Program Terapi Rumatan Metadona menggunakan metadona untuk mengobati ketergantungan opioid serta meningkatkan kualitas hidup pasien secara fisik dan psikososial. Program ini diselenggarakan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas dengan kriteria klien berusia minimal 18 tahun dan memenuhi kriteria ketergantungan opioid.
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
METADONA
1.
2. Metadona adalah Narkotika berupa obat jadi dalam
bentuk sediaan tunggal yang termasuk jenis Narkotika
Golongan II sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1)
dan (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
Program Terapi Rumatan Metadona (PTRM) adalah
rangkaian kegiatan terapi yang menggunakan metadona
disertai dengan intervensi psikososial bagi pasien
ketergantungan opioida meningkatkan kualitas hidup
scr fisik dan psikososial.
3. Fasilitas layanan kesehatan :
Rumah sakit
Puskesmas
Klinik Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan.
‘Ditetapkan oleh Menteri’
4. Kriteria klien PTRM :
Ketergantungan opioid sesuai kriteria PPDGJ III
Usia minimal 18 tahun;
dapat datang ke unit layanan setiap hari hingga mencapai
dosis stabil;
dapat datang secara teratur ke unit layanan sebagaimana
jadwal yang ditetapkan tim PTRM berdasarkan kondisi klinis
pasien setelah dosis stabil tercapai;
tidak mengalami gangguan fisik dan mental berat yang
mengganggu kehadiran ke unit layanan dan/atau
mengganggu tingkat kepatuhan terapi;
5. Klien dg kondisi khusus :
o hamil,
o pasien HIV/AIDS,
o pasien diagnosis ganda,
o pasien dengan keluhan nyeri
o pasien pasca lapas.
Pasien akan diberikan kartu tanda peserta.
6. Asesmen saat awal program utk tentukan rencana
terapi
Pemberian Metadona selama mengikuti program
Pemeriksaan Penunjang setiap saat selama
mengikuti program
Konseling dan intervensi psikososial lainnya selama
mengikuti program.
7. Wawancara
Observasi
Pemeriksaan fisik dan psikis
Formulir asesmen wajib lapor/rehabilitasi medis
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Hanya berdasarkan resep yang dibuat oleh dokter yang
menjadi anggota Tim
Pemberian Metadona dilakukan oleh Apoteker / Asisten
Apoteker / Anggota lain dg pengawawsan apoteker yang
menjadi anggota Tim
Metadona harus diminum oleh pasien di depan petugas
PTRM
Jika pasien tidak dapat mengambil Metadona sendiri
karena alasan tertentu, keluarga/wali dapat mengambil
Metadona sesuai dengan kriteria dosis bawa pulang.
9. Urinalisis
Pemeriksaan laboratorium
Foto thorax dan pemeriksaan penunjang lainnya yang
dilakukan sesuai indikasi.
10. Proses Penerimaan Proses Inisiasi & Proses Rumatan
• Informasi ttg metadon, Stabilisasi • asesmen lanjutan,
asesmen, rencana konseling kepatuhan,
• Farmakoterapi lain,
terapi, pemeriksaan urinalisis sewaktu-
penunjang konseling adiksi,
konseling HIV, waktu, farmakoterapi &
pengobatan ART bila konseling lain yg
perlu dibutuhkan
11. Skrining atas kriteria inklusi calon pasien;
Pemberian informasi mengenai PTRM PP 25/2011
tentang Wajib Lapor Pecandu Narkotika;
Asesmen dan penyusunan rencana terapi;
Penjelasan tentang pentingnya keterlibatan keluarga /
wali dalam PTRM, agar dapat diperoleh hasil yang
optimal;
Pengambilan keputusan apakah calon pasien dapat
diterima sebagai pasien PTRM atau dirujuk pada
modalitas terapi lain yang lebih sesuai
12. Dosis awal adalah 20-30 mg untuk tiga hari pertama.
Pasien harus diobservasi 45 menit setelah pemberian
dosis awal untuk memantau tanda-tanda toksisitas atau
gejala putus obat.
Metadona harus diberikan dalam bentuk cair dan
diencerkan sampai menjadi 100cc dengan larutan sirup.
Pasien harus hadir setiap hari di klinik.
Pasien harus segera menelan Metadona di hadapan
petugas PTRM.
13. Bertujuan untuk menaikkan dosis secara perlahan
sehingga memasuki tahap rumatan.
Pada tahap ini risiko intoksikasi dan overdosis cukup
tinggi pada 10-14 hari pertama.
Menaikkan dosis awal 5-10 mg tiap 3-5 hari, total
kenaikan dosis tiap minggu tidak boleh lebih 30 mg.
Penambahan dosis setiap hari akan meningkatkan risiko
toksisitas akibat akumulasi dosis
Pasien harus datang setiap hari di klinik.
