatan lukaLEAFLET Perawatan luka
LEAFLET Perawatan lukaMJM Networks
 
Leaflet belajar yang baik dan efektif
Leaflet belajar yang baik dan efektifLeaflet belajar yang baik dan efektif
Leaflet belajar yang baik dan efektifMJM Networks
 

Mais de MJM Networks (20)

Proposal kewirausahaan sate
Proposal kewirausahaan sateProposal kewirausahaan sate
Proposal kewirausahaan sate
 
Leaflet asma bronkhial
Leaflet asma bronkhialLeaflet asma bronkhial
Leaflet asma bronkhial
 
Ipi299983
Ipi299983Ipi299983
Ipi299983
 
Iman kepada-kitab-allah
Iman kepada-kitab-allahIman kepada-kitab-allah
Iman kepada-kitab-allah
 
I jaz-alquran-kel-10
I jaz-alquran-kel-10I jaz-alquran-kel-10
I jaz-alquran-kel-10
 
Hipotesis komparatif-dan-uji-sampel
Hipotesis komparatif-dan-uji-sampelHipotesis komparatif-dan-uji-sampel
Hipotesis komparatif-dan-uji-sampel
 
Handout statistik non-parametrik
Handout statistik non-parametrikHandout statistik non-parametrik
Handout statistik non-parametrik
 
Funsi dan tugas guru agama
Funsi dan tugas guru agamaFunsi dan tugas guru agama
Funsi dan tugas guru agama
 
Fungsi pemimpin madrasah dalam pengelolaan pembelajaran pai erik
Fungsi pemimpin madrasah dalam pengelolaan pembelajaran pai erikFungsi pemimpin madrasah dalam pengelolaan pembelajaran pai erik
Fungsi pemimpin madrasah dalam pengelolaan pembelajaran pai erik
 
Satuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejanSatuan acara pembelajaran batuk rejan
Satuan acara pembelajaran batuk rejan
 
Tugas jurnal
Tugas jurnalTugas jurnal
Tugas jurnal
 
Manajemen asuhan kebidanan trimester 1
Manajemen asuhan kebidanan trimester 1Manajemen asuhan kebidanan trimester 1
Manajemen asuhan kebidanan trimester 1
 
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normal
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normalManajemen asuhan kebidanan anak balita normal
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normal
 
LEAFLET Perawatan luka
LEAFLET Perawatan lukaLEAFLET Perawatan luka
LEAFLET Perawatan luka
 
Leaflet cacar air
Leaflet cacar airLeaflet cacar air
Leaflet cacar air
 
Sap cacar air
Sap cacar airSap cacar air
Sap cacar air
 
Ppt kehamilan
Ppt kehamilanPpt kehamilan
Ppt kehamilan
 
Leaflet belajar yang baik dan efektif
Leaflet belajar yang baik dan efektifLeaflet belajar yang baik dan efektif
Leaflet belajar yang baik dan efektif
 
