Dokumen tersebut membahas prosedur penyuntikan yang aman, meliputi penggunaan alat suntik sekali pakai, teknik penyuntikan yang benar, pencegahan luka tusukan jarum, dan pemantauan kejadian ikutan pasca imunisasi."
3. A. PENGGUNAAN ALAT SUNTIK DAN TEKNIK
PENYUNTIKAN YANG AMAN
Pengertian:
Peyuntikan yang aman (safety injection), suatu kondisi:
Sasaran imunisasi memperoleh kekebalan terhadap
suatu penyakit dalam rangka menurunkan prevalensi
penyakit.
Tidak ada dampak negative berupa kecelakaan atau
penularan penyakit pasca imunisasi pada sasaran
maupun petugas
Secara tidak langsung tidak menimbulkan kecelakaan
atau penularan infeksi pada masyarakat dan lingkungan
terkait
3
4. a. Semprit sekali pakai /
Auto Disable Syringe (ADS)
Semprit yang setelah dipakai mengunci sendiri
dan hanya dapat dipakai sekali
Uniject
Soloshot
Destroject
Univec
Terumo
K1
Medeco inject
Keuntungan Semprit sekali pakai :
Alat ini hanya bisa digunakan sekali
Mengeliminasi penyebaran penyakit dari pasien ke pasien
Menghemat waktu untuk mensterilisasi
4
5. Langkah2 penggunaan Semprit sekali pakai
1. Keluarkan semprit dari bungkus
plastik
2. Pasang jarum pada semprit bila
jarum belum terpasang
3. Lepaskan tutup jarum tanpa
menyentuh jarum
4. Masukkan jarum ke dalam
vial/ampul vaksin, ujung jarum
berada di bawah permukaan vaksin
1 2 3 5. Tarik piston untuk mengisi semprit.
Piston secara otomatis akan
berhenti setelah melewati tanda
0,05/0,5 ml dan terdengar bunyi klik
6. Tekan/dorong piston hingga isi
semprit sesuai dosis 0,05/0,5 ml
7. Lepaskan jarum dari botol,
keluarkan sisa gelembung udara
pada semprit
8. Lakukan penyuntikan. Setelah
penyuntikan piston secara otomatis
akan mengunci dan semprit tidak
4-5 6 8 bisa digunakan lagi.
5
6. b. Alat suntik Prefilled Injection
Device (PID)
Jenis alat suntik yang telah berisi vaksin dosis
tunggal dari pabriknya, CONTOH :
Hepatitis B
Tetanus Toksoid
Keuntungan:
Mencegah vaksin dari kontaminasi
Memastikan dosis yang tepat
Vaksin & Semprit dalam set yang sama
Mengurangi vaksin terbuang
6
7. Langkah-langkah penggunaan PID
1. Keluarkan PID dari
kemasan
2. Dorong dan tekan dengan
cepat penutup jarum ke
dalam port
3. Jarak antara penutup
jarum dan port akan
hilang dan terasa ada klik
4. Keluarkan penutup jarum
5. Pegang PID pada port dan
suntikkan jarum ke lokasi
suntikan
6. Tekan reservoir
(gelembung vaksin) untuk
mengeluarkan vaksin.
7. Sesudah reservoir
kempes, tarik PID keluar
7
8. c. Semprit & Jarum sekali buang
Semprit yang hanya bisa dipakai sekali dan
dibuang (disposable), tidak direkomendasikan
untuk suntikan dalam imunisasi karena resiko
penggunaan kembali semprit dan jarum
tersebut menyebabkan resiko infeksi tinggi
(WHO,UNICEF & UNFPA, 1999)
8
11. Prosedur penyuntikan :
Mengunakan ADS baru dan steril.
• Memeriksa bungkus ADS, untuk memastikan tidak rusak &
belum kedaluarsa.
• Tidak menyentuh jarum.
• Membersihkan kulit dengan kapas + air matang, tunggu
kering.
• Menyuntikkan vaksin sesuai dengan jenis vaksin.
• Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan.
• Jika perdarahan, menekan daerah suntikan dengan kapas
kering baru hingga darah berhenti.
