3. “Ketahuilah bahwa kalian saat ini kalian sedang
berada dalam ribath hingga hari kiamat karena
banyaknya musuh yang mengepung kalian dan
karena besarnya ambisi di hati mereka untuk
menguasai kalian dan negeri kalian”
(Shahabat Amr bin ‘Ash)
dikutip dari buku Maa dzaa Khasiral ‘Aalamu bi inhithaathil
4. Allah Azza wa Jalla Menciptakan manusia tidak
untuk tujuan sia-sia begitu saja namun ada tugas
pokok yaitu beribadah hanya kepada Allah saja :
Allah Azza Wa Jalla Berfirman :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
(QS Adz Dzariyat 56)
5. Ibadah adalah sebuah nama aktifitas dan kegiatan
perilaku dan perbuatan yang di ridhoi oleh Allah
yang nampak atau tersembunyi.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan makna
ibadah
“Ibadah adalah segala hal yang dicintai dan
diridhoi Allah baik berupa perbuatan maupun
ucapan, yang batin maupun yang lahir”.
6. Ibadah adalah sebagai konsewensi seorang dalam
bertauhid rububiyyah dengan melaksanakan
perintah Nya dan menjauhi larangan Nya
walaupun tidak bisa dicerna oleh akal sekalipun .
Allah Azza Wa Jalla Berfirman :
7. “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin
dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang
siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS
Al Ahzab 36)
9. “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang
dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh
Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka
yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah
12. Imam Ali bin Muhammad Alaa’ud Dien atau yang
lebih dikenal dengan panggilan Imam Al Khozin
menjelaskan :
“Makna I’dad adalah mempersiapkan sesuatu
agar bisa dipergunakan saat diperlukan”.
Sedangkan makna kekuatan ada tiga pendapat :
1. Semua jenis persenjataan dan perlengkapan
13. 2. Benteng dan markas pasukan
3. Memanah
sebagaimana
dijelaskan
oleh
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam saat
menafsirkan ayat ini
Dari Uqbah bin Amir berkata : “Aku mendengar
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
14. “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah
bahwa kekuatan adalah memanah, ketahuilah
bahwa kekuatan adalah memanah, ketahuilah
bahwa kekuatan adalah memanah” (HR. Muslim)
(Lubabut Ta’wil fie Ma’anit Tanzil / Tafsir Al Khozin 3/209)
15. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan :
“…. Ketika Jihad belum mungkin dilakukan karena
lemahnya kaum muslimin, mereka tetap diwajibkan
melakukan persiapan untuk jihad (i’dad) dengan
menyiapkan kekuatan dan melatih kuda-kuda
tempur. Karena suatu amal (perbuatan) yang jika
tanpanya, sebuah kewajiban syariah tidak akan
sempurna, maka amal itu hukumnya juga wajib”.
17. Ibnul Qayyim Al Jauziyyah menjelaskan :
“Jika kebenaran telah nyata dan jelas, maka tidak
perlu lagi saksi untuk memperkuatnya. Hati akan
mampu melihat kebenaran itu sebagaimana mata
menyaksikan matahari. Saat seseorang melihat
matahari yang terang benderang, ia tidak butuh
orang lain untuk memperkuat keyakinannya
manakala ia telah nyata-nyata menyaksikan
matahari itu dengan penuh keyakinan”
(I’dad Al Qadah Al Fawaris : Syaikh Abu
Muhammad Al Maqdisi hal 8)
18.
19. Bab Jihad : Jihad hukumnya Fardhu
Kifayah setiap tahun, walaupun hanya
sekali (dalam setahun), jika orang-orang
kafir berada di negeri mereka. Dan
(hukumnya) berubah menjadi fardhu ‘Ain
jika mereka (orang-orang kafir) memasuki
(menyerang) Negara kita sebagaimana
akan kami jelaskan lebih lanjut.
20. Sedangkan
maksud
hukum
Fardhu
Kifayah adalah jika sebagian kaum muslimin
telah melaksanakan kewajiban ini sebagai syarat
kifayah (kecukupan minimal) maka kewajiban itu
telah gugur darinya dan dari kaum muslimin
lainnya. namun bagi orang yang memiliki
kemampuan dan tidak ada udzur ia berdosa jika
meninggalkan kewajiban ini walaupun mereka
ini orang-orang yang jahil (bodoh dan tidak
mengetahui hukumnya).
(Fathul Mu’in Bab Jihad juz 4 halaman 206)
23. Bab Jihad : Maksudnya adalah bab yang
menjelaskan tentang hukum-hukum jihad (yang
maksudnya) yaitu qital fi sabilillah (perang di jalan
Allah)
“jika orang-orang kafir berada di negeri mereka”
: Ini sebagai syarat atau ketentuan, karena
hukumnya Fardhu kifayah. Maksudnya adalah
bahwa hukum jihad itu fardhu kifayah dalam setiap
tahun jika orang-orang kafir berada di negeri
mereka dan tidak pindah dari sana.
