SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
1. Konsep Dasar Asuransi Syariah

Pendahuluan

Rubrik PERENCANAAN KEUANGAN ini mengunjungi pembaca setiap hari Jumat. Rubrik ini
diasuh oleh Tim Indonesia School of Life (ISOL) yakni Andrias Harefa, Roy Sembel, M.
Ichsan, Heru Wibawa, dan Parpudi Lubis. Pembaca dapat mengirimkan pertanyaan atau
berkonsultasi seputar masalah-masalah perencanaan keuangan. Pertanyaan dapat dikirim
lewat email: redaksi@sinarharapan.co.id, Faksimile Redaksi Sinar Harapan (021) 3912370,
surat dialamatkan ke redaksi Sinar Harapan, Jalan Fachruddin No. 6, Jakarta 10250, dan bisa
membuka                          di                      http://www.pembelajar.com/ISOL.

Indonesia merupakan Negara, dimana mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam.
Namun demikian, perkembangan produk-produk dengan prinsip syariah baru berkembangn
kurang lebih 3-4 tahun yang lalu, salah satunya adalah produk asuransi syariah yang dipelopori
oleh    PT      Asuransi     Takaful    Indonesia     yang    berdiri   pada    tahun   1994.
Setelah itu, asuransi berbasis syariah mulai digarap oleh beberapa perusahaan dengan pendirian
divisi syariah. Dengan terus berkembangnya produk-produk berbasis syariah, maka kami
melihat pentingnya untuk memperkenalkan secara khusus produk asuransi syariah.
Sebelum masuk prinsip-prinsip dan mekanisme produk tersebut, banyak kalangan muslim yang
beranggapan bahwa berasuransi adalah haram. Apakah benar? Ikut pembahasannya dibawah
ini.

Asuransi Tidak Islami?

Sebagian kalangan Islam beranggapan bahwa asuransi sama dengan menentang qodlo dan
qadar atau bertentangan dengan takdir. Pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan,
kemalangan dan kematian merupakan takdir Allah. Hal ini tidak dapat ditolak. Hanya saja kita
sebagai manusia juga diperintahkan untuk membuat perencanaan untuk menghadapi masa
depan.    Allah      berfirman     dalam    surat   Al     Hasyr:    18,    yang     artinya
―Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa depan) dan bertaqwalah kamu
kepada Allah. Sesunguhnya Allah Maha mengetahui apa yang engkau kerjakan‖. Jelas sekali
dalam ayat ini kita dipertintahkan untuk merencanakan apa yang akan kita perbuat untuk masa
depan.


Dalam Al Qur‘an, surat Yusuf :43-49, Allah menggambarkan contoh usaha manusia
membentuk sistem proteksi menghadapai kemungkinan yang buruk dimasa depan. Secara
ringkas, ayat ini bercerita tentang pertanyaan raja mesir tetang mimpinya kepada Nabi Yusuf.
Dimana raja Mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh
ekor sapi yang kurus, dan dia juga melihat tujuh tangkai gandum yang hijau berbuah serta tujuh
tangkai yang merah mengering tidak berbuah.

Nabi Yusuf dalam hal ini menjawab supaya kamu bertanam tujuh tahun dan dari hasilnya
hendaklah disimpan sebagian. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit,
yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapapi masa sulit tesebut, kecuali
sedikit               dari                 apa               yang                disimpan.
Sangat jelas dalam ayat ini kita dianjurkan untuk berusaha menjaga kelangsungan kehidupan
dengan meproteksi kemungkinan terjadinya kondisi yang buruk. Dan sangat jelas ayat diatas
menyatakan bahwa berasurnasi tidak bertentangan dengan takdir, bahkan Allah menganjurkan
adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa depan dengan sisitem proteksi yang
dikenal dalam mekanisme asuransi.


Jadi, jika sistem proteksi atau asuransi dibenarkan, pertanyaan selanjutnya adalah: apakah
asuransi yang kita kenal sekarang (asuransi konvensional) telah memenuhi syarat-syarat lain
dalam konsep muamalat secara Islami. Dalam mekanisme asuransi konvensional terutama
asuransi jiwa, paling tidak ada tiga hal yang masih diharamkan oleh para ulama, yaitu: adanya
unsur gharar (ketidak jelasan dana), unsur maisir (judi/ gambling) dan riba (bunga). Ketiga hal
ini akan dijelaskan dalam penjelasaan rinci mengenai perbedaan antara asuransi konvensional
dan syariah.


Asuransi Konvensional dan Syariah

Asuransi jiwa syariah dan asuransi jiwa konvensional mempunyai tujuan sama yaitu
pengelolaan atau penanggulangan risiko. Perbedaan mendasar antara keduanya adalah cara
pengelolaannya pengelolaan risiko asuransi konvensional berupa transfer risiko dari para
peserta kepada perusahaan asuransi (risk transfer) sedangkan asuransi jiwa syariah menganut
azas tolong menolong dengan membagi risiko diantara peserta asuransi jiwa (risk sharing).
Selain perbedaan cara pengelolaan risiko, ada perbedaan cara mengelola unsur tabungan
produk asuransi. Pengelolaan dana pada asuransi jiwa syariah menganut investasi syariah dan
terbebas dari unsur ribawi. Secara rinci perbedaan antara asuransi jiwa syariah dan asuransi
jiwa konvensional dapat dilihat pada uraian berikut:

Kontrak atau Akad

Kejelasan kontrak atau akad dalam praktik muamalah menjadi prinsip karena akan menentukan
sah atau tidaknya secara syariah. Demikian pula dengan kontrak antara peserta dengan
perusahaan asuransi. Asuransi konvensional menerapkan kontrak yang dalam syariah disebut
kontrak jual beli (tabaduli). Dalam kontrak ini harus memenuhi syarat-syarat kontrak jual-beli.
Ketidakjelasaan persoalan besarnya premi yang harus dibayarkan karena bergantung terhadap
usia peserta yang mana hanya Allah yang tau kapan kita meninggal mengakibatkan asuransi
konvensional mengandung apa yang disebut gharar —ketidakjelasaan pada kontrak sehingga
mengakibatkan akad pertukaran harta benda dalam asuransi konvensional dalam praktiknya
cacat secara hukum.

Sehingga dalam asuransi jiwa syariah kontrak yang digunakan bukan kontrak jual beli
melainkan kontrak tolong menolong (takafuli). Jadi asuransi jiwa syariah menggunakan apa
yang disebut sebagai kontrak tabarru yang dapat diartikan sebagai derma atau sumbangan.
Kontrak ini adalah alternatif uang sah dan dibenarkan dalam melepaskan diri dari praktik yang
diharamkan pada asuransi konvensional.Tujuan dari dana tabarru‘ ini adalah memberikan dana
kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu satu dengan yang lain sesama
peserta asuransi syariah apabila diantaranya ada yang terkena musibah. Oleh karenanya dana
tabarru‘ disimpan dalam satu rekening khsusus, dimana bila terjadi risiko, dana klaim yang
diberikan adalah dari rekening dana tabarru‘ yang sudah diniatkan oleh semua peserta untuk
kepentingan tolong menolong.

Kontrak Al-Mudharabah
Penjelasan di atas, mengenai kontrak tabarru‘ merupakan hibah yang dialokasikan bila terjadi
musibah. Sedangkan unsur di dalam asuransi jiwa bisa juga berupa tabungan. Dalam asuransi
jiwa     syariah,     tabungan      atau      investasi    harus     memenuhi       syariah.
Dalam hal ini, pola investasi bagi hasil adalah cirinya dimana perusahaan asuransi hanyalah
pengelola dana yang terkumpul dari para peserta. Secara teknis, al-mudharabah adalah akad
kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh (100 persen)
modal,          sedangkan          pihak          lainnya        menjadi          pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut
bukan akibat kelalaian di pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan
atau kelalian si pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Kontrak bagi hasil disepkati didepan sehingga bila terjadi keuntungan maka pembagiannya
akan mengikuti kontrak bagi hasil tersebut. Misalkan kontrak bagi hasilnya adalah 60:40,
dimana peserta mendapatkan 60 persen dari keuntungan sedang perusahaan asuransi mendapat
40 persen dari keuntungan.

Dalam kaitannya dengan investasi, yang merupakan salah satu unsur dalam premi asuransi,
harus memenuhi syariah Islam dimana tidak mengenal apa yang biasa disebut riba. Semua
asuransi    konvensional    menginvestasikan dananya     dengan    mekanisme bunga.
Dengan demikian asuransi konvensional susah untuk menghindari riba. Sedangkan asuransi
syariah daolam berinvestasi harus menyimpan dananya ke berbagai investasi berdasarkan
syariah Islam dengan sistem al-mudharabah.

