Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial dalam dokumen tersebut membahas beberapa poin penting, yaitu: (1) penjelasan perilaku menyimpang dan faktor-faktor penyebabnya, (2) bentuk-bentuk pengendalian sosial informal dan formal untuk mencegah perilaku menyimpang, dan (3) peran lembaga-lembaga sosial seperti polisi dan pendidikan dalam pengendalian sosial.
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
MENYIMPANG SOSIAL
1. PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL
1. PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG
Perilaku menyimpang => perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilaiyang dianut
oleh masyarakat atau kelompoknya.
Sebab-sebab perilaku menyimpang:
* Ketidaksanggupan Menyerap Norma-norma Kebudayaan
Hal ini terjadi jika seseorang mengalami proses sosialisasi yang tidak sempurna;
seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan yang tidak pantas.
Contoh: Anak yang broken home biasanya ketika terjun ke masyarakat luas, ia
cenderung tidak sanggup menjalankan peranny sesuai dengan perilaku yang pantas
menurut ukuran masyarakat.
* Proses Belajar yang Menyimpang
Proses belajar ini terjadi melalui interaksi sosial dengan orang lain khususnya orangorang berperilaku menyimpang yang sudah berpengalaman.
Contoh: White Collar Crime
* Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial
Setiap masyarakat tidak hanya memiliki tujuan-tujuan yang dianjurkan oleh
kebudayaan, tetapi juga cara-cara yang diperkenankan oleh kebudayaan tersebut untuk
mencapai tujuan tadi. Apabila seseorang tidak diberi peluang untuk memilih, maka
cara-cara ini dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga kemungkinan besar akan
terjadi perilaku menyimpang.
* Ikatan Sosial yang Berlainan
Setiap orang biasanya berhubungan dengan kelompok yang berlainan. Dengan
hubungan ini ia akan memperoleh pola-pola sikap dan perilaku kelompoknya. Jika
pergaulan ini memiliki pola menyimpang, maka kemungkinan besar ia juga akan
menunjukkan pola-pola perilaku menyimpang.
* Akibat Proses Sosialisasi Nilai-nilai Subkebudayaan Menyimpang
Perilaku menyimpang merupakan akibat dari sosialisasi yang sengaja maupun
tidak sengaja. Perilaku menyimpang sebagai hasil sosialisasi yang sengaja dapat melalui
Yuca Siahaan
2. kelompok-kelompok gelap yang tujuannya benar-benar mengajarkan penyimpangan.
Mereka membentuk subkebudayaan yang berbeda dari kebudayaan umumnya.
* Sikap Mental yang Tidak Sehat
Hal ini dapat terjadi karena orang yang melakukan perilaku menyimpang tidak
merasa bersalah atau menyesal bahkan merasa senang.
Contoh: pelacur yang bangga akan profesinya.
* Dorongan Kebutuhan Ekonomi
Seseorang yang terdesak kebutuhan ekonominya jika tidak memiliki iman yang
kuat atau tidak dapat mengendalikan diri atau tidak mau bekerja keras dapat terdorong
menjadi penjahat.
Contoh: perampok, pencuri, penipu.
* Pelampiasan Rasa Kecewa
Seseorang yang mengalami rasa kecewa aau kepahitan hidup dapat melakukan
perilaku menyimpang sebagai usaha pelarian atau pelampiasan terhadap rasa kecewanya
atau kesulitannya itu.
* Keinginan untuk Dipuji atau Gaya-gayaan
Perilaku menyimpang kadang-kadang juga dilakukan sekedar untuk gaya-gayaan untuk
keinginan untuk dipuji.
Contoh : berkelahi, mabuk-mabukan, penyalahgunaan narkoba, dilakukan biar dianggap
hebat, jagoan, dan lainnya.
2. PROSES PEMBENTUKAN PERILAKU MENYIMPANG
a.) Penyimpangan Sebagai Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna
Menurut teori sosialisasi, perilaku manusia baik yang menyimpang maupun yang
tidak, dikendalikan oleh norma dan nilai yang dihayati. Jika tidak ada kesempurnaan
dalam proses sosialisasi, maka akan menghasilkan perilaku yang menyimpang. Proses
sosialisasi yang tidak sempurna timbul karena nilai-nilai atau norma-norma yang
dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi, sehingga seseorang tidak
memperhitungkan resiko yang akan terjadi. Hal ini dalam masyarakat disebut
penyimpangan.
