Tugas kelompok ini membahas penilaian sistem surveilans kesehatan masyarakat yang mencakup pengertian, tujuan, jenis, pendekatan, sistem, dan evaluasi surveilans kesehatan."
1. TUGAS KELOMPOK
(PENILAIAN SURVEILANS KESEHATAN
MASYARAKAT )
Diajukan sebagai tugas pada mata kuliah surveilans epidemiologi
Oleh Kelompok VII
Ade Ria Nofrianti
Emdaningsih
Edi Warman
Mela Faranti
Elsi Fitriana
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2012
2. KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah penilaian surveilans kesehatan masyarakat
pada mata kuliah surveilans epidemiologi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen
mata kuliah yang telah memberi kepercayaan untuk mengerjakan makalah ini.
Penulis ucapkan terimakasih atas doa dan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang ditentukan. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sehingga makalah ini dapat lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan terutama
bagi penulis sendiri. Amin.
Padang, Desember 2012
Kelompok
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................ 2
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian ...................................................................................... 3
B. Tujuan surveilans............................................................................ 5
C. Jenis Surveilans............................................................................... 6
D. Pendekatan Surveilans...................................................................... 10
E. Sistem Surveilans.............................................................................. 11
F. Evaluasi Sistem Surveilans................................................................ 13
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai upaya rutin
dalam pengumpulan, analisis dan diseminasi data yang relevan yang diperlukan untuk
mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat. Sedangkan Epidemiologi
didefinisikan sebagai studi sistematis yang dilakukan untuk mempelajari fakta-fakta
yang berperan atau mempengaruhi kejadian dan perjalanan suatu penyakit atau
kondisi tertentu yang menimpa masyarakat. Oleh karena itu untuk memberantas suatu
penyakit menular diperlukan pengetahuan tentang Epidemiologi penyakti tersebut
serta tersedianya data surveilans yang dapat dipercaya yan berkaitan dengan kejadian
penyakit tersebut.
Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu bagian saja namun yang paling
penting dari suatu system surveilans kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah
penduduk dan “overcrowding” mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang
ke orang. Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi
perubahan gambaran Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu.
Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang mempunyai
ekologi lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah tersebut mengalami
kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan masalah penyakit
baru. Apapun jenis penyakitnya, apakah dia penyakit yang sangat prevalens di suatu
wilayah ataukah penyakit yang baru muncul ataupun penyakit yang digunakan dalam
bioteririsme, yang paliang penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
adalah mengenal dan mengidentifikasinnya sedini mungkin. Untuk mencapai tujuan
5. tersebut maka system surveilans yang tertata rapi sangat diperlukan. CDC Atlanta
telah mengembangkan rencana strategis untuk mengatasi masalah-masalah yang
muncul termasuk mengembangkan jaringan susrveilans sentinel, pengembangan
pusat-pusat surveilans berbasis masyarakat dan berbagai proyek yang melengkapi
kegiatan surveilans. Sebagai tambahan, Journal baru yang berjudul Emerging
Infectious Diseases telah diterbitkan. CDC dengan WHO telah pula melakukan
kerjasama tukar menukar informasi melalui media elektronika sejak tahun 1990 an.
Bagaimanapun juga deteksi dini terhadap suatu kejadian penyakit menular sangat
tergantung kepada kejelian para petugas kesehatan yang berada di ujung tombak
untuk mengenali kejadian kesehatan yang tidak biasa secara dini. Dokter atau tenaga
kesehatan yang menemukan yang aneh di lapangan punya kewajiban untuk
melaporkan kepada otoritas kesehatan yang lebih tinggi agar dapat dilakukan tindakan
yang semestinya.
B. Tujuan
a. Diketahuinya pengertian surveilann kesehatan masyarakat
b. Diketahuinya tujuan surveilans
c. Diketahuinya jenis surveilans
d. Diketahuinya pendekatan surveilans
e. Diketahuinya sistem surveilans
f. Diketahuinya evaluasi sistem surveilans
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Surveilans penting untuk pahami, khususnya terkait (elaborasi) dengan teori
simpul Ahmadi. surveilans menjadi vital juga karena pijakan pola fikir kita sejauh
menyangkut konsep dasar Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL).
