SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 19
Baixar para ler offline
FREE E-BOOK




              Free E-Book EGTS | 1
alah satu program yang telah digulirkan oleh HR Excellency selama tiga tahun terakhir
          ini adalah EQ (Kecerdasan Emosional) untuk remaja dan siswa/i di sekolah. Kami
          menyebut program ini sebagai EQ FOR YOUTH. Saat ini, telah lebih dari lima angkatan
telah dilahirkan. Saat ini, kami memfokuskan pada para siswa SMP dan SMA. Dan para peserta
yang ikutpun berasal dari berbagai latar belakang sekolah yang luar biasa: Al-Azhar, Penabur,
Sekolah Pelita Harapan, Ursula, Kanisius, Tarakanita, Sekolah Global, JIS, serta berbagai
sekolah negeri terkemuka lainnya. Bahkan, beberapa siswa yang menjadi peserta program
ini merupakan para juara olimpiade Biologi, Kimia internasional. Sungguh kami bangga bahwa
program EQ for Youth ini bisa turut memberikan inspirasi bagi pengembangan karakter rekan-
rekan kita dengan latar belakang yang begitu luar biasa dan mengagumkan.
     Saat ini, HR Excellency pun telah mulai bekerjasama dengan banyak sekolah untuk
mengadakan program ini secara tahunan. Salah satunya adalah kerjasama yang baru-baru ini
kita lakukan dengan Sekolah Kesatuan di Bogor. Kami menyebutkan EQ GOES TO SCHOOL
(EGTS).
     Terus terang, perubahan zaman telah menuntut adanya pendidikan alternatif selain
pendidikan akademik yang membuat suatu sekolah menjadi lebih unggul (keunggulan komparatif).
Nah, salah satu sekolah yang menyadari tentang hal ini adalah Sekolah Kesatuan Bogor yang
pengalaman program pengajaran EQ-nya, menjadi sumber ide untuk penulis e-book ini. Untuk
itu, terima kasih setulusnya kami sampaikan pada pihak Yayasan maupun staf pengajar di
Sekolah Kesatuan Bogor, khususnya untuk jenjang SMA-nya.
     Harapan kami, e-book yang ditulis segera setelah program terakhir yang baru-baru ini
kami lakukan bersama dengan siswa/i di Sekolah Kesatuan Bogor ini bisa memberikan inspirasi
bagaimana suatu sekolah, selain fokus pada akademiknya, juga turut mengembangkan karakter
anak didiknya. Dengan demikian, sekolah tidak hanya menciptakan para “manusia robot” yang
pintar tetapi tidak punya karakter sama sekali. Memang, EQ (Keceradasan Emosional) HANYA
salah satunya saja. Dan sebenarnya, masih banyak hal yang bisa dilakukan oleh sekolah untuk
mengembangkan karakter siswa/i nya. Dan semoga saja, e-book ini turut memberikan inspirasi
bagi sekolah-sekolah di Tanah Air kita untuk lebih peduli lagi soal pengembangan karakter anak-
anak mereka!


     —
     ­ Tim HR Excellency

2 | HR Excellency
“Jika engkau ingin hasil panen melimpah,
                    pupuk tanamannya selagi muda bertunas.”




B
         ukan cuma dalam soal mengurus ladang dan kebun saja pepatah ini berlaku. Resep
         kuno inipun juga mujarab dalam perkara membesarkan anak. Pakem yang mengatakan
         kalau    sukes   anak-anak    kita
         kelak bisa mulai dipupuk lewat
pendidikan sekolah yang bermutu sudah
diyakini banyak orangtua. Itulah kenapa
banyak orangtua yang semakin sadar untuk
menceburkan anak-anak mereka ke sekolah-
sekolah mentereng dengan harapan nantinya
anak-anak mereka bisa menjelma menjadi
manusia-manusia dengan stempel “sukses”
di dahi mereka.
   Bahkan sekarang ini, ada begitu banyak
orangtua yang saking pedulinya, sampai-
sampai mereka pun ikutan puyeng saat anak-
anak mereka mau ulangan di sekolah. Sudah bukan hal aneh lagi kalau suatu saat rekan kerja
kita di kantor tergopoh-gopoh pingin pulang cepat-cepat ke rumahnya dengan alasan “Anakku
besok ujian!”. Rasa-rasanya dua jempol saja tidak cukup kita acungkan untuk menyatakan salut
pada keperkasaan para orangtua dalam hal memberikan pendidikan yang terbaik buat anak-
anak mereka. Tapi, apakah kita benar-benar sudah yakin kalau anak-anak kita sudah dirawat
dengan dengan pupuk yang benar?
   Ngomong-ngomong soal membesarkan anak, Saya jadi ingat pengalaman pada masa-masa


                                                                           Free E-Book EGTS | 3
awal saya membuat taman di rumah. Ketika itu, paradigma saya soal tanam menanam masih
sangat polos. Di benak saya, yang namanya tanaman tinggal dicekok pupuk urea dan npk, maka
hasilnya pasti dijamin tokcer. Nyatanya, setelah keluar modal membeli pupuk urea dan npk,
yang saya dapatkan malah tanaman yang daunnya malah menguning .... bahkan nyaris mati.
Kondisi hara tanah di taman saya menjadi tidak seimbang karena unsur asamnya terlalu tinggi.
Barulah saya sadar, bahwa ada “pupuk” lain yang harus saya kelola demi mendapatkan hasil
tanaman yang hijau dan segar sepanjang waktu.
    Nah, sebagai tanaman paling ruwet di dunia, anak-anak kita pun jangan-jangan menjadi
korban paradigma pupuk yang keliru. Di benak banyak orangtua, IQ adalah pupuk wajib yang
harus dipunyai anak-anak mereka sebagai senjata utama memanen sukses masa depan mereka.
Kalau anak-anak kita bisa meraup predikat anak jenius atau anak pintar, maka kontan kita
sebagai orangtua bakal merasa bangga. Dengan mantapnya orang tua akan bersabda kepada
anaknya, “Kalau engkau pintar, pasti sukses gampang diraih!” Tapi, faktanya ternyata tidak
sesederhana itu.




    Seorang wartawan New York Times dari Amerika sengaja mengumpulkan
beragam data riset dan survei psikologis dari berbagai penjuru dunia untuk
membuktikan hubungan antara IQ dengan sukses seseorang. Dari hasil
peneropongannya yang komprehensif itu, sang wartawan ini lantas menelurkan
fakta yang menggemparkan dunia : “IQ tidak menjamin sukses orang!” Nama
wartawan ini adalah Daniel Goleman, sang penulis buku fenomenal : Emotional
Intelligence, why it does matter more than IQ.
    Dan sejak momentum itulah, orang mulai mengendus kehadiran “Quotient”
lain yang bahkan lebih dahsyat ketimbang IQ, yakni EQ (Emotional
Quotient): Sebuah jenis kecerdasan manusia untuk mengenali dan mengolah
dinamika emosinya dalam berinteraksi dengan orang lain (termasuk berinteraksi
dengan diri sendiri juga). Dan EQ inilah yang kemudian ditenggarai sebagai biang sukses
yang porsinya lebih besar ketimbang IQ. Uniknya, banyak kisah orang-orang yang IQ-nya tidak
seberapa, tapi mereka justru bisa melesat sukses berkat EQ mereka yang tinggi.
    Kalau cuma sekedar menyandang predikat “pintar dan jenius”, anak-anak malah beresiko
tidak bisa mengenyam kehidupan emosional yang harmonis dengan orang lain. Mereka ini memang
mumpuni dalam hal pengetahuan eksakta, namun bisa jadi mereka sangat gagap dalam hal
bergaul. Ujung-ujungnya mereka ini muncul sebagai figur yang angkuh, menjaga jarak dengan
orang, sulit lebur saat diajak ngobrol ngalor ngidul, gampang mengeluh dan mengkritik, serta



4 | HR Excellency
tidak punya daya tahan tangguh menghadapi rintangan. Pendek kata, orang-orang yang sekedar
“pintar” saja bisa jadi nasibnya berakhir sebagai orang yang tidak menyenangkan.
    Celakanya, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi masih belum bisa “all out” dalam
mengejawantahkan EQ dalam kurikulumnya. Porsi takaran IQ masih mendominasi content
pengajaran di ruang kelas. Dampaknya, sampai dengan detik ini jebolan-jebolan sekolah
dan perguruan tinggi masih berat sebelah, alias mereka siap untuk bekerja, tapi tidak siap
untuk “hidup”. Mereka cekatan membaca makalah, namun bingung di saat harus bisa
“membaca” orang. Mereka sigap mengerjakan tugas, namun mengalami kepusingan di saat
harus bernegosiasi. Bisa dibayangkan apa jadinya sebuah organisasi atau keluarga yang didiami
orang ber-EQ rendah.
    Bagaimana dengan keluarga Anda? Yakinkah bahwa anak-anak Anda sudah dipersenjatai ilmu
EQ yang memadai untuk menyusun masa depannya? Atau jangan-jangan selama ini unsur hara
anak-anak Anda tidak seimbang karena terlalu gencar diberikan pupuk IQ namun tidak pernah
menenggak vitamin EQ sedikitpun?




                       	   Tahukah kamu soal kisah Willaim James Sidis. Dia dianggap
                       sebagai salah seorang genius yang pernah hidup di muka bumi ini. Konon,
                       dikabarkan IQ-nya mencapai 250 hingga 300. Wah, sungguh IQ
                       yang menakjubkan. Bayangkan saja, IQ 140 saja sudah dianggap hebat,
                       apalagi sampai 250.Bahkan, dikatakan si Wliiam Sidis ini sampai sudah bisa
                       baca New York Times di usia 2 tahun. Bayangkan, di usia 2 tahun, kamu
                       baru bisa ngapain aja? Namun, dalam perkembangannya, William
                       mulai berubah. Ia sering mengasingkan diri, ia pun tidak punya banyak
                       teman bahkan dalam berbagai pembicaraan seringkali ia memaksakan
kehendaknya (mungkin karena ia merasa dirinya pintar). Seperti apakah akhir hidupnya?
Ternyata orang yang begitu pintar, hidupnya harus berakhir dengan tragis. William akhirnya
meninggal di usia 46 tahun dalam kondisi miskin, menganggur dan terasing. Dan
ia sendiri, tidak pernah menyelesaikan studinya. Sungguh mengenaskan bukan?
	     Nah, kisah William James Sidis harusnya jadi pelajaran buat kita. Selama ini mungkin kita
seirngkali terpaku untuk mengejar anga-angka dan ranking di sekolah. Hal itu tidaklah buruk
tetapi jangan sampai kehidupan Kecerdasan Emosional kita jadi terbelakang.
Jangan menjadi seperti William James Sidis yang begitu pintar namun terasing dan akhirnya
dikucilkan. Tetapi, eits ... jangan juga langsung berkata, “Kalau begitu aku nggak butuh
sekolah!”. Itupun salah juga. Kita membutuhkan keseimbangan antara IQ kita dan



                                                                               Free E-Book EGTS | 5
EQ kita. Jadilah remaja yang seimbang. Yakni antara prestasi akademik dengan kemampuan
EQ Anda. Itulah yang pas. Jangan sampai hanya berat sebelah. Sanggupkah kamu meraihnya?
Itulah tantanganmu. Jadilah remaja yang pintar tetapi juga gaul. Mungkin nggak ya? Siapa
bilang nggak mungkin?
(Dikutip dari buku: “101,5 Inspirasi Keceradasan Emosional Bagi Kaum Muda” karya Anthony Dio Martin
diterbitkan oleh Penerbit Raih Asa Sukses, 2011)