Cover andalas
Cover andalasCover andalas
Cover andalas
 
Tinjauan kasus
Tinjauan kasus Tinjauan kasus
Tinjauan kasus
 

Makalah anemia

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana kadar sel-sel darah merah dan hemoglobin dalam darah kurang dari normal. Hemoglobin terdapat dalam sel- sel darah merah dan merupakan pigmen pemberi warna merah sekaligus pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh. Oksigen ini akan digunakan untuk membakar gula dan lemak menjadi energy. Hal ini dapat menjelaskan mengapa kurang darah dapat menyebabkanng gejala lemah dan lesu yang tidak biasa. Paru-paru dan jantung juga terpaksa kerja keras untuk mendapatkan oksigen dari darah yang menyebabkan nafas terasa pendek. Walaupun gejalanya tidak terlihat atau samar-samar dalam jangka waktu lama. Kondisi ini tetap dapat membahayakan jiwa jika dibiarkan dan tidak diobati. Jika anda mengalami gejala lemah lesu berkepanjangan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebabny. Anemia biasanya terdeteksi atau sedikitnya dapat dipastikan setelah pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar sel darah merah , hemotokrit dan hemoglobin. Pengobatan bisa bervariasi tergantung pada diagnosisnya Sel-sel darah baru dibuat setiap hari dalam sumsum tulang belakang. Zat gizi yan diperlukan untuk pembuatan sel-sel ini adalah besi, protein dan vitamin terutama asam folat dan B12. Dari semua ini, besi dan protein yang paling penting dalam pembentukan hemoglobin. Setiap orang harus memiliki sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah sekitar lima juta sel darah merah per millimeter darah. 1
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Anemia Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 1997). Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan sehingga tubuh akan mengalami hipoksia. Anemia bukan suatu penyakit atau diagnosis melainkan merupakan pencerminan ke dalam suatu penyakit atau dasar perubahan patofisilogis yang diuraikan oleh anamnese dan pemeriksaan fisik yang teliti serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium. B. Manifestasi klinik Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada: (1) kecepatan timbulnya anemia (2) umur individu (3) mekanisme kompensasinya (4) tingkat aktivitasnya (5) keadaan penyakit yang mendasari, dan (6) parahnya anemia tersebut. Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat. Mekanisme kompensasi bekerja melalui: (1) peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah (2) meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin 2
  • 3. (3) mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan, dan (4) redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (deGruchy, 1978 ). 4. C. Etiologi 1. Karena cacat sel darah merah (SDM) Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali. Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan masalah bagi SDM sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai mana mestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan. Pada umumnya cacat yang dialami SDM menyangkut senyawa-senyawa protein yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini menyangkut protein, sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA. 2. Karena kekurangan zat gizi Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh faktor luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan dalam SDM disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut. Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya memperpanjang usia SDM sehingga mendekati umur yang seharusnya, mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang terjadi. 3. Karena perdarahan Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan dilakukan untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan jumlah darah ke keadaan semula, misalnya dengan tranfusi. 3
  • 4. 4. Karena otoimun Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan ini sebanarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut terjadi terhadap SDM, umur SDM akan memendek karena dengan cepat dihancurkan oleh sistem imun. D. Diagnosis (gejala atau tanda-tanda) Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah: 1. kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah 2. sakit kepala, dan mudah marah 3. tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi 4. pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan. Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala 4
  • 5. ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan mulut). E. Patofisiologi Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangasel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia. 5
  • 6. Anemia ↓ viskositas darah menurun ↓ resistensi aliran darah perifer ↓ penurunan transport O2 ke jaringan ↓ hipoksia, pucat, lemah ↓ beban jantung meningkat ↓ kerja jantung meningkat ↓ payah jantung F. Klasifikasi anemia Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan warnanya. Sudah dikenal tiga klasifikasi besar. Yang pertama adalah anemia normositik normokrom. Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum, dan penyakit- penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Kategori besar yang kedua adalah anemia makrositik normokrom. Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada 6