Dana Hangus

Pada asuransi konvensional dikenal dana hangus, dimana peserta tidak dapat melanjutkan
pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa jatuh tempo. Begitu pula
dengan asuransi jiwa konvensional non-saving (tidak mengandung unsur tabungan) atau
asuransi kerugian, jika habis msa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi asuransi yang
sudah     dibayarkan     hangus    atau    menjadi     keuntungan     perusahaan   asuransi.
Dalam konsep asuransi syariah, mekanismenya tidak mengenal dana hangus. Peserta yang baru
masuk sekalipun karena satu dan lain hal ingin mengundurkan diri, maka dana atau premi yang
sebelumnya sudah dibayarkan dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil saja yang sudah
diniatkan      untuk       dana       tabarru‘      yang        tidak     dapat     diambil.
Begitu pula dengan asuransi syariah umum, jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim,
maka pihak perusahaan mengembalikan sebagian dari premi tersebut dengan pola bagi hasil,
misalkan 60:40 atau 70:30 sesuai dengan kesepakatan kontrak di muka. Dalam hal ini maka
sangat mungkin premi yang dibayarkan di awal tahun dapat diambil kembali dan jumlahnya
sangat bergantung dengan tingkat investasi pada tahun tersebut.

Manfaat Asuransi Syariah

Asuransi syariah dapat menjadi alterntif pilihan proteksi bagi pemeluk agama Islam yang
menginginkan produk yang sesuai dengan hokum Islam. Produk ini juga bisa menjadi pilihan
bagi pemeluk agama lain yang memandang konsep syariah adil bagi mereka. Syariah adalah
sebuah prinsip atau sistem yang ber-sifat universal dimana dapat dimanfaatkan oleh siapapun
juga yang berminat.

2. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional
Uraian di bawah ini dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan perbadingan antara
asuransi syariah dengan asuransi konvensional.

   1. Konsep
       Syariah (S) : Sekumpulan orang yg saling membantu,saling menjamin dan bekerja sama
       dengan       cara      masing       –     masing       mengeluarkan      dana       terbaru.
       Konvensional (K) : Perjanjian dua pihak atau lebih: pihak penanggung meningkatkan
       diri pada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian
       pada tertanggung.
   2. Misi
       S : Misi aqidah, ibadah (ta‘awun), misi ekonomi (iqtishodl) dan misi pemberdayaan
       umat (sosial) K : Misi ekonomi dan sosial
   3. Asal                                                                                     Usul
       S : System Al-Aqilah, suatu kebiasaan suku arab sebelum Islam datang yang kemudian
       disahkan           oleh           Rasulullah          sebagai        hukum             islam
       K : Dimulai dari masyarakat babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian
       Hammurabi.
   4. Sumber
       S : Bersumber dari firman Allah, Al-Hadist dan Ijma Ulama.
       K : Bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan. Berdasarkan hukum positif,
       hukum alami dan berbagai contoh sebelumnya.
   5. Maisir,                         Gharar                        dan                       Riba
       S     :    Terbebas      dari     praktik     dan     unsur    Maisir,     Gharar,      Riba
       K : Tidak sesuai dengan syariah Islam karena ada hal-hal yang tidak sesuai dengan
       syariah
   6. Akad
       S : Akad tabarru dan akad tijarat (mudharaba,wakalh, syrikah, dll)
       K : Akad jual beli (akad mu‘awadhah) dan akad gharar
   7. Jaminan                                        atau                                    resiko
       S : Sharing of risk, terjadinya proses saling menanggung antara satu peserta satu dan
       peserta                                                                  lainnya.(ta‘awun)
       K : Transfe risk; terjadi transfer resiko dari tertanggung kepada penanggung.
   8. Pengelolaan                                                                             Dana
       S : Pada produk saving (life) terjadi pemisahan dana, yaitu dana tabarru (derma) dari
       dana peserta, sehingga tidak mengenal adanya dana hangus untuk terminsurance (life)
       dan           general           insurance           semua         bersifat          tabarru.
       K : Tidak ada pemisah dana yang berakibat pada terjadinya dana hangus (produk saving
       life)
   9. Investasi
       S : Dapat melakukan investasi sesuai ketentuan perundang-undangan sepanjang tidak
       bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bebas dari riba dan berbagai tempat
       investasi                                   yang                                   terlarang
       K : Debas melakukan investasi dalam batas-batas ketentuan perundangan-undangan dan
       tidak terbatas pada halal dan haramnya investasi yang di gunakan
   10. Kepemilikan                                                                            Dana
       S : Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi merupakan
       milik peserta (shahibul maal), sedangkan perusahaan hanya pemegang amanah
       (mudharib)                       dan                     mengelola                      dana
       K : Dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya. Perusahaan bebas
       menggunakan dan menginvestasikan kemanapun dana tersebut
Nah, sekarang anda sudah tahu apa bedanya antara asuransi syariah dan asuransi
konvensional. Insya Allah


3. Perusahaan Asuransi Pertama Murni Syariah

Asuransi Takaful merupakan pelopor perusahaan asuransi murni syariah, sekaligus
salah satu perusahaan terdepan di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1994. Asuransi
Takaful menyediakan jasa asuransi dan perencanaan keuangan sesuai dengan prinsip
syariah untuk memenuhi kebutuhan umat dan masyarakat di Indonesia.

Sejak tahun 2004, Takaful menempati kantor pusatnya yang baru, Graha Takaful
Indonesia, yang berlokasi di Mampang Prapatan Raya, Jakarta. Pada saat yang sama,
melalui serangkaian prakarsa strategis , perusahaan berhasil meningkatkan efektivitas
dan efisiensi operasionalnya yang berdampak pada peningkatan kinerja keuangan dari
tahun ke tahun.

Sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas layanan yang diberikan dan menjaga
konsistensinya, Perusahaan telah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 untuk Sistem
Manajemen Mutu di Asuransi Takaful Umum (anak perusahaan grup Takaful) yang
dikeluarkan oleh SGS JAS-ANZ, Selandia Baru, pada tahun 2004, sementara Asuransi
Takaful Keluarga (anak perusahaan grup Takaful) telah memperoleh sertifikasi ISO
9001:2000 dari Det Norske Veritas (DNV), Belanda, pada tahun yang sama.

Komitmen Takaful Indonesia untuk menjadi penyedia jasa asuransi syariah terkemuka
di Indonesia dibuktikan dengan serangkaian penghargaan yang telah diterimanya di
antaranya adalah tiga buah penghargaan dari Karim Business Consulting sebagai The
Best Risk Management Islamic Life Insurance (ATK), Best Risk Management Islamic
General Insurance (ATU), Top of Mind Asuransi Syariah (STI), serta dua buah
penghargaan dari majalah Investor untuk ATK sebagai Best Performance Syariah
Insurance dan untuk ATU sebagai Pioneer Asuransi Umum Syariah.

Selain itu, Takaful Indonesia menjadi perusahaan asuransi syariah pertama di Indonesia
yang menempatkan perwakilannya di Million Dollar Round Table (MDRT), sebuah
klub bertaraf internasional untuk para agen asuransi berprestasi dari seluruh dunia,
sekaligus sebagai pengakuan atas tingkat profesionalisme perusahaan.

Setelah lebih dari satu dasawarsa berkiprah menghadirkan jasa asuransi dan
perencanaan keuangan syariah berkualitas yang melayani kebutuhan umat dan nasabah
di Indonesia, Takaful Indonesia kini siap melangkah pada tahap pertumbuhan
berikutnya, memanfaatkan keunggulan dari citra perusahaan yang kuat, jaringan
pemasaran yang luas, serta sinergi yang kokoh dalam grup Takaful Indonesia.

PT Asuransi Takaful KeluargaPemegang Saham

      PT Syarikat Takaful Indonesia : 99,94%
      Koperasi Karyawan Takaful: 0,06%
Dewan Komisaris

     Komisaris Utama : Dato‘ Mohamed Hassan Md Kamil
     Komisaris Independen : H.M.U. Suwendi FSAI, FLMI, MBA
     Komisaris : Muhammad Harris, SE
     Komisaris : Saiful Yazan Ahmad

Dewan Pengawas Syariah (DPS)

     Ketua : Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin
     Anggota: Dr. H.M. Syafi‘i Antonio, MSc
     Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA
     Prof. Madya Dr. Shobri Salamon

Dewan Direksi

     Direktur Utama : Agus Edi Sumanto
     Direktur : Nor Effuandy Pfordten

Penghargaan:

   1. PT Asuransi Takaful Keluarga sebagai Asuransi Syariah Terbaik tahun
      2003 versi MUI
   2. PT Asuransi Takaful Umum Sebagai Asuransi Umum berpredikat Sangat
      Bagus Kategori Kinerja Keuangan tahun 2002 versi majalah InfoBank
   3. PT Asuransi Takaful Umum sebagai Asuransi Umum berpredikat Sangat
      Bagus Kategori Kinerja Keuangan tahun 2004 versi majalah InfoBank
   4. PT Asuransi Takaful Keluarga sebagai Asuransi Umum berpredikat
      Terbaik Kategori Manajemen Resiko versi Karim Business Consulting
   5. PT Asuransi Takaful Umum sebagai Asuransi Umum berpredikat Terbaik
      ke 2 Kategori Manajemen Resiko versi Karim Business Consulting
   6. PT Syarikat Takaful Indonesia sebagai Top Of Mind Asuransi Syariah
      Kategori Perusahaan Asuransi versi Karim Business Consulting
   7. PT Asuransi Takaful Umum memperoleh Penghargaan Khusus Sebagai
      Pioner Asuransi Umum Syariah versi majalah Investor
Gambaran Umum Pegadaian Syariah



1. Pegadaian Syariah, Bagian Terintegrasi dari Bisnis Perum Pegadaian

1.1.Pegadaian dari Masa ke Masa

        Gadai merupakan suatu hak, yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang
dijadikan sebagai jaminan pelunasan atas hutang. Dan Pegadaian merupakan ―trademark‖ dari
lembaga Keuangan milik pemerintah yang menjalankan kegiatan usaha dengan prinsip gadai.