                                                      Itulah kenapa, kami melalui lembaga HR
                                                   Excellency memiliki passion yang tinggi untuk
                                                   menyebarluaskan EQ di Indonesia. Selama lebih
                                                   dari 8 tahun, kami keluar masuk perusahaan
                                                   dan membuka seminar publik untuk membuat
                                                   masyarakat Indonesia lebih akrab dengan EQ.
                                                   Tapi, setelah sekian lama men-sharingkan EQ di
                                                   Indonesia, lambat laun kami sadar bahwa selama
                                                   ini yang kami tangani hanyalah orang-orang
                                                   dewasa yang seringkali sudah terlanjur melewati
                                                   masa muda mereka dengan cara yang keliru.
                                                   Itulah titik dimana kami teringat kembali pada
pepatah bijak : “Jika engkau ingin hasil panen melimpah, pupuk tanamannya
selagi muda bertunas.”
    Inilah yang kemudian mendongkrak semangat kami untuk membuat gebrakan baru dengan
membuka kelas workshop khusus untuk para remaja usia SMP sampai dengan usia kuliah lewat
program dahsyat EQ for Youth dan EQ Goes to Campus. Di sini kami merancang
kelas workshop EQ yang tiap angkatannya terdiri dari 25 sampai dengan 35 peserta remaja.
Dengan setelan modul dan metode delivery materi yang khusus di tuning untuk anak-anak
muda, akhirnya kami berhasil menyuntikkan EQ kepada orang-orang muda Indonesia. Dalam
workshop ini, kami membuka gembok mental para remaja, dan meng-instal paradigma baru
akan pentingnya ketrampilan EQ dalam kehidupan mereka. Lalu, EQ para remaja ini ditempa
melalui empat tahapan pembelajaran, yakni tahapan Emotional Awareness (penyadaran
emosional), Emotional Acceptance (penerimaan emosional), Emotional Affection
(hubungan emosional), dan Emotional Affirmation (penguatan emosional).Dengan kombinasi
metode sharing verbal, simulasi, refleksi, dan kerja tim – para peserta digodok untuk menemukan


6 | HR Excellency
kesejatian pribadi mereka, sekaligus bisa
                                              terinspirasi untuk berkontribusi kepada orang-
                                              orang di sekitar mereka.
                                                  Mereka diajak untuk melihat ulang kembali
                                              makna hubungan mereka dengan keluarga dan
                                              komunitas mereka sehari-hari. Dan di akhir
                                              sesi, seluruh pembelajaran diikat dalam simpul
                                              penguatan emosional yang membuat passion
                                              mereka semakin membara dalam mengejar
                                              tujuan hidup mereka.
                                                  Hasilnya pun luar biasa. Banyak peserta,
                                              termasuk orangtua mereka yang segera bisa
                                              mencecapi perubahan yang muncul pasca
                                              workshop ini. Beberapa peserta yang tadinya
                                             punya problem dengan kepercayaan diri mereka,
berangsur-angsur bisa membangun kemantapan dirinya. Bahkan sampai ada salah satu orangtua
yang terheran-heran,
   “Seumur hidup anak saya tidak pernah membuatkan saya kopi. Tiba-tiba saja tak lama
sesudah anak saya selesai dengan camp EQ, dia dengan entengnya masuk ke dapur dan
menyuguhkan saya secangkir kopi di saat lelah-lelahnya saya pulang kerja. Begitu terharunya
saya, sampai-sampai tanpa terasa air mata saya menetes ke dalam cangkir kopi itu ......”
   Menyadari sukses itu, kami pun masuk ke tantangan berikutnya, yakni turun langsung
bekerjasama dengan sekolah untuk menggelar workshop EQ dengan jumlah peserta siswa yang
lebih banyak. Dan lahirlah program spektakuler EQ Goes to School!
   Misalkan saja, di bulan September 2011 lalu, HR Excellency bekerja sama dengan
Yayasan Sekolah Kesatuan Bogor membuka event “EQ Goes to School” (kami
menyingkatnya menjadi EGTS), dengan peserta sekitar 140-an remaja kelas X (SMA kelas satu)
yang diadakan dalam dua batch, dengan 70-an siswa setiap kloternya. Masing-masing angkatan
kelas EGTS ini diadakan selama dua setengah hari di kawasan Puncak, sebagai bagian dari
rangkaian gerakan nasional EQ for Nation yang sudah dihembuskan oleh HR Excellency sejak awal
tahun 2011 ini. Dan semua siswa pesertanya bisa mengikuti camp ini tanpa dipungut biaya
sepeserpun dari pihak sekolah sebagai bukti kepedulian Sekolah Kesatuan akan pentingnya
pembangunan karakter siswa.




                                                                            Free E-Book EGTS | 7
Jujur saja, walaupun HR Excellency sudah katam dengan urusan Workshop EQ selama hampir
10 tahun, seringkali kami “deg-degan” juga dengan kelas EGTS ini (EQ Goes to School). Pasalnya,
selama ini kami jarang menggagas paket workshop EQ penuh yang sifatnya massal dengan para
siswa sekolah. Kalaupun di lingkungan sekolah kami seringkali memboyong paket training EQ
yang lengkap, itupun pesertanya biasanya adalah para guru-gurunya. Arena Training EQ dengan
jumlah massal para siswa jarang kami jejaki mengingat tingkat kesulitan men-training remaja-
remaja tanggung cukup tinggi. Tingkat konsentrasi dan kedalaman yang bisa dicapai dengan
peserta para pelajar sangatlah tidak bisa diprediksi. Tanpa modul dan metode yang ampuh,
workshop EQ untuk remaja dalam jumlah banyak hanya akan berakhir sebagai sesuatu yang
generik dan hambar di mata remaja.
    Bersyukurnya, kami memiliki pengalaman yang lebih dari cukup dengan lima kali event
camp EQ for Youth yang sudah kami adakan, walaupun di event itu jumlah maksimal pesertanya
biasanya berkisar 30 orang. Kami sungguh menyadari bahwa peta “peperangan” dengan peserta
                                              30 orang akan sangat berbeda bila pesertanya
                                              70-an orang. Ekologi dan atmosfernya tidak
                                              sama, sehingga membutuhkan persiapan yang
                                              lebih matang.
                                                  Karena itulah, kami memeras keringat otak
                                              dan hati kami untuk meramu metode dan model
                                              pelatihan EQ yang sedikit berbeda untuk bisa
                                              merangkul para siswa ini. Istilahnya, sebagai
                                             para pendekar EQ - kami harus naik gunung dulu
mengasah keris kesaktian kami demi kesuksesan acara ini.
    Dan hasilnya ... sungguh di luar dugaan kami. Ledakan antusiasme dan inspirasi nyata sekali
terpancar dari para siswa Sekolah Kesatuan selama sesi demi sesi pelatihan ini. Mereka begitu
totalnya mengikuti alur pelatihan, membuka diri penuh terhadap setiap tusukan inspirasi yang


8 | HR Excellency
ada. Di sesi-sesi yang ringan mereka bisa tertawa begitu renyahnya. Dan air mata merekapun
bisa tumpah bersama saat mengarungi sesi-sesi refleksi yang dalam. Bahkan mereka yang tadinya
merasa terpasung harus ikut camp jadinya malah berbalik ketagihan dan minta lagi. “Kak, aku
minta remedial, supaya nanti bisa ikutan lagi! Pleaseeeee ...!” Itu celotehan mereka saat
detik-detik akhir pelatihan. Ada juga yang ngomel-ngomel merasa waktunya kurang, “Kak, gak
mau pulangggg! Tambah 2 minggu lagi!”
    Terbayar juga tetesan keringat kami. Melihat wajah-wajah siswa yang luar biasa selama
pelatihan membuat kepala kami serentak tertunduk bersyukur kepada Tuhan. Bukan cuma itu
saja, hati kami bahkan dibuai lebih dalam membaca seruan-seruan spontan mereka di milis
facebook ataupun BBM, diantaranya :

•	 “Pas EQM gw banyak banget belajar di sana,pas pulang dari sana hubungan gue sama orang
   tua juga bisa lebih deket dari sebelumnya, gue mo bilang makasih buat smua motivator
   yang udah ngasih banyak pelajaran buat gue waktu EQM Kemaren.”
•	 “Setelah EQM saya jd lebih sabaran hahahaa.”
•	 “Ingin berbuat lebih untuk orang tua...”
•	 “Sepulang dari EQM, gue merasa banyak banget perubahan sama ortu.. Termasuk mama
   menjadi lebih dekat dgn canda-tawanya. Thank’s a lot EQM !!”
•	 “Abis EQM sadar banget kalo hubungan keluarga gue perlu diperbaikin,dan hari ini gue udah
   melakukan sesuatu yg beda yg menurut gue WOW.”
•	 “Sebelum gue ikut EQM, gue sempet mikir buat apa sih ikut beginian? Tapi ternyata abis
   ikut EQM, masih mau tambah hari lagi. makasih ya semuanya.”
•	 “Dulu waktu SD sampai SMP gue suka minder karna gue ga bisa ngomong “R”,gue pengen
   sama kaya orang lain yang bisa ngomong “R”,semenjak gue ikut EQM gue sadar ngapain gue
   harus minder,karna semua org punya kelebihan dan kekurangan.”

    Membaca semua curahan tulus dari mereka ini benar-benar membakar sumbu semangat
kami. Akhirnya dengan resmi kami menyatakan kelas EQ Goes to School kali ini sukses mencetak
goalnya. Harapan kami sederhana sekali, sekalipun tidak semuanya peserta akan berubah
drastis, paling tidak di Sekolah Kesatuan kelak akan muncul sosok-sosok remaja bersahaja yang
bisa sejengkal lebih baik dalam hal-hal yang sederhana untuk mengubah dunianya menjadi
lebih baik.




                                                                            Free E-Book EGTS | 9
S
          eringkali, kami ditanya oleh pihak sekolah maupun oleh pihak orang tua. Apa sih
          sebenarnya EQ (Kecerdasan Emosional) serta apa sih target dari pengajaran EQ bagi
          siswa/i di sekolah? Maka, secara singkat, dapat kami rumuskan bahwa tujuan dari
          pembelajaran EQ GOES TO SCHOOL sebenarnya adalah:

   •	   Menyeimbangkan Kemampuan IQ dengan EQ
   •	   Membuat Remaja lebih berani mengekspresikan dirinya
   •	   Mengajarkan kemampuan sosialisasi secara sehat
   •	   Menjadi lebih sadar dan peka dengan pengaruh-pengaruh negative
   •	   Menjadi lebih mahir dalam mengendalikan emosi-emosi mereka yang cen­
        derung merusak
   •	   Membuat menjadi lebih percaya diri
   •	   Mengajarkan kemampuan untuk berpikir panjang sebelum bertindak
   •	   Membuat para remaja lebih mampu untuk megatasi dan menyelesaikan
        masalahnya secara sehat
   •	   Membuat para remaja respek dengan orang tua serta mampu membina
        hubungan yang lebih baik dengan keluarganya
   •	   Meningkatkan ketrampilan social para remaja
   •	   Mendampingi para remaja dalam mengatasi masalah dan problem hidupnya

   Semua target ini memang kelihatannya bombastis dan ambisius. Tetapi, dilihat dari
pengalaman serta hasil yang telah kami capai selama ini, kelihatannya target ini tidaklah
terlalu ambisius. Bahkan, ada lebih banyak lagi poin-poin hidup yang diperoleh para siswa/i ini
sepulangnya dari workshop ini.
   Namun, kami selalu percaya bahwa semua yang dipelajari selama workshop bisa sia-sia
belaka jika lingkungannya tidak mendukung. Karena itulah, sepulang dari workshop kami
selalu me-wanti-wanti para orang tua dan gurunya untuk menjadi partner yang ‘baik”
dalam mengembangkan EQ anak-anak mereka. Karena itulah, kami biaanya juga memberikan
beberapa tips, baik kepada para orang tua maupun kepada para guru.



