SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 19
BAB II
                              TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

  1. Pengertian.

             Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

     melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

     melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

     penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

     dengan menggunakan mata dan telinga (Notoatmojo, 2007).

             Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

     dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

  2. Tingkatan pengetahuan

             Soekidjo mengemukakan 6 tingkatan pengetahuan dalam domain

     kognitif antara lain :

     a. Tahu (know)

                 Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

         pelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah

         mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

         telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu

         itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

         mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari.




                                                                                5
b. Memahami (comprehension)

           Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

   secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

   materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

   materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

   meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

           Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menguasai materi

   yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi

   di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

   rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

   lain.

d. Analisis (analysis)

           Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

   suatu objek ke dalam komponen-komponen, tapi masih dalam suatu

   struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

   analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

   menggambarkan (membuat bagan), membedakan, mengelompokan, dan

   sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

           Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

   atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan




                                                                            6
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

   menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

            Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

   justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

   penilaian itu di dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

   menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

            Unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang

   sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Dalam lingkungan ada

   bermacam-macam hal yang dialami individu itu melalui penerimaan panca

   inderanya serta alat penerimaan atau reseptor. Hal-hal yang dialaminya

   tersebut masuk dalam sel-sel otaknya sehingga terjadi bermacam-macam

   proses seperti proses fisik, fisiologis dan psikologis kemudian dipancarkan

   atau diproyeksikan individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang

   lingkungan.

            Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

   angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek

   penelitian atau responden.

            Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara

   lain :

   a. Pendidikan

       Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada

       orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat di pungkiri


                                                                            7
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah

   seseorang untuk menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak

   pula pengetahuan yang mereka miliki

   1) Pendidikan formal

      Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan,

      berupa rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya

      SD, SMP, SMA dan PT.

   2) Pendidikan informal

      Adalah suatu fase pendidikan yang berada di samping pendidikan

      formal dan nonformal.

   3) Pendidikan nonformal

      Lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna

      terjun ke masyarakat, misalnya pelatihan. Noe, Hollenbeck,

      Gerhart & Wright (2003:251) mengemukakan, “training is a

      planned effort to facilitate the learning of job-related knowledge,

      skills, and behavior by employee”. Hal ini berarti bahwa pelatihan

      merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi

      pembelajaran    tentang   pekerjaan    yang    berkaitan   dengan

      pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.


b. Pekerjaan

   Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

   pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak .



                                                                       8
c. Umur

   Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

   aspek fisik dan psikologis, dimana dalam aspek psikologis taraf

   berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.

d. Pengalaman

   Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu

   baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya

   pengalaman menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu

   yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subyektif.

e. Informasi

   Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu

   mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru (Zulkifli

   2003)

   Untuk mendapatkan informasi salah satunya dari media. Media adalah

   alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan

   pendidikan atau pengajaran. Media ini lebih sering disebut sebagai alat

   peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu

   didalam proses pendidikan atau pengajaran.

   Media ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada

   pada setiap manusia diterima melalui panca indera. Semakin banyak

   dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh.

   Dengan kata lain media dimaksudkan untuk mengerahkan panca




                                                                        9
indera sebanyak mungkin kepada obyek sehingga mempermudah

            pemahaman (Notoatmodjo.2007).


B. Tinjauan Umum Tentang Bantuan Hidup Dasar

  1. Pengertian

            Bantuan hidup dasar (Basic life support) adalah usaha yang dilakukan

     untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan

     yang mengancam nyawa (Goyten, 2008).

            Prinsip BLS sendiri adalah SRABC, yaitu save, respon, airway,

     breathing dan circulation. Save dimaksudkan agar penolong memastikan

     keamanan diri, lingkungan dan korban, sebelum melakukan pertolongan.

     Respon diperlukan untuk mengetahui tingkat kesadaran korban.

  2. Indikasi Bantuan Hidup Dasar

     a. Henti napas

        1) Penyebab : Tenggelam, stroke, obstruksi jalan napas oleh benda asing,

            menghirup asap, keracunan obat, tersengat listrik, tercekik, trauma,

            MCI (miocard cardiac infark), dan lain-lain.

        2) Tanda-tanda : Tidak ada aliran udara pernapasan dan pergerakan dada

            pasien.

     b. Henti jantung/cardiac arrest

                  Pada saat henti jantung, maka sirkulasi dengan cepat menyebabkan

        otak dan organ vital lainnya kekurangan oksigen.




                                                                                10
3. Tujuan bantuan hidup dasar

   a. Menyelamatkan kehidupan.

   b. Mencegah keadaan menjadi lebih buruk

   c. Mempercepat kesembuhan

4. Langkah-langkah bantuan hidup dasar

   a. Proteksi diri

              Apabila anda menemukan penderita hal yang paling utama

      sebelum melakukan bantuan adalah proteksi diri mengingat saat ini bagitu

      banyak penyakit menular yang telah beredar di masyarakat.