        Bisnis gadai melembaga pertama kali di Indonesia sejak Gubernur jenderal VOC Van
Imhoff mendirikan Bank Van Leening. Meskipun demikian, diyakini bahwa praktik gadai telah
mengakar dalam keseharian masyarakat Indonesia. Pemerintah sendiri baru mendirikan
lembaga gadai pertama kali di Sukabumi Jawa Barat, dengan nama Pegadaian, pada tanggal 1
April 1901 dengan Wolf von Westerode sebagai Kepala Pegadaian Negeri pertama, dengan
misi membantu masyarakat dari jeratan para lintah darat melalui pemberian uang pinjaman
dengan hukum gadai.Seiring dengan perkembangan zaman, Pegadaian telah beberapa kali
berubah status mulai sebagai Perusahaan Jawatan ( 1901 ), Perusahaan di Bawah IBW (1928),
Perusahaan Negara (1960), dan kembali ke Perjan di tahun 1969. Baru di tahun 1990 dengan
lahirnya PP10/1990 tanggal 10 April 1990, sampai dengan terbitnya PP 103 tahun 2000,
Pegadaian berstatus sebagai Perusahaan Umum (PERUM) dan merupakan salah satu BUMN
dalam lingkungan Departemen Keuangan RI hingga sekarang,


1.2. Kegiatan Usaha Perum Pegadaian

    Sesuai dengan PP103 tahun 2000 pasal 8, Perum Pegadaian melakukan kegiatan usaha
utamanya dengan menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai serta menjalankan
usaha lain seperti penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia, layanan jasa titipan,
sertifikasi logam mulia dan batu adi, toko emas, industri emas dan usaha lainnya. Sejalan
dengan kegiatannya, Pegadaian mengemban misi untuk ;

   1. turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah
   2. menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba dan pinjaman tidak wajar
      lainnya.

   Kegiatan usaha Pegadaian dijalankan oleh lebih dari 730 Kantor Cabang PERUM
Pegadaian yang tersebar di seluruh Indonesia. Kantor Cabang tersebut dikoordinasi oleh 14
Kantor Wilayah yang membawahi 26 sampai 75 kantor Cabang. Perum Pegadaian secara
Nasional berada di bawah kepemimpinan Direksi.
1.3. Lahirnya Pegadaian Syariah

        Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal
kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati bahwa PP 10 menegaskan misi yang
harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga
terbitnya PP 103/2000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan usaha Perum Pegadaian
sampai sekarang. Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI
tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah sesuai dengan konsep syariah meskipun
harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Berkat
Rahmat Alloh SWT dan setelah melalui kajian panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep
pendirian unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang
menangani kegiatan usaha syariah..

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern yaitu azas
rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam. Fungsi operasi
Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang Pegadaian Syariah/ Unit
Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi di bawah binaan Divisi Usaha
Lain Perum Pegadaian. ULGS ini merupakan unit bisnis mandiri yang secara struktural
terpisah pengelolaannya dari usaha gadai konvensional. Pegadaian Syariah pertama kali
berdiri di Jakarta dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di
bulan Januari tahun 2003. Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar,
Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003. Masih di
tahun yang sama pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian
Syariah.


1.3.1. Pegadaian Syariah di Batam

       ULGS Batam berada dalam lingkup koordinasi Kantor Wilayah II Padang bersama
dengan 50 kantor Cabang lainya yang tersebar di provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Lampung, Bangka Belitung, Bengkulu, Jambi dan Riau. Di Batam sendiri telah berdiri 4 kantor
Cabang Pegadaian Konvensional ( non Syariah ) yaitu di Sei Jodo, Bengkong, Penuin dan Batu
Aji. Baru kemudian, pada tanggal 10 November 2003 Kantor Unit Layanan Gadai Syariah
mulai melakukan uji coba operasi di Sungai Panas, Jl Laksamana Bintan, Kompleks Bumi Riau
makmur Blok C 8, dan melayani permintaan masyarakat yang ingin menggadaikan barang
bergeraknya. Alhamdulilah ULGS telah mampu melayani nasabah yang berasal dari 19
kelurahan di wilayah Batam. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan ULGS telah dapat
diterima di tengah masyarakat.


2. Operasionalisasi Pegadaian Syariah

       Implementasi operasi Pegadaian Syariah hampir bermiripan dengan Pegadaian
konvensional. Seperti halnya Pegadaian konvensional , Pegadaian Syariah juga menyalurkan
uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak.Prosedur untuk memperoleh kredit gadai
syariah sangat sederhana, masyarakat hanya menunjukkan bukti identitas diri dan barang
bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama
( kurang lebih 15 menit saja ). Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan
menyerahkan sejumlah uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu proses yang juga singkat.

Di samping beberapa kemiripandari beberapa segi, jika ditinjau dari aspek landasan konsep;
teknik transaksi; dan pendanaan, Pegadaian Syariah memilki ciri tersendiri yang
implementasinya sangat berbeda dengan Pegadaian konvensional. Lebih jauh tentang ketiga
aspek tersebut, dipaparkan dalam uraian berikut.


   2.1. Landasan Konsep

   Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep pegadaian
Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist Nabi
SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah :

Quran Surat Al Baqarah : 283




   Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
   memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang
   (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
   maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah
   ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
   persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah
   orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan


Hadist

   Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda : Rasulullah membeli makanan dari seorang yahudi
   dan meminjamkan kepadanya baju besi. HR Bukhari dan Muslim

   Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda : Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari
   pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung risikonya. HR
   Asy’Syafii, al Daraquthni dan Ibnu Majah

   Nabi Bersabda : Tunggangan ( kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan
   menanggung biayanya dan bintanag ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan
   menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan kendaraan dan memerah susu wajib
menyediakan biaya perawatan dan pemeliharaan. HR Jamaah, kecuali Muslim dan An
      Nasai

      Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Apabila ada ternak digadaikan, maka
      punggungnya boleh dinaiki ( oleh yang menerima gadai), karena ia telah mengeluarkan
      biaya ( menjaga)nya. Apabila ternak itu digadaikan, maka air susunya yang deras boleh
      diminum (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya
      (menjaga)nya. Kepada orang yang naik dan minum, maka ia harus mengeluarkan biaya
      (perawatan)nya. HR Jemaah kecuali Muslim dan Nasai-Bukhari

      Di samping itu, para ulama sepakat membolehkan akad Rahn ( al-Zuhaili, al-Fiqh al-
      Islami wa Adilatuhu, 1985,V:181)

Landasan ini kemudian diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional no 25/DSN-
MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan
barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai
berikut.

a. Ketentuan Umum :

   1. Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun ( barang ) sampai
      semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
   2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya marhun tidak
      boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai
      marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan perawatannya.
   3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin,
      namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan
      penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.
   4. Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan
      jumlah pinjaman.
   5. Penjualan marhun

         a) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi
            utangnya.
         b) Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi.
         c) Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan
            penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.
         d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi
            kewajiban rahin.

b. Ketentuan Penutup

 1.       Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
       perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan
       Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2.           Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
           terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana mestinya.


2.2. Teknik Transaksi

   Sesuai dengan landasan konsep di atas, pada dasarnya Pegadaian Syariah berjalan di atas
dua akad transaksi Syariah yaitu.

   1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai
      jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan
      untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini
      Pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.

   2. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui
      pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya
      sendri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas
      penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukad akad

   rukun dari akad transaksi tersebut meliputi :

      a.     Orang yang berakad : 1) Yang berhutang (rahin) dan 2) Yang berpiutang (murtahin).
      b.     Sighat ( ijab qabul)
      c.     Harta yang dirahnkan (marhun)
      d.     Pinjaman (marhun bih)

       Dari landasan Syariah tersebut maka mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat
      digambarkan sebagai berikut : Melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak
      dan kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh
      Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya
      yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses
      kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada
      nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Pegadaian Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut
bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang pinjaman..
Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai ‗lipstick‘ yang
akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian.

Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi :

   1. Akad. Akad tidak mengandung syarat fasik/bathil seperti murtahin mensyaratkan
      barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas.
   2. Marhun Bih ( Pinjaman). Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada
      murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut. Serta, pinjaman itu
      jelas dan tertentu.
   3. Marhun (barang yang dirahnkan). Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang dengan
      pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya,milik sah penuh dari rahin, tidak terkait
      dengan hak orang lain, dan bisa diserahkan baik materi maupun manfaatnya.
4. Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta jangka
       waktu rahn ditetapkan dalam prosedur.
    5. Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa: biaya asuransi,biaya
       penyimpanan,biaya keamanan, dan biaya pengelolaan serta administrasi.

Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah, masyarakat hanya cukup
menyerahkan harta geraknya ( emas, berlian, kendaraan, dan lain-lain) untuk dititipkan disertai
dengan copy tanda pengenal. Kemudian staf Penaksir akan menentukan nilai taksiran barang
bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan
(jasa simpan) dan plafon uang pinjaman yang dapat diberikan. Taksiran barang ditentukan
berdasarkan nilai intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian.
Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90% dari nilai taksiran barang.

Setelah melalui tahapan ini, Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad dengan
kesepakatan :

    1. Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum empat
       bulan .
    2. Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90,- ( sembilan puluh rupiah ) dari
       kelipatan taksiran Rp 10.000,- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat melunasi
       pinjaman.
    3. Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat
       pencairan uang pinjaman.

Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk

o    melakukan penebusan barang/pelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat
     bulan,
o    mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang sudah
     berjalan ditambah bea administrasi,
o   atau hanya membayar jasa simpannya saja terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo
     nasabah belum mampu melunasi pinjaman uangnya.

    Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa simpan, maka
Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara dijual, selisih antara nilai
penjualan dengan pokok pinjaman, jasa simpan dan pajak merupakan uang kelebihan yang
menjadi hak nasabah. Nasabah diberi kesempatan selama satu tahun untuk mengambil Uang
kelebihan, dan jika dalam satu tahun ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut,
Pegadaian Syariah akan menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS.

    1.3. Pendanaan

      Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja, pembiayaan kegiatan
dan pendanaan bagi nasabah, harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur
riba. Dalam hal ini, seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian
disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak ketiga dari
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Pegadaian telah melakukan kerja sama dengan
Bank Muamalat sebagai fundernya, ke depan Pegadaian juga akan melakukan kerjasama
dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up modal kerja.

Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik transaksi
Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional, yaitu

   1. Di Pegadaian konvensional, tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang disebut
      sebagai sewa modal, dihitung dari nilai pinjaman.

   2. Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian : hutang piutang dengan
      jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum konvensional, keberadaan
      barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir, sehingga Pegadaian konvensional bisa
      tidak melakukan penahanan barang jaminan atau dengan kata lain melakukan praktik
      fidusia. Berbeda dengan Pegadaian syariah yang mensyaratkan secara mutlak
      keberadaan barang jaminan untuk membenarkan penarikan bea jasa simpan
Tugas Akuntansi Syariah:

1. Apa yang Saudara ketahui tentang Akuntansi Murabahah, kuntansi Mudharabah,
   Akuntansi Salam, Akuntansi Istishna, Akuntansi Ijarah, Qardhul Hasan, jelaskan dan beri
   contohnya masing-masing.
2. Apa yang Saudara ketahui tentang Perbankan Syariah, jelaskan.
3. Apa yang Saudara ketahui tentang Asuransi Syariah, jelaskan
4. Apa yang Saudara ketahui tentang Pegadaian Syariah (rahn), jelaskan.
5. Mengapa perlu diterapkan prinsip-prinsip akuntansi syariah dalam bisnis (jual beli),
   jelaskan.

Tugas Akuntansi Syariah:

1. Apa yang Saudara ketahui tentang Akuntansi Murabahah, kuntansi Mudharabah,
   Akuntansi Salam, Akuntansi Istishna, Akuntansi Ijarah, Qardhul Hasan, jelaskan dan beri
   contohnya masing-masing.
2. Apa yang Saudara ketahui tentang Perbankan Syariah, jelaskan.
3. Apa yang Saudara ketahui tentang Asuransi Syariah, jelaskan
4. Apa yang Saudara ketahui tentang Pegadaian Syariah (rahn), jelaskan.
5. Mengapa perlu diterapkan prinsip-prinsip akuntansi syariah dalam bisnis (jual beli),
   jelaskan.

Tugas Akuntansi Syariah:

1.   Apa yang Saudara ketahui tentang Akuntansi Murabahah, kuntansi Mudharabah,
     Akuntansi Salam, Akuntansi Istishna, Akuntansi Ijarah, Qardhul Hasan, jelaskan dan beri
     contohnya masing-masing.
2.   Apa yang Saudara ketahui tentang Perbankan Syariah, jelaskan.
3.   Apa yang Saudara ketahui tentang Asuransi Syariah, jelaskan
4.   Apa yang Saudara ketahui tentang Pegadaian Syariah (rahn), jelaskan.
5.   Mengapa perlu diterapkan prinsip-prinsip akuntansi syariah dalam bisnis (jual beli),
     jelaskan.

Tugas Akuntansi Syariah:

1. Apa yang Saudara ketahui tentang Akuntansi Murabahah, kuntansi Mudharabah,
   Akuntansi Salam, Akuntansi Istishna, Akuntansi Ijarah, Qardhul Hasan, jelaskan dan beri
   contohnya masing-masing.
2. Apa yang Saudara ketahui tentang Perbankan Syariah, jelaskan.
3. Apa yang Saudara ketahui tentang Asuransi Syariah, jelaskan
4. Apa yang Saudara ketahui tentang Pegadaian Syariah (rahn), jelaskan.
5. Mengapa perlu diterapkan prinsip-prinsip akuntansi syariah dalam bisnis (jual beli),
   jelaskan.

More Related Content

What's hot

Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMAAsuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMAfadhilau
 
Takaful vs insurans_konvensional
Takaful vs insurans_konvensionalTakaful vs insurans_konvensional
Takaful vs insurans_konvensionalMuhammad Md Yazed
 
asuransi syariah
 asuransi syariah asuransi syariah
asuransi syariahElla Aisah
 
Uu nomor 40 tahun 2014 perasuransian
Uu nomor 40 tahun 2014 perasuransianUu nomor 40 tahun 2014 perasuransian
Uu nomor 40 tahun 2014 perasuransianWinarto Winartoap
 
makalah tentang asuransi syariah dengan asuransi konvesional
makalah tentang asuransi syariah dengan asuransi konvesionalmakalah tentang asuransi syariah dengan asuransi konvesional
makalah tentang asuransi syariah dengan asuransi konvesionalIsty Ingin SLamanya
 
Aqad dalam asuransi syariah.
Aqad dalam asuransi syariah.Aqad dalam asuransi syariah.
Aqad dalam asuransi syariah.asuransipaninlife
 
Asuransi syariah
Asuransi syariahAsuransi syariah
Asuransi syariahFurqon DC
 
fiqih muamalah
fiqih muamalahfiqih muamalah
fiqih muamalahfafadeli
 
Silabus asuransi syariah
Silabus asuransi syariahSilabus asuransi syariah
Silabus asuransi syariahSyauqi Syaugi
 
Fatwa dsn tentang asuransi syariah
Fatwa dsn tentang asuransi syariahFatwa dsn tentang asuransi syariah
Fatwa dsn tentang asuransi syariahAgeng Asmara
 
Landasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariahLandasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariahUlfi Oktaviana
 
RIBA, BANK, DAN ASURANSI
RIBA, BANK, DAN ASURANSIRIBA, BANK, DAN ASURANSI
RIBA, BANK, DAN ASURANSIdinanurfadhilah
 
4.1. akad dalam asuransi syariah
4.1. akad dalam asuransi syariah4.1. akad dalam asuransi syariah
4.1. akad dalam asuransi syariahJunaris Rahman
 
UU40-2014-Perasuransian.pdf
UU40-2014-Perasuransian.pdfUU40-2014-Perasuransian.pdf
UU40-2014-Perasuransian.pdfAndraNesta
 

What's hot (20)

Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMAAsuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
 
Akad
AkadAkad
Akad
 
Insuran islam (takaful islam)
Insuran islam (takaful islam)Insuran islam (takaful islam)
Insuran islam (takaful islam)
 
Takaful vs insurans_konvensional
Takaful vs insurans_konvensionalTakaful vs insurans_konvensional
Takaful vs insurans_konvensional
 
asuransi syariah
 asuransi syariah asuransi syariah
asuransi syariah
 
Uu nomor 40 tahun 2014 perasuransian
Uu nomor 40 tahun 2014 perasuransianUu nomor 40 tahun 2014 perasuransian
Uu nomor 40 tahun 2014 perasuransian
 
asuransi syariah
asuransi syariahasuransi syariah
asuransi syariah
 
Asuranasi syariah
Asuranasi syariahAsuranasi syariah
Asuranasi syariah
 
Asuransi syariah
Asuransi syariahAsuransi syariah
Asuransi syariah
 
makalah tentang asuransi syariah dengan asuransi konvesional
makalah tentang asuransi syariah dengan asuransi konvesionalmakalah tentang asuransi syariah dengan asuransi konvesional
makalah tentang asuransi syariah dengan asuransi konvesional
 
Aqad dalam asuransi syariah.
Aqad dalam asuransi syariah.Aqad dalam asuransi syariah.
Aqad dalam asuransi syariah.
 