  • 7. kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme sel. Kategori anemia ke tiga adalah anemia mikrositik hipokrom. Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital). Anemia dapat juga diklasifikasikan menurut etiologinya. Penyebab utama yang dipikirkan adalah (1) meningkatnya kehilangan sel darah merah dan (2) penurunan atau gangguan pembentukan sel. Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat disebabkan oleh perdarahan atau oleh penghancuran sel. Perdarahan dapat disebabkan oleh trauma atau tukak, atau akibat pardarahan kronik karena polip pada kolon, penyakit-penyakit keganasan, hemoriod atau menstruasi. Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama hemolisis, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah merah itu sendiri terganggu adalah: 1. Hemoglobinopati, yaitu hemoglobin abnormal yang diturunkan, misal nya anemia sel sabit 2. Gangguan sintetis globin misalnya talasemia 3. Gangguan membran sel darah merah misalnya sferositosis herediter 4. Defisiensi enzim misalnya defisiensi G6PD (glukosa 6-fosfat dehidrogenase). 7
  • 8. Yang disebut diatas adalah gangguan herediter. Namun, hemolisis dapat juga disebabkan oleh gangguan lingkungan sel darah merah yang seringkali memerlukan respon imun. Respon isoimun mengenai berbagai individu dalam spesies yang sama dan diakibatkan oleh tranfusi darah yang tidak cocok. Respon otoimun terdiri dari pembentukan antibodi terhadap sel- sel darah merah itu sendiri. Keadaan yang di namakan anemia hemolitik otoimun dapat timbul tanpa sebab yang diketahui setelah pemberian suatu obat tertentu seperti alfa-metildopa, kinin, sulfonamida, L-dopa atau pada penyakit-penyakit seperti limfoma, leukemia limfositik kronik, lupus eritematosus, artritis reumatorid dan infeksi virus. Anemia hemolitik otoimun selanjutnya diklasifikasikan menurut suhu dimana antibodi bereaksi dengan sel-sel darah merah –antibodi tipe panas atau antibodi tipe dingin. Malaria adalah penyakit parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Penyakit ini akan menimbulkan anemia hemolitik berat ketika sel darah merah diinfestasi oleh parasit plasmodium, pada keadaan ini terjadi kerusakan pada sel darah merah, dimana permukaan sel darah merah tidak teratur. Sel darah merah yang terkena akan segera dikeluarkan dari peredaran darah oleh limpa(Beutler, 1983) Hipersplenisme (pembesaran limpa, pansitopenia, dan sumsum tulang hiperselular atau normal) dapat juga menyebabkan hemolisis akibat penjeratan dan penghancuran sel darah merah. Luka bakar yang berat khususnya jika kapiler pecah dapat juga mengakibatkan hemolisis. Klasifikasi etiologi utama yang kedua adalah pembentukan sel darah merah yang berkurang atau terganggu (diseritropoiesis). Setiap keadaan yang mempengaruhi fungsi sumsum tulang dimasukkan dalam kategori ini. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah: (1) keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukimia dan multipel mieloma; obat dan zat kimia toksik; dan penyinaran dengan radiasi dan (2) penyakit-penyakit menahun yang melibatkan ginjal dan hati, penyakit- penyakit infeksi dan defiensi endokrin. 8
  • 9. Kekurangan vitamin penting seperti vitamin B12, asam folat, vitamin C dan besi dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga menimbulkan anemia. Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan pertimbangan morfologis dan etiologi. 1. Anemia aplastik Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk disumsum tulang yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang dihasilkan tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang dan biopsi sumsum tulang menunjukkan suatu keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan hipoplasia yang nyata dan terjadi pergantian dengan jaringan lemak. Langkah-langkah pengobatan terdiri dari mengidentifikasi dan menghilangkan agen penyebab. Namun pada beberapa keadaan tidak dapat ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini disebut idiopatik. Beberapa keadaan seperti ini diduga merupakan keadaan imunologis. a. Gejala-gejala anemia aplastik Kompleks gejala anemia aplastik berkaitan dengan pansitopenia. Gejala-gejala lain yang berkaitan dengan anemia adalah defisiensi trombosit dan sel darah putih. Defisiensi trombosit dapat mengakibatkan: (1) ekimosis dan ptekie (perdarahan dalam kulit) (2) epistaksis (perdarahan hidung) (3) perdarahan saluran cerna (4) perdarahan saluran kemih (5) perdarahan susunan saraf pusat. 9
