SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 3
A. Pendahuluan. <br />Akhir-akhir ini kita sering melihat pristiwa-peristiwa yang menyedihkan akibat terkikisnya rasa humanisme. Diantara kita sangat mudah terpancing untuk melakukan tindakan kekerasan baik yang dilakukan oleh secara perorangan maupun secara berkelompok bahkan secara massif. Sebut saja misalnya penyerangan salah satu kelompok keagamaan terhadap kelompok yang lain, tawuran antar mahasiswa, dan kekerasan di kampus IPDN yang masih terbayang di mata kita. Selain senang menggunakan kekerasan, saat ini kita juga sudah terbiasa menyaksikan peristiwa acuh tak acuh dan tidak peduli terhadap orang lain. <br />Tindakan kekerasan dan tradisi tidak mempedulikan orang lain merupakan cermin dari sikap arogansi, merasa paling benar, dan ketidakmampuan kita mensinergikan berbagai perbedaan yang ada disekitar kita. Ketidakmampuan tersebut, salah satunya, disebabkan oleh model pendidikan kita yang kurang memberikan ruang bagai anak didik untuk saling menghargai dan saling bekerjasama. Sekolah sebagai salah satu bagian dari pendidikan dengan tenpa sadar telah dirancang sebagai lapangan pacuan kuda. Di sana anak didik dipacu untuk mengetahui lebih banyak. Meraka tidak dirangsang untuk menjadi sesuatu yang lebih baik, melainkan untuk mengalahkan orang lain. Kemajuan belajar diukur dengan capaian angka-angka, bukan dengan perubahan-perubahan mendasar pada cara berpikir, struktur emosi, dan pola sikap (Mata,2005). <br />Situasi sekolah seperti di atas, akhirnya memicu kompetisi dan persaingan di dalam kelas. Secara positif, model kompetisi bisa menimbulkan rasa cemas yang justru bisa memacu siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar mereka. Namun sebaliknya, model kompetisi juga mempunyai dampak-dampak negatif yang perlu <br />diwaspadai. Model pembelajaran kompetisi menciptakan suasana permusuhian di kelas. Untuk bisa berhasil dalam sistem ini, seorang anak harus mengalahkan teman-teman sekelasnya. Sikap quot;
agar aku bisa menang, orang lain harus kalah,quot;
 erat hubungannya dengan prinsip quot;
tujuan mengholalkan segala caraquot;
. Seseorang yang begitu berambisius untuk menang, tetapi merasa tidak bisa mengalahkan pesaingnya bisa tergoda untuk menjatuhkan pesaingnya dengan cara apa pun. Terlalu banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari yang mencerminkan caracara keji don licik dalam memenangkan persaingan (Lie,2004). <br />Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya model pendidikan alternatif yang berdasarkan kepada kebersamaan yang disebut dengan pendidikan kooperatif (cooperative learning). Falsafah yang mendasari model pendidikan ini adalah falsafah homo homini socius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan <br />kebutuhan <br />yang <br />sangat <br />penting <br />artinya <br />bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Tanpa kerja sama, kehidupan ini sudah punah. <br />B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif <br />Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. <br />Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah <br />sebagai berikut (Lungdren, 1994) : <br />a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau <br />berenang bersama.” <br />b. Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. <br />c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki <br />tujuan yang sama. <br />d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara <br />para anggota kelompok. <br />e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut <br />berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. <br />f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh <br />keterampilan bekerja sama selama belajar. <br />g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara <br />individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. <br />Menurut Thompson, et al. (1995), Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. <br />Pada <br />pembelajaran <br />kooperatif <br />diajarkan <br />keterampilan- keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995). <br />C. Tujuan Pembelajaran Kooperatif <br />Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). <br />Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu: <br />a. Hasil belajar akademik <br />Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. <br />b. Penerimaan terhadap perbedaan individu <br />Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. <br />c. Pengembangan keterampilan sosial <br />Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. <br />D. Elemen-Elemen Pembelajaran Kooperatif <br />Pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok belum tentu mencerminkan pembelajaran kooperatif. Secara teknis memang tampak proses belajar bersama, namun terkadang hanya merupakan belajar yang dilakukan secara bersama dalam waktu yang sama, namun tidak mencerminkan kerjasama antar anggota kelompok. Untuk itu agar benar-benar mencerminkan pembelajaran kooperatif, maka perlu diperhatikan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut (Jonson and Smith,1991; Anita Lie, 2004): <br />a. Saling ketergantungan Positif <br />Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit, dan tukang ketik mengetik tulisan tersebut. Rantai kerja sama ini berlanjut terus sampai dengan mereka yang di bagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang ini bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan sampainya surat kabar tersebut di tangan pembaca. <br />Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metodeJ igsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul don bertukar informasi. <br />Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. <br />Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari quot;
