Materi Rencana Aksi Pemberantasan Korupsi di Kementerian Agama yang disampaikan oleh Inspektur Jenderal Kementerian Agama pada Rapimnas di gedung Kementerian Agama Jalan M. H. Thamrin, Jakarta.
Rencana Aksi Pemberantasan Korupsi di Kementerian Agama
1. RENCANA AKSI
PENCEGAHAN KORUPSI
PADA KEMENTERIAN AGAMA
1
2. Menurut berbagai hasil survei nasional & internasional,
gelar negara korup diberikan dengan melihat 3 hal
KORUPSI ? pokok, yaitu mutu pelayanan publik, country risk,
dan daya saing negara secara keseluruhan (dalam arti
apakah suatu negara menjadi tujuan investor)
IPK, Indeks Persepsi Korupsi Ranking 111 dari 180
Skor 3.0
– TI 2011 negara
Indikator Kemudahan Perlu 12 prosedur, 151 Sbg pembanding : Korsel
Melakukan Bisnis – World hari, dan biaya 130,7% juga dg 12 prosedur, hanya
Bank dari income perkapita perlu 22 hari & biaya 17,7%
Predikat negara terkorup
PERC - 2010 Skor 9.2
se Asia Pasifik
Global Competitiveness
Skor 4.26 Ranking ke-50
Index dr WEF
The World Competitiveness Kita di posisi/ranking 59, hanya satu tingkat di
Scoreboard 2006 - IMD atas Venezuela.
Kita perlu 16 hr hny utk mengurus izin keselamatan
Studi LPEM – FEUI 2005 kerja, 26 hr untuk izin gangguan, 27 hr untuk izin 2
Mutu Pelayanan Publik izin lingkungan hidup
prinsip, ….43 hr untuk PERILAKU 2
3. Definisi Korupsi
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere =
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) -
http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
Robert Klitgaard :
korupsi dapat terjadi jika ada monopoli kekuasaan yang dipegang
oleh seseorang yang memiliki kemerdekaan bertindak atau
wewenang yang berlebihan, tanpa ada pertanggungjawaban yang
jelas.
Transparency International : Korupsi adalah perilaku pejabat
publik, baik politikus politisi maupun pegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya
mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. 3
3
4. Tinjauan Korupsi di Indonesia
Tim Anti Korupsi
Sikap permisif
Peraturan perundangan
Terhadap korupsi
belum memadai
Lemahnya law
enforcement
Kurangnya keteladanan dan
kepemimpinan
Sistem penyelenggaraan negara, pengelolaan
dunia usaha, dan masyarakat yang tidak
mengindahkan prinsip2 good governance
Beragam sebab lain
Beragam sebab lain
Korupsi sulit dibasmi dan makin
merajalela
4
5. GUNUNG ES KORUPSI
lokasi : Korupsi sbg
• pemasok anggaran TINDAK PIDANA KORUPSI
Kejahatan terjadi,
• pengguna TPK apabila terdapat :
anggaran, • Desire to Act
• disparitas • Ability to Act
pendapatan • Opportunity
• Suitable Target
Manusia
berjiwa koruptor CORRUPTION HAZARDS (CH)
Barang
• asset negara,
•barang sitaan
Kegiatan :
• proyek Kelemahan bangsa
pembangunan • Kesisteman
• pengadaan barang POTENSI MASALAH • Kesejahteraan /
/ jasa Pengghasilan
• perijinan / PENYEBAB KORUPSI • Mental / moral
pelayanan publik • Internal, sosial, self
(PMPK) control
• Budaya ketaatan
hukum
5
5
6. LATAR BELAKANG
(Kondisi Obyektif Birokrasi di Indonesia)
1. SDM aparatur (Jumlah, 1. Tingginya kebocoran
kompetensi, penyebaran keuangan Negara
tidak sesuai dengan
kebutuhan. Etos kerja dan 2. Tingginya tingkat
Kesejahteraan rendah korupsi,
DIHADAPKAN
2. Kelembagaan/organisasi PADA TUNTUTAN 3. Dunia Usaha masih
MASYARAKAT
(gemuk, tidak AGAR PEMERTH Korup
proporsional dan banyak MELAKS GOOD
lembaga ekstra struktural) GOVERNANCE 4. Pelayanan publik yg
3. Ketatalaksanaan atau
masih buruk