  • 10. Defisiensi sel darah putih mengakibatkan lebih mudahnya terkena infeksi. Aplasia berat disertai pengurangan atau tidak adanya retikulosit jumlah granulosit yang kurang dari 500/mm3 dan jumlah trombosit yang kurang dari 20.000 dapat mengakibatkan kematian dan infeksi dan/atau perdarahan dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Namun penderita yang lebih ringan dapat hidup bertahun- tahun. Pengobatan terutama dipusatkan pada perawatan suportif sampai terjadi penyembuhan sumsum tulang. Karena infeksi dan perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi sel lain merupakan penyebab utama kematian maka penting untuk mencegah perdarahan dan infeksi. b. Pencegahan anemia aplastik dan terapi yang di lakukan Tindakan pencegahan dapat mencakup lingkungan yang dilindungi (ruangan dengan aliran udara yang mendatar atau tempat yang nyaman) dan higiene yang baik. Pada pendarahan dan/atau infeksi perlu dilakukan terapi komponen darah yang bijaksana, yaitu sel darah merah, granulosit dan trombosit dan antibiotik. Agen-agen perangsang sumsum tulang seperti androgen diduga menimbulkan eritropoiesis, tetapi efisiensinya tidak menentu. Penderita anemia aplastik kronik dipertahankan pada hemoglobin (Hb) antara 8 dan 9 g dengan tranfusi darah yang periodik. Penderita anemia aplastik berusia muda yang terjadi secara sekunder akibat kerusakan sel induk memberi respon yang baik terhadap tranplantasi sumsum tulang dari donor yang cocok (saudara kandung dengan antigen leukosit manusia [HLA] yang cocok). Pada kasus-kasus yang dianggap terjadi reaksi imunologis maka digunakan globulin antitimosit (ATG) yang mengandung antibodi untuk melawan sel T manusia untuk mendapatkan remisi sebagian. Terapi semacam ini dianjurkan untuk penderita yang agak tua atau untuk penderita yang tidak mempunyai saudara kandung yang cocok. 10
  • 11. 2. Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis hemoglobin. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terjadi pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil. a. Penyebab lain defisiensi besi adalah: (1) asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi yang diberi makan susu belaka sampai usia antara 12-24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayur- sayuran saja; (2) gangguan absorpsi seperti setelah gastrektomi dan (3) kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan saluran cerna yang lambat karena polip, neoplasma, gastritis varises esophagus, makan aspirin dan hemoroid. Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata mengandung 3 sampai 5 g besi, bergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya. Hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin yang dilepas pada proses penuaan serta kematian sel dan diangkut melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk eritropoiesis. Dengan kekecualian dalam jumlah yang kecil dalam mioglobin (otot) dan dalam enzim-enzim hem, sepertiga sisanya disimpan dalam hati, limpa dan dalam sumsum tulang sebagai feritin dan sebagai hemosiderin untuk kebutuhan-kebutuhan lebih lanjut. b. Patofisiologi anemia defisiensi besi Walaupun dalam diet rata-rata terdapat 10 - 20 mg besi, hanya sampai 5% - 10% (1 - 2 mg) yang sebenarnya sampai diabsorpsi. Pada persediaan besi berkurang maka besi dari diet tersebut diserap lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi fero dalam lambung dan duodenum; penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejunum 11
  • 12. proksimal. Kemudian besi diangkut oleh transferin plasma ke sumsum tulang untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan. c. Tanda dan gejala anemia pada penderita defisiensi besi Setiap milliliter darah mengandung 0,5 mg besi. Kehilangan besi umumnya sedikit sekali, dari 0,5 sampai 1 mg/hari. Namun wanita yang mengalami menstruasi kehilangan tambahan 15 sampai 28 mg/bulan. Walaupun kehilangan darah karena menstruasi berhenti selama hamil, kebutuhan besi harian tetap meningkat, hal ini terjadi oleh karena volume darah ibu selama hamil meningkat, pembentukan plasenta, tali pusat dan fetus, serta mengimbangi darah yang hilang pada waktu melahirkan. Selain tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh anemia, penderita defisiensi besi yang berat (besi plasma lebih kecil dari 40 mg/ 100 ml;Hb 6 sampai 7 g/100 ml)mempunyai rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya berbentuk seperti sendok (koilonikia). Selain itu atropi papilla lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging, dan meradang dan sakit. Dapat juga timbul stomatitis angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit di sudut-sudut mulut. Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah normal atau hampir normal dan kadar hemoglobin berkurang. Pada sediaan hapus darah perifer, eritrosit mikrositik dan hipokrom disertain poikilositosis dan aniositosis. Jumlah retikulosit mungkin normal atau berkurang. Kadar besi berkurang walaupun kapasitas meningkat besi serum meningkat. d. Pengobatan anemia pada penderita defisiensi besi Pengobatan defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan penyebab dasar anemia. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghambat perdarahan aktif yang diakibatkan oleh polip, tukak, keganasan dan hemoroid; perubahan diet mungkin 12