24.
“Dan (hukumnya) berubah menjadi Fardhu
‘Ain” : maksudnya adalah jihad menjadi
Fardhu Ain. Kalimat “wayata’ayyan” ini sama
artinya dengan Fardhu Ain
“Jika mereka (orang-orang kafir) memasuki
(menyerang) negara kita” : Maksudnya
adalah salah satu negeri di antara negerinegeri kaum muslimin. Dan sudah cukup
disamakan dengan negeri (jika mereka
masuk) sebuah desa atau semisalnya.
(I’anatut Thalibin Syarh fathul Mu’in juz 4 hal 2050)
25. Jika kita menelaah penjelasan di atas maka hukum
jihad sesungguhnya fardhu kifayah sekali setiap
tahun jika musuh berada di luar Negara kaum
muslimin, dan jika kita menggunakan kaidah Ushul
Fiqh :
“Suatu amal (perbuatan) yang jika tanpanya,
sebuah kewajiban syariah tidak akan sempurna,
maka amal itu hukumnya juga wajib”
27. 1. I’dad Imani (non fisik/ta’abbud secara luas) yaitu
mempelajari ilmu syar’i dan mentazkiyah diri
dengan iltizam dan melaksanakan ilmu syar’i
tersebut.
2. I’dad Maddi (fisik material) yaitu dengan
menyiapkan kekuatan fisik melewati program
latihan serta mobilisasi infak dijalan Allah.
29. Hukum tadrib askari adalah wajib atas setiap muslim
kecuali yang berudzur.
Karena jihad pada kondisi tertentu menjadi fardlu
ain maka tadrib juga bisa menjadi fardhu ain. Ibnu
Qudamah di dalam Al-Mughni berkata bahwa jihad
menjadi fardhu ain bila menghadapi dua keadaan
berikut :
1. Dua pasukan telah berhadapan maka haram
bagi
yang
hadir
untuk
meninggakan
pertempuran.
30. 2. Orang kafir memasuki negeri Islam, maka fardhu
ain atas penduduk muslim untuk berjihad.
3. Imam memerintahkan berangkat berperang
minimal satu tahun sekali.
32. 1. Tugas hidup manusia sebagai hamba Allah adalah
beribadah mengikuti dan merealisasikan apa yang
di perintahkan Allah dan Rasulullah
2. ‘Idad (mempersiapkan untuk berperang) adalah
ibadah
3. Hukum I‘dad /tadrib ‘askary hari ini adalah fardhu
‘ain sebagaimana hukum jihad fi sabilillah
4. ada dua jenis I’daad :
I’dad non fisik ( ruhiyah syar’iyah)
I’daad fisik (jasadiyah)
5. Meninggalkan I’dad adalah dosa besar pada saat
ummat Islam hari ini teraniaya oleh salibis dan
zionis
34. Pada tanggal 22 Oktober 1945, Nahdhatul Ulama
mengeluarkan sebuah Resolusi Jihad. Namun,
sebelumnya NU mengirim surat resmi kepada
pemerintah yang berbunyi:
”Memohon dengan sangat kepada pemerintah
Indonesia supaya menentukan sikap dan tindakan
yang nyata serta sepadan terhadap tiap-tiap usaha
yang akan membahayakan kemerdekaan agama
dan negara Indonesia, terutama terhadap Belanda
dan kaki tangannya. Supaya pemerintah
melanjutkan perjuangan yang bersifat ”sabilillah”
untuk tegaknya Negara Republik Indonesia yang
merdeka dan beragama Islam.”
35. Adapun resolusi yang diputuskan dalam rapat para
konsul NU se-Jawa itu berbunyi:
1. Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan
pada 17 Agustus 1945 wajib dipertahankan.
2. Republik Indonesia (RI) sebagai satu-satunya
pemerintahan yang sah, wajib dibela dan
diselamatkan.
3. Musuh RI, terutama Belanda yang datang dengan
membonceng tentara Sekutu (Inggris) dalam
masalah tawanan perang bangsa Jepang tentulah
akan menggunakan kesempatan politik dan
militer untuk kembali menjajah Indonesia.
36. 4. Umat Islam, terutama NU wajib mengangkat
senjata melawan Belanda dan kawan-kawannya
yang hendak kembali menjajah Indonesia.
5. Kewajiban tersebut adalah jihad yang menjadi
kewajiban tiap-tiap muslim (fardhu ’ain) yang
berada pada jarak radius 94 km (jarak dimana
umat Islam diperkenankan shalat jama’ dan
qashar). Adapun mereka yang berada di luar
jarak tersebut berkewajiban membantu saudarasaudaranya yang berada dalam jarak radius 94
km tersebut.