business process ( rumit 5. Rendahnya daya
dan belum ada SOP) saing nasional
6
7. Kondisi Sumberdaya Aparatur
Alasan Rendahnya - Gaji tidak memadahi
- Tidak ada Tunjangan Prestasi
Kinerja
Kerja Mendasar
- Tidak ada kontrak kinerja
- Kompetensi yang rendah
- Rendahnya integritas moral
Alasan rendahnya - Kurangnya kualitas Pembinaan
Integritas moral Reformasi
- Minimnya figur contoh (role Birokrasi
model)
- Poor Mnagement System
Besarnya Peluang - Tidak adanya SOP
Untuk Menyimpang - Aturan Kode Etik yang tidak tegas Sistemik
- Sikap permisif terhadap perilaku
menyimpang
- Pengawasan internal yg tidak
berfungsi
- Tingginya penyimpangan
(korupsi)
7
8. POLA UMUM KORUPSI
Penyuapan
Pemalsuan Bribery Penggelapan
Fraud Embezzlement
Sumbangan ilegal Komisi
Illegal Contribution Bagaimana & darimana Commission
UANG-BARANG-FASILITAS
Hasil korupsi
Nepotisme diperoleh Pemerasan
Nepotism Extortion
Bisnis Orang Dalam Pilih Kasih
Insider Trading Favoritism
Penyalahgunaan Wewenang
Abuse of discretion
Sumber: Centre of International Crime Prevention (CICP) dari UN Office for Drug Control
and Crime Prevention (UN-ODCCP), 8
8
10. Model Pemberantasan Korupsi :
Menurunkan insentif korupsi melalui perbaikan sistem
Singapura –
remunerasi pegawai negara, dan mengurangi kesempatan
CPIB 1952
korupsi (sistem, aturan, tertib administrasi dll.)
Political will yang kuat; dukungan aturan hukum; strategi
Hongkong – yang koheren dan meliputi penindakan-pencegahan-
ICAC 1974 pendidikan; keterlibatan masyarakat; & dukungan dana
yang kuat.
Political will yang kuat; aturan pegawai negeri tidak
Malaysia – boleh berbisnis; semacam LHKPN; kode etik pegawai;
BPR 1967 ketentuan bahwa pegawai yang terjerat hutang tidak
boleh dipromosikan.
Layanan publik yang prima, online, dan tidak harus di lokal
tertentu (boleh dimana saja); sistem ‘report cards’ –
Korea – masyarakat mengirim report cards jika menemui kegiatan
KICAC 2002 korupsi pejabat/pelayan publik; public-private-partnership
yang membawa warga negaranya melaksanakan pengawasan 10
antikorupsi. 10
11. DASAR HUKUM
SUBTANSI POKOK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
STRATEGI PENCEGAHAN KORUPSI
SOSIALISASI DAN PENDIDIKAN ANTI KUALITAS DAN TRANSPARANSI
KORUPSI LAYANAN PUBLIK (PPID)
KURIKULUM PENDIDIKAN ANTI
SPIP
KORUPSI
PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PENANDATANGANAN PAKTA
KODE ETIK INTEGRITAS
PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS
TRANSPARANSI MANJEMEN SDM
MENUJU WBK
PENGUATAN DAN PEMANFAATAN
GRATIFIKASI
TEKNOLOGI INFORMASI
LHKPN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN
PENGEMBANGAN BUDAYA HIDUP
LPSE
SEDERHANA
MANAJEMEN PENGADUAN
INOVASI PENCEGAHAN KORUPSI
MASYARAKAT
PENGUATAN PENGAWASAN
RENCANA AKSI
EVALUASI DAN PELAPORAN
11
12. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
• tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih Dan Bebas dari
korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
• jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
Perpres Nomor 55 tahun 2012
• tentang Strategi Nasional Penyelenggaraan dan Pencegahan Korupsi
Jangka Panjang 2012-2015 dan Jangka Menengah 2012-2014
Inpres Nomor 5 Tahun 2004
• tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi
12
13. Inpres Nomor 9 tahun 2011
• tentang Rencana Aksi Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi
Inpres Nomor 17 tahun 2011
• tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun
2012
IMA Nomor 3 Tahun 2006
• tentang Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan
Korupsi di Lingkungan Kementerian Agama
PERMENPAN Nomor 60 Tahun 2012
• tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah
Bebas Dari Korupsi Dan Wilayah Birokrasi Bersih Dan Melayani Di
Lingkungan Kementerian/Lembaga Dan Pemerintah Daerah
13
16. Rumusan Tindak Pidana Korupsi
(UU 31/1999 jo UU 20/2001)
Delik yg terkait dg kerugian
Pasal 2(1); 3
keuangan negara
Delik pemberian sesuatu/janji Ps 5(1) a,b; Ps 13; Ps, 5(2);
Ps 12 a,b; Ps 11; Ps 6(1) a,b;
kpd Peg Neg/PN (Penyuapan) Ps 6(2); Ps 12 c,d
Merupakan
delik-delik yg
Delik Penggelapan dalam Jabatan Pasal 8; 9; 10 a,b,c diadopsi dari
KUHP
Delik Perbuatan Pemerasan Pasal 12 huruf e,f,g (berasal dari
pasal 1 ayat 1
Pasal 7 (1) huruf a,b,c,d;
Delik Perbuatan Curang
Ps 7 (2); Ps 12 huruf h sub c UU no.
3/71)
Delik Benturan kepentingan
Pasal 12 huruf i
dalam Pengadaan
Delik Gratifikasi Pasal 12B jo Pasal 12C
Selama ini sebagian kita memandang korupsi hanya dari sisi korupsi sebagai
delik tindak pidana (bahkan hanya yg memenuhi kriteria merugikan keuangan
negara), hal ini mendorong strategi pemberantasan yang sifatnya represif saja.
16
17. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012
Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
untuk terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih
dan bebas dari praktik korupsi.
Stranas PPK adalah dokumen yang memuat visi, misi,
sasaran, strategi, dan fokus kegiatan prioritas pencegahan
dan pemberantasan korupsi jangka panjang tahun 2012-
2025 dan jangka menengah tahun 2012-2014, serta
peranti anti korupsi.
17
18. Diktum-diktum Inpres 5/2004
◙ Ke-1 & 2 : LHKPN
◙ Ke-3: penetapan kinerja dengan target dan indikator kinerja.
◙ Ke-4: peningkatan kualitas pelayanan publik melalui transparansi
& standarisasi persyaratan, penyelesaian, dan biaya.
◙ Ke-5: penetapan program dan wilayah bebas korupsi.
◙ Ke-6: pelaksanaan Keppres 80/2003 untuk mencegah
pemborosan.
◙ Ke-7: kesederhanaan & penghematan dalam kedinasan dan
kehidupan pribadi.
◙ Ke-8 : dukungan pada POLRI, Kejaksaan, dan KPK (informasi dan
ijin pemeriksaan)
◙ Ke-9: pengkajian sistem yang berpotensi menimbulkan TPK,
bekerjasama dengan KPK.
◙ Ke-10: peningkatan pengawasan dan pembinaan aparatur.
◙ Ke-11: peningkatan kapasitas Penprov/Pemkab/Pemkot dalam
mencegah korupsi bersama DPRD
18
19. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2011
Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011
pencegahan dan
pemberantasan korupsi
19
20. Instruksi Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006
1. Menyelenggarakan pemerintahan bersih dan bebas dari KKN;
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik;
3. Mengupayakan transparansi;
4. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab aparatur;
5. Meningkatkan pembinaan aparatur;
6. Menerapkan kesederhanaan;
7. Meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat;
8. Memberikan dukungan terhadap upaya-upaya penindakan
bagi perilaku korupsi;
9. Membuat RAN-PK dengan Pendekatan Agama.
20
21. PerMENPAN & RB Nomor 60 Tahun 2012
Program ini merupakan tindak lanjut dari Aksi Penerapan
Pakta Integritas yang ditetapkan dalam Instruksi Presiden
Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011 dan Instruksi
Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012.