Yuca Siahaan
3. b.) Penyimpangan sebagai Hasil Sosialisasi dari Nilai-nilai Subkebudayaan
Menyimpang
Menurut Shaw and Mc Kay, daerah-daerah yang tidak teratur dan tidak ada
organisasi yang baik akan cenderung melahirkan kejahatan. Di daerah yang demikian,
perilaku menyimpang dianggap sebagai sesuatu yang wajar yang sudah tertanam
dalam kepribadian masyarakat itu. Dengan demikian, proses sosialisasi tersebut
merupakan proses pembentukan nilai-nilai dari subkebudayaan masyarakat setempat.
3. BENTUK-BENTUK PERILAKU MENYIMPANG
a.) Penyalahgunaan Narkotika
Penggunaan narkotika sudah diatur dengan norma-norma yang jelas, dan apabila
penggunaannya tidak sesuai norma tersebut dan bukan untuk kepentingan positif,
maka tindakan tersebut tergolong penyimpangan.
Jenis narkoba seperti ganja,morfin, heroin, dan sebagainya jika dipergunakan secara
berlebihan dan ketergantungan akan merusak fisik dan mentak si pemakainya. Si
pengguna tidak dapat berpikir dengan jernih dan rasional sehingga setiap tindakannya
cenderung amoral karena system pengendalian dirinya lumpuh.
b.) Perkelahian Pelajar
Perkelahian antarpelajar termasuk perilaku menyimpang karena bertentangan
dengan norma-norma dan nilai-nilai masyarakat. Masalah ini berkaitan dengan krisis
moral, karena berlainan kaidah agama dan masyarakat. Tujuannya bukan untuk
mencapai nilai baik, tetapi untuk sekedar balas dendam atau pamer kekuatan. Mereka
berkelahi tidak lagi memikirkan resiko dari perbuatannya, padahal ini bisa jadi
berakibat fatal bagi dirinya sendiri dan orang lain.
c.) Hubungan Seksual di Luar Nikah
Hubungan seksual di luar nikah merupakan tindakan menyimpang, sehingga
ditentang oleh masyarakat dan agama. Jenis hubungan seksual di luar nikah ialah
kumpul kebo, pelacuran, dan pemerkosaan.
d.) Homoseksualitas
Yuca Siahaan
4. Homeseksualitas adalah kecenderungan seseorang untuk tertarik pada orang yang
berjenis kelamin sama sebagai mitar seksual. Umumnya terjadi karena pengaruh
lingkungan sosial. Homoseksualitas bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan agam,
sehingga dianggap sebagai perilaku menyimpang.
e.) Alkoholisme
Minuman yang mengandung alcohol tinggi dapat membuat orang menjadi mabuk
dan tidak berpikir secara normal sehingga dapat merugikan diri sendiri maupun orang
lain. Misalnya : melakukan keonaran, pencurian, dll.
Pelakunya tergolong berperilaku menyimpang.
f.) Pembunuhan
Pembunuhan merupakan tindakan criminal berat yang tidak berperikemanusiaan.
Pelakunya akan disingkirkan oleh masyarakat dan mendapat hukuman yang berat.
4. SIFAT-SIFAT PENYIMPANGAN
Penyimpangan mempunyai 2 sifat, yaitu:
a.) Penyimpangan positif
Penyimpangan yang terarah pada nilai sosial yang ideal, walaupun cara atau
tindakan yang dilakukan itu seolah-olah menyimpang dari norma yang berlaku,
padahal sebenarnya tidak.
Contoh: “kontak jodoh” belum bisa diterima oleh masyarakat, dianggap sudah
melampaui batas.
b.) Penyimpangan negative
Kecenderungan bertindak kea rah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan
berakibat buruk.
5. FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK PERILAKU MENYIMPANG
Terjadinya perilaku menyimpang disebabkan oleh beberapa faktor, sesuai dengan
tujuan / teori para pakar sosial.
a.) Menurut Teori Merton
Penyimpangan terjadi karena tidak adanya keselarasan antara harapan-harapan sosial
berdasarkan tatanilai dan norma yang dianut dengan kenyataan-kenyataan sosial yang
terjadi sehari-hari.
Yuca Siahaan
5. b.) Menurut Teori Labeling (disusun oleh Edwin M.Lemerl)
Penyimpangan terjadi karena masyarakat sudah memberikan cap/julukan negative
kepada seseorang yang telah melakukan penyimpangan primer.
c.) Menurut Teori Fungsi (disusun oleh Emile Durkheim)
Penyimpangan terjadi karena kehendak jaman.
d.) Menurut Teori Pergaulan Berbeda (disusun oleh E.H.Sutherland)
Penyimpangan terjadi karena seseorang bergaul dengan orang-orang yang telah
menyimpang.
e.) Menurut Teori Agama
Perilaku menyimpang itu disebabkan karena lemahnya kadar iman dan takwa
seseorang.
f.) Menurut Teori Sosial
Perilaku menyimpang itu disebabkan karena adanya orang yang menderita penyakit
mental dan lemahnya kepribadian.