10 | HR Excellency
N
           ah sekarang, Bagaimana dengan anak-anak Anda? Apakah mau menunggu “daun
           mental” anak-anak menguning atau bahkan busuk sehingga membuat Anda panik
           menyelesaikan seabrek masalah emosional mereka? Atau Anda memilih untuk
           memupuk EQ Anak Anda selagi muda bertunas? Pilihan ada di tangan Anda: mau anak
Anda sekedar “pintar”, ataukah Anda berhasrat membesarkan anak yang “pintar” sekaligus
“bijak”?
                                 Kadang-kadang, kami memang mendapatkan pertanyaan:
                                  “Pak, bagaimanakah yang bisa kami lakukan untuk
                                      mengembangkan kemampuan kecerdasan emosiona
                                        anak kami?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
                                             ada beberapa langkah yang kami sarankan!

                                              1.	 Jadilah contoh dulu. Sebagai
                                               orang tua, pertama-tama Anda harus memberikan
                                               contoh. Beri contoh cara pengelolaan dan
                                               penataan emosi, baik pengendalian diri maupun
                                              cara berinteraksi dengan orang lain. Ingat, mata
                                              mereka akan terus mengawasi Anda. Iya dong...
                                             bagaimana Anda mengharapkan anak Anda bisa
                                        punya kecerdasan emosional yang tinggi, kalau Anda
                                      sendiri tidak mencoba melatihkan untuk Anda.

                                2.	 Jadilah teman. Anda sendiri sebagai orang tua,
       rajin-            rajinlah membaca buku-buku yang terkait dengan pengembangan diri.
       Dan kalau ada waktu bicarakan atau omongkan. Tetapi, tips dari kami adalah: jangan
       terlalu menggurui. Baru-baru ini, kami mendapat seorang remaja yang orangtuanya
       pebisnis sukses dan suka menjejali dengan ilmu manajemen yang membuatnya malas
       ngobrol dengan orang tuanya. Niatnya memang baik, tetapi cara orang tua itu keliru.
       Bicarakanlah seperti seorang teman.


                                                                            Free E-Book EGTS | 11
3.	
      Gunakan hipnotic persuasion. Tahukah Anda, Anda bisa menggunakan
        teknik hipnosis yang bisa dipakai untuk mempengaruhi anak Anda tanpa ia ketahui.
        Caranya? Salah satunya adalah dengan bercerita. Betul, ingatlah cerita merupakan
        teknik persuasi yang ampuh. Anak-anak kita tidak akan pernah menolak cerita. Nah,
        gunakanlah cerita-cerita baik dongeng maupun kisah nyata untuk mempengaruhi pikiran
        anak Anda dan menanamkan nilai-nilai yang positif.

    4.	
      Kreatif mengaitkan. Setiap kali ada kejadian, peristiwa, berita ataupun hal-hal
        yang terjad disekitar kita, hal itu bisa kita jadikan sebagai cantelan untuk mengajarkan
        sesuatu. Misalkan saja, membahas perampokan yang baru saja terjadi di depan rumah.
        Hal ini bisa Anda selipkan bahwa “Perampok itu tekun, perencanaan matang dan sabar
        mengintai. Hanya saja, sayangnya, semua sifat baik itu dipakai untuk melakukan hal
        yang jahat!”.

    5.	
      Terapkan rumus 3L. 3 L adalah singkatan dari Listen-Label-Limit. Jadi
        inilah yang mesti Anda lakukan tatkala Anda punya problem dengan perilaku anak
        Anda di rumah. Ada baiknya, Anda mulai bertanya dan mencoba mendengarkan apa
        yang sebenarnya (LISTEN). Setelah itu bantu dia untuk mengklarifikasikan apa yang
        sebenarnya terjadi serta bagaimana perasaan Anda sebagai orangtua terhadap kejadian
        itu (LABEL). Lantas, pembelajaran berikutnya adalah mengajarkan apa yang pantas dan
        seharusnya dilakukan (LIMIT).

    6.	
      Anakmu bukanlah karyawanmu. Banyak orang tua yang sukses di bisnis
        dan ketika di rumah, memperlakukan anaknya seperti karyawannya, staffnya. Ingatlah,
        ketika di rumah, ya jadilah sebagai ayah dan ibu, bukan jadi pimpinan. Berbicaralah
        seperti seorang ayah-ibu dengan anaknya, bukan kepada karyawan. Gunakan bahasa,
        intonasi dan gesture yang lebih hangat. Bahkan sebenarya dengan karyawanpun, kita
        tidak boleh seenaknya. Jadi, bersikapnya santai dan jangan terlalu ‘jaim’ (jaga image)
        seperti Anda sedang di kantor. Ingatlah, ini di rumah, bukan lagi di kantor.

    7.	
      Kreatiflah berkomunikasi. Banyak orang tua yang tidak kreatif. Nanyanya
        hanya yang itu-itu saja, “Besok ada ulangan? Besok ada PR? Kamu sudah tidur? Kamu sudah
        belajar?”. Sangat tidak kreatif dan membosankan! Lain kali, kalau Anda ingin anak Anda
        lebih komunikatif, cobalah lebih kreatf dalam mengajaknya berbicara. Obrolkan hal-hal
        yang lebih menarik, gali dan tanya kepadanya. Bangun pembicaraan yang kreatf, fun
        dan menyenangkan, bukan yang “itu-itu saja”

    8.	
      Tunjukkan afeksi.                 Jangan terlalu jaim untuk menunjukkan emosi dan
        perasaan Anda. Tatkala Anda merasa sedih, cinta dan senang, mengapa tidak belajar
        mengekspresikannya di depan anak? Misalkan belajar mengeskpresikan cinta kita kepada

12 | HR Excellency
pasangan kita di depan anak. Ataupun menunjukkan kerentanan perasaan kita saat
  misalnya ada anggota keluarga yang meninggal ataupun sakit, bukanlah hal yang terlalu
  tabu untuk diekspresikan. Anak belajar bahwa, ‘It’s okay to show your emotion”. Coba
  dengar apa yang pernah dikatakan oleh seorang peserta anggota EQ for Youth, “Untuk
  pertama kalinya kami konek secara emosi, waktu kakek meninggal. Saat itu, aku melihat
  papa yang biasanya tegar, duduk menangis. Dan aku memeluk papa dan kami menangis
  bersama. Itulah kenangan perasaan kami yang tak akan pernah terlupakan”.

9.	
  Mainkan “rem” dan “gas”. Sebagai orang tua, rem adalah “ketegasan”
  kita saat anak membuat kesalahan. Dan gas adalah “pujian” kita. Nah, remaja yang
  sehat membutuhkan ketegasan dan pujian dari kita, orang tuanya. Jangan menjadi orang
  tua yang hanya marah-marah, tanpa pernah mengapresiasi. Tapi, jangan pula menjadi
  orang tua yang hanya membiarkan tanpa melatih disiplin dan ketegasan. Mainkan kedua
  hal ini dalam interaksi dengan anak kita.

10.	 Support EQ anak Anda. Betul! Mulai sekarang support pengembangan
  EQ, karakter anak Anda sebelum terlambat. Hal ini bisa dimulai dengan membelikan buku-
  buku pengembangan diri, motivasi. Misalkan saja, di HR Excellency, kami menerbitkan
  buku “101,5 inspirasi Kecerdasan Emosional bagi Kaum Muda”. Ini adalah salah satu
  buku yang kami rekomendasikan. Dan seperti yang telah dijelaskan diawal, ada pula
  program Kecerdasan Emosional yang bisa diikuti oleh anak muda. Program ini biasanya
  diselenggarakan pada saat liburan. Terus terang, dari pada masa liburan anak Anda
  dihabiskan dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, lebih baik diinvestasikan untuk sesuatu
  yang akan berguna “seterusnya” bagi masa depannya. Apabila Anda ragu-ragu dan ingin
  tahu banyak mengenai program ini, Anda boleh berkonsultasi dan ngobrol dengan para
                                          di HR Excellency
  fasilitator kami (Mbak Dian, Mbak Fanny ataupun Mbak Fina)
  dengan menelpon 021-3518505 ataupun 021-3862521.




                                                                        Free E-Book EGTS | 13
B
           erikutnya, bagaimana dengan para guru? Apakah yang bisa dilakukan oleh para guru
           di sekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosional para siswanya?



    1.	
      Jangan jadi guru sejarah, tapi jadilah tour guide. Yang merasa
        guru sejarah, jangan marah dulu ya! Tapi maksudnya begini. Mengapa kalau kita ikut
        tour dan dijelasin sama si tour guide, kok nggak merasa bosan dijelasin panjang lebar
        soal sejarah dan pernak-pernik masa lalu. Jawabannya sederhana, karena dijelaskan
        dengan cara yang menarik. Nah, saya pernah punya guru sejarah yang seperti itu.
        Belajar sejarah jadi menarik. Tapi kok tiba-tiba jadi ngomongin sejarah? Nah, kalau
        digeneralisasi sebenarnya pelajaran apa pun bisa menarik kalau diceritakan, diajarkan
        dengan ‘hati’ dan dengan berbagai gaya yang menyenangkan. Guru, bukan saja harus
        menarik dari sisi logika (kelihatan pintar) tetapi dari sisi emosionalnya juga dong (siswa
        akan bilang, “Asyik ya pelajarannya!”).

    2.	
      Jadilah “kuping” bagi siswa/i di sekolah.                              Banyak murid tidak
        punya tempat curhat. Akibatnya, mereka curhat pada temannya yang setali tiga uang
        alias sama-sama nggak tahu. Akibatnya? Banyak yang makin tersesat (lha orang buta
        menuntun orang buta). Karena itu, terkadang, guru perlu dekat dan menjadi kuping bagi
        siswa untuk curhat dan cerita. Banyak guru yang terlalu jaim dan jaga jarak. Padahal,
        jaman sekarang sistem dan pendekatan sudah berubah. Tidak zamannya lagi, guru-guru
        yang killer. Justru, siswa butuh guru yang bisa mendengarkan. Masalahnya, terkadang
        di rumah, mereka tidak ada yang mendengarkan. Kasihan lho!

    3.	
      Jangan marah, tetapi tegaslah dengan prinsip 3S. Bedakan
        antara “MARAH” dengan “TEGAS”. Guru jangan suka marah-marah, tetapi berusahalah
        TEGAS. Bedanya adalah ketika Anda bersikap tegas, maka Anda sedang menegakkan
        suatu prinsip kepada Anak. Karena itu, cara terbaik ketika bersikap tegas adalah
        menggunakan prinsip 3S: “Saat kamu......saya merasa.....saya ingin.....”


14 | HR Excellency
4.	
  Fokus pada kelebihan, bukan kekurangan.                                Saat ini sedang
  berkembang konsep psikologi positif. Psikologi ini mengatakan bahwa jauh lebih mudah
  mengembangkan anak demi masa depan dengan berfokus pada kelebihannya daripada
  terus-menerus memarahi kekurangan mereka. Anak yang terus-menerus dipersoalkan
  kekurangannya bukannya tambah pede, tapi malah tambah minder. Ingatlah dengan
  pepatah, “Kemana kamu memuji, kesanalah ia akan menjadi...”. Jadi, kemanakah Anda
  memuji murid Anda?