Penegakan integritas sebagai wujud komitmen
pemberantasan korupsi
21
22. SOSIALISASI DAN PENDIDIKAN ANTI KUALITAS DAN TRANSPARANSI
KORUPSI LAYANAN PUBLIK (PPID)
KURIKULUM PENDIDIKAN ANTI
SPIP
KORUPSI
PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PENANDATANGANAN PAKTA
KODE ETIK INTEGRITAS
PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS
TRANSPARANSI MANAJEMEN SDM
MENUJU WBK
PENGUATAN DAN PEMANFAATAN
GRATIFIKASI
TEKNOLOGI INFORMASI
LHKPN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN
PENGEMBANGAN BUDAYA HIDUP
LPSE
SEDERHANA
MANAJEMEN PENGADUAN
INOVASI PENCEGAHAN KORUPSI
MASYARAKAT
PENGUATAN PENGAWASAN
22
23. 1. Untuk menjamin keberhasilan pemberantasan
korupsi diperlukan partisipasi seluruh satuan
kerja termasuk pihak eksternal melalui media,
sosialisasi, banner, spanduk, dll.
2. Penanaman nilai-nilai anti korupsi melalui
institusi pendidikan.
23
24. Pencegahan korupsi dimasukan dalam kurikulum
pembelajaran siswa dari mulai tingkat dasar
sampai dengan perguruan tinggi untuk
menanamkan sejak dini nilai-nilai anti korupsi
melalui pengetahuan attitude dan praktik-praktik
anti korupsi
24
25. Kode etik merupakan peraturan tertulis yang
mengikat pegawai dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya serta dalam pergaulan
sehari-hari
Tujuannya untuk meningkatkan disiplin pegawai
dan kinerja pegawai
25
26. • Di informasikan secara terbuka
Rekrutmen • Transparan dan objektif
• Obyektif dan Bebas dari KKN
• Melalui Baperjakat
Sistem • Kompeten
Promosi • Memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan
26
27. Penerimaan gratifikasi dapat memberikan pengaruh terhadap
penyelenggara negara tersebut dalam melakukan
pengambilan keputusan
Melaporkan gratifikasi
yang diterimanya
Ditetapkan status
kepemilikan gratifikasi
tersebut oleh KPK
27
28. Indikator transparansi penyelenggara negara adalah
persentase pelaporan LHKPN
Kewajiban melaporkan harta kekayaan ini diarahkan
kepada para pejabat publik yang ditetapkan secara spesifik
dalam suatu peraturan
28
29. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
Meningkatkan akses pasar dan persaingan
usaha yang sehat
Proses yang lebih terpadu, efektif, dan
efisien
Mendukung proses monitoring dan audit
Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real
time
29
30. CONTOH-CONTOH HASIL PENGADAAN YG
“MENGEDEPANKAN PERSAINGAN SEHAT”,
DEPT. PEKERJAAN UMUM 2006 (9)
PROYEK OE/HPS KONTRAK PESERTA
JL PEMALANG-PEKALONGAN 100,0 M 61,99 M(62%) 35
JL TEGAL PEMALANG 50,0 M 32,32 M (64%) 47
JL PECARIKAN-BODRI2 12,0 M 8,3 M (68%) 30
JL NGUTER WONOGIRI 10,0 M 7,19 M (72%) 45
JL NEGARA-PT KELAPA JABAR 6,0 M 3,56 M(59%) 36
JL. LINGK NAGREG JABAR 81,6 M 55,9 M (69%) 49
SUMBER: DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
30
31. Ketersediaan mekanisme pengaduan dan
mekanisme tertulis penanganannya
Terdapat petugas atau bagian yang bertugas
secara khusus untuk mengelola pengaduan
tersebut
31
32. Pengelolaan SDM, keuangan, sarana
prasarana secara efisien
Mematuhi ketentuan perundang-
undangan yang berlaku
Meningkatkan akuntabilitas
Memantau pelaksanakan rekomendasi
KPK/BPK/APIP
32
33. Keterbukaan informasi publik merupakan dasar dalam
membangun tata pemerintahan yang baik (good
governance)
Transparansi atas setiap informasi publik akan memberi
ruang pada masyarakat untuk memerankan fungsinya
mengontrol setiap langkah dan kebijakan yang diambil
aparatur pemerintah.