Secara sosiologis, faktor-faktor yang dapat menimbulkan perilaku yang
menyimpang dapat dirinci sebagai berikut.
a.) Ketidaksanggupan untuk menyerap dan menginternalisasikan tata nilai dan norma
kebudayaan yang berlaku.
b.) Lingkungan Sosial dan pergaulan yang tidak baik.
c.) Proses belajar (sosialisasi) yang menyimpang.
d.) Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial.
e.) Bersosialisasi dengan subkebudayaan menyimpang.
6. PENGENDALIAN SOSIAL
a.) Arti Pengendalian Sosial
Tujuan proses pengawasan yang direncanakan ataupuntidak, yang bersifat
mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar memenuhi
kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku. (J.S Roucek)
b.) Tujuan Pengendalian Sosial
Yuca Siahaan
Mencegah timbulnya perilaku menyimpang;
6.
Mengurangi kadar dan meluasnya perilaku menyimpang;
Memperingatkan
para
pelaku
penyimpangan
atas
kesalahannya
dan
mengembalikan ke jalan yang benar;
Menjaga kelestarian nilai-nilai dan norma yang berlaku;
Menjaga ketertiban, keteraturan, dan keharmonisan sosial;
Membantu terciptanya keamanan dan ketentraman bagi seluruh warga masyarakat.
c.) Ruang Lingkup Pengendalian Sosial
Pengawasan antarindividu,
Pengawasan individu terhadap kelompok,
Pengawasan antarkelompok,
Pengawasan dari kelompok terhadap individu
d.) Alasan Pengendalian Sosial
Pada dasarnya dalam praktik kehidupan bermasyarakat selalu muncul adanya
ketegangan sosial dan perilaku menyimpang. Apabila keadaan ini dibiarkan berlarutlarut tanpa pengendalian sosial yang efektif, maka masyarakat akan cemas, tidak tertib,
terjadi kekacauan karena nilai dan norma sosial sudah diabaikan (lumpuh). Situasi
demikian disebut anomi atau disintegrasi sosial.
e.) Cara Pengendalian Sosial
Menurut Prof.Kuncoroningrat, pengendalian sosial yang bersifat preventif persuasive
dapat dilakukan dengan:
Dengan mempertebal keyakinan seluruh warga masyarakat bahwa adat-istiadat
yang berlaku baik
Memberi ganjaran dan pujian kepada masyarakat yang selalu taat kepada adatistiadat
Mengembangkan rasa malu berbuat dosa/ salah/ melanggar adat.
Mengembangkan rasa takut untuk berbuat menyimpang/ melanggar aturan.
Selain hal di atas masih ada lagi cara untuk melakukan pengendalian sosial, yaitu:
1. Cara Compulsion
Yaitu dengan menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga seseorang terpaksa
mengikuti aturan atau situasi tadi.
Yuca Siahaan
7. 2. Cara Peryasion
Yaitu penyampaian tata nilai dan norma secara berulang-ulang hingga nilai dan
norma itu mendarah daging dengan pribadinya.
f.) Jenis-jenis Pengendalian Sosial
1. Gosip (desas-desus)
Yaitu pergunjingan atau pemberitaan kasus perilaku menyimpang seseorang di
berbgai tempat sehingga harga dirinya jatuh dan malu
2. Teguran
Yaitu peringatan lisan atau tertulis yang disampaikan oleh orang tua/ pimpinan
kepada anak/ bawahannya.
3. Hukuman
Yaitu tindakan nyata sebagai sanksi bagi pelanggar hokum (formal atau adat).
4. Pendidikan
Yaitu alat pengendalian sosial yang sudah melembaga.
Jenis pendidikan ada 4, yaitu:
-
Pendidikan informal
-
Pendidikan formal
-
Pendidikan nonformal
-
Pendidikan khusus/kedinasan
5. Agama
Agama bagi masyarakat yang erjiwa religious merupakan alat pengendalian sosial
yang sangat efektif.
g.) Bentuk-bentuk Pengendalian Sosial
Dilihat dari bentuknya, ada 3 macam pengendalian sosial, yaitu sebagai berikut.
1. Pengendalian informal
Dengan mematuhi norma yang ada.