14. Adanya tanda dan gejala putus opiat yang diukur melalui
skala putus opiat obyektif dan subyektif
Jumlah dan/atau frekuensi penggunaan opiat tidak
berkurang
craving tetap masih ada
Prinsip terapi pada PTRM adalah start low go slow aim
high yang artinya memulai dosis yang rendah adalah
aman, peningkatan dosis perlahan adalah aman, dan
dosis rumatan yang tinggi adalah lebih efektif.
15. Dosis rumatan rata-rata adalah 60-120 mg per hari.
Dosis rumatan harus dipantau setiap hari secara teratur
dan disesuaikan dengan keadaan pasien.
Fase ini dapat berjalan selama bertahun-tahun sampai
perilaku stabil, baik dalam bidang pekerjaan, emosi
maupun kehidupan sosial.
16. Metadona dapat dihentikan secara bertahap perlahan
(tappering off).
Penghentian Metadona dapat dilakukan pada keadaan berikut:
Pasien sudah dalam keadaan stabil secara klinis dan psikososial
Minimal 6 bulan pasien dalam keadaan bebas heroin
Penurunan dosis maksimal sebanyak 10%.
Penurunan dosis yang direkomendasikan adalah setiap 2
minggu.
Jika keadaan emosi pasien tidak stabil, dosis dapat dinaikkan
kembali.
17. Pasien dinyatakan drop-out dari program apabila dalam 7
hari berturut-turut pasien berhenti meminum obat dan
tanpa informasi keberadaan.
Apabila pasien berminat untuk kembali menjalani PTRM,
perlu dilakukan asesmen ulang, yang disesuaikan dengan
kondisi pasien.
Apabila pasien drop-out berulangkali dan tetap
menyatakan keinginannya untuk kembali menjalani
PTRM, lakukan asesmen ulang secara komprehensif
dengan formulir wajib lapor untuk meninjau ulang
rencana terapi yang lebih sesuai.
18. Definisi Dosis Bawa Pulang (Take-home Dose/THD) :
pemberian dosis bawa pulang karena pasien tidak dapat hadir
di klinik oleh karena suatu sebab yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pemberian THD mengikuti aturan
pemberian dosis (diencerkan).
Kriteria inklusi pasien dengan dosis bawa pulang:
o Secara klinis stabil
o Pasien bersikap kooperatif, tidak melakukan tindak
kekerasan
o Pasien memiliki aktifitas rutin (bekerja, sekolah atau kuliah)
yang dibuktikan dengan surat keterangan
o Pasien dapat bertanggungjawab atas dosis yang dibawa
pulang
o Hasil pemeriksaan urine benzo dan opiat negatif pada saat
mengajukan permohonan THD.
19. THD bagi pasien yang belum melewati masa stabil dapat
dilakukan hanya untuk keadaan sangat mendesak;
o Sakit
o Kecelakaan
o musibah (bencana alam, kebakaran, kebanjiran, keluarga
inti meninggal),
o menjalani masa tahanan pada lapas atau rutan yang belum
tersedia layanan PTRM
20. Hasil spot cek positif untuk opiat dan benzo yang menandakan
adanya penyalahgunaan (tidak terkait dengan penggunaan
secara medis legal)
Bila “missing dose”> 3 hari
Melakukan tindak kekerasan
Melakukan penyalahgunaan THD (dijual, diberikan kepada
orang lain)
Secara klinis terlihat menyalahgunakan zat
Menjual NAPZA ilegal
21. Pasien melaporkan kehilangan dosisnya kepada klinik dan
atau pihak berwajib.
Apabila dosis tersebut tumpah di klinik maka harus dicari
tanda atau bekas tumpahan dosis tersebut oleh petugas
klinik.
Apabila dosis tumpah di luar klinik, dan tidak dapat
dibuktikan dengan kasat mata, maka tidak diberikan
penggantian dosis, kecuali tampak tanda-tanda putus
opioid.
22. Pemberian dosis pengganti harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
o Dosis pengganti diberikan di klinik metadona
o Dosis pengganti tidak diberikan sebagai THD
o Jumlah dosis pengganti adalah sesuai dengan dosis yang
hilang, tumpah, atau dicuri tersebut.
o Bahaya keracunan akibat pemberian dosis pengganti,
dikarenakan dosis pengganti mungkin tidak sama persis
jumlahnya dengan dosis yang hilang.
23. Prosedur penggantian dosis adalah sebagai berikut:
o Pasien melapor kepada petugas klinik
o Petugas klinik memastikan bahwa pasien tersebut benar-
benar telah muntah dan ada saksi dari petugas klinik.
o Besarnya dosis pengganti ditentukan sesuai dengan jarak
waktu antara minum dgn terjadinya muntah
Bahaya keracunan akibat pemberian dosis pengganti
Pasien dengan muntah berulang evaluasi klinis
lebih lanjut dan pemberian obat anti muntah.