33
34. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral
pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,
dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
34
35. Pakta Integritas diberlakukan untuk mencegah terjadinya
korupsi di jajaran pemerintahan.
Pakta Integritas pada hakekatnya adalah
merupakan janji untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sesuai ketentuan yang berlaku
35
36. Zona Integritas (ZI) adalah sebutan atau predikat yang
diberikan kepada K/L yang pimpinan dan jajarannya
mempunyai niat (komitmen) untuk pencegahan
korupsi, peningkatan pelaksanaan reformasi birokrasi,
dan kualitas pelayanan publik
36
37. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
proses dan mekanisme kerja/prosedur
T dalam sistem manajemen pemerintahan
U
J
U Mengeksplorasi, menganalisis, dan
A saling bertukar informasi secara efisien
N dan efektif
37
38. Efisiensi pelaksanaan anggaran diarahkan agar
setiap penyelenggara negara wajib mengelola
keuangan negara secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan
38
39. Berkata dan Berprilaku
sewajarnya
Berpenampilan sesuai
norma, etika agama, sosial
Tidak terlalu muluk-muluk
Menggunakan fasilitas
hidup sewajarnya
Sederhana atau bersahaja dalam hidup memiliki
arti menggunakan dan menikmati apa yang ada
39
40. Inovasi ini bersifat bebas dan dinilai secara
kualitatif. Indikator ini sebagai antisipasi jika
ternyata satker memiliki inovasi lain diluar
indikator utama
40
41. No Strategi Kegiatan
1 Sosialisasi dan 1. Promosi Internal
Pendidikan Anti 2. Promosi Eksternal
Korupsi
2 Kurikulum Pendidikan 1. Pembuatan Kurikulum Anti Korupsi
Anti Korupsi 2. Sosialisasi Kurikulum anti korupsi
3 Pengembangan dan 1. Ketersediaan Kode Etik Khusus
Penerapan Kode Etik 2. Ketersediaan Mekanisme Pelapornan
dan Pelembagaan Kode Etik
3. Penegakan Kode Etik (termasuk
reward & punishment)
4. Sosialisasi kode Etik
5. Ketersediaan sarana pelaksanaan
kode etik
41
42. No Strategi Kegiatan
4 Transparansi 1. Tersedianya Proses Rekrutmen yang
Manajemen SDM Terbuka dan Transparan
2. Tersedianya Sistem Penilaian Kinerja
yang Objektif dan Terukur
3. Tersedianya Proses Promosi dan
Penempatan dalam Jabatan yang
Terbuka dan Transparan
5 Gratifikasi 1. Tersedianya aturan internal yang
mengatur gratifikasi
2. Sosialisasi tentang peraturan
gratifikasi
3. Mekanismen pelaporan gratifikasi
4. Membentuk Tim Pengendali Gratifikasi
42
43. No Strategi Kegiatan
6 LHKPN 1. Tersedianya edaran tentang LHKPN
2. Sosialisasi dan bimbingan teknis
tentang LHKPN
3. Mekanismen dan sarana pelaporan
LHKPN
4. Aturan tentang sanksi bagi wajib lapor
yang tidak melaporkan LHKPN
7 LPSE 1. Penerapan Pengadaan Secara
Elektronik
2. Tersedianya SDM yang kompeten
3. Adanya Mekanisme Kontrol dari
Eksternal
4. Membentuk Satuan Tugas pengadaan
barang dan jasa
43
44. No Strategi Kegiatan
8 Manajemen 1. Ketersediaan Sumberdaya Pengaduaan
Pengaduan Masyarakat
Masyarakat 2. Tersedianya media dan sarana dumas
3. Tersedianya SOP Dumas
