Makalah ini membahas metode pelaksanaan konstruksi jembatan, terbagi menjadi dua bagian utama yaitu metode jembatan beton dan jembatan rangka. Pada jembatan beton dijelaskan metode MSS, ILM, balanced cantilever dengan formtraveller, cable stayed, dan precast segmental. Sedangkan pada jembatan rangka dijelaskan metode full temporary support, semi temporary support, full cantilever, dan semi cantilever.
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
JEMBATAN METODE KONSTRUKSI
1. UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Tugas Mata Kuliah Metode Konstruksi
Metode Pelaksanaan Konstruksi Jembatan
Oleh:
Yogi Oktopianto (16309875)
Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan : Teknik Sipil
Program Studi : SARMAG
Dosen : Ida Ayu Anggraeni, ST., MT.
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Trimester IX
Metode Konstruksi
Juli 2012
i
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
bimbingan dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai
salah metode konstruksi yang digunakan pada proyek-proyek konstruksi yang
diberi judul “Metode Pelaksanaan Konstruksi Jembatan” dengan baik.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi persyaratan tugas yang
diberikan oleh Ibu Ida Ayu Anggraeni, ST., MT sebagai dosen mata kuliah
Metode Konstruksi. Tidak lupa penulis berterima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dibutuhkan
kritik dan saran yang membangun untuk pengembangan penulisan ke depan.
Semoga makalah yang di buat ini dapat diterima dan menambah wawasan para
pembaca.
Jakarta, Juli 2012
Penulis
ii
3. DAFTAR ISI
Cover ………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar……………………….. ……………………………………… ii
Daftar Isi……………………………………………………………………… iii
Daftar Gambar…………………………………………………………........... v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………. 2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………… 2
1.4 Batasan Masalah……………………………………………………… 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jembatan.……………………………………………………………… 3
2.1.1 Bangunan Struktur Bawah (Substructure)……………………… 3
2.1.2 Bangunan Struktur Atas (Upper Structure)……………………. 7
2.2 Klasifikasi Jembatan………………………………………………….. 11
2.2.1 Jembatan gelagar ………………………………………………. 11
2.2.2 Jembatan pelengkung/busur (arch bridge) …………………… . 13
2.2.3 Jembatan rangka (truss bridge)………………………………… 14
2.2.4 Jembatan portal (rigid frame bridge)…………………………... 15
2.2.5 Jembatan gantung (suspension bridge)………………………… 16
2.2.6 Jembatan kabel (cable-stayed bridge)………………………….. 16
2.3 Bearing dan Expansion Joint…………………………………………. 17
iii
4. BAB 3 METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JEMBATAN
3.1 Metode Jembatan Beton……………………………………………… 18
3.1.1 MSS (Movable Scaffolding System).…..……………………….. 19
3.1.2 ILM (Increamental Launching Method)…………………...…… 22
3.1.3 Balanced Cantilever dengan FormTraveller……………………. 27
3.1.4 Cable Stayed…………………….……………………………… 32
3.1.5 Metode Precast Segmental……………………………………… 35
3.2 Metode Jembatan Rangka………….………………………………..... 41
3.2.1 Full Temporary Support.………………………..……………… 41
3.2.2 Semi Temporary Support…………………………..…………… 42
3.2.3 Full Cantilever…………………………………….……………. 43
3.2.4 Semi Cantilever…………………….…………………………… 43
BAB 4 PENUTUP ……………………………………………………….. 27
4.1 Kesimpulan …………….………….………………………………..... 45
4.2 Saran………………………………………………………………….. 46
Daftar Pustaka………………………………………………………………… viii
iv
5. DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tiang Pancang dan Pile Cap…………………………………….. 4
Gambar 2.2 Struktur Bawah (Sub Structure) pada Pier……………………… 4
Gambar 2.3 Struktur Bawah (Sub Structure) pada Abutment……………….. 5
Gambar 2.4 Struktur Bawah (Sub Structure) pada Oprit…………………….. 6
Gambar 2.5 Tampak Atas Oprit.……………………………………………… 6
Gambar 2.6 Melintang Oprit………………………………………………….. 7
Gambar 2.7 Struktur Atas (Upper Structure) pada Deck……………............ 7
Gambar 2.8 Deck Jembatanq.………………………………………………… 8
Gambar 2.9 Truss.……………………………………………………………. 8
Gambar 2.10 Pot Bearing.…………………………………………………… 9
Gambar 2.11 Expansion Joint. ……………………………………………….. 9
Gambar 2.12 Pembagian nama Bentang (Span).……………………………… 10
Gambar 2.13 Bentang (Span) pada Jembatan Suramadu.…………………….. 11
Gambar 2.14 Jembatan gelagar I Girder.…………………………………….. 12
Gambar 2.15 Box Girder.…………………………………………………….. 12
Gambar 2.16 U / V Girder.……………………………………………………. 13
Gambar 1.17 Jembatan pelengkung/busur (arch bridge).……………………. 14
Gambar 2.18 Jembatan rangka (truss bridge).………………………………… 15
Gambar 2.19 Jembatan portal (rigid frame bridge).………………………….. 15
Gambar 2.20 Jembatan gantung (suspension bridge).………………………... 16
Gambar 2.21 Jembatan kabel (cable-stayed bridge)………………………….. 16
Gambar 2.22 POT Bearing……………………………………………………. 17
v
6. Gambar 2.23 Expantion Joint………………………………………………… 17
Gambar 3.1 Flow Chart Movable Scaffolding System……………………….. 19
Gambar 3.2 Movable Scaffolding System……………………………………. 20
Gambar 3.3 Underslung MSS – THSR, Lot 291, R.O.C. ……………………. 21
Gambar 3.4 Underslung MSS – 2nd Nanjing Crossing, China………………. 21
Gambar 3.5 Produksi Lantai Jembatan……………………………………….. 22
Gambar 3.6 Nose …………………………………………………………….. 23
Gambar 3.7 Pulling Jack……………………………………………………… 24
Gambar 3.8 Permukaan Teflon……………………………………………….. 24
Gambar 3.9 Temporary Support……………………………………………… 25
Gambar 3.10 Perkuatan Kabel………………………………………………… 26
Gambar 3.11 Metode Balanced Cantilever…………………………………………….. 27
Gambar 3.12 Transportasi Segmen Pracetak ………………………………… 28
Gambar 3.13 Field Segment setelah Pier Segment…………………………… 28
Gambar 3.14 Erection Pier Segment…………………………………………. 29
Gambar 3.14 Erection Field Segment ……………………………………….. 29
Gambar 3.16 Pemasanga Field Segment Selanjutnya………………………… 30
Gambar 3.17 Pemasangan Kantileve Selanjutnya……………………………. 30
Gambar 3.18 Struktur Kantilever Seimbang…………………………………. 31
Gambar 3.19 Jalan Layang Pasupati – Bandung …………………………….. 31
Gambar 3.20 Flow Chart Cable Stayed.……………………………………… 32
Gambar 3.21 Bekisting (Formwork) …………………………………………. 35
Gambar 3.22 External Vibrator ……………………………………………… 35
vi
7. Gambar 3.23 Survey Bkisting ………………………………………………... 36
Gambar 3.24 Install Besi dan Ducting Tendon………………………………. 36
Gambar 3.25 Rebar Jig……………………………………………………….. 36
Gambar 3.26 Install Besi ke dalam Bekisting ……………………………… 37
Gambar 3.27 Setting Elevasi Ducting Tendon ………………………………. 37
Gambar 3.28 Setting Bekisting ………………………………………………. 37
Gambar 3.29 Survey …………………………………………………………. 38
Gambar 3.30 Pengecoran ……………………………………………………. 38
Gambar 3.31 Curring…………………………………………………………. 38
Gambar 3.31 Survey Setelah Pengecoran ……………………………………. 39
Gambar 3.32 Buka Bekisting (Formwork) …………………………………. 39
Gambar 3.33 Segment Dikeluarkan dari Bekisting ………………………….. 39
Gambar 3.34 Stock Yard……………………………………………………… 40
Gambar 3.35 Segment Box Girder di Lokasi Erection………………………. 40
Gambar 3.36 Erection Box Girder……………………………………………. 40
Gambar 3.37 Metode Full Temporary Support……………………………… 41
Gambar 3.38 Metode Semi Temporary Support……………………………… 42
Gambar 3.39 Metode Full Cantilever………………………………………… 43
Gambar 3.40 Metode Semi Cantilever…………………………...…………… 44
vii
8. DAFTAR PUSTAKA
Liono, S. 2009. Metode Konstruksi Precast Segmental Balanced Cantilever (Studi
Kasus Jalan Layang Pasupati – Bandung). Volume 5, No 2. Jurusan
Teknik Sipil, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Luper, P. 2012. . Jembatan Lengkung (Arch Bridge). http://www.scribd.com/doc/
78156234/Jembatan-Arch
Putu, K. 2012. Jembatan Gelagar. http://www.scribd.com/doc/80922962/
jembatan-gelagar
Reza, I. 2012. Jembaran I Girdir.http://www.scribd.com/doc/61454790/Jembatan
-i-Girder
Soetrisno,F. 2012. Jembatan Cable Stayed. http://fadlysutrisno.wordpress.com
/2010/07/17/jembatan-cable-stayed/
Struyk, J., Van der Veen, K.H.C.W., dan Soemargono. 1995. Jembatan. PT.
Pradaya Paramita. Jakarta.
Suanda, B. 2012. Metode Pelaksanaan Jembatan Le Viaduc De Millau.
http://manajemenproyekindonesia.com/?p=618
Supriyadi, Bambang dan Agus Setyo Muntohar. 2000. Jembatan. FT Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Zarkasi dan Rosliansjah. 1995. Perkembangan Akhir Jembatan Cable-stayed.
Makalah pada Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) IV, Padang.
Materi Kuliah Metode Konstruksi Jembatan. Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Gunadarma, Jakarta.
viii
9. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Jembatan merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan
jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah, dimana rintangan ini
biasanya jalan berupa lain yaitu jalan air atau jalan lalu lintas biasa (Struyk, 1995).
Jembatan memiliki arti penting bagi setiap orang, dengan tingkat kepentingan
yang berbeda-beda tiap orangnya (Supriyadi, 2000). Menurut Dr. Ir. Bambang
Supriyadi, jembatan bukan hanya kontruksi yang berfungsi menghubungkan suatu
tempat ke tempat lain akibat terhalangnya suatu rintangan, namun jembatan
merupakan suatu sistem transportasi, jika jembatan runtuh maka sistem akan
lumpuh.
Tipe jembatan mengalami perkembangan yang sejalan dengan sejarah
peradaban manusia, dari tipe yang sederhana sampai dengan tipe yang kompleks,
dengan material yang sederhana sampai dengan material yang modern. Jenis
jembatan yang terus berkembang dan beraneka ragam mengakibatkan seorang
perencana harus tepat memilih jenis jembatan yang sesuai dengan tempat tertentu.
Perencanaan sebuah jembatan menjadi hal yang penting, terutama dalam
menentukan jenis jembatan apa yang tepat untuk dibangun di tempat tertentu dan
metode pelaksanaan apa yang akan digunakan. Penggunaan metode yang tepat,
praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada
suatu proyek konstruksi. Sehingga, target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat
biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.
1
10. 1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana metode pelaksanaan yang digunakan dalam suatu proyek
konstruksi Jembatan.
2. Bagaimana metode pelaksanaan Jembatan Beton
3. Bagaimana metode pelaksanaan Jembatan Rangka
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui metode pelaksanaan yang digunakan dalam suatu
proyek konstruksi Jembatan.
2. Untuk mengetahui metode pelaksanaan yang digunakan pada Jembatan
Beton.
3. Untuk mengetahui metode pelaksanaan yang digunakan pada Jembatan
Rangka.
1.4 BATASAN MASALAH
Dalam penyusunan makalah ini, batasan masalah yang digunakan yaitu
hanya meninjau metode pelaksanaan konstruksi Jembatan pada struktur utama.
2
11. BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 JEMBATAN
Jembatan menurut fungsinya merupakan suatu konstruksi yang dapat
meneruskan jalan untuk melewati suatu rintangan yang berada lebih rendah,
sehingga jembatan dapat dikatakan sebagai alat penghubung suatu daerah ke
daerah lain yang terpisah akibat rintangan seperti sungai, selat, dan bahkan jalan
lain yang memotong jalan yang dimaksud. Suatu bangunan jembatan pada
umumnya terbagi atas beberapa bagian-bagian pokok, yaitu terdiri dari struktur
bawah dan struktur atas.
2.1.1 Bangunan Struktur Bawah (Substructure)
Bangunan struktur bawah berfungsi untuk menerima atau menahan beban-
beban yang disalurkan dari beban struktur atas, dan kemudian beban – beban
tersebut disalurkan ke pondasi.
Struktur bawah ini terdiri dari :
1. Pondasi
Pondasi pada jembatan memiliki fungsi yang sama dengan pondasi yang
ada pada struktur bangunan gedung, dimana fungsi dari pondasi itu sendiri
adalah menyalurkan beban-beban yang di tahan ke tanah. Pondasi memiliki 2
bagian yaitu :
a. Tiang Pancang / Bore Pile / Sumuran
b. Pile Cap
3
12. Gambar 2.1 Tiang Pancang dan Pile Cap
2. Kolom Pier
a. Pier
b. Pier Head
Gambar 2.2 Struktur Bawah (Sub Structure) pada Pier
4
13. 3. Abutment
Abutment merupakan bagian dari bangunan pada ujung-ujung jembatan,
yang memiliki fungsi sebagai pendukung untuk bangunan struktur atas dan
juga berfungsi untuk penahan tanah. Abutment mempunyai bagian sebagai
berikut :
a. Abutment
b. Wing Wall
c. Pelat Injak
d. Back Wall
Gambar 2.3 Struktur Bawah (Sub Structure) pada Abutment
5
14. 4. Oprit
Oprit adalah akses penghubung antara jembatan dengan jalan yang ada.
Perencanaan konstruksi oprit ini sangat perlu diperhatikan agar design oprit
yang dihasilkan nantinya dapat aman dan awet sesuai dengan umur rencana
yang telah ditentukan
Gambar 2.4 Struktur Bawah (Sub Structure) pada Oprit
Gambar 2.5 Tampak Atas Oprit
6
15. Gambar 2.6 Melintang Oprit
2.1.2 Bangunan Struktur Atas (Upper Structure)
Bangunan struktur atas berfungsi untuk menampung beban-beban yang
ditimbulkan oleh lalu lintas orang, kendaraan, dan lain sebagainya. Bangunan atas
biasanya terdiri dari pelat, lapisan permukaan jalan, dan gelagar dari jembatan.
Upper Structure
Gambar 2.7 Struktur Atas (Upper Structure) pada Deck
7
16. Struktur Atas (Upper Structure) terdiri dari :
1. Komponen
a. Deck Jembatan
Deck Jembatan ini bisah berupa I Girder, U Girder , Box Girder , Truss,
dll.
Gambar 2.8 Deck Jembatan
Gambar 2.9 Truss
b. Bearing
Bearing adalah bantalan yang bertujuan untuk mengurangi gesekan untuk
benda/poros yang bergerak secara rotasi ataupun linier.
8
17. Gambar 2.10 Pot Bearing
c. Expansion Joint
Expansion Joint adalah suatu sabungan yang bersifat flexible, sehingga
saluran yang disambungkan memiliki tolerasi gerak.
Gambar 2.11 Expansion Joint
9
18. 2. Pembagian Span (Bentang)
Dalam pembagian bentang dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
a. Approach Span
b. Main Span
Gambar 2.12 Pembagian nama Bentang (Span)
Gambar 2.13 Bentang (Span) pada Jembatan Suramadu
10
19. 2.2 KLASIFIKASI JEMBATAN
Secara umum berdasarkan bentuk struktur Jembatan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Jembatan gelagar
b. Jembatan pelengkung/busur (arch bridge)
c. Jembatan rangka (truss bridge)
d. Jembatan portal (rigid frame bridge)
e. Jembatan gantung (suspension bridge)
f. Jembatan kabel (cable-stayed bridge)
2.2.1 Jembatan gelagar
Jembatan Gelagar merupakan tipe jembatan yang paling umum dan paling
tua. Jembatan ini memiliki bagian penyangga yang ditanamkan pada halangan
yang dilewati. Penyangga ini akan menopang bagian yang akan dilewati oleh
sarana transportasi. Jembatan gelagar terdiri dari I Girder, Box Girder, dan U / V
Girder.
a. Jembatan gelagar I Girder
Jembatan I girder merupakan jembatan yang menggunakan penampang girder
berbentuk I. Pekerjaan pembuatan I girder ini biasanya dilakaukan pada tempat
proyek atau dipesan dari pabrik ( precast ).
11
20. Gambar 2.14 Jembatan gelagar I Girder
b. Jembatan gelagar Box Girder
Jembatan gelagar kotak (box girder) tersusun dari gelagar longitudinal dengan
slab diatas dan dibawah yang berbentuk rongga (hollow) atau gelagar kotak. Tipe
gelagar ini digunakan untuk jembatan bentang-bentang panjang.
Gambar 2.15 Box Girder
12
21. c. Jembatan gelagar U / V Girder.
Jembatan U / V Girder merupakan jembatan yang menggunakanpenampang
girder berbentuk U/V. Pekerjaan pembuatan V girder ini biasanya dilakaukan
pada tempat proyek atau dipesan dari pabrik ( precast ).
Gambar 2.16 U / V Girder.
2.2.2 Jembatan pelengkung/busur (arch bridge)
Jembatan pelengkung/busur (arch bridge) adalah struktur setengah
lingkaran dengan abutmen dikedua sisinya. Desain lengkung (setengah lingkaran)
secara alami akan mengalihkan beban yang diterima lantai kendaraan jembatan
menuju ke abutmen yang menjaga kedua sisi jembatan agar tidak bergerak
kesamping.
Jembatan Arch sangat umum. Jembatan ini dibangun dengan batu
sebelum jembatan besi dan baja diperkenalkan. Ketika menahan beban akibat
13
22. berat sendiri dan beban lalu lintas, setiap bagian pelengkung menerima gaya
tekan, karena alasan itulah jembatan pelengkung harus terdiri dari material yang
tahan terhadap gaya tekan.
Gambar 1.17 Jembatan pelengkung/busur (arch bridge)
2.2.3 Jembatan rangka (truss bridge)
Jembatan rangka (truss bridge), tersusun dari batang-batang yang
dihubungkan satu sama lain dengan pelat buhul, dengan pengikat paku keling,
baut atau las. Batang batang rangka ini hanya memikul gaya dalam aksial
(normal) tekan atau tarik, tidak seperti pada jembatan gelagar yang memikul gaya-
gaya dalam momen lentur dan gaya lintang.
14
23. Gambar 2.18 Jembatan rangka (truss bridge)
2.2.4 Jembatan portal (rigid frame bridge)
Di Jembatan gelagar biasa, gelagar dan pier adalah adalah struktur yang
terpisah, namun pada rigid frame bridge adalah dimana gelagar dan pier adalah
salah satu struktur yang solid.
Gambar 2.19 Jembatan portal (rigid frame bridge)
15
24. 2.2.5 Jembatan gantung (suspension bridge)
Pada jembatan gantung semua gaya-gaya vertikal disalurkan melalui
kabel-kabel penggantung ke tiang (pylon) dan perletakan ujung.
Gambar 2.20 Jembatan gantung (suspension bridge)
2.2.6 Jembatan kabel (cable-stayed bridge)
Pada jembatan struktur kabel (cable-stayed bridge) sepenuhnya gaya-gaya
vertikaldipikul oleh tiang (pylon) yang disalurkan melalui kabel-kabel
penggantung.
Gambar 2.21 Jembatan kabel (cable-stayed bridge)
16
25. 2.3 BEARING dan EXPANSION JOINT
Untuk mengakomodir pergerakan struktur maka digunakan Bearing dan
Expantion Joint.
a. POT Bearing
Gambar 2.22 POT Bearing
b. Expantion Joint.
Gambar 2.23 Expantion Joint
17
26. BAB 3
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JEMBATAN
3.1 METODE JEMBATAN BETON
Secara umum metode pelaksanaan Jembatan beton dibedakan menjadi
Cast insitu dan Precast segmental. Cast insitu merupakan metode pelaksanaan
Jembatan dimana dilakukan pengecoran di lokasi pembangunan sedangkan
Precast segmental merupakan metode pelaksanaan dimana beton disuplai dari luar
berupa Precast yang siap untuk dilakukan instalasi.
Metode Cast insitu terdiri dari :
a. MSS (Movable Scaffolding System)
b. ILM (Increamental Launching Method)
c. Balanced Cantilever dengan FormTraveller
d. Cable Stayed dengan FormTraveller
Metode Precast Segmental terdiri dari :
a. Balanced Cantilever Erection With Launching Gantry
b. Balanced Cantilever Erection With Lifting Frames
c. Span by Span Erection With Launching Gantry
d. Balanced Cantilever Erection With Cranes
e. Precast Beam
18
27. 3.1.1 MSS (Movable Scaffolding System)
MSS (Movable Scaffolding System) suatu metode yang digunakan pada
pelaksanaan Cast insitu dimana pengecoran dilaakukan di lokasi setelah
selesainya bekisting. Prinsipnya adalah memindahkan Scaffolding dengan cara
digeser ke segmen berikutnya setelah beton mengeras. Berikut adalah langka-
langka pekerjaan pada metode MSS (Movable Scaffolding System).
START
SUPPORTING
BRACKETS
LAUNCHING
WAGON
MAIN GIRDER
TRANSVERSE
BEAM
SUSPENSION
GALLOWS
EXTERNAL
FORMWORK
INTERNAL
FORMWORK
END
Gambar 3.1 Flow Chart Movable Scaffolding System
19
29. Contoh pembangunan Jembatan yang menggunakan metode Movable
Scaffolding System.
Gambar 3.3 Underslung MSS – THSR, Lot 291, R.O.C.
Gambar 3.4 Underslung MSS – 2nd Nanjing Crossing, China
21
30. 3.1.2 ILM (Increamental Launching Method)
ILM adalah suatu metode erection pada jembatan bentang panjang yang
sudah diimplementasikan sejak tahun 1962 yaitu di Rio Caroni Bridge di
Venezuela. Metode ini ditemukan oleh Prof. Dr. Ing. F. Leonhardt dan partnernya
Willi Baur. Metode ini telah dipatentkan sejak tahun 1967. Metode jembatan ini
dibangun biasanya karena adanya syarat bahwa tidak diperbolehkan adanya
gangguan pada sisi bawah lantai jembatan. Metode ini mengharuskan tersedianya
lahan yang cukup luas di lokasi belakang abutment untuk produksi segment lantai
jembatan.
Adapun mekanisme proses pelaksanaan erection jembatan dengan
menggunakan metode ILM ini dapat dijelaskan secara prinsip sebagai berikut:
1. Lantai jembatan diproduksi di area belakang jembatan secara kontinu tiap
segment. Segment tersebut dihubungkan secara monolit dengan segment
sebelumnya. Panjang segment berkisar 15 – 25 m.
Gambar 3.5 Produksi Lantai Jembatan
22
31. 2. Pada bagian Ujung depan lantai dipasang Nose yang terbuat dari struktur baja.
Nose tersebut akan berfungsi sebagai tambahan lantai sedemikian mengurangi
momen yang besar yang terjadi ketika rangkaian pelat lantai membentuk
struktur Cantilever. Nose berfungsi mengurangi besarnya momen kantilever
yang terjadi. Nose didesign seringan mungkin untuk mengurangi tambahan
beban yang harus dipikul oleh struktur lantai jembatan. Struktur Nose
memiliki panjang sekitar 65% terhadap bentang jembatan yang typical.
Gambar 3.6 Nose
3. Pada saat segment yang telah diproduksi dan umur beton telah mencukupi,
maka seluruh lantai jembatan didorong dengan menggunakan metode Pulling
Jack yang dipasang di abutment.
23
32. Gambar 3.7 Pulling Jack
4. Permukaan pilar dikondisikan memiliki tahanan geser yang kecil. Hal ini
untuk memudahkan proses mendorong rangkaian segment lantai jembatan.
Dapat menggunakan suatu alat khusus dengan permukaan teflon.
Gambar 3.8 Permukaan Teflon
24
33. 5. Jika diperlukan berdasarkan perhitungan, dapat ditambahkan temporary
support di tengah bentang antara pilar jembatan. Temporary support ini akan
berfungsi mengurangi besarnya momen yang dipikul oleh struktur pelat lantai
jembatan.
Gambar 3.9 Temporary Support
25
34. 6. Pilar jembatan dapat ditambahkan perkuatan. Hal ini disebabkan jembatan
akan mendapat beban horizontal tambahan selama proses launching.
Tambahan beban ini akan mempengaruhi kemampuan pilar dalam menahan
beban. Untuk mengatasi tambahan beban gaya horizontal, maka pilar dipasang
perkuatan kabel.
Gambar 3.10 Perkuatan Kabel
Contoh jembatan yang menggunakan metode ILM (Incremental Launching
Method) adalah Jembatan Le Viaduc De Millau. Viaduc de Millau merupakan
jembatan jalan raya tertinggi di dunia. Jembatan Millau Viaduct (bahasa Perancis :
le Viaduc de Millau) adalah jembatan kabel raksasa yg membentang di atas
lembah sungai Tarn dekat Millau di Perancis Selatan.
26
35. 3.1.3 Balanced Cantilever dengan FormTraveller
Metode konstruksi balanced cantilever adalah metode pembangunan
jembatan dimana dengan memanfaatkan efek kantilever seimbangnya maka
struktur dapat berdiri sendiri, mendukung berat sendirinya tanpa bantuan
sokongan lain (perancah/falsework). Metode ini dilakukan dari atas struktur
sehingga tidak diperlukan sokongan di bawahnya yang mungkin dapat
mengganggu aktivitas di bawah jembatan. Metode balanced cantilever dapat
dilakukan secara cor setempat (cast in situ) atau secara segmen pracetak (precast
segmental).
Konsep utamanya adalah struktur jembatan dibangun dengan pertama kali
membangun struktur-struktur kantilever seimbang. Kantilever yang pertama
dibuat adalah kantilever ”N”, dan seterusnya dibangun kantilever ”N+1”,
kantilever ”N+2”, kantilever ”N+3” dan kantilever ”N+i”.
Gambar 3.11 Metode Balanced Cantilever.
27
36. Secara umum urutan pekerjaan erection precast balanced cantilever untuk
satu kantilever setelah segmen pracetak ditransportasi dari casting yard ke
lapangan adalah:
1. Pier segment diterima pertama kali di lokasi perakitan
Gambar 3.12 Transportasi Segmen Pracetak
2. Satu buah field segment (segmen di depan/belakang pier segment) diterima
setelah pier segment
Field Segment
Pier Segment
Gambar 3.13 Field Segment setelah Pier Segment
28
37. 3. Segmen yang pertama kali dipasang adalah pier segment, karena bearing
belum dapat diaktifkan maka harus diadakan tumpuan sementara untuk
mendukung segmen tersebut. Kemudian dilakukan penyesuaian koordinat
untuk alinyemen horisontal dan elevasi untuk alinyemen vertikal.
Gambar 3.14 Erection Pier Segment
4. Field segment pertama dipasang di arah depan/belakang pier segment,
dilakukan lagi penyesuaian koordinat untuk alinemen horisontal dan elevasi
untuk alinemen vertical untuk kedua segmen. Kemudian dilakukan grouting
pot bearing.
Field Segment
bagian depan
Gambar 3.15 Erection Field Segment
29
38. 5. Kemudian dipasang field segment-field segment yang lain sampai selesai satu
kantilever.
Gambar 3.16 Pemasanga Field Segment Selanjutnya
6. Pemasangan dilanjutkan ke kantilever yang berikutnya.
Gambar 3.17 Pemasangan Kantileve Selanjutnya
30
39. 7. Setelah 1 buah kantilever selesai dibangun maka kantilever tersebut disatukan
dengan kantilever sebelumnya.
Gambar 3.18 Struktur Kantilever Seimbang
Metode konstruksi balanced cantilever sangat umum, telah banyak
digunakan di dalam maupun luar Negeri. Salah satu contoh yang menerapkan
Metode konstruksi balanced cantilever ini adalah pada pembangunan Jalan
Layang Pasupati – Bandung, dengan panjang jalan berkisar 2,5 kilometer dan
difungsikan pada tahun 2005.
Gambar 3.19 Jalan Layang Pasupati – Bandung
31
40. 3.1.4 Cable Stayed
Cable stayed adalah jembatan yang menggunakan kabel-kabel berkekuatan
tinggi sebagai penggantung yang menghubungkan gelagar dengan menara. Pada
umumnya jembatan cable stayed menggunakan gelagar baja, rangka, beton atau
beton pratekan sebagai gelagar utama (Zarkasi dan Rosliansjah, 1995). Pemilihan
bahan gelagar tergantung pada ketersediaan bahan, metode pelaksanaan dan harga
konstruksi. Berikut adalah flow chart metode pelaksanaan konstruksi cable
stayed.
Mulai
Pelaksanaan Pekerjaan Platform
Pelaksanaan Pekerjaan
Bored Pile
Pelaksanaan Pekerjaan
Pile Cap
Pelaksanaan Pekerjaan Pylon
Pelaksanaan Pekerjaan
Struktur Atas
Selesai
Gambar 3.20 Flow Chart Cable Stayed.
32
41. 1. Pelaksanaan Pekerjaan Platform
Platform merupakan konstruksi pendukung sementara yang berfungsi
sebagai tempat untuk menginstalasi batching plan, menyimpan material seperti
tiang pancang serta sebagai tempat bagi berbagai aktivitas di tengah laut selama
kegiatan konstruksi berlangsung.
2. Pelaksanaan Pekerjaan Bored Pile
a. Pemasangan Casing Baja.
b. Pengeboran sampai kedelaman yang diinginkan.
c. Pemasangan tulangan pengecoran lubang bored pile dengan beton.
d. Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap
a. Setelah pekerjaan bored pile selesai dikerjakan, semua komponen platform
yang menumpu ke steel casing di bongkar.
b. Caisson baja yang berfungsi sebagai bekisting bawah pile cap kemudian
dipasang.
c. Pengecoran lapisan sealing concrete untuk menahan masukkan air laut ke
pile cap.
d. Pemasangan tulangan pile cap.
e. Pengecoran beton pile cap yang dilakukan tiga lapis
33
42. e. Pelaksanaan Pekerjaan Pylon
a. Konstruksi dasar pylon dan lengan bawah dari pylon.
b. Instalasi elevator pada pylon.
c. Konstruksi balok pengikat pylon bagian bawah.
d. Konstruksi lengah pylon di tengah.
e. Konstruksi balok pengikat tengah.
f. Konstruksi lengan atas pylon.
g. Konstruksi balok pengikat atas.
h. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
a. Pemasangan struktur bantu sementara di atas pile cap.
b. Pemasangan segmen girder baja pertama dengan crane barge, hubungan
antara segmen dengan pylon dibuat tetap (fix) untuk sementara.
c. Pemasangan cantilever crane pada lantai jembatan untuk mengakat
segmen berikutnya.
d. Pemasangan girder baja dengan mneggunakan cantilever crane diikiti
dengan penenganan kabel.
e. Pemasangan pelat lantai jembatan pada segmen pertama dan kedua
dilanjutkan dengan pengecoran sambungan.
f. Pemasangan girder baja selanjutnya dengan menggunakan cantilever
crane diikuti dengan peregangan kabel. Pada saat bersamaan dipasang
pilar sementara.
34
43. 3.1.5 Metode Precast Segmental
Precast precast segmental box girder adalah salah satu perkembangan
penting dalam teknik jembatan yang tergolong baru dalam beberapa tahun
terakhir. Berbeda dengan sistem konstruksi monolit, sebuah jembatan segmental
box girder terdiri dari elemenelemen pracetak yang dipratekan bersama-sama oleh
tendon eksternal. Berikut adalah metode plaksanaan precast segmental box girder.
1. Setting Bekisting (Formwork)
Gambar 3.21 Bekisting (Formwork)
2. Pasang External Vibrator
Gambar 3.22 External Vibrator
35
44. 3. Survey Bkisting (Formwork)
Gambar 3.23 Survey Bkisting
4. Install Besi dan Ducting Tendon dalam Cetakan Sementara (Rebar Jig)
Gambar 3.24 Install Besi dan Ducting Tendon
5. Pengangkatan Besi dari Rebar Jig
Gambar 3.25 Rebar Jig
36
45. 6. Install Besi ke dalam Bekisting (Formwork)
Gambar 3.26 Install Besi ke dalam Bekisting
7. Setting Elevasi Ducting Tendon
Gambar 3.27 Setting Elevasi Ducting Tendon
8. Setting Bekisting bagian dalam (Inner Formwork)
Gambar 3.28 Setting Bekisting
37
46. 9. Final Survey sebelum Pengecoran
Gambar 3.29 Survey
10. Pengecoran Segment Box Girder
Gambar 3.30 Pengecoran
11. Curring
Gambar 3.31 Curring
38
47. 12. Survey Setelah Pengecoran sebagai Data as-Built
Gambar 3.31 Survey Setelah Pengecoran
13. Buka/Longgarkan semua Bekisting (Formwork)
Gambar 3.32 Buka Bekisting (Formwork)
14. Segment dikeluarkan dari Bekisting (Formwork)
Gambar 3.33 Segment Dikeluarkan dari Bekisting
39
48. 15. Segment Box Girder disimpan di Stock Yard
Gambar 3.34 Stock Yard
16. Segment Box Girder siap dikirim ke lokasi Erection
Gambar 3.35 Segment Box Girder di Lokasi Erection
17. Erection
Gambar 3.36 Erection Box Girder
40
49. 3.2 METODE JEMBATAN RANGKA
Metode pelaksanaan Jembatan rangka dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
Temporary Support dan Cantilever. Dimana secara lebih rinci adalah sebagai
berikut.
a. Full Temporary Support
b. Semi Temporary Support
c. Full Cantilever
d. Semi Cantilever
3.2.1 Full Temporary Support
Full temporary support merupakan metode jembatan rangka yang dapat
diterapkan apabila kondisi sungai memungkinkan untuk dipasang perancah
dengan jumlah yang banyak. Kondisi sungai yang memungkinkan untuk dipasang
perancah dalam artian kedalaman sungai dapat dijangkau perancah/temporary
support. Pada metode Full temporary support setiap buhul dapat dipasang
perancah. Metode ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.37 Metode Full Temporary Support
41
50. 3.2.2 Semi Temporary Support
Semi temporary support merupakan metode pelaksanaan Jembatan rangka
yang dapat diterapkan apabila metode Full temporary support tidak
memungkinkan untuk dilakukan. Semi temporary support digunakan karena
kedalaman sungai tidak memungkinkan untuk dipasang perancah, sehingga
pemasangan perancah tidak pada setiap buhul akan tetapi bisa loncat dari
beberapa titik sampai pada tempat yang bisa untuk dipasang perancah. Pada
proses pelaksanaan setelah dipasang perancah maka dilakukan pemasangn rang
per perbatang, seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.38 Metode Semi Temporary Support
42
51. 3.2.3 Full Cantilever
Full cantilever adalah metode pelaksanaan jembatan rangka dengan
menggunakan pemberat pada bagian ujung atau counter weight. Pada tahapan
awal rangka dipasang didarat, setelah selesai pada bagian ujung ditambah beban
pemberat dengan tujuan sabagai penyeimbang kantilever pada saat ereksi.
Kemudian tahapan terahir adalah proses erection dimana jembatan yang telah di
rangkai diluncurkan menggunkan Link set, seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.39 Metode Full Cantilever
3.2.4 Semi Cantilever
Semi cantilever adalah metode pelaksanaan jembatan rangka yang dapat
digunakan selain Full cantilever. Semi cantilever digunakan apabila bentang
jembatan terlalu panjang dan kondisi sungai memungkinkan untuk dipasang
perancah. Perbedaan antara kedua metode ini adalah pada penggunaan perancah
dimana pada Full cantilever tidak menggunakan perancah akan tetapi pada
43
52. metode Semi cantilever menggunakan beberapa perancah sebagai alat bantu pada
saat proses erection.
Pada dasarnya proses pelaksanaanya sama dimana Jembatan dirangkai di
darat, kemudian setelah selesai ditambahkan beban pemberat pada bagian ujung
dan terahir adalah proses erection yang diluncurkan menggunakan Link set
kenudian dibantu oleh perancah sebagai penyangga, sebagaiman terlihat pada
gambar berikut.
Gambar 3.40 Metode Semi Cantilever
44
53. BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas mengenai metode pelaksanaan konstruksi
Jembatan didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan struktur metode pelaksanaan jembatan terdiri dari metode
pelaksanaan Jembatan Beton dan metode pelaksanaan Jembatan Rangka.
2. Metode pelaksanaan Jembatan Beton dibedakan menjadi 2 yaitu Cast insitu
dan Precast segmental.
Metode Cast insitu terdiri dari :
a. MSS (Movable Scaffolding System)
b. ILM (Increamental Launching Method)
c. Balanced Cantilever dengan FormTraveller
d. Cable Stayed dengan FormTraveller
Metode Precast Segmental terdiri dari :
a. Balanced Cantilever Erection With Launching Gantry
b. Balanced Cantilever Erection With Lifting Frames
c. Span by Span Erection With Launching Gantry
d. Balanced Cantilever Erection With Cranes
e. Precast Beam
3. Metode pelaksanaan Jembatan Rangka ada 2 yaitu metode Temporary support
dan metode Cantilever.
45
54. 4. Metode Temporary support terdiri dari Full temporary support dan Semi
temporary support. Sedangkan metode Cantilever terdiri dari Full cantilever
dan Semi cantilever.
4.2 SARAN
1. Setiap pembangunan Jembatan harus menggunakan metode pelaksanaan
yang tepat dan sesuai dengan standar yang berlaku.
2. Setiap pemilihan metode pelaksanaan harus disesuikan dengan kondisi
alam dilokasi pembangunan.
3. Keselaman kerja menjadi hal penting dalam pemilihan metode konstruksi.
46