              Centerst for disease and prevention (CDC) mencatat 54 kasus

      menular human insufisiensi virus (HIV) di tempat kerja pada petugas

      kesehatan di Amerika Serikat sampai desember 1998. 134 kasus tambahan

      suspek HIV sudah disampaikan (Oman, 2008).

   b. Periksa kesadaran korban

              Cara memeriksa kesadaran yakni dengan memanggil nama atau

      dengan cara memberikan tepukan pada bahu korban. Pada bayi lakukan

      jentikkan di telapak kaki dan jangan mengguncang-guncangkannya

      (Wong, 2004). Sedangkan Haws (2007) juga mengatakan pemeriksaan

      kesadaran pada bayi bisa dilakukan dengan mengelus punggung.




                                                                            11
Tingkat kesadaran biasanya dinilai dengan AVPU:

   A : Alert (sadar penuh)

   V : Verbal (menjawab rangsangan kata-kata)

   P : Pain (bereaksi atas rangsangan nyeri)

   U : Unresponsive (tidak berespon)




   Gambar 2.1: Memeriksa kesadaran. © 2005 European Resuscitation

   Council.

c. Panggil bantuan/aktifkan 118

          Bila anda berada di luar rumah sakit maka harus segera

   mengaktifkan sistem gawat darurat/emergency medical system (EMS) 118.




   Gambar 2.2 : Panggil bantuan. © 2005 European Resuscitation Council.


                                                                          12
Cara mengaktifkan Emergency Medical System (EMS) :

   1) Bila korban bereaksi atau dalam keadaan luka dan perlu pertolongan

      medis, segera tinggalkan korban dan cari bantuan medis lalu segera

      kembali untuk memastikan kondisi korban

   2) Jika penolong seorang diri dan korban tidak sadarkan diri :

      a) Aktifkan segera sistem gawat darurat

      b) Ambil automated external defibrillator (AED) bila tersedia

      c) Segera    kembali    ke    korban   untuk   melakukan      RJP   dan

          menggunakan AED bila di perlukan.

   3) Jika jumlah penolong dua atau lebih, salah satu penolong

      mengaktifkan EMS dan mengambil AED jika tersedia.sementara itu,

      yang lainnya melakukan tindakan RJP.

   4) Jika gawat darurat terjadi di dalam gedung/rumah sakit/tempat

      pelayanan kesehatan yang sudah mempunyai sistem gawat darurat

      sendiri, segera minta bantuan untuk melakukan pertolongan.

   5) Jika korban asfiksia segera lakukan tindakan resusitasi jantung paru

      (RJP).

d. Memperbaiki posisi korban dan posisi penolong

   1) Posisi korban

      a) Supin, permukaan datar dan lurus

      b) Memperbaiki posisi korban dengan cara log roll/in line bila

          dicurigai cedera spinal




                                                                           13
c) Jika pasien tidak bisa telentang, misalnya operasi tulang belakang

            lakukan RJP dengan posisi tengkurap

   2) Posisi penolong

               Posisi penolong harus di atur senyaman mungkin dan

      memudahkan untuk melakukan pertolongan yakni di samping atau di

      atas kepala korban.

e. Airway control

            Pada orang yang tidak sadar, tindakan pembukaan jalan napas

   harus dilakukan. Satu hal yang penting untuk diingat adalah, bahwa

   dengan melihat pergerakan pipi pasien tidaklah menjamin bahwa pasien

   tersebut benar-benar bernafas (pertukaran udara), tetapi secara sederhana

   pasien itu sedang berusaha untuk bernafas.

            Pengkajian pada airway juga harus melihat tanda-tanda adanya

   sumbatan benda asing dalam mulut yakni dengan menggunakan teknik

   cross finger, jika terdapat benda asing dalam mulut maka harus di

   keluarkan dengan usapan jari atau di kenal dengan teknik finger swab

   (AHA, Basic live suport renewal course, 2006)

            Teknik yang digunakan dalam membuka jalan napas yakni dengan

   chin lift-head tilt dan jika dicurigai terdapat trauma cervikal dapat

   menggunakan teknik jaw thrust namun teknik tersebut hanya bisa

   dilaksanakan oleh orang yang sudah profesional atau terlatih (Tabes,

   2006).