24. Dosis yang dapat dipertimbangkan untuk dibagi adalah
sama dengan atau lebih dari 150 mg perhari atas indikasi
medik (> atau = 150mg / hr)
Pasien dilakukan penilaian fisik termasuk munculnya
gejala putus opioid.
Pembagian dosis dilakukan oleh tim PTRM
Dosis yang diminumkan di klinik PTRM harus tiga per
empat (3/4) dosis dan sisanya dapat dibawa pulang
bilamana diperlukan terutama pada klinik-klinik dengan
jam layanan terbatas.
25. Bila pasien tidak datang ke PTRM selama tiga hari berturut-
turut atau lebih, perawat atau pekerja sosial yang bertugas
harus melaporkan kepada dokter yang bertugas serta meminta
pasien untuk mengunjungi dokter.
Dokter memberikan dosis kembali ke dosis awal atau 50%
(1/2) dari dosis yang terakhir diberikan.
Re-evaluasi klinik harus dilakukan.
Bila pasien tidak datang lebih dari 7 hari maka dikembalikan
kepada dosis awal.
Bila pasien tidak datang berulang-ulang lebih dari 3-6 bulan
maka pasien dinilai ulang seperti pasien baru.
26. Tidak ada kontraindikasi absolut.
Antagonis opiat harus dihindari.
Menurunkan kadar Metadona : Barbiturat, efavirenz,
estrogen, fenitoin, karbamazepin, nevirapin, rifampisin,
spironolakton, dan verapamil
Meningkatkan kadar Metadona : amitriptilin, flukonazol,
flufoksamin, dan simetidin
Etanol secara akut akan meningkatkan efek Metadona
dan Metadona akan menunda eliminasi etanol.
27. Dapat dilakukan pada dosis metadon ≤ 40 mg
Jika ≥ 40 mg perlu penurunan dosis bertahap (2,5 – 5 mg
per minggu) terlebih dahulu
Dosis buprenorfin yang diberikan sesuai dengan konversi
yang telah ditentukan
28. Orang tua/wali datang ke klinik membawa surat keterangan bahwa
yang bersangkutan berada di insitusi (tahanan) tersebut di atas
Maksimal THD 3 dosis tiap kali orang tua/wali datang
Petugas klinik PTRM bekerjasama/berkoordinasi dengan petugas
kesehatan/penerima Metadona di institusi tersebut di atas
Setiap keluhan dari pasien harus dilaporkan oleh orangtua/wali
kepada petugas PTRM
Setiap mengambil dosis Metadona orang tua/wali membawa bukti
bahwa Metadona diminum oleh pasien berupa paraf dan nama jelas
disertai stempel dari petugas insitusi (tahanan) yang menerimanya
Bila telah selesai masa tahanan atau pindah, orang tua/wali melapor
ke klinik PTRM
29. Pasien mengajukan permohonan rujukan
Tim membuat surat rujukan yang diserahkan kepada pasien dalam
amplop tertutup yang menyebutkan: jumlah dosis dalam narasi,
tanggal terakhir minum, lamanya berada dalam program, eligibilitas
THD (kelayakan), alasan pindah, alih layanan sementara
menyebutkan kurun waktu
Fasilitas pelayanan kesehatan penerima rujukan melakukan asesmen
dan memberikan terapi sebagaimana mestinya.
Rujukan sementara: selesai kurun waktu pengalihan diberikan surat
pengantar kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan perujuk. Apabila
pasien masih memerlukan pelayanan di tempat rujukan, maka surat
rujukan harus diperbaharui. Pasien dianggap sebagai pasien tetap di
tempat rujukan apabila surat rujukan tidak diperbaharui. Alih
layanan sementara maksimal selama 1 bulan.
30. Merupakan proses secara administratif dan atau hukum
atas perbuatan/tindakan yang tidak menyenangkan,
mengancam, melanggar hukum terhadap masyarakat
layanan PTRM (petugas, pasien, dan keluarganya) oleh
pihak lain (pasien dan atau masyarakat) yang terjadi di
lingkungan klinik.
Kriteria penatalaksanaan klinis/manajemen :
o Apabila pasien melanggar peraturan yang berlaku dilayanan
PTRM
o Melakukan kekerasan verbal/fisik karena tidak menerima
keputusan tim PTRM
31. Pasien mengancam keselamatan atau kenyamanan anggota
staf, pasien lain, atau seseorang yang berkaitan dengan
mereka.
Pasien terlibat dalam perilaku merusak di tempat milik PTRM.
Pasien yang diketahui memperjualbelikan atau berbagi
Metadona dengan orang lain
Pasien yang diketahui mencuri Metadona dari klinik atau
melakukan tindak kriminal lain di lingkungan PTRM.
Semua keputusan untuk mengeluarkan pasien dari program
harus berdasarkan keputusan tim PTRM dan disetujui oleh
direktur rumah sakit atau kepala puskesmas atau kepala
lapas/rutan.