4. Penanganan Tindak Lanjut Pengaduaan
Masyarakat
5. Data base pengaduan masyarakat dan
penanganannya
9 Penguatan 1. Penguatan sistem pengawasan
Pengawasan 2. Penggunaan Informasi Teknologi dalam
bidang pengawasan
3. Data tentang Respon terhadap
Rekomendasi dari KPK/BPK/APIP
4. Pelaksanaan Rekomendasi dari
KPK/BPK/APIP
5. Pengawasan melalui pendekatan agama
44
45. No Strategi Kegiatan
10 Kualitas dan 1. Menyediakan, memberikan, dan/atau
Transparansi menerbitkan informasi publik yang berada
Layanan Publik dibawah kewenangannya;
(PPID) 2. Menyediakan informasi publik yang akurat,
benar, dan tidak menyesatkan;
3. Membangun dan mengembangkan sistem
informasi dan dokumentasi untuk mengelola
4. informasi publik secara baik, efisien sehingga
dapat diakses secara mudah;
5. Membuat pertimbangan secara tertulis setiap
kebijakan yang diambil (pertimbangan politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan negara);
6. Dapat memanfaatkan sarana dan media baik
elektronik maupun non elektronik.
45
46. No Strategi Kegiatan
11 SPIP 1. Pembentukan Satgas SPIP
2. Sosialisasi SPIP
3. Pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan SPIP
12 Penandatanganan 1. Sosialisasi urgensi Pakta Integritas
Pakta integritas 2. Membuat edaran tentang pakta
integritas pada seluruh pegawai
3. Penandatanganan Pakta Integritas
dalam pengadaan barang dan jasa
4. Pengendalian dan pemantauan
pelaksanaan Pakta Integritas
46
47. No Strategi Kegiatan
13 Pembangunan Zona 1. Penandatanganan Pakta Integritas
Integritas menuju 2. Sosialisasi ZI menuju WBK
WBK 3. Menyiapkan instruksi/KMA
4. Launching
5. Identifikasi satuan kerja
6. Pendampingan pada satuan kerja
7. Penilaian
8. Pemantauan dan evaluasi
14 Penguatan dan 1. Penyediaan sarana TI
Pemanfaatan 2. Pelatihan pada SDM IT
Teknologi Informasi
47
48. No Strategi Kegiatan
15 Efisiensi 1. Pengendalian penggunaan anggaran
Pelaksanaan 2. Pelaporan keuangan berbasis kinerja
Anggaran
16 Pengembangan 1. Sosialisasi Budaya kerja
Budaya Hidup 2. Pembinaan mental
Sederhana
17 Inovasi Pencegahan Kegiatan masing-masing satker yang
Korupsi belum tercakup pada poin sebelumnya
48
49. Untuk menjaga efektifnya pencegahan anti korupsi perlu dilakukan
pembinaan dan pengawasan yang efektif.
PEMBINAAN
• Pembinaan terhadap satuan kerja dilakukan dengan cara memberikan
asistensi perbaikan sistem dan prosedur, fasilitasi yang memadai,
pelatihan teknis dengan tujuan untuk mempersempit
peluang/kesempatan melakukan korupsi
PENGAWASAN
• Terhadap satuan kerja dilakukan pengawasan dan pemantauan
internal oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Agama;
• Laporan hasil pengawasan atau pemantauan internal dapat dijadikan
bahan pertimbangan untuk menilai komitmen pemimpin pada satuan
kerja yang bersangkutan dan seluruh jajarannya dalam pencegahan
dan pemberantasan korupsi
49
50. Terhadap satuan kerja yang telah melakukan aksi pencegahan
korupsi, melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Menteri Agama.