                                                                          14
Cara melakukan teknik chin lift-head tilt :

1) Teknik chin lift-head tilt

   a) Pertama, posisikan pasien dalam keadaan terlentang, letakkan satu

       tangan di dahi dan letakkan ujung jari tangan yang lain di bawah

       daerah tulang pada bagian tengah rahang bawah pasien (dagu).

   b) Tengadahkan kepala dengan menekan perlahan dahi pasien.

   c) Gunakan ujung jari anda untuk mengangkat dagu dan menyokong

       rahang bagian bawah. Jangan menekan jaringan lunak di bawah

       rahang karena dapat menimbulkan obstruksi jalan napas.

   d) Usahakan mulut untuk tidak menutup. Untuk mendapatkan

       pembukaan mulut yang adekuat, anda dapat menggunakan ibu jari

       untuk menahan dagu supaya bibir bawah pasien tertarik ke

       belakang.




       Gambar 2.3 : Head tilt and chin lift.




                                                                      15
2) Teknik Jaw thrust

   a) Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepala, leher dan spinal

      pasien tetap satu garis.

   b) Ambil posisi di atas kepala pasien, letakkan lengan sejajar dengan

      permukaan pasien berbaring.

   c) Perlahan letakkan tangan pada masing-masing sisi rahang bawah

      pasien, pada sudut rahang di bawah telinga.

   d) Stabilkan kepala pasien dengan lengan bawah Anda.

   e) Dengan menggunakan jari telunjuk, dorong sudut rahang bawah

      pasien ke arah atas dan depan.

   f) Anda mungkin membutuhkan mendorong ke depan bibir bagian

      bawah     pasien     dengan      menggunakan   ibu   jari   untuk

      mempertahankan mulut tetap terbuka.

   g) Jangan mendongakkan atau memutar kepala pasien.




      Gambar 2.4 : Jaw thrust.




                                                                      16
f. Breathing suport

          Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk

   pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.

   Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan

   diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat selama 5

   detik, paling lama 10 detik dengan cara :

   1) Lihat/look

              Lihat lubang hidung apakah terbuka atau dalam keadaan

      istirahat, Perhatikan ekspansi dada menandakan ada tidaknya

      pernapasan. Carilah retraksi suprasternal,       supraklafikular atau

      interkostal yang menunjukan adanya obstruksi. Cari gerakan

      paradoksal bagian dada manapun dan cari luka terbuka rongga thorax,

      perhatikan juga gerakan abdomen yang menunjukan diafragma

      bekerja.

   2) Dengar/listen

              Telinga di dekatkan ke mulut korban untuk memastikan

      kembali bahwa ada pergerakan udara yang baik keluar dari hidung

      dan mulut. Dengan stetoskop, dengarkan thorax di anterior dan

      posterior, berikan perhatian khusus pada bagian atas dada di kedua

      sisi.




                                                                           17
3) Rasa/feel

   Rasakan gerakan udara dari hidung dan mulut.




   Gambar 2.5 : Look listen and feel for normal breathing.© 2005

   European Resuscitation Council.

   Penilain antara lain :

   a) Apabila pasien bernapas maka tempatkan pada posisi yang nyaman

   b) Apabila pernapasan tidak ada maka lakukan bantuan napas

       sebanyak 2 kali, dengan alat 400-600 ml dan tanpa alat      700-

       1000 ml (Handley, 2004) . Bantuan napas di lakukan dengan cara :

       (1) Mulut ke mulut

                   Penolong memberikan bantuan napas langsung ke

           mulut korban dengan menutup hidung dan meniupkan udara

           langsung ke mulut, namun hal ini sangat beresiko untuk di

           lakukan apalagi pasien yang tidak di kenal mengingat bahaya

           penyakit menular.




           Gambar 2.6 : Menutup hidung korban sedang posisi kepala

           tetap ekstensi.© 2005 European Resuscitation Council


                                                                     18
Gambar 2.7 : Pemberian napas dari mulut ke mulut. ©2005

   European Resuscitation

(2) Mulut ke hidung

          Paling baik di lakukan pada neonaty.

(3) Ventilasi mulut ke mask




   Gambar 2.7: Mouth-to-mask ventilation. © 2005 European

   Resuscitation Council

(4) Ventilasi Mulut ke bag-valve-mask




   Gambar 2.8: The two-person technique for bag-mask

   ventilation.© 2005 European Resuscitation Council.


                                                        19
g. Circulation

   1) Kaji Nadi

                 Bantuan sirkulasi segera dilakukan bila korban mengalami

       henti jantung. Langkah ini dilakukan segera setelah bantuan

       pernafasan awal diberikan. Untuk mengetahui ada tidaknya denyut

       nadi, lakukan perabaan arteri carotis untuk orang dewasa dan anak

       serta arteri brachialis atau femoralis untuk bayi, tindakan ini dilakukan

       maksimal 10 detik.