Asuransi syariah
Asuransi syariahAsuransi syariah
Asuransi syariah
 
fiqih muamalah
fiqih muamalahfiqih muamalah
fiqih muamalah
 
Silabus asuransi syariah
Silabus asuransi syariahSilabus asuransi syariah
Silabus asuransi syariah
 
Fatwa dsn tentang asuransi syariah
Fatwa dsn tentang asuransi syariahFatwa dsn tentang asuransi syariah
Fatwa dsn tentang asuransi syariah
 
Landasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariahLandasan teoritis asuransi syariah
Landasan teoritis asuransi syariah
 
RIBA, BANK, DAN ASURANSI
RIBA, BANK, DAN ASURANSIRIBA, BANK, DAN ASURANSI
RIBA, BANK, DAN ASURANSI
 
Asuransi Syariah
Asuransi SyariahAsuransi Syariah
Asuransi Syariah
 
4.1. akad dalam asuransi syariah
4.1. akad dalam asuransi syariah4.1. akad dalam asuransi syariah
4.1. akad dalam asuransi syariah
 
UU40-2014-Perasuransian.pdf
UU40-2014-Perasuransian.pdfUU40-2014-Perasuransian.pdf
UU40-2014-Perasuransian.pdf
 

Similar to Perbedaan Utama Asuransi Syariah dan Konvensional

PPT_ASURANSI_KONVENSIONAL_DAN_ASURANSI_S.pptx
PPT_ASURANSI_KONVENSIONAL_DAN_ASURANSI_S.pptxPPT_ASURANSI_KONVENSIONAL_DAN_ASURANSI_S.pptx
PPT_ASURANSI_KONVENSIONAL_DAN_ASURANSI_S.pptxMuhammadSultanBianda
 
Hijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptx
Hijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptxHijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptx
Hijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptxnabilajohan
 
ASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptx
ASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptxASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptx
ASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptxKhasanudinAlmuza
 
Bab 4 Bagian 1 Asuransi Syari'ah Kurikulum Merdeka.pdf
Bab 4 Bagian 1 Asuransi Syari'ah Kurikulum Merdeka.pdfBab 4 Bagian 1 Asuransi Syari'ah Kurikulum Merdeka.pdf
Bab 4 Bagian 1 Asuransi Syari'ah Kurikulum Merdeka.pdfsyahrulgunawan67
 
BAB%20IV.pdf
BAB%20IV.pdfBAB%20IV.pdf
BAB%20IV.pdfAnsariMH
 
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesiaPerkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesiaWahyu Ketapang
 
PRESENTASI ASURANSI
PRESENTASI ASURANSIPRESENTASI ASURANSI
PRESENTASI ASURANSIheckaathaya
 
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...An Nisbah
 
Kelompok murabahah2 lembaga keuangan bank non bank menurut islam
Kelompok  murabahah2 lembaga keuangan bank non bank menurut islamKelompok  murabahah2 lembaga keuangan bank non bank menurut islam
Kelompok murabahah2 lembaga keuangan bank non bank menurut islamAbi Hutomo
 
Standarisasi penulisan makalah.pptx
Standarisasi penulisan makalah.pptxStandarisasi penulisan makalah.pptx
Standarisasi penulisan makalah.pptxEunSheung1
 
Asuransi syari'ah
Asuransi syari'ahAsuransi syari'ah
Asuransi syari'ahNur Laily
 
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptxKERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptxAmiraWidi
 
Ekonomi Syariah.pptx
Ekonomi Syariah.pptxEkonomi Syariah.pptx
Ekonomi Syariah.pptxImamTarmiji1
 
TUGAS PRESENTASI PELAJARAN AGAMA ISLAM.pptx
TUGAS PRESENTASI PELAJARAN AGAMA ISLAM.pptxTUGAS PRESENTASI PELAJARAN AGAMA ISLAM.pptx
TUGAS PRESENTASI PELAJARAN AGAMA ISLAM.pptxmuhammadzulvickar
 

Similar to Perbedaan Utama Asuransi Syariah dan Konvensional (20)

PPT_ASURANSI_KONVENSIONAL_DAN_ASURANSI_S.pptx
PPT_ASURANSI_KONVENSIONAL_DAN_ASURANSI_S.pptxPPT_ASURANSI_KONVENSIONAL_DAN_ASURANSI_S.pptx
PPT_ASURANSI_KONVENSIONAL_DAN_ASURANSI_S.pptx
 
Asuransi
AsuransiAsuransi
Asuransi
 
Hijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptx
Hijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptxHijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptx
Hijau Pastel Abstrak Minimalis Presentasi Organisasi (1).pptx
 
ASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptx
ASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptxASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptx
ASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptx
 
Bab 4 Bagian 1 Asuransi Syari'ah Kurikulum Merdeka.pdf
Bab 4 Bagian 1 Asuransi Syari'ah Kurikulum Merdeka.pdfBab 4 Bagian 1 Asuransi Syari'ah Kurikulum Merdeka.pdf
Bab 4 Bagian 1 Asuransi Syari'ah Kurikulum Merdeka.pdf
 
BAB%20IV.pdf
BAB%20IV.pdfBAB%20IV.pdf
BAB%20IV.pdf
 
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesiaPerkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
 
Aqad dalam asuransi syariah
Aqad dalam asuransi syariahAqad dalam asuransi syariah
Aqad dalam asuransi syariah
 
P-15 ASURANSI.pptx
P-15 ASURANSI.pptxP-15 ASURANSI.pptx
P-15 ASURANSI.pptx
 
PRESENTASI ASURANSI
PRESENTASI ASURANSIPRESENTASI ASURANSI
PRESENTASI ASURANSI
 
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...
 
Kelompok murabahah2 lembaga keuangan bank non bank menurut islam
Kelompok  murabahah2 lembaga keuangan bank non bank menurut islamKelompok  murabahah2 lembaga keuangan bank non bank menurut islam
Kelompok murabahah2 lembaga keuangan bank non bank menurut islam
 
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptxKERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
 
Fiqh Kelas X
Fiqh Kelas XFiqh Kelas X
Fiqh Kelas X
 
Standarisasi penulisan makalah.pptx
Standarisasi penulisan makalah.pptxStandarisasi penulisan makalah.pptx
Standarisasi penulisan makalah.pptx
 
Asuransi syari'ah
Asuransi syari'ahAsuransi syari'ah
Asuransi syari'ah
 
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptxKERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
 
Ansuransi jiwa
Ansuransi jiwaAnsuransi jiwa
Ansuransi jiwa
 
Ekonomi Syariah.pptx
Ekonomi Syariah.pptxEkonomi Syariah.pptx
Ekonomi Syariah.pptx
 
TUGAS PRESENTASI PELAJARAN AGAMA ISLAM.pptx
TUGAS PRESENTASI PELAJARAN AGAMA ISLAM.pptxTUGAS PRESENTASI PELAJARAN AGAMA ISLAM.pptx
TUGAS PRESENTASI PELAJARAN AGAMA ISLAM.pptx
 