Menurut German (2001), surveilans kesehatan masyarakat (public health
surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus¬ menerus berupa
pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data mengenai suatu
peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam tindakan kesehatan
masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan kematian, dan
meningkatkan status kesehatan. Data yang dihasilkan oleh sistem surveilans kesehatan
masyarakat dapat digunakan :
a. Sebagai pedoman dalam melakukan tindakan segera untuk kasus-kasus penting
kesehatan masyarakat
b. Mengukur beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya, termasuk
identifikasi populasi resiko tinggi
c. Memonitor kecenderungan beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan
lainnya, termasuk mendeteksi terjadinya outbreak dan pandemic
d. Sebagai pedoman dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program
e. Mengevaluasi kebijakan-kebijakan publik
f. Memprioritaskan alokasi sumber daya kesehatan dan
g. Menyediakan suatu dasar untuk penelitian epidemiologi lebih lanjut.
7. Menurut Timmreck (2005), surveilans epidemiologi adalah pengumpulan,
analisis, dan interpretasi secara sistematik dan berkesinambungan pada data yang
berkaitan dengan kesehatan, penyakit, dan kondisi. Temuan dari kegiatan surveilans
epidemiologi digunakan untuk merencanakan, mengkaji, mengevaluasi, dan
menerapkan program pencegahan dan pengendalian di bidang kesehatan.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan
yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga
melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan.
Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan populasi guna merencanakan,
menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat
untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan
demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam
bentuk yang dapat digunakan.
Sementara menurut pendapat lain dikemukakan, surveilans merupakan sebuah
istilah umum yang mengacu pada observasi yang sedang berjalan, pengawasan
berkelanjutan, pengamatan menyeluruh, pemantauan konstan, serta pengkajian
perubahan dalam populasi yang berkaitan dengan penyakit, kondisi, cedera,
ketidakmampuan, atau kecenderungan kematian.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis
data secara terusmenerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan
(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan
penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008). Surveilans memantau terus-
menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi
8. outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir.
Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan
agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last,
2001). Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan
masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab
menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk
mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal
sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health). Surveilans
memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin dan mengelola dengan
efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan informasi kewaspadaan dini
bagi pengambil keputusan dan manajer tentang masalah-masalah kesehatan yang
perlu diperhatikan pada suatu populasi. Surveilans kesehatan masyarakat merupakan
instrumen penting untuk mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons
segera ketika penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi
kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh
mana populasi telah terlayani dengan baik (DCP2, 2008).
B. Tujuan surveilans
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan
populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan
respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus surveilans:
Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini
outbreak;
9. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease
burden) pada populasi;
Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan; (5) Mengevaluasi
cakupan dan efektivitas program kesehatan
Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002).
C. Jenis Surveilans
Dikenal beberapa jenis surveilans:
a. Surveilans Individu,Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi
dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit
serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis.
Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera
terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.
Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi
gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar
oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina
adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi
infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika
timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina, yaitu:
Karantina total; Karantina total membatasi kebebasan gerak semua
orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk
mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar.
Karantina parsial. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak
kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan
tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan
10. untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa
diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos
tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.
b. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-
menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui
pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan
penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian
surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara,
pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal
(pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans
malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi
tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena
pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal
yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya,
menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk
sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga
mengakibatkan inefisiensi.
c. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit,
bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi
indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati
sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-
indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau
11. temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum
diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans
sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional.
Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap
penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan
laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter
yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus
sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan
mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur
dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut
berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza,
termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini
dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah
berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006). Suatu sistem yang
mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan,
laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans
sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara
yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber
daya yang terbatas.
d. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor
penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui
makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk
mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit
12. dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan
pelaporan sindroma dari klinik-klinik
e. Surveilans terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua
kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/
kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu
menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi
mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian
penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan
perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001,
2002; Sloan et al., 2006). Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,
pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans
(yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi,
manajemen sumber daya);
Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit.
Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap
memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans
yang berbeda (WHO, 2002).
f. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
13. Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia
dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas
negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara
berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya
epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring
yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan,
peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman
aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit
lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit
yang baru muncul (newemergingdiseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan
SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor
baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi
D. Pendekatan Surveilans
Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: Surveilans pasif;
Surveilans aktif (Gordis, 2000). Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif,
dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang
tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan
mudah untuk dilakukan. Negara-negara anggota WHO diwajibkan melaporkan
sejumlah penyakit infeksi yang harus dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif
dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit internasional. Kekurangan surveilans
pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang
dihasilkan cenderung under-reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan
biasanya rendah, karena waktupetugas terbagi dengan tanggungjawab utama
14. memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk
mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat sederhana dan ringkas.
Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke
lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya,
puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru
penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi
laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans
pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan
tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal.
Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulituntuk dilakukan daripada
surveilans pasif Sistem surveilans dapat diperluas pada level komunitas, disebut
community surveilance. Dalam community surveilance, informasi dikumpulkan
langsung dari komunitas oleh kader kesehatan, sehingga memerlukan pelatihan
diagnosis kasus bagi kader kesehatan. Definisi kasus yang sensitif dapat membantu
para kader kesehatan mengenali dan merujuk kasus mungkin (probable cases) ke
fasilitas kesehatan tingkat pertama. Petugas kesehatan di tingkat lebih tinggi dilatih
menggunakan definsi kasus lebih spesifik, yang memerlukan konfirmasi laboratorium.
Community surveilans mengurangi kemungkinan negatif palsu (JHU, 2006).
E. Sistem Surveilans
a. Garis besar kegiatan surveilans
Uraian pentingnya suatu peristiwa kesehatan dilihat dari segi kesmas
Uraian sistem yang akan dievaluasi
Tingkat pemanfaatan data
Evaluasi sistem menurut atribut
Sumber yang digunakan untuk melaksanakan
15. Uraian kesimpulan dan saran
b. Faktor –faktor yang mempengaruhi kualitas data sistem surveilans:
Mengumpulkan informasi tentang terlalu banyak penyakit dan kondisi
Kemampuan staf rendah:
tidak tahu bagaimana penggunaan data
tidak melihat surveillans sebagai hal yang dapat memenuhi
kebutuhan manajerial dan program
Data hanya ditabulasi, jarang dianalisis atau diinterpretasikan untuk
tujuan spesifik penyediaan informasi yang diperlukan bagi
kepentingan kesehatan masyarakat
Kurangnya keseragaman dan adanya kompleksitas bentuk dan prosedur
administratif menimbulkan kebingungan:
siapa yang melaporkan data,
apa dan bagaimana bentuk pelaporan
kepada siapa mesti dilaporkan
c. Parameter yanga digunakan dalam sistem surveilans:
Mengumpulkan informasi tentang terlalu banyak penyakit dan kondisi
Kemampuan staf rendah:
tidak tahu bagaimana penggunaan data
tidak melihat surveillans sebagai hal yang dapat memenuhi kebutuhan
manajerial dan program
Data hanya ditabulasi, jarang dianalisis atau diinterpretasikan untuk tujuan
spesifik penyediaan informasi yang diperlukan bagi kepentingan kesehatan
masyarakat
16. Kurangnya keseragaman dan adanya kompleksitas bentuk dan prosedur
administratif menimbulkan kebingungan:
siapa yang melaporkan data,
apa dan bagaimana bentuk pelaporan
kepada siapa mesti dilaporkan
d. sistem surveilans:
Buat daftar tujuan sistem:
Deteksi KLB, melihat trend, identifikasi kontak, mencatat penderita
sebagai kasus dan merumuskan hipotesa penyebab
Uraian peristiwa kesehatan yang akan diamati definisi kasus
Uraian komponen pelaksanaan sistem :
Populasi mana yang diamati?
Kapan periode pengumpulan data?
Informasi apa yang dikumpulkan?
Sumber informasi?
Cara informasi dikirim?
Bagaimana informasi disimpan?
Siapa yang menganalisis data?
Bagaimana data dianalisis? Frekuensi? Visualisasi data?
Frekuensi diseminasi informasi? Kepada siapa? Bagaimana caranya?