• Membuang ADS bekas pakai langsung ke dalam safety box
tanpa melakukan penutupan kembali jarum suntik (no
recapping)
11
12. Intrakutan
Suntikan BCG diberikan pada
lengan kanan atas.
• Dosis 0,05cc, disuntikkan
ke dalam lapisan kulit
dengan pelan-pelan
(intrakutan).
• Untuk memberikan
suntikan intrakutan secara
tepat,harus menggunakan
jarum pendek yang sangat
halus (10mm, ukuran 26).
12
13. Intramuskular
Suntikan diberikan pada paha tengah
luar secara intramuskular dengan dosis
0,5 cc
Cara Pemberian :
• Letakkan bayi dengan posisi miring di atas
pangkuan ibu dengan seluruh kaki telanjang.
• Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi.
• Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk.
• Masukkan jarum dengan sudut 900.
• Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui
kulit sehingga masuk ke dalam otot. Suntikkan
pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit.
13
14. Subkutan
Suntikan campak diberikan pada lengan kiri atas
secara subkutan dengan dosis 0,5 cc
Cara Pemberian :
• Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan
ibu dengan seluruh lengan telanjang.
• Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi.
Gunakan jari-jari kiri anda untuk menekan ke
atas (mencubit) lengan bayi
• Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang
menonjol ke atas dengan sudut 450.
• Untuk mengontrol jarum, peganglah ujung
semprit dengan ibu jari dan jari telunjuk anda
tetapi jangan sentuh jarum.
14
15. Prosedur pelarutan vaksin
Menggunakan pelarut yg tepat dan berasal dari
produsen yg sama.
Memperhatikan kedaluarsa pelarut.
Memperhatikan VVM dan kedaluarsa vaksin
Hanya melarutkan vaksin bila telah ada sasaran
imunisasi.
Saat melarutkan vaksin, suhu pelarut dan vaksin harus
sama (2-8 oC).
Memperhatikan tindakan aseptik dalam pelarutan
Hanya menggunakan satu semprit untuk satu vial
vaksin. Setelah dipergunakan semprit langsung dibuang
ke safety box.
Mencatat jam pelarutan vaksin
Tidak mempergunakan vaksin bila telah lewat “masa
pakai” setelah pelarutan.
15
16. B. PEMBERIAN VAKSIN YANG TEPAT SECARA
AMAN
Penyuntikan Vaksin Yang Tepat Secara Aman
Meliputi:
Kualitas vaksin yang terjamin
Penyuntikan yang steril
Melarutkan vaksin secara benar
Lokasi suntikan yang tepat
Penapisan indikasi kontra
Teknik penyuntikan yang benar
16
17. Contoh praktek imunisasi yg tidak tepat & reaksi
Praktek tidak tepat Reaksi hebat yang mungkin timbul
setelah imunisasi
Suntikan tidak steril
Penggunaan kembali semprit dan jarum sekali Infeksi seperti abses lokal di tempat suntikan,
buang gejala sepsis, toxis shock syndrome atau kematian
Sterilisasi semprit dan jarum yang tidak memadai Penyebaran infeksi melalui darah seperti hepatitis
Vaksin atau pelarut yang terkontaminasi B,C, HIV
Kesalahan pencampuran
Kocokan vaksin yang tidak memadai Abses lokal
Pencampuran dengan pelarut yang tidak tepat Vaksin tidak efektif
Obat mengganti vaksin atau pelarut Efek negatif dari obat, misal insulin, oksitosin, agen
untuk mengurangi tegangan otot
Penggunaan kembali vaksin yang telah dicampur Kematian
dengan pelarut pada pelayanan berikutnya
Suntikan di tempat yang salah
BCG diberikan di bawah kulit (subcutaneous) Reaksi lokal atau abses
DTP/HB, DT,TT terlalu superfisial Reaksi lokal atau abses
Suntikan ke dalam pantat (bokong) Kerusakan syaraf statik
Pengangkutan/penyimpan vaksin yang salah
VVM berubah warna Reaksi lokal dari vaksin berlebih
Gumpalan vaksin serab (adsorbed) Vaksin tidak efektif
17
18. ad 1. Cara2 Meningkatkan Keamanan
Penyuntikan
a. Menyiapkan bundling (vaksin, ADS, kotak pengaman
semprit)