   2) Kompresi Dada

                 Indikasi pada korban yang mengalami henti jantung. Lakukan

       dengan tehnik yang benar. Awali dengan mencari titik kompresi yakni

       pada tulang sternum di antara dua papila mammae pada anak-anak dan

       laki-laki atau dua jari di atas os xifoideus pada perempuan. Letakkan

       salah satu telapak tangan yang lain diatas punggung tangan yang

       pertama, sehingga tangan dalam keadaan pararel. Jari-jari tangan

       saling mengunci. Untuk mendapatkan posisi yang efektif, beban

       tekanan dari bahu, posisi lengan tegak lurus, posisi siku tidak boleh

       menekuk posisi lengan tegak lurus dengan badan korban

                 Tekan sternum 4-5 cm untuk korban dewasa, 2-3 cm pada bayi

       (Drew, 2008), lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi normal

       Perbandingan kompresi dan ventilasi mengacu pada AHA Guidelines

       for CPR 2005, untuk korban dewasa 30 : 2 dengan 1 atau 2 orang

       penolong. Pada anak dan bayi 30 : 2 bila penolong 1 orang dan 15 : 2


                                                                             20
untuk 2 orang penolong. Kecepatan kompresi yang dianjurkan adalah

100 kali per menit. Setelah RJP dilakukan selama 5 siklus atau 2

menit, 2 penolong harus berganti posisi, ventilator berpindah pada

posisi kompresor dan sebaliknya.

       Haws (2007) mengatakan pada bayi dengan heart rate (HR)

kurang dari 60 kali permenit harus di lakukan kompresi dada.




Gambar 2.9 : Letakan satu tangan pada tulang sternum antara papila

mammae atau dua jari diatas os xifoideus.




Gambar 2.10 : Lakukan penekanan dada sebanyak 30 : 2




                                                                21
Indikasi dihentikannya RJP hingga kini masih menjadi

       perdebatan, tidak ada batasan waktu yang tegas disebutkan oleh para

       ahli namun beberapa hal yang menjadi pertimbangan antara lain:

       a) Korban telah menunjukan tanda-tanda kematian irreversible

       b) Sudah ada respons dari korban (ventilasi dan sirkulasi spontan)

       c) Ada penolong yang lebih berkompeten

       d) Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada respon

h. Defibrillation

          Pada      defibrillation   pengkajian   dengan   menggunakan      alat

   automated external defibrillator (AED) untuk mengetahui irama nadi

   apakah ventrikel takikardi (VT tanpa nadi) atau ventrikel fibrilasi (FV)

   serta memberikan kejutan listrik sehingga gangguan irama tersebut dapat

   kembali normal. Gangguan irama tersebut harus segera di berikan

   tindakan karena dapat menimbulkan kematian. Satu energi dosis

   dilakukan untuk defibrilasi adalah 200 joule pada bifasik dan 360 joule

   pada monofasik. Idealnya dilakukan setiap 10 detik (Cayley, 2006).

          Pada saat di lakukannya defibrillating penolong tidak bisa

   menyentuh tubuh korban. Pada anak usia kurang dari 1 tahun tidak bisa di

   lakukan defibrillation.




   Gambar 2.11 : Defibrilation @ AHA 2005.


                                                                             22
C. Tinjauan Umum Tentang RSUD Majene

         Rumah sakit umum Daerah Majene adalah satu-satunya rumah sakit di

  kabupaten Majene, di mana rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit type C

  yang terletak di daerah provinsi Sulawesi Barat.

         Daerah Kabupaten Majene merupakan salah satu daerah yang tergolong

  rawan bencana karena letak daerahnya adalah perbukitan dan lautan. Perawat

  yang bekerja di Rumah Sakit tersebut sebagian besar merupakan lulusan diploma

  tiga keperawatan, pelayanan keperawatan di rumah sakit sudah baik namun

  sebagian besar perawat jarang mendapatkan pelatihan-pelatihan             guna

  pengembangan pelayanan, bahkan dalam 3 tahun terakhir tidak ada perawat yang

  dikirim untuk mengikuti      pelatihan, sehingga ilmu-ilmu atau skill yang di

  gunakan jarang terupdate, apalagi dalam pelayanan keperawatan gawat darurat.

         Dari hasil pengamatan penulis tentang pelayanan kegawat daruratan di

  RSUD Majene masih banyak perawat yang belum mengetahui dan menggunakan

  metode America Heart Association 2005 pada pasien gawat darurat.




                                                                                 23

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a TINJAUAN PUSTAKA

Semelhante a TINJAUAN PUSTAKA (20)

Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
BAB II.pdf
BAB II.pdfBAB II.pdf
BAB II.pdf
 
Konsep Belajar
Konsep BelajarKonsep Belajar
Konsep Belajar
 
PPT TUGAS KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN.pptx
PPT TUGAS KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN.pptxPPT TUGAS KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN.pptx
PPT TUGAS KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN.pptx
 
Makalah konsep perilaku
Makalah konsep perilakuMakalah konsep perilaku
Makalah konsep perilaku
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Presentasi Cognitive Development.pptx
Presentasi Cognitive Development.pptxPresentasi Cognitive Development.pptx
Presentasi Cognitive Development.pptx
 