5.	
  Ingat, ada label di “PRESIDEN” di atas kepala mereka.
  Jangan bingung! Masih ingatkah bahwa Barrack Obama ternyata adalah salah satu murid
  ceking hitam yang pernah bersekolah di sekolah Menteng. Pernahkah gurunya menyangka
  bahwa salah satu muridnya disana akan menjadi Presiden negara no 1 di dunia? Nah,
  mulai sekarang pikirkanlah bahwa murid yang Anda ajari suatu ketika akan menjadi
  presiden, menteri, dokter, direktur, dll. Bersikaplah baik kepad mereka. Jadinya teman
  bagi mereka!

6.	
  Jadilah motivator mereka. Banyak siswa yang pandai tapi kurang motivasi.
  Bukan hanya orang bekerja yang butuh motivasi, siswapun butuh motivasi. Nah, pernahkah
  nda menyelipkan kata-kata dan pepatah yang mmbangkitkan semangatdan gairah hidup
  mereka. Saya ingat sekali kalimat motivasi guru saya yang mengubah hidup saya, “Orang
  berubah karena tiga hal. Buku yang kamu baca, apa yang kamu pikirkan setiap hari. Dan
  dengan siapa kamu bergaul”. Ternyata guru saya mengutip dar Orison Swett Marden.
  Tapi, kalimatnya tidak pernah saya lupakan. Jadi, selain mengajar, jadilah motivator
  bagi mereka.

7.	
  Apa yang akan mereka kenang tentangmu? Baru-baru ini saya
  pulang menemui bekas guru saya yang begitu mengesankan. Ia guru bahasa Inggrisku yang
  begitu luar biasa dedikasinya. Saya merasa sukses saya, banyak disebabkan oleh beliau.
  Bahkan saya masih ingat ketika mantan PM Singapura Goh Cok Tong di hari ultahnya,
  pernah menghadirkan gurunya yang bgitu berkesan dalam hidupnya. Nah, maukah kita
  menciptakan suatu kenangan indah bagi siswa kita. Pikirkan apakah hadiah terindah
  yang bisa kita berikan buat mereka!

8.	
  Tidak apa-apa kelihatan bodoh di depan anak didik. Banyak
  guru terlalu jaim. Padahal guru juga manusia. Ketika tidak tahu, katakan ketidaktahuan
  kita. Ketika salah, akui kesalahan kita. Murid kita cukup pemaaf kok, ketika kita justru
  menunjukkan ‘kerentanan’ kita. Kadang, tidak apa-apa jika kita kelihatan seperti badut,
  tidak apa-apa jika humor kita tampaknya tidak lucu, tidak apa-apa jika kita menangis
  karena karangan yang begitu indah dari siswa kita. Justru saya masih ingat, kelas kami


                                                                        Free E-Book EGTS | 15
pernah mengumpulkan uang untuk anak guru kami yang sakit. Awalnya, ia menolak
        menerima. Tapi ketika kami betul-betul mengatakan ketulusan kami membantu, si guru
        itu menangis di kelas. Kami semua menangis pula. Dan, dua puluh tahun kemudian,
        ingatan itu menjadi ingatan yang luar biasa tentang ketulusan guru tersebut.

    9.	
      Dekatlah secara personal.                   Memang siswa/i kita terlalu banyak untuk
        didekati secara personal. Tetapi, selama ada niat, kita bisa mendekati mereka. Lebih-
        lebih kepada yang lebih bermasalah dan punya problem. Celakanya, banyak guru lebih
        suka dekat dan sayang dengan yang pintar dan hebat. Tetapi, justru yang bodohlah yang
        sebenarnya butuh pendampingan. Pengalaman kami juga membuktikan bahwa banyak
        siswa yang tampak bodoh sebenarnya bukanlah bodoh tetapi punya masalah di rumah.
        Jadi, mereka butuh didampingi dan dibantu.

    10.	 Buatlah program EQ!                    Banyak sekolah mulai merancang pendidikan
        karakter. Biasanya siswa punya program “live in”, tinggal bersama dengan orang
        miskin. Program retret ataupun program pesantren kilat, dll. Ini adalah program dimana
        pendidikan EQ bisa ditanamkan bersama-sama dengan pendidikan rohani. Guru-guru
        bisa membuat program sendiri dan menciptakan program ini bagi siswa/i mereka.
        Masalahnya, banyak guru yang MALAS untuk melakukannnya dengan berbagai alasan.
        Atau, apabila tertarik, seperti yang telah dilakukan oleh Sekolah Kesatuan baru-baru
        ini, bisa bekerjasama dengan tim fasilitator EQ FOR Youth untuk menyelenggarakan
        program EQ GOES TO SCHOOL. Apabila Anda seorang guru, kepala sekolah dan ingin tahu
        lebih banyak mengenai program ini, Anda boleh berkonsultasi dan ngobrol dengan para
        fasilitator kami (Mbak Dian, Mbak Fanny ataupun Mbak Fina) di HR Excellency dengan
        menelpon 021-3518505 ataupun 021-3862521.



        Akhir kata, kami lampirkan berbagai komentar positif dan pikiran dari rekan-rekan muda
        setelah mereka mengikuti program EQ GOES TO SCHOOL SMA Sekolah Kesatuan Bogor
        yang baru saja kami lakukan:




16 | HR Excellency
Rinela, kelas X-1




Selama mengikuti egts luar biasa bgt, gak ada yang namanya garing, gak nyesel kalo ikut
  egts. Materi yang gue suka yaitu tentang tips sukses dan lebih mendekatkan diri pada
                    keluarga. Setelah ikut egts ini, gue bisa mengendalikan emosi gue.
                                                               Cemungutthh, jemaah.....


                  Tommy Hansen, SMA Kesatuan, kelas X.
                  Perasaan saya selama mengikuti egts, saya sangat senang dan acaranya seru sekali, karena
                  materi yang disampaikan sangat bermanfaat. Bagi saya pokoknya gak bosen karena banyak
                  game yang seru-seru. Dan materi yang paling saya sukai yaitu saat mempelajari emosi yang
                  ternyata emosi kita dapat dikontrol oleh amygdala kita sendiri. Perubahan yang saya alami
                  setelah ikut egts, saya dapat membedakan emosi yang negatif dan positif, dan saya dapat
                  mengubahnya menjadi suatu rangkaian besar untuk meraih kesuksesan.


                                                                         Halimun, kelas X- 2
 Kesan saya egts seru banget, apalagi fasilitator dan trainer-trainernya gila, kalo misalnya
  ikut disana, udah deh urat malu putus! Pokoknya pengen nambah 2 minggu lagi! Materi
 yang berkesan yaitu waktu diajarin emosi yang ada di otak kita, dan waktu diajarin bahwa
    kita bisa mengikuti nurani kita tanpa harus ngikutin apa yang disuruh orang. Perubahan
      setelah ini, jadi lebih ceria dan berpikir positif, trus sama orang tua juga makin deket,
                  sama adek juga sayang, sama temen-temen juga gak terlalu nge-bully lagi.
                                               Salam kesatuan ... cemunguutthh semuanya ....

                                                                                              Free E-Book EGTS | 17
nadya paramitha, kelas X-1
Gue pertama kali ngebayangin bakal bosen, ternyata enggak, justru seru banget! Set-
elah ikut acara ini gue jadi PD banget dan gak minder dengan kekurangan gue, yaitu
gue gak bisa “dengar”, justru sekarang gue bangga dengan apa adanya gue, dan gue
 udah gak minder setelah tau ada beberapa tokoh yg punya kekurangan tapi mereka
             bisa menutupi kekurangan mereka dengan kelebihan mereka. Semangat!




                       edwin, SMA Kesatuan, kelas X.
                       Acara egts ini bagus bgt buat anak bangsa, penyampaian materinya sangat bagus dan
                       mudah dipahami oleh kita -kita. Gw pengen acara ini dikembangin dan dilanjutin agar
                       anak bangsa menjadi lebih baik. Materi yg gw sukain yaitu ternyata kita bisa mengelola
                       emosi kita menjadi energi positif. Sejak gw ikut acara egts ini perubahan yg gw alami
                       gw jadi lebih yakin dan PD, gw akan sukses dan meraih cita-cita gw dan membuat ortu
                       gw bangga, pesan gw jadilah diri lu dan jadilah lebih baik!




                                                                            nicole, kelas X-4
Gw sempat gak naik kelas, dan gw merasa gw jatoh bgt, tapi sejak ikut egts ini gw lebih
                     percaya diri, dan gw sadar bahwa gw harus bangkit dan maju terus!




                     wildan ramadhan, SMA Kesatuan, kelas X.
                     kesan gw.. lu rugi kalo lu gak ikutin, gw ngerasa ini pelajaran berharga buat gw, banyak hal
                     yg gw anggaps epele tryata itu buat hidup lebih baik, contohnya menyapa ortu




                                                   dharma surya, SMA Kesatuan, kelas X.
      awalnya biasa aja, bosen,ngatuk, dsb. setelah ikut ini lu jadi tau apa yg akan terjasdi
  kedepannya sam lu, cita-cita, bahkan ortu lu yg gak pernah lu sapa, lu curhat ke mereka
lah.gw sampai nangis waktu baca curhat ortu gw di surat, karna tau bahwa mereka bangga
                                                                          punya anak spt gw.




18 | HR Excellency
nadia v. SMA Kesatuan, kelas X.
                       Saya mengikuti egts berarti bgt, selain membentuk smosi biar stabil, bisa juga belajar
                       bersosialisasi tanpa malu. Pokoknya seru, banyak gamesnya yang bisa melatih emosi
                       biar teratur, juga mengajar kekompakan dgn temen-temen, dan bisa mengeluarkan
                       ide yang bisa diterima temen-temen. Sebelumnya gw pemalu bgt dan gak bisa
                       omong tiba2 di depan kelas. Setelah ikut ini gw bisa lebih PD dana matang dan bisa
                       mengontrol emosi terhadap diri sendir, dan mengontrol emosi dengan ortu. Selama
                       lu masih punya ortu, sayangilah ortu lu, karna gak ada kesempatan 2 kali, terutama
                       nyokap yg udah ngelahirin dan merawat dgn susah payah.komitmen gw, gw harusd
                       menjadi generasi penerus bangsa yg berguna dan bisa bantu orang disekitar gw yg
                       memerlukan bantuan gw.




                                                                           liwa, kelas X-4
 gw ngerasa gw udah jadi diri gw sakarang. dulu setiap kali punya masalah gw simpen
    sendiri, tp skrg gw sadar bahwa gw punya sahabat yg bakal selalu ada sampai tua
 pun, yaitu diri gw sndiri, dan sahabat yg laein yaitu ortu dan teman2 di sekitar. pesan
   gw supaya acara ini akan selalu ada untuk membangun diri dan oekercayaan anak2
      bangsa danmemejukan bangsa. materi yg gw suka yaitu dimana lu gak slamanya
 harus mengikuti suruhan orang. ada saatnya lu bisa nolak walaupun itu merugikan diri
                                                       lu snediri. be your self but better!



susanto, SMA Kesatuan, kelas X.
rasanya bosen dan biasa aja, tp ternyata setelah saya ikuti saya bangga dan lega, disitu juga ada sesi dimana
kita mengaca pada diri sendiri, kita bisa tau segala kelebihan dan kekurangan kita. saya juga lebih PD.