sumbanganquot;
 setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Misalnya, nilai rata-rata si A adalah 65 don kali ini dia mendapat 72, dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan nilai kelompok. Selain itu beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga memberikan sumbangan. <br />b. Tanggung jawab perseorangan <br />Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. <br />Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative <br />Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa <br />sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Dalam teknikJ igsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing- masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui <br />dengan jelas clan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya. <br />c. Tatap Muka <br />Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. <br />Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, meman- faatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, don sosial-ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok. Sinergi tidak didapatkan begitu saja dalam sekejap, tetapi merupakan proses kelompok yang cukup ponjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka don interaksi pribadi. <br />d. Komunikasi antar anggota <br />Unsur ini juga menghendaki agar para pembelaiar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan don berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaon para anggotanya untuk saling mendengarkan don kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. <br />Ada kalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Masih banyak orang yang kurang sensitif dan kurang bijaksana dalam menyatakan pendapat mereka. Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus. Sebagai contoh, ungkapan quot;
Pendapat Anda itu agak berbeda dan unik. Tolong jelaskan lagi alasan <br />Anda,quot;
 akan lebih bijaksana daripada mengatakan, quot;
Pendapat Ando itu aneh don tidak masuk akal.quot;
 Contoh lain, tanggapan quot;
Hm... menarik sekali kamu bisa memberi jawaban itu. Tapi jawabanku agak berbeda....quot;
 akan lebih menghargai orang lain daripada vonis seperti, <br />quot;
Jawabanmu itu solah. Harusnya begini.quot;
 Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini jugs merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar serta membina perkembangan mental emosional para siswa. <br />e. Evaluasi <br />Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelaiar terlibat dalam kegiatan pembelajaran CooperativeLearn ing. <br />E. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif <br />Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif (Arends, 2001). Di sini akan diuraikan secara <br />ringkas masing-masing pendekatan tersebut. <br />a. Student Teams Achievement Division (STAD) <br />STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. <br />Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu. <br />b. Investigasi Kelompok <br />Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang <br />dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih terpusat pada guru. <br />Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. <br />c. Pendekatan Struktural <br />Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan- kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual. <br />Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan dua contoh struktur yang <br />dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial. <br />d. Jigsaw <br />Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). <br />Untuk melihat dengan jelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering disebut sebagai tipe pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 2-2. <br />F. Penutup <br />Dengan mode pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) diharapkan dapat mengembalikan rasa humanis diantara kita. Harapan ini bukanlah hal yang berlebihan karena dengan model pembelajaran ini kita terlatih dan terbiasa untuk tidak sekedar bekerja bersama-sama namun benar-benar bekerjasama dan masing-masing dari kita memberikan kontribusi demi keberhasilan bersama. Selain itu kita juga dibiasakan untuk saling menghargai dan tidak merasa benar sendiri. <br />Jika model pembelajaran seperti ini dilakukan disemua sekolah mulai <br />dari jenjang pendidikan paling dasar sampai dengan jenjang tertinggi, penulis yakin kita akan kemabali menjadi manusia yang humanis, bukan manusia yang arogan dan mudah menyalahkan orang lain. Jika kebersamaan sudah menjadi kultur kita, maka persoalan apapun dan sebesar apapun pasti akan dapat diselesaikan dengan mudah. Akhirnya, dengan kebersamaan akan memjadikan hidup ini semakin indah dan bermakna. <br />Daftar Rujukan <br />Guruvalah. <br />Orientasi <br />Baru <br />Dalam <br />Psikologi <br />Belajar. <br />http://www.psikologi_belajar. <br />Kagan, S. (1994). Kagan Cooperative Learning. San Juan Capistrano, <br />CA: Kagan Cooperative Learning. <br />Komunitas Sekolah Alam. 2005. Menemukan Sekolah Yang <br />Membebaskan. Jakarta:Kawan Pustaka. <br />Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning, Jakarta:Grasindo. <br />Miller, Courtney, K & Reece L. Peterson. Creating Positive Climate; <br />Cooperative Learning.www.in diana.edu /- safeschl. <br />Roger T. dan David W. Johnson. Beberapa Pandangan Mengenai <br />Pembelajaran Kooperatif. Penabur No.8 THN.XXVIII 2001 hal 30- <br />33. <br />Slavin, R.E. (1990). Cooperative Learning: Theory, research, and <br />practice. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. <br />Young, Christie M. Encyclopedia of Educational Technology: Cooperative <br />Learning. <br />http://www.Encyclopedia <br />of <br />Educational <br />Technology.htm. <br />
Menumbuhkan Kerjasama
Menumbuhkan Kerjasama