120126447 kebidanan
120126447 kebidanan120126447 kebidanan
120126447 kebidanan
 
120126447 kebidanan
120126447 kebidanan120126447 kebidanan
120126447 kebidanan
 
Persepsi Manusia
Persepsi ManusiaPersepsi Manusia
Persepsi Manusia
 
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
 
Makalah Ranah Perilaku
Makalah Ranah PerilakuMakalah Ranah Perilaku
Makalah Ranah Perilaku
 
Kel12_EPISTEMOLOGI.pptx
Kel12_EPISTEMOLOGI.pptxKel12_EPISTEMOLOGI.pptx
Kel12_EPISTEMOLOGI.pptx
 
120126447 kebidanan
120126447 kebidanan120126447 kebidanan
120126447 kebidanan
 
Konsep Belajar
Konsep BelajarKonsep Belajar
Konsep Belajar
 
BAB II
BAB IIBAB II
BAB II
 
Pemrosesan Informasi dalam Belajar
Pemrosesan Informasi dalam BelajarPemrosesan Informasi dalam Belajar
Pemrosesan Informasi dalam Belajar
 
pengenalan diri dan potensi diri.pptx
pengenalan diri dan potensi diri.pptxpengenalan diri dan potensi diri.pptx
pengenalan diri dan potensi diri.pptx
 
Rangkuman seluruh ppt kelompok 10 pengantar filsafat ilmu kelas s
Rangkuman seluruh ppt kelompok 10 pengantar filsafat ilmu kelas sRangkuman seluruh ppt kelompok 10 pengantar filsafat ilmu kelas s
Rangkuman seluruh ppt kelompok 10 pengantar filsafat ilmu kelas s
 
Jtptunimus gdl-salimahg0e-5892-2-babii
Jtptunimus gdl-salimahg0e-5892-2-babiiJtptunimus gdl-salimahg0e-5892-2-babii
Jtptunimus gdl-salimahg0e-5892-2-babii
 

Mais de ADRYAN LANGIT

Mais de ADRYAN LANGIT (15)

Resusitasi jantung paru (rjp) dewasa
Resusitasi jantung paru (rjp) dewasaResusitasi jantung paru (rjp) dewasa
Resusitasi jantung paru (rjp) dewasa
 
skripsi kegawatdaruratan
skripsi kegawatdaruratanskripsi kegawatdaruratan
skripsi kegawatdaruratan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab v
Bab v Bab v
Bab v
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Bab VI
Bab VIBab VI
Bab VI
 
Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1
 
Diabetus militus
Diabetus militusDiabetus militus
Diabetus militus
 
Fisiologi reproduksi
Fisiologi reproduksiFisiologi reproduksi
Fisiologi reproduksi
 
Fisiologi persarafan
Fisiologi persarafanFisiologi persarafan
Fisiologi persarafan
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Modul 9 kgd gangguan keseimbangan cairan sinkronisasi
Modul 9 kgd gangguan keseimbangan cairan sinkronisasiModul 9 kgd gangguan keseimbangan cairan sinkronisasi
Modul 9 kgd gangguan keseimbangan cairan sinkronisasi
 
Modul 11 mekanisme cedera sinkronisasi modu lppt
Modul 11 mekanisme cedera sinkronisasi modu lpptModul 11 mekanisme cedera sinkronisasi modu lppt
Modul 11 mekanisme cedera sinkronisasi modu lppt
 

Último

PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 

Último (20)

PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 

TINJAUAN PUSTAKA

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 1. Pengertian. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dengan menggunakan mata dan telinga (Notoatmojo, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). 2. Tingkatan pengetahuan Soekidjo mengemukakan 6 tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif antara lain : a. Tahu (know) Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari. 5
  • 2. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menguasai materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, mengelompokan, dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan 6
  • 3. yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu di dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Dalam lingkungan ada bermacam-macam hal yang dialami individu itu melalui penerimaan panca inderanya serta alat penerimaan atau reseptor. Hal-hal yang dialaminya tersebut masuk dalam sel-sel otaknya sehingga terjadi bermacam-macam proses seperti proses fisik, fisiologis dan psikologis kemudian dipancarkan atau diproyeksikan individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain : a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat di pungkiri 7
  • 4. bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah seseorang untuk menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki 1) Pendidikan formal Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya SD, SMP, SMA dan PT. 2) Pendidikan informal Adalah suatu fase pendidikan yang berada di samping pendidikan formal dan nonformal. 3) Pendidikan nonformal Lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat, misalnya pelatihan. Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003:251) mengemukakan, “training is a planned effort to facilitate the learning of job-related knowledge, skills, and behavior by employee”. Hal ini berarti bahwa pelatihan merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai. b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak . 8
  • 5. c. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis, dimana dalam aspek psikologis taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. d. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subyektif. e. Informasi Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru (Zulkifli 2003) Untuk mendapatkan informasi salah satunya dari media. Media adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Media ini lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu didalam proses pendidikan atau pengajaran. Media ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima melalui panca indera. Semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain media dimaksudkan untuk mengerahkan panca 9
  • 6. indera sebanyak mungkin kepada obyek sehingga mempermudah pemahaman (Notoatmodjo.2007). B. Tinjauan Umum Tentang Bantuan Hidup Dasar 1. Pengertian Bantuan hidup dasar (Basic life support) adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa (Goyten, 2008). Prinsip BLS sendiri adalah SRABC, yaitu save, respon, airway, breathing dan circulation. Save dimaksudkan agar penolong memastikan keamanan diri, lingkungan dan korban, sebelum melakukan pertolongan. Respon diperlukan untuk mengetahui tingkat kesadaran korban. 2. Indikasi Bantuan Hidup Dasar a. Henti napas 1) Penyebab : Tenggelam, stroke, obstruksi jalan napas oleh benda asing, menghirup asap, keracunan obat, tersengat listrik, tercekik, trauma, MCI (miocard cardiac infark), dan lain-lain. 2) Tanda-tanda : Tidak ada aliran udara pernapasan dan pergerakan dada pasien. b. Henti jantung/cardiac arrest Pada saat henti jantung, maka sirkulasi dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital lainnya kekurangan oksigen. 10
  • 7. 3. Tujuan bantuan hidup dasar a. Menyelamatkan kehidupan. b. Mencegah keadaan menjadi lebih buruk c. Mempercepat kesembuhan 4. Langkah-langkah bantuan hidup dasar a. Proteksi diri Apabila anda menemukan penderita hal yang paling utama sebelum melakukan bantuan adalah proteksi diri mengingat saat ini bagitu banyak penyakit menular yang telah beredar di masyarakat. Centerst for disease and prevention (CDC) mencatat 54 kasus menular human insufisiensi virus (HIV) di tempat kerja pada petugas kesehatan di Amerika Serikat sampai desember 1998. 134 kasus tambahan suspek HIV sudah disampaikan (Oman, 2008). b. Periksa kesadaran korban Cara memeriksa kesadaran yakni dengan memanggil nama atau dengan cara memberikan tepukan pada bahu korban. Pada bayi lakukan jentikkan di telapak kaki dan jangan mengguncang-guncangkannya (Wong, 2004). Sedangkan Haws (2007) juga mengatakan pemeriksaan kesadaran pada bayi bisa dilakukan dengan mengelus punggung. 11
  • 8. Tingkat kesadaran biasanya dinilai dengan AVPU: A : Alert (sadar penuh) V : Verbal (menjawab rangsangan kata-kata) P : Pain (bereaksi atas rangsangan nyeri) U : Unresponsive (tidak berespon) Gambar 2.1: Memeriksa kesadaran. © 2005 European Resuscitation Council. c. Panggil bantuan/aktifkan 118 Bila anda berada di luar rumah sakit maka harus segera mengaktifkan sistem gawat darurat/emergency medical system (EMS) 118. Gambar 2.2 : Panggil bantuan. © 2005 European Resuscitation Council. 12