F. Evaluasi Sistem Surveilans
a. Pentingnya masalah
Besarnya kasus, Insidence & Prevalence
17. Petunjuk beratnya penyakit (misalnya ; angka kematian, Case
Falality rate)
Preventability (kemungkinan pencegahan)
b. Sistem yang di evaluasi
Evaluasi Sistem Menurut Sifat-Sifat :
a) Simplicity (Kesederhanaan)
Kesederhanaan surveilans berarti struktur sederhana & mudah
dioperasikan, Ukuran yang dapat dipertimbangkan dalam menilai
kesederhanaan sistem:
Banyak & jenis informasi yang dibutuhkan untuk
menegakkan hipotesis
Banyak & jenis sumber laporan
Cara penyaluran data/informasi kasus
Banyaknya organisasi yang terlibat dalam penerimaan
laporan kasus
Latihan staf yang dibutuhkan
Bentuk analisa data
Banyak & jenis pemakai informasi
b) Fleksibility (Fleksibel)
Dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan informasi yang
dibutuhkan,atau keadaan lapangan dengan sedikit waktu, personal
& anggaran perkiraan terbaik secara retrospektif dengan
mengamati bagaimana sistem menghadapi kebutuhan baru,
Misalnya :
18. Ketika AIDS baru muncul, sistem pelaporan sudah dapat
menyesuaikan
Kemampuan surveilans gonorhoe unntuk disesuaikan
dengan surveilans khusus untuk nesseria gonorhoe yang
menghasilkan penecillinase
c) Acceptibility (Kemudahan diterima)
kemudahan diterima, dimaksudkan dari idividu atau organisasi
untuk ikut serta dalam sistem Indikator kuantitatif Acct meliputi :
Angka partisipasi subjek & agen
Jika partisipasi tinggi, bagaimana cepat tercapainya
Angka kelengkapan interview & angka penolakan
pertanyaan (jika ada interview)
Angka pelaporan dokter, laboratorium, dll.
Ketepatan waktu laporan
Beberapa faktor yang mempengaruhi acct:
Kepentingan kesehatan masyarakat
Keterlibatan orang-orang dalam pengenalan sistem
Jawaban sistem terhadap usulan & komentar
Beban waktu terhadap waktu yang tersedia
Aturan daerah & Negara dalam pengumpulan data & keyakinan
kerahasiaan pribadi (confidentiality)
pemerintah daerah & negara dalam pelaporan
d) Sensitivity (Sensitiv)
Dapat dinilai dari dua tingkat:
19. Pada tingkat pelaporan kasus, proporsi kasus atau masalah kesehatan
yang dideteksi oleh sistem surveilans
Kemampuannya untuk mendeteksi epidemi
Sensitifitas sistem surveilans dipengaruhi oleh kemungkinan-kemungkinan :
Orang-orang dengan penyakit tertentu atau masalah kesehatan yang
mencari pengobatan
Penyakit atau keadaan yang akan didiagnosa, keterampilan petugas
kesehatan & sensitifitas tes diagnostik
Kasus yang akan dilaporkan kepada sistim & pemberian diagnosanya.
Pengukuran sensitifitas dari sistem surveilans ditentukan oleh :
Validitas informasi yang dikumpulkan oleh sistem
Pengumpulan informasi di luar sistim untuk menentukan frekwensi
keadaan dalam komuniti
e) Prediktive value positiv
Adalah proporsi orang-orang yang diidentifikasi sebagai kasus yang
sesungguhnya memang berada dalam kondisi yang sementara dalam
surveilans
f) Representativeness
Sistem Surveilans yang representative adalah yang dapat menguraikan dengan
tepat kejadian peristiwa kesehatan sepanjang waktu & distrubusinya dalam
populasi menurut Waktu & Tempat
g) Timeliness (Ketepatan waktu)
Berarti kecepatan & keterlambatan diantara langkah-langkah dalam sistem
surveilans dapat dinilai dalam hal tersedianya informasi untuk kontrol
penyakit, baik kontrol segera maupun perencanaan jangka panjang.
20. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang
mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga
melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan
b. Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah
kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan
dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif
c. Dikenal beberapa jenis surveilans: Surveilans Individu, surveilan penyakit,
surveilans sinromik dll
d. Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: Surveilans pasif; Surveilans
aktif
e. Sistem surveilans; garis besar sistem surveilans, faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas data sistem surveilans, parameter dan juga sistem surveilans.
f. Evaluasi sistem surveilans berdasarkan sistem yanh dievaluasi dan petingnya
masalah.
21. DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta.
Nur Nasry Noor, Bahan kuliah Epidemiologi Dasar. FKM. Unhas.
Ridwan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat Surveilans Epidermiologi Sebuah Pengantar.
FKM-UNHAS.
Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Atfabeta.
Bandung. Hal.
Sutrisna, Bambang. 1986. Pengantar Metoda Epidemiologi. PT. Dian Rakyat. Jakarta.
Wahyudin Rajab, M.Epid. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC.
Jakarta