Ilmu Rijal al-Hadits adalah ilmu yang mempelajari biografi dan sejarah hidup para perawi hadits, mulai dari generasi sahabat hingga generasi-generasi berikutnya. Ilmu ini muncul untuk mengetahui keadaan para perawi hadits karena semakin banyaknya pertanyaan mengenai sanad hadits. Ilmu Rijal membahas latar belakang para perawi, guru mereka, dan keadaan mereka menerima hadits.
3. Pendahuluan
Dalam ilmu hadits terdapat berbagai macam cabang
ilmu yang membahas ilmu hadits dari akar-akarnya hingga
buah-buahnya. Salah satunya adalah ilmu Rijal al-Hadits yang
merupakan cabang dari ilmu Dirayah. Sebelum masuk ke
pembahasan utama, perlu diketahui apa itu ilmu hadits
Dirayah. Ilmu hadits Dirayah adalah ilmu yang diketahuinya
hakikat riwayat, syarat-syaratnya, hukum-hukumnya, keadaan
perawi dan syarat-syarat mereka, maacam-macam apa yang
diriwayatkan dan, apa yang berkaitan dengannya. Atau
secara ringkas : “Kaidah-kaidah yang diketahui dengannya
keadaan perawidan yang diriwayatkan”. Dan perawi adalah
orang yang meriwayatkan hadits dari orang yang ia mengambil
darinya. Adapun marwiy adalah hadits yang disampaikan
dengan cara periwayatan, dan yang diriwayatkan ini secara
istilah dinamakan dengan matan. Adapun orang-orang yang
meriwayatkannya dinamakan dengan perawi atau Rijal AlIsnad.
4. Pengertian
„Ilmu rijal al-hadits (
ialah:
“Ilmu untuk mengetahui para perawi hadits
dalam kapasitasnya sebagai perawi hadits.”
Maksudnya ialah ilmu yang membicarakan
seluk beluk dan sejarahkehidupan para perawi,
baik dari generasi sahabat, tabi‟in maupun tabi‟it
tabi‟in.
5. Ada pula yang berpendapat bahwa Ilmu Rijal
al-Hadits ialah ilmu yang memepelajari sejarah
perawi-perawi haditsyang berpegang kepada
madzhab itu, dapat diterima atau ditolak riwayat
mereka, dan pegangan –pegangan mereka, serta
cara mereka menerima hadits
IlmuRijal al-Hadits dinamakan juga dengan
Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat (Ilmu Sejarah Perawi) adalah
ilmu yang diketahui dengannya keadaan setiap
perawi hadits, dari segi kelahirannya, wafatnya,
guru-gurunya, orang yang meriwayatkan darinya,
negeri dan tanah air mereka, dan yang selain dari itu
yang ada hubungannya dengan sejarah perawi dan
keadaan mereka.
6. Pertama kali orang yang sibuk memperkenalkan
ilmu ini secara ringkas adalah Al-Bukhari (w.230 H)
kemudian Muhammad bin sa‟ad (w.230 H) dalam
Thabaqatnya. Kemudian berikutnya Izzuddin Bin alAtsir(w.630 H) menulis Usud Al-Ghabah Fi Asma AshShahabah, Ibnu hajar Al-asqalani (w.852 H) yang
menulis Al-Ishabah Fi Tamyiz Ash-shahabah kemudian
diringkas oleh as-suyuthi(w.911 H ) dalam bukunya
yang berjudul „ayn Al-Ishabah. Al-Wafayat karya Zabir
Muhammad bin Abdullah Ar-rubi (w.379 H).
7. Kajian Ilmu Rijal al-Hadits
Adapun para perawi yang menjadi obyek kajian ilmu rijal alhadits ini adalah:
a). Para sahabat, sebagai penerima pertama dan
sebagai kelompok yang dikenal dengan sebutan thabaqat
awwal ( generasi pertama) atau dikenal sebagai sanad
terakhir lantaran sebagai penerima langsung dari sumber
asalnya, yaitu Nabi Saw.
b). Para tabi‟in, dikenal sebagai thabaqat tsani (
generasi kedua).
c). Para muhadhramin (
yaitu orang-orang
yang mengalami hidup pada masa Jahiliyyah dan masa
Nabi Saw. dalam kondisi islam, tetapi tidak sempat
menemuinya dan mendengarkan hadits darinya.
d). Para mawalliy, yaitu para perawi hadits dan ulama
yang pada awalnya berstatus budak.
8. Sedang kitab yang membahas persoalan sejarah
para perawi hadits secara periodik dari generasi ke generasi
(thabaqat) adalah:
a). Thabaqat al-kubra (
karyaMuhammad
binSa‟ad (w. 230 H).
b). Thabaqat al-ruwwat(
karya Kalifah bin
„Ashfariy (240 H).
Kitab-kitab lain yang orientasi pembahasannya pada
disiplin ilmu rijal-hadits sebagai berikut ini:
a)
karya Ibnu Manjawaih ( 428 H. )
b)
karya Iman al-Suyuthiy ( 911 H. )
c)
karya Ahmad bin Muhammad al-Kurdi
(763 H )
d)
karya Muhammad bin Dawud alKurdiy (925H.)