Perbedaan Utama Asuransi Syariah dan Konvensional

  • 1. 1. Konsep Dasar Asuransi Syariah Pendahuluan Rubrik PERENCANAAN KEUANGAN ini mengunjungi pembaca setiap hari Jumat. Rubrik ini diasuh oleh Tim Indonesia School of Life (ISOL) yakni Andrias Harefa, Roy Sembel, M. Ichsan, Heru Wibawa, dan Parpudi Lubis. Pembaca dapat mengirimkan pertanyaan atau berkonsultasi seputar masalah-masalah perencanaan keuangan. Pertanyaan dapat dikirim lewat email: redaksi@sinarharapan.co.id, Faksimile Redaksi Sinar Harapan (021) 3912370, surat dialamatkan ke redaksi Sinar Harapan, Jalan Fachruddin No. 6, Jakarta 10250, dan bisa membuka di http://www.pembelajar.com/ISOL. Indonesia merupakan Negara, dimana mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Namun demikian, perkembangan produk-produk dengan prinsip syariah baru berkembangn kurang lebih 3-4 tahun yang lalu, salah satunya adalah produk asuransi syariah yang dipelopori oleh PT Asuransi Takaful Indonesia yang berdiri pada tahun 1994. Setelah itu, asuransi berbasis syariah mulai digarap oleh beberapa perusahaan dengan pendirian divisi syariah. Dengan terus berkembangnya produk-produk berbasis syariah, maka kami melihat pentingnya untuk memperkenalkan secara khusus produk asuransi syariah. Sebelum masuk prinsip-prinsip dan mekanisme produk tersebut, banyak kalangan muslim yang beranggapan bahwa berasuransi adalah haram. Apakah benar? Ikut pembahasannya dibawah ini. Asuransi Tidak Islami? Sebagian kalangan Islam beranggapan bahwa asuransi sama dengan menentang qodlo dan qadar atau bertentangan dengan takdir. Pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, kemalangan dan kematian merupakan takdir Allah. Hal ini tidak dapat ditolak. Hanya saja kita sebagai manusia juga diperintahkan untuk membuat perencanaan untuk menghadapi masa depan. Allah berfirman dalam surat Al Hasyr: 18, yang artinya ―Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa depan) dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesunguhnya Allah Maha mengetahui apa yang engkau kerjakan‖. Jelas sekali dalam ayat ini kita dipertintahkan untuk merencanakan apa yang akan kita perbuat untuk masa depan. Dalam Al Qur‘an, surat Yusuf :43-49, Allah menggambarkan contoh usaha manusia membentuk sistem proteksi menghadapai kemungkinan yang buruk dimasa depan. Secara ringkas, ayat ini bercerita tentang pertanyaan raja mesir tetang mimpinya kepada Nabi Yusuf. Dimana raja Mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus, dan dia juga melihat tujuh tangkai gandum yang hijau berbuah serta tujuh tangkai yang merah mengering tidak berbuah. Nabi Yusuf dalam hal ini menjawab supaya kamu bertanam tujuh tahun dan dari hasilnya hendaklah disimpan sebagian. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapapi masa sulit tesebut, kecuali sedikit dari apa yang disimpan. Sangat jelas dalam ayat ini kita dianjurkan untuk berusaha menjaga kelangsungan kehidupan dengan meproteksi kemungkinan terjadinya kondisi yang buruk. Dan sangat jelas ayat diatas
  • 2. menyatakan bahwa berasurnasi tidak bertentangan dengan takdir, bahkan Allah menganjurkan adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa depan dengan sisitem proteksi yang dikenal dalam mekanisme asuransi. Jadi, jika sistem proteksi atau asuransi dibenarkan, pertanyaan selanjutnya adalah: apakah asuransi yang kita kenal sekarang (asuransi konvensional) telah memenuhi syarat-syarat lain dalam konsep muamalat secara Islami. Dalam mekanisme asuransi konvensional terutama asuransi jiwa, paling tidak ada tiga hal yang masih diharamkan oleh para ulama, yaitu: adanya unsur gharar (ketidak jelasan dana), unsur maisir (judi/ gambling) dan riba (bunga). Ketiga hal ini akan dijelaskan dalam penjelasaan rinci mengenai perbedaan antara asuransi konvensional dan syariah. Asuransi Konvensional dan Syariah Asuransi jiwa syariah dan asuransi jiwa konvensional mempunyai tujuan sama yaitu pengelolaan atau penanggulangan risiko. Perbedaan mendasar antara keduanya adalah cara pengelolaannya pengelolaan risiko asuransi konvensional berupa transfer risiko dari para peserta kepada perusahaan asuransi (risk transfer) sedangkan asuransi jiwa syariah menganut azas tolong menolong dengan membagi risiko diantara peserta asuransi jiwa (risk sharing). Selain perbedaan cara pengelolaan risiko, ada perbedaan cara mengelola unsur tabungan produk asuransi. Pengelolaan dana pada asuransi jiwa syariah menganut investasi syariah dan terbebas dari unsur ribawi. Secara rinci perbedaan antara asuransi jiwa syariah dan asuransi jiwa konvensional dapat dilihat pada uraian berikut: Kontrak atau Akad Kejelasan kontrak atau akad dalam praktik muamalah menjadi prinsip karena akan menentukan sah atau tidaknya secara syariah. Demikian pula dengan kontrak antara peserta dengan perusahaan asuransi. Asuransi konvensional menerapkan kontrak yang dalam syariah disebut kontrak jual beli (tabaduli). Dalam kontrak ini harus memenuhi syarat-syarat kontrak jual-beli. Ketidakjelasaan persoalan besarnya premi yang harus dibayarkan karena bergantung terhadap usia peserta yang mana hanya Allah yang tau kapan kita meninggal mengakibatkan asuransi konvensional mengandung apa yang disebut gharar —ketidakjelasaan pada kontrak sehingga mengakibatkan akad pertukaran harta benda dalam asuransi konvensional dalam praktiknya cacat secara hukum. Sehingga dalam asuransi jiwa syariah kontrak yang digunakan bukan kontrak jual beli melainkan kontrak tolong menolong (takafuli). Jadi asuransi jiwa syariah menggunakan apa yang disebut sebagai kontrak tabarru yang dapat diartikan sebagai derma atau sumbangan. Kontrak ini adalah alternatif uang sah dan dibenarkan dalam melepaskan diri dari praktik yang diharamkan pada asuransi konvensional.Tujuan dari dana tabarru‘ ini adalah memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu satu dengan yang lain sesama peserta asuransi syariah apabila diantaranya ada yang terkena musibah. Oleh karenanya dana tabarru‘ disimpan dalam satu rekening khsusus, dimana bila terjadi risiko, dana klaim yang diberikan adalah dari rekening dana tabarru‘ yang sudah diniatkan oleh semua peserta untuk kepentingan tolong menolong. Kontrak Al-Mudharabah
  • 3. Penjelasan di atas, mengenai kontrak tabarru‘ merupakan hibah yang dialokasikan bila terjadi musibah. Sedangkan unsur di dalam asuransi jiwa bisa juga berupa tabungan. Dalam asuransi jiwa syariah, tabungan atau investasi harus memenuhi syariah. Dalam hal ini, pola investasi bagi hasil adalah cirinya dimana perusahaan asuransi hanyalah pengelola dana yang terkumpul dari para peserta. Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh (100 persen) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian di pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalian si pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Kontrak bagi hasil disepkati didepan sehingga bila terjadi keuntungan maka pembagiannya akan mengikuti kontrak bagi hasil tersebut. Misalkan kontrak bagi hasilnya adalah 60:40, dimana peserta mendapatkan 60 persen dari keuntungan sedang perusahaan asuransi mendapat 40 persen dari keuntungan. Dalam kaitannya dengan investasi, yang merupakan salah satu unsur dalam premi asuransi, harus memenuhi syariah Islam dimana tidak mengenal apa yang biasa disebut riba. Semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya dengan mekanisme bunga. Dengan demikian asuransi konvensional susah untuk menghindari riba. Sedangkan asuransi syariah daolam berinvestasi harus menyimpan dananya ke berbagai investasi berdasarkan syariah Islam dengan sistem al-mudharabah. Dana Hangus Pada asuransi konvensional dikenal dana hangus, dimana peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa jatuh tempo. Begitu pula dengan asuransi jiwa konvensional non-saving (tidak mengandung unsur tabungan) atau asuransi kerugian, jika habis msa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi asuransi yang sudah dibayarkan hangus atau menjadi keuntungan perusahaan asuransi. Dalam konsep asuransi syariah, mekanismenya tidak mengenal dana hangus. Peserta yang baru masuk sekalipun karena satu dan lain hal ingin mengundurkan diri, maka dana atau premi yang sebelumnya sudah dibayarkan dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil saja yang sudah diniatkan untuk dana tabarru‘ yang tidak dapat diambil. Begitu pula dengan asuransi syariah umum, jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka pihak perusahaan mengembalikan sebagian dari premi tersebut dengan pola bagi hasil, misalkan 60:40 atau 70:30 sesuai dengan kesepakatan kontrak di muka. Dalam hal ini maka sangat mungkin premi yang dibayarkan di awal tahun dapat diambil kembali dan jumlahnya sangat bergantung dengan tingkat investasi pada tahun tersebut. Manfaat Asuransi Syariah Asuransi syariah dapat menjadi alterntif pilihan proteksi bagi pemeluk agama Islam yang menginginkan produk yang sesuai dengan hokum Islam. Produk ini juga bisa menjadi pilihan bagi pemeluk agama lain yang memandang konsep syariah adil bagi mereka. Syariah adalah sebuah prinsip atau sistem yang ber-sifat universal dimana dapat dimanfaatkan oleh siapapun juga yang berminat. 2. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional
  • 4. Uraian di bawah ini dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan perbadingan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional. 1. Konsep Syariah (S) : Sekumpulan orang yg saling membantu,saling menjamin dan bekerja sama dengan cara masing – masing mengeluarkan dana terbaru. Konvensional (K) : Perjanjian dua pihak atau lebih: pihak penanggung meningkatkan diri pada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung. 2. Misi S : Misi aqidah, ibadah (ta‘awun), misi ekonomi (iqtishodl) dan misi pemberdayaan umat (sosial) K : Misi ekonomi dan sosial 3. Asal Usul S : System Al-Aqilah, suatu kebiasaan suku arab sebelum Islam datang yang kemudian disahkan oleh Rasulullah sebagai hukum islam K : Dimulai dari masyarakat babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian Hammurabi. 4. Sumber S : Bersumber dari firman Allah, Al-Hadist dan Ijma Ulama. K : Bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan. Berdasarkan hukum positif, hukum alami dan berbagai contoh sebelumnya. 5. Maisir, Gharar dan Riba S : Terbebas dari praktik dan unsur Maisir, Gharar, Riba K : Tidak sesuai dengan syariah Islam karena ada hal-hal yang tidak sesuai dengan syariah 6. Akad S : Akad tabarru dan akad tijarat (mudharaba,wakalh, syrikah, dll) K : Akad jual beli (akad mu‘awadhah) dan akad gharar 7. Jaminan atau resiko S : Sharing of risk, terjadinya proses saling menanggung antara satu peserta satu dan peserta lainnya.(ta‘awun) K : Transfe risk; terjadi transfer resiko dari tertanggung kepada penanggung. 8. Pengelolaan Dana S : Pada produk saving (life) terjadi pemisahan dana, yaitu dana tabarru (derma) dari dana peserta, sehingga tidak mengenal adanya dana hangus untuk terminsurance (life) dan general insurance semua bersifat tabarru. K : Tidak ada pemisah dana yang berakibat pada terjadinya dana hangus (produk saving life) 9. Investasi S : Dapat melakukan investasi sesuai ketentuan perundang-undangan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bebas dari riba dan berbagai tempat investasi yang terlarang K : Debas melakukan investasi dalam batas-batas ketentuan perundangan-undangan dan tidak terbatas pada halal dan haramnya investasi yang di gunakan 10. Kepemilikan Dana S : Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi merupakan milik peserta (shahibul maal), sedangkan perusahaan hanya pemegang amanah (mudharib) dan mengelola dana K : Dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya. Perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikan kemanapun dana tersebut
  • 5. Nah, sekarang anda sudah tahu apa bedanya antara asuransi syariah dan asuransi konvensional. Insya Allah 3. Perusahaan Asuransi Pertama Murni Syariah Asuransi Takaful merupakan pelopor perusahaan asuransi murni syariah, sekaligus salah satu perusahaan terdepan di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1994. Asuransi Takaful menyediakan jasa asuransi dan perencanaan keuangan sesuai dengan prinsip syariah untuk memenuhi kebutuhan umat dan masyarakat di Indonesia. Sejak tahun 2004, Takaful menempati kantor pusatnya yang baru, Graha Takaful Indonesia, yang berlokasi di Mampang Prapatan Raya, Jakarta. Pada saat yang sama, melalui serangkaian prakarsa strategis , perusahaan berhasil meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasionalnya yang berdampak pada peningkatan kinerja keuangan dari tahun ke tahun. Sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas layanan yang diberikan dan menjaga konsistensinya, Perusahaan telah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 untuk Sistem Manajemen Mutu di Asuransi Takaful Umum (anak perusahaan grup Takaful) yang dikeluarkan oleh SGS JAS-ANZ, Selandia Baru, pada tahun 2004, sementara Asuransi Takaful Keluarga (anak perusahaan grup Takaful) telah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 dari Det Norske Veritas (DNV), Belanda, pada tahun yang sama. Komitmen Takaful Indonesia untuk menjadi penyedia jasa asuransi syariah terkemuka di Indonesia dibuktikan dengan serangkaian penghargaan yang telah diterimanya di antaranya adalah tiga buah penghargaan dari Karim Business Consulting sebagai The Best Risk Management Islamic Life Insurance (ATK), Best Risk Management Islamic General Insurance (ATU), Top of Mind Asuransi Syariah (STI), serta dua buah penghargaan dari majalah Investor untuk ATK sebagai Best Performance Syariah Insurance dan untuk ATU sebagai Pioneer Asuransi Umum Syariah. Selain itu, Takaful Indonesia menjadi perusahaan asuransi syariah pertama di Indonesia yang menempatkan perwakilannya di Million Dollar Round Table (MDRT), sebuah klub bertaraf internasional untuk para agen asuransi berprestasi dari seluruh dunia, sekaligus sebagai pengakuan atas tingkat profesionalisme perusahaan. Setelah lebih dari satu dasawarsa berkiprah menghadirkan jasa asuransi dan perencanaan keuangan syariah berkualitas yang melayani kebutuhan umat dan nasabah di Indonesia, Takaful Indonesia kini siap melangkah pada tahap pertumbuhan berikutnya, memanfaatkan keunggulan dari citra perusahaan yang kuat, jaringan pemasaran yang luas, serta sinergi yang kokoh dalam grup Takaful Indonesia. PT Asuransi Takaful KeluargaPemegang Saham PT Syarikat Takaful Indonesia : 99,94% Koperasi Karyawan Takaful: 0,06%
  • 6. Dewan Komisaris Komisaris Utama : Dato‘ Mohamed Hassan Md Kamil Komisaris Independen : H.M.U. Suwendi FSAI, FLMI, MBA Komisaris : Muhammad Harris, SE Komisaris : Saiful Yazan Ahmad Dewan Pengawas Syariah (DPS) Ketua : Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin Anggota: Dr. H.M. Syafi‘i Antonio, MSc Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA Prof. Madya Dr. Shobri Salamon Dewan Direksi Direktur Utama : Agus Edi Sumanto Direktur : Nor Effuandy Pfordten Penghargaan: 1. PT Asuransi Takaful Keluarga sebagai Asuransi Syariah Terbaik tahun 2003 versi MUI 2. PT Asuransi Takaful Umum Sebagai Asuransi Umum berpredikat Sangat Bagus Kategori Kinerja Keuangan tahun 2002 versi majalah InfoBank 3. PT Asuransi Takaful Umum sebagai Asuransi Umum berpredikat Sangat Bagus Kategori Kinerja Keuangan tahun 2004 versi majalah InfoBank 4. PT Asuransi Takaful Keluarga sebagai Asuransi Umum berpredikat Terbaik Kategori Manajemen Resiko versi Karim Business Consulting 5. PT Asuransi Takaful Umum sebagai Asuransi Umum berpredikat Terbaik ke 2 Kategori Manajemen Resiko versi Karim Business Consulting 6. PT Syarikat Takaful Indonesia sebagai Top Of Mind Asuransi Syariah Kategori Perusahaan Asuransi versi Karim Business Consulting 7. PT Asuransi Takaful Umum memperoleh Penghargaan Khusus Sebagai Pioner Asuransi Umum Syariah versi majalah Investor
  • 7. Gambaran Umum Pegadaian Syariah 1. Pegadaian Syariah, Bagian Terintegrasi dari Bisnis Perum Pegadaian 1.1.Pegadaian dari Masa ke Masa Gadai merupakan suatu hak, yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang dijadikan sebagai jaminan pelunasan atas hutang. Dan Pegadaian merupakan ―trademark‖ dari lembaga Keuangan milik pemerintah yang menjalankan kegiatan usaha dengan prinsip gadai. Bisnis gadai melembaga pertama kali di Indonesia sejak Gubernur jenderal VOC Van Imhoff mendirikan Bank Van Leening. Meskipun demikian, diyakini bahwa praktik gadai telah mengakar dalam keseharian masyarakat Indonesia. Pemerintah sendiri baru mendirikan lembaga gadai pertama kali di Sukabumi Jawa Barat, dengan nama Pegadaian, pada tanggal 1 April 1901 dengan Wolf von Westerode sebagai Kepala Pegadaian Negeri pertama, dengan misi membantu masyarakat dari jeratan para lintah darat melalui pemberian uang pinjaman dengan hukum gadai.Seiring dengan perkembangan zaman, Pegadaian telah beberapa kali berubah status mulai sebagai Perusahaan Jawatan ( 1901 ), Perusahaan di Bawah IBW (1928), Perusahaan Negara (1960), dan kembali ke Perjan di tahun 1969. Baru di tahun 1990 dengan lahirnya PP10/1990 tanggal 10 April 1990, sampai dengan terbitnya PP 103 tahun 2000, Pegadaian berstatus sebagai Perusahaan Umum (PERUM) dan merupakan salah satu BUMN dalam lingkungan Departemen Keuangan RI hingga sekarang, 1.2. Kegiatan Usaha Perum Pegadaian Sesuai dengan PP103 tahun 2000 pasal 8, Perum Pegadaian melakukan kegiatan usaha utamanya dengan menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai serta menjalankan usaha lain seperti penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia, layanan jasa titipan, sertifikasi logam mulia dan batu adi, toko emas, industri emas dan usaha lainnya. Sejalan dengan kegiatannya, Pegadaian mengemban misi untuk ; 1. turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah 2. menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba dan pinjaman tidak wajar lainnya. Kegiatan usaha Pegadaian dijalankan oleh lebih dari 730 Kantor Cabang PERUM Pegadaian yang tersebar di seluruh Indonesia. Kantor Cabang tersebut dikoordinasi oleh 14 Kantor Wilayah yang membawahi 26 sampai 75 kantor Cabang. Perum Pegadaian secara Nasional berada di bawah kepemimpinan Direksi.
  • 8. 1.3. Lahirnya Pegadaian Syariah Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati bahwa PP 10 menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP 103/2000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan usaha Perum Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Berkat Rahmat Alloh SWT dan setelah melalui kajian panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah.. Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam. Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang Pegadaian Syariah/ Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. ULGS ini merupakan unit bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai konvensional. Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003. Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar, Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003. Masih di tahun yang sama pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian Syariah. 1.3.1. Pegadaian Syariah di Batam ULGS Batam berada dalam lingkup koordinasi Kantor Wilayah II Padang bersama dengan 50 kantor Cabang lainya yang tersebar di provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Bengkulu, Jambi dan Riau. Di Batam sendiri telah berdiri 4 kantor Cabang Pegadaian Konvensional ( non Syariah ) yaitu di Sei Jodo, Bengkong, Penuin dan Batu Aji. Baru kemudian, pada tanggal 10 November 2003 Kantor Unit Layanan Gadai Syariah mulai melakukan uji coba operasi di Sungai Panas, Jl Laksamana Bintan, Kompleks Bumi Riau makmur Blok C 8, dan melayani permintaan masyarakat yang ingin menggadaikan barang bergeraknya. Alhamdulilah ULGS telah mampu melayani nasabah yang berasal dari 19 kelurahan di wilayah Batam. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan ULGS telah dapat diterima di tengah masyarakat. 2. Operasionalisasi Pegadaian Syariah Implementasi operasi Pegadaian Syariah hampir bermiripan dengan Pegadaian konvensional. Seperti halnya Pegadaian konvensional , Pegadaian Syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak.Prosedur untuk memperoleh kredit gadai syariah sangat sederhana, masyarakat hanya menunjukkan bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama
  • 9. ( kurang lebih 15 menit saja ). Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan menyerahkan sejumlah uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu proses yang juga singkat. Di samping beberapa kemiripandari beberapa segi, jika ditinjau dari aspek landasan konsep; teknik transaksi; dan pendanaan, Pegadaian Syariah memilki ciri tersendiri yang implementasinya sangat berbeda dengan Pegadaian konvensional. Lebih jauh tentang ketiga aspek tersebut, dipaparkan dalam uraian berikut. 2.1. Landasan Konsep Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist Nabi SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah : Quran Surat Al Baqarah : 283 Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan Hadist Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda : Rasulullah membeli makanan dari seorang yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi. HR Bukhari dan Muslim Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda : Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung risikonya. HR Asy’Syafii, al Daraquthni dan Ibnu Majah Nabi Bersabda : Tunggangan ( kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan bintanag ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan kendaraan dan memerah susu wajib
  • 10. menyediakan biaya perawatan dan pemeliharaan. HR Jamaah, kecuali Muslim dan An Nasai Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Apabila ada ternak digadaikan, maka punggungnya boleh dinaiki ( oleh yang menerima gadai), karena ia telah mengeluarkan biaya ( menjaga)nya. Apabila ternak itu digadaikan, maka air susunya yang deras boleh diminum (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaga)nya. Kepada orang yang naik dan minum, maka ia harus mengeluarkan biaya (perawatan)nya. HR Jemaah kecuali Muslim dan Nasai-Bukhari Di samping itu, para ulama sepakat membolehkan akad Rahn ( al-Zuhaili, al-Fiqh al- Islami wa Adilatuhu, 1985,V:181) Landasan ini kemudian diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional no 25/DSN- MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut. a. Ketentuan Umum : 1. Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun ( barang ) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. 2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan perawatannya. 3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin. 4. Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. 5. Penjualan marhun a) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi utangnya. b) Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi. c) Hasil Penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan. d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin. b. Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
  • 11. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana mestinya. 2.2. Teknik Transaksi Sesuai dengan landasan konsep di atas, pada dasarnya Pegadaian Syariah berjalan di atas dua akad transaksi Syariah yaitu. 1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah. 2. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukad akad rukun dari akad transaksi tersebut meliputi : a. Orang yang berakad : 1) Yang berhutang (rahin) dan 2) Yang berpiutang (murtahin). b. Sighat ( ijab qabul) c. Harta yang dirahnkan (marhun) d. Pinjaman (marhun bih) Dari landasan Syariah tersebut maka mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut : Melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak. Pegadaian Syariah akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang pinjaman.. Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai ‗lipstick‘ yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian. Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi : 1. Akad. Akad tidak mengandung syarat fasik/bathil seperti murtahin mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas. 2. Marhun Bih ( Pinjaman). Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut. Serta, pinjaman itu jelas dan tertentu. 3. Marhun (barang yang dirahnkan). Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang dengan pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya,milik sah penuh dari rahin, tidak terkait dengan hak orang lain, dan bisa diserahkan baik materi maupun manfaatnya.
  • 12. 4. Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang dirahnkan serta jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur. 5. Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa: biaya asuransi,biaya penyimpanan,biaya keamanan, dan biaya pengelolaan serta administrasi. Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah, masyarakat hanya cukup menyerahkan harta geraknya ( emas, berlian, kendaraan, dan lain-lain) untuk dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal. Kemudian staf Penaksir akan menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang pinjaman yang dapat diberikan. Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian. Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90% dari nilai taksiran barang. Setelah melalui tahapan ini, Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad dengan kesepakatan : 1. Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum empat bulan . 2. Nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp 90,- ( sembilan puluh rupiah ) dari kelipatan taksiran Rp 10.000,- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat melunasi pinjaman. 3. Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat pencairan uang pinjaman. Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk o melakukan penebusan barang/pelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan, o mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang sudah berjalan ditambah bea administrasi, o atau hanya membayar jasa simpannya saja terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman uangnya. Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa simpan, maka Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara dijual, selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman, jasa simpan dan pajak merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah. Nasabah diberi kesempatan selama satu tahun untuk mengambil Uang kelebihan, dan jika dalam satu tahun ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut, Pegadaian Syariah akan menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS. 1.3. Pendanaan Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja, pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi nasabah, harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba. Dalam hal ini, seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Pegadaian telah melakukan kerja sama dengan
  • 13. Bank Muamalat sebagai fundernya, ke depan Pegadaian juga akan melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up modal kerja. Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional, yaitu 1. Di Pegadaian konvensional, tambahan yang harus dibayar oleh nasabah yang disebut sebagai sewa modal, dihitung dari nilai pinjaman. 2. Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian : hutang piutang dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum konvensional, keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat acessoir, sehingga Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau dengan kata lain melakukan praktik fidusia. Berbeda dengan Pegadaian syariah yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan penarikan bea jasa simpan
  • 14. Tugas Akuntansi Syariah: 1. Apa yang Saudara ketahui tentang Akuntansi Murabahah, kuntansi Mudharabah, Akuntansi Salam, Akuntansi Istishna, Akuntansi Ijarah, Qardhul Hasan, jelaskan dan beri contohnya masing-masing. 2. Apa yang Saudara ketahui tentang Perbankan Syariah, jelaskan. 3. Apa yang Saudara ketahui tentang Asuransi Syariah, jelaskan 4. Apa yang Saudara ketahui tentang Pegadaian Syariah (rahn), jelaskan. 5. Mengapa perlu diterapkan prinsip-prinsip akuntansi syariah dalam bisnis (jual beli), jelaskan. Tugas Akuntansi Syariah: 1. Apa yang Saudara ketahui tentang Akuntansi Murabahah, kuntansi Mudharabah, Akuntansi Salam, Akuntansi Istishna, Akuntansi Ijarah, Qardhul Hasan, jelaskan dan beri contohnya masing-masing. 2. Apa yang Saudara ketahui tentang Perbankan Syariah, jelaskan. 3. Apa yang Saudara ketahui tentang Asuransi Syariah, jelaskan 4. Apa yang Saudara ketahui tentang Pegadaian Syariah (rahn), jelaskan. 5. Mengapa perlu diterapkan prinsip-prinsip akuntansi syariah dalam bisnis (jual beli), jelaskan. Tugas Akuntansi Syariah: 1. Apa yang Saudara ketahui tentang Akuntansi Murabahah, kuntansi Mudharabah, Akuntansi Salam, Akuntansi Istishna, Akuntansi Ijarah, Qardhul Hasan, jelaskan dan beri contohnya masing-masing. 2. Apa yang Saudara ketahui tentang Perbankan Syariah, jelaskan. 3. Apa yang Saudara ketahui tentang Asuransi Syariah, jelaskan 4. Apa yang Saudara ketahui tentang Pegadaian Syariah (rahn), jelaskan. 5. Mengapa perlu diterapkan prinsip-prinsip akuntansi syariah dalam bisnis (jual beli), jelaskan. Tugas Akuntansi Syariah: 1. Apa yang Saudara ketahui tentang Akuntansi Murabahah, kuntansi Mudharabah, Akuntansi Salam, Akuntansi Istishna, Akuntansi Ijarah, Qardhul Hasan, jelaskan dan beri contohnya masing-masing. 2. Apa yang Saudara ketahui tentang Perbankan Syariah, jelaskan. 3. Apa yang Saudara ketahui tentang Asuransi Syariah, jelaskan 4. Apa yang Saudara ketahui tentang Pegadaian Syariah (rahn), jelaskan. 5. Mengapa perlu diterapkan prinsip-prinsip akuntansi syariah dalam bisnis (jual beli), jelaskan.