Laporan meliputi:
Hasil-hasil yang telah
dicapai dalam
pelaksanaan
Pimpinan satuan pencegahan dan
Inspektur Jenderal
kerja melaporkan pemberantasan
melaporkan hasil
hasil pelaksanaan Korupsi;
pengawasan dan
program pencegahan
pemantauan internal Hambatan-hambatan
korupsi ke Menteri
di lingkungan yang terjadi;
Agama melalui
Kementerian Agama
Inspektur Jenderal Upaya-upaya yang
telah dilakukan
dalam mengatasi
hambatan yang
terjadi
50
51. UUD NEGARA RI 1945
Political will pem. UNDANG-UNDANG, PP & PERPRES
Tuntutan masy.
Kepercayaan LN
SUBJEK OBJEK METODE
RESTRUKTURISASI
LEGISLATIF
1) Mindset &
EKSEKUTIF
KONDISI YUDIKATIF Cultural Set SIMPLIFIKASI & BIROKRASI YG
OTOMATISASI BERSIH, EFISIEN,
LSM
BIROKRASI EFEKTIF, PRODUK-
(Supra dan 2) Sistem RASIONALISASI & TIF DAN SE-
SAAT INI Infra Manajemen REALOKASI JAHTERA
Struktur
PENERAPAN NILAI2
Daya Saing
BUDAYA Nasional
1. Belum bersih dari Praktek ORGANISASI PELAYANAN dorong
KKN YG PRIMA pertumbuha
2. Jumlah Kompetensi/
distribusi tidak sesuai n ekonomi
3. Prosedur rumit
4. Pelayanan belum LINGKUNGAN STRATEGIS
Profesional
5. Masalah GLOBALISASI PEMERINTAHAN
sentralisasi/desentralisasi POLEKSOSBUDTEK YANG BAIK
,dekosentrasi/otonomi (GOOD GOV)
daerah
51
52. Hambatan Reformasi Birokrasi :
• Keterbatasan kemampuan keuangan negara.
• Masih senang menggunakan sistem kerja lama “old
public administration System”
• Resistensi yang tinggi dari oknum pegawai
• Anggapan yang salah bahwa Reformasi
Birokrasi = kenaikan gaji
Solusi
• Memaksimalkan penerimaan Negara, dengan menutup sumber kebocoran Negara;
• Melaksanakan tahapan Reformasi Birokrasi secara konsisten.
52
53. Kilas Balik: Penggajian Pegawai Negeri
Hasil analisis 1998:
• Gaji pegawai negeri dinaikkan
terus-menerus selama lebih dari
30 tahun
• Sampai saat ini ternyata gaji
pegawai negeri tetap rendah
Tahun 2007:
• Tidak terasa, hampir 10 tahun
setelah analisis dilakukan, gaji
pegawai negeri masih tetap
rendah dan belum ada prospek
akan menjadi lebih baik
• Perlu langkah terintegrasi agar
tercapai keseimbangan antara
gaji pegawai negeri & biaya
hidup
53
54. Reformasi Birokrasi
2007 2008 2009 2010 2012 onwards
Legal
Certainty
Improved
Investmen
Supreme Court t
Dir. Gen. Taxes Improved
State
Dir. Gen. Customs & Excise
Income
Attorney General’s Office Reformasi
Birokrasi
Supreme Auditor’s Office
National Police
Armed Forces
Immigration
Investment Coord. Board
Land Agency More
Reform
54
Instansi lain
55. Hasil Reformasi Birokrasi,
Adalah Birokrasi yang:
1. Efisien, hemat anggaran
2. Bersih dari KKN
3. Transparan dan Akuntabel
4. Terdesentralisasi
5. Mengoptimalkan sumberdaya Good
6. Mengoptimalkan Kinerja Governance
7. Dapat meningkatkan mutu
pelayanan
8. Selalu dapat memperbaiki sistem
9. Dapat mencegah korupsi
55