Axcel, SMA Kesatuan, kelas X.
gw merasa sangat beruntung bisa ikut acara ini. awalnya gw gak ngerti EQ itu apa, setelah ikut acara ini gw
jadingerti eq itu apa dan jadi lebih PD dan bangga dengan diri gw meskipunbanyak kekurangan dalam diri gw
sndiri, pesan gw, hargai ortu lu selagi dia ada




                 Yunita, SMA Kesatuan, kelas X.
                 Setelah ikut egts, gue jadi bisa seseorang yang baru. Sessi yang gue suka yaitu ketika di
                 waktu malam gue ketemu ama seseorang, yg ada dalam diri gue, temen lama gue; sahabat
                 gue yg gw gak tau ternyata dia itu ada, rasanya tuh terharu bgt .. Semoga buat yg ikut
                 egts kalian bisa berubah..!



                                                                                              Free E-Book EGTS | 19

Mais conteúdo relacionado

Último

Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptxMata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptxoperatorsttmamasa
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran HaditsHakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran HaditsBismaAdinata
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxGyaCahyaPratiwi
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Abdiera
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfSBMNessyaPutriPaulan
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 

Último (20)

Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptxMata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran HaditsHakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 

Destaque

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by HubspotMarius Sescu
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTExpeed Software
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsPixeldarts
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthThinkNow
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfmarketingartwork
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024Neil Kimberley
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 

Destaque (20)

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPT
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 

Ebook HR Excellency Bagaimana Mendidik Siswa Ber-EQ Tinggi?"