9. Munculnya Ilmu Rijal al-Hadits
Banyaknya pertanyaan terhadap isnad dan makin
intensnya orang meneliti dan memeriksa isnad, itu mulai
terjadi setelah terjadinya fitnah Abdullah bin Saba dan
pengikut-pengikutnya yaitu di akhir-akhir kekhalifaan Utsman
bin Affan dan penggunaan sanad terus berlangsung dan
bertambah seiring dengan menyebarnya para Ashabulahwaa(pengikut hawa nafsu) di tengah-tengah kaum
muslimin, juga banyaknya fitnah yang mengusung
kebohongan sehingga orang-orang tidak mau menerima
hadits tanpa isnad agar supaya mereka mengetahui perawiperawi hadits tersebut dan mengenali keadaan mereka.
10. Imam Muslim meriwayatkan dengan isnadnya
dari Muhammad bin Sirin bahwasanya beliau
berkata :
«
Dahulu orang-orang tidak pernah menanyakan
isnad, akan tetapi setelah terjadi fitnah maka
dilihat hadits Ahli Sunnah lalu diterima dan
dilihat haditsnya ahlil-bida‟ lalu tidak diterima
(ditolak)”
11. Kemunculan ilmu Rijal merupakan buah
dari
berkembang
dan
menyebarnya
penggunaan isnad serta banyaknya pertanyaan
tentangnya.Dan setiap maju zaman, maka
makin banyak dan panjang jumlah perawi
dalam sanad.Maka perlu untuk menjelaskan
keadaan perawi tersebut dan memisahmisahkannya, apalagi dengan munculnya
bid‟ah-bid‟ah dan hawa nafsu serta banyaknya
pelaku
dan
pengusungnya.Karena
itu
tumbuhlah ilmu Rijaal yang merupakan suatu
keistimewaan ummat ini di hadapan ummatummat lainnya.
12. Akan tetapi kitab-kitab tentang ilmu Rijal
muncul setelah pertengahan abad-2. Dan karya
tulis tersebut ialah:
1. At Tarikh yang ditulis oleh Al Laits bin Sa‟ad
(wafat 175 H)
2. Tarikh yang disusun oleh Imam Abdullah bin
Mubarak (wafat 181 H)
3. Tarikh Ar Rijaal yang ditulis oleh Al Walid bin
Muslim (wafat 195 H)
13. Cabang-cabang Ilmu Rijal alHadits
Para penyusun kitab-kitab dalam ilmu Rijal
pada masa-masa awal menempuh beberapa metode
sehingga hal ini melahirkan percabangan dalam ilmu
rijal al hadits, diantaranya:
1. Kitab-kitab tentang thabaqat ar Rijal melahirkan
ilmu thobaqaat (tingkatan-tingkatan rijal) yang
mencakup 4 thabaqat (sahabat, taabi‟un, atbaa‟ut
tabi‟in dan taba‟ul atba‟)
2. Kitab-kitab Ma‟rifah Ash Shohaabah melahirkan
ilmu tentang Ma‟rifatush shohabah (pengenalan
tentang sahabat-sahabat Rasulullah shallallohu
alaihi wasallam)
3. Kitab-kitab al jarh wat ta‟dil melahirkan ilmu
tentang Al jarh wat ta‟dil
14. Ketiga jenis kitab rijal diatas pertama kali muncul di
sekitar penghujung abad II H dan pertengahan abad III
H, setelah itu menjadi banyak dan meluas. Seperti kitabkitab berikut ini:
1. Kitab-kitab Tawarikh al Mudun (sejarah kotakota/negeri-negeri), yang memuat biografi para ruwaat
(rijaalul hadits) pada suatu negeri/kota tertentu. Ilmu ini
mulai muncul pada paruh kedua dari abad III H
2. Kitab-kitab Ma‟rifatul Asmaa wa Tamyiizuha
(pengenalan terhadap nama-nama perawi dan cara
membedakannya). Ilmu ini muncul agak belakangan
dari yang lainnya, yaitu setelah jumlah periwayat dari
yang lainnya, yaitu setelah jumlah periwayat hadits
semakin banyak, dan nama kuniyah dan nasab mereka
banyak yang serupa sehingga dibutuhkan
pembedaannya.
15. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa Ilmu Rijal al-Hadits ialah ilmu yang
mempelajari seluk beluk dan sejarah hidup para
perawi hadits.
IlmuRijal al-Hadits dinamakan juga dengan Ilmu
Tarikh Ar-Ruwwat (Ilmu Sejarah Perawi) adalah ilmu
yang diketahui dengannya keadaan setiap perawi
hadits, dari segi kelahirannya, wafatnya, gurugurunya, orang yang meriwayatkan darinya, negeri
dan tanah air mereka, dan yang selain dari itu yang
ada hubungannya dengan sejarah perawi dan
keadaan mereka.
16. Kemunculan ilmu Rijal merupakan buah dari
berkembang dan menyebarnya penggunaan isnad serta
banyaknya pertanyaan tentangnya.Dan setiap maju
zaman, maka makin banyak dan panjang jumlah perawi
dalam sanad.Maka perlu untuk menjelaskan keadaan
perawi tersebut dan memisah-misahkannya, apalagi
dengan munculnya bid‟ah-bid‟ah dan hawa nafsu serta
banyaknya pelaku dan pengusungnya.Karena itu
tumbuhlah ilmu Rijaal yang merupakan suatu
keistimewaan ummat ini di hadapan ummat-ummat
lainnya.
Dengan ilmu ini dapatlah kita mengetahui keadaan
para perawi yang menerima hadits dari Rasulullah dan
keadaan para perawi yang menerima hadits dari sahabat
dan seterusnya. Di dalam ilmu ini diterangkan tarikh
ringkas dari riwayat hidup para perawi, mahzhab yang
dipegang oleh para perawi dan keadaaan-keadaaan
para perawi itu dalam menerima hadits.