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...yurika mariani
 
Tipe jigsaw
Tipe jigsawTipe jigsaw
Tipe jigsawwahy_ap
 
Model pembelajaran kooperatif jigsaw
Model pembelajaran kooperatif jigsawModel pembelajaran kooperatif jigsaw
Model pembelajaran kooperatif jigsawliska dewi
 
Model kooperatif tipe jigsaw
Model kooperatif tipe jigsawModel kooperatif tipe jigsaw
Model kooperatif tipe jigsawYuslipah
 
Makalah isi
Makalah isiMakalah isi
Makalah isiodaiks
 
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hms
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hmsK01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hms
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hmsJANGAN TENGOK
 
Teams games tournament 1
Teams games tournament 1Teams games tournament 1
Teams games tournament 1sintaroyani
 
profesi pendidikan
profesi pendidikan profesi pendidikan
profesi pendidikan AisAisyah
 
Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifStrategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifmyrifa25
 
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIFSTRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIFMuhamad Yogi
 
Strategi Pembelajaran - Cooperative learning
Strategi Pembelajaran - Cooperative learningStrategi Pembelajaran - Cooperative learning
Strategi Pembelajaran - Cooperative learningNay D Cortney
 
Tugas modul media pembelajaran
Tugas modul media pembelajaranTugas modul media pembelajaran
Tugas modul media pembelajarankamaria kamaruddin
 
Ba' siti
Ba' sitiBa' siti
Ba' sitisujiadi
 
Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif Mas Syarifah
 
Pembelajaran kooperatif .....
Pembelajaran kooperatif .....Pembelajaran kooperatif .....
Pembelajaran kooperatif .....arif08
 
Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifStrategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifrokhim16
 
Model pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasiModel pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasiBebek007
 
Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifStrategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifNur Aisyah
 

Mais procurados (20)

Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
 
Tipe jigsaw
Tipe jigsawTipe jigsaw
Tipe jigsaw
 
Model pembelajaran kooperatif jigsaw
Model pembelajaran kooperatif jigsawModel pembelajaran kooperatif jigsaw
Model pembelajaran kooperatif jigsaw
 
Model kooperatif tipe jigsaw
Model kooperatif tipe jigsawModel kooperatif tipe jigsaw
Model kooperatif tipe jigsaw
 
Sbm (2)
Sbm (2)Sbm (2)
Sbm (2)
 
Makalah isi
Makalah isiMakalah isi
Makalah isi
 
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hms
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hmsK01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hms
K01947 20180426221408 k 2 interaksi dan pembelajaran hms
 
Teams games tournament 1
Teams games tournament 1Teams games tournament 1
Teams games tournament 1
 
profesi pendidikan
profesi pendidikan profesi pendidikan
profesi pendidikan
 
Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifStrategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif
 
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIFSTRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
 
Strategi Pembelajaran - Cooperative learning
Strategi Pembelajaran - Cooperative learningStrategi Pembelajaran - Cooperative learning
Strategi Pembelajaran - Cooperative learning
 
Tugas modul media pembelajaran
Tugas modul media pembelajaranTugas modul media pembelajaran
Tugas modul media pembelajaran
 
Ba' siti
Ba' sitiBa' siti
Ba' siti
 
Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif
 
Pembelajaran kooperatif .....
Pembelajaran kooperatif .....Pembelajaran kooperatif .....
Pembelajaran kooperatif .....
 
Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifStrategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Model pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasiModel pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasi
 
Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifStrategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif
 

Destaque

HYVES - Let's Earn Some Media
HYVES - Let's Earn Some MediaHYVES - Let's Earn Some Media
HYVES - Let's Earn Some Mediarensbosma
 
Met een lach uit de stress
Met een lach uit de stressMet een lach uit de stress
Met een lach uit de stressAnneke Dekkers
 
Implante cardiaco de mioblastos
Implante cardiaco de mioblastosImplante cardiaco de mioblastos
Implante cardiaco de mioblastosmarianoemontero
 
2011 01-22 明慧-黃帝內經-體質養生
2011 01-22 明慧-黃帝內經-體質養生2011 01-22 明慧-黃帝內經-體質養生
2011 01-22 明慧-黃帝內經-體質養生yangmarissa
 
Marknadsföring på Internet: Sökmotorer och Sociala Medier, Mariehamns Rotaryk...
Marknadsföring på Internet: Sökmotorer och Sociala Medier, Mariehamns Rotaryk...Marknadsföring på Internet: Sökmotorer och Sociala Medier, Mariehamns Rotaryk...
Marknadsföring på Internet: Sökmotorer och Sociala Medier, Mariehamns Rotaryk...Jonas Holmström
 
Cultivo de sementes - 1º ano B - ciclo I
Cultivo de sementes - 1º ano B - ciclo ICultivo de sementes - 1º ano B - ciclo I
Cultivo de sementes - 1º ano B - ciclo Izezinhojc
 

Destaque (9)

HYVES - Let's Earn Some Media
HYVES - Let's Earn Some MediaHYVES - Let's Earn Some Media
HYVES - Let's Earn Some Media
 
Les cases del món 1r a
Les  cases del món 1r aLes  cases del món 1r a
Les cases del món 1r a
 
Met een lach uit de stress
Met een lach uit de stressMet een lach uit de stress
Met een lach uit de stress
 
Didache
DidacheDidache
Didache
 
Implante cardiaco de mioblastos
Implante cardiaco de mioblastosImplante cardiaco de mioblastos
Implante cardiaco de mioblastos
 
2011 01-22 明慧-黃帝內經-體質養生
2011 01-22 明慧-黃帝內經-體質養生2011 01-22 明慧-黃帝內經-體質養生
2011 01-22 明慧-黃帝內經-體質養生
 
Aula 1 6 a
Aula 1 6 aAula 1 6 a
Aula 1 6 a
 
Marknadsföring på Internet: Sökmotorer och Sociala Medier, Mariehamns Rotaryk...
Marknadsföring på Internet: Sökmotorer och Sociala Medier, Mariehamns Rotaryk...Marknadsföring på Internet: Sökmotorer och Sociala Medier, Mariehamns Rotaryk...
Marknadsföring på Internet: Sökmotorer och Sociala Medier, Mariehamns Rotaryk...
 