  • 1. FREE E-BOOK Free E-Book EGTS | 1
  • 2. alah satu program yang telah digulirkan oleh HR Excellency selama tiga tahun terakhir ini adalah EQ (Kecerdasan Emosional) untuk remaja dan siswa/i di sekolah. Kami menyebut program ini sebagai EQ FOR YOUTH. Saat ini, telah lebih dari lima angkatan telah dilahirkan. Saat ini, kami memfokuskan pada para siswa SMP dan SMA. Dan para peserta yang ikutpun berasal dari berbagai latar belakang sekolah yang luar biasa: Al-Azhar, Penabur, Sekolah Pelita Harapan, Ursula, Kanisius, Tarakanita, Sekolah Global, JIS, serta berbagai sekolah negeri terkemuka lainnya. Bahkan, beberapa siswa yang menjadi peserta program ini merupakan para juara olimpiade Biologi, Kimia internasional. Sungguh kami bangga bahwa program EQ for Youth ini bisa turut memberikan inspirasi bagi pengembangan karakter rekan- rekan kita dengan latar belakang yang begitu luar biasa dan mengagumkan. Saat ini, HR Excellency pun telah mulai bekerjasama dengan banyak sekolah untuk mengadakan program ini secara tahunan. Salah satunya adalah kerjasama yang baru-baru ini kita lakukan dengan Sekolah Kesatuan di Bogor. Kami menyebutkan EQ GOES TO SCHOOL (EGTS). Terus terang, perubahan zaman telah menuntut adanya pendidikan alternatif selain pendidikan akademik yang membuat suatu sekolah menjadi lebih unggul (keunggulan komparatif). Nah, salah satu sekolah yang menyadari tentang hal ini adalah Sekolah Kesatuan Bogor yang pengalaman program pengajaran EQ-nya, menjadi sumber ide untuk penulis e-book ini. Untuk itu, terima kasih setulusnya kami sampaikan pada pihak Yayasan maupun staf pengajar di Sekolah Kesatuan Bogor, khususnya untuk jenjang SMA-nya. Harapan kami, e-book yang ditulis segera setelah program terakhir yang baru-baru ini kami lakukan bersama dengan siswa/i di Sekolah Kesatuan Bogor ini bisa memberikan inspirasi bagaimana suatu sekolah, selain fokus pada akademiknya, juga turut mengembangkan karakter anak didiknya. Dengan demikian, sekolah tidak hanya menciptakan para “manusia robot” yang pintar tetapi tidak punya karakter sama sekali. Memang, EQ (Keceradasan Emosional) HANYA salah satunya saja. Dan sebenarnya, masih banyak hal yang bisa dilakukan oleh sekolah untuk mengembangkan karakter siswa/i nya. Dan semoga saja, e-book ini turut memberikan inspirasi bagi sekolah-sekolah di Tanah Air kita untuk lebih peduli lagi soal pengembangan karakter anak- anak mereka! — ­ Tim HR Excellency 2 | HR Excellency
  • 3. “Jika engkau ingin hasil panen melimpah, pupuk tanamannya selagi muda bertunas.” B ukan cuma dalam soal mengurus ladang dan kebun saja pepatah ini berlaku. Resep kuno inipun juga mujarab dalam perkara membesarkan anak. Pakem yang mengatakan kalau sukes anak-anak kita kelak bisa mulai dipupuk lewat pendidikan sekolah yang bermutu sudah diyakini banyak orangtua. Itulah kenapa banyak orangtua yang semakin sadar untuk menceburkan anak-anak mereka ke sekolah- sekolah mentereng dengan harapan nantinya anak-anak mereka bisa menjelma menjadi manusia-manusia dengan stempel “sukses” di dahi mereka. Bahkan sekarang ini, ada begitu banyak orangtua yang saking pedulinya, sampai- sampai mereka pun ikutan puyeng saat anak- anak mereka mau ulangan di sekolah. Sudah bukan hal aneh lagi kalau suatu saat rekan kerja kita di kantor tergopoh-gopoh pingin pulang cepat-cepat ke rumahnya dengan alasan “Anakku besok ujian!”. Rasa-rasanya dua jempol saja tidak cukup kita acungkan untuk menyatakan salut pada keperkasaan para orangtua dalam hal memberikan pendidikan yang terbaik buat anak- anak mereka. Tapi, apakah kita benar-benar sudah yakin kalau anak-anak kita sudah dirawat dengan dengan pupuk yang benar? Ngomong-ngomong soal membesarkan anak, Saya jadi ingat pengalaman pada masa-masa Free E-Book EGTS | 3
  • 4. awal saya membuat taman di rumah. Ketika itu, paradigma saya soal tanam menanam masih sangat polos. Di benak saya, yang namanya tanaman tinggal dicekok pupuk urea dan npk, maka hasilnya pasti dijamin tokcer. Nyatanya, setelah keluar modal membeli pupuk urea dan npk, yang saya dapatkan malah tanaman yang daunnya malah menguning .... bahkan nyaris mati. Kondisi hara tanah di taman saya menjadi tidak seimbang karena unsur asamnya terlalu tinggi. Barulah saya sadar, bahwa ada “pupuk” lain yang harus saya kelola demi mendapatkan hasil tanaman yang hijau dan segar sepanjang waktu. Nah, sebagai tanaman paling ruwet di dunia, anak-anak kita pun jangan-jangan menjadi korban paradigma pupuk yang keliru. Di benak banyak orangtua, IQ adalah pupuk wajib yang harus dipunyai anak-anak mereka sebagai senjata utama memanen sukses masa depan mereka. Kalau anak-anak kita bisa meraup predikat anak jenius atau anak pintar, maka kontan kita sebagai orangtua bakal merasa bangga. Dengan mantapnya orang tua akan bersabda kepada anaknya, “Kalau engkau pintar, pasti sukses gampang diraih!” Tapi, faktanya ternyata tidak sesederhana itu. Seorang wartawan New York Times dari Amerika sengaja mengumpulkan beragam data riset dan survei psikologis dari berbagai penjuru dunia untuk membuktikan hubungan antara IQ dengan sukses seseorang. Dari hasil peneropongannya yang komprehensif itu, sang wartawan ini lantas menelurkan fakta yang menggemparkan dunia : “IQ tidak menjamin sukses orang!” Nama wartawan ini adalah Daniel Goleman, sang penulis buku fenomenal : Emotional Intelligence, why it does matter more than IQ. Dan sejak momentum itulah, orang mulai mengendus kehadiran “Quotient” lain yang bahkan lebih dahsyat ketimbang IQ, yakni EQ (Emotional Quotient): Sebuah jenis kecerdasan manusia untuk mengenali dan mengolah dinamika emosinya dalam berinteraksi dengan orang lain (termasuk berinteraksi dengan diri sendiri juga). Dan EQ inilah yang kemudian ditenggarai sebagai biang sukses yang porsinya lebih besar ketimbang IQ. Uniknya, banyak kisah orang-orang yang IQ-nya tidak seberapa, tapi mereka justru bisa melesat sukses berkat EQ mereka yang tinggi. Kalau cuma sekedar menyandang predikat “pintar dan jenius”, anak-anak malah beresiko tidak bisa mengenyam kehidupan emosional yang harmonis dengan orang lain. Mereka ini memang mumpuni dalam hal pengetahuan eksakta, namun bisa jadi mereka sangat gagap dalam hal bergaul. Ujung-ujungnya mereka ini muncul sebagai figur yang angkuh, menjaga jarak dengan orang, sulit lebur saat diajak ngobrol ngalor ngidul, gampang mengeluh dan mengkritik, serta 4 | HR Excellency
  • 5. tidak punya daya tahan tangguh menghadapi rintangan. Pendek kata, orang-orang yang sekedar “pintar” saja bisa jadi nasibnya berakhir sebagai orang yang tidak menyenangkan. Celakanya, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi masih belum bisa “all out” dalam mengejawantahkan EQ dalam kurikulumnya. Porsi takaran IQ masih mendominasi content pengajaran di ruang kelas. Dampaknya, sampai dengan detik ini jebolan-jebolan sekolah dan perguruan tinggi masih berat sebelah, alias mereka siap untuk bekerja, tapi tidak siap untuk “hidup”. Mereka cekatan membaca makalah, namun bingung di saat harus bisa “membaca” orang. Mereka sigap mengerjakan tugas, namun mengalami kepusingan di saat harus bernegosiasi. Bisa dibayangkan apa jadinya sebuah organisasi atau keluarga yang didiami orang ber-EQ rendah. Bagaimana dengan keluarga Anda? Yakinkah bahwa anak-anak Anda sudah dipersenjatai ilmu EQ yang memadai untuk menyusun masa depannya? Atau jangan-jangan selama ini unsur hara anak-anak Anda tidak seimbang karena terlalu gencar diberikan pupuk IQ namun tidak pernah menenggak vitamin EQ sedikitpun? Tahukah kamu soal kisah Willaim James Sidis. Dia dianggap sebagai salah seorang genius yang pernah hidup di muka bumi ini. Konon, dikabarkan IQ-nya mencapai 250 hingga 300. Wah, sungguh IQ yang menakjubkan. Bayangkan saja, IQ 140 saja sudah dianggap hebat, apalagi sampai 250.Bahkan, dikatakan si Wliiam Sidis ini sampai sudah bisa baca New York Times di usia 2 tahun. Bayangkan, di usia 2 tahun, kamu baru bisa ngapain aja? Namun, dalam perkembangannya, William mulai berubah. Ia sering mengasingkan diri, ia pun tidak punya banyak teman bahkan dalam berbagai pembicaraan seringkali ia memaksakan kehendaknya (mungkin karena ia merasa dirinya pintar). Seperti apakah akhir hidupnya? Ternyata orang yang begitu pintar, hidupnya harus berakhir dengan tragis. William akhirnya meninggal di usia 46 tahun dalam kondisi miskin, menganggur dan terasing. Dan ia sendiri, tidak pernah menyelesaikan studinya. Sungguh mengenaskan bukan? Nah, kisah William James Sidis harusnya jadi pelajaran buat kita. Selama ini mungkin kita seirngkali terpaku untuk mengejar anga-angka dan ranking di sekolah. Hal itu tidaklah buruk tetapi jangan sampai kehidupan Kecerdasan Emosional kita jadi terbelakang. Jangan menjadi seperti William James Sidis yang begitu pintar namun terasing dan akhirnya dikucilkan. Tetapi, eits ... jangan juga langsung berkata, “Kalau begitu aku nggak butuh sekolah!”. Itupun salah juga. Kita membutuhkan keseimbangan antara IQ kita dan Free E-Book EGTS | 5
  • 6. EQ kita. Jadilah remaja yang seimbang. Yakni antara prestasi akademik dengan kemampuan EQ Anda. Itulah yang pas. Jangan sampai hanya berat sebelah. Sanggupkah kamu meraihnya? Itulah tantanganmu. Jadilah remaja yang pintar tetapi juga gaul. Mungkin nggak ya? Siapa bilang nggak mungkin? (Dikutip dari buku: “101,5 Inspirasi Keceradasan Emosional Bagi Kaum Muda” karya Anthony Dio Martin diterbitkan oleh Penerbit Raih Asa Sukses, 2011) Itulah kenapa, kami melalui lembaga HR Excellency memiliki passion yang tinggi untuk menyebarluaskan EQ di Indonesia. Selama lebih dari 8 tahun, kami keluar masuk perusahaan dan membuka seminar publik untuk membuat masyarakat Indonesia lebih akrab dengan EQ. Tapi, setelah sekian lama men-sharingkan EQ di Indonesia, lambat laun kami sadar bahwa selama ini yang kami tangani hanyalah orang-orang dewasa yang seringkali sudah terlanjur melewati masa muda mereka dengan cara yang keliru. Itulah titik dimana kami teringat kembali pada pepatah bijak : “Jika engkau ingin hasil panen melimpah, pupuk tanamannya selagi muda bertunas.” Inilah yang kemudian mendongkrak semangat kami untuk membuat gebrakan baru dengan membuka kelas workshop khusus untuk para remaja usia SMP sampai dengan usia kuliah lewat program dahsyat EQ for Youth dan EQ Goes to Campus. Di sini kami merancang kelas workshop EQ yang tiap angkatannya terdiri dari 25 sampai dengan 35 peserta remaja. Dengan setelan modul dan metode delivery materi yang khusus di tuning untuk anak-anak muda, akhirnya kami berhasil menyuntikkan EQ kepada orang-orang muda Indonesia. Dalam workshop ini, kami membuka gembok mental para remaja, dan meng-instal paradigma baru akan pentingnya ketrampilan EQ dalam kehidupan mereka. Lalu, EQ para remaja ini ditempa melalui empat tahapan pembelajaran, yakni tahapan Emotional Awareness (penyadaran emosional), Emotional Acceptance (penerimaan emosional), Emotional Affection (hubungan emosional), dan Emotional Affirmation (penguatan emosional).Dengan kombinasi metode sharing verbal, simulasi, refleksi, dan kerja tim – para peserta digodok untuk menemukan 6 | HR Excellency
  • 7. kesejatian pribadi mereka, sekaligus bisa terinspirasi untuk berkontribusi kepada orang- orang di sekitar mereka. Mereka diajak untuk melihat ulang kembali makna hubungan mereka dengan keluarga dan komunitas mereka sehari-hari. Dan di akhir sesi, seluruh pembelajaran diikat dalam simpul penguatan emosional yang membuat passion mereka semakin membara dalam mengejar tujuan hidup mereka. Hasilnya pun luar biasa. Banyak peserta, termasuk orangtua mereka yang segera bisa mencecapi perubahan yang muncul pasca workshop ini. Beberapa peserta yang tadinya punya problem dengan kepercayaan diri mereka, berangsur-angsur bisa membangun kemantapan dirinya. Bahkan sampai ada salah satu orangtua yang terheran-heran, “Seumur hidup anak saya tidak pernah membuatkan saya kopi. Tiba-tiba saja tak lama sesudah anak saya selesai dengan camp EQ, dia dengan entengnya masuk ke dapur dan menyuguhkan saya secangkir kopi di saat lelah-lelahnya saya pulang kerja. Begitu terharunya saya, sampai-sampai tanpa terasa air mata saya menetes ke dalam cangkir kopi itu ......” Menyadari sukses itu, kami pun masuk ke tantangan berikutnya, yakni turun langsung bekerjasama dengan sekolah untuk menggelar workshop EQ dengan jumlah peserta siswa yang lebih banyak. Dan lahirlah program spektakuler EQ Goes to School! Misalkan saja, di bulan September 2011 lalu, HR Excellency bekerja sama dengan Yayasan Sekolah Kesatuan Bogor membuka event “EQ Goes to School” (kami menyingkatnya menjadi EGTS), dengan peserta sekitar 140-an remaja kelas X (SMA kelas satu) yang diadakan dalam dua batch, dengan 70-an siswa setiap kloternya. Masing-masing angkatan kelas EGTS ini diadakan selama dua setengah hari di kawasan Puncak, sebagai bagian dari rangkaian gerakan nasional EQ for Nation yang sudah dihembuskan oleh HR Excellency sejak awal tahun 2011 ini. Dan semua siswa pesertanya bisa mengikuti camp ini tanpa dipungut biaya sepeserpun dari pihak sekolah sebagai bukti kepedulian Sekolah Kesatuan akan pentingnya pembangunan karakter siswa. Free E-Book EGTS | 7