Ada 4 tingkatan,yaitu:
a.) Usage
b.) Folkways
c.) Mores
d.) Custom
Yuca Siahaan
8. 2. Pengendalian formal
Pengendalian yang didasarkan pada hukum/ UU yang berlaku dan punya kekuatan
hokum.
3. Pengendalian institusional dan pengendalian berpribadi
Pengawasan yang dilakukan secara tidak langsung oleh suatu lembaga tertentu
yang punya pengaruh (wibawa) yang kuat.
7. PERAN PRANATA-PRANATA SOSIAL
a.) Arti Pranata Sosial
Yaitu pranata yang mengatur kehidupan bersama dalam masyarakat.
Misalnya: pranata keluarga, pranata pendidikan, pranata agama,pranata ekonomi, dan
sebagainya. Tiap pranata mempunyai wadah sendiri-sendiri yang disebut lembaga.
Dalam tiap-tiap lembaga ada aparat yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pranata tersebut untuk mengendalikan masyarakat.
Misalnya: polisi, ppengadilan, adat, tokoh masyarakat,dll.
b.) Peran Pranata Sosial (Lembaga Pengendalian Sosial)
1.) Polisi
Tugas pokok polisi antara lain:
Melindungi dan melayani kebutuhan masyarakat
Memelihara dan meningkatkan tertib hokum guna mewujudkan ketertiban,
keamanan, dan ketentraman masyarakat.
Sebagai reserse, polisi melakukan penyelidikan terhadap perbuatan-perbuatan
pidana.
dll
2.) Pengadilan
Yaitu bagian dari lembaga kehakiman yang bertugas menyelenggarakan proses
peradilan terhadap orang-orang yang dituduh melanggar hukum.
Tugas pokoknya adalah memeriksa dan memutuskan perkara dengan seadiladilnya berdasarkan barang bukti dan saksi-saksi yang meyakinkan. Sehinga pihak
Yuca Siahaan
9. yang bersalah menerima hukuman dan pihak lain akan menahan diri untuk tidak
mencoba-coba melakukan perbuatan yang menyimpang.
3.) Adat
Di dalam adat istiadat terkandung serangkaian nilai, pandangan hidup, cita-cita,
pengetahuan dan keyakinan, serta noram yang saling berkaitan sehingga
membentuk suatu kesatuan yang bulat, yang disebut system budaya.
Siapa yang melanggar akan dikenai sanksi yang cukup berat, mis: diusir.
Contoh: Bagi suku Batak dilarang menikahi orang yang satu marga
4.) Tokoh Masyarakat
Yaitu orang yang memiliki kelebihan tertentu sehingga ucapan dan perilakunya
bisa diteladani oleh orang banyak.
Dengan demikian, nasihar, saran dan pemikirannya dapat mempengaruhi orang
lain yang di sekitarnya.
8. KEBERLANGSUNGAN FUNGSI PENGENDALIAN FUNGSI SOSIAL
Secara umum fungsi pengendalian sosial adalah untuk menegakkan norma dan
nilai yang ada di dalam masyarakat.
Secara khusus fungsi pengendalian sosial adalah:
1. a.) untuk meyakinkan masyarakat tentang kebaikan norma
b.) agar tidak kembali pada masa-masa dinamisme dan animism, menjadi pemuja
berhala.
2. a.) untuk mempertebal kebaikan norma
b.)untuk suri teladan agar tidak kehilangan moral
3. a.) untuk mempertebal keyakinan norma-norma masyarakat
b.) agar norma tidak menipis dan generasi-generasi tidak menjadi masyarakat yang
liar.
9. SIFAT-SIFAT PENGENDALIAN SOSIAL
a.) Pengendalian Sosial Resmi
Dilakukan oleh lembaga resmi, seperti lembaga negara (UUD, pelaksanaan hukum
pidana dan perdata) atau agama.
b.) Pengendalian Sosial Tidak Resmi
Yuca Siahaan
10. Dilakukan demi terpeliharanay peraturan-peraturan tidak resmi milik masyarakat.
Pengawasan tidak resmi dilakukan kelompok primer. Pemimpin kelompok (RT,ddl)
cukup efektif dalam mencegah terjadinya penyelewengan.
c.) Pengendalian Institusional
Yaitu pengaruh dari suatu pola kebudayaan yang dimiliki istansi (lembaga) tertentu.
Misalnya: di pondok pesantrenperilaku para santri akan diawasi.i
d.) Pengendalian Berpribadi
Yaitu pengaruh baik atau buruk yang dating dari orang-orang tertentu,artinya tokoh
yang berpengaruh tersebut sudah terkenal. Bahkan, silsilah dan riwayat hidupnya
sudah diketahui.
Yuca Siahaan