b. Menyiapkan vaksin hanya pada waktu akan
memberikan suntikan
c. Jangan biarkan jarum terpasang di atas tutup
vial/ampul vaksin
d. Ikuti petunjuk penyimpanan dan penggunaan vaksin
e. Ikuti prosedur yang aman untuk mencampur vaksin
f. Gunakan semprit sekali pakai
g. Antisipasi terjadinya gerakan mendadak anak selama
penyuntikan
18
19. INGAT !!!
Jangan Membuka Karet Penutup
Vaksin atau menyedot langsung
dari vial
Jangan meninggalkan jarum
suntik tertanam dalam vial.
•Jangan Menyiapkan suntikan
sebelum anak / sasaran hadir
19
20. ad 2. Praktek Penyuntikan Yang Tidak Aman
a. Praktek yang dapat membahayakan
penerima suntikan
b. Praktek yang dapat membahayakan petugas
kesehatan
c. Praktek yang dapat membahayakan
masyarakat
20
21. C. PENCEGAHAN LUKA TUSUKAN JARUM
DAN INFEKSI
Tusukan jarum dapat terjadi :
Jika petugas kesehatan menutup kembali jarum atau
berjalan sementara membawa semprit dan jarum
bekas
Jika pasien khususnya anak-anak tidak dalam posisi
yang aman ketika mereka menerima suntikan
Jika praktek-praktek pembuangan yang tidak aman
membiarkan orang atau hewan terkena semprit atau
jarum bekas
21
23. Cara Mencegah Luka Tusukan Jarum dan Infeksi
1. Mengurangi keinginan untuk
memegang jarum dan semprit
2. Memegang semprit dan jarum
dengan aman
3. Mengatur tataletak tempat
pelayanan imunisasi
4. Mengatur posisi anak yg tepat untuk penyuntikan
5. Mempraktekkan pembuangan sampah medis tajam
secara aman
23
24. ad.2.Memegang semprit dan jarum dengan aman
PENTING: Jika anda menyentuh bagian-bagian ini, buang semprit
dan jarum dan ambil semprit yang baru dan steril. 24
26. ad.4. Mengatur posisi anak yang tepat untuk
penyuntikan
Posisi anak ketika divaksinasi
.
Lengan yg satu Tangan yg lain
dijepit ketiak ibu dipegang ibu,
Kemudian anak
dipeluk
Tungkai anak
dijepit paha ibu
26
29. Menggunakan Kotak Pengamanan (safety box)
• Kotak tahan air dan tusukan
Pembuatan dan penggunaan kotak pengaman
Jika kotak pengaman tidak
digunakan, tutup pembuka kotak di
bagian atas
Simpan kotak pengaman di tempat kering,
aman dan jauh dari jangkauan anak-anak
dan masyarakat umum, sampai kotak ini
telah dibuang dengan aman.
Kotak pengaman hanya untuk
tempat pembuangan semprit
Setelah pelayanan di posyandu kotak
pengaman dibawa kembali ke Puskesmas
29
31. D. PEMANTAUAN
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI)
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Semua kejadian sakit dan kematian yang
terjadi dalam masa satu bulan setelah
imunisasi dan diduga karena imunisasi
31
32. Bagan Maturasi Perjalanan Program Imunisasi
KIPI meningkat Kepercayaan
Cakupan Kepercayaan masyarakat
Pra masyarakat meningkat Eradikasi
meningkat
vaksinasi menurun, kembali
terjadi KLB
Imunisasi
Penyakit stop
KLB
Eradikasi
penyakit
(Chen RT, 1999) 32
33. Klasifikasi Lapangan KIPI, Penyebab KIPI
(WHO, 1999)
• Reaksi vaksin
– Kejadian yang disebabkan atau dipicu oleh
vaksin yang telah diberikan secara benar, yang
disebabkan oleh sifat-sifat yang dimiliki
vaksin.
• Kesalahan Program
– Kejadian yang disebabkan oleh kesalahan
dalam menyiapkan, menangani atau cara
pemberian vaksin.