  • 8. Jujur saja, walaupun HR Excellency sudah katam dengan urusan Workshop EQ selama hampir 10 tahun, seringkali kami “deg-degan” juga dengan kelas EGTS ini (EQ Goes to School). Pasalnya, selama ini kami jarang menggagas paket workshop EQ penuh yang sifatnya massal dengan para siswa sekolah. Kalaupun di lingkungan sekolah kami seringkali memboyong paket training EQ yang lengkap, itupun pesertanya biasanya adalah para guru-gurunya. Arena Training EQ dengan jumlah massal para siswa jarang kami jejaki mengingat tingkat kesulitan men-training remaja- remaja tanggung cukup tinggi. Tingkat konsentrasi dan kedalaman yang bisa dicapai dengan peserta para pelajar sangatlah tidak bisa diprediksi. Tanpa modul dan metode yang ampuh, workshop EQ untuk remaja dalam jumlah banyak hanya akan berakhir sebagai sesuatu yang generik dan hambar di mata remaja. Bersyukurnya, kami memiliki pengalaman yang lebih dari cukup dengan lima kali event camp EQ for Youth yang sudah kami adakan, walaupun di event itu jumlah maksimal pesertanya biasanya berkisar 30 orang. Kami sungguh menyadari bahwa peta “peperangan” dengan peserta 30 orang akan sangat berbeda bila pesertanya 70-an orang. Ekologi dan atmosfernya tidak sama, sehingga membutuhkan persiapan yang lebih matang. Karena itulah, kami memeras keringat otak dan hati kami untuk meramu metode dan model pelatihan EQ yang sedikit berbeda untuk bisa merangkul para siswa ini. Istilahnya, sebagai para pendekar EQ - kami harus naik gunung dulu mengasah keris kesaktian kami demi kesuksesan acara ini. Dan hasilnya ... sungguh di luar dugaan kami. Ledakan antusiasme dan inspirasi nyata sekali terpancar dari para siswa Sekolah Kesatuan selama sesi demi sesi pelatihan ini. Mereka begitu totalnya mengikuti alur pelatihan, membuka diri penuh terhadap setiap tusukan inspirasi yang 8 | HR Excellency
  • 9. ada. Di sesi-sesi yang ringan mereka bisa tertawa begitu renyahnya. Dan air mata merekapun bisa tumpah bersama saat mengarungi sesi-sesi refleksi yang dalam. Bahkan mereka yang tadinya merasa terpasung harus ikut camp jadinya malah berbalik ketagihan dan minta lagi. “Kak, aku minta remedial, supaya nanti bisa ikutan lagi! Pleaseeeee ...!” Itu celotehan mereka saat detik-detik akhir pelatihan. Ada juga yang ngomel-ngomel merasa waktunya kurang, “Kak, gak mau pulangggg! Tambah 2 minggu lagi!” Terbayar juga tetesan keringat kami. Melihat wajah-wajah siswa yang luar biasa selama pelatihan membuat kepala kami serentak tertunduk bersyukur kepada Tuhan. Bukan cuma itu saja, hati kami bahkan dibuai lebih dalam membaca seruan-seruan spontan mereka di milis facebook ataupun BBM, diantaranya : • “Pas EQM gw banyak banget belajar di sana,pas pulang dari sana hubungan gue sama orang tua juga bisa lebih deket dari sebelumnya, gue mo bilang makasih buat smua motivator yang udah ngasih banyak pelajaran buat gue waktu EQM Kemaren.” • “Setelah EQM saya jd lebih sabaran hahahaa.” • “Ingin berbuat lebih untuk orang tua...” • “Sepulang dari EQM, gue merasa banyak banget perubahan sama ortu.. Termasuk mama menjadi lebih dekat dgn canda-tawanya. Thank’s a lot EQM !!” • “Abis EQM sadar banget kalo hubungan keluarga gue perlu diperbaikin,dan hari ini gue udah melakukan sesuatu yg beda yg menurut gue WOW.” • “Sebelum gue ikut EQM, gue sempet mikir buat apa sih ikut beginian? Tapi ternyata abis ikut EQM, masih mau tambah hari lagi. makasih ya semuanya.” • “Dulu waktu SD sampai SMP gue suka minder karna gue ga bisa ngomong “R”,gue pengen sama kaya orang lain yang bisa ngomong “R”,semenjak gue ikut EQM gue sadar ngapain gue harus minder,karna semua org punya kelebihan dan kekurangan.” Membaca semua curahan tulus dari mereka ini benar-benar membakar sumbu semangat kami. Akhirnya dengan resmi kami menyatakan kelas EQ Goes to School kali ini sukses mencetak goalnya. Harapan kami sederhana sekali, sekalipun tidak semuanya peserta akan berubah drastis, paling tidak di Sekolah Kesatuan kelak akan muncul sosok-sosok remaja bersahaja yang bisa sejengkal lebih baik dalam hal-hal yang sederhana untuk mengubah dunianya menjadi lebih baik. Free E-Book EGTS | 9
  • 10. S eringkali, kami ditanya oleh pihak sekolah maupun oleh pihak orang tua. Apa sih sebenarnya EQ (Kecerdasan Emosional) serta apa sih target dari pengajaran EQ bagi siswa/i di sekolah? Maka, secara singkat, dapat kami rumuskan bahwa tujuan dari pembelajaran EQ GOES TO SCHOOL sebenarnya adalah: • Menyeimbangkan Kemampuan IQ dengan EQ • Membuat Remaja lebih berani mengekspresikan dirinya • Mengajarkan kemampuan sosialisasi secara sehat • Menjadi lebih sadar dan peka dengan pengaruh-pengaruh negative • Menjadi lebih mahir dalam mengendalikan emosi-emosi mereka yang cen­ derung merusak • Membuat menjadi lebih percaya diri • Mengajarkan kemampuan untuk berpikir panjang sebelum bertindak • Membuat para remaja lebih mampu untuk megatasi dan menyelesaikan masalahnya secara sehat • Membuat para remaja respek dengan orang tua serta mampu membina hubungan yang lebih baik dengan keluarganya • Meningkatkan ketrampilan social para remaja • Mendampingi para remaja dalam mengatasi masalah dan problem hidupnya Semua target ini memang kelihatannya bombastis dan ambisius. Tetapi, dilihat dari pengalaman serta hasil yang telah kami capai selama ini, kelihatannya target ini tidaklah terlalu ambisius. Bahkan, ada lebih banyak lagi poin-poin hidup yang diperoleh para siswa/i ini sepulangnya dari workshop ini. Namun, kami selalu percaya bahwa semua yang dipelajari selama workshop bisa sia-sia belaka jika lingkungannya tidak mendukung. Karena itulah, sepulang dari workshop kami selalu me-wanti-wanti para orang tua dan gurunya untuk menjadi partner yang ‘baik” dalam mengembangkan EQ anak-anak mereka. Karena itulah, kami biaanya juga memberikan beberapa tips, baik kepada para orang tua maupun kepada para guru. 10 | HR Excellency
  • 11. N ah sekarang, Bagaimana dengan anak-anak Anda? Apakah mau menunggu “daun mental” anak-anak menguning atau bahkan busuk sehingga membuat Anda panik menyelesaikan seabrek masalah emosional mereka? Atau Anda memilih untuk memupuk EQ Anak Anda selagi muda bertunas? Pilihan ada di tangan Anda: mau anak Anda sekedar “pintar”, ataukah Anda berhasrat membesarkan anak yang “pintar” sekaligus “bijak”? Kadang-kadang, kami memang mendapatkan pertanyaan: “Pak, bagaimanakah yang bisa kami lakukan untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan emosiona anak kami?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada beberapa langkah yang kami sarankan! 1. Jadilah contoh dulu. Sebagai orang tua, pertama-tama Anda harus memberikan contoh. Beri contoh cara pengelolaan dan penataan emosi, baik pengendalian diri maupun cara berinteraksi dengan orang lain. Ingat, mata mereka akan terus mengawasi Anda. Iya dong... bagaimana Anda mengharapkan anak Anda bisa punya kecerdasan emosional yang tinggi, kalau Anda sendiri tidak mencoba melatihkan untuk Anda. 2. Jadilah teman. Anda sendiri sebagai orang tua, rajin- rajinlah membaca buku-buku yang terkait dengan pengembangan diri. Dan kalau ada waktu bicarakan atau omongkan. Tetapi, tips dari kami adalah: jangan terlalu menggurui. Baru-baru ini, kami mendapat seorang remaja yang orangtuanya pebisnis sukses dan suka menjejali dengan ilmu manajemen yang membuatnya malas ngobrol dengan orang tuanya. Niatnya memang baik, tetapi cara orang tua itu keliru. Bicarakanlah seperti seorang teman. Free E-Book EGTS | 11
  • 12. 3. Gunakan hipnotic persuasion. Tahukah Anda, Anda bisa menggunakan teknik hipnosis yang bisa dipakai untuk mempengaruhi anak Anda tanpa ia ketahui. Caranya? Salah satunya adalah dengan bercerita. Betul, ingatlah cerita merupakan teknik persuasi yang ampuh. Anak-anak kita tidak akan pernah menolak cerita. Nah, gunakanlah cerita-cerita baik dongeng maupun kisah nyata untuk mempengaruhi pikiran anak Anda dan menanamkan nilai-nilai yang positif. 4. Kreatif mengaitkan. Setiap kali ada kejadian, peristiwa, berita ataupun hal-hal yang terjad disekitar kita, hal itu bisa kita jadikan sebagai cantelan untuk mengajarkan sesuatu. Misalkan saja, membahas perampokan yang baru saja terjadi di depan rumah. Hal ini bisa Anda selipkan bahwa “Perampok itu tekun, perencanaan matang dan sabar mengintai. Hanya saja, sayangnya, semua sifat baik itu dipakai untuk melakukan hal yang jahat!”. 5. Terapkan rumus 3L. 3 L adalah singkatan dari Listen-Label-Limit. Jadi inilah yang mesti Anda lakukan tatkala Anda punya problem dengan perilaku anak Anda di rumah. Ada baiknya, Anda mulai bertanya dan mencoba mendengarkan apa yang sebenarnya (LISTEN). Setelah itu bantu dia untuk mengklarifikasikan apa yang sebenarnya terjadi serta bagaimana perasaan Anda sebagai orangtua terhadap kejadian itu (LABEL). Lantas, pembelajaran berikutnya adalah mengajarkan apa yang pantas dan seharusnya dilakukan (LIMIT). 6. Anakmu bukanlah karyawanmu. Banyak orang tua yang sukses di bisnis dan ketika di rumah, memperlakukan anaknya seperti karyawannya, staffnya. Ingatlah, ketika di rumah, ya jadilah sebagai ayah dan ibu, bukan jadi pimpinan. Berbicaralah seperti seorang ayah-ibu dengan anaknya, bukan kepada karyawan. Gunakan bahasa, intonasi dan gesture yang lebih hangat. Bahkan sebenarya dengan karyawanpun, kita tidak boleh seenaknya. Jadi, bersikapnya santai dan jangan terlalu ‘jaim’ (jaga image) seperti Anda sedang di kantor. Ingatlah, ini di rumah, bukan lagi di kantor. 7. Kreatiflah berkomunikasi. Banyak orang tua yang tidak kreatif. Nanyanya hanya yang itu-itu saja, “Besok ada ulangan? Besok ada PR? Kamu sudah tidur? Kamu sudah belajar?”. Sangat tidak kreatif dan membosankan! Lain kali, kalau Anda ingin anak Anda lebih komunikatif, cobalah lebih kreatf dalam mengajaknya berbicara. Obrolkan hal-hal yang lebih menarik, gali dan tanya kepadanya. Bangun pembicaraan yang kreatf, fun dan menyenangkan, bukan yang “itu-itu saja” 8. Tunjukkan afeksi. Jangan terlalu jaim untuk menunjukkan emosi dan perasaan Anda. Tatkala Anda merasa sedih, cinta dan senang, mengapa tidak belajar mengekspresikannya di depan anak? Misalkan belajar mengeskpresikan cinta kita kepada 12 | HR Excellency
  • 13. pasangan kita di depan anak. Ataupun menunjukkan kerentanan perasaan kita saat misalnya ada anggota keluarga yang meninggal ataupun sakit, bukanlah hal yang terlalu tabu untuk diekspresikan. Anak belajar bahwa, ‘It’s okay to show your emotion”. Coba dengar apa yang pernah dikatakan oleh seorang peserta anggota EQ for Youth, “Untuk pertama kalinya kami konek secara emosi, waktu kakek meninggal. Saat itu, aku melihat papa yang biasanya tegar, duduk menangis. Dan aku memeluk papa dan kami menangis bersama. Itulah kenangan perasaan kami yang tak akan pernah terlupakan”. 9. Mainkan “rem” dan “gas”. Sebagai orang tua, rem adalah “ketegasan” kita saat anak membuat kesalahan. Dan gas adalah “pujian” kita. Nah, remaja yang sehat membutuhkan ketegasan dan pujian dari kita, orang tuanya. Jangan menjadi orang tua yang hanya marah-marah, tanpa pernah mengapresiasi. Tapi, jangan pula menjadi orang tua yang hanya membiarkan tanpa melatih disiplin dan ketegasan. Mainkan kedua hal ini dalam interaksi dengan anak kita. 10. Support EQ anak Anda. Betul! Mulai sekarang support pengembangan EQ, karakter anak Anda sebelum terlambat. Hal ini bisa dimulai dengan membelikan buku- buku pengembangan diri, motivasi. Misalkan saja, di HR Excellency, kami menerbitkan buku “101,5 inspirasi Kecerdasan Emosional bagi Kaum Muda”. Ini adalah salah satu buku yang kami rekomendasikan. Dan seperti yang telah dijelaskan diawal, ada pula program Kecerdasan Emosional yang bisa diikuti oleh anak muda. Program ini biasanya diselenggarakan pada saat liburan. Terus terang, dari pada masa liburan anak Anda dihabiskan dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, lebih baik diinvestasikan untuk sesuatu yang akan berguna “seterusnya” bagi masa depannya. Apabila Anda ragu-ragu dan ingin tahu banyak mengenai program ini, Anda boleh berkonsultasi dan ngobrol dengan para di HR Excellency fasilitator kami (Mbak Dian, Mbak Fanny ataupun Mbak Fina) dengan menelpon 021-3518505 ataupun 021-3862521. Free E-Book EGTS | 13