  • 9. Cara mengaktifkan Emergency Medical System (EMS) : 1) Bila korban bereaksi atau dalam keadaan luka dan perlu pertolongan medis, segera tinggalkan korban dan cari bantuan medis lalu segera kembali untuk memastikan kondisi korban 2) Jika penolong seorang diri dan korban tidak sadarkan diri : a) Aktifkan segera sistem gawat darurat b) Ambil automated external defibrillator (AED) bila tersedia c) Segera kembali ke korban untuk melakukan RJP dan menggunakan AED bila di perlukan. 3) Jika jumlah penolong dua atau lebih, salah satu penolong mengaktifkan EMS dan mengambil AED jika tersedia.sementara itu, yang lainnya melakukan tindakan RJP. 4) Jika gawat darurat terjadi di dalam gedung/rumah sakit/tempat pelayanan kesehatan yang sudah mempunyai sistem gawat darurat sendiri, segera minta bantuan untuk melakukan pertolongan. 5) Jika korban asfiksia segera lakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP). d. Memperbaiki posisi korban dan posisi penolong 1) Posisi korban a) Supin, permukaan datar dan lurus b) Memperbaiki posisi korban dengan cara log roll/in line bila dicurigai cedera spinal 13
  • 10. c) Jika pasien tidak bisa telentang, misalnya operasi tulang belakang lakukan RJP dengan posisi tengkurap 2) Posisi penolong Posisi penolong harus di atur senyaman mungkin dan memudahkan untuk melakukan pertolongan yakni di samping atau di atas kepala korban. e. Airway control Pada orang yang tidak sadar, tindakan pembukaan jalan napas harus dilakukan. Satu hal yang penting untuk diingat adalah, bahwa dengan melihat pergerakan pipi pasien tidaklah menjamin bahwa pasien tersebut benar-benar bernafas (pertukaran udara), tetapi secara sederhana pasien itu sedang berusaha untuk bernafas. Pengkajian pada airway juga harus melihat tanda-tanda adanya sumbatan benda asing dalam mulut yakni dengan menggunakan teknik cross finger, jika terdapat benda asing dalam mulut maka harus di keluarkan dengan usapan jari atau di kenal dengan teknik finger swab (AHA, Basic live suport renewal course, 2006) Teknik yang digunakan dalam membuka jalan napas yakni dengan chin lift-head tilt dan jika dicurigai terdapat trauma cervikal dapat menggunakan teknik jaw thrust namun teknik tersebut hanya bisa dilaksanakan oleh orang yang sudah profesional atau terlatih (Tabes, 2006). 14
  • 11. Cara melakukan teknik chin lift-head tilt : 1) Teknik chin lift-head tilt a) Pertama, posisikan pasien dalam keadaan terlentang, letakkan satu tangan di dahi dan letakkan ujung jari tangan yang lain di bawah daerah tulang pada bagian tengah rahang bawah pasien (dagu). b) Tengadahkan kepala dengan menekan perlahan dahi pasien. c) Gunakan ujung jari anda untuk mengangkat dagu dan menyokong rahang bagian bawah. Jangan menekan jaringan lunak di bawah rahang karena dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. d) Usahakan mulut untuk tidak menutup. Untuk mendapatkan pembukaan mulut yang adekuat, anda dapat menggunakan ibu jari untuk menahan dagu supaya bibir bawah pasien tertarik ke belakang. Gambar 2.3 : Head tilt and chin lift. 15
  • 12. 2) Teknik Jaw thrust a) Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepala, leher dan spinal pasien tetap satu garis. b) Ambil posisi di atas kepala pasien, letakkan lengan sejajar dengan permukaan pasien berbaring. c) Perlahan letakkan tangan pada masing-masing sisi rahang bawah pasien, pada sudut rahang di bawah telinga. d) Stabilkan kepala pasien dengan lengan bawah Anda. e) Dengan menggunakan jari telunjuk, dorong sudut rahang bawah pasien ke arah atas dan depan. f) Anda mungkin membutuhkan mendorong ke depan bibir bagian bawah pasien dengan menggunakan ibu jari untuk mempertahankan mulut tetap terbuka. g) Jangan mendongakkan atau memutar kepala pasien. Gambar 2.4 : Jaw thrust. 16
  • 13. f. Breathing suport Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat selama 5 detik, paling lama 10 detik dengan cara : 1) Lihat/look Lihat lubang hidung apakah terbuka atau dalam keadaan istirahat, Perhatikan ekspansi dada menandakan ada tidaknya pernapasan. Carilah retraksi suprasternal, supraklafikular atau interkostal yang menunjukan adanya obstruksi. Cari gerakan paradoksal bagian dada manapun dan cari luka terbuka rongga thorax, perhatikan juga gerakan abdomen yang menunjukan diafragma bekerja. 2) Dengar/listen Telinga di dekatkan ke mulut korban untuk memastikan kembali bahwa ada pergerakan udara yang baik keluar dari hidung dan mulut. Dengan stetoskop, dengarkan thorax di anterior dan posterior, berikan perhatian khusus pada bagian atas dada di kedua sisi. 17