33
34. Klasifikasi Lapangan KIPI
(WHO, 1999) Lanjutan…
• Koinsiden
– Kejadian yang terjadi sesudah imunisasi tetapi
bukan disebabkan oleh vaksin (faktor kebetulan).
• Reaksi suntikan
– Kejadian, berupa kecemasan atau rasa sakit
karena penyuntikan dan bukan karena vaksin.
• Tidak diketahui
– Penyebab kejadian belum dapat ditentukan.
34
35. Angka per
Vaksin Reaksi Onset interval
juta dosis
BCG Adenitis supuratif 2 – 6 bulan 100 – 1.000
BCG osteitis 1 – 12 bulan 1 – 700
Disseminated BCGitis 1 – 12 bulan 2
Hepatitis B Anafilaksis 0 – 1 jam 1–2
Sindrom Guillan-Barré (jenis vaksin : 1 – 6 minggu 5
plasma-derived)
Campak/ MMRa) Kejang demam 5 – 12 hari 333
Trombositopenia (kurang platelet) 15 – 35 hari 33
Anafilaksis 0 – 1 jam 1 – 50
Vaksin Polio oral Vaccine Associated Paralytic
4 – 30 hari 1,4 – 3,4b)
Poliomyelitis (VAPP)
Tetanus Neuritis brakhialis 2 – 28 hari 5 – 10
Anafilaksis 0 – 1 jam 1–6
Abses steril 1 – 6 minggu 6 - 10
DTP Menangis menjerit berkepanjangan 0 – 24 jam 1.000 – 60.000
(>3 jam)
Kejang demam 0 – 3 hari 570c)
Episode hipotonik hiporensponsif 0 – 24 jam 570
Anafilaksis/syok 0 – 1 jam 20
Ensefalopati 0 – 3 hari 0 – 1d)
35
36. Surveilans KIPI
Pengertian :
Kegiatan untuk mendeteksi dini, merespon
kasus KIPI dengan cepat dan tepat serta
mengurangi dampak negatif terhadap
imunisasi untuk kesehatan individu dan
program imunisasi
36
37. Tujuan Kegiatan Surveilans KIPI
Mendeteksi, memperbaiki dan mencegah
kesalahan program
Mengidentifikasi peningkatan rasio KIPI yang
tidak wajar pada batch vaksin atau merek
vaksin tertentu
Memastikan bahwa suatu kejadian yang di
duga KIPI merupakan koinsidens
Menimbulkan kepercayaan masyarakat
terhadap program imunisasi
37
38. Penemuan Kas u
s
Informas i dari M as yarakat
24 jam Petugas Kes e hatan
Pelacakan
Konfirmas i : Pos itif atau negatif
Identifikas i: Kas us
Vaks in
Petugas Petugas Pus kesmas
Tata laks ana
Sikap M as yara kat
Tunggal/berkelompok
Apakah ada ka us lainyangs e
s rupa
Analis is (Sementara)
Klas ifikas i KIPI Tim KIPI
PenyebabKIPI Kabupaten/Kota
Tindak Lanjut
Pengobatan
Pus kes mas RS
Komunikas i
Perbaikan M utu Pelayan
an
Dinas Kes
Kab./Kota
Laporan Kas us
Inves tigas i Komda KIPI KomNa s
Pemantauan KIPI Propins i PP-KIPI
Langkah kegiatan dari penemuan kasus KIPI sampai pelaporan
38
39. Pelaporan KIPI
Yang Harus dilaporkan :
1. Indentitas
2. Jenis vaksin, batch, kedaluarsa, siapa yang memberi, dll
3. Nama dokter /petugas kesehatan yg bertanggung jawab
4. Adakah KIPI pada imunisasi terdahulu
5. Gejala klinis yg timbul dan diagnosis
6. Waktu pemberian imunisasi (tanggal, jam)
7. Waktu timbulnya gejala KIPI setelah imunisasi
8. Gejala sisa setelah dirawat/sembuh
9. Cara penyelesaian KIPI (kronologis)
10. Adakah tuntutan dari keluarga
39
41. SUPERVISI DI PUSKESMAS
1. Peningkatan cakupan imunisasi mencapai target
2. Kualitas vaksin terjaga sampai ke sasaran
3. Kualitas pelayanan imunisasi