  • 14. B erikutnya, bagaimana dengan para guru? Apakah yang bisa dilakukan oleh para guru di sekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosional para siswanya? 1. Jangan jadi guru sejarah, tapi jadilah tour guide. Yang merasa guru sejarah, jangan marah dulu ya! Tapi maksudnya begini. Mengapa kalau kita ikut tour dan dijelasin sama si tour guide, kok nggak merasa bosan dijelasin panjang lebar soal sejarah dan pernak-pernik masa lalu. Jawabannya sederhana, karena dijelaskan dengan cara yang menarik. Nah, saya pernah punya guru sejarah yang seperti itu. Belajar sejarah jadi menarik. Tapi kok tiba-tiba jadi ngomongin sejarah? Nah, kalau digeneralisasi sebenarnya pelajaran apa pun bisa menarik kalau diceritakan, diajarkan dengan ‘hati’ dan dengan berbagai gaya yang menyenangkan. Guru, bukan saja harus menarik dari sisi logika (kelihatan pintar) tetapi dari sisi emosionalnya juga dong (siswa akan bilang, “Asyik ya pelajarannya!”). 2. Jadilah “kuping” bagi siswa/i di sekolah. Banyak murid tidak punya tempat curhat. Akibatnya, mereka curhat pada temannya yang setali tiga uang alias sama-sama nggak tahu. Akibatnya? Banyak yang makin tersesat (lha orang buta menuntun orang buta). Karena itu, terkadang, guru perlu dekat dan menjadi kuping bagi siswa untuk curhat dan cerita. Banyak guru yang terlalu jaim dan jaga jarak. Padahal, jaman sekarang sistem dan pendekatan sudah berubah. Tidak zamannya lagi, guru-guru yang killer. Justru, siswa butuh guru yang bisa mendengarkan. Masalahnya, terkadang di rumah, mereka tidak ada yang mendengarkan. Kasihan lho! 3. Jangan marah, tetapi tegaslah dengan prinsip 3S. Bedakan antara “MARAH” dengan “TEGAS”. Guru jangan suka marah-marah, tetapi berusahalah TEGAS. Bedanya adalah ketika Anda bersikap tegas, maka Anda sedang menegakkan suatu prinsip kepada Anak. Karena itu, cara terbaik ketika bersikap tegas adalah menggunakan prinsip 3S: “Saat kamu......saya merasa.....saya ingin.....” 14 | HR Excellency
  • 15. 4. Fokus pada kelebihan, bukan kekurangan. Saat ini sedang berkembang konsep psikologi positif. Psikologi ini mengatakan bahwa jauh lebih mudah mengembangkan anak demi masa depan dengan berfokus pada kelebihannya daripada terus-menerus memarahi kekurangan mereka. Anak yang terus-menerus dipersoalkan kekurangannya bukannya tambah pede, tapi malah tambah minder. Ingatlah dengan pepatah, “Kemana kamu memuji, kesanalah ia akan menjadi...”. Jadi, kemanakah Anda memuji murid Anda? 5. Ingat, ada label di “PRESIDEN” di atas kepala mereka. Jangan bingung! Masih ingatkah bahwa Barrack Obama ternyata adalah salah satu murid ceking hitam yang pernah bersekolah di sekolah Menteng. Pernahkah gurunya menyangka bahwa salah satu muridnya disana akan menjadi Presiden negara no 1 di dunia? Nah, mulai sekarang pikirkanlah bahwa murid yang Anda ajari suatu ketika akan menjadi presiden, menteri, dokter, direktur, dll. Bersikaplah baik kepad mereka. Jadinya teman bagi mereka! 6. Jadilah motivator mereka. Banyak siswa yang pandai tapi kurang motivasi. Bukan hanya orang bekerja yang butuh motivasi, siswapun butuh motivasi. Nah, pernahkah nda menyelipkan kata-kata dan pepatah yang mmbangkitkan semangatdan gairah hidup mereka. Saya ingat sekali kalimat motivasi guru saya yang mengubah hidup saya, “Orang berubah karena tiga hal. Buku yang kamu baca, apa yang kamu pikirkan setiap hari. Dan dengan siapa kamu bergaul”. Ternyata guru saya mengutip dar Orison Swett Marden. Tapi, kalimatnya tidak pernah saya lupakan. Jadi, selain mengajar, jadilah motivator bagi mereka. 7. Apa yang akan mereka kenang tentangmu? Baru-baru ini saya pulang menemui bekas guru saya yang begitu mengesankan. Ia guru bahasa Inggrisku yang begitu luar biasa dedikasinya. Saya merasa sukses saya, banyak disebabkan oleh beliau. Bahkan saya masih ingat ketika mantan PM Singapura Goh Cok Tong di hari ultahnya, pernah menghadirkan gurunya yang bgitu berkesan dalam hidupnya. Nah, maukah kita menciptakan suatu kenangan indah bagi siswa kita. Pikirkan apakah hadiah terindah yang bisa kita berikan buat mereka! 8. Tidak apa-apa kelihatan bodoh di depan anak didik. Banyak guru terlalu jaim. Padahal guru juga manusia. Ketika tidak tahu, katakan ketidaktahuan kita. Ketika salah, akui kesalahan kita. Murid kita cukup pemaaf kok, ketika kita justru menunjukkan ‘kerentanan’ kita. Kadang, tidak apa-apa jika kita kelihatan seperti badut, tidak apa-apa jika humor kita tampaknya tidak lucu, tidak apa-apa jika kita menangis karena karangan yang begitu indah dari siswa kita. Justru saya masih ingat, kelas kami Free E-Book EGTS | 15
  • 16. pernah mengumpulkan uang untuk anak guru kami yang sakit. Awalnya, ia menolak menerima. Tapi ketika kami betul-betul mengatakan ketulusan kami membantu, si guru itu menangis di kelas. Kami semua menangis pula. Dan, dua puluh tahun kemudian, ingatan itu menjadi ingatan yang luar biasa tentang ketulusan guru tersebut. 9. Dekatlah secara personal. Memang siswa/i kita terlalu banyak untuk didekati secara personal. Tetapi, selama ada niat, kita bisa mendekati mereka. Lebih- lebih kepada yang lebih bermasalah dan punya problem. Celakanya, banyak guru lebih suka dekat dan sayang dengan yang pintar dan hebat. Tetapi, justru yang bodohlah yang sebenarnya butuh pendampingan. Pengalaman kami juga membuktikan bahwa banyak siswa yang tampak bodoh sebenarnya bukanlah bodoh tetapi punya masalah di rumah. Jadi, mereka butuh didampingi dan dibantu. 10. Buatlah program EQ! Banyak sekolah mulai merancang pendidikan karakter. Biasanya siswa punya program “live in”, tinggal bersama dengan orang miskin. Program retret ataupun program pesantren kilat, dll. Ini adalah program dimana pendidikan EQ bisa ditanamkan bersama-sama dengan pendidikan rohani. Guru-guru bisa membuat program sendiri dan menciptakan program ini bagi siswa/i mereka. Masalahnya, banyak guru yang MALAS untuk melakukannnya dengan berbagai alasan. Atau, apabila tertarik, seperti yang telah dilakukan oleh Sekolah Kesatuan baru-baru ini, bisa bekerjasama dengan tim fasilitator EQ FOR Youth untuk menyelenggarakan program EQ GOES TO SCHOOL. Apabila Anda seorang guru, kepala sekolah dan ingin tahu lebih banyak mengenai program ini, Anda boleh berkonsultasi dan ngobrol dengan para fasilitator kami (Mbak Dian, Mbak Fanny ataupun Mbak Fina) di HR Excellency dengan menelpon 021-3518505 ataupun 021-3862521. Akhir kata, kami lampirkan berbagai komentar positif dan pikiran dari rekan-rekan muda setelah mereka mengikuti program EQ GOES TO SCHOOL SMA Sekolah Kesatuan Bogor yang baru saja kami lakukan: 16 | HR Excellency
  • 17. Rinela, kelas X-1 Selama mengikuti egts luar biasa bgt, gak ada yang namanya garing, gak nyesel kalo ikut egts. Materi yang gue suka yaitu tentang tips sukses dan lebih mendekatkan diri pada keluarga. Setelah ikut egts ini, gue bisa mengendalikan emosi gue. Cemungutthh, jemaah..... Tommy Hansen, SMA Kesatuan, kelas X. Perasaan saya selama mengikuti egts, saya sangat senang dan acaranya seru sekali, karena materi yang disampaikan sangat bermanfaat. Bagi saya pokoknya gak bosen karena banyak game yang seru-seru. Dan materi yang paling saya sukai yaitu saat mempelajari emosi yang ternyata emosi kita dapat dikontrol oleh amygdala kita sendiri. Perubahan yang saya alami setelah ikut egts, saya dapat membedakan emosi yang negatif dan positif, dan saya dapat mengubahnya menjadi suatu rangkaian besar untuk meraih kesuksesan. Halimun, kelas X- 2 Kesan saya egts seru banget, apalagi fasilitator dan trainer-trainernya gila, kalo misalnya ikut disana, udah deh urat malu putus! Pokoknya pengen nambah 2 minggu lagi! Materi yang berkesan yaitu waktu diajarin emosi yang ada di otak kita, dan waktu diajarin bahwa kita bisa mengikuti nurani kita tanpa harus ngikutin apa yang disuruh orang. Perubahan setelah ini, jadi lebih ceria dan berpikir positif, trus sama orang tua juga makin deket, sama adek juga sayang, sama temen-temen juga gak terlalu nge-bully lagi. Salam kesatuan ... cemunguutthh semuanya .... Free E-Book EGTS | 17
  • 18. nadya paramitha, kelas X-1 Gue pertama kali ngebayangin bakal bosen, ternyata enggak, justru seru banget! Set- elah ikut acara ini gue jadi PD banget dan gak minder dengan kekurangan gue, yaitu gue gak bisa “dengar”, justru sekarang gue bangga dengan apa adanya gue, dan gue udah gak minder setelah tau ada beberapa tokoh yg punya kekurangan tapi mereka bisa menutupi kekurangan mereka dengan kelebihan mereka. Semangat! edwin, SMA Kesatuan, kelas X. Acara egts ini bagus bgt buat anak bangsa, penyampaian materinya sangat bagus dan mudah dipahami oleh kita -kita. Gw pengen acara ini dikembangin dan dilanjutin agar anak bangsa menjadi lebih baik. Materi yg gw sukain yaitu ternyata kita bisa mengelola emosi kita menjadi energi positif. Sejak gw ikut acara egts ini perubahan yg gw alami gw jadi lebih yakin dan PD, gw akan sukses dan meraih cita-cita gw dan membuat ortu gw bangga, pesan gw jadilah diri lu dan jadilah lebih baik! nicole, kelas X-4 Gw sempat gak naik kelas, dan gw merasa gw jatoh bgt, tapi sejak ikut egts ini gw lebih percaya diri, dan gw sadar bahwa gw harus bangkit dan maju terus! wildan ramadhan, SMA Kesatuan, kelas X. kesan gw.. lu rugi kalo lu gak ikutin, gw ngerasa ini pelajaran berharga buat gw, banyak hal yg gw anggaps epele tryata itu buat hidup lebih baik, contohnya menyapa ortu dharma surya, SMA Kesatuan, kelas X. awalnya biasa aja, bosen,ngatuk, dsb. setelah ikut ini lu jadi tau apa yg akan terjasdi kedepannya sam lu, cita-cita, bahkan ortu lu yg gak pernah lu sapa, lu curhat ke mereka lah.gw sampai nangis waktu baca curhat ortu gw di surat, karna tau bahwa mereka bangga punya anak spt gw. 18 | HR Excellency
  • 19. nadia v. SMA Kesatuan, kelas X. Saya mengikuti egts berarti bgt, selain membentuk smosi biar stabil, bisa juga belajar bersosialisasi tanpa malu. Pokoknya seru, banyak gamesnya yang bisa melatih emosi biar teratur, juga mengajar kekompakan dgn temen-temen, dan bisa mengeluarkan ide yang bisa diterima temen-temen. Sebelumnya gw pemalu bgt dan gak bisa omong tiba2 di depan kelas. Setelah ikut ini gw bisa lebih PD dana matang dan bisa mengontrol emosi terhadap diri sendir, dan mengontrol emosi dengan ortu. Selama lu masih punya ortu, sayangilah ortu lu, karna gak ada kesempatan 2 kali, terutama nyokap yg udah ngelahirin dan merawat dgn susah payah.komitmen gw, gw harusd menjadi generasi penerus bangsa yg berguna dan bisa bantu orang disekitar gw yg memerlukan bantuan gw. liwa, kelas X-4 gw ngerasa gw udah jadi diri gw sakarang. dulu setiap kali punya masalah gw simpen sendiri, tp skrg gw sadar bahwa gw punya sahabat yg bakal selalu ada sampai tua pun, yaitu diri gw sndiri, dan sahabat yg laein yaitu ortu dan teman2 di sekitar. pesan gw supaya acara ini akan selalu ada untuk membangun diri dan oekercayaan anak2 bangsa danmemejukan bangsa. materi yg gw suka yaitu dimana lu gak slamanya harus mengikuti suruhan orang. ada saatnya lu bisa nolak walaupun itu merugikan diri lu snediri. be your self but better! susanto, SMA Kesatuan, kelas X. rasanya bosen dan biasa aja, tp ternyata setelah saya ikuti saya bangga dan lega, disitu juga ada sesi dimana kita mengaca pada diri sendiri, kita bisa tau segala kelebihan dan kekurangan kita. saya juga lebih PD. Axcel, SMA Kesatuan, kelas X. gw merasa sangat beruntung bisa ikut acara ini. awalnya gw gak ngerti EQ itu apa, setelah ikut acara ini gw jadingerti eq itu apa dan jadi lebih PD dan bangga dengan diri gw meskipunbanyak kekurangan dalam diri gw sndiri, pesan gw, hargai ortu lu selagi dia ada Yunita, SMA Kesatuan, kelas X. Setelah ikut egts, gue jadi bisa seseorang yang baru. Sessi yang gue suka yaitu ketika di waktu malam gue ketemu ama seseorang, yg ada dalam diri gue, temen lama gue; sahabat gue yg gw gak tau ternyata dia itu ada, rasanya tuh terharu bgt .. Semoga buat yg ikut egts kalian bisa berubah..! Free E-Book EGTS | 19