  • 13. diperlukan untuk bayi yang hanya diberi makan susu atau individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam dosis besar.Walaupun modifikasi diet dapat menambah besi yang tersedia (misalnya hati, masih dibutuhkan suplemen besi untuk meningkatkan hemoglobin dan mengembalikan persediaan besi. Besi tersedia dalam bentuk parenteral dan oral. Sebagian penderita memberi respon yang baik terhadap senyawa-senyawa oral seperti ferosulfat. Preparat besi parenteral digunakan secara sangat selektif, sebab harganya mahal dan mempunyai insidens besar terjadi reaksi yang merugikan. 3. Anemia megaloblastik Anemia megaloblastik diklasifikasikan menurut morfologinya sebagai anemia makrositik normokrom. a. Sebab-sebab atau gejala anemia megaloblastik Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan sintesis DNA terganggu. Defisiensi ini mungkin sekunder karena malnutrisi, malabsorpsi, kekurangan faktor intrinsik (seperti terlihat pada anemia pernisiosa dan postgastrekomi) infestasi parasit, penyakit usus dan keganasan, serta agen kemoterapeutik. Individu dengan infeksi cacing pita (dengan Diphyllobothrium latum) akibat makan ikan segar yang terinfeksi, cacing pita berkompetisi dengan hospes dalam mendapatkan vitamin B12 dari makanan, yang mengakibatkan anemia megaloblastik (Beck, 1983). Walaupun anemia pernisiosa merupakan prototip dari anemia megaloblastik defisiensi folat lebih sering ditemukan dalam praktek klinik. Anemia megaloblastik sering kali terlihat pada orang tua dengan malnutrisi, pecandu alkoholatau pada remaja dan pada kehamilan dimana terjadi peningkatan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fetus dan laktasi. Kebutuhan ini juga meningkat pada anemia hemolitik, keganasan dan hipertiroidisme. Penyakit celiac dan 13
  • 14. sariawan tropik juga menyebabkan malabsorpsi dan penggunaan obat- obat yang bekerja sebagai antagonis asam folat juga mempengaruhi. b. Pencegahan anemia pada penderita anemia megaloblastik Kebutuhan minimal folat setiap hari kira-kira 50 mg mudah diperoleh dari diet rata-rata. Sumber yang paling melimpah adalah daging merah (misalnya hati dan ginjal) dan sayuran berdaun hijau yang segar. Tetapi cara menyiapkan makanan yang benar juga diperlukan untuk menjamin jumlah gizi yang adekuat. Misalnya 50% sampai 90% folat dapat hilang pada cara memasak yang memakai banyak air. Folat diabsorpsi dari duodenum dan jejunum bagian atas, terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan dalam hati. Tanpa adanya asupan folat persediaan folat biasanya akan habis kira- kira dalam waktu 4 bulan. Selain gejala-gejala anemia yang sudah dijelaskan penderita anemia megaloblastik sekunder karena defisiensi folat dapat tampak seperti malnutrisi dan mengalami glositis berat (radang lidah disertai rasa sakit), diare dan kehilangan nafsu makan. Kadar folat serum juga menurun (<4 mg/ml). Pengobatan anemia pada penderita anemia megaloblastik. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya pengobatan bergantung pada identifikasi dan menghilangkan penyebab dasarnya. Tindakan ini adalah memperbaiki defisiensi diet dan terapi pengganti dengan asam folat atau dengan vitamin B12. penderita kecanduan alkohol yang dirawat di rumah sakit sering memberi respon “spontan” bila di berikan diet seimbang. 14
  • 15. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 100 ml darah. Etiologi anemia Karena cacat sel darah merah (SDM).Karena kekurangan zat gizi,Karena perdarahan,Karena otoimun. Patofisiologi anemia /Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangasel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. 15
  • 16. DAFTAR PUSTAKA http://www.blogdokter.net/2008/06/17/anemia/ http://www.totalkesehatananda.com/index.html http://yudhim.blogspot.com/2008/08/tentang-penyakit-anemi.html Sukandar, Elin Yulinah, dkk., 2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta 16
  • 17. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................... i DAFTAR ISI .......................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Anemia .................................................................... 2 B. Manifestasi klinik ...................................................................... 2 C. Etiologi ....................................................................................... 3 D. Diagnosis (gejala atau tanda-tanda) ........................................ 4 E. Patofisiologi................................................................................ 5 F. Klasifikasi anemia .................................................................... 6 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 15 DAFTAR PUSTAKA 17 ii
  • 18. KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Anemia” tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing dan semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, atas kritik dan sarannya, penulis mengucapkan terimakasih. Pariaman, Desember 2012 Penulis i 18