Cultivo de sementes - 1º ano B - ciclo I
Cultivo de sementes - 1º ano B - ciclo ICultivo de sementes - 1º ano B - ciclo I
Cultivo de sementes - 1º ano B - ciclo I
 

Semelhante a Menumbuhkan Kerjasama

Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatifModel pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatifSaleha Salleh
 
model pembelajaran
model pembelajaranmodel pembelajaran
model pembelajaranBakaJanai
 
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Dhayu Dayu
 
Resum sbm 2 (Pembelajaran Kooperatif)
Resum sbm 2 (Pembelajaran Kooperatif)Resum sbm 2 (Pembelajaran Kooperatif)
Resum sbm 2 (Pembelajaran Kooperatif)Yunie Octavia
 
Makalah analisis koloid
Makalah analisis koloidMakalah analisis koloid
Makalah analisis koloidsanradamanik
 
Bab i, ii, dan iii
Bab i, ii, dan iiiBab i, ii, dan iii
Bab i, ii, dan iiiUnima
 
Strategi pembelajaran kooperatif pak agus copy
Strategi pembelajaran kooperatif pak agus   copyStrategi pembelajaran kooperatif pak agus   copy
Strategi pembelajaran kooperatif pak agus copyanida juita
 
Cooperative learning fitri masturoh pai 3
Cooperative learning fitri masturoh pai 3Cooperative learning fitri masturoh pai 3
Cooperative learning fitri masturoh pai 3fitri masturoh
 
KEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdf
KEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdfKEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdf
KEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdfDianaUlfah4
 
61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf
61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf
61-Article Text-120-1-10-20150512.pdfImamkc
 
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4vietry NIC
 
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaUpaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaMar Tunis
 
Model pembelajaran-kooperatif
Model pembelajaran-kooperatifModel pembelajaran-kooperatif
Model pembelajaran-kooperatifwiwidwidyawati
 

Semelhante a Menumbuhkan Kerjasama (20)

Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatifModel pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif
 
model pembelajaran
model pembelajaranmodel pembelajaran
model pembelajaran
 
3022 3012-1-pb
3022 3012-1-pb3022 3012-1-pb
3022 3012-1-pb
 
Bagian ii
Bagian ii Bagian ii
Bagian ii
 
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
 
Resum sbm 2 (Pembelajaran Kooperatif)
Resum sbm 2 (Pembelajaran Kooperatif)Resum sbm 2 (Pembelajaran Kooperatif)
Resum sbm 2 (Pembelajaran Kooperatif)
 
Makalah analisis koloid
Makalah analisis koloidMakalah analisis koloid
Makalah analisis koloid
 
Bab i, ii, dan iii
Bab i, ii, dan iiiBab i, ii, dan iii
Bab i, ii, dan iii
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Strategi pembelajaran kooperatif pak agus copy
Strategi pembelajaran kooperatif pak agus   copyStrategi pembelajaran kooperatif pak agus   copy
Strategi pembelajaran kooperatif pak agus copy
 
Cooperative learning fitri masturoh pai 3
Cooperative learning fitri masturoh pai 3Cooperative learning fitri masturoh pai 3
Cooperative learning fitri masturoh pai 3
 
KEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdf
KEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdfKEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdf
KEL 4_MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI_4F.pdf
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf
61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf
61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf
 
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
 
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaUpaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Model pembelajaran-kooperatif
Model pembelajaran-kooperatifModel pembelajaran-kooperatif
Model pembelajaran-kooperatif
 

Último

UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 

Último (20)

UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 

Menumbuhkan Kerjasama

  • 1. A. Pendahuluan. <br />Akhir-akhir ini kita sering melihat pristiwa-peristiwa yang menyedihkan akibat terkikisnya rasa humanisme. Diantara kita sangat mudah terpancing untuk melakukan tindakan kekerasan baik yang dilakukan oleh secara perorangan maupun secara berkelompok bahkan secara massif. Sebut saja misalnya penyerangan salah satu kelompok keagamaan terhadap kelompok yang lain, tawuran antar mahasiswa, dan kekerasan di kampus IPDN yang masih terbayang di mata kita. Selain senang menggunakan kekerasan, saat ini kita juga sudah terbiasa menyaksikan peristiwa acuh tak acuh dan tidak peduli terhadap orang lain. <br />Tindakan kekerasan dan tradisi tidak mempedulikan orang lain merupakan cermin dari sikap arogansi, merasa paling benar, dan ketidakmampuan kita mensinergikan berbagai perbedaan yang ada disekitar kita. Ketidakmampuan tersebut, salah satunya, disebabkan oleh model pendidikan kita yang kurang memberikan ruang bagai anak didik untuk saling menghargai dan saling bekerjasama. Sekolah sebagai salah satu bagian dari pendidikan dengan tenpa sadar telah dirancang sebagai lapangan pacuan kuda. Di sana anak didik dipacu untuk mengetahui lebih banyak. Meraka tidak dirangsang untuk menjadi sesuatu yang lebih baik, melainkan untuk mengalahkan orang lain. Kemajuan belajar diukur dengan capaian angka-angka, bukan dengan perubahan-perubahan mendasar pada cara berpikir, struktur emosi, dan pola sikap (Mata,2005). <br />Situasi sekolah seperti di atas, akhirnya memicu kompetisi dan persaingan di dalam kelas. Secara positif, model kompetisi bisa menimbulkan rasa cemas yang justru bisa memacu siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar mereka. Namun sebaliknya, model kompetisi juga mempunyai dampak-dampak negatif yang perlu <br />diwaspadai. Model pembelajaran kompetisi menciptakan suasana permusuhian di kelas. Untuk bisa berhasil dalam sistem ini, seorang anak harus mengalahkan teman-teman sekelasnya. Sikap quot; agar aku bisa menang, orang lain harus kalah,quot; erat hubungannya dengan prinsip quot; tujuan mengholalkan segala caraquot; . Seseorang yang begitu berambisius untuk menang, tetapi merasa tidak bisa mengalahkan pesaingnya bisa tergoda untuk menjatuhkan pesaingnya dengan cara apa pun. Terlalu banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari yang mencerminkan caracara keji don licik dalam memenangkan persaingan (Lie,2004). <br />Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya model pendidikan alternatif yang berdasarkan kepada kebersamaan yang disebut dengan pendidikan kooperatif (cooperative learning). Falsafah yang mendasari model pendidikan ini adalah falsafah homo homini socius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan <br />kebutuhan <br />yang <br />sangat <br />penting <br />artinya <br />bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Tanpa kerja sama, kehidupan ini sudah punah. <br />B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif <br />Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. <br />Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah <br />sebagai berikut (Lungdren, 1994) : <br />a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau <br />berenang bersama.” <br />b. Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. <br />c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki <br />tujuan yang sama. <br />d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara <br />para anggota kelompok. <br />e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut <br />berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. <br />f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh <br />keterampilan bekerja sama selama belajar. <br />g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara <br />individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. <br />Menurut Thompson, et al. (1995), Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. <br />Pada <br />pembelajaran <br />kooperatif <br />diajarkan <br />keterampilan- keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995). <br />C. Tujuan Pembelajaran Kooperatif <br />Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). <br />Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu: <br />a. Hasil belajar akademik <br />Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. <br />b. Penerimaan terhadap perbedaan individu <br />Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. <br />c. Pengembangan keterampilan sosial <br />Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. <br />D. Elemen-Elemen Pembelajaran Kooperatif <br />Pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok belum tentu mencerminkan pembelajaran kooperatif. Secara teknis memang tampak proses belajar bersama, namun terkadang hanya merupakan belajar yang dilakukan secara bersama dalam waktu yang sama, namun tidak mencerminkan kerjasama antar anggota kelompok. Untuk itu agar benar-benar mencerminkan pembelajaran kooperatif, maka perlu diperhatikan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut (Jonson and Smith,1991; Anita Lie, 2004): <br />a. Saling ketergantungan Positif <br />Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit, dan tukang ketik mengetik tulisan tersebut. Rantai kerja sama ini berlanjut terus sampai dengan mereka yang di bagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang ini bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan sampainya surat kabar tersebut di tangan pembaca. <br />Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metodeJ igsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul don bertukar informasi. <br />Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. <br />Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari quot; sumbanganquot; setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Misalnya, nilai rata-rata si A adalah 65 don kali ini dia mendapat 72, dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan nilai kelompok. Selain itu beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga memberikan sumbangan. <br />b. Tanggung jawab perseorangan <br />Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. <br />Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative <br />Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa <br />sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Dalam teknikJ igsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing- masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui <br />dengan jelas clan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya. <br />c. Tatap Muka <br />Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. <br />Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, meman- faatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, don sosial-ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok. Sinergi tidak didapatkan begitu saja dalam sekejap, tetapi merupakan proses kelompok yang cukup ponjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka don interaksi pribadi. <br />d. Komunikasi antar anggota <br />Unsur ini juga menghendaki agar para pembelaiar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan don berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaon para anggotanya untuk saling mendengarkan don kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. <br />Ada kalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Masih banyak orang yang kurang sensitif dan kurang bijaksana dalam menyatakan pendapat mereka. Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus. Sebagai contoh, ungkapan quot; Pendapat Anda itu agak berbeda dan unik. Tolong jelaskan lagi alasan <br />Anda,quot; akan lebih bijaksana daripada mengatakan, quot; Pendapat Ando itu aneh don tidak masuk akal.quot; Contoh lain, tanggapan quot; Hm... menarik sekali kamu bisa memberi jawaban itu. Tapi jawabanku agak berbeda....quot; akan lebih menghargai orang lain daripada vonis seperti, <br />quot; Jawabanmu itu solah. Harusnya begini.quot; Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini jugs merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar serta membina perkembangan mental emosional para siswa. <br />e. Evaluasi <br />Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelaiar terlibat dalam kegiatan pembelajaran CooperativeLearn ing. <br />E. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif <br />Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif (Arends, 2001). Di sini akan diuraikan secara <br />ringkas masing-masing pendekatan tersebut. <br />a. Student Teams Achievement Division (STAD) <br />STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. <br />Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu. <br />b. Investigasi Kelompok <br />Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang <br />dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih terpusat pada guru. <br />Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. <br />c. Pendekatan Struktural <br />Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan- kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual. <br />Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan dua contoh struktur yang <br />dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial. <br />d. Jigsaw <br />Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). <br />Untuk melihat dengan jelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering disebut sebagai tipe pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 2-2. <br />F. Penutup <br />Dengan mode pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) diharapkan dapat mengembalikan rasa humanis diantara kita. Harapan ini bukanlah hal yang berlebihan karena dengan model pembelajaran ini kita terlatih dan terbiasa untuk tidak sekedar bekerja bersama-sama namun benar-benar bekerjasama dan masing-masing dari kita memberikan kontribusi demi keberhasilan bersama. Selain itu kita juga dibiasakan untuk saling menghargai dan tidak merasa benar sendiri. <br />Jika model pembelajaran seperti ini dilakukan disemua sekolah mulai <br />dari jenjang pendidikan paling dasar sampai dengan jenjang tertinggi, penulis yakin kita akan kemabali menjadi manusia yang humanis, bukan manusia yang arogan dan mudah menyalahkan orang lain. Jika kebersamaan sudah menjadi kultur kita, maka persoalan apapun dan sebesar apapun pasti akan dapat diselesaikan dengan mudah. Akhirnya, dengan kebersamaan akan memjadikan hidup ini semakin indah dan bermakna. <br />Daftar Rujukan <br />Guruvalah. <br />Orientasi <br />Baru <br />Dalam <br />Psikologi <br />Belajar. <br />http://www.psikologi_belajar. <br />Kagan, S. (1994). Kagan Cooperative Learning. San Juan Capistrano, <br />CA: Kagan Cooperative Learning. <br />Komunitas Sekolah Alam. 2005. Menemukan Sekolah Yang <br />Membebaskan. Jakarta:Kawan Pustaka. <br />Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning, Jakarta:Grasindo. <br />Miller, Courtney, K & Reece L. Peterson. Creating Positive Climate; <br />Cooperative Learning.www.in diana.edu /- safeschl. <br />Roger T. dan David W. Johnson. Beberapa Pandangan Mengenai <br />Pembelajaran Kooperatif. Penabur No.8 THN.XXVIII 2001 hal 30- <br />33. <br />Slavin, R.E. (1990). Cooperative Learning: Theory, research, and <br />practice. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. <br />Young, Christie M. Encyclopedia of Educational Technology: Cooperative <br />Learning. <br />http://www.Encyclopedia <br />of <br />Educational <br />Technology.htm. <br />