4. Pencatatan dan pelaporan imunisasi
Mencegah terbentuk/menghilangkan kelompok
rentan PD3I
41
42. 1. Peningkatan cakupan imunisasi
• Revitalisasi posyandu
• Revitalisasi PWS bulanan imunisasi
• DOFU (drop out follow up) : menemukan bayi yang belum
imunisasi
• Sweeping : mencari bayi yang belum lengkap imunisasi
• Daerah urban : meningkatkan kerjasama dengan praktek
swasta
• Daerah terpencil : mengatur jadwal kunjungan dan imunisasi
minimal 3 kali kunjngan/thn
• BLF : melengkapi imunisasi anak2 usia < 3thn pada daerah
yang 3 thn berturut2 tidak mencapai UCI
42
43. Contoh jadwal kerja tahun 2007
Puskesmas X K abupaten Y
September Oktober Nopember Desember
Rencana pelayanan Nama Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal
Desa Transportasi
imunisasi Petugas Perencanaan dan Perencanaan dan Perencanaan dan Perencanaan dan
pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan
Pelayanan imunisasi
di Pustu setiap hari
M alabar
Rabu minggu
Sukir Sepeda motor 01-Sep 05-Okt 05-N op
pertama
Pelayanan keluar
setiap hari Rabu
K alingga
minggu kedua di
Fatimah Sepeda motor 16-Sep 12-Okt 26-N op
Posyandu
Pelayanan keluar
setiap hari Rabu
L ayur
minggu ketiga di
Sepeda motor 22-Sep 19-Okt 26-N op
Posyandu
Pelayanan keluar
setiap hari Rabu
P dan N
minggu keempat di
Sepeda motor 29-Sep 26-Okt 28-N op
Posyandu
M emastikan
Pelatihan tentang semua ibu hamil
Pertemuan
Rencana kegiatan untuk triwulan ini penggunaan A D menerima TT
Triwulan 28 Nov
syringe pada pelayanan di
posyandu
M enjadwal ulang M erencanakan
K egiatan baru untuk memecahkan masalah (berdasarkan analisa M elakukan
kegiatan di Desa pelayanan keluar
data dan monitoring) kunjunagn rumah
K alinnga bagi para migrant
M onitoring pelaksanaan pelayanan imunisasi (jumlah kali)
43
46. 2. Kualitas vaksin terjaga sampai ke sasaran
• Memantau kualitas penyimpanan vaksin di
lemari es terjaga 2-80C, tidak ada bunga es
• Membawa vaksin ke pelayanan tidak
menggunakan es batu/cold pack
• Menjaga kualitas vaksin di tempat pelayanan
tetap disimpan dalam vaccine carrier
46
47. 3. Kualitas pelayanan imunisasi
• Menggunakan ADS (auto disable syringe),tidak
recapping,lokasi & teknik penyuntikan benar
• Pengelolaan penanganan limbah imunisasi :
memanfaatkan safety box, regulasi pemusnahan
limbah
• Efisiensi : tidak banyak vaksin yang terbuang (Indek
Pemakaian tinggi) : Pengaturan/penjadwalan
pelayanan imunisasi : posyandu dan puskesmas
47
48. 4. Pencatatan dan pelaporan imunisasi
• Pencatatan : kohort/register bayi/WUS
• Pelaporan : tepat waktu dan lengkap
– Tepat waktu :
• PKM ke Kab/kota max 5
• Kab/kota ke prov max 10
• Prov ke Pusat max 15
– Lengkap : cakupan, pemakaian logistik, IP
– Lap KIPI
48
49. AKANKAH KITA BIARKAN ANAK-ANAK KITA MENJADI SEPERTI INI??
CEGAH DENGAN IMUNISASI!!!
DIPHTHERIA
CACAR 50% MENINGGAL DG
GAGAL JANTUNG
LUMPUH LAYU FOLIO
PERTUSIS CACAT MENETAP
CAMPAK 54% MENINGGAL
KARENA PNEUMONIA
49