  • 14. 3) Rasa/feel Rasakan gerakan udara dari hidung dan mulut. Gambar 2.5 : Look listen and feel for normal breathing.© 2005 European Resuscitation Council. Penilain antara lain : a) Apabila pasien bernapas maka tempatkan pada posisi yang nyaman b) Apabila pernapasan tidak ada maka lakukan bantuan napas sebanyak 2 kali, dengan alat 400-600 ml dan tanpa alat 700- 1000 ml (Handley, 2004) . Bantuan napas di lakukan dengan cara : (1) Mulut ke mulut Penolong memberikan bantuan napas langsung ke mulut korban dengan menutup hidung dan meniupkan udara langsung ke mulut, namun hal ini sangat beresiko untuk di lakukan apalagi pasien yang tidak di kenal mengingat bahaya penyakit menular. Gambar 2.6 : Menutup hidung korban sedang posisi kepala tetap ekstensi.© 2005 European Resuscitation Council 18
  • 15. Gambar 2.7 : Pemberian napas dari mulut ke mulut. ©2005 European Resuscitation (2) Mulut ke hidung Paling baik di lakukan pada neonaty. (3) Ventilasi mulut ke mask Gambar 2.7: Mouth-to-mask ventilation. © 2005 European Resuscitation Council (4) Ventilasi Mulut ke bag-valve-mask Gambar 2.8: The two-person technique for bag-mask ventilation.© 2005 European Resuscitation Council. 19
  • 16. g. Circulation 1) Kaji Nadi Bantuan sirkulasi segera dilakukan bila korban mengalami henti jantung. Langkah ini dilakukan segera setelah bantuan pernafasan awal diberikan. Untuk mengetahui ada tidaknya denyut nadi, lakukan perabaan arteri carotis untuk orang dewasa dan anak serta arteri brachialis atau femoralis untuk bayi, tindakan ini dilakukan maksimal 10 detik. 2) Kompresi Dada Indikasi pada korban yang mengalami henti jantung. Lakukan dengan tehnik yang benar. Awali dengan mencari titik kompresi yakni pada tulang sternum di antara dua papila mammae pada anak-anak dan laki-laki atau dua jari di atas os xifoideus pada perempuan. Letakkan salah satu telapak tangan yang lain diatas punggung tangan yang pertama, sehingga tangan dalam keadaan pararel. Jari-jari tangan saling mengunci. Untuk mendapatkan posisi yang efektif, beban tekanan dari bahu, posisi lengan tegak lurus, posisi siku tidak boleh menekuk posisi lengan tegak lurus dengan badan korban Tekan sternum 4-5 cm untuk korban dewasa, 2-3 cm pada bayi (Drew, 2008), lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi normal Perbandingan kompresi dan ventilasi mengacu pada AHA Guidelines for CPR 2005, untuk korban dewasa 30 : 2 dengan 1 atau 2 orang penolong. Pada anak dan bayi 30 : 2 bila penolong 1 orang dan 15 : 2 20
  • 17. untuk 2 orang penolong. Kecepatan kompresi yang dianjurkan adalah 100 kali per menit. Setelah RJP dilakukan selama 5 siklus atau 2 menit, 2 penolong harus berganti posisi, ventilator berpindah pada posisi kompresor dan sebaliknya. Haws (2007) mengatakan pada bayi dengan heart rate (HR) kurang dari 60 kali permenit harus di lakukan kompresi dada. Gambar 2.9 : Letakan satu tangan pada tulang sternum antara papila mammae atau dua jari diatas os xifoideus. Gambar 2.10 : Lakukan penekanan dada sebanyak 30 : 2 21
  • 18. Indikasi dihentikannya RJP hingga kini masih menjadi perdebatan, tidak ada batasan waktu yang tegas disebutkan oleh para ahli namun beberapa hal yang menjadi pertimbangan antara lain: a) Korban telah menunjukan tanda-tanda kematian irreversible b) Sudah ada respons dari korban (ventilasi dan sirkulasi spontan) c) Ada penolong yang lebih berkompeten d) Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada respon h. Defibrillation Pada defibrillation pengkajian dengan menggunakan alat automated external defibrillator (AED) untuk mengetahui irama nadi apakah ventrikel takikardi (VT tanpa nadi) atau ventrikel fibrilasi (FV) serta memberikan kejutan listrik sehingga gangguan irama tersebut dapat kembali normal. Gangguan irama tersebut harus segera di berikan tindakan karena dapat menimbulkan kematian. Satu energi dosis dilakukan untuk defibrilasi adalah 200 joule pada bifasik dan 360 joule pada monofasik. Idealnya dilakukan setiap 10 detik (Cayley, 2006). Pada saat di lakukannya defibrillating penolong tidak bisa menyentuh tubuh korban. Pada anak usia kurang dari 1 tahun tidak bisa di lakukan defibrillation. Gambar 2.11 : Defibrilation @ AHA 2005. 22
  • 19. C. Tinjauan Umum Tentang RSUD Majene Rumah sakit umum Daerah Majene adalah satu-satunya rumah sakit di kabupaten Majene, di mana rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit type C yang terletak di daerah provinsi Sulawesi Barat. Daerah Kabupaten Majene merupakan salah satu daerah yang tergolong rawan bencana karena letak daerahnya adalah perbukitan dan lautan. Perawat yang bekerja di Rumah Sakit tersebut sebagian besar merupakan lulusan diploma tiga keperawatan, pelayanan keperawatan di rumah sakit sudah baik namun sebagian besar perawat jarang mendapatkan pelatihan-pelatihan guna pengembangan pelayanan, bahkan dalam 3 tahun terakhir tidak ada perawat yang dikirim untuk mengikuti pelatihan, sehingga ilmu-ilmu atau skill yang di gunakan jarang terupdate, apalagi dalam pelayanan keperawatan gawat darurat. Dari hasil pengamatan penulis tentang pelayanan kegawat daruratan di RSUD Majene masih banyak perawat yang belum mengetahui dan menggunakan metode America Heart Association 2005 pada pasien gawat darurat. 23