Dokumen tersebut membahas berbagai topik seperti anomie, cultural lag, mestizo culture, demonstrasi, kriminalitas, kenakalan remaja, dan pergolakan daerah. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan berbagai teori sosiologi mengenai perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat serta faktor-faktor penyebab berbagai masalah sosial.
2. A.A. Avrella Shora Yuananda (04)
A.A. Ngurah Cahya Satria Putra (07)
I Gede Gandhi Bramayusa (11)
A.A. Bgs A. Rahma Wijaya (21)
Rezky Nur Ariatami (24)
Ni Wayan Tikasari Devi (27)
3.
4.
5. Anomie merupakan suatu keadaan dimana tidak ada
pegangan terhadap apa yang baik dan buruk bagi masyarakat.
Perubahan sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya suatu
keadaan dimana norma-norma atau nilai-nilai lama
memudar, sedangkan norma-norma dan nilai-nilai yang baru sebagai
pengganti belum terbentuk. Kondisi objektif kultural masyarakat
Indonesia pada dekade ini baru di landa krisis dimensional yang
menyebabkan terpuruknya berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik
bidang ekonomi, sosial, pendidikan, maupun kesehatan. Sebagai akibat
lebih lanjut jumlah pengangguran meningkat tajam karena
terpuruknya berbagai jenis usaha, bertambahnya murid putus
sekolah, dan tingginya gangguan kamtibmas yang merusak sendi-sendi
kehidupan masyarakat.
6. Suatu teori yang dikenal dalam sosiologi mengenai
perubahan dalam masyarakat adalaha teori cultural lag yang
dikemukakan oleh William F. Ogburn. Teori tersebut menyatakan
bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya secara
keseluruhan. Akan tetapi, ditemukan ada bagian yang tumbuh
cepat, sedang, dan ada pula bagian lain yang tumbuh lambat.
Perbedaan taraf kemajuan antara berbagai bagian dalam suatu
kebudayaan dinamakan ketertinggalan kebudayaan atau cultural lag.
Pengertian “lag” pada istilah ini mengandung arti sebagai berikut.
a. Sebagai suatu jangka waktu antara terjadinya penemuan baru
dan diterimanya penemuan baru.
b. Dipakai untuk menunjuk pada tertinggalnya suatu unsur tertentu
terhadap unsur lainnya yang erat hubungannya.
7. a. Kurangnya perhatian dalam sektor yang harus
menyesuaikan dalam perkembangan sosial.
b. Adanya hambatan-hambatan terhadap perkembangan
pada umumnya.
c. Heterogenitas masyarakat.
d. Kurangnya kontak dengan budaya material masyarakat
lain
8. Cultural lag atau ketertinggalan kebudayaan dapat
diartikan sebagai adanya ketertinggalan antara alam pikiran dan
perkembangan teknologi yang sangat pesat dewasa ini. Sebagai
contoh Dunia internet yang mampu menghubungkan seseorang
dengan jaringan dunia dan masyarakat global. Informasi yang ada
di media internet mencakup segala komunitas bangsa, dengan
budaya dan gayanya yang belum tentu sesuai dengan budaya kita.
Berita yang bersifat provokasi mudah di dapat di media internet
yang kadang sulit dibedakan mana informasi yang benar dan mana
yang salah tanpa diketahui dari mana sumber berita dan siapa yang
mengirimkan beritanya, sehingga menimbulkan kerawanan di
dalam masyarakat.
9. Mestizo Culture merupakan suatu proses pencampuran unsur
kebudayaan yang satu dengan yang unsur kebudayaan yang lain yang
mempunyai warna dan sifat yang berbeda. Ciri dari perubahan sosial
ini, bersifat formalisme saja dan hanya meniru bentuknya saja, tetapi
tidak mengerti akan arti sesungguhnya. Dengan kata lain, perubahan
terjadi dengan menerima sesuatu hal yang baru, yang dianggap dapat
menaikkan status sosial atau lambang kemodernan tanpa
menggunakan control, tetapi norma yang dikandungnya masih yang
lama. Sebagai contoh, gejala mestizo culture tercermin pada keadaan
masyarakat kita sekarang dalam perilaku menelepon dengan telepon
genggam, yang penggunaanya sering kali bukan berdasarkan
kepentingan kebutuhan tapi lebih pada demontrasi untuk sekedar
menaikkan status atau gengsi.
10. Aksi protes dan demonstrasi merupakan kegiatan dari
sejumlah orang untuk melakukan protes terhadap suatu
kebijakan tertentu. Demonstrasi terjadi karena masyarakat
menganggap telah terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan
norma. Demonstrasi merupakan salah satu cara untuk
menyampaikan keinginan atau aspirasi. Dalam
demonstrasi, keinginan disampaikan dengan media poster, yel-
yel, teriakan, lagu-lagu, slogan-slogan, bahkan tidak jarang
dengan umpatan dan cacian terhadap pihak yang didemo atau
diprotes.
11. Kriminalitas ada karena kondisi dari proses-proses sosial
dalam masyarakat seperti imitasi, indentifikas, pembentukan
konsep diri, pelaksanaan peran sosial, asosiasi deferensial
maupun kekecewaan-kekecewaan yang agresif. Orang-orang
yang berperilaku menyimmpang merupakan hasil interaksi
dengan orang yang melanggar norma. Kebanyakan perilaku
kriminal dipelajari melalui alat-alat komunikasi seperti
buku, surat kabar, majalah, film, siaran TV yang dapat memberi
pengaruh-pengaruh tertentu. Pengaruh tersebut misalnya
memberi sugesti kepada orang untuk menerima atau menolak
perilaku jahat. Misalnya, penayangan siaran televise yang bersifat
kekerasan, dan tayangan pronografi dapat mempengaruhi
perilaku seseorang hingga terjadi tindak kriminal.
12. Kenakalan remaja terjadi di antaranya Karena
kekosongan jiwa para remaja yang masih membutuhkan
bimbingan dan kasih sayang orang tua. Kurangnya bimbingan dan
kasih sayang orang tua dapat menyebabkan terjadinya
kekosongan jiwa. Kekosongan jiwa dapat dialami siapa saja. Pada
keluarga mampu, banyak disebabkan kesibukan orang
tua, sedangkan pada keluarga kurang mampu biasanya lebih
disebabkan masalah ekonomi sehingga keinginannya tidak
kesampaian. Penyebab lain kenakalan remaja disebabkan
demonstration effect, yaitu pola hidup yang memperlilhatkan
penampilan yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
demi prestise dan gengsi.
13. • Persoalan nilai dan kebenaran yang kurang ditanamkan.
• Timbulnya organisasi-organisasi non formal yang
berperilaku menyimpang.
• Timbulnya usaha-usaha untuk mengubah keadaan sesuai
dengan trend.
• Penghayatan dan pengamalan agama yang kurang.
14. Pergolakan daerah timbul karena fanatisme
terhadap rasial daerah dan agama yang berlebihan, maupun
kurangnya rasa kesatuan dan persatuan. Pergolakan juga
dapat pula diakibatkan karena ketidak adilan dan kesalah
pahaman yang terjadi antara pemerintah pusat dengan
masyarakat di daerah. Sebagai contoh, konflik yang
berkepanjangan di Poso (Sulawesi Tengah) dan Ambon
(Maluku), kasus Papua, serta GAM di Aceh Darussalam.
Pergolakan daerah perlu mendapatkan perhatian khusus dari
pemerintah, mengingat hal tersebut dalam mengancam
